laporan praktikum pemeriksaan glukosa darah

39
Laporan praktikum biokimia klinik Pemeriksaan glukosa darah Disusun Oleh : Erine Febrian (1101027) Kelompok IV A GANJIL Dosen Pembimbing : Dra. syilfia hasti, M , Farm Apt Asisten : Erma Yuni Putri Rka Nur Frahesti 1

Upload: erin-febrian

Post on 25-Apr-2017

1.334 views

Category:

Documents


68 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

Laporan praktikum biokimia klinik

Pemeriksaan glukosa darah

Disusun Oleh : Erine Febrian (1101027)

Kelompok IV A GANJIL

Dosen Pembimbing : Dra. syilfia hasti, M , Farm Apt

Asisten : Erma Yuni Putri

Rka Nur Frahesti

SEKOLAH TINGGIL ILMU FARMASI RIAU

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

PEKANBARU

2014

1

Page 2: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya orang Indonesia tidak dapat meninggalkan kebiasaan makan nasi

yang merupakan makanan pokok. Bahkan, ada yang merasa belum makan kalau

belum makan nasi. Makanan yang mengandung atau terbuat dari tepung seperti nasi,

ketan, mi, bihun, singkong, ubi, kentang, roti, serta berbagai kue juga merupakan

sumber gula (glukosa). Karena itu, penderita diabetes harus waspada ketika

mengkonsumsi makanan tersebut.

Kadar gula darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses

metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di usus

halus dan dibawa darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut diubah

menjadi energi atau pun zat lain yang diperlukan tubuh.

Jika proses pengangkutan zat gula darah (glukosa) kedalam sel terganggu, maka

glukosa tidak dapat terserap kedalam sel dan tertinggal di dalam darah. Inilah yang

menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi. Penyerapan glukosa ke dalam sel

dibantu oleh sejenis hormon yang disebut insulin.

Untuk memelihara kadar gula darah yang normal dalam tubuh di makanan yang

dikonsumsi dengan membatasi konsumsi makanan yang manis-manis dan asupan

karbohidrat.

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor

endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem

reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan

2

Page 3: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi

menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya

hidup tidak sehat. Konsumsi makanan siap saji (junk food) dan makanan instan

semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia terutama pada daerah-daerah

yang mengalami akulturasi. Selain itu, karena terjadinya peningkatan kesibukan kerja

menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengurangi aktivitas fisik seperti olah

raga.

Perubahan pola hidup ini tidak hanya dapat kita jumpai pada masyarakat

perkotaan saja tetapi sudah mulai merambah ke daerah pinggiran kota yang

merupakan masyarakat semi-urban. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan

dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka dan memicu terjadinya berbagai

penyakit kronis seperti DM. Selama ini diagnosis DM hanya diperoleh dari

masyarakat/ pasien yang datang ke pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas atau

rumah sakit. Upaya deteksi dini terhadap penyakit ini seperti skrining kadar gula

darah belum pernah dilakukan. Perlunya deteksi dini dilakukan adalah untuk

pengendalian dan mencegah terjadinya komplikasi.

Menyadari hal ini, deteksi dini terhadap penyakit-penyakit kronis seperti DM

sangat perlu dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai faktor risiko baik

karena pola hidup tidak sehat dan faktor keturunan. Deteksi dini terhadap DM dapat

dilakukan melalui skrining dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Selain itu,

keberhasilan dalam pencegahan timbulnya DM dan pengendalian kadar gula darah

pada penderita DM tergantung pada prilaku masyarakat. Perubahan prilaku menuju

pola hidup sehat dalam rangka pencegahan dan pengendalian DM yang benar akan

dapat diwujudkan apabila masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

DM. Oleh karena itu, selain melalui skrining untuk deteksi dini, juga dapat dilakukan

penyuluhan DM sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

DM.

B. Tujuan

3

Page 4: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

Tujuan praktikum kali ini, adalah untuk menetapkan diagnosa, mengetahui

adanya glukosa didalam darah, mengetahui penyebab penyakit DM serta

mengetahui akibat dan gejala yang ditimbulkan apabila kadar gula darah

tinggi atau rendah.

