makalah bioetanol dari singkong

47
MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA BIOETANOL DARI SINGKONG DI SUSUN OLEH Eka Safitri (12 614 008) Kelas III-B Dosen : Muh. Syahrir, ST.MT JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 2013 Bioetanol dari Singkong | i

Upload: eka-fitryalone

Post on 21-Jun-2015

2.948 views

Category:

Engineering


40 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah bioetanol dari singkong

MAKALAHPROSES INDUSTRI KIMIA

BIOETANOL DARI SINGKONG

DI SUSUN OLEH

Eka Safitri (12 614 008)

Kelas III-B

Dosen : Muh. Syahrir, ST.MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2013

Bioetanol dari Singkong | i

Page 2: Makalah bioetanol dari singkong

DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. .iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………... .1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioetanol ……………………………………………………………….....5

B. Singkong ……………………………………………………………….....9

C. Keunggulan Etanol dibandingkan Singkong ………………………….....12

D. Proses-Proses dalam Pembuatan Bioetanol …………………………….. 13

E. Alat-alat yang digunakan...........................................................................18

BAB III PEMBAHASAN

A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong ……………………………. 22

1. Persiapan Bahan Baku ........................................................................22

2. Hidrolisis.............................................................................................22

3. Fermentasi...........................................................................................24

4. Destiasi................................................................................................25

5. Dehidrasi.............................................................................................26

B. Langkah-langkah Pembuatan Bioetanol....................................................26

C. Hasil Samping Pengolahan Bioetanol …………………………………...27

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

Bioetanol dari Singkong | ii

Page 3: Makalah bioetanol dari singkong

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, SWT yang telah memberikan berkah dan

rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Terimakasih juga tidak lupa diberikan keapada pak Syahrir yang telah

memberiakan pemberitahuan dalam menyusun makalah ini. Tidak lupa pula saya

ucapkan terima kasih atas bantuan temen-teman lain. Kerana dengan bantuannya

ini dapat memberikan hasil yang baik dalam pengerjaan makalah ini.

Makalah ini berjudul “Bioetanol dari Singkong”. Dalam makalah ini

membahas tentang devinisi bioetanol, singkong, dan proses produksi bioetanol,

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam pengetahuan tentang sumber daya

alam disekitar yang dapat diolah menjadi bioetanol. Dan kedepannya semoga

bioetanol ini dapat digunakan sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak, yang kita

ketahui bahwa BBM sekarang ini mulai menipis.

Saya sadar masih banyak kekurangan dalam penyelesaian makalah ini

maka dari itu, saya memohon maaf atas kekurangannya dan di mohon kritik serta

sarannya yang dapat membangun penulis untuk memperbaiki makalah ini.

Samarinda, Oktober 2013

Penulis

Bioetanol dari Singkong | iii

Page 4: Makalah bioetanol dari singkong

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi selama ini semakin

terkuras, karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya

alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat

sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Energi

fosil sebagai sumber energi tidak terbarukan merupakan sumber energi utama di

dunia. Permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara berkembangan saat

ini adalah jumlah bahan bakar fosil yang sangat terbatas sementara kebutuhan

terus meningkat, sehingga terjadi krisis energi.

Salah satu yang mendasari terjadinya kelangkaan energi adalah pemakaian

kendaraan bermotor berbahan bakar bensin yang dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Menurut data Statistik Kepolisian Indonesia (2009) pada tahun 2009

jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berjumlah 61.956.009 kendaraan. Hal ini

mengakibatkan pemakaian bahan bakar minyak bumi meningkat. Menurut

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2009), cadangan energi bahan

bakar yang ada saat ini tidak dapat diharapkan untuk jangka waktu yang lama.

Pemanasan global yang diakibatkan oleh pemakaian bahan bakar fosil

semakin terasa dan mengakibatkan ancaman lingkungan. Hal ini semakin

mendorong dikembangkannya bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan dan

konservasi energi. Ancaman lingkungan yang berpotensi untuk terjadi adalah

polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil. Polusi yang ditimbulkan oleh

pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak kesehatan bagi manusia, hewan

bahkan lingkungan flora. Polusi berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan

UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Bahkan

Bioetanol dari Singkong | 1

Page 5: Makalah bioetanol dari singkong

ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global

Warming Potential) (Dunan, 2009). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut

telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber

energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih

terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan.

