laporan praktikum organik ii
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
Disusun oleh:
Rianita Arminingrum
NPM 0621 11 004
Kimia Kelas B
Program Studi Kimia Kelas B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga laporan praktikum kimia organik 2 selesai tepat waktu.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini.
Praktikum kimia organik 2 merupakan materi praktikum yang wajib diikuti oleh
mahasiswa Universitas Pakuan Bogor fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
program studi kimia semester IV (empat). Laporan praktikum kimia organik 2 disusun
sebagai bukti telah melaksanakan praktikum kimia organik 2. Laporan praktikum kimia
organik 2 berisi materi praktikum yang dilakukan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan laporan di masa datang sangat
penyusun harapkan. Demikian dan penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Penyusun
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
Pembuatan Asetamida
Program Studi Kimia Kelas B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mengetahui cara pembuatan amida alifatik dengan dehidrasi garam amonium
asetat.
1.2 Dasar Teori
Asetamida berbentuk kristal yang menyerupai jarum, tidak berwarna, tidak berbau,
memiliki titik didih 223ºC, serta sangat larut dalam air dan etanol. Terdapat tiga cara
pembuatan asetamida, yaitu.
a. Pemanasan ammonium asetat dengan adanya asam asetat glasial
CH3 – CO – O-NH4+ CH3 – CO – NH2 + H2O
b. Hidrolisa parsial dari asetanirit dengan NaOH – H2O
NaOH
CH3 – CH = NH + H2O CH3 – CO – NH2
c. Mencampurkan etil asetat dengan NH3 pekat selama beberapa hari pada temperatur
kamar, kemudian reaksi didestilasi.
CH3 – CO – OC2H5 + NH3 CH3 – CO – NH2 + C2H5OH
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain sebagai berikut.
a. Labu alas bulat 250 ml
b. Termometer 360ºC
c. Gelas ukur
d. Batu didih
e. Potongan es
f. Minyak paraffin
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut.
a. Ammonium asetat
b. Asam asetat glasial
c. 10% etil alkohol-eter
d. Campuran benzena : etil asetat (3:1)
BAB III
METODE KERJA
1. Ditimbang 15,4 gram ammonium asetat.
2. Dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 ml.
3. Ditambahkan 16 ml asam asetat glasial.
4. Diberi beberapa butir batu didih.
5. Campuran didestilasi dengan menggunakan kolom fraksi pendek dengan penangas
minyak paraffin.
6. Setelah 1 jam, temperatur dinaikkan sedikit. Destillat berupa air dan sebagian asam
asetat.
7. Selama 2,5 jam, destillat terkumpul sebanyak 35 ml. Setelah suh turun, residu akan
mengkristal.
8. Kristal asetamida kotor didestilasi dengan pendingin udara.
9. Rekristalisasi dengan pelarut campuran 10% etil alkohol-eter.
BAB IV
DATA PENGAMATAN dan PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan Destilasi 1
Suhu = 110ºC
Waktu destilasi = 2,5 jam
Destilat = 15 ml asetamida yang tidak berwarna
Keterangan = Ammonium asetat yang ditimbang 15,4 gram
4.2 Data Pengamatan Destilasi 2
Suhu = 120ºC
Titik didih = 220ºC
Keterangan = Masih tercium sedikit bau asetat, kemungkinan membutuhkan
waktu sedikit lebih lama.
BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan asetamida dalam percobaan ini dilakukan dengan reaksi dehidrasi. Reaksi
dehidrasi adalah suatu reaksi penghilangan molekul air dengan cara pemanasan.
Langkah-langkah dalam pembuatan asetamida dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1. Proses refluks
Prinsip refluks adalah pencampuran dua zat atau lebih tanpa mengurangi senywa
yang terbentuk. Dalam proses ini CH3COONH4 dicampur CH3COOH + batu didih
kemudian direfluks. Batu didih berfungsi untuk meratakan panas dan menghindari
terjadinya letupan.
2. Proses destilasi sederhana
Pencampuran ammonium astat dan asam asetat mengahasilkan asetamida, asam
asetat, dan air. Dilakuakan destilasi pada suhu kurang dari 195 o C
Prinsip destilasi sederhana adalah memisahkan dua senyawa atau lebih
berdasarkan perbedaan titik didih. Asetamida sebagai residu. Dan asam asetat dan air
sebagai destilat. Karena ada pelepasan air, maka disebut reaksi dehidrasi.
3. Proses kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal. Kristal yang dihasilkan masih
mengandung impuritis karena reaksi senyawa organik biasa menghasilkan hasil
samping. Pemurnian dilakukan dengan rekristalisasi
4. Proses rekristalisasi
Prinsip rekristalisasi adalah pemurnian senyawa dengan melarutkan kristal
dengan pelarut yang sesuai kemudian mengkristalkannya kembali. Dalam percobaan
ini pelarut yang digunakan adalah 10% etanol dalam eter sesuai dengan kaidah “like
dissolves like”.
Alasan pemilihan pelarut sesuai dengan syarat-syarat pelarut dalam rekristalisasi :
a. Dapat melarutkan kristal secara sempurna
b. Tidak ikut bereaksi dengan kristal
c. Mudah dipisahkan
d. Memiliki titik didih yang relatif rendah
e. Tidak mengubah struktur senyawa yang dimurnikan.
Dari hasil rekristalisasi dihasilkan asetamida yang lebih murni.
BAB Vi
KESIMPULAN
Asetamida merupakan senyawa amida alifatis yang dapat dibuat dengan cara
mereaksikan garam ammonim asetat dengan asam asetat melalui reaksi dehidrasi, dimana
dalam reaksi tersebut akan melibatkan proses refluks, destilasi, serta rekristalisasi.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
Substitusi Elektrofilik Aromatik
Program Studi Kimia Kelas B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Mempelajari reaksi substitusi elektrofilik senyawa aromatik melalui dua cara:
a. Reaksi brominasi asetanilida
b. Kecepatan reaksi brominasi.
1.2. Dasar
Beberapa contoh reaksi subtitusi aromatik elektrofilik yang umum adalah
nitrasi, halogenasi, sulfonasi, serta alkilasi dan asilasi Friedel – Craft. Kondisi
percobaan ditentukan oleh jenis reaksi, kereaktifan substrat dan jenis subtitusi yang
terjadi.
Percobaan yang dilakukan yaitu ;
1. Reaksi Brominasi Asetanilida
Menunjukkan reaksi brominasi pada turunan benzene. Gugus asetamida
(NHCOCH3) mempunyai aktifitas yang cukup kuat sehingga pada reaksi
brominasi asetanilida berlangsung cepat membentuk campuran isomer orto dan
para. Isomer-isomer tersebut dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan
kelarutannya.
2. Kecepatan reaksi Bromonasi
Membandingkan kecepatan reaksi brominasi pada turunan benzene yang
berbeda. Substitusi yang dapat bereaksi dengan benzene tidak hanya ditentukan
oleh orientasi elektrofilik, tetapi juga pengaruh kecepatan reaksinya. Pada
percobaan ini, sebagai elektrofilik adalah ion bromonium hasil reaksi antara
bromin dan asam asetat.
Substitusi elektrofilik terjadi pada banyak reaksi yang mengandung cincin
benzena (arene).
1. Benzena, C6H6, adalah molekul planar yang berupa cincin dari 6 buah karbon
yang masing-masing terikat pada hidrogen.
2. Terjadi delokalisasi pada bagian atas dan bawah dari bidang planar cincin.(lihat
gambar).
3. Keberadaan dari elektron yang terdelokaslisasi membuat benzen stabil.
4. Benzen memolak reaksi adisi sebab akan mengakibatkan hilangnya delokalisasi
yang membuat hilangngnya stabilisasi.
a.
5. Benzen dilambangkan dengan simbol berikut ini, dimana cincin melambangkan
elektron yang terdelokalisasi dan setiap sudut dari segienam merupakan atom
karbon yang berikatan dengan hidrogen
Reaksi substitusi elektrofilik diakibatkan oleh ion positif, seperti Benzen dan
elektrofil. Karena elektron yang terdelokalisasi ter-exposed di bagian atas dan bawah
dari bidang planar tempat molekul carbon berada, benzen menjadi sangat tertarik
pada elektrofil (atom/molekul yang mencari daerah yang kaya akan elektron pada
molekul yang lain. Elektrofil bisa merupakan ion positif, atau bagian yang yang
memiliki polaritas positif pada sebuah molekul.
Elektron yang terdelokalisasi pada bagian atas dan bawah dari bidang planar
molekul benzen sangat mudah diserang, sama seperti bagian atas dan bawah pada
molekul eten. Namun hasil keduanya tidaklah sama.
Jika benzen mengalami reaksi adisi sama seperti eten sebagian dari elekton
yang terdelokalisasi harus berikatan dengan atom atau grup yang baru. Sehingga
delokalisasi akan terputus, dan ini membutuhkan energi. Sebaliknya, delokalisasi
akan bisa tetap dipertahankan jika atom hidrogen digantikan dengan sesuatu yang
lain (reaksi substitusi). Atom hidrogen tidak memiliki hubungan dengan
dislokalisasi.
Pada kebanyakan reaksi dengan benzen, elektrofil merupakan ion positif dan reaksi
ini memiliki suatu pola general.
Berikut ini adalah mekanisme general dalam substitusi elektrofilik:
1. Tahap pertama
Seandainya elektrofil merupakan ion positif X+.
