laporan praktikum genetika kromatografi.pdf

Upload: aracchan

Post on 07-Aug-2018

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    1/16

    LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105)

    KROMATOGRAFI PIGMEN MATA LALAT BUAH (Drosophilamelanogaster)  

    Tanggal Praktikum : 2 Oktober 2015

    Tanggal Pengumpulan : 9 Oktober 2015

    Disusun oleh:

    Bunga Indraswari Sekaton10614047

    Kelompok 3

    Asisten:

    Isqim Oktaviani

    10611030

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    BANDUNG

    2015

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    2/16

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    3/16

      Sebagai hasil dari transkripsi dan translasi suatu gen, protein, dapat

     berfungsi sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi

    ataupun sebagai protein struktural yang membentuk sel. Apabila suatu

     protein tidak berfungsi, maka akan terjadi mutasi. Melalui praktikum ini

     praktikan dapat melihat pengaruh aktivitas produk gen yang

    mempengaruhi fenotip, yakni pigmen mata pada  Drosophila melanogaster .

    (Jones et al , 1991).

    1.2 Tujuan

    Praktikum kromatografi pigmen mata Drosophila melanogaster  ini

     bertujuan:

    1.  Menentukan nilai Rf dari hasil kromatografi pigmen mata

     Drosophila melanogaster wildtype, mutan white, mutan claret,

    dan mutan sepia.

    2.  Menentukan kelompok pigmen mata pada  Drosophila

    melanogaster mutan white, sepia, dan claret berdasarkan hasil pemberian sinar UV.

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    4/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Hubungan Antara Gen, DNA, Protein, dan Enzim

    Berdasarkan percobaan George Beadle dan Edward Tatum pada

    tahun 1941, gen yang terkandung dalam rantai panjang nukleotida pada

    DNA berisi informasi untuk memproduksi enzim (protein) tertentu, dan

    mereka menyimpulkan bahwa satu gen mensintesis satu enzim (one gene-

    one enzyme). Sehingga dapat dikatakan gen bertanggung jawab

    memproduksi sebuah enzim tunggal yang mempengaruhi satu langkah

    dalam jalur metabolisme. Salah satu fungsi protein di dalam sel yaitu

    sebagai enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi yang terjadi di dalam sel.

     Namun setelah perkembangan teknologi, ditemukan bahwa tidak semua

     protein yang disintesis suatu gen menjadi sebuah enzim. Sehingga teori ini

    kemudian dikoreksi menjadi one gene-one polypetide theory.  Ekspresi gen

    terdiri dari dua tahap yakni transkripsi  –  proses pembuatan RNA copy, dan

    translasi, proses sintesis polipeptida yang spesifik di dalam ribosom.

    (Snustad, 2011).

    2.2 Hubungan Kerja Protein dan Pigmen Mata

    Bentuk utama dari suatu gen adalah protein yang dihasilkan dari

    sintesa polipeptida. Fenotip-fenotip yang teramati dari suatu mahluk hidup

    terjadi akibat aktivitas dari protein. Jika suatu gen termutasi dimana urutannukleotida dari gen tersebut berubah, hal ini mengakibatkan terjadi

     perubahan pada protein yang dihasilkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

     perubahan dari aktivitas protein dan fenotip yang kita amati. Di dalam

     pigmen mata terdapat bermacam-macam protein yang menghasilhan warna

    mata yang berbeda-beda Warna mata dari  Drosophila melanogaster  

    adalah hasil dari kombinasi dua famili molekul pigmen, yaitu pteridin dan

    ommokrom. Pteridin yang memberi warna merah cerah, sedangkan

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    5/16

    ommokrom memberi warna coklat. Kedua pigmen ini digabumgkan

    dalam ikatan membran yang mengandung pigmen protein bergranula

    dengan sel pigmen pada mata dan sel fotoreseptor (Jones et al , 1991).

    2.3 Alur Sintesis Pigmen Mata Drosopterin dan Ommokrom

    Pteridin yang menyebabkan warna mata pada  Drosophila

    melanogaster  berwarna merah meliputi drosopterin, isoxanthopterin, dan

    sepiapterin (Yamamoto et al , 1976). Pada pteridin, pigmen- pigmen

    tersebut disintesis dengan jalur sintesis berikut:

    Gambar 2.1 Jalur biosintesis pteridin (Handler, 2000)

    Pada ommokrom, pigmen xanthommatin coklat dihasilkan dari

    asam amino triptofan dengan jalur biosintesis berikut:

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    6/16

     

    Gambar 2.1 Jalur biosintesis ommokrom (Handler, 2000)

    2.4 Prinsip Dasar Kromatografi dan Rf

    Pengamatan komponen pigmen mata  Drosophila

    melanogaster   dapat digunakan dengan metode kromatografi.

    Kromatografi adalah metode pemisahan yang mengandalkan

     perbedaan perilaku partisi antara fase gerak mengalir dan fase

    diam untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

    Thin-layer chromatography (TLC) atau biasa disebut kromatografi

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    7/16

    lapisan tipis, adalah jenis kromatografi dengan prosedur yang lebih

    sederhana, cepat, dan murah yang memberikan jawaban yang cepat

    untuk berapa banyak komponen dalam suatu campuran. TLC juga

    digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa dalam campuran

    ketika Rf ( Retention factor ) suatu senyawa dibandingkan dengan

    Rf dari senyawa yang diketahui.

    Prinsip kerja dari TLC adalah komponen-komponen

    senyawa yang diidentifikasi akan berbeda dalam kelarutan dan

     pada kekuatan dari adsorpsinya untuk adsorben dan beberapa

    komponen akan dibawa lebih jauh ke pelat daripada yang lainya.

    Ketika pelarut telah mencapai puncak pelat, pelat dikeluarkan dari

    wadah, lalu dikeringkan, dan komponen dipisahkan dari campuran

    yang divisualisasikan. Jika senyawa berwarna, visualisasi dapat

    dilakukan dengan sangat mudah. Biasanya senyawa tidak berwarna,

    sehingga sinar UV digunakan untuk memvisualisasikan pelat

    tersebut (Posto, 1992).

    Retention factor (Rf) didefinisikan sebagai jarak yang

    ditempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh

     pelarut.

     

       

    Rf untuk suatu senyawa adalah konstan dari satu percobaan ke

     percobaan lainnya hanya jika kondisi kromatografi seperti sistem

     pelarut, adsorben, ketebalan adsorben, jumlah material yang terlihat,

    dan suhunya juga konstan. Semakin bear nilai Rf dari suatu

    senyawa, semakin besar jarak tempuhnya pada pelat (Posto, 1992).

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    8/16

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdapat

    dalam Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Alat dan Bahan

    Alat Bahan

    1.  Alat penjepret

    2.  Bejana kromatografi

    3.  Gunting

    4. 

    Jarum pentul

    5.  Lampu sinar UV

    6. 

    Penggaris

    7.  Pensil

    8.  Tutup kaca

    1.   Drosophila melanogaster  

    wildtype 

    2.   Drosophila melanogaster  mutan

    (white, claret, sepia)

    3.  Kertas saring Whatman no. 1

    4. 

    Larutan NBA

    5.  Vaselin

    3.2 Cara Kerja

    Kertas saring Whatman no. 1 digunting dengan ukuran 16 x 20 cm.

    Kemudian, dikedua bagian dari ujung kertas saring yang sejajar sisi berukuran 16 cm digarisi lurus dengan pensil. Garis pertama 2cm dan

    garis kedua 18cm dari ujung bawah kertas. Di garis lurus yang pertama,

    diberi 4 tanda O dengan jarak masing-masing 4 cm. Diujung atas kertas

    saring ditulisi nama kelompok menggunakan pensil. Empat ekor lalat buah

    ( Drosophila melanogaster ) jenis wildtype ,white, claret, sepia  dipotong

    kepalanya menggunakan jarum pentul. Setiap kepala tersebut diiletakkan

    di atas keempat tanda O pada kertas saring dan ditekan. Kertas saring

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    9/16

    digulung sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan dan kertas saring

    dijepret sebanyak dua kali disebeah atas dan dua kali disebelah bawah.

    Bejana diisi dengan larutan NBA setinggi 1cm. Kertas saring yang telah

    digulung, dimasukkan ke dalam bejana. Lalu, bejana ditutup dan diberi

    vaselin disekitar penutup bejana. Kertas saring didalam bejana, didiamkan

    selama beberapa puluh menit hingga eluen bergerak melewati garis kedua.