Untuk mengetahui kadar hemoglobin didalam darah dengan menggunakan

metode sahli

BAB II

4

Page 5: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan

sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk

sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan

deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan

dalam glikoprotein dan proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).

2.1.1 Metabolisme Glukosa

Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam

aliran darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa.

Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan

sebagai karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan,

akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada

makanan yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat dengan bebas

keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat digunakan semata mata sebagai

sumber energi. Glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin

(suatu hormon yang disekresi oleh pankreas). Glikogen akan diubah kembali menjadi

glukosa oleh aksi dari glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas) dan

adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. ( Jan

Tambayong, 2001).

2.1.2 Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau

berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus

(DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin,

akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding

sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan

5

Page 6: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta

kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. (Nabyl, 2009).

2.1.3 Hipoglikemia

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana

kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak

seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang

digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita

merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat

dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok

hipoglikemia). (Nabyl, 2009).

2.1.4 Cara Mengukur Tingkat Gula Darah

Ada tiga cara untuk mengukur tingkat gula darah:

o Tes gula darah sewaktu

Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa

memperhatikan waktu makan.

o Tes gula darah puasa

Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat perut kosong, setelah kita tidak

makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam.

o Tes toleransi glukosa

Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita diberikan minuman yang

manis yang mengandung gula dengan ukuran tertentu. Tingkat gula darah lalu diukur

dengan memakai beberapa contoh darah yang diambil pada jangka waktu yang

tertentu.

2.1.5 Penentuan Glukosa Darah

6

Page 7: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi

maupun secara enzimatik. Secara umum metode penentuan glukosa darah dapat

ditentukan dengan berbagai cara yaitu:

a. Metode kimia

1.) Metode oksidasi-reduksi

Metode ini, protein serum dan senyawa-senyawa pereduksi non glukosa

diendapkan misalnya dengan penambahan larutan seng klorida dan barium

hidroksida. Selanjutnya glukosa dioksidasi dalam suasana basa dan dengan

pemanasan menggunakan suatu oksida, misalnya tembaga (II) hidroksida

menghasilkan tembaga (I) oksida yang sebanding dengan konsentrasi glukosa.

Tembaga (I) oksida yang dihasilkan akan mereduksi larutan asam dari arseno

molibdat menjadi arseno molibdat biru, suatu senyawa berwarna dengan intensitas

warna sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksi penentuan dengan

memakai tembaga (II) oksida adalah :

Glukosa + Cu2+ campuran asam-asam gula + Cu2O

Cu2O + asam molibdat + 4H+ 2Cu2+ + arseno molibdat biru

2.) Metode kondensasi

Pada metode kondensasi, glukosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dengan

pemanasan dalam asam asetat glasial membentuk glukosilamin dan kemudian

membentuk basa schiff yang mempunyai warna hijau. Basa schiff yang berwarna

hijau tersebut serapannya sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksinya

adalah sebagai berikut :

D-glukosa + orto-toluidin glukosilamin basa Schiff

(-H2O warna hijau )

b. Metode enzimatis

1.) Metode glukosa oksidase

7

Page 8: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

Pada metode glukosa oksidase, glukosa dengan adanya oksigen akan dioksidasi oleh

enzim glukosa oksidase membentuk asam glukoronat dan hidrogen peroksida.

Selanjutnya hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen yang

dikatalisis oleh enzim peroksidase sehingga membentuk kromogen teroksidasi yang

berwarna. Jumlah produk berwarna yang terbentuk sesuai dengan kadar glukosa

darah. Prinsip reaksinya sebagai berikut :

Glukosa + O2 + H2O →asam glukoronat + H2O2

H2O2 + kromogen → kromogen yang teroksidasi + H2O

Kromogen yang sering digunakan adalah orto-toluidin yang memberikan warna biru.

