laporan praktikum fisiologi telinga

22
Laporan Praktikum Fisiologi Mekanisme Pendengaran dan Keseimbangan Kelompok C4 Jelita Septiwati Sitanggang - 102011385 Faruq Fathullah - 102011401 Sixtus Reza Tandisau - 102013183 Kent Wiranata – 102014006 Cindy Regina Mailangkay - 102014040 Nia Uktriae - 102014113 Benita Rosalie – 102014168 Dwiki Widyanugraha – 102014194 Nur Salsabilla - 102014243 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 Tahun Ajaran 2014/2015

Upload: ester-silalahi

Post on 26-Sep-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum FisiologiMekanisme Pendengaran dan Keseimbangan

Kelompok C4Jelita Septiwati Sitanggang - 102011385Faruq Fathullah - 102011401Sixtus Reza Tandisau - 102013183Kent Wiranata 102014006Cindy Regina Mailangkay - 102014040Nia Uktriae - 102014113Benita Rosalie 102014168Dwiki Widyanugraha 102014194Nur Salsabilla - 102014243

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510Tahun Ajaran 2014/2015

Kelompok C4NoNama AnggotaNIMTanda Tangan

1Jelita Septiwati Sitanggang102011385

2Faruq Fathullah102011401

3Sixtus Reza Tandisau102013183

4Kent Wiranata102014006

5Cindy Regina Mailangkay102014040

6Nia Uktriae102014113

7Benita Rosalie102014168

8Dwiki Widyanugraha102014194

9Nur Salsabilla102014243

PEMERIKSAAN PENDENGARAN

ALAT : 1. Penala dengan berbagai frekuensi2. Kapas untuk menyumbat telinga

CARA RINNE1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulnya pada benda keras.2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga pasien simulasi.3. Tanyakanlah pada pasien simulasi apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian pasien simulasi harus segera memberi tanda bila degungan bunyi itu menghilang.4. Pada saat itu, pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus pasien simulasi dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang diperiksa itu.5. Catatkah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :Positif: Bila pasien simulasi masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanalNegatif: Bila orang percobaan tidak lagi mendengar degungan secara hantaran aerotimpanal

CARA WEBER1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no. A.1.2. Tekankanlah ujung tangkai penala ditekankan pada dahi pasien simulasi di garis median.3. Tanyakan kepada pasien simulasi apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.4. Apa yang dimaksudkan dengan lateralisasi?5. Bila pada pasien simulasi tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah pemeriksaannya.

CARA SCHWABAH 1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau yang lain) dengan cara seperti no.A.1.2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga pasien simulasi.3. Suruhlah pasien simulasi mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.4. Pada saat itu, dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideusnya sendiri. Pada pemeriksaan ini, telinga si pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh pasien simulasi masih dapat di dengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan adalah SCHWABACH MEMENDEK.5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh pasien simulasi juga tidak dapat di dengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHWABACH NORMAL ATAU SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan hal ini, maka dilakukan pemeriksaan seperti berikut: Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai penala segera segera ditekankan ke processus mastoideus pasien simulasi. Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat di dengar oleh pasien simulasi, hasil pemeriksaaan adalah SCHWABACH MEMANJANG. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh pasien simulasi, maka hasil pemeriksaan adalah SCHWABACH NORMAL.Hasil PemeriksaanI. Pemeriksaan RinneBagian telinga yang diperiksaKeputusan pemeriksaan

Telinga kananNegatif

Telinga kiriNegatif

Hipotesis: orang percobaan mengalami gangguan pendengaran.II. Pemeriksaan WebberCara pemeriksaanKeputusan pemeriksaan

Kedua-dua telinga tidak ditutup kapasTidak terjadi lateralisasi

Telinga kanan ditutup dengan kapasLateralisasi ke telinga kanan yang ditutup kapas

Telinga kiri ditutup dengan kapasLateralisasi ke telinga kiri yang ditutup kapas

III. Pemeriksaan cara schwabachBagian telinga yang diperiksaKeputusan pemeriksaanHipotesis

Telinga kananSama dengan pemeriksaSchwabach normal atau memanjang

Telinga kiriSama dengan pemeriksa

Bagian telinga yang diperiksaKeputusanKesimpulan

Telinga kananSama dengan pemeriksaSchwabach normal

Telinga kiriSama dengan pemeriksa

Pemeriksaan untuk kepastian cara Schwabach

IV. Hasil ketiga-tiga cara pemeriksaan.Cara pemeriksaanHasil pemeriksaanKesimpulan

Cara RinneNegatifTelinga pasien simulasi mengalami masalah pendengaran/ketulian konduktif.

Cara webberTidak terjadi lateralisasi

Cara SchwabachSchwabach normal atau memanjang

PembahasanI. TES RINNEAda 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu : Normal : Jika tes Rinne positif. Tuli konduktif: Jika tes Rinne negatif. Tuli perseptif : Jika tes Rinne positif.Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien simulasi. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus atau tangkai garpu tala mengenai rambut pasien simulasi.Kesalahan dari pasien misalnya pasien simulasi lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di processus mastoideus pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di depan liang telinga.II. TES WEBERTujuan kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Jika telinga pasien simulasi mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien simulasi mendengar dengan kekuatan bunyi yang sama berarti tidak ada lateralisasi.Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu : Normal : Jika tidak ada lateralisasi. Tuli konduktif : Jika pasien simulasi mendengar lebih keras pada telinga yang sakit. Tuli perseptif : Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.Lateralisasi adalah kejadian di mana bunyi yang di dengar tidak sama kuat antara telinga kanan dan telinga kiri (bunyi didengar keras ke salah satu sisi).III. TES SCHWABACHAda 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu : Normal: Schwabch normal. Tuli konduktif: Schwabach memanjang. Tuli perseptif : Schwabach memendek.Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien simulasi lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.Tuli konduktif dan tuli perseptifKelainan hantaran melalui udara menunjukkan adanya tuli konduktif, berarti ada kelainan (biasanya sumbatan) di telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, eksostosis liang telinga, serumen dan sumbatan tuba eustachi. Tuli konduktif ini terjadi apabila gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui telinga tangah dan telinga luar untuk menggetarkan cairan di telinga dalam.Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli perseptif. Pada tuli perseptif, gelombang suara disalurkan ke telinga dalam, tetapi gelombang tersebut tidk diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi suara. Defek mungkin terletak pada organ corti, pada saraf auditorius, atau jalur auditorius ascendens, atau yang jarang pada korteks auditorius itu sendiri. SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADANALAT DAN BAHAN1. Kursi putar Barany2. Tongkat atau statif yang panjangI. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal terhadap Keseimbangan Badan1. Suruhlahlah pasien simulasi berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.2. Ulangi latihan diatas (no.1) dengan mata tertutup.3. Ulangi latihan di atas (no.1 dan 2) dengan:a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kirib. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kananHasil Pengamatan1. Pasien simulasi tidak mengalami kesulitan untuk mengikuti suatu garis lurus dilantai.2. Pada saat mata tertutup, pasien simulasi mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus. Jalannya miring kekiri.3. a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri dengan mata tertutup, jalannya miring ke kanan. Sedangkan ketika mata tidak tertutup jalannya lurus.b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan dengan mata tertutup, jalannya tetap miring ke kiri. Sedangkan ketika mata tidak tertutup, jalannya lurus.* Hasilnya gak catat, tolong ditanyakan dengan teman yang lain, terkhusus langkah ke 3.

PembahasanDari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan kepala dan mata yang normal akan mempengaruhi keseimbangan badan. Ketika pasien simulasi berjalan dengan mata terbuka dan keadaan sikap kepala yang normal, pasien simulasi tidak mengalami kesulitan berjalan. Hal ini membuktikan bahwa keadaan mata yang normal dan keadaan sikap kepala yang normal (dalam posisi tegak) memang mempengaruhi keseimbangan badan.Sedangkan pada percobaan no. 3a, ketika kepala pasien simulasi dimiringkan ke kiri atau ke kanan dengan mata terbuka, hasilnya pasien simulasi bisa berjalan lurus, namun perlu langkah yang lambat untuk tetap bisa menjaga keseimbangan berjalan. Hal ini disebabkan adanya mata yang normal sehingga bisa menjaga arah berjalan tetap lurus, namun kepala yang miring juga mempengaruhi keseimbangan berjalan pasien simulasi karena langkah berjalan menjadi lebih lambat. Pada percobaan 3b, ketika kepala pasien simulasi dimiringkan ke kiri atau ke kanan dengan mata tetutup hasil yang diperoleh adalah pasien simulasi akan berjalan miring sesuai dengan arah berlawanan kedudukan dimana kepala itu dimiringkan. Jika kepala pasien simulasi dimiringkan ke kiri, maka pasien simulasi akan berjalan ke kanan dan demikian pula sebaliknya hasil untuk kepala yang dimiringkan ke kanan. II. Percobaan dengan Kursi BaranyA. Nistagmus 1. Suruhlah pasien simulasi duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepalanya 30 ke depan.3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan. 4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.5. Bukalah saputangan (buka mata) dan suruhlah pasien simulasi melihat jauh ke depan.6. Perhatikan adanya nistagmus.7. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.8. Apa yang dimaksudkan dengan rotator nystagmus dan prostoratory nystagmus?

Hasil PengamatanMata lateralisasi ke ka.

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Past Pointing Test of Barany)1. Suruhlah pasien simulasi duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan.2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil menghulurkan tangan kirinya kearah pasien simulasi.3. Suruhlah pasien simulasi meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.4. Suruhlah pasien simulasi mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no.1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut:5. Suruhlah sekarang pasien simulasi dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi, menundukkan kepala 30 ke depan.6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang percobaan menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukkan seperti di atas.8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh orang percobaaan. Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes tersebut sampai orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

Hasil PengamatanOP mengalami tiga kali kegagalan. Pada tepukan yang keempat baru berhasil.

C. Tes jatuh1. Suruhlah pasien simulasi duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukkan kepala dan badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120 dari posisi normal.2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah pasien simulasi menegakkan kembali kepala dan badannya.4. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada pasien simulasi ke mana rasanya ia akan jatuh.5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada pasien simulasi dengan:a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90 terhadap posisi normal.b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60.6. Hubungkan arah jatuh pada setiap latihan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang.Hasil PengamatanTes jatuh 120 = OP merasa jatuh ke kiri padahal kenyataanya jatuh ke kanan Tes jatuh miring 90 = OP merasa jatuh ke kiri tetapi kenyataannya jatuh ke belakang. (bagian ini gak catat hasil, coba tanyakan dgn kelompok lain)Tes jatuh 60 ke belakang = OP merasa jatuh ke kanan padahal kenyataanya jatuh ke kiri.

PembahasanPada kanalis semisirkularis polarisasisama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lururs satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang ang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapattiga pasang kanalis; horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan, posterior kiri anterior kanan. Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya akan terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal fan terdapat percepatan dalam bidang horisontal yang menimbulkan rotasike kanann maka serabu-serabut aferen dari kanalis horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiriakan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepanmaka kanalis anterior kiri dan kanan keduasisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi.Perlu diperhatikan bahwa percepatan sudut merupakan rangsangan yang adekuat untuk serabut aferen kanalis semisirkularis. Suatu kecepatan rotasi yang konstan tidak akan mengekssitasi serabut-serabut tersebut. Namun tentunya dalam mencapai suatu kecepatan tertentu harus ada akselerasi, dan dipengaruhi akselerasi ini akan terus berkurang hingga nol setelah beberapa saat hingga beberapa menit. Keterlambatan ini disebabkan oleh pengolahan SSP dan inersia kupula serta viskositas endolimfe yang menyebabkan kupula tertinggal dibelakang perubahan sudut kepala.Sebagai contoh efek dari penghentian mendadak setelah suatu rotasi ke kanan searah jarum jam. Perlambatan menuju kecepatan nol ini ekuivalen dengan percepatan arah yang berlawanan searah jarum jam. Perlambatan menuju kecepatan nol ini ekuivalen dengan percepatan kearah yang berlawanan, yaitu kekiri. Dengan demikian, serabut aferen dari kanalis kiri aka tereksitasi sedangkan serabut yang kanan terinhibisi. Bila ini dilakukan pada ruangan gelap maka subjek akan merasa bahwa ia berputar ke kiri, setelah kupula kembali pada posisi istirahat subjek akan meras berhenti berputar.Organ otolit terdiri dari: utrikulus dan sakulus, utrikulus yang terletak hampir horisontal dan skulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda dengan sel rambut kanalis semisirklaris, polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilia terletak di bagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linear sebagaian serabut aferen akan tereksitasi sementara lainnya akan terinhibisi. Namun demikian hal ini tidak berarti pembatalan respon pada SSP. Serabut aferen dengan polarisasi tertentu dpat mengarahkan pada neuron-neuron berbeda dalam nuklei vestibularis dan dapat melakukan fungsi-fungsi yang berbeda pula. Dengan adanya polarisasi pada tiap makula maka SSP mendapat informasi tentang gerak linea dalam tiga dimensi walaupun sesungguhnya hanya ada 2 makula.Reflek vestibularis berjalan menuju SSP dan bersinap pada neuron inti vestibularis di batang otak. Selanjutnya neuron vestibularis menuju kebagian alain dari otak, sebagian langsung menuju motoneuron yang mensarafi otot-otot ekstraokular dan motoneuron spinalis yang lain menju formatia retikularis batang otak, serebelum dan lainnya.Hubungan-hubungan langsung inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokular merupakan suatu jaras yang penting dalam mengendalikan gerakan mata dan reflek vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala.Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada retina. Kompone cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapn ke bagian lain dar lapangan pandangan. Perubahan arah gerakan mata selama rangsang vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal. Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari fase lambat dan fase cepat. Fase lam bat merupakam reaksisistem vestibuler terhadap ransangan sedangkan fase cepat merupakan raksi kompensasinya. Nistagmus merupaka suatu parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibuler. Nistagmus adalah gejala yang berasal dari satu sumbermeskipun nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersamaan.dalam keadaan terlatih dengan baikvertigo biasanya tidak diraskan meskipun nistagmus ada.pada kelainan vestibuler perifer gejala vertigo dapat dihilangkan dengan latihan yang baik. Nistagmus terdiri dari nistagmus horisontal, nistagmus vertikal dan nistagmus rotoroar. Nistagmus merupakan parameter penting dalam tes kalori. Dimana dapat emnentukam normal tidaknya sistem vestibuler, dan dapat juga menduga ada kelainan pada vestibuler sentral. Nistagmus juga penting dalam pegangan menentukan diagnosa dengan tes nistagmus posisi. Ransangan normal akan selalu menimbulkan gangguan vertigo, misalnya pada tes kalori. Ransangan abnormal dapat pula menimbulkan gangguan vertigo bila terjadi kerusakan sistem vestibuler, misal pada orang dengan paresis kanalakan merasa terganggu bila naik kapal. Rangsangan normal dapat pula menimbulkan vertigo pada orang normal bila situasinya berubah.Sistem vestibuler sanga sensisitif terhadap perubahan konsentrasi O2 dalam darah, oleh karena itu perubahan mendadak aliran darah dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak hanya timbul bila hanya terjadi perubahan O2 tetapi harus ada faktor lain yang menyertai seperti sklerosi pada salah satu arteri auditiva interna atau salah satu arteri terjepit. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi O2 hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibular kana dan kiri. Akibatnya terjadi serangan vertigo.Perubahan konsentrasiO2 dapat terjadimisalnya pada hipertensi, hipotensi spondiloartrosis servikal. Pada kelainan vaso motor mekanisme erjadinya vertigo disebabkan oleh terjadinya perbedaan prilaku antara arteri auditiva interna kanan dan kiri, sehingga menimbulkan beda potensial pada keseimbangan badan dalam tes duduk di kursi barany.D. Kesan (Sensasi)1. Gunakan pasien simulasi lain.Suruhlah pasien simulasi duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan.2. Putarlah kursi tersebut diputar ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian kecepatan putarannya dikurangi secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.3. Tanyakan kepada pasien simulasi arah perasaan berputar:a) Sewaktu kecepatan putar masih bertambah b) Sewaktu kecepatan putar menetapc) Sewaktu kecepatan putar dikurangid) Segera setelah kursi dihentikan4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh pasien simulasi.Hasil Percobaan:Kursi Barany diputar ke arah kanan dari sudut pandang pasien simulasia) Sewaktu kecepatan putar masih bertambah: pasien simulasi merasa berputar ke arah kiri.b) Sewaktu kecepatan putar menetap: pasien simulasi merasa berputar ke arah kanan.c) Sewaktu kecepatan putar dikurangi: pasien simulasi merasa berputar ke arah kiri.d) Segera setelah kursi dihentikan: pasien simulasi merasa berputar ke arah kiri.(coba bagian d dipastikan lagi dengan kelompok lain atau tanyakan nia)

Pembahasan:Telinga dalam memiliki komponen khusus, yaitu aparatus vestibularis yang memberikan informasi penting mengenai kesan (sensasi) keseimbangan. Aparatus vestibularis terdiri dair dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat cochlea, yaitu canalis semicircularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus).Canalis semicircularis mendeteksi akselerasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar. Akselerasi (percepatan) atau deselarasi (perlambatan) selama rotasi kepala ke segala arah yaitu seperti pada percobaan dimana pasien simulasi duduk di kursi Barany dan diputar. Hal ini menyebabkan pergerakan endolimfe di slah satu canalis semicircularis. Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel ra,but yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di dalam canalis, yang tidak melekat ke tengkorak, mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia. Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Itu sebabnya pasien simulasi merasa arah putar berlawanan arah dengan arah putar kursi.Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Itu sebabnya OP merasa arah putar searah dengan arah putar kursi.Ketika gerakan kepala melambat, keadaan sebaliknya yang terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Canalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap. Itu sebabnya OP merasa arah putaran berlawanan arah dengan arah putar kursi ketika kecepatan putar mulai melambat dan OP merasa arah putaran kursi searah dengan arah putar kursi ketika kecepatan putar telah dihentikan.Kesimpulan:Ketika kepala mulai bergerak dengan suatu kecepatan atau perlambatan, gerakan cairan endolimfe di dalam canalis semicircularis akan menyebabkan kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, sehingga pasien simulasi merasa arah putaran berlawanan dengan arah putar kursi. Sebaliknya, canalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap. Itu sebabnya pasien simulasi merasa arah putaran kursi searah dengan arah putar kursi ketika kecepatan putar telah dihentikan.

III. Latihan Sederhana untuk kanalis Semisirkularis Horizontalis.1. Suruhlah pasien simulasi, dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30o, berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif searah dengan jarum jam, lakukan sebanyak 10 kali dalam 30 detik.2. Sutruhlah pasien simulasi berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.3. Perhatikan apa yang terjadi.4. Ulangi latihan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum jam.Hasil percobaan:Jika putaran searah dengan jarum jam, pasien simulasi jalan miring ke kanan, dan jika putaran berlawanan arah dengan jarum jam, pasien simulasi akan jalan miring ke kiri.

Pembahasan

Daftar pustaka1. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008: 804-6.2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000: 157-9.3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001: 92.4. Hall G. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : Elsevier ; 2014.p.648-9.