laporan praktikum fitofarmasi kelompok 3

Upload: tri-restu-pamudji

Post on 05-Mar-2016

892 views

Category:

Documents


100 download

DESCRIPTION

laporan fitofarmaka UMM

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

Oleh : Kelompok 3 / FARMASI CFenny Yuniharto(201110410311....)Nada Aulia(201210410311028)M. Riduan(201210410311063)Sri Azhari (2012104103110...)Wenny Meiriani P. (201210410311088)Elida Rizki M.(201210410311100)Ika Ayu Rahma (201210410311110)Nurul Muthmainnah (201210410311119)Intan Yunindiska H. (201210410311161)Tri Restu Pamudji (201210410311214)Nurul Ahya (201210410311246)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASIPEMBUATAN EKSTRAK RIMPANG KENCUR(Ekstrak Kaemferia galanga L.)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015I. Judul : Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L.)Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan ekstakrasi dengan menggunakan metode maserasi dan evaporasi.

II. Tinjauan Pustakaa. Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L)Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon atau tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.

Klasifikasi :Kerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: LiliopsidaOrdo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: KaempferiaSpesies: K. Galanga

Kencur (Kaempferia galanga L) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma (Soeprapto,1986).Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah ternaungi.Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil p-metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita,2007).

b. MaserasiMaserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi. Jadi masserasi dapat diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 2008).Ekstrak adalah sediaan cair yang dibuat deangan cara m yaitu direngekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (non polar) atau setengah air , misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Depkes RI,1995).Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989). Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15o-20o C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut , melarut (Ansel, 1989). Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi dangan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan seba gai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam , tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari.

III. Alat dan BahanAlat :Bahan :1. Botol selai 1. Serbuk rimpang kencur2. Pipet panjang 2. Etanol 96%3. Pipet pendek 3. Cab-o-sil4. Aluminium foil5. Beker glass (1 Liter;300ml)6. Loyang 7. Rotavapor dan alat penyaring8. Toples 9. Kertas saring10. Batang pengadukIV. Prosedur Kerjaa. Ekstraksi rimpang kencur dengan etanol 96 %Rimpang kencur sebanyak 300 gram diekstraksi dengan 1,2 liter etanol 96% secara maserasi modifikasi dengan cara pengadukan pada kecepatan tertentu selama 2,5 jam, lalu disaring. Residu dimaserasi lagi dengan 0,9 liter etanol 96% selama 1,5 jam, dan disaring. Pekerjaan tersebut diulang sampai 3 kali. Filtrat dikumpulkan menjadi satu.

b. Pemekatan ekstrakFiltrat yang telah terkumpul di ad kan hingga 300 ml kemudian ditambah dengan Cab-O-Sil sebanyak 5 % (15 gram) lalu dimasukkan kedalam rotavapor hingga diperoleh ekstrak kering.Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dengan alat rotavapor, yaitu penguapan dengan penurunan tekanan sampai etanol menguap semua. Kemudia ekstrak kental yang diperoleh ditimbang.

V. Skema KerjaDitimbang 300 g serbuk rimpang kencur di bekker glass

Masukkan serbuk rimpang kencur ke dalam wadah yang telah disiapkan + 1,5 liter etanol 96 % lakukan maserasi dengan cara pengadukan pada kecepatan tertentu selama 2,5 jam

Saring hasil maserasi (2), tampung filtrat pada wadah yang telah disiapkan dan lakukan maserasi kembali dengan 900 ml etanol 96% pada residu selama 1,5 jam

Saring hasil maserasi (3), tampung filtrat pada wadah yang telah disiapkan dan lakukan maserasi kembali dengan 900 ml etanol 96% pada residu selama 1,5 jam

Saring kembali maserasi (4). Setelah semua filtrat terkumpul jadi satu, lakukan pemekatan filtrate dengan rotavapor (penguapan dengan penurunan tekanan hingga volume tersisa 100 ml

Pindahkan hasilnya kewadah yang telah disiapkan, ratakan ekstrak + cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak (15g) dengan ditaburkan sedikit demi sedikit ad merata. Diamkan semalam ad kering

Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup

VI. HasilBobot ekstrak rimpang kencur 49,60 gram

VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan ekstrak rimpang kencur (Kaemferia galanga L.) dengan menggunakan metode maserasi modifikasi. Pelarut yang digunakan pada pembuatan ekstrakini adalah etanol 96%. Proses maserasi adalah proses menarik senyawa yang terkandung didalam serbuk rimpang kencur dimana etanol akan berdifusi ke dalam sel, lalu zat aktif akan larut yang ditandai dengan perubahan warna pelarut menjadi kecoklatan.Pada praktikum ini kami terbagi menjadi 2 kelompok, diantaranya kelompok dengan metode konvensional, dimana pada kelompok ini ekstrak rimpang kencur direndam dengan etanol 96% selama semalam. Dan kelompok dengan metode kinetik, dimana pada kelompok ini tidak dilakukan perendaman pada ekstrak.Pada praktikum kali ini kami melakukan ekstraksi dengan metode kinetik, dimana ekstrak rimpang kencur yang telah ditimbang dilarutkan dengan etanol 96% kemudian dilakukan pengadukan dengan kecepatan tertentu (500 rpm) selama 2,5 jam. kemudian disaring, filtrat ditampung dan residu dilarutkan kembali dengan etanol 96% kemudian dilakukan pengadukan kembali selama 1,5 jam. Pekerjaan ini diulang hingga 3 kali. Filtrat yang telah dikumpulkan kemudian pekatkan dengan rotavapor hingga diperoleh filtrat sebanyak 300 ml. Filtrat kemudian dituang kedalam loyang dan ditambah cab-o-sil sebanyak 5% (15 gram). Cab-o-sil ditaburkan secara merata pada filtrat, kemudian didiamkan hingga kering. Setelah kering serbuk rimpang kencur ditimbang dan disimpan dalam wadah untuk digunakan pada praktikum selanjutnya.

