laporan praktikum 2 kelompok 18

17
0 LAPORAN PRAKTIKUM FHA Disusun oleh : Heri Abrianto 230210110050 Dyah Retno 230210110055 Cholik Kholidin 230210110058 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

Upload: heri-abrianto

Post on 23-Jan-2015

7.219 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Konsumsi Oksigen Ikan Nila

TRANSCRIPT

0

LAPORAN PRAKTIKUM FHA

Disusun oleh :

Heri Abrianto 230210110050

Dyah Retno 230210110055

Cholik Kholidin 230210110058

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2012

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum ini yang

alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Konsumsi Oksigen Ikan Nila.”

Laporan Praktikum ini berisi tentang informasi klasifikasi ikan, morfologi ikan dan faktor

– faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen ikan.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan laporan praktikum ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

segala usaha kita. Amin.

Bandung, 19 Oktober 2012

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................... 3

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM ........................................................... 4

1.3 MANFAAT ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IKAN NILA DAN KLASIFIKASI................................................ 5

2.1. MORFOLOGI ......................................................................... 6

2.2 SISTEM PERNAPASAN .............................................................. 8

2.3 KONSUMSI OKSIGEN ................................................................ 9

BAB III BAHAN DAN METODE

2.1 WAKTU DAN TEMPAT ............................................................. 10

2.2 ALAT DAN BAHAN ................................................................. 10

2.3 PROSEDUR KERJA .................................................................. 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN ............................................................ 13

4.2 PEMBAHASAN ......................................................................... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN ............................................................................ 15

5.2 SARAN ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui

permukaan alat pernafasan organisme dengan lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi).

Pada ikan sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang. Oksigen merupakan bahan

pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen

diperlukan oleh tubuhnya untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula.

Respirasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan persediaan O2 di udara, yaitu

respirasi aerob dan anaerob. Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2,

sebaliknya respirasi anaerob merupakan respirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2.

Proses transpor gas-gas secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara organisme dan lingkungannya dikenal sebagai respirasi aerob. Respirasi

anaerob. Karbondioksida yang diberikan dari organisme tertentu tidak ada oksigen yang diambil.

Kebutuhan oksigen diperoleh dari susunan karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Inilah yang

disebut dengan respirasi anaerob (Weichert, 1959).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen terbagi menjadi dua, yaitu

faktor luar dan dalam. Faktor luar dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen dan suhu.

Peningkatan suhu pada batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan laju metabolisme.

Sedangkan faktor dari dalam adalah yang berkaitan langsung dengan ikan itu sendiri, seperti

ukuran ikan, aktifitas, kondisi kesehatan ikan, dan seks (Weichert, 1959).

Respirasi pada ikan berhubungan luas dengan permukaan organ respirasi, darah, dan

kemampuan dari organisme untuk mendeteksi pengurangan oksigen pada lingkungan dan upaya

penyesuaian fisiologis untuk mengimbangi kekurangan oksigen. (Weichert, 1959).

4

Partikel-partikel bahan organik terlarut yang ikut terhisap bersama air secara terus-

menerus dapat mengganggu proses respirasi pada ikan. Bereaksinya partikel tersebut dengan

fraksi tertentu dari lender insang menyebabkan lender yang berfungsi sebagai pelindung

diproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir yang menutupi lamella insang.

Berkurangnya oksigen terlarut dan terhambatnya proses respirasi pada ikan mengakibatkan

menurunnya laju konsumsi oksigen (Arrignon, 1995).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk

pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi. Untuk

pertumbuhan dan pembiakan, di samping itu oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-

bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.

Salah satu sumber oksigen terlarut yang penting dalam perairan adalah oksigen di

atmosfer yang terlarut dalam massa air pada permukaan air yang dihasilkan melalui proses

difusi. Oksigen dalam perairan juga berasal dari faktor biologis, diantaranya adalah aktifitas

klorofil pada tanaman dari perifiton di sungai mengalir. Alga planktonik di dalam kolam atau

danau, dan tanaman air berbunga. Di pesisir yang membentang di perairan. Hal ini juga

menyebabkan kelimpahan oksigen apabila tumbuhan air berlimpah dari cahaya matahari

(Arrignon, 1995).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigen pada ikan

nila.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui dan memahami kebutuhan

oksigen pada ikan dan faktor yang mempengaruhinya, terutama pada ikan nila.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika,

tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di

kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam

bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

Gambar 1. Ikan nila

Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Sub-ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus.

Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.

6

2.1.1 Morfologi Ikan Nila

Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal (kompres)

dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung

hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis vertikal dan

pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong letaknya. Ciri khas ikan nila adalah

garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip

caudal (ekor) dengan bentuk membuat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai

indikasi kematangan gonad. Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe

ctenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun bagian analnya.

Dengan posisi sirip anal di belakang sirip dada (abdorminal).

Ikan nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan kapsul otik

tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai kesamaan dengan dentin pada

kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah

lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang

padat. Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk

rahang atas dan rahang bawah

Organ-organ internal ikan adalah jantung, alat-alat pencerna, gonad, kandung kemih, dan

ginjal. Alat pencernanya terdiri atas aesopaghus, perut besar, usus halus, pankreas, dan hati.

Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang

disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang

biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi.

Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 9-

11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung

terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan

garis yang terletak di bawah. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik

pada garis rusuk 39 buah. Tipe sisik ctenoid. Bentuk sirip ekor perpinggiran tegak

7

Sistem Pencernaan dimulai dari kanal alimentari memanjang dari rongga mulut sampai

tenggorokan melalui oesophagus, perut besar, usus halus, dan berakhir pada anus. Dinding

oesophagus perut besar dan usus halus dibentuk oleh benang-benang otot yang halus yang

merupakan jaringan pengikat yang lentur. Bagian dalam perut besar dan usus halus terdapat

halus terdapat selaput sepalut yang mengandung kelenjar-kelenjar keal yang mengeluarkan

cairan pencerna. Kelenjar-kelenjar pada perut besar mengeluarkan cairan yang bersifat asam,

yang banyak mengandung pepsin dan asam klorida. Sementara kelenjar yang terdapat pada usus

halus mengeluarkan cairan yang bersifat alkalis yang benyak mengandung enterokinase yaitu

sejenis enzim. Pada bagian luar usus halus tersimpan enzim-enzim yang berasal dari hati yang

yaitu tripsin dan yang berasal dari pankreas yaitu lipase, dan di samping itu juga tersimpan enzim

amilase.

Pada beberapa ikan tidak dijumpai adanya perut besar, sehingga fungsinya digantikan

usus halusnya, misal pada ikan karper

Sistem pencernaan pada vertebrata termasuk ikan teridiri atas dua bagian besar yaitu saluran

pencernaan dan kelenjar pencarnaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring,

esofagus hanya pendek, lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan umumnya berupa

kelenjar mukosa, hati, dan pankreas. Oleh sebab itu ikan hidup di air maka tidak memerlukan

banyak kelenjar mulut untuk membasahi makanannya, namun masih ada beberapa kelenjar

mukosa. Esofagus ikan biasanya sangat pendek

Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang

masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin yang

dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara

osmosis lewat permukaan tubuhnya.

Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya

mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis

melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang.

Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik

indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih

8

dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan

ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad.

Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga

perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan

jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air

tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan

telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva

tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai

cadangan makanan untuk awal kehidupannya

2.2 Sistem Pernafasan

Pernapasan adalah pertukaran CO2 (sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg harus dibuang)

dengan O2 yang berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses metabolism. Pernapasan

dilakukan dengan organ utama yaitu insang untuk mengambil oksigen, terdapat beberapa bagian

insan yaitu tulang lengkung insang, tulang lapis insang, dan daun insang.

Dalam vertebrata terdapat 2 fase respirasi yaitu eksternal dan internal. Respirasi eksternal

digunakan untuk menunjukkan pertukaran gas antara darah dengan lingkungan, Respirasi

internal sama dengan pertukaran gas antara darah dan jaringan atau sel di dalam tubuh. Respirasi

eksternal biasanya terdapat pada kapiler insang tetapi beberapa struktur seperti kulit lainya.

Berdasarkan sumber lain, ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen masuk ke dalam dan

pengeluaran karbondioksida keluar tubuh melalui organ-organ pernafasan disebut respirasi eksternal, dan

pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ-organ pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya di

lakukan oleh sistem sirkulasi . Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2

dari sel-sel dalam jaringan disebut respirasi internal.

9

2.3 Konsumsi Oksigen Ikan Nila

Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen

yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja

akanmempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang

sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen

digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari

metabolisme aerobik. Menurut Fujaya (2004) Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan

oleh sel untuk berbagai metabolisme.

Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan

darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Ville, et. al, 1988). Ikan dapat hidup di

dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang memberikan

permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan berdifusi ke

dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan (Kimball, 1988).

Penentukan kadar oksigen terlarut dengan suhu standar dapat dilakukan dengan metode winkler.

Metode winkler menggunakan sampel air yang dimasukkan dalam erlenmeyer ditambah KOH +

KI + MnSO4, masing-masing 21 tetes sampai larutan berwarna cokelat. KOH dan MnSO4

berfungsi untuk mengikat O2 sehingga terjadi endapan. Kemudian campuran larutan itu dikocok

supaya homogen dan didiamkan sehingga muncul endapan. Endapan tersebut ditunggu sampai

turun ke dasar erlenmeyer, setelah itu ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 21 tetes untuk

menghilangkan endapan. Campuran tersebut dikocok sampai endapan menghilang (menjadi

jernih) baru ditambahkan amilum sebanyak 11 tetes sehingga warnanya berubah menjadi biru.

Amilum berfungsi sebagai indikator O2. Campuran yang berwarna biru tua tersebut dititrasi

dengan Na2S2O3, sampai tidak berwarna (jernih). Banyaknya Na2S2O3 pada titrasi sampai

campuran berwarna jernih dihitung, itulah yang akan digunakan untuk menghitung besarnya

KO2

10

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul Konsumsi Oksigen Ikan Nila dilakukan

pada :

Waktu : Senin, 15 Oktober 2012

Tempat : Laboratorium FHA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Padjadjaran

3.2 Alat dan Bahan

Di dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan berikut ini:

Alat

1. Toples/ Wadah, sebagai tempat untuk pengamatan ikan nila

2. Plastik wrap, sebagai alat untuk menutup toples supaya tidak ada udara yang masuk

3. Stopwatch, sebagai alat untuk mengukur waktu pengamatan

4. Timbangan, sebagai alat untuk mengukur berat ikan nila yang akan dipakai dalam

pengamatan

11

5. DO Meter, sebagai alat pengamatan untuk megukur kadar oksigen terlarut pada air.

Bahan

1. Air bersih, digunakan sebagai media hidup ikan nila

2. Satu ekor ikan nila, sebagai objek percobaan dalam pengamatan

3.3 Prosedur Kerja

Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain :

1. Siapkan 18 buah toples/ wadah plastik sebagai tempat ikan nila ketika pengamatan.

2. Isi toples/ wadah plastik dengan air sampai penuh.

3. Lalu ukur kadar oksigen terlarut air di dalam toples/ wadah plastik menggunakan DO

meter, lalu dicatat di tabel pengamatan.

4. Ambil sebanyak 18 ekor ikan nila dari akuarium stok, lalu masukkan ke dalam masing-

masing toples/ wadah plastik yang telah diberi media air.

5. Siapkan plastik wrap yang ukurannya telah dipotong seukuran dengan bagian atas toples/

wadah plastik

12

6. Tutup bagian atas toples/ wadah plastik menggunakan plastik wrap dengan rapat, dan

pastikan untuk tidak ada udara yang keluar ataupun masuk dari toples/ wadah plastik

tersebut.

7. Tunggu selama kurang lebih 30 menit.

8. Kemudian ukur oksigen terlarut hasil pengamatan menggunakan DO meter.

9. Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di hasil pengamatan :

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Pengamatan per kelas

Kel Bobot ikan (gr) DO awal DO akhir Konsumsi O2

10 100

4,3

0,9 3,4

11 100 0,9 3,4

12 100 0,6 3,7

13 100 0,9 3,4

14 100 0,8 3,5

15 90 0,8 3,5

16 160 1,9 3,0

17 110 0,8 3,5

18 110 0,8 3,5

4.2 PEMBAHASAN

Setelah dilakukan praktikum pengamatan konsumsi oksigen terhadap hewan uji, didapat hasil

pengamatan seperti tabel diatas. Konsumsi oksigen dihitung dengan mengurangi DO awal dengan DO

akhir, konsumsi O2 = DO awal – DO akhir. Di kelompok 10 bobot hewan uji adalah 100 gram dengan

kadar DO awal air yang digunakan adalah 4,3, setelah ikan dimasukan ke air di dalam wadah lalu ditutup

dengan plastic wrap selama 30 menit kadar DO akhir menjadi 0,9 makan konsumsi oksigen hewan uji

adalah 3,4 yaitu DO awal dikurangi DO akhir. Hasil dari uji kelompok 11 juga sama dengan kelompok

