laporan praktikum adi uji tarik
DESCRIPTION
laporan uji tarik polsriTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN TARIK
( Tensile Test )
Disusun Oleh :
Nama : Akhmad Hafiz Adytia
Kelas : 2 EGC
NIM : 061440411696
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan arah. Hasil yang
didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena
mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan
suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Sifat mekanis logam yang dapat
diketahui setelah proses pengujian ini seperti kekuatan tarik, keuletan dan
ketangguhan.Pengujian tarik sangat dibutuhkan untuk menentukan desain suatu produk karena
menghasilkan data kekuatan material. Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi
informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi
bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara perlahan.
Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena
dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam. Dalam
bidang industri juga diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor metalurgi
dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi
proses selanjutnya. Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan regangan kita
dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan
lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat
mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita
dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
B. tujuan percobaan
1. Memahami peristiwa yang terjadi pada bahan-bahan uji tarik.
2. Mengetahui kekuatan bahan logam melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji
tarik.
3. Untuk mengetahui kekuatan material terhadap gaya tarik.
C . Dasar teori
A. Uji tarik
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan.
Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi
terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Uji tarik
adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara
memberikan beban gaya yang sesumbu. Percobaan ini untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
Dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah
panjang hingga akhirnya patah.
1.a. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Standarisasi
dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
1.b. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji
akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Beban yang diberikan pada
bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada
benda uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.
Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik.
Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan
luas awal penampang benda uji.
s= P/A0
Dituliskan seperti dalam persamaan berikut:
Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-
rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian
dilakukan dengan panjang awal.
Keterangan ; e : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter pertama adalah parameter kekuatan,
sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan. Bentuk kurva tegangan-regangan
pada daerah elastis tegangan berbanding lurus terhadap regangan. Daerah remangan yang
tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Tegangan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik
1. Mengapa melakukan Uji Tarik?
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan
(dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap
yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan hubungan antara
gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai
bahan tersebut.
Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam
menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile Strength” disingkat
dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.
B.Hukum Hooke (Hooke’s Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban
atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut
daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti
aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang
dibagi panjang awal bahan.
Stress: σ = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: ε = ΔL/L ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E = σ / ε
Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya
tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs
strain). Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika melakukan
eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young
Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat
kurva SS (SS curve).
Gbr.2 Kurva tegangan-regangan
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada
Gbr.3 berikut.
Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).
Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang
dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.
2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan
kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti pada
Gbr.5.
Gbr.5 Profil data hasil uji tarik
Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman pada hasil
uji tarik seperti pada Gbr.5. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai
D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
Batas elastisσE ( elastic limit)
Dalam Gbr.5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik
A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula
(tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol” pada titik O (lihat inset
dalam Gbr.5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi
berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan
permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari
0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang
universal mengenai nilai ini. [1]
Batas proporsional σp (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi
tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila
bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi
elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan
ini.
Regangan luluh εy (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis εe (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis εp (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT = εe+εp. Perhatikan beban
dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan
luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen
sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.6).
Gbr.6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan strain
adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi
sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila
regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu
bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam
fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of
Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam
Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus.
Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5,
modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding
regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas
tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu
tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail
definisi tegangan dan regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.7.
Gbr.7 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Analisa Data Pengujian Pertama
2.1.1 Alat dan bahan
1. Alat yang digunakan
Mesin uji tarik
Alat ukur (jangka sorong)
Mistar
Alat tulis (spidol, kertas, pena)
2. Bahan yang digunakan
Besi berbentuk silinder
2.1.2 Langkah-langkah pengujian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengukur benda uji dengan jangka sorong.
2. Mengukur panjang (Lo) dan luas penampang benda uji.
3. Mengukur benda uji pada pencekam atas dan pencekam bawah pada mesin uji
tarik
4. Mengkalibrasikan mesin uji tarik dan memastikan skala pada posisi 0 ( nol ).
5. Memasang benda uji pada pencekam dan kunci pencekam tersebut.
6. Menyalakan mesin dengan menekan tombol ON/OFF dan lakukan pembebanan
tarik smpai benda uji putus. selama pembebanan,catat beban dan panjang yang
bertambah pada rentang yang telah ditentukan hingga benda uji putus.
7. Melepas benda uji pada pencekam atas dan bawah.
8. Mematikan mesin uji tarik
2.3 Analisa Data
Pada praktikum Uji Tarik yang dilakukan di Laboratorium Uji Tarik Teknik Mesin, kami
menguji kekuatan tarik suatu bahan yaitu besi silinder. Dengan cara menarik bahan tersebut
hingga putus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui di titik mana bahan tersebut mudah terputus.
Titik pemutusan itu digambarkan dengan titik terlemah dari bahan tersebut yang disebabkan
bahan penyokong digunakan tidak murni besi maupun alumunium karena bisa terdapat bahan
lain yang bersifat lunak. Alat yang kami gunakan dapat mengukur panjang yang bertambah dari
bahan dan kekuatan beban yang diberikaan, tetapi alat yang digunakan masih tergolong
konvensional karena mistar pengukur yang digunakan masih manual dengan skala yang besar
dan proses pengerjaan nya juga secara manual, jadi untuk menentukan pertambahan panjangnya
dikira-kira pada setiap kenaikan daya yang diberikan.
Setiap kenaikan gaya yang diberikan pertambahan panjang yang didapatkan tidak
konstan, hal ini disebabkan unsur bahan yang terkandung didalam besi terdapat cacat, dimana
susunan bahan besi yang terkandung tidak tertata rapi. Proses pemutusan ini berlangsung cukup
lama tetapi saat besi tersebut akan terputus terdapat peristiwa necking yang berlangsung cukup
singkat. Posisi pemutusan nya bahan tidak berada ditengah hal ini menunjukan bahwa titik lemah
dari bahan tersebut ialah di bagian agak bawah.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah putus ketika dilakukan
penarikan.
2. Semakin panjang garis tegangan pada grafik, maka benda tersebut semakin elastis
3. Sebaliknya, semakin pendek garis tegangan pada grafik, maka benda tersebut semakin
getas
4. Semakin rendah suhu, material semakin getas, dan sebaliknya.
B. Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disarankan :
Sebaiknya sebelum dilakukan pengujian, alat-alat yang digunakan dilakukan pengecekan
terlebih dahulu, agar apabila ada alat yang rusak dapat segeradapat diperbaiki, dan pengujian
dapat dilakukan lebih maksimal.