laporan prak. fisio (p2) b 11 - kerentanan hubungan otot saraf terhadap kurare

Upload: david-christian

Post on 02-Mar-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Untuk membantu menyusun laporan praktikum blok 6 kurare (Percobaan katak)

TRANSCRIPT

Kerentanan Hubungan Otot-Saraf Terhadap Kurare pada KodokKelompok B 11 :Esther C. Pakpahan (102012057) Ketua KelompokNovelia P. Widyanto (102012059)David C. Ronaldtho (102012210)Nadia Zagita (102012336)Priscilla Natalie K (102012356)Andreas Santoso (102012383)Ancilla Cindy (102012418)Nur Adibah (102012488)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6Jakarta Barat

I. Tujuan Percobaan1. Membuat sediaan otot- syaraf sesuai dengan petunjuk umum praktikum.2. Mengamati serta membedakan sikap, gerakan, waktu, reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare.3. Untuk mngetahui besarnya rangsang yang diperlukan bagi kaki katak untuk bergerak setelah disuntikkan larutan percobaan.4. Mengetahui tempat kerja kurare, di saraf atau di otot.

II. Alat-alat yang digunakan1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul2. Waskom besar yang berisi air3. 3 ekor katak + penusuk katak + benang4. Stimulator induksi + elektroda perangsang5. Gelas arloji6. Semprit 2cc + jarumnya7. Larutan Ringer8. Larutan tubo-kurarin (dicairkan 1:1 dalam ringer)9. Larutan atropine ( 0.01% dalam ringer)10. Larutan prostigmin (dicairkan 1:1 dalam Ringer)11. Larutan tubo-kurarin 1% (dari ampul)

Percobaan no. 1Pengamatan Sikap, Gerakan, dan Waktu Reaksi Seekor Katak Terhadap Berbagai Rangsang Sebelum dan Sesudah Penyuntikkan Kurare

Cara Kerja :1. Ambillah seekor katak dan letakkan di pelat kaca. Perhatikan kegiatan binatang tersebut (aktif/pasif). Hitunglah frekuensi pernapasannya per menit.2. Cobalah menelentangkan katak tersebut beberapa kali dan perhatikan reaksinya (kembali/tidak kembali ke posisi semula).3. Masukkan katak ke dalam Waskom yang berisi air dan perhatikan reaksinya (dapat berenang/tidak).4. Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks-refleks nosiseptif dengan cara sebagai berikut :a. Katak dipegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung bebasb. Rangsanglah dengan menjepit salah satu telapak kakinya dengan pinsetc. Tetapkan waktu reaksinya5. Suntikkan 0.5cc larutan tubo-kurarin 1:1 ke dalam kantong limfe iliakal (di sebelah os coccygist, di bawah kulit). Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikkan tersebut ulanglah percobaan 1 sampai 4 di atas tadi dan perhatikan pelbagai perbedaan sikap reaksinya.6. Sebelum pernapasan berhenti sama sekali, suntikkanlah ke dalam kantong limfe iliakal berturut-turut :a. 0.5cc larutan Atropin 0.01%b. 1cc larutan Prostigmin 1:17. Setelah terjadi pemulihan lakukan sekali lagi percobaan 1-4 di atas. Oleh karena pemulihan dapat memakan waktu 2-3 jam, lanjutkan dahulu dengan latihan bagian II dan III.

Hasil Percobaan :1. Katak aktif dan detak jantungnya 118 kali dalam 1 menit.2. Ketika katak direntangkan, katak tersebut dapat kembali ke posisinya semula secara cepat.3. Ketika dimasukkan ke dalam waskom yang berisi air, katak tersebut masih bisa berenang.4. Kemudian saat katak tersebut dijepit kakinya agar bisa menyelidiki refleks-refleks nosiseptif yang terjadi pada katak tersebut, katak tidak bereaksi apa-apa.5. Setelah disuntik dengan larutan Atropin, katak masih bisa aktif, tetapi detak jantungnya menjadi 80 kali dalam 1 menit. Ketika katak direntangkan lagi, katak tersebut kembali ke posisi semula dengan lebih lambat dibandingkan dengan yang sebelumnya. Walaupun katak tersebut masih bisa berenang dan saat kakinya dijepit lagi, tetap tidak menunjukkan reaksi apa-apa.6. Kemudian katak tersebut disuntikkan dengan larutan Prostigmin, dan setelah itu katak masih tetap aktif, tetapi keadaannya menjadi lemas.