VIII. KesimpulanBobot ekstrak rimpang kencur 49,60 gram

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASISTANDARISASI PARAMETER SPESIFIK EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaemferia Rhizoma)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015I. Judul : Standarisasi Parameter Spesifik Ekstrak KencurTujuan: Mengetahui parameter-parameter spesifik pada standarisasi bahan obat herbalII. Tinjauan Pustakaa. Standardisasi EkstrakStandardisasi ekstrak adalah penentuan parameter kualitatif dan kuantitatif baik terhadap senyawa aktif maupun senyawa khas lainnya dan sifat kimianya. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal/simplisia, karenanya sebelum diproses menjadi ekstrak, simplisia/bahan awal yang akan diekstraksi harus pula distandarisasi. Dua faktor yang mempengaruhi mutu simplisia adalah faktor biologi dan kimia.Faktor biologi meliputi beberapa hal, yaitu:1. Identitas jenis (spesies), jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasikan sampai informasi genetika sebagai faktor internal untuk validasi jenis.2. Lokasi tumbuhan asal. Lokasi merupakan faktor eksternal, yaitu lingkungan dimana tumbuhan bereaksi bisa berupa energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik)3. Periode pemanenan hasil tumbuhan. Pemanenan yang dilakukan tidak pada waktunya bisa mempengaruhi kendungan senyawa.4. Penyimpanan bahan tumbuhan. Ruang atau wadah yang digunakan untuk menyimpan bisa mempengaruhi mutu senyawa tanaman.5. Umur tanaman dan bagian yang digunakan. Hal ini sangat menentukan keberadaan senyawa kimia seperti klorofil yang terdapat di daun.Faktor kimia meliputi beberapa hal, yaitu:1. Faktor internal seperti jenis, komposisi, kualitatif dan kuantitatif serta kadar total rerata senyawa aktif dalam bahan.2. Faktor eksternal seperti metode ekstraksi, perbandinga ukuran alat ekstraksi, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan kandungan pestisida.b. Tujuan Standardisasi EkstrakTujuan dari standardisasi ekstrak antara lain mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak.c. Parameter Standardisasi EkstrakParameter yang ditetapkan dalam standardisasi ekstrak terdiri dari parameter non spesifik dan parameter spesifik.Bila kedua parameter tersebut telah ditetapkan nilainya, maka pada proses pembuatan ekstrak, upaya yang dilakukan adalah dalam rangka mencapai nilai- nilai minimal dari setiap parameter tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa ekstrak tersebut mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dan ditetapkan terlebih dahulu.Terpenuhinya standar mutu produk/bahan ektrak tidak terlepas dari pengendalian proses, artinya bahwa proses yang tersandar dapat menjamin produk tersandar.Parameter spesifik antara lain yaitu:1. Identitas ekstrak2. Organoleptik ekstrak. Parameter yang perlu dideskripsikan meliputi warna, bau dan rasa dari ekstrak.3. Senyawa terlarut pada pelarut polar dan non polar. Persentase ekstrak yanglarut dalam pelarut polar dan non polar terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Parameter non spesifik antara lain yaitu:1. Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuka air, ditetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 105C hingga bobot tetap.2. Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang terserap zat. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan metode titrimetri, gravimetri atau azeotropi (destilasi toluen).3. Kadar abu, penetapan kadar abu adalah dengan megoksidasi semua zat organik pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 500 sampai 600C dan kemudian melakukan penimbangan zat tertinggal setelah proses pengabuan tersebut.4. Sisa pelarut5. Residu pestisida6. Cemaran logam berat7. Cemaran mikrobaa. ALTBb. MPN Coliformc. Uji Angka kapang dan khamird. Uji cemaran aflatoksinParameter ini bertujuan memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non-patogen melebihi batas yang ditetapakan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan.8. Uji kandungan kimia ekstraka. Pola kromatogram. Ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut tertentu dan cara tertentu, kemudian dilakukan analisi kromatogram sehingga memberikan pola kromatogram yang khas.b. Kadar total golongan kandungan kimia. Memberikan informasi komposisi senyawa kandungan (jenis dan kadar). Dengan penerapan metode spektrofotometri, densitimetri, titrimetri, gravimetri atau lainnya dapat ditetapkan kadar golongan kandungan kimia. Metode yang digunakan harus sudah teruji validitasnya terutama selektivitas dan batas linearitas.c. Kadar kandungan kimia tertentu. Penetapan dengan mengunakan metode tertentu yang spesifik dengan kandungan senyawa kimia yang akan ditetapakan.III. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan :Labu bersumbat, kertas saring, kertas saring bebas abu, cawan penguap, timbangan digital, analytical balance, dan lemari pengering (oven).Bahan-bahan yang digunakan :Ekstrak kental rimpang kencur, air-kloroform LP, dan etanol 95%.IV. Prosedur Kerjaa. Penetapan Kadar Sari Larut AirMaserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 2,5 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 24 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen, dihitung terhadap ekstrak awal. Percobaan dilakukan 3 kali.Catatan: Air-Kloroform LP adalah air suling 997,5 ml dicampur dengan 2,5 ml kloroform.b. Penetapan Kadar Sari Larut EtanolMaserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 2,5 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 24 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen, dihitung terhadap ekstrak awal. Percobaan dilakukan 3 kali.V. HasilNilai Standart Deviasi (SD) dan Koefisien Variasia. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

KelompokBerat Ekstrak%

(gram)

10,6868%

20,6565%

30,6464%

40,6363%

50,6565%

Mean: 65 %SD: 1,87 %Mean SD: 65 1,87 %KV: 2,8782 %

b. Penetapan Kadar Sari Larut AirKelompokBerat Ekstrak%

(gram)