Oleh karena itu, pada saat ini usaha mencari sumber energi alternatif

semakin meningkat. Salah satu bentuk dari energi terbarukan adalah energi

biomassa. Energi biomassa berasal dari bahan organik dan sangat beragam

jenisnya. Sumber energi biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau

pertanian, hutan, atau bahkan limbah, baik limbah domestik maupun limbah

pertanian. Biomassa dapat digunakan untuk sumber energi langsung maupun

dikonversi menjadi bahan bakar. Penggunaan biomassa sebagai sumber energi ini

tidak akan menyebabkan terjadinya penumpukan gas CO2 karena menurut gas

CO2 yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran dipakai untuk pembentukan

biomassa itu sendiri. Teknologi pemanfaatan energi biomassa yang telah

dikembangkan terdiri dari pembakaran langsung dan konversi biomassa menjadi

bahan bakar. Penggunaan biomassa langsung sebagai bahan bakar kurang efisien,

sehingga konversi biomassa dianggap lebih baik dalam pemanfaatannya. Hasil

konversi biomassa ini dapat berupa biogas, bioetanol, biodiesel, arang dan

sebagainya. Bioetanol dan biodiesel dalam jangka panjang diharapkan dapat

digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak.

Bioetanol merupakan alternatif untuk menyelesaikan masalah ketersediaan

bahan bakar yang saat ini masih tergantung pada bahan bakar minyak (BBM).

Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi biomassa dengan bantuan

mikroorganisme. Hampir 93% produksi bioetanol di dunia diproduksi secara

fermentasi. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang

mempunyai kelebihan dibandingkan BBM. Dari masa ke masa penggunaan

bioetanol semakin berkembang. Bahan bakar ini juga diharapkan dapat

menggantikan peran bahan bakar bensin, dan dapat mengurangi terjadinya

kelangkaan BBM, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dapat terpenuhi. Bahan

Bioetanol dari Singkong | 2

Page 6: Makalah bioetanol dari singkong

bakar berbasis nabati juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga

lebih ramah lingkungan.

Bioetanol dapat dibuat dari sumber daya hayati yang melimpah di

Indonesia. Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti

singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong dan

lain-lain. Hampir semua tanaman yang disebutkan diatas merupakan tanaman

yang sudah tidak asing lagi, karena mudah ditemukan dan beberapa tanaman

tersebut digunakan sebagai bahan pangan.

Bioetanol dianggap lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan

oleh hasil buangan mesin akan diserap oleh tanaman, selanjutnya tanaman

tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar mesin, dan

seterusnya sehingga tidak terjadi akumulasi karbon di atmosfer, seperti yang

ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar. Keunggulan

lainnya adalah bioetanol mempunyai angka oktan tinggi 135. Angka oktan

premium yang dijual sebagai bahan bakar hanya 98, makin tinggi bilangan oktan,

bahan bakar makin tahan untuk tidak terbakar sendiri sehingga menghasilkan

kesetabilan proses pembakaran untuk memperoleh daya yang lebih stabil. Proses

pembakaran dengan daya yang lebih sempurna akan mengurangi emisi gas karbon

monoksida. Campuran bioetanol 3% saja, mampu menurunkan emisi karbon

monoksida menjadi hanya 1,35%. Bioetanol dapat juga meningkatkan efisiensi

pembakaran karena mengandung 35 % oksigen dan ramah lingkungan karena

emisi gas buangnya seperti kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas

lain lebih rendah yaitu antara 19-25%.

Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah

singkong (Manihot esculenta). Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal

lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman asli Indonesia. Singkong

pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda pada awal abad ke-19

dari Amerika Latin. Karena sudah dikenal lama oleh petani Indonesia,

pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol tidak terlalu

Bioetanol dari Singkong | 3

Page 7: Makalah bioetanol dari singkong

sulit. Saat ini singkong banyak diekspor ke AS dan Eropa dalam bentuk tapioka.

Di negara negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai bahan baku industri

pembuatan alkohol. Tepung tapioka juga digunakan dalam industri lem, kimia dan

tekstil. Indonesia adalah penghasil singkong keempat di dunia. Dari luas areal

1,24 juta hektar tahun 2005, produksi singkong Indonesia sebesar 19,5 juta ton.

Di dalam negeri, singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan

ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga

singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan yang memadai bagi si

petani. Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi

terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong. Dengan langkah

ini, harga singkong akan menjadi stabil sehingga memberikan keuntungan yang

cukup bagi petani. Masalah krisis energi masa dapan yang terbaharukan pun akan

terselesaikan dan membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri energi.

Bioetanol dari Singkong | 4

Page 8: Makalah bioetanol dari singkong

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioetanol

Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan

pemabuk dalam minuman beralkohol. Campuran dari Bioetanol yang

mendekati kemurnian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim

yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan

peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi

(Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah

dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun

1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi

dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini,

dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan

perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.

Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol

adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-

CH2-OH. Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang

terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok

hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl-

(OH))

<– Rumus Bangun

Bioetanol dari Singkong | 5

Page 9: Makalah bioetanol dari singkong

Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah

terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dengan segala

perbandingan. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai

sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.

Bioetanol adalah etanol C2H5OH yang terbuat dari biomassa yang

mengandung komponen pati dan selulosa yang biasanya terkandung pada

tanaman pertanian seperti tebu,singkong,ubi kayu,dll. Penggunaan bioetanol

dimungkinkan sebagai pengganti bahan bakar bensin dikarenakan karakteristik

etanol yang mirip dengan bensin. Baik etanol maupun bensin sama-sama

memiliki struktur hidrokarbon rantai lurus. Penggunaan bioetanol sebagai

pengganti bahan bakar bensin juga sangat cocok karena bersifat ramah

lingkungan. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya bioetanol tidak

mengemisikan C netto.

a. Sifat-sifat fisis etanol

1) Rumus molekul : C2H5OH

2) Berat molekul : 46,07 gram / mol

3) Titik didih pada 1 atm : 78,4°C

4) Titik beku : -112°C

5) Bentuk dan warna : cair tidak berwarna

b. Sifat-sifat kimia etanol

1) Berbobot molekul rendah sehingga larut dalam air

2) Diperoleh dari fermentasi gula

Pembentukan etanol

C6H12O6 enzim CH3CH2OH

glukosa etanol

3) Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O

Pembakaran etanol

CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O + energi

Bioetanol dari Singkong | 6

Page 10: Makalah bioetanol dari singkong

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari

sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol

dapat juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan

pangan yang mangandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan

sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki

sifat menyerupai minyak premium.

Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

a) Bahan sukrosa

Bahan - bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nira,

tebu, nira nipati, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah

mete.

b) Bahan berpati

Proses pemutusan pati oleh amilase. Bahan - bahan yang termasuk

kelompok ini adalah bahan - bahan yang mengandung pati atau

karbohidrat. Bahan - bahan tersbut antara lain tepung – tepung ubi

ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain -

lain.

c) Bahan berselulosa (lignoselulosa)

Bahan berselulosa (lignoselulosa) artinya adalah bahan tanaman

yang mengandung selulosa (serat), antara lain kayu, jerami, batang pisang,

dan lain-lain.

Berdasarkan ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa

merupakan bahan yang jarang digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini

karena adanya lignin yang sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa

menjadi lebih sulit.

Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat

mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat

menggunakan Bioetanol sebagai bahan bakarnya.. Namun penggunaan bioetanol

Bioetanol dari Singkong | 7

Page 11: Makalah bioetanol dari singkong

sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada waktu tersebut, karena

keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah. Saat ini pasokan

bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak dunia

yang melambung membuat Bioetanol semakin diperhitungkan.

Bioetanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah

mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar Bioetanol

lebih dari 99,5%. Perbandingan Bioetanol pada umumnya di Indonesia baru

penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran Bioetanol absolut

sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol

singkatan dari gasoline (bensin) dan Bioetanol. Bioetanol absolut memiliki angka

oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara

proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol

dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di

negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun

Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).

Bioetanol secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industry

turunan alkohol, campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus

berbeda sesuai dengan pengunaanya. Bioetanol yang menpunyai grade 90% -

96,5% volume digunakan pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam

campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol

yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan harus betul –

betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga bioetanol

harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100%.

Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa

kelebihan, diantaranya lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut

memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi dari premium nilai oktan 88, dan pertamax

nilai oktan 94. Hal ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat

aditif yang sering ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan.

Bioetanol dari Singkong | 8

Page 12: Makalah bioetanol dari singkong

Zat aditif yang banyak digunakan seperti metal tersier butil eter dan Pb,

namun zat aditif tersebut sangat tidak ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik.

Bioetanol juga merupakan bahan bakar yang tidak mengakumulasi gas karbon

dioksida (CO2) dan relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar

bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana

yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu.

B. Singkong

Tumbuhan ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.) merupakan tanaman pangan

berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau cassava. Ubi kayu

berasal dari negara amerika latin, atau tepatnya dari Brazil. Penyebarannya hampir ke

seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, serta China. Ketela pohon/ ubi

kayu diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.

Singkong merupakan tanaman pangan dan perdagangan (crash crop). Sebagai

tanaman perdagangan, singkong menghasilkan starch, gaplek, tepung singkong,

etanol, gula cair, sorbitol, MSG, tepung aromatik, dan pellet. Sebagai tanaman

pangan, singkong merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di

dunia. Singkong merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman

lain perharinya.

No. Jenis tanaman Nilai Kalori (kal/ha/hari)

1 Singkong 250 x 103

2 Jagung 200 x 103

3 Beras 176 x 103

4 Sagu 114 x 103

5 Shorgum 110 x 103

Tabel 1. Nilai kalori berbagai tanaman penghasil karbohidrat

Selain itu, singkong memiliki potensi yang cukup bagus sebagai tanaman

bahan baku etanol.

No Jenis Tanaman Hasil Panen(Ton/ha/tahun) Etanol (liter/ha/tahun)

Bioetanol dari Singkong | 9

Page 13: Makalah bioetanol dari singkong

1 Jagung 1-6 400-2.500

2 Singkong 10-50 2.000-7.000

3 Tebu 40-120 3.000-8.500

4 Ubi jalar 10-40 1.200-5.000

5 Sorgum 3-12 1.500-5.000

6 Sorgum manis 20-60 2.000-6.000

7 Kentang 10-35 1.000-4.500

8 Bit 20-100 3.000-8.000

1.2

Tabel 2. Potensi beberapa tanaman sebagai bahan baku etanol

Tabel 2 menunjukkan bahwa tebu sebagai tanaman penghasil etanol dengan

produktifitas tertinggi dan disusul oleh singkong. Bit tidak dipertimbangkan

karena tidak dapat berproduksi optimal di Indonesia sehingga tidak ekonomis.

Keunggulan singkong dibanding tebu adalah masa panen singkong relatif lebih

singkat dan biaya produksi lebih murah.

Sistematika tanaman ketela pohon / ubi kayu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima Pohl.

Bioetanol dari Singkong | 10

Page 14: Makalah bioetanol dari singkong

Ubi kayu sebagai bahan baku sumber energi alternatif memiliki kadar

karbohidrat sekitar 32-35% dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi

tepung. Tanaman ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol dapat tumbuh di lahan

yang kurang subur serta masa panennya tidak tergantung pada musim sehingga

panennya dapat berlangsung sepanjang tahun. Oleh karena itu, dikatakan bahwa

ubi kayu merupakan bahan baku yang potensial untuk pembuatan bioetanol.

Brazil merupakan pusat asal sekaligus pusat keragaman singkong.

Singkong tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 18oC dengan curah

hujan di atas 500 mm/tahun. Produktifitas singkong di tingkat petani adalah 14,3-

18,8 ton/ha, walaupun data dari pusat penelitian melaporkan bahwa

produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha. Singkong sebagai bahan Fuel Grade

Ethanol (FGE) disarankan varietas yang memiliki sifat sebagai berikut : berkadar

pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, dan fleksibel

dalam usaha tani dan umur panen.

Ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol mempunyai kelebihan yaitu dapat

tumbuh pada lahan yang kurang subur, mempunyai daya tahan tinggi terhadap

penyakit dan dapat diatur masa panennya. Ubi kayu mempunyai kadar karbohidrat

sekitar 32 – 35 % yang sebagian besar adalah pati yaitu sekitar 83,8%.

Penggunaan ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol selama ini lebih

banyak hanya memanfaatkan kandungan patinya, sedangkan komponen-

komponen lain seperti selulosa dan hemiselulosa yang juga mempunyai potensi

menghasilkan bioetanol belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini disebabkan

dalam proses hidrolisisnya hanya menggunakan enzim-enzim amilolitik yang

hanya mampu menghidrolisis fraksi pati.

C. Keunggulan Etanol dibandingkan Bensin

Bioetanol dari Singkong | 11

Gambar 1. Tanaman ubi kayu

Page 15: Makalah bioetanol dari singkong

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua

ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar

fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya;

(2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang

ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung

maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia. Polusi langsung bisa

berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan hidrokarbon yang tidak terbakar,

serta unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung

mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan

global (Global Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut

telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber

energi ataupun pembawa energi yang lebih terjamin keberlanjutannya dan lebih

ramah lingkungan.

Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan

diimplementasikan di AS dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di

kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu

negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol

untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar

ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah,

E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia.

Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk

bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa

dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin

pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.

Terdapat beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan

penggunaan etanol pada mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka

research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research

octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun

setelah ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina

memiliki angka research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah dari

Bioetanol dari Singkong | 12

Page 16: Makalah bioetanol dari singkong

pada research octane. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40%,

tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%.

Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen

yang berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan

pembakaran antara campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah

dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol%

(dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol

%), pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal

ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan

dengan pembakaran udara dan bensin, yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki

panas penguapan yang tinggi, yakni 842 kJ/kg. Tingginya panas penguapan ini

menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar

dibandingkan bensin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur

puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran etanol dibandingkan

dengan bensin.