2.) Metode heksokinase

Pada metode heksokinase, glukosa dengan adanya ATP difoforilasi oleh enzim

heksokinase menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-fosfat

dengan NADP oleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase diubah menjadi 6-

fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang terbentuk dapat diukur serapannya dan

sebanding dengan kadar glukosa darah.

Glukosa + ATP → glukosa-6-fosfat + ADP

Glukosa-6-fosfat + NADP → 6-fosfoglukonat + NADPH

2.1.6 Tanda dan Gejala Diabetes mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang penderita DM atau kencing manis

yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan

kadar gula darah mencapai nilai 160-180 mg/dl dan air seni penderita kencing manis

yang mengandung gula, sehingga urin sering dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini

meskipun tidak semua dialami oleh penderita yaitu:

a. Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

b. Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia)

8

Page 9: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

d. Frekuensi urin meningkat (Glycosuria)

e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

f. Kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki

g. Cepat lelah dan lemah disetiap waktu

h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

i. Apabila luka atau tergores (korengan) lambat penyembuhannya

j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak

sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat

berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,

terutama padaseorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain

halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami

berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita

kencing manis.

Penyebab Diabetes mellitus

Penyebab DM dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu:

a. Ketidakseimbangan suhu

b. Ketidakseimbangan angin (misal faktor genetik, trauma, infeksi, tumor, kurang

olah raga, stress psikis)

c. Toksoid (misal pola hidup dan pola makan yang salah). Toksoid, menjadi penyebab

mayoritas DM di dunia. Ketiganya menyebabkan penurunan fungsi pankreas yang

berakibat rendahnya kualitas dan kuantitas insulin yang dihasilkan.

2.1.7 Klasifikasi Diabets mellitus

DM diklasifikasikan menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. DM primer adalah

penyebabnya tidak diketahui pasti, ada dua jenis:

1. DM tipe 1/ autoimun DM (ada dua jenis : DM tergantung insulin dan DM tak

tergantung insulin)

9

Page 10: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

2. DM tipe 2/ non autoimun DM (ada tiga jenis: yang tergantung insulin, yang tak

tergantung insulin dan yang menyerang anak muda/MODY)

DM sekunder adalah DM yang disebabkan oleh berbagai gangguan seperti penyakit

pankreas, abnormalitas hormon, obat-obatan.

abnormalitas reseptor insulin, genetis. Secara sederhana DM cukup dibagi 2 yang

tergantung insulin serta yang tidak tergantung insulin dan 90% diabetes adalah tipe

yang tidak tegantung insulin. Mulai terdeteksi rata-rata diatas umur 40 tahun,

terutama pada orang-orang yang kelebihan berat badan dan memiliki pola makan

yang salah

Komplikasi Diabetes mellitus

a) Nefropati Diabetik yakni penurunan fungsi ginjal dengan tanda awal

ditemukannya protein di urin, bisa mencapai 200 mg/menit (normal 15

mg/menit).tekanan darah naik secara bertahap. Muncul gejala gagal ginjal

kronis seperti mual, muntah, nafsu makan turun, gangguan konsentrasi hingga

gangguan kesadaran hingga koma , anemia, kejang dan perdarahan selaput

lendir mulut.

b) Neuropati Diabetik, kondisi rusaknya saraf dengan gejala kesemutan di kaki

dan tangan, berkurangnya sensasi terhadap getaran dan nyeri hingga tidak

sadar kalau kakinya tertusuk paku atau terluka, rasa panas seperti terbakar

diujung tubuh misal di kantong zakar, rasa nyeri seperti disayat di ujung jari

kaki, sulit membedakan temperatur panas dan dingin, otot lengan atas dan

tungkai atas lemah, mata jereng, disfungsi ereksi sementara atau menetap.

c) Retinopati Diabetik. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan mata

menjadi sembab. Penglihatan berangsur berkurang. Lensa mata menjadi keruh

atau katarak, pandangan berkabut, retina mata rusak.

d) Hipoglikemi. Kondisi sangatrendahnya kadar gula dalam darah di bawah 50

mg/dl dengan gejala keringat dingin di wajah, gemetar, lemas, lapar, mual,

tekanan darah turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, kesemutan di jari

tangan dan bibir yang bila tak segera diatasi bisa menyebabkan kejang dan

10

Page 11: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

koma. Penyebab hipoglikemi adalah pemakaian obat diabet dengan dosis

tinggi, puasa terlalu lama, setelah minum obat tidak atau terlambat makan,

penggunaan obat diabet jangka lama pada manula tua sedang sakit berat,

gangguan fungsi ginjal, hepatitis berat, kadar insulin tinggi pada tumor.

