laporan praktikum anatomi fisiologi manusia kontraksi otot polos (esofagus) (software expharm)

17
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA KONTRAKSI OTOT POLOS (ESOFAGUS) (SOFTWARE EXPHARM) DISUSUN OLEH: 1. HENDRIKUS CHANDRA SETYAWAN 2443013179 2. ODA SHANTINA 2443013027 3. DINI NOVITA 2443013110 4. ERNA YUNI ASTUTIK 2443013318 5. LOVIENA VERONICA NIENSONA 2443013319 6. DWI MUHAROMATUL 2443013079 GOLONGAN / KELOMPOK : U / I

Upload: loviena-veronica

Post on 14-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Laporan praktikum anatomi fisiologi manusia tentang kontraksi otot polos (esofagus) dengan menggunakan software expharm. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami fungsi otot polos melalui pemberian beberapa obat pada kerja otot polos esofogus

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIAKONTRAKSI OTOT POLOS (ESOFAGUS)(SOFTWARE EXPHARM)

DISUSUN OLEH:1. HENDRIKUS CHANDRA SETYAWAN24430131792. ODA SHANTINA24430130273. DINI NOVITA24430131104. ERNA YUNI ASTUTIK24430133185. LOVIENA VERONICA NIENSONA24430133196. DWI MUHAROMATUL2443013079

GOLONGAN / KELOMPOK : U / IFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYALAPORAN PRAKTIKUM MINGGU KE-4KONTRAKSI OTOT POLOS (ESOFAGUS)(SOFTWARE EXFARM)