D. Proses-proses dalam Pembuatan Bioetanol

1. Likuifiasi

Proses likuifikasi berarti membuat bahan menjadi cair, atau mencairkan

bahan tersebut. Dalam proses ini digunakan bahan tambahan yaitu enzim

alfa amilase. Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi (mengental

seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase bekerja

memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula komplex (dextrin).

Amilase merupakan enzim yang memecah pati atau glikogen dimana

senyawa ini banyak terdapat dalam hasil tanaman dan hewan. Amilase dapat

dibedakan menjadi 3 golongan enzim :

α- Amilase yaitu enzim yang memecah pati secara acak dari tengah atau

bagian dalam molekul.

β- Amilase yaitu enzim yang memecah unit-unit gula dari molekul pati.

Glukoamilase yaitu Enzim yang dapat memisahkan glukosa dari

terminal gula non pereduksi substrat.

Bioetanol dari Singkong | 13

Page 17: Makalah bioetanol dari singkong

Dalam penelitian ini, digunakan enzim α-amilase. Enzim α-amilase adalah

salah satu enzim pemecah pati, Enzim α-amilase menghidrolisis ikatan

alpha 1,4 glikosida baik pada amilosa maupun amilopektin secara acak.

Karena pengaruh aktifitasnya, pati terputus-putus menjadi dekstrin dengan

rantai sepanjang 6-10 unit glukosa. Jika waktu reaksi diperpanjang, dekstrin

tersebut dapat dipotong-potong lagi menjadi campuran antara glukosa,

maltosa, dan ikatan lain yang lebih panjang. Hidrolisis amilosa oleh α-

amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi amilosa

menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak, sangat cepat dan

diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses

degradasi yang relatif lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa

sebagai hasil akhir, dimulai dari ujung pereduksi secara teratur

(Winarno ,1983).

Kerja α- amilase pada molekul amilopektin akan menghasilkan glukosa

dan oligosakarida (Winarno, 1983). Enzim α-amilase yang diperoleh dari

mikroba umumnya stabil pada pH 5,5 -8,0 dan suhu optimumnya

bervariasi bergantung pada sumber enzim tersebut.

Penggunaan α-amilase dalam proses hidrolisa pati sering juga disebut

likuifikasi, karena adanya penurunan viskositas dengan cepat, dan

kecepatannya dapat bervariasi untuk berbagai substrat. Enzim α-amilase

dapat diisolasi dari berbagai sumber mikroorganisme seperti Aspergilus

oryzae, Aspergilus niger, Bacillus substilis, Endomycopsis fibuligira, dan

sebagainya. Khusus α-amilase dari Bacillus substilis, merupakan sumber

terpenting dalam proses likuifikasi di industri, karena α-amilase dari

mikroorganisme ini mampu bereaksi pada temperatur yang tinggi diatas

temperatur gelatinisasi dari granula pati. Dalam hidrolisa pati, α-amilase

menghasilkan dekstrin yang merupakan substrat untuk tahap selanjutnya,.

2. Sakarifikasi

Bioetanol dari Singkong | 14

Page 18: Makalah bioetanol dari singkong

Proses sakarifikasi maksudnya ialah proses pemecahan gula

kompleks menjadi gula sederhana. Pemecahan gula kompeks ini dengan

bantuan enzim glukoamilase yaitu enzim yang dapat memisahkan glukosa

dari terminal gula non pereduksi substrat. Ragi tidak dapat langsung

memfermentasikan pati. Oleh karena itu diperlukan tahap sakarifikasi,

yakni perubahan pati menjadi maltose atau glukosa dengan menggunakan

enzim atau asam. Dengan memanfaatkan enzim pengurai pati dari

mikroorganisme, konversi pati untuk menghasilkan maltose dan dekstrin

yang tidak terfermentasi terjadi karena hidrolisis enzimatis. Komposisi

kimia dari pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan

polimer dari glukosa yang merupakan rantai lurus dan secara kuantitatif

amilosa dapat dihidrolisis menghasilkan maltose sedangkan amilopektin

hanya akan terhidrolisis sebagian. Pati jagung yang disakarifikasi akan

menghasilkan 80% maltose dari total pati dan sisanya disebut limit

dekstrin.

3. Fermentasi

Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi

ethanol/bio-ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Fermentasi

adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob

sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium

klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk

dan mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu

fermentasi yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami

kontaminasi, sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan

karbohidrat menjadi alkohol. Manusia memanfaatkan Saccharomyces

cereviseae untuk melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun

dalam minuman yang mengandung alcohol. Jenis mikroba ini mampu

mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol dan gas CO2

secara cepat dan efisien.

Bioetanol dari Singkong | 15

Page 19: Makalah bioetanol dari singkong

Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme uniseluler yang

bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu

menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme.

Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula,

diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, maltosa dan

maltotriosa.

Saccharomyces cerevisiae merupakan mikrobia yang paling

banyak digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi

tinggi, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula

yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32 oC.

Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian

reaksi yang terarah yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi

serangkaian reaksi yang bersifat merombak suatu bahan tertentu dan

menghasilkan energy serta serangkaian reaksi lain yang bersifat

mensintesis senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi.

Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak mampu langsung melakukan

fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi karena

mikroba tersebut memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan

ikatan glikosida sehingga dapat difermentasi menjadi alcohol atau asam.

Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya

alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila

fermentasi tersebut digunakan bahan baku gula (molases), proses

pembuatan ethanol dapat lebih cepat. Pembuatan ethanol dari molases

tersebut juga mempunyai keuntungan lain, yaitu memerlukan bak

fermentasi yang lebih kecil. Ethanol yang dihasilkan proses fermentasi

tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkannya dari zat-

zat yang tidak diperlukan. Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan

sebagai proses penguraian gula menjadi bioethanol dan karbondioksida

yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba.

Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah:

Bioetanol dari Singkong | 16

Page 20: Makalah bioetanol dari singkong

Perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces

cereviseae.

C6H12O6 Sacch aromyces cereviseae 2C2H5OH + 2CO2 (6)

Glukosaenzim zimosa etanol

Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih

mengandung gas-gas antara lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan

glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang perlu

dibersihkan. Gas CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai

35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol yang

berkualitas baik, ethanol/bio-ethanol tersebut harus dibersihkan dari gas

tersebut. Proses pembersihan (washing) CO2 dilakukan dengan menyaring

ethanol/bio-ethanol yang terikat oleh CO2, sehingga dapat diperoleh

ethanol/bio-ethanol yang bersih dari gas CO2). Kadar ethanol/bio-ethanol

yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai

10 persen saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar alkohol

95 persen diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi. Agar dapat

mencapai kemurnian diatas 95% , maka alkohol hasil fermentasi harus

melalui proses destilasi.

4. Destilasi

Distilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan

kembali, yang dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih

zat cair ke dalam fraksi – faraksinya berdasarkan perbedaan titik didih.

Pada umumnya, pemisahan hasil fermentasi glukosa/dektrosa

menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari komponen – komponen

tertentu yang mudah tercampur.

Sebagaimana disebutkan diatas, untuk memurnikan bioetanol

menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan

bakar, alkohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40%

tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air

Bioetanol dari Singkong | 17

Page 21: Makalah bioetanol dari singkong

dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang

kemudian diembunkan kembali.

Kadar etanol hasil fermentasi tidak dapat mencapai level diatas 18

hingga 21 persen, sebab etanol dengan kadar tesebut bersifat toxic

terhadap ragi yang memproduksi etanol tersebut sehingga untuk

memperoleh etanol dengan kadar yang lebih tinggi perlu dilakukan

destilasi. Destilasi adalah proses pemanasan yang memisahkan etanol dan

beberapa komponen cair lain dari substrat fermentasi sehingga diperoleh

kadar etanol yang lebih tinggi.

Tujuan proses destilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran

etanol-air. Titik didih etanol adalah 780C dan titik didih air adalah 100 oC

sehingga dengan pemanasan pada suhu 780C dengan metode destilasi

maka etanol dapat dipisahkan dari campuran etanol-air. Konsentrasi

maksimum etanol yang dapat diperoleh dengan cara destilasi biasa adalah

96%. Etanol anhidrat (99,5%-100%) dapat diperoleh dengan menggunakan

metode destilasi azeotrop menggunakan benzen.

E. Alat-alat yang diguanakan dalam Pembuatan Bioetanol

Fungsi peralatan yang digunakan dalam industri etanol

mesin penggiling. berfungsi untuk menghaluskan bahan baku. dapat dibeli

ditoko penjual alat-alat industri.

Bioetanol dari Singkong | 18

Page 22: Makalah bioetanol dari singkong

tangki pemasak. berfungsi untuk memasak dan mengaduk bahan baku

sebelum dimasukan ke alat penukar panas (heat exchanger). dapat dibuat

dari drum bekas.

alat penukar panas. berfungsi untuk mendinginkan bahan baku (saat proses

sakarifikasi) lebih cepat. dapat dibuat dari stainless steel

tanki fermentasi. berfungsi untuk menghasilkan etanol kadar 6-12 %. dapat

dibuat dari drum bekas maupun tangki stainless steel.

Bioetanol dari Singkong | 19

Gambar 2. Mesin Penggiling Singkong

Gambar 4. Heat Exchanger

Gambar 3. Tangki pemasak & tempat terjadinya hidrolisis

Page 23: Makalah bioetanol dari singkong

evaporator. berfungsi untuk menguapkan etanol yang akan dialirkan ke

alat destilasi. dibuat dari stainless steel. untuk mengatur temperatur

evaporator pada alat ini dipasang termostat (alat pengatur temperatur).

alat destilasi. berfungsi untuk mengkondensasikan uap etanol menjadi

etanol cair. dapat dibuat dari drum bekas maupun stainless steel. pipa koil

Bioetanol dari Singkong | 20

Gambar 5. Tangki Fermentasi

Gambar 6. Evaporator

Page 24: Makalah bioetanol dari singkong

berbentuk spiral (untuk membentuknya digunakan alat curving pliers)

terbuat dari tembaga.

Bioetanol dari Singkong | 21

Gambar 7. Alat Destilasi

Page 25: Makalah bioetanol dari singkong

BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Pembuatan Bioetanol dari Singkong

1. Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan ialah ubi kayu (singkong). Singkong

yang telah dikupas dan dibersihkan dihancurkan untuk memecahkan

susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik.

2. Hidrolisis

Hidrolisis merupakan tahap konversi pati menjadi glukosa. Dalam

tahap ini terdapat pula dua tahap, yaitu : tahap liquefaction dan tahap

sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana).

a. Likuifikasi

Dalam proses likuifikasi, bahan baku ubi kayu dicampur air sehingga

menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30 persen.

Kandungan karbohidrat berupa tepung atau pati pada bahan baku

singkong dikonversi menjadi gula komplex menggunakan Enzym Alfa

Amylase melalui proses pemanasan (pemasakan) pada suhu 90 oC

(hidrolisis). Pada kondisi ini tepung akan mengalami gelatinasi

(mengental seperti Jelly). Pada kondisi optimum Enzym Alfa Amylase

bekerja memecahkan struktur tepung secara kimia menjadi gula

Bioetanol dari Singkong | 22

Gambar 7. Penghancuran Singkong

Page 26: Makalah bioetanol dari singkong

komplex (dextrin). Proses Liquifikasi selesai ditandai dengan

parameter dimana bubur yang diproses berubah menjadi lebih cair

seperti sup.

b. Sakarifikasi

Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks

menjadi gula sederhana yang dilakukan pada sebuah tabung pada

Bioetanol dari Singkong | 23

Gambar 7. Hasil Proses Likuifikasi

Page 27: Makalah bioetanol dari singkong

rangkaian peralatan untuk produksi bioethanol. Sakarifikasi

melibatkan proses sebagai berikut:

Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi

bekerja

Pengaturan pH optimum enzim

Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat

Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 oC,

sampai proses saccharifikasi selesai.

3. Fermentasi

Bioetanol dari Singkong | 24

Gambar 8. Hasil Proses Sakarifikasi

Gambar 9. Tangki Fermentasi

Page 28: Makalah bioetanol dari singkong

Pada tahap ini, tepung telah telah berubah menjadi gula sederhana

(glukosa dan sebagian fruktosa) dengan kadar gula berkisar antara 5

hingga 12 %. Tahapan selanjutnya adalah mencampurkan ragi (yeast) pada

cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup

(fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 oC selama kurun waktu 5

hingga 7 hari (fermentasi secara anaerob). Keseluruhan proses

membutuhkan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh

mikroba lainnya. Dengan kata lain, dari persiapan baku, liquifikasi,

sakarifikasi, hingga fermentasi harus pada kondisi bebas kontaminan.

Selama proses fermentasi akan menghasilkan cairan etanol/alkohol dan

CO2.

Hasil dari fermentasi berupa cairan mengandung alkohol/ethanol

berkadar rendah antara 7 hingga 10 % (biasa disebut cairan Beer). Pada

kadar ethanol max 10 % ragi menjadi tidak aktif lagi,karena kelebihan

alkohol akan beakibat racun bagi ragi itu sendiri dan mematikan

aktifitasnya.

4. Destilasi

Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut

bir (beer) dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan

distilasi bertingkat. Beer mengandung 8 – 10% alkohol. Maksud dan

proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol air.

Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbeda nyata

suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikan

dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien.

Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C dan etanol mendidih pada

sekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan

pemisahan campuran etanol air.