10,6464%

20,1717%

30,1717%

40,1818%

50,1717%

Mean: 27 %SD: 20,91 %Mean SD: 27 20,91 %KV: 77,4508 %

SEINGETKU INI ADA YANG SALAH COBA DICEK

VI. Pembahasan

VII. Kesimpulan

VIII. Lampiran

Kadar sari larut air disaring dan diuapkan 20ml filtrat.Kadar sari larut air yang telah dibiarkan selama 24 jam.Kadar sari larut etanol disaring dan diuapkan 20ml filtrat.Pengocokan penetapan kadar sari larut etanol selama 2,5 jam

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASISTANDARISASI PARAMETER NON SPESIFIK EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaemferia Rhizoma)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015I. Judul : Stamdarisasi Parameter Non-Spesifik Ekstrak KencurTujuan: Mengetahui parameter-parameter non-spesifik pada standarisasi bahan obat herbalII. Tinjauan Pustakad. Standardisasi EkstrakStandardisasi ekstrak adalah penentuan parameter kualitatif dan kuantitatif baik terhadap senyawa aktif maupun senyawa khas lainnya dan sifat kimianya. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal/simplisia, karenanya sebelum diproses menjadi ekstrak, simplisia/bahan awal yang akan diekstraksi harus pula distandarisasi. Dua faktor yang mempengaruhi mutu simplisia adalah faktor biologi dan kimia.Faktor biologi meliputi beberapa hal, yaitu:6. Identitas jenis (spesies), jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasikan sampai informasi genetika sebagai faktor internal untuk validasi jenis.7. Lokasi tumbuhan asal. Lokasi merupakan faktor eksternal, yaitu lingkungan dimana tumbuhan bereaksi bisa berupa energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan anorganik)8. Periode pemanenan hasil tumbuhan. Pemanenan yang dilakukan tidak pada waktunya bisa mempengaruhi kendungan senyawa.9. Penyimpanan bahan tumbuhan. Ruang atau wadah yang digunakan untuk menyimpan bisa mempengaruhi mutu senyawa tanaman.10. Umur tanaman dan bagian yang digunakan. Hal ini sangat menentukan keberadaan senyawa kimia seperti klorofil yang terdapat di daun.Faktor kimia meliputi beberapa hal, yaitu:3. Faktor internal seperti jenis, komposisi, kualitatif dan kuantitatif serta kadar total rerata senyawa aktif dalam bahan.4. Faktor eksternal seperti metode ekstraksi, perbandinga ukuran alat ekstraksi, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan kandungan pestisida.e. Tujuan Standardisasi EkstrakTujuan dari standardisasi ekstrak antara lain mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak.

f. Parameter Standardisasi EkstrakParameter yang ditetapkan dalam standardisasi ekstrak terdiri dari parameter non spesifik dan parameter spesifik.Bila kedua parameter tersebut telah ditetapkan nilainya, maka pada proses pembuatan ekstrak, upaya yang dilakukan adalah dalam rangka mencapai nilai- nilai minimal dari setiap parameter tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa ekstrak tersebut mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dan ditetapkan terlebih dahulu.Terpenuhinya standar mutu produk/bahan ektrak tidak terlepas dari pengendalian proses, artinya bahwa proses yang tersandar dapat menjamin produk tersandar.Parameter spesifik antara lain yaitu:4. Identitas ekstrak5. Organoleptik ekstrak. Parameter yang perlu dideskripsikan meliputi warna, bau dan rasa dari ekstrak.6. Senyawa terlarut pada pelarut polar dan non polar. Persentase ekstrak yanglarut dalam pelarut polar dan non polar terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Parameter non spesifik antara lain yaitu:1. Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuka air, ditetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 105C hingga bobot tetap.2. Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang terserap zat. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan metode titrimetri, gravimetri atau azeotropi (destilasi toluen).3. Kadar abu, penetapan kadar abu adalah dengan megoksidasi semua zat organik pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 500 sampai 600C dan kemudian melakukan penimbangan zat tertinggal setelah proses pengabuan tersebut.Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar abu tidak larut asam yang cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor pada makanan tersebut. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan cara langsung (cara kering) dan pengabuan cara tidak langsung (cara basah).4. Sisa pelarut5. Residu pestisida6. Cemaran logam berat7. Cemaran mikrobaa. ALTBb. MPN Coliformc. Uji Angka kapang dan khamird. Uji cemaran aflatoksinParameter ini bertujuan memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non-patogen melebihi batas yang ditetapakan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan.8. Uji kandungan kimia ekstraka. Pola kromatogram. Ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut tertentu dan cara tertentu, kemudian dilakukan analisi kromatogram sehingga memberikan pola kromatogram yang khas.b. Kadar total golongan kandungan kimia. Memberikan informasi komposisi senyawa kandungan (jenis dan kadar). Dengan penerapan metode spektrofotometri, densitimetri, titrimetri, gravimetri atau lainnya dapat ditetapkan kadar golongan kandungan kimia. Metode yang digunakan harus sudah teruji validitasnya terutama selektivitas dan batas linearitas.c. Kadar kandungan kimia tertentu. Penetapan dengan mengunakan metode tertentu yang spesifik dengan kandungan senyawa kimia yang akan ditetapakan.III. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan :Labu bersumbat, kertas saring, kertas saring bebas abu, cawan penguap, krus porselen, timbangan digital, analytical balance, desikator, dan lemari pengering (oven).Bahan-bahan yang digunakan : Ekstrak kental rimpang kencur.IV. Prosedur Kerjaa. Penetapan Kadar Abu TotalLebih kurang 2 3 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbnag seksama, dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijrakan dan ditara, kemudian diratakan. Dipijar perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas saring dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijar hingga bobot tetap, kemudian ditimbang. Dihitung kadar terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

b. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam AsamAbu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam sulfat encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.c. Susut PengeringanPrinsip: pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105C selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan dalam persen.Prosedur : 1. Tara botol timbang + tutup kemudian panaskan pada suhu 105C selama 30 menit2. Timbang ekstrak 1 gram dalam botol timbang dan ratakan3. Dinginkan ekstrak dan botol timbang pada suhu kamar dalam desikator4. Kemudian setelah dingin dipanaskan kembali pada suhu 105C dengan tutup terbuka hingga bobot tetap.

V. HasilPenetapan kadar abuBerat ekstrak= 3 gramBerat krus kosong= 31,5828 gram 31,5808 gram 31,5779 gram 31,5777 gram 31,5776 gramBerat krus + ekstrak= 32,4987 gram 32, 4987 gram

Perhitungan kadar abu

VI. PembahasanStandarisasi ekstrak sangat penting untuk dilakukan untuk mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Terpenuhinya standar mutu produk atau bahan ekstrak tidak terlepas dari pengendalian proses, artinya bahwa proses yang terstandar dapat menjamin produk tersebut.Parameter yang ditetapkan dalam standarisasi ekstrak terdiri dari parameter spesifik dan parameter non spesifik. Penentapan nilai untuk kedua parameter tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa ekstrak tersebut mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dan ditetapkan terlebih dahulu.Penentapan nilai-nilai parameter standarisasi ekstrak rimpang kencur (Kaemferia galanga L.) telah dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional yang tercantum dalam SNI 01-7085-2005 dengan SK Penetapan 14/KEP/BSNI/02/2005. Standar inilah yang digunakan oleh praktikan sebagai acuan dan perbandingan dengan hasil praktikum.Penetapan kadar abu total dilakukan dengan metode gravimetri yakni pengabuan ekstrak dalam krus pada suhu tinggi. Disini terjadi pemanasan bahan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga yang tertinggal hanya unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kandungakn mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Selain itu penetapan kadar abu juga dimaksudkan untuk mengontrol jumlah pencemaran benda-benda organik seperti tanah, pasir, yang seringkali terikut dalam sediaan nabati. Kadar abu total yang diperoleh dalam ekstrak rimpang kencur yang tertera di acuan SNI adalah tidak lebih dari 8%.Dari hasil praktikum kelompok kami diperoleh kadar abu total ekstrak rimpang kencur sebesar 30,70%. Kadar abu total tersebut dinyatakan tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI simplisia kencur yang telah ditetapkan (