10. Sementara pada kelompok 12 dengan bobot yang sama konsumsi oksigen hewan uji berbeda jauh,

bobot hewan uji sebesar 100 gram namun DO akhir 0,6 maka jumlah konsumsi oksigen adalah 3,7. Untuk

kelompok 13 hewan uji seberat 100 gram, konsumsi oksigen hewan ujinya adakah 3,4. Sementara itu

pada kelompok 14 dan 15 hasil konsumsi hewan uji sama yaitu 3,5 padahal hewan uji kelompok 14

memiliki bobot 100 gram dan kelompok 15 memiliki bobot sebesar 90 gram.

Kelompok 16 memiliki bobot hewan uji yang paling besar, yaitu 160 gram namun hasil DO

akhirnya adalah 1,9 maka konsumsi hewan uji adalah 3,0. Pada kelompok 17 dan 18 memiliki berat yang

14

sama yaitu 110 gram serta hasil akhir DO yang sama yaitu 0,8 dan hasil akhir konsumsi hewan uji yaitu

3,5.

Perbedaan konsumsi oksigen hewan uji diakibatkan oleh beberapa hal yaitu, bobot, umur, ukuran

dan tingkat stress hewan uji. Bobot ikan yang lebih berat, umur yang lebih tua, dan ukuran yang lebih

besar akan mengakibatkan ikan lebih lamban melakukan respirasi dibanding ikan yang lebih ringan,

berumur muda dan ukuran yang lebih kecil.

Tingkat stress hewan mempengaruhi karena bila hewan stress maka akan mempercepat laju

metabolisme yang juga akan mempercepat proses respirasi. Hal ini terjadi karena ikan yang belum

beradaptasi ketika dipindah dari akuarium ke wadah air uji. Pada kelompok 12 berat ikan sama dengan

kelompok 10, 11 dan 13 namun hasil konsumsi hewan uji berbeda dengan konsumsi oksigen ikan

kelompok 12 paling besar yaitu 3,7. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat stress ikan uji sendiri.

Kelompok 15 dengan bobot 90 gram memiliki hasil konsumsi hewan uji yang sama dengan

kelompok 14 yang mana hewan ujinya memiliki bobot 100 gram. Hewan uji kelompok 15 seharusnya

lebih banyak konsumsi oksigennya, kemungkinan besar umur hewan uji yang sudah tua menyebabkan

ikan tersebut lebih lamban melakukan proses respirasi. Sementara pada kelompok 17 dan 18 baik bobot

ikan dan konsumsi sama maka diketahui jika ikan dengan bobot 110 gram rata-rata akan mengkonsumsi

oksigen sebesar 3,5.

15

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Praktikum konsumsi oksigen pada ikan nila yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober

2012 dapat disimpulkan bahwa konsumsi oksigen dipengaruhi oleh bobot, umur, ukuran, gerakan ikan

serta tingkat stress yang dialami hewan uji.

Ikan yang memiliki bobot, ukuran yang lebih besar , umur yang lebih tua, gerakan ikan yang pasif

serta tingkat stress rendah yang dialami ikan akan menyebabkan proses respirasi ikan nila lebih lamban

dibandingkan dengan ikan yang bobotnya lebih ringan, umur lebih muda, ikan yang aktif dan ikan yang

mengalami stress.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya praktikan lebih berhati-hati dan teliti agar tidak terjadi

kesalahan-kesalahan hasil yang disebabkan oleh praktikan. Serta lebih berhati-hati ketika menggunakan

DO meter.

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Budidaya Ikan Nila.

http://budidayanila.wordpress.com/2009/07/23/klasifikasi-ikan-nila/ Diterbitkan pada tanggal 23

juli 2009

Anonim. 2011. Gambar Ikan-Fisiologi Ikan Mas-Anatomi Ikan Mas-Morfologi Ikan Nila.

http://slamsmart.blogdetik.com/?p=184 Diterbitkan pada tanggal 16 september 2011

Anonim. 2008. Konsumsi Oksigen Pada Ikan.

http://api3kmirza.wordpress.com/2008/06/03/33/ Diterbitkan pada tanggal 3 juni 2008

Weichert and K. Charles . 1959. Elements of Chordate Anatomy. Mc Grow Hill : New

York.

Arrignon and Jacques. 1999. Management of Freshwater Fisheries Science. Publishers,

INC : USA.