Pembahasan :Refleks NosiseptifRefleks-refleks regang merupakan merupakan refleks monosinaptik yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan neurologis, seperti pada ketukan di tendo patella yang akan membangkitkan refleks di patella, yaitu refleks regang otot quadriceps femoris, akibat ketukan pada tendo akan meregang otot. Tahanan otot terhadap regangan kerap disebut dengan tonus. Bila neuron motorik ke suatu otot dipotong , otot itu memberikan tahanan yang lemah dan disebut flaksid. Otot yang hipertonik adalah otot yang mempunyai tahanan yang tinggi terhadap regangan karena adanya refleks regang yang hiperaktif. Suatu respon fleksor dapat ditimbulkan dengan rangsangan di kulit atau dengan peregangan otot, tetapi respon fleksor kuat yang disertai gerakan menarik diri hanya dibangkitkan oleh suatu rangsang yang berbahaya. Oleh karena itu rangsang ini disebut rangsang nosiseptif. Respon menarik diri dari fleksi extremitas yang dirangsang menjauhkan tungkai dari sumber iritasi dan extensi extremitas yang menyangga tubuh. Refleks menarik diri sangat kuat, refleks ini menguasai jaras-jaras spinal sehingga membatalkan semua kegiatan refleks lain yang terjadi pada saat yang bersamaan.1 Pengaruh Larutan Tubokurarin Larutan tubo-kurarin adalah larutan atau relaksan otot. Larutan ini biasanya digunakan untuk melemaskan otot-otot selama operasi atau untuk pasien yang berada di mesin pernapasan (ventilator). Tubokurarin juga dapat membantu mendiagnosa penyakit yang disebut myasthenia gravis. Tubokurarin menyebabkan kelumpuhan dengan urutan tertentu. Mulai dari otot rangka yang kecil dan bergerak cepat seperti otot ekstrinsik mata, jari kaki, dan tangan. Kemudian disusul oleh otot yang lebih besar seperti otot-otot tangan, tungkai, leher dan badan. Selanjutnya otot interkostal dan yang terakhir lumpuh adalah diafragma.Pengaruh Larutan AtropinDerivat tropan ini adalah campuran raremis, yang berkhasiat anti kolinergis kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek muskarin Ach. Efek nikotinnya diantagonir ringan sekali. Atropin juga memiliki daya kerja atas SSP (antara lain sedatif) dan daya bronchodilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos bronchi. Zat ini digunakan sebagai midriatikum kerja panjang (sampai beberapa hari), yang juga melumpuhkan akomodasi (cyloplegia). Juga sebagai spasmolitikum pada kejang-kejang di saluran lambung isis dan urogenital, sebagai premedikasi pada anastesi dan sebagai zat penawar (antidotum) keracunan Ach (zat-zat antikolinesterase dan kolinergika lain. Resorpsi di usus cepat dan lengkap seperti alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa. Resorpsinya melalui kulit utuh dan mata tidak mudah. Distribusinya ke seluruh tubuh baik. Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh.Pengaruh Larutan ProstigminProstigmin memiliki khasiat muskarin agak kuat, yang jauh memiliki khasiat muskarin yang agak kuat, yang jauh melebihi efek nikotinnya yang sangat ringan. Digunakan terutama pada keadaan otot lemah, yakni diagnosa dan terapi myasthenia, atonia usus dan kandung kemih (sukar buang air besar dan kecil). Begitu pula pada glaukoma. Resorpsinya dari usus berlangsung buruk seperti semua zat hidrofil. Lama kerjanya bervariasi secara individual. Efek sampingnya atas jantung dan peredaran darah lebih ringan daripada pilokarpin. Guna melawan efek muskarin ini dapat diberikan atropin. Pada dosis berlebihan dapat timbul kelemahan otot, sehingga seolah-olah obat tidak efektif lagi (pada myasthenia). Oleh karena itu, penggunaannya perlu dengan saksama dan pengontrolan kontinu.2