    Setelah eleuen bergerak melewati garis kedua, kertas saring diambil dan

    digarisi dengan pensil pada batas pergerakan eluen. Kemudian, kertas

    saring dikeringkan dan diamati dibwaha sinar ultra violet. Di sekeliling

     bercak yang terlihat saat penyinaran sinar ultra violet diberi tanda dengan

     pensil dan dicatat warnanya dan warna yang berpendar atau fluorosensinya.

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    10/16

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    11/16

     

    Gambar 4.3 Kertas kromatografi sampel saat diberi sinar UV (Dokumentasi Pribadi,

    2015)

    4.1.2 Perhitungan Rf

     

       

    Tabel 4.1 Perhitungan Rf

    Jenis

    Drosophila

    melanogaster  

    Fasa I(cm)

    Fasa II(cm)

    Jarak

    Total

    (cm)

    Rf Fasa IRf Fasa

    IIWarna

    pendar

    kuning

    Warna

    pendar

    hijau

    Wildtype 0.5 2.1 4.6 0.1086 0.4565

    Sepia 1.7 2.9 4.3 0.3953 0.6744

    Claret 0.7 2.1 4.6 0.1521 0.4565

    4.2 Pembahasan

    Saat kertas kromatografi diberi sinar UV, terjadi pemantulan warna

    atau berpendarnya warna yang tersembunyi karena absorbsi cahaya dari

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    12/16

    lampu sinar UV. Peristiwa ini bisa terjadi karena senyawa pada pigmen

    warna mata mempunyai sifat memendarkan cahaya. Warna pendar cahaya

    yang berbeda-beda dikarenakan Karena masing-masing mutan mempunyai

     perbandingan pigmen mata yang berbeda-beda dimana komponen pigmen

    mata tersebut akan mengabsorbsi cahaya ultraviolet dengan panjang

    gelombang tertentu dan memendarkan warna yang lebih kontras sesuai

    dengan warna asli masing-masing senyawa tersebut.

    Hasil pengamatan ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan

     bahwa  Drosophila melanogaster   mutan terlihat hasil pola pteridin pada

    kromatogram yang berbeda dengan type wildtype. Itensitas sinar yang

     berpendar saat kromatogram diletakkan dibawah sinar UV sebanding

    dengan jumlah senyawa pada komposisi pigmen mata tiap mutan.

    Beberapa jenis pteridin tidak ditemukan pada jenis mutan. Seperti tidak

    adanya drosopterin (pigmen mata merah), namun terdapat kandungan

    xanthopterin dan sepiapterin yang tinggi pada mutan sepia. Sedangkan

     pada mutan claret terjadi mutasi baik pada pigmen pteridin maupun

    ommokrom.

    Gambar 4.4 Urutan pteridin hasil kromatografi tipe wildtype (Hadorn, 1962)

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    13/16

      Pengamatan pada pigmen mata  Drosophila melanogaster   mutan

    white tidak didapatkan hasil jarak noda pigmen matanya karena tidak

    terdapat pigmen pada mutan tersebut. Pigmen mata  Drosophila

    melanogaster   mutan white tidak memiliki pigmen karena tidak adanya

     pigmen drosopterin (pigmen warna merah) yang diekspresikan pada jalur

     pteridin dan pigmen xanthommatin pada jalur sintesis ommokrom (Hadorn,

    1962).

    Pada praktikum kali ini, nilai Rf pada masing-masing mata lalat

     Drosophila melanogaster   mata wildtype, mutan sepia, mutan claret

     berturut-turut pada fasa I adalah 0.1086, 0.3953, 0.1521, sedangkan untuk

    fasa II adalah 0.4565, 0.6744, 0.4565. Nilai Rf yang semakin besar dapat

    diartikan semakin non-polar, karena semakin tinggi berarti zat tersebut

    semakin terbawa dengan eluen yang bersifat non-polar. Sedangkan jika

    nilai Rf semakin kecil, itu dapat diartikan semakin polar karena zat

    tersebut tertahan oleh kertas yang juga bersifat polar. Pada hasil

     pengamatan ditemukan bahwa nilai Rf pada mutan sepia paling besar. Halini menunjukkan bahwa pigmen sepia paling nonpolar sedangkan pigmen

    mutan white yang paling polar (Thiemann, 2001).

    Larutan NBA dalam praktikum ini berfungsi sebagai eluen.