Dua dari elektron pada sisten yang terdeloakalisai tertarik kearah X+ dan
membentuk ikatan. Sehingga terjadi pemutusan dislokalisasi, walaupun tidak
seluruhnya.
Ion yang terbentuk pada tahap ini bukan merupakan hasil akhir. Tahap ini hanya
merupakan tahap antara. Hasilnya merupakan hasil antara.
Masih terjadi delokalisasi pada hasil antara, namun hanya pada sebagian daerah
dari ion.
Ion pada hasil antara bermuatan positif sebagai hasil dari penggabungan molekul
netral dan ion positif. Muatan positif ini lalu menyebar sepanjang daerah yang
terdelokalisasi pada cincin. Anda cukup menggambarkan “+” pada bagian tengah
cincin untuk menunjukkan hal ini.
Hidrogen pada bagian bagian atas dari gambar bukanlah hidrogen yang baru,
hidrogen tersebut sudah berikatan pada carbon yang sama sebelum reaksi. Dan
untuk lebih memperjelas reaksi selanjutnya hidrogen tersebut perlu dituliskan.
2. Tahap kedua
Disini kita akan memperkenalkan ion baru, Y- yaitu merupakan ion yang
sebelumnya berikatan dengan X+.
Elektron tidak berpasangan pada Y- membentuk ikatan dengan atom hidrogen
pada bagian atas dari cincin. Ini berarti bahwa pasangan dari elektron yang
menghubungkan hidrogen dengan cincin tidak diperlukan lagi. Bagian tersebut
lalu bergerak kebawah dan mengisi ruang kosong pada daerah dislokalisasi
elektron dan mengembalikan dislokalisasi elektron seperti semula. Sehingga
stabilitas benzen-pun kembali.
Energi pada reaksi ditentukan oleh dislokalisasi sempurna terputus sementara
saat X menggantikan H pada cincin dan ini membutuhkan energi. Namun energi
tersebut terbayar saat dislokalisasi kembali terbentuk. Energi awal yang diperlukan
menjadi energi aktivasi dari reaksi (sekitar 150 kJ mol-1), dan ini berarti reaksi
benzen memiliki kecepatan reaksi yang lambat.
Substitusi elektrofilik yang tidak diakibatkan ion positif adalah halogenasi,
sulfonisasi, alkilasi dan asilasi Friedel-Craft. Kondisi percobaan ditentukan oleh
jenis reaksi, kereaktifan substrat dan jenis substitusi yang terjadi. Percobaan kali ini
merupakan reaksi halogenasi.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat yang digunakan
1. Erlenmayer
2. Gelas Piala
3. Corong Buchner
2.2. Bahan yang digunakan :
1. Asetanilida
2. Asam asetat
3. Bromin dalam asam asetat
4. Natrium metabisulfit
5. Etanol
BAB III
METODE KERJA
1. Dilarutkan 3,375 gram (0.05 mol) asetanilida dalam 12,5 ml asam asetat glacial dalam
erlenmayer 50 ml. Dipanaskan dengan api langsung supaya cepat larut.
2. Ditepatkan pada suhu 400C, kemudian ditambahkan tetes demi tetes larutan 1,4 ml
Bromin yang dilarutkan dalam 5 ml asam asetat glacial, lalu diaduk.
3. Setelah 10 menit berada di suhu kamar, brominasi sempurna dan warna merah dari
Bromin hilang.
4. Dituangkan campuran kedalam gelas piala yang mengandung 75 ml air dingin dan
sedikit es untuk pembentukan endapan yang sempurna dari isomer para.
5. Bila larutan berwarna kuning atau merah pada penambahan berlebih Bromin,
ditambahkan Natrium Bisulfit secukupnya untuk menghilangkan warna.
6. Disaring dengan corong Buchner dan endapan p-bromoasetanilida yang berwarna
putih dikumpulkan lalu dicuci dengan air.
7. Endapan p-bromoasetanilida dikeringkan menggunakan oven dengan suhu rendah.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1.1 Reaksi
+ Br2 + HBr
1.2 Data Penimbangan
Bobot Asetanilida = 6,7560 gram.
Bobot Kertas saring kosong = 0,7157 gram.
Bobot kertas saring + kristal = 5,4498 gram.
Bobot kristal = 4,7341 gram.
1.3 Data Pengamatan
Asetanilida + asam asetat glasial tidak larut ± 40°C larut + bromin
kuning muda bening dinginkan dimasukkan ke dalam air es 150 ml
terbentuk kristal berwarna putih saring vakum keringkan dalam oven 105°C
dinginkan timbang.
BAB V
PEMBAHASAN
Substitusi aromatik elektrofilik adalah reaksi organik dimana sebuak atom, biasanya
hidrogen, yang terikat pada sistem aromatis diganti dengan elektrofil. Reaksi terpenting di
kelas ini adalah nitrasi aromatik, halogenasi aromatik, sulfonasi aromatik dan asilasi dan
alkilasi reaksi Friedel-Crafts.
Nitrasi aromatik yang membentuk senyawa nitro terjadi dengan pembentukan ion
nitronium dari asam nitrat and asam sulfat.
Sulfonasi aromatik benzena dengan uap asam sulfat yang menghasilkan asam
benzenasulfonik .
Halogenasi aromatik benzena dengan bromin, klorine atau iodine membentuk
senyawa halogen aril yang dikatalisasi besi trihalida yang sepadan.
Reaksi Friedel-Crafts yang terdiri dari asilasi dan alkilasi dengan sebuah reaktan asil
halida atau alkil halida.
Katalis yang paling sering dipakai adalah aluminium thriklorida, tetapi hampir semua
asam lewis kuat dapat dipakai. Pada asilasi Fridel-Crafts, aluminium triklorida dengan jumlah
sepenuhnya dapat dipakai, bukan jumlah kecil katalis.
Asetanilida larut dalam asam asetat glasial pada suhu di atas 40 oC, sehingga untuk
melarutkannya dipanaskan terlebih dahulu, lalu direaksikan dengan bromin. Reaksi yang
sempurna ditandai dengan hilangnya warna merah dari bromin. Dari hasil percobaan biasanya
setelah 10 menit seluruh asetanilida telah bereaksi, jika masih terdapat warna merah pada
larutan berarti masih mengandung bromin, sehingga dapat dihilangkan menggunakan natrium
bisulfit, yang akan bereaksi membentuk natrium bromida. P-bromoasetanilida berbentuk
kristal putih yang didapatkan dari pendinginan menggunakan es.
Agar reaksi brominasi cepat sebaiknya digunakan katalis yang bertindak sebagai asam
lewis yang mengubah elektrofil lemah menjadi elektrofil kuat dengan mempolarkan ikatan.
Karena Br memiliki muatan negatif, maka dapat dijadikan positif agar dapat bersubtitusi
dengan senyawa aromatik. Atom H dari cincin aromatik berikatan dengan satu atom brom,
dan atom brom yang lain berikatan dengan atom C pada cincin aromatik menggantikan
tempat H.
BAB VI
KESIMPULAN
Hasil dari praktikum yang kami lakukan didapat hasil kering endapan yang
berupa abu yaitu sebesar 4,9697 gram yang merupakan dari asetanilida yang dilarutkan
dengan asam asetat glacial dan sedikit penambahan bromine maka terbentuk endapan
para-bromoasetanilida yang telah dikeringkan
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
Pembuatan Asetanilida Dari Anilin
Program Studi Kimia Kelas B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pembuatan turunan asetil amina dan mengenal reaksi
substitusi nukleofilikpada senyawa aromatis.
1.2 Dasar Teori
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang
digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantokan
dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut
dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida
atau sering disebut phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan
berat molekul 135,16.
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan
cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime
yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun
1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O
dengan katalis HCl. Pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan
asam asetat.
Asetanilida adalah senyawa netral, kelarutannya dalam HCl lebih kecil dengan
kelarutannya dalam air. Asetanilida memiliki titik lebur 11ºC dan titik didih 70 ºC.
Asetanilida adalah senyawa acetyl yang dapat dibuat dengan melarutkan amina dengan
sejumlah ekuivalen HCl dalam air dan ditambah asetat anhidrat dengan natrium asetat
secukupnya.
Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia , antara lain;
a) Sebagai bahan baku pembuatan obat – obatan
b) Sebagai zat awal penbuatan penicilium
c) Bahan pembantu dalam industri cat dan karet
d) Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida
Reaksi yang akan dilakukan pada percobaan ini merupakan reaksi substitusi
nukleofilik, yaitu suatu reaksi pertukaran unsur atau gugus, dimana suatu nukleofil
yang kaya akan elektron secara bselektif berikatan atau menyerang muatan positif dari
sebuah gugus kimia atau atom yang disebut gugus lepas.
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Labu alas bulat
2. Pendingin balik (refluks)
3. Gelas Ukur 100 ml
4. Piala gelas 1000 ml
2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1. 20,5 ml anilin
2. 200 ml Aquadest
3. 20 ml Asam asetat anhidrid
4. 20 ml asam asetat glasial
5. Potongan es
6. 0,1 gram abu zink
BAB III
METODE KERJA
1. Ke dalam labu alas bulat 500 ml yang dilengkapi pendingin dimasukkan 20,5 ml
anilin, 20 ml asam asetat anhidrida, 20 ml asam asetat glasial, dan 0,1 gram abu zink.
2. Campuran dididihkan selama 30 menit, kemudian dituangkan sambil diaduk dengan
cepat ke dalam gelas piala yang berisi air dingin 500 ml.