Mengatasinya mudah, cukup minum manis, minum madu atau 2 sendok

makan glukosa murni.

e) Kelainan kulit. Indra perasa menjadi tumpul, tidak bisa merasakan merasakan

sesuatu, pasokan darah dan oksigen menurun sehingga luka mudah meluas

dan sulit sembuh. Muncul bentol kecil dimata kaki, kaki, lengan atas, timbul

gelembung di punggung atau telapak kaki. Muncul jaringan granulasi merah

di dada dan lengan atas.

2.1.8 Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tes toleransi glukosa oral dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak

jelas, glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl atau

bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada

penderita yang gemuk dengan riwayat keluarga DM, pada penderita penyakit

vaskular, atau neurologik atau infeksi yang tidak jelas sebabnya. TTGO juga dapat

diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan. Banyak diantara ibu-ibu yang sebelum

hamil menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada

waktu hamil. Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada

waktu hamil.

2.2 Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi

dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin

terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan

satu atom besi (Wikipedia, 2007).

11

Page 12: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya

gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di

dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-

paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.

Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan

sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi.

Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul

hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat

rantai globin (Brooker, 2001).

Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan

conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin

(tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini.

Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan

warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung

karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).

Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat

yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang

berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang

mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Shinta, 2005).

2.2.1 Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran

darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira

15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn,

2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar

hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan

12

Page 13: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam

Arisman, 2002).

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl) Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0 Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0 Pria dewasa 13,0 Ibu hamil 11,0 Wanita dewasa 12,0 Sumber : WHO dalam arisman 2002

Batas Normal Kadar Hb Setiap Kelompok Umur

kelompok Umur Hb (gr/ 100ml)Anak 6 bulan sampai 6 tahun 11

6 – 14 tahun 12Dewasa Laki-laki 13

Wanita 12Wanita hamil 11

Sumer : Depkes RI. 1999 (Zarianis,2006)

2.2.2 Guna Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh

jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru

untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen :

menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang

lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan

tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan

tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

2.2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

13

Page 14: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia

gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan

kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil

dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke

jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan

komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan

peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan

mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat

dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di

dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat

berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau

hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati,

limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu

bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang

merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan

nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat

badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis

dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi

cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme

besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,

penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).

14

Page 15: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan

Alat

-tes tube

-blood lancet

-kapas alcohol 70 %

-penangas air

-tabung reaksi

-alat glukotest (nesco)

-haemometer

Bahan

-zink sulfat 0,45 %

-NaOH 0,1 N

-k3Fe (CN)6 0,005 N

-KI

-asetil acid

-amilum

-Na2S2O3 0,005 N

-tricloroacetat

-serum sampel

-serum standar glukosa

-darah kapiler

-reagen ortotoluidin

15

Page 16: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

3.2 Cara kerja

Pembuatan Larutan Standar Glukosa

1. Timbang 50 mg glukosa dan masukkan kedalam labu ukur 50 ml

2. Adkan dengan aquadest sampai tanda batas

Pemeriksaan gula darah (Metode orthotoluidin)

Zat Sampel Standar Blanko

Larutan tricloroasetat 1,0 ml 1,0 ml -

Serum sampel 0,1 ml - -

Standar glukosa - 0,1 ml -

Campurlah baik-baik dan sentrifuge 10 menit /500 rpm filtratnya pipetkan kedalam

tabung sebagai berikut :

Zat Sampel Standar Blanko

Filtrat serum sampel 0,5 ml - -

Filtrat standar glukosa - 0,5 ml -

Larutan tricloroasetat - - 0,5 ml

Pereaksi warna

ortotoluidin

3,0 ml 3,0 ml 3,0 ml

Campurkan baik – baik dan panaskan dalam air mendidih, kemudian segera

dinginkan , setelah dingin baca absorban dari sampel dan standar terhadap blanko.

absorbance maxsimun 630 nm dan filter 578 nm.