TUJUAN Untuk memahami fungsi otot polos melalui pemberian beberapa obat pada kerja otot polos esofogus LANDASAN TEORIOtot polos secara anatomis berbeda dengan otot rangka dan otot jantung karena otot polos tidak memperlihatkan gambar garis lintang.memiliki aktin dan miosin II yang mengeser satu pada yang lain untuk menghasilkan kontraksi. Tetapi filamen-filamen itu tidak tertata dalam susunan yang teratur,seperti pada otot rangka dan jantung, sehingga tidak memperlihatkan gambaran garis lintang. Otot polos juga mengandung ptropomiosin, tetapi tampaknya tidak memiliki tropomin. Bentuk isoform aktin dan miosin berbeda dengan yang terdapat pada otot rangka.terdapat reticulum sarkoplasmik, tetapi tidak berkembang baik.secara umum, otot polos mempunyai sedikit mitikondria, dan sangat baergantung kepada proses glikolisis untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya (Ganong, 1998).Secara umum otot polos dapat dibagi menjadi otot polos viseral (unitary) dan otot polos multiunit. Otot polos visera terdapat dalam bentuk lembaran yang luas, memiliki banyak jembatan taut-celah dengan resistensi rendah yang menghubungkan tiap-tiap sel otot, berfungsi sebagai sinsitium. Otot polos multiunit tersusun atas unit-unit tersendiri tanpa jembatan penghubung. Otot ini tidak dapat dikendalikan secara volunter, tetapi memilki banyak persamaan fungsional dengan otot rangka (Ganong, 2005).Bila epinefrin atau norepinefrin ditambahkan pada sediaan otot polos usus halus yang dibuat untuk perekaman potensial intrasel secara invitro, potensial membran biasanya membesar, frekuensi spike menurun dan otot berelaksasi. Asetilkolin memiliki pengaruh yang berlawanan dengan norepinefrin pada potensial membran dan aktivitas kontraktil otot polos usus halus. Bila asetilkolin ditambahkan cairan perendam sediaan otot polos invitro, potensial membran akan menurun dan frekuensi spike meningkat. Otot menjadi lebih aktif, yang disertai peningkatan tonus dan jumlah kontraksi ritmik (Ganong, 2005).Pengaruh Asetilkolin dan Fisostigmin pada otot polos visera berfungsi untuk menekan dua sifat penting otot polos: 1. Aktivitas spontan otot polos viseral tanpa perangsang saraf.2. Kepekaannya terhadap bahan kimia yang dilepaskan saraf setempat atau yang dibawah oleh aliran darah (Ganong, 2005).Sifat-sifat kasar kontraksi otot polosOtot polos multi unit dari pembuluh-pembuluh darah besar terutama berkontrakski akibat impuls-impuls saraf, sedangkan pada berbagai jenis otot visceral pembuluh darah yang lebih kecil, ureter, saluran empedu, dan saluran kelenjar lainnya proses perangsangan sendiri (self-excitatory) menyebabkan kontraksi berirama terus menerus (Guyton, 1981). Tonus otot polos-sumasi kontraksi tunggal. Otot polos dapat mempertahankan keadaan tetap berkontraksi dalam waktu lama yang dinamakan tonus kontraksi otot polos atau tonus otot polos. Ini adalah gambaran penting kontraksi otot polos karena hal ini memungkinkan fungsi otot polos berlangsung lama tanpa batas. Misalnya, arteriole dipertahankan dalam keadaan kontraksi tonik hamper pada seluruh kehidupan orang. Demikian juga kontraksi tonik pada dinding usus mempertahankan terus tekanan pada isi usus, dan kontraksi tonik dinding kandung kemih mempertahankan tekanan yang moderat pada urin dalam kandung kemih (Guyton, 1981). Kontraksi tonik otot polos disebabkan oleh sumasi denyut kontraksi tunggal. Yaitu, setiap kali terjadi potensial aksi, ion kalsium dalam jumlah sedikit masuk sel otot polos. Bila potensial aksi lain terjadi sebelum ion kalsium yang pertama dipompa keluar, konsentrasi ion kalsium akan meningkat lebih lanjut. Selain itu, karena denyut ion kalsium pada otot polos biasanya berlangsung selama satu detik atau lebih, setiap terjadi potensial aksi dengan frekuensi yang lebih besar dari satu per satu detik, sumasi biasanya terjadi dan kekuatan kontraksi meningkat. Selanjutnya, kontraksi berirama dapat ditutupi pada kontraksi tonik, seperti dilukiskan juga pada gambar. Kontraksi berirama disebabkan bertambah dan berkurangnya frekuensi rangsangan dan karena itu sumasi proses kontraksi berkurang dan bertambah (Guyton, 1981).Obat-obat yang mempengaruhi penghantaran hubungan saraf-ototObat-obat yang mempengaruhi penghantaran hubungan saraf-otot. Obat yang merangsang serabut otot dengan kerja seperti asetilkolin. Banyak senyawa, termasuk metakolin, karbakol, dan nikotin mempunyai efek yang sama pada serabut otot seperti asetilkolin. Perbedaan antara obat-obatan tersebut dengan asetilkolin adalah bahwa mereka tidak dihancurkan oleh kolinesterase atau dihancurkan sangat lambat, sehingga bila diberikan pada serabut otot kerjanya menetap beberapa menit sampai beberapa jam. Jumlah moderat obat-obat tersebut diatas yang diberikan pada serabut otot menyebabkan depolarisasi lokal, dan setiap saat serabut otot mengalami repolarisasi, daerah-daerah depolarisasi ini, karena sifat kebocoran ion-ion, menyebabkan potensial aksi baru, karena itu menyebabkan keadaan spasme. Sebaliknya, bila digunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang berlebihan, membrane mengalami depolarisasi sehingga serabut-serabutnya tidak dapat lagi melewati impuls sama sekali, dan timbul keadaan paralisis flaksit sebagai pengganti spasme yang terjadi pada dosis sedang (Guyton, 1981). Obat-obatan yang menghambat penghantaran hubungan saraf-otot. Sekelompok obat-obatan yang dikenal sebagai obat-obat kurariform dapat mencegah jalannya impuls dari end-plate ke dalam otot titik. Jadi D-tubokukarin mempengaruhi membrane, mungkin dengan bersaingan dengan asetilkolin pada tempat-tempat reseptor membrane, sehingga asetilkolin tidak dapat meningkatkan permeabilitas membrane dengan cukup untuk membentuk gelombang depolarisasi (Guyton, 1981). Kelompok obat kedua mencegah impuls ke dalam serabut-serabut otot dengan berbagai mekanisme. Obat-obat tersebut diantaranya adalah dekametonium sebagai contoh dasar, bekerja dengan cara yang sama sebagai nikotin dosis besar, metakolin, dan karbol untuk mendepolarisasi serabut otot dengan sempurna. Sebagai akibatnya, tidak ada impuls dapat dihantarkan melalui membrane serabut otot walaupun end-plate serabut saraf motoris seluruhnya berfungsi normal (Guyton, 1981).Obat-obat yang merangsang hubungan saraf otot dengan mengapitkan kolinasterase. Tiga obat yang khususnya dikenal adalah neostigmin, fisostigmin, dan diisopropil fluorofosfat menginaktifkan kolinastersase sehingga kolinasterase yang dalam keadaan normal terdapat dalam serabut otot tidak menghidrolisis asetilkolin yang dikeluarkan pada end-plate. Sebagai akibatnya, asetilkolin meningkat jumlahnya dengan impuls saraf sehingga jumlah asetilkolin yang ekstrim merangsang serabut otot. Hal ini menyebabkan spasme otot; hal ini dapat menyebabkan kematian akibat spasme larynx yang mencekik orang (Guyton, 1981).Neostigmin dan fisostigmin yang berikatan dengan kolinesterase menginaktifkannya selama beberapa jam, setelah itu mereka dilepaskan dari kolinesterase sehingga ia seklai lagi menjadi aktif. Sebaliknya, diisopropil fluorofosfat, yang mempunyai kekuatan militer sebagai gas saraf yang sangat kuat, sebenarnya menginaktifkan kolinesterase selama beberapa minggu, yang membuatnya merupakan obat yang mematikan (Guyton, 1981).

ALAT DAN BAHAN1. Program ExPharm yang menyediakan katak , papan katak, poppy seed, stopwatch dan obat-obat virtual. Obat yang dipakai adalah:a. Asetilkolin 10%b. Atropine 0,1%c. Fisostigmin 10%d. Ringer2. Computer atau laptopTATA KERJA PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS 1. Nyalakan komputer/laptop.2. Setelah program ExPharm terinstall, jalankan program tersebut dari folder expharm dengan meng-klik icon ExPharm. 3. Akan muncul

4. Klik yes5. Akan muncul

6. Pilih / klik-lah gambar katak, akan muncul

7. Klik tutorial, akan muncul

8. Terlihat gambar seekor katak yang telah dipatahkan lehernya dan rahang bawahnya dipisahkan. Esofagus dibuka dari kavitas bukal sampai keperut dan dibuka dan ditusuk dengan jarum untuk menetapkan letaknya dipapan kayu. Darah dilap dengan cotton swab yang telah dicelupkan dalam Ringer solution. Permukaan dibasahi oleh Ringer katak. Sebuah poppy seed diletakkan pada ujung cephalic dan pergerakan dan waktu yang diperlukan untuk berjalan dari jarak tertentu yang telah ditetapkan pada esophagus diamati.9. Terlihat juga bahwa jarak dari pergerakan poppy seed telah ditentukan. Titik awal dan titik akhir ditusuk dengan aku agar tetap ada ujung cephalic dan kaudal (distal).10. Tetskan (instill) Ringer pada permukaan esophagus. Tempatkan poppy seed (pick a poppy seed kemudian didrag kearah ujung cephalic) diujung cephalic. esophagus seed mulai bergerak karena motilitas silia. Ketika seed melewati titik awal (paku ujung cephalic), mulailah stop watch/ clock. Hentikan (stop) ketika seed mencapai paku distal. 11. Catatlah waktu yang diperlukan untuk berjalan sepanjang jarak yang telah ditentukan tersebut. Ulangi langkah diatas untuk 3 pembacaan. Hitung rata-ratanya. Nilai ini menjadi nilai kontrol.12. Teteskan Ach (klik instill) dan bacalah 3 pembacaan. Teteskan Ringer dan baca kembali berapa waktu yang diperlukan seed melewati titik awal sampai titik akhir. 13. Teteskan Fisostigmin dan bacalah 3 pembacaan. Teteskan Ringer dan baca kembali berapa waktu yang diperlukan seed melewati titik awal sampai titik akhir.14. Teteskan Atropine dan bacalah 3 pembacaan. 15. Setelah pemberian Atropine ini, langsung teteskan (instill) Ach tanpa mengunakan Ringer dan amatilah efeknya. Bandingkan efek yang diperoleh dengan Ach saja (langkah 11).16. Tabulasikan pembacaan dan tulislah kesimpulan anda.17. Catatan : 1. Ujilah tiap obat termasuk Ringer 3 kali dan hitunglah rata-rata pembacaan untuk setiap obat.2. Pembacaan dengan Ringer dihitung sebagai kontrol dan dibandingkan dengan pembacaan obat uji.3. Ambilah pembacaan kontrol terpisah untuk setiap obat yaitu sebelum menguji obat bacalah dulu pembacaan dengan Ringer.4. Gunakanlah katak yang baru untuk setiap obat. Untuk mengamati interaksinya, obat harus diberikan pada katak yang sama secara berurutan tanpa menggunakan Ringer diantara penetesan obat.DISKUSI1. Apa yang dapat saudara ketahui mengenai pengaruh dari macam-macam obat yang diberikan terhadap frekuensi dan tonus gerakan esophagus?2. Apakah yang dinamakan gerakan anti peristaltic dan bila manakah terjadinya?HASIL PRAKTIKUMDari percobaan yang kami lakukan, kami mendapatkan data sebagai berikut:Nama ObatWaktu

T1T2T3Trata-rata

Ringer35 detik40 detik41 detik39 detik

Asetilkolin (Ach)27 detik24 detik24 detik25 detik

Fisostigmin16 detik13 detik14 detik14 detik

Atropine57 detik59 detik55 detik57 detik

Ach setelah Atropine29 detik

PEMBAHASANData di atas menunjukkan kontraksi silia pada esophagus katak yang dilihat dengan pergerakan seed melewati jarak antara 2 paku dengan berbagai macam obat. Ternyata waktu yang paling singkat terlihat bila diberi Asetilkolin atau Fisostigmin. Sedangkan waktu menjadi lambat terlihat dengan pemberian Atropine. Ternyata berdasarkan penggolongan obat, Asetilkolin masuk sebagai obat otonom yang mendapat merangsang selefektor yang dipersarafi serat. Sedangkan Atropine sebagai obat anti muskarinik parasimpatolotik, atau penghambat parasimpatis (Lachman, 1986).Inilah mengapa dalam percobaan yang telah dilakukan ketika katak diberi Asetilkolin waktu yang diperlukan seed untuk melewati jarak antara 2 paku lebih singkat. Asetilkolin yang diberikan memperbanyak frekuensi silia pada esophagus. Sedangkan ketika diberi Atropine, waktu yang diberikan lebih panjang. Hal ini dikarenakan Atropine mempersedikit frekuensi yang terjadi dengan jalan melumpuhkan silia pada esophagus (Lachman, 1986). HASIL DISKUSI1. Asetilkolin: merangsang aktivitas gastrointestinal. Merupakan neurotransmiter yang dikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion parasimpatis dan neuron motorik. Terlihat adanya peningkatan frekuensi dan amplitudo dari peregangan usus. Karena Ach merupakan neurotransmiter yang dihasilkan pada pascaganglion serat parasimpatis yang berpengaruh terhadap peningkatan motilitas usus. Physostigmin: obat parasimpatomimetika. Untuk merangsang timbulnya gerak rumen.Atropine: antikolinergik, menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistem konduksi atriventrikuler. Penambahan Atropine mempunyai fungsi menaikkan potensial membran sehingga permeabilitas membran menurun. Atropine merupakan parasimpatolitik agen yang menghambat asetilkolin agar tidak dapat bekerja pada membran akibatnya frekuensi, amplitudo dan tonus yang didapatkan lebih rendah dari kontrolnya.2. Gerakan antiperistaltik adalah gerakan beberapa menit sebelum muntah, ketika terdapat iritasi/distensil berlebih GIT. Gerakan ini bergerak mundur naik ke atas dengan kecepatan 2-3 cm/menit ini bisa sejauh ileum, bisa membawa sebagian isi duodenum kembali ke lambung dalam 3-5 menit. Saat mencapai duodenum, otot intrinsik duodenum dan lambung merenggang dan bersamaan relaksasi stringter cardiac mencetuskan muntah yang sebenarnya (Guyton, 2008) KESIMPULAN Kerja otot polos dipengaruhi oleh macam obat yang diberikan seperti Asetilkolin, Fisostigmin dan Atropine. Asetilkolin (Ach) bersifat koligernik yang mampu mempercepat jalannya seed atau menaikkan kontraksi otot polos pada silia esophagus katak, Fisostigmin jalannya lebih cepat dari Asetilkolin (Ach) dan Atropine, sedangkan Atropine memperlambat jalannya seed atau memperlambat jalannya kontraksi.

DAFTAR PUSTAKAGanong, W, 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 17. Jakarta: EGC.Ganong, W, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.Guyton, A, 1981. Buku Teks Fisiologi Kedokteran edisi 5. Jakarta: EGC.Guyton, A, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.Lachman, 1986. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Philadelphia: Lea and Febiger.Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia 2014.