3. Bila kurang dingin, bisa ditambahkan potongan-potongan es. Kristal yang terjadi
disaring dengan pompa pengisap dan dicuci dengan air dingin.
4. Hasilnya dikeringkan, sebanyak 30 gram bertitik lebur 113ºC.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Reaksi
( CH3CO )2O
NH2 H — N —C—CH3 + CH3CO2
O
Asetanilida
Anilin ( N- Phenilasetanilida)
4.2 Data Penimbangan
Bobot kertas saring + kristal = 31,5253 gram
Bobot kertas saring = 1,1910 gram
Bobot kristal = 30,3343 gram
BAB V
PEMBAHASAN
Larutan benzene dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrat direfluk
dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa.
2 C6H5NH2 + ( CH2CO )2O 2 C6H5NHCOCH3 + H2O
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan
pendinginan, dan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetatanhidrat dapat diganti
dengan asetil klorida.
Suatu reaksi ditentukan eksothermis atau endothermis-nya dari perhitungan ΔHo298,
perhitungannya sebagai berikut:
C6H5NH2 : 80 kJ/mol
CH3COOH : -439,0045 kJ/mol
C6H5NHCOCH3 : -138,96 kJ/mol
H2O : – 242,9224 kJ/mol
ΔHo298 = -381,8824 kJ/mol – (-358,328 kJ/mol )
ΔHo298 = -23,5544kJ/mol
Reaksi diatas bersifat eksothermis karena ΔHo298 harganya negatif, dan data ΔGo
298
untuk komponen yang terlibat dalam reaksi tersebut adalah sebagai berikut:
C6H5NH2 : -203 J/mol
CH3COOH : -350,1649 J/mol
C6H5NHCOCH3 : 72,4726 J /mol
H2O : – 223,3813 JJ/mol
ΔGo298 = [(-150,9087) – (-146,8974 )] J/mol
= -4,0113 J/mol
Ko = EXP (-ΔGo298 / -RT ) ( Levenspiel )
= EXP ( 4,0113 / (-8,314 x 298 )
= 1,002
ln = ( Levenspiel )
Reaksi dijalankan pada suhu 155oC. Sehingga harga K pada suhu 155oC dapat dihitung:
Ln K = 2,894 x 10-3
K = 1,0029
Tinjauan Kinetika
Tinjauan secara kinetika dapat dilihat dari konstanta kecepatan reaksinya adalah:
Cao (anilin) = 3,302 x 10-3 kgmol/liter
Cbo (asam asetat) = 4,73 x 10-3 kgmol/liter
XA (konversi hasil) = 0,92 (Faith & Keyes, 1965)
t (waktu) = 6 jam (Faith & Keyes, 1965)
M = 3,633
k = (Levenspiel)
k = 1,8099 x 10-3 liter/mol menit
Dengan temperatur 155oC ( Kirk & Othmer, 1981 ) dan tekanan 2,5 atm untuk
mempertahankan fase cair.
BAB VI
KESIMPULAN
Asetanilida adalah senyawa netral, kelarutannya dalam HCl lebih kecil dengan
kelarutannya dalam air yang memiliki titik lebur 11ºC. Asetanilida adalah senyawa acetyl
yang dapat dibuat dengan melarutkan amina dengan sejumlah ekuivalen HCl dalam air dan
ditambah asetat anhidrat dengan natrium asetat secukupnya.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
Pembuatan p-Nitro Asetanilida dari Anilin
Program Studi Kimia Kelas B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mengenal reaksi subtitusi elektrrofilik pada senyawa-senyawa aromatik.
1.2 Dasar Teori
Asam nitrat tidak hanya sebagai agen nitrasi tetapi juga sebagai agen oksidasi.
Reaktivitas dari amina aromatik sangat mudah terpengaruh oleh oksidasi. Pada nitrasi
asetanilida dengan asam yang dicampur bereaksi secara perlahan menghasilkan p-
nitro asetanilida (m.p. 215oC) dan jumlah kecil nitro asetanilida (m.p. 94oC). o-nitro
asetanilida mudah dieliminasi dengan kristalisasi diatas titik lelehnya dimana isomer
pada kurang larut.
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1 Alat
Alat-alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1. Gelas piala 100 ml
2. Termometer
3. Gelas pengaduk
4. Cawan porselen
5. Gelas ukur
6. Corong pisah
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1. Asetanilida
2. NaCl
3. Asam asetat glasial
4. H2SO4 pekat
5. HNO3 pekat
6. Etanol
7. Es
BAB III
METODE KERJA
3.1 Preparasi Sampel
1. Ditimbang 8,4 gram asetnilida dalam piala gelas 100 ml.
2. Ditambahkan 8,6 ml asam asetat glasial, bila perlu lakukan penghangatan.
3. Dipasang termometer 200oC selama pengadukkan pada temperatur kamar.
4. Ditambahkan secara bertahap H2SO4. Campuran reaksi akan menjadi hangat dan
jernih.