Uji glukosa darah metode enzimatis ( dengan alat glukotest nesco)

16

Page 17: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

1. Jari tangan yang akan ditusuk ( jari 2,3,4) dipilih salah satu dan bersihkan

dengan alkohol 70 %, biarkan kering

2. Tusuk ujung jari dengan blood lancet, darah yang keluar pertama dihapus

dengan tissue dan darah selanjutnya dipakai untuk pemeriksaan dengan

memasukkan darah pada strip glukotes nesco, biarkan beberapa menit dan alat

akan terbaca secara otomatis.

Pemeriksaan Hemoglobin (Metode Sahli)

1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer

2. Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 µl

3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet

4. Masukkan darah kedalam tabung pengencer homogenkan dengan cara

mengangkat pipet itu sedikit, lalu isap HCL yang jernih kedalam pipet 2 atau

3 kali untuk membersihkan darah yang masih tertinggal didalam pipet

5. Tambahkan setetes demi tetes aquadest , tiap kali diaduk dengan batang

pengaduk yang tersedia. dan warna yang terbentuk disamakan dengan standar

warna yang ada

6. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram / 100 ml darah.

17

Page 18: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

KEL Hb Ast As Cs Glukotest

112,3 g/dl

0,195 1,215 623,07122 mg/dl

14 g/dl 118 mg/dl

29,2 g/dl

0,268 1,017 379,4887 mg/dl

10,2 g/dl 90 mg/dl

39 g/dl

0,228 0,997 437,28137 mg/dl

8,2 g/dl 74 mg/dl

49,8 g/dl

0,198 1,039 524,7492 mg/dl

10,4 g/dl 118 mg/dl

512,6 g/dl

0,105 0,,785 747,61112 mg/dl

9,6 g/dl 155 mg/dl

Kadar gula darah metode enzimatis dengan glukotest :

kelompok IV:

Riyan Sulaiman ( 92 g/dl)

Andi Halim ( 118 g/dl)

Maulida Rahmi ( 118 g/dl)

Aldillah Nasriana Putri (92 g/dl)

Deswita Anggraini (91 g/dl)

Erine Febrian (91 g/dl)

4.2 Perhitungan

Cs = As/ Ast x (st) mg %

18

Page 19: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

St =

50 ml/50 ml

100 ml/100ml

100 mg%

Kelompok I =

Cs = As/ Ast x (st) mg %

Cs = 1,215/ 0,195 x 100 mg % = 623,07 mg %

Kelompok II =

Cs = As/ Ast x (st) mg %

Cs = 1,017 / 0,268 x 100 mg % = 379,47 mg %

Kelompok III =

Cs = As/ Ast x (st) mg %

Cs = 0,997/ 0,228 x 100 mg % = 524 ,74 mg %

Kelompok IV =

Cs = As/ Ast x (st) mg %

Cs = 1,039 / 0,198 x 100 mg % = 524,74 mg %

Kelompok V =

Cs = As/ Ast x (st) mg %

Cs = 0,785 / 0,105 x 100 mg % = 747,61 mg %

4.3 Pembahasan

Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan

monosakarida yang paling dominan dan digunakan sebagai bahan bakar. Kadar gula

darah bergantung pada waktu pengukuran (sebelum atau sesudah makan), jenis

makanan dan metode yang digunakan dalam pemeriksaanya.

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor

endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem

19

Page 20: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan

yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi

menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya

hidup tidak sehat.

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang

bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi

mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila

levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk

waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan

masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan

diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Peningkatan rasio gula

darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme glikogenolisis dan

glukoneogenesis yang terjadi pada hati.