Percobaan no. 2Pengaruh Kurare Terhadap Suatu Bagian Lengkung Refleks

Cara Kerja :1. Ambil katak lain dan rusaklah otaknya saja tetapi jangan merusak medulla spinalisnya.2. Bebaskan n.ischiadius pada paha.3. Ikatlah seluruh paha kanan kecuali n.ischiadius.4. Suntikan 0.5cc larutan tubo-kurain 1:1 kedalam kantong limfe depan dengan membuka mulut katak cukup lebar dan menusukkan jarum suntik ke dasar mulut ke arah lateral. Periksalah pada kaki yang tidak diikat setiap 5 menit berkurangnya refleks nosiseptif dan timbulnya kelumpuhan umum. Bila peristiwa tersebut di atas belum terjadi, ulangi suntikna setiap 20 menit.5. Rangsanglah ujung jari kaki kanan dengan rangsang feradik yang cukup kuat sehingga terjadi witdrawl reflex. Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.6. Rangsanglah ujung jari kaki kiri dengan rangsang feradik yang cukup kuat sehingga terjadi witdrawl reflex. Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.7. Bebaskan n.ischiadicus kaki kiri dan dan buanglah sedikit kulit yang menutupi m.gastrocnemius kanan dan kiri.8. Tentukan ambang rangsang-buka untuk masing-masing n.ischiadicus.9. Tentukan ambang-rangsang-buka untuk masing-masing m. Gastrocnemius yang dirangsang secara langsung.

Hasil Percobaan :1. Di kaki bawah (Ujung jari kaki) Kiri 0,1 x 10 mV (dengan kurare) Kanan 0,1 x 40 mV (tanpa kurare)2. Tidak langsung (paha) Kiri 0,1 x 50 mV (kuat sekali) Kanan 0,1 x 20 mVLangsung (tungkai bawah) Kiri 0,1 x 50 mV Kanan 0,1 x 50 mV

Pembahasan :Withdrawal ReflexBila beberapa bagian tubuh selain salah satu anggota gerak dirangsang dengan rangsangan yang sangat menyakitan, maka bagian ini, dengan pola yang serupa, akan menarik diri dari stimulus tersebut namun meskipun pada dasarnya merupakan refleks yang sama, refleks ini mungkin tak hanya terbatas pada fleksor otot saja. Oleh karena itu, kebanyakan pola refleks tipe ini di berbagai daerah tubuh yang berbeda disebut refleks menarik diri/withdrawal. Pola menarik diri yang timbul sewaktu refleks fleksor bergantung pada saraf sensorik mana yang distimulasi. Jadi, stimulus yang sangat nyeri yang dibebankan di bagian dalam paha tidak hanya menimbulkan refleks fleksor di paha tetapi juga akan menimbulkan konstraksi otot-otot abductor untuk menarik menjauh. Dengan kata lain pusat integrasi dalam medulla menyebabkan otot-otot berkonstraksi sehingga secara efektif dapat memindahkan bagian tubuh yang nyeri dari suatu objek yang menimbulkan nyeri tersebut. Ambang rangsang: rangsang minimal pada nervos inschiadicus yang dapat menimbulkan konstraksi otot gastronemius. Rangsang secara langsung: rangsang yang diberikan langsung pada otot katak tanpa melalui saraf.3 Pada bagian otot yang diikat memerlukan rangsangan yang tinggi sebab larutan turbokurarin yang disuntikan menyebabkan motor end plate pada membran potensial di duduki cairan kurare, yang seharusnya diduduki oleh asetilkolin yang dihasilkan dari neurotransmitter yang di bawa oleh saraf dengan adanya potensial aksi, sehingga otot menanggapi rangsang dengan lambat.

Percobaan no. 3Tempat Kerja Kurare Pada Sediaan Otot-Saraf

Cara Kerja :1. Buatlah sediaan otot saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahakan agar didapatkan saraf yang sepanjang panjangnya.2. Masukkan otot sediaan A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang berisi cc larutan tubokurarin 1%.3. Selama menunggu 20 menit basahilah sediaan saraf A dan otot sendian B dengan larutan Ringer.4. Berilah rangsangan arus buka pada :a. Saraf sediaan Ab. Otot sediaan Bc. Otot sediaan Ad. Saraf sediaan B5. Tentