laporan praktikum€¦ · laporan praktikum respirasi oleh : golongan f/ kelompok 1b 1. dika probo...

30
i LAPORAN PRAKTIKUM RESPIRASI Oleh : Golongan F/ Kelompok 1B 1. Dika Probo Pangestu 161510501011 2. Kizah Musdalifah 161510501012 3. Eka Pransiska Utamala Malinda 161510501015 LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2017

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    LAPORAN PRAKTIKUM

    RESPIRASI

    Oleh :

    Golongan F/ Kelompok 1B

    1. Dika Probo Pangestu 161510501011

    2. Kizah Musdalifah 161510501012

    3. Eka Pransiska Utamala Malinda 161510501015

    LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2017

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tumbuhan termasuk makhluk hidup yang juga memerlukan adanya energi

    untuk melakukan segala aktivitas mereka. Aktivitas tersebut dapat berupa sintesis,

    gerak, absorbsi unsur hara serta transpor elektron yang sebelumnya dari proses

    respirasi energi kimia yang tersimpan akan diubah menjadi ATP yang memiliki

    energi tinggi sehingga mampu mendukung proses metabolisme dan beberapa

    aktivitas / proses hidup tanaman. Tanaman dalam memperoleh nutrisi atau

    makanan bergantung pada lingkungan sekitar mereka, ketersediaan nutrisi tersebut

    harus mampu mencukupi kebutuhan dari tanaman. Proses reaksi kimia dalam sel

    tumbuhan membutuhkan unsur penting yakni oksigen. Ketersediaan oksigen pada

    lingkungan sekitar juga sangat diperlukan.

    Respirasi dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik dalam sel

    tanaman. Respirasi aerob yakni proses yang membutuhkan adanya oksigen dan

    repirasi anaerob sendiri proses tidak membutuhkan adanya oksigen atau disebut

    juga fermentasi. Pengukuran laju metabolisme dapat dilakukan dengan mengukur

    banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup yang diamati per satuan

    waktu. Beberapa hal tersebut dapat terjadi karena pada proses oksidasi

    memerlukan oksigen dari bahan makanan yang diserap dan akan menghasilkan

    suatu produk keluaran dalam bentuk energi. Laju pada metabolisme dapat

    diperkirakan dengan melihat laju pada konsumsi/serapan tanaman terhadap

    oksigen.

    Kegiatan respirasi yang dilakukan oleh manusia serta hewan terjadi siang

    dan malam hari meskipun saat mereka beristirahat. Tumbuhan, melakukan proses

    respirasi saat malam hari serta melakukan kegiatan fotosintesis di siang hari , hal

    tersebut dilakukan tumbuhan dikarenakan saat siang hari tumbuhan dapat

    memperoleh energi dari sinar matahari yang optimal ,akan tetapi malam hari

    tumbuhan tetap melakukan proses fotosintesis saat mendapatkan pencahayaan

    yang memadai sehingga mampu mengurai CO2 yang terdapat di udara.

  • 2

    Tumbuhan memiliki ciri tersendiri apabila terjadi proses respirasi yakni

    dimana hasil dari proses respirasi berupa atp dan reaksi fotosintesis tersebut

    dibentuk dari penyimpanan bahan cadangan makanan contohnya lemak dan

    tepung. Memerlukan konsumsi oksigen pada proses siklus asam trikarboksilat,

    jadi pada kondisi kekurangan oksigen proses tersebut tidak akan berjalan berbeda

    apabila terdapat jaringan parenkim pada tanaman tertentu. Daun sebagai tempat

    terjadinya reaksi respirasi, lebih tepatnya pada bagian daun mitokondria dan

    sitoplasma yang dimana reaksi tersebut sangat penting sebab mampu melepaskan

    energi dari gula. Pengendalian reaksi kimia lain melalui ATP.

    Pembakaran dan respirasi termasuk pada proses pelepasan energi potensial

    yang memiliki perbedaan. Pembakaran berlangsung seacara tidak terkontrol

    sehingga antar molekul terpecah, menyeluruh sehingga molekulnya terbakar

    secara keseluruhan, energi yang dihasilkan berbentuk panas dan menyala.

    Respirasi berlangsung secara terkontrol, terjadi secara pelan-pelan, hasil dari

    proses tersebut dalam bentuk ATP yang dipecah apabila saat diperlukaan saja.

    1.2 Tujuan

    1. Mengetahui volume O2 dan CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi serta

    membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.

  • 3

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Respirasi adalah suatu proses dimana terjadi pertukaran reaksi kimia yang

    terjadi antara organisme dengan lingkungannya. Makhluk hidup melakukan

    respirasi, terutama tumbuhan yang digunakan untuk mengambil oksigen yang

    berasal dari udara kemudian membuangnya dalam bentuk karbondioksida. Proses

    respirasi yaitu penguraian gula serta pelepasan energi dari sel tumbuhan. Respirasi

    dilakukan pada stomata lentisel dan ruang antar sel. Respirasi dapat dibedakan

    menjadi 2 macam yaitu, respirasi aerob yang memerlukan bantuan oksigen untuk

    menguraikan gula dan anaerob yang tidak memerlukan bantuan oksigen

    (Nelistya., 2009).

    Respirasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu, tahapan glikolisis, siklus krebs,

    dan rantai transpor elektron. Tahapan glikolisis merupakan suatu reaksi

    pemecahan molekul glukosa (C6) menjadi asam piruvat (C3) yang secara langsung

    dilakukan dalam sitoplasma secara anaerob, menghasilkan suatu energi yang

    berupa 2 molekul ATP. Proses awal yaitu masuknya glukosa dalam sel melalui

    protein yang terdapat pada membran sel secara spesifik, kemudian setelah glukosa

    masuk ke dalam sel sitoplasma, akan mengalami suatu proses yang disebut

    dengan glikolisis. Pada glikolisis gula akan dirubah dalam bentuk heksosa yaitu

    glukosa (Rahmatan dkk., 2012).

    Mekanisme secara umum yang beralih antara mode respirasi katabolik dan

    anabolik, serta sarana umum yang digunakan untuk mengendalikan status pada

    karbon, energi dan redoks sel. Pengangkutan aktif ion pada mineral yang

    digunakan ke dalam tanaman adalah suatu proses intensif energi yang didukung

    oleh respirasi pada tanaman. Respirasi tanaman dapat pula dibagi ke dalam proses

    pertumbuhan sebagai pendukung, yang dapat mendukung proses perawatan serta

    pengangkutan ion secara khusus. Proses pengangkutan tersebut bersifat dinamis

    dan bervariasi, sebab ATP cenderung pada kedinamisan dan bervariasi

    (Vanlerberghe., 2013).

    Proses respirasi sebagai substrat sumber energi dapat menurunkan total asam

    pada saat penyimpanan yang dikarenakan penggunaan suatu asam-asam organik

  • 4

    yang terdapat pada tanaman. Penurunan total tersebut dikarenakan dalam proses

    respirasi, gula terurai menjadi asam piruvat yang daoat menghasilkan CO2 dan

    H2O. Akibat yang ditimbulkan oleh penggunaan asam-asam organik tersebut

    adalah jumlah asam organik dapat menurun yang menyebabkan nilai dari asam

    juga menurun. Laju respirasi dapat menahan penggunaan asam-asam organik

    sehingga dapat ditekan untuk mempertahankan total asam pada tanaman selama

    dalam proses penyimpanan (Novita dkk., 2012).

    Respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu substrat yang tergantung

    pada ketersediaan substrat utama dalam bentuk karbohidrat, temperatur dapat

    mempengaruhi kerja suatu enzim dan oksigen yang berfungsi sebagai tempat

    penerimaan elektron pada daur krebs. Respirasi memiliki strategi pertumbuhan

    yang mengakolasikan suatu fraksi karbon yang relatif tinggi menuju ke akar,

    dapat meningkatkan suatu tingkat dimana dapat mengekstrak uap air dari matriks

    tanaman. Strategi pertumbuhan tersebut akan dapat menghasilkan suatu biaya

    metabolisme pada respirasi pertumbuhan dan perawatan nyata sebagai langkah

    untuk biomassa akar tambahan pada tanaman (Pavlick et al., 2013).

    Respirasi aerob dan fotosintesis dapat didukung dengan adanya penggenangan

    sebagai salah satu strategi untuk penghindaran (escape strategy) terhadap

    penggenangan untuk membantuk dalam kebutuhan oksigen dan karbondioksida.

    Pada saat tanaman kekurangan oksigen (keadaan hipoksia), maka akar adventif

    akan terbentuk sebagai upaya untuk mencari tekanan oksigen yang tinngi. Akar

    tersebut akan mengurangi pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh adanya

    genangan dengan memperluas area perakaran di udara dan meningkatkan respirasi

    aerob serta mengoksidasi rizosfer (Rohmah dkk., 2016).

    Peningkatan respirasi dan kapasitas AOP yang terdapat pada tanaman dingin

    akan melindungi terhadap spesies oksigen reaktif (ROS) yang ada di mitokondria

    dan photodamage pada kloroplas. Pengonsumsian yang berlebihan akan

    mereduktan melalui jaringan transpor elektroda negatif pada alternatif

    mitokondria. Peningkatan respirasi mitokondria terutama yang didukung oleh

    jalur oksidatif sitokrom (COP) (Gandin et al., 2014).

  • 5

    BAB 3. METODE PRAKTIKUM

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum Agrobiosains yang berjudul “Respirasi” dilaksanakan pada hari

    Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 16.00 – 17.30 WIB di Laboratorium Fisiologi

    Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    1. Erlenmeyer 250 cc.

    2. Neraca.

    3. Kertas saring.

    4. Respirometer.

    5. Beaker glass

    6. Botol semprot.

    7. Biuret

    3.2.2 Bahan

    1. Biji imbibisi kacang hijau, kecambah kacang hijau (24 jam dan 48 jam).

    2. Larutan CaCl2 0,2 N.

    3. Larutan NaOH 0,2 N.

    4. Larutan HCl 0,05 N.

    5. Aquadest.

    6. Vaseline.

    7. Indikator pp.

    3.3 Pelaksanaan Praktikum

    1. Memasukkan sedikit NaOH (1 butir) ke dalam dasar respirometer dan

    memasukkan pula kassa logam ke dalam tabung objek yang telah diisi oleh

  • 6

    biji atau kecambah kacang hijau sebanyak 15 butir dengan ukuran atau tinggi

    kecambah kacang hijau yang sama.

    2. Menutup sementara respirometer dengan tangan, agar NaOH tidak menguap.

    3. Mengolesi vaseline pada lingkar tabung objek dan tabung pengumpul

    respirometer.

    4. Menutup tabung objek dengan tabung pengumpul.

    5. Mengisi alat suntik dengan sedikit tinta dengan menyedotnya.

    6. Menyuntikkan tinta satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung

    pengumpul hingga mencapai angka 0.

    7. Melihat perubahan tetes tinta (menurun) dalam waktu 2 menit dalam pipa

    ukur. Mencatat perubahan tetes tinta yang menunjukkan pemakaian volume

    oksigen oleh biji atau kecambah kacang hijau dalam waktu 2 menit.

    8. Mengeluarkan kassa logam dari respirometer.

    9. Menuangkan aquadest 5 ml ke dasar tabung respirometer yang terdapat

    NaOH.

    10. Menuangkan larutan NaOH ke dalam erlenmeyer.

    11. Menuangkan 15 ml aquadest ke dalam erlenmeyer yang terisi larutan NaOH

    dan menggoyangkan erlenmeyer hingga butiran NaOH larut dalam aquadest.

    12. Menuangkan CaCl2 0,2 N ke dalam erlenmeyer larutan NaOH dan

    menggoyangkannya hingga terdapat endapan CaCO3.

    13. Menyaring endapan CaCO3 dengan kertas saring.

    14. Menyemprot endapan CaCO3 pada kertas saring dengan aquadest sebanyak

    100 ml.

    15. Meneteskan indikator pp sebanyak 5-10 kali ke dalam larutan endapan

    CaCO3 hingga larutan tersebut berwarna pink.

    16. Mentitrasi larutan endapan CaCO3 yang telah berwarna pink dengan HCl 0,05

    N hingga larutan tersebut berubah menjadi bening dan mencatat volume

    titrasi tersebut.

    17. Menghitung volume karbondioksida dengan rumus : V = x N.HCl x

    Mr.HClx V. HCl

    Keterangan : N.HCl = 0,05

  • 7

    Mr. HCl = 44

    18. Menghitung volume oksigen yang terpakai dengan rumus : V= 3,14 x 0,75 x

    0,75 x (perubahan posisi tetes air) mm3.

    19. Menghitung Kuosien Respirasi (KR) dengan rumus : KR =

    20. Mencatat seluruh perhitungan ke dalam tabel.

    3.4 Variabel Pengamatan

    1. Volume CO2.

    2. Volume O2.

    3. Kuosien Respirasi

    3.5 Analisis Data

    Perolehan data yang dilakukan selama kegiatan praktikum selanjutnya akan

    dilakukan dengan analisis statistik deskriptif.

  • 8

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    No. Perlakuan Indikator Perlakuan

    Volume O2 Volume CO2

    1. Imbibisi 1,47 5,94

    2. 24 Jam 0,65 1,55

    3. 48 Jam 2,72 2,56

    Data diatas merupakan data hasil pengamatan respirasi pada biji kacang

    hijau yang memperoleh hasil volume O2 dan volume CO2. Biji kacang hijau yang

    dilakukan untuk kegiatan pengamatan yang diperlakukan dengan cara imbibisi

    dapat menghasilkan volume O2 sebanyak 1,47 dan volume CO2 sebanyak 5,94.

    Kecambah kacang hijau yang berusia 24 jam dilakukan pengamatan yang

    menghasilkan volume O2 sebanyak 0,65 dan volume CO2 sebanyak 1,55.

    Kecambah kacang hijau yang berusia 48 jam dilakukan pengamatan yang

    menghasilkan volume O2 sebnyak 2,72 dan volume CO2 sebanyak 2,56. Volume

    O2 dan volume CO2 yang dihasilkan dapat di hitung dengan perhitungan sebgai

    berikut:

    Perlakuan Imbibisi

    Volume O2 = 3,14 x (0,75)2 x

    = 3,14 x (0,75)2 x

    = 1,47

    Volume CO2 = ½ x V x HCl x N x HCl x Mr x HCl

    = ½ x 5,4 x 0,05 x 44

    = 5,94

    KR =

    =

    = 4,04

  • 9

    4.2 Pembahasan

    Biji dan tanaman baru dapat melakukan respirasi layaknya makhluk hidup

    lain. Respirometer merupakan alat untuk mengamati proses respirasi pada biji

    kecambah. Pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan alat

    respirometer yaitu kecambah kacang hijau di imbibisi, kecambah kacang hijau

    dengan usia 24 jam, dan kecambah usia 48 jam.

    Cara untuk mengetahui volume O2 dan volume CO2 yang ada pada

    kecambah kacang hijau yaitu menggunakan bahan berupa larutan NaOH, HCL,

    dan larutan CaCl. Larutan yang telah disiapkan terlebih dahulu selanjutnya

    langkah awal yang dilakukan yaitu memasukkan NaOH yang masih dalam bentuk

    butiran yang padat. Ujung penutup tabung di olesi menggunakan vaseline.

    Langkah selanjutnya yaitu memasukkan kacang hijau yang telah di imbibisi

    terlebih dahulu. Fungsi dari larutan NaOH sendiri yaitu untuk dapat menyerap

    oksigen yang yang dikandung dalam biji kacang hijau. Larutan NaOH telah

    diberikan dan dimasukkan dalam tabung maka langkah selanjutnya yaitu ujung

    pada tabung di tutup lalu diberikan tinta hitam dengan takaran titik nol.

    Langkah awal telah dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu menunggu

    tinta yang di suntikkan ke dalam respirometer selama 2 menit. Perubahan yang

    terjadi selama selang waktu 2 menit tersebut yaitu tinta tersebut akan bergerak ke

    bawah dan tinta akan menjauhi titik nol atau titik awal. NaOH yang ada pada

    gelas beker di ambil kemudian NaOH tersebut di larutkan dengan menggunakan

    CaCl. NaOH yang telah di larutkan menggunakan CaCl kemudian di cuci dengan

    air Aquades yang berfungsi untuk memisahkan endapan dari kertas saring.

    Pemberian air Aquades yaitu sebanyak 100ml. Langkah selanjutnya yaitu

    pemberian indikator PP dengan cara meneteskan 2 tetes saja. Pemberian indikator

    PP akan memberikan perubahan warna berupa warna pink. Langkah terakhir yaitu

    titrasi. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan HCl dengan volume awal

    yang mana volume tersebut telah ditentukan terlebih dahulu. NaOH yang di titrasi

    yaitu di tetesi menggunakan larutan HCl sampai berubah warna menjadi warna

    bening. Proses untuk mengetahi vulume O2 dan volume CO2 talah dilalui sehingga

    hita bisa mengetahui hasil volume tersebut.

  • 10

    Gambar 1.1 Grafik Volume O2 dan CO2

    Data hasil pengamatan di atas dapat terlihat dengan jelas, perlakuan yang

    membutuhkan volume O2 terbanyak yaitu pada kecambah 48 jam. Faktor yang

    mempengaruhinya yaitu meningkatnya laju respirasi. Konsentrasi oksigen akan

    menurun apabila respirasi yang terjadi mengalami peningkatan. Laju respirasi

    dapat menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen dan peningkatan hasil CO2.

    Peningkatan suhu merupakan salah satu penyebab terjadinya konsumsi oksigen.

    Grafik data pada gambar diatas menunjukkan bahwa volume O2 dan

    volume CO2 yang dibutuhkan terjadi pada perlakuan 24 jam. Volume O2 yang

    paling sedikit dibutuhkan terjadi pada perlakuan 24 jam. Volume CO2 yang dapat

    menghasilkan paling banyak yaitu terjadi pada perlakuan imbibisi. Suhu

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses respirasi.

    Imbibisi ialah peristiwa berpindahnya molekul iar ke suatu zat yang

    memiliki pori besar dan molekul tersebut menetap dalam zat tersebut. Imbibisi

    bisa berlangsung dengan baik jika memiliki daya ikat yang kuat antara penyerap

    air dan air dari lingkungan. Perlakuan imbibisi pada biji kacang hijau memiliki

    daya konsumsi lebih tinggi daripada daya produksi, karena biji kacang hijau telah

    di imbibisi terlebih dahulu (Puspitaningrum, 2012).

  • 11

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Perlakuan konsumsi O2 pada kacang hijau yang diimbibisi mendapat hasil data

    sebanyak 1,47 mm3, pada perlakuan kecambah selama 24 jam menyerap

    oksigen sebanyak 0,65 mm3 dan 2,72 mm

    3 didapat dengan perlakuan selama

    48 jam. Kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa kacang hijau yang telah

    tumbuh selama 48 jam memerlukan adanya oksigen yang lebih banyak dari

    pada kacang hijau dengan perlakukaan selama 24 jam dan pelakuan imbibisi.

    2. Perlakuan pada kacang hijau yang diimbibisi menghasilkan volume CO2 yang

    banyak yakni 5,94 mm3, apabila dibandingkan dengan perlakuan kacang hijau

    selama 24 jam 1,55 mm3 dan pada perlakuan selama 48 jam 2,56 mm

    3. Faktor

    luar meyebabkan data yang diperoleh dalam hasil CO2 pada beberapa

    perlakuan kacang hijau menjadi kurang maksimal.

    3. KR (Kuosien Respirasi) yang diperoleh pada perlakuan imbibisi adalah 4,04

    mm3.

    5.2 Saran

    Praktikum yang telah dilakukan berlangsung secara baik dan sesuai

    prosedur yang ada , akan tetapi praktikum sendiri memiliki kelebihan waktu yang

    tidak sesuai dengan yang ada pada prosedur. Akan lebih baik apabila manejemen

    waktu dapat diperhatikan sehhingga praktikum mampu berjalan tepat waktu sesuai

    dengan yang ditentukan.

  • 12

    DAFTAR PUSTAKA

    Gandin, A., N. K. Koteyeva, E. V. Voznesenskaya, G. E. Edward, and A. B.

    Cousins. 2014. The Acclimation of Photosynthesis and Respiration to

    Temperature in the C3-C4 Intermediate Salsola divaricata: Induction of

    High Respiratory CO2 Release under Low Temperature. Plant, Cell and

    Environment, 37(1):2601-2612.

    Nelistya, N. 2009. Mengenal Bagian-Bagian Tumbuhan. Jakarta: Penebar

    Swadaya.

    Novita, M., Satriana, Martunis, S. Rohaya, dan E. Hasmarita. 2012. Pengaruh

    Pelapisan Kitosan terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tomat Segar

    (Lycopersicum pyriforme) pada berbagai Tingkat Kematangan. Teknologi

    dan Industri Pertanian Indonesia, 4(3):1-8.

    Pavlick, R., D. T. Drewry, K. Bohn, B. Reu, and Kleidon. 2013. The Jena

    Diversity-Dynamic Global Vegetation Model (JeDi-DGVM): a diverse

    approach to representing terrestrial biogeography and biogeochemistry

    based on plant functional trade-offs. Biogeosciences, 10(1): 4137-4177.

    Puspitaningrum, M., M. Izzati, dan S. Haryanti. 2012. Produksi Dan Konsumsi

    Oksigen Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Buletin Anatomi dan

    Fisiologi, 20(1): 47-55.

    Rahmata, H. dan Liliasari. 2012. Pengetahuan Awal Calon Guru Biologi tentang

    Konsep Katabolisme Karbohidrat (Respirasi Seluler). Pendidikan IPA

    Indonesia, 1(1): 91-97.

    Rohmah, E. A. dan T. B Saputro. 2016. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kedelai

    (Glycine max L.) Varietas Grobogan pada Kondisi Cekaman Genangan.

    Sains dan Seni ITS, 5(2):2337-3520.

    Vanlerberghe, G. C. 2013. Alternative Oxidase: A Mitocondrial Respiratory

    Parthway to Maintain Metabolic and Signaling Homeostasis during

    Abiotic and Biotic Stress in Plants. Molecular Sciences, 14(1): 6805-

    6847.

  • 13

    LAMPIRAN

    Gambar 1. Kecambah Imbibisi

    Gambar 2. Pengambilan 15 butir kecambah kacang hijau

  • 14

    Gambar 3. Proses peletakkan 1 butir NaOH

    Gambar 4. Pemberian tinta tepat pada garis 0 (nol) selama 2 menit

  • 15

    Gambar 5. Pengambilan larutan NaOH

    Gambar 6. Penuangan Aquadest sebanyak 20 ml dan 2,5 ml CaCl2 pada

    larutan NaOH

  • 16

    Gambar 7. Proses pencampuran larutan CaCl2 pada larutan NaOH

    Gambar 8. Proses penyaringan larutan CaCl3

  • 17

    Gambar 9. Proses pengendapan pada kertas filter

    Gambar 10. Pencucian menggunakan aquadest 100 ml

  • 18

    Gambar 11. Pemberian tetesan Indikator PP

    Gambar 12. Perubahan warna oleh Indikator PP

  • 19

    Gambar 13. Titrasi pada larutan HCl

    Gambar 14. Perubahan warna oleh larutan HCl

  • 20

    Gambar 15. ACC Flowchart Acara 2

    Gambar 16. ACC Flowchart Acara 2

  • 21

    Gambar 15. ACC Flowchart Acara 2

    Gambar 16. Tabel ACC Lembar Kerja

  • 22

    Gambar 17. Tabel ACC Lembar Kerja

    Gambar 18. Tabel ACC Lembar Kerja

  • 23

    LITERATUR

    Nelistya, N. 2009. Mengenal Bagian-Bagian Tumbuhan. Jakarta: Penebar

    Swadaya.

  • 24

    Rahmata, H. dan Liliasari. 2012. Pengetahuan Awal Calon Guru Biologi tentang

    Konsep Katabolisme Karbohidrat (Respirasi Seluler). Pendidikan IPA

    Indonesia, 1(1): 91-97.

  • 25

    Novita, M., Satriana, Martunis, S. Rohaya, dan E. Hasmarita. 2012. Pengaruh

    Pelapisan Kitosan terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tomat Segar

    (Lycopersicum pyriforme) pada berbagai Tingkat Kematangan. Teknologi

    dan Industri Pertanian Indonesia, 4(3):1-8.

  • 26

    Pavlick, R., D. T. Drewry, K. Bohn, B. Reu, and Kleidon. 2013. The Jena

    Diversity-Dynamic Global Vegetation Model (JeDi-DGVM): a diverse

    approach to representing terrestrial biogeography and biogeochemistry

    based on plant functional trade-offs. Biogeosciences, 10(1): 4137-4177.

  • 27

    Vanlerberghe, G. C. 2013. Alternative Oxidase: A Mitocondrial Respiratory

    Parthway to Maintain Metabolic and Signaling Homeostasis during Abiotic

    and Biotic Stress in Plants. Molecular Sciences, 14(1): 6805-6847.

  • 28

    .

    Rohmah, E. A. dan T. B Saputro. 2016. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kedelai

    (Glycine max L.) Varietas Grobogan pada Kondisi Cekaman Genangan.

    Sains dan Seni ITS, 5(2):2337-3520.

  • 29

    Gandin, A., N. K. Koteyeva, E. V. Voznesenskaya, G. E. Edward, and A. B.

    Cousins. 2014. The Acclimation of Photosynthesis and Respiration to

    Temperature in the C3-C4 Intermediate Salsola divaricata: Induction of

    High Respiratory CO2 Release under Low Temperature. Plant, Cell and

    Environment, 37(1):2601-2612.