Pada praktikum dilakukan pemeriksaan glukosa darah dengan menggunakan sampel

darah kapiler dan serum sampel darah yang telah ditambahkan dengan reagen kit

glukosa. Kadar glukosa serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan

terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai >

126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200

mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit

yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)

akibat tubuh kekurangan insulin.

Pada praktikum ini , kami menggunakan gula darah sewaktu sebagai

pemeriksaan glukosa. Glukosa darah sewaktu adalah gula darah yang diambil pada

waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode non

enzimatis dan metode enzimatis. Metode non enzimatis salah satunya adalah dengan

metode ortotoluidin dan metode enzimatis dengan menggunakan glukotest (nesco).

Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada

kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan metode

20

Page 21: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler yaitu 92 mg/dl

dan 118 mg/dl. Berdasarkan pada literature, metode non enzimatis kurang efektif

untuk menentukan kadar gula darah dikarenakan selain glukosa, zat-zat lain selain

glukosa ikut terbaca seperti fruktosa, laktosa, galaktosa dan vitamin C. Sedangkan

metode enzimatis spesifik untuk glukosa dan lebih teliti . Pada praktikum ini, metode

enzimatis didapatkan kadar yang normal pada glukosa darah sewaktu dan adanya

glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa praktikan tersebut tidak ditemukan

indikasi penyakit diabetes mellitus, karena kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200

mg/dl.

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan at as pembentukan hematin asam

setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan

aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel

dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%,

sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi

yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual

cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara

Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin

asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin . Selain itu

alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga

ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.

Pada praktikum ini, kami memeriksa hb dengan metode sahli, dan didapatkan

kadar Hb yaitu Aldillah nasriana putri yaitu 9,8 g/dl dan erine febrian yaitu 10,4

g/dl. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan kadar Hb yang kurang normal. (pada

wanita normal 12 -14 g/dl). Hal ini belum tentu bahwa kedua praktikan kekurangan

hb. Faktor yang mempengaruhi adalah metode pemeriksaan yang digunakan bahwa

metode sahli membuktikan bahwa ketelitian hanya ±10%. Cara sianmethemoglobin

adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium

karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada

21

Page 22: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini

ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil

sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin

tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih

tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian kadar

hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 -

12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas

kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada

pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita

dewasa antara 12 - 14 d/dl, Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk

batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl, Pada keadaan fisiologik kadar

hemoglobin dapat bervariasi.

Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari

permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-

kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut.

Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga

tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat

menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah

eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena

hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar

hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih

tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa

peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari.

22

Page 23: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor

endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol;

sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan

jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan.

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme dengan kadar gula darah yang tinggi.

Dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan

tubuh.

Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada

kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan

metode enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler

yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl dan kadar yang normal pada glukosa darah

sewaktu dan adanya glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa

praktikan tersebut tidak ditemukan indikasi penyakit diabetes mellitus, karena

kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200 mg/dl.

Cara sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metode ini berdasarkan

kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hemati asam itu

bukanlah merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat

distandarkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam hb diubah

menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan

sulfahemoglobin.

23

Page 24: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Buku Penuntun Praktikum Patologi Klinik. UHAMKA Press.

Ganong w. 2003. Fisiologi kedokteran edisi 14. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Girindra a. 1993. Biokimia. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama.

K. Murray dan robert, dkk. 2003. Biokimia harper. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Lehninger al. 1982. Dasar-dasar biokimia jilid 1. Suhartono mt, penerjemah. Jakarta: erlangga.

Ophart c.e. 2003 .virtual chembook. Jakarta: elmhurst college.

Poedjiadi a. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: penerbit ui-press.

Sloane e. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Penerbit buku. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Sudarmaji, s, dkk. 1989. Analisa bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: penerbit liberty.

Winarno. 2002. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama.

24

Page 25: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

LAMPIRAN

25

Alat Hb metode sahli

Pemeriksaan Glukosa Metode Ortotoluidin

Page 26: Laporan Praktikum Pemeriksaan Glukosa Darah

26

Alat Glukotest (Nesco)