5. Dimasukkan piala gelas tersebut pada cawan porselin yang besar yang berisi
cairan pendingin (es dalam garam). Pasanglah diatas corong pisah 50 ml yang
berisi 6 ml asam penetrasi (asam nitrat)
6. Bila temperatur larutan asetanilida menurun sampai 0 – 2oC, tambahkan asam
penetrasi tetes demi tetes dengan kecepatan diatur sedemikian rupa sehingga
temperatur campuran reaksi tidak lebih dari 10oC.
7. Bila seluruh asam penetrasi dari telah seluruhnya ditambahkan, angkat gelas piala
dari cairan dan diamkan pada temperatur kamar selama 30 menit.
3.2 Isolasi Produk
1. Dituangkan campuran reaksi pada “ Crushed ice “ 60 gram, diamkan selama 15
menit dan kumpukan “ Crude produk” dengan menggunakan corong buchner
dengan pertolongan flitrasi vakum.
2. Dicuci “ Crude Product “ dengan air dingin sehingga bebas asam (uji lakmus
biru) kemudian dikeringkan.
3. Diambil 1 gram untuk pemurnian, sedangkan sisanya disimpan untuk percobaan
“Subtitusi Elektrofilik Aromatik”
3.3 Pemurnian Produk
1. Produk dari isolasi direkristalisasikan dengan menggunakan pelarut alkohol.
2. Dicuci produk dari hasil rekristalisasi tersebut dengan beberapa tetes “Ice Cold
Alcohol”
3. Dites titik leburnya
4. Dicatat titik lebur yang didapat ( titik didih p-nitroasetanilida murni 214oC)
BAB IV
PENGAMATAN dan PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan
a. Nama produk : p-Nitro Asetanilida
b. Rumus molekul : C8H8N2O3
c. Keadaan fisik : Bubuk Kristalin
d. Warna : Kuning
Pencampuran (asetanilida + asam asetat + H2SO4) :
Sebelum ditambahkan H2SO4 suhu yang terukur = 27°C
Sesudah ditambahkan H2SO4 suhu yang terukur = 45°C
Pengamatan proses penetrasi
Penambahan asam nitrat dimulai saat suhu campuran 2°C, asam nitrat di tambahkan
perlahan-lahan suhu campuran naik menjadi 6°C. setelah asam nirat habis (total 3 ml)
suhu campuran berubah menjadi 2°C (warna kuning jernih)
Pengamatan isolasi
Bobot chrushed ice = 30, 0000 gram
Seteh campuran ditambahkan dengan chrushed ice, campuran berwarna putih
bercampur es. Kemudian dicuci crude product dengan air dingin sampai bebas asam
dengan lakmus biru (lakmus tetas berwarna biru).
4.2 Data penimbangan
Bobot asetanilida serbuk = 4,2332 gram
Hasil setelah dikeringkan :
Bobot Kertas saring kosong = 0,7749 gram
Bobot Kertas saring dengan residu = 7,2471 gram
Bobot residu = 6,4722 gram
4.3 Perhitungan Rendemen Produk
Diketahui :
Produk = 6,4722 gram
Umpan = 4,2332 gram
Ditanya: Rendemen ?
Dijawab
Rendemen = Produk x 100 %
Umpan
Rendemen = 6, 4722 x 100 %
4,2332
Rendemen produk = 152,89 %
BAB V
PEMBAHASAN
Nitrasi adalah proses kimia untuk pengenalan nitro ke dalam senywaan kimia
majemuk. Aplikasi dominan nitrasi adalah untuk produksi nitrobenzena, para pendahulu
untuk diisosianat metilen difenil. Aplikasi nitrasi dominan adalah untuk Produksi
nitrobenzena, pendahulu untuk metilen difenil diisosianat butir. Nitrasi yang terkenal
digunakan untuk produksi bahan peledak, misalnya konversi gliserin untuk nitrogliserin dan
konversi toluena untuk trinitrotoluene. Nitrasi Yang terkenal untuk Produksi Bahan peledak,
misalnya untuk Konversi gliserin menjadi nitrogliserin dan Konversi toluena untuk
trinitrotoluene.
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan
larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.Asetanilida atau sering disebut
phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16.
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara
mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang
kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899
Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis
HCl. Pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat.
Ada beberapa proses pembuatan asetanilida, yaitu;
1. Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrid dan anilin
Larutan benzene dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrad
direfluk dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada
anilin yang tersisa.
2 C6H5NH2 + ( CH2CO )2O 2C6H5NHCOCH3 + H2O
Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dngan
pendinginan, sdan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetatanhidrad
dapat diganti dengan asetil klorida.
2. Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin
Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih
ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah
tangki yang dilengkapi dengan pengaduk.
C6H5NH2 + CH3COOH C6H5NHCOCH3 + H2O
Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC – 160oC. Produk dalam
keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.
3. Pembuatan asetanilida dari ketene dan anilin
Ketene ( gas ) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan
akan menghasilkan asetanilida.
C6H5NH2 + H2C=C=O C6H5NHCOCH3
4. Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan anilin
Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan
menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H2S.
C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S
Dalam perancangan pabrik asetanilida ini digunakan proses antara asam asetat dengan
anilin. Pertimbangan dari pemilihan proses ini adalah;
1. Reaksinya sederhana
2. Tidak menggunakan katalis sehingga tidak memerlukan alat untuk regenerasi katalis
dan tidak perlu menambah biaya yang digunakan untuk membeli katalis sehingga
biaya produksi lebih murah.
Berikut ini adalah sifat asetanilida.
Sifat – sifat fisis:
a. Rumus molekul : C6H5NHCOCH3
b. Berat molekul : 135,16 g/gmol
c. Titik didih normal : 305 oC
d. Titik leleh : 114,16 oC
e. Berat jenis : 1,21 g/ml
f. Suhu kritis : 843,5 oC
g. Titik beku : 114 oC
h. Wujud : padat
i. Warna : putih
j. Bentuk : butiran / Kristal
Sifat – sifat kimia:
Pirolysis dari asetanilida menghasilkan N –diphenil urea, anilin, benzene dan
hydrocyanic acid.
Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa, hydrolisa
dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam kedaan panas akan kembali
ke bentuk semula. Adisi sodium dlam larutan panas Asetanilida didalam xilena menghasilkan
N-Sodium derivative.
C6H5NHCOCH3 + HOH C6H5NH2 + CH3COOH
Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida menghasilkan thio Asetanilida
( C6H5NHC5CH3 ). Bila di treatmen dengan HCl, Asetanilida dalam larutan asam asetat
menghasilkan 2 garam ( 2 C6H5NHCOCH3 ). Dalam larutan yang memgandung pottasium
bicarbonat menghasilkan N- bromo asetanilida. Nitrasi asetanilida dalam larutan asam nitrat
menghasilkan p-nitro Asetanilida.
Paranitro asetanilida merupakan senyawa organik yang terbentuk akibat reaksi nitrasi
asetanilida oleh asam nirat, dalam hal ini asam nitrat tidak hanya berfungsi sebagai agen
nitrasi tetapi juga sebagai agen oksidasi.
Berikut Sifat kimia dari senyawa hasil nitrasi asetanilida :
Keterangano-nitroasetanilida
(2-nitroasetanilida)
m-nitroasetanilida
(3-nitroasetanilida)
p-nitroasetanilida
(4-nitroasetanilida)
Rumus molekul C8H8N2O3
Berat molekul 180,16 g/mol
Keadaan fisik Kristal Bubuk kristalin Bubuku kristalin
Warna Kuning-hijau Krem-cokelat Kuning
Titik leleh 92-94 oC 154-156 oC 215-217 oC
Kelarutan dalam air Larut dalam air panas Tidak larut -
BAB VI
KESIMPULAN
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan
larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
Paranitro asetanilida merupakan senyawa organik yang terbentuk akibat reaksi nitrasi
asetanilida oleh asam nirat, dalam hal ini asam nitrat tidak hanya berfungsi sebagai agen
nitrasi tetapi juga sebagai agen oksidasi.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
Pembuatan p-Nitroso Dimetil Anilin
Program Studi Kimia Kelas B
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Menunjukkan subsitusi elektrofilik terhadap senyawa amina tersier
1.2 Dasar Teori
Dimetil anilin berbentuk cairan (oily liquid), mempunyai titik didih 193o C,
bersifat basa yang lebih lemah dibanding anilin. Dimetil anilin bereaksi dengan asam
membentuk garam dan dengan alkil halida membentuk garam ammonium kuartener.
Atom hidrogen pada posisi para dari dimetil anilin sangat reaktif dan dapat
digantikan bermacam-macam atom atau gugus.
Dimetilanilin bereaksi dengan asam nitrat membentuk p–nitrosodimetilanilin
(green flakes)
1.3 Reaksi
HCl + NaNO2 → HNO2 + NaCl
(CH3)2 N-C6H5 + HNO2 → ON-C6H5-N(CH3)2
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1 Alat
Alat-alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1. Gelaspiala 400ml
2. Termometer 100 o C
3. Pengaduk gelas
4. Gelas ukur 50 ml
5. Gelas arloji
6. Corong penyaring
7. Corong pemisah
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1. Dimetilanilin 30 gram(31,5 ml)
2. HCl pekat 105 ml
3. Larutan 18 gram NaNO2 dalam 30 ml air
4. Etanol (alkohol)
5. 10% larutan NaOH
BAB III
METODE KERJA
1. Disediakan gelas piala 400 ml, kedalamnya dimasukkan 30 gram (31,5 ml)
dimetilanilin dan 105 ml HCl. Ditambahkan potongan –potongan es sehingga
temperatur turun sampai dibawah 5 o C. Campuran diaduk.
2. Ditambahkan pelan-pelan 18 gram NaNO2 dalam 30 ml air yang telah
dimasukkan kedalam corong pemisah. Ujung corong pemisah disentuhkan pada
permukaan campuran,tempetarur dijaga sehingga tidak melebihi 8 o C. Bila perlu
ditambah es. Setelah semua NaNO2 habis campuran didiamkan selama 1 jam
3. Kristal kuning p-nirosodimetil anilin hidroklorida disaring dengan corong
pemisah, sambil dicuci dengan 40 ml HCl encer 1:1, kemudian dicuci dengan
sedikit alkohol.
4. Hasilnya akan baik dan bergantung kepada murni atau tidaknya HCl yang
digunakan dan dimetil anilinnya. Dilakukan rekristalisasi terhadap hasil dengan
pelarut air panas dengan adanya HCl encer, akan diperoleh kristal kuning dengan
titik lebur 177 o C(hasil ini belum murni).
Cara pemurnian: hasil yang belum murni dimasukkan kedalam corong pemisah
400 ml ditambahkan air 100 ml. Dikocok sehingga terbentuk pasta, dan
ditambahkan 10 % NaOH, dikocok sampai timbul warna hijau. Kemudian basanya
diekstrak dengan 60ml benzena. Lapisan benzena ditambah anhidrat K2Co3, lalu
disaring ke dalam labu destilasi dan dilakukan destilasi. Residu yang masih panas
dituangkan kedalam gelas piala. Pada pendingin akan diperoleh kristal-kristal p-
nitrosodimetilanilin berwarna hijau tua,disaring dan dikeringkan, titik lebur 85 o C.
BAB IV
PENGAMATAN dan PERHITUNGAN
4.1 Data penimbangan sampel
Bobot Dimetilanilin = 30,4651 gram
Bobot teoritis yang didapat = 37,4329 gram
Data penimbangan produk
Bobot Produk = 33,2564 gram
Warna p-nitroso dimetilanilin = kuning kehijauan
Perhitungan Rendemen Produk
Diketahui :
Produk = 33,2564 gram
Umpan = 37,4329 gram
Ditanya: Rendemen ?
Dijawab: Rendemen = Produk x 100 %
Umpan
Rendemen = 33,2564 x 100 %
37,4329
Rendemen produk = 88,85 %
BAB V
PEMBAHASAN
Amina adalah turunan amoniak, dimana 1 atom H atau lebih diganti dengan gugus
alkil (R), aril, hidroatil atau heterosiklik. Ada tiga macam amina, yaitu :
1. Amina primer
2. Amina Sekunder
3. Amina tersier
Proses pembentukan amina dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu :
1. Aminasi secara reduksi
Yaitu proses pembuatan amina berdasarkan reaksi reduksi. Zat yang dapat
direduksi adalah senyawa-senyawa yang telah mengandung atom N, yaitu :
a. Senyawa Nitro (R-NO2)
b. Senyawa Nitroso (R-NO)
c. Senyawa hidroksilamin (R-NH-OH)
d. Senyawa hidraso (R-NH-NH-R)
e. Senyawa azoxybenzena (R-NH-NO-R)
f. Senyawa nitril (R-C≡N)
g. Senyawa azida
h. Senyawa Amida (RCO-NH2)
2. Amonolisis
Yaitu proses pembuatan amina dari reaksi dengan amonia. Bahan yang digunakan
untuk pengaminasi adalah :
a. NH3 gas atau cair
b. MH3 dalam air (NH4OH) atau dalam pelarut organik
c. Senyawa mengandung amonia
BAB VI
KESIMPULAN
Pada pembuatan p-nitroso dietilanilin harus pada suhu dingin. Karena dalam
pembuatan asam nitrit bila tidak pada suhu dingin maka tidak stabil dan akan teroksidasi oleh
udara menjadi asam nitrat. Pembentukan aminanya terbagi dua cara yaitu dengan cara
aminasi dengan reduksi dam amonolisis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Asetaldehida
Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Substitusi Nukleofilik
Harahap, Yahdiana MS, Dr.2009. Benzen dan Aromatisitasi. di ambil dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d73f862d82c5406774dd59da689684489f
9e886e.pdf. Universitas Indonesia.
Iryani, Ani.,Yudhie Suchyadi, dan Tri Aminingsih.2009. Penuntun Praktikum Kimia Organik
II. Bogor:Laboratorium Kimia Universitas Pakuan.