5. Dehidrasi

Bioetanol dari Singkong | 25

Page 29: Makalah bioetanol dari singkong

Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut

dalam bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol

berkadar 99,6-99,8 % atau disebut ethanol kering. Untuk pemurnian

ethanol 95 % diperlukan proses dehidrasi (distilasi absorbent)

menggunakan beberapa cara,antara lain : 1. Cara Kimia dengan

menggunakan batu gamping 2. Cara Fisika ditempuh melalui proses

penyerapan menggunakan Zeolit Sintetis. Hasil dehidrasi berupa ethanol

berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat dikatagorikan sebagai Full Grade

Ethanol (FGE),barulah layak digunakan sebagai bahan bakar motor sesuai

standar Pertamina. Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini disebut

Dehidrator.

B. Langkah-langkah dalam Pembuatan Bioetanol

Dalam pembuatan bioetanol dari singkong, langkah-langkah yang dilakukan

adalah :

1. Singkong sebagai bahan baku dikupas terlebih dahulu dan

digiling/dihancurkan sehingga ukurannya mengecil.

2. Singkong masuk ke tahap pemasakan yaitu likuifikasi. Bahan baku

ditambah air, dipanaskan pada suhu 90-95 oC. Selama pemanasan

ditambah enzim alpha amilase yang bekerja memecah struktur tepung

Bioetanol dari Singkong | 26

Gambar 9. Dehidrator

Page 30: Makalah bioetanol dari singkong

secara kimia menjadi gula kompleks. Pada kondisi ini bahan akan

mengalami gelatinasi (mengental seperti jelly). Proses ini selesai dengan

ditandai bahan tadi menjadi cair seperti sup.

3. Sakarifikasi, setelah di dinginkan dari likuifikasi hingga suhu 60 oC, lalu

di tambah enzim gluko amilase yaitu pemecahan gula kompleks menjadi

sederhana

4. Kemudian tahap fermentasi, untuk mengkonversi gula menjadi etanol dan

CO2. Fermentasi dilakukan dengan mencampurkan ragi (yeast) pada

cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup

(fermentor) pada kisaran suhu optimum 27 s/d 32 oC

5. Kemudian masuk ke tahap pemisahan, destilasi untuk memisahkan etanol

dalam cairan hasil fermentasi. Dalam proses distilasi, pada suhu 78 derajat

celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol akan menguap lebih

dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap ethanol

didalam distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga

terkondensasi menjadi cairan ethanol. Lalu diperoleh kadar etanol sebesar

10 %.

6. Dehidrasi, tahapan ini dilakukan agar kandungan air didalam produknya

berkurang. Tahapan ini dapat dilakukan dengan katalis yaitu zeolite

sintesis. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat

kecil, dan dapat menyerap air. Dan kadar etanol yang diperoleh setelah

melalui tahap ini sebesar 99,7 %.

C. Hasil Samping Pengolahan Bioetanol

Akhir proses penyulingan (distilasi) ethanol menghasilkan limbah padat

(sludge) dan cair (vinase). Untuk meminimalisir efek terhadap pencemaran

lingkungan, limbah padat dengan proses tertentu dirubah menjadi pupuk

kalium,bahan pembuatan biogas,kompos,bahan dasar obat nyamuk bakar dan

pakan ternak. Sedangkan limbah cair diproses menjadi pupuk cair. Dengan

demikian produsen bioethanol tidak perlu khawatir tentang isu berkaitan

dengan dampak lingkungan.

Bioetanol dari Singkong | 27

Page 31: Makalah bioetanol dari singkong

Bioetanol dari Singkong | 28

Gambar 10. Limbah Padat Gambar 11. Limbah Cair

Page 32: Makalah bioetanol dari singkong

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti

singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong

dan lain-lain.

Cara membuat bioetanol dengan proses penggilingan bahan baku,

proses likuifikasi, sakarifikasi, fermentasi, destilasi dan dehidrasi.

Bioetanol dari Singkong | 29

Page 33: Makalah bioetanol dari singkong

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa itu Bioetanol. http://www.nusantara-agro-industri.com.

Diakses tanggal 15 Januari 2013.

Anonim. 2008. Bioetanol Bahan baku Singkong. The Largest Aceh

Community.Aceh.

Anonim. 2009. Bioetanol Bahan Baku Singkong. http:// www.acehforum.or.id.

diakses tanggal 15 Januari 2013

Khairani, Rini. 2007. Tanaman Jagung Sebagai Bahan Bio-fuel.

http://www.macklintmip-unpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. diakses

tanggal 15 Januari 2013

Mursyidin, D. 2007. Ubi Kayu dan Bahan Bakar Terbarukan.

http://www.banjarmasin.net/pedoman%Bahan%bakar%berbarukan.

Diakses tanggal 15 Januari 2013

Prihandana. 2007. Bioetanol Ubi kayu Bahan Bakar Masa Depan.

Agromedia.Jakarta.

Rismunandar. 1990. Bertanam Singkong. C.V. Sinar Baru. Bandung.

Bioetanol dari Singkong | 30