    Larutan NBA merupakan campuran dari larutan yang memiliki tingkat

    kepolaran. Karena larutan NBA merupakan campuran dari larutan yang

    memiliki tingkat kepolaran berbeda-beda, larutan NBA dapat memisahkan

     pigmen-pigmen pada mata lalat buah yang memiliki tingkat kepolaran

    hampir sama. Sedangkan fungsi vaselin adalah agar udara yang berada di

    dalam bejana tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk

    melalui celah-celah antara bejana dengan penutup. Pemberian vaseline

     pada tutup bejana berfungsi agar bejana tempat eluen kromatografi kedap

    udara sehingga kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari

    larutan NBA. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah

     penguapan eluen (Falk, 2009).

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    14/16

      Fungsi pemakaian sinar UV pada praktikum ini adalah untuk

    membantu pengamatan kromatogram, karena pigmen mata pada

     Drosophila melanogaster   tidak bisa terlihat menggunakan cahaya putih

    (lampu neon), maka dari itu digunakan sinar UV, dimana sinar UV bersifat

    memendarkan cahaya pada senyawa yang terdapat pada pigmen mata.

    Sehingga terlihat jelas kandungan pigmen mata pada tiap mutan, karena

    hasil kromatografi tiap sampel dari mata mutan memendarkan warna yang

     berbeda-beda (Hadorn, 1962).

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    15/16

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang sudah dilakukan,

    dapat disimpulkan bahwa: 

    1.   Nilai Rf pada masing-masing mata lalat  Drosophila

    melanogaster   mata wildtype, mutan sepia, mutan claret

     berturut-turut pada fasa I adalah 0.1086, 0.3953, 0.1521,

    sedangkan untuk fasa II adalah 0.4565, 0.6744, 0.4565.

    2.   Drosophila melanogaster   mutan white tidak memiliki

    kelompok pigmen mata drosopterin (warna merah) dan pigmen

    xanthommatin pada jalur sintesis ommokrom.  Drosophila

    melanogaster   mutan claret memiliki kelompok pigmen mata

    drosopterin dan ommokrom namun mengalami mutasi.

     Drosophila melanogaster   mutan sepia memiliki kelompok

     pigmen mata ommokrom, namun tidak memiliki kelompok

     pigmen pteridin jenis drosopterin (pigmen mata merah) sama

    sekali.

    5.2 Saran

    Saat melakukan praktikum hendaknya praktikan harus lebih sigap

    dalam memotong kepala Drosophila melanogaster  mutan yang telah mati,

    karena jika terlalu lama, fenotip mutan tersebut bisa hilang atau tidak

    terekspresikan sehingga hasil kromatografi tidak akurat. Dan adanya

     penambahan lampu sinar UV, sehingga setidaknya tiap instruk terdapat 2

    unit.

  • 8/20/2019 Laporan Praktikum Genetika Kromatografi.pdf

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, N.A., J.B. Reece , dan M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky,

    R.B Jackson. 2010. Biology, 9th Edition. New Jersey : Pearson Inc

    Falk, Raphael. 2009. Genetic Analysis: A History of Genetic Thinking. England:

    Cambridge University Press

    Hadorn, Ernst. 1962 . “Fractionating the fruit fly”. Scientific American. 206: 101-

      10

    Handler, A. M., James, A. A. 2000. Insect Transgenesis: Methods and

    Applications. CRC Press.

    Jones, R.N., Rickards, G.K. 1991. Practical Genetics. New York: John Wiley and

    Sons Inc.

    Posto, D., Johnson, C., Miller, M. 1992. Experiments and Techniques in

    Organic Chemistry. New Jersey: Prentice Hall Inc.

    Rong, Y.S., K.G. Golic. 1998. “Dominant defects in Drosophila eye pigmentation

    from a euchromatin-heterochromatin fusion gene”. Genetics. Volume

    150(4):1551-66.

    Snustad, D. P., Simmons, M. J. 2011.  Principles of Genetics 6th Edition. New

    York: Wiley

    Thiemann. 2001. Genotype to Phenotype: Investigating Eye Color Mutations

    Using Chromatography. Truman State University

    Yamamoto, M., Howells, A. J., Ryall, R. L. 1976. “The ommochrome

     biosynthetic pathway in Drosophila melanogaster: the head particulate

     phenoxazinone synthase and the developmental onset of xanthommatin

    synthesis”.  Biochem Genet . 14: 1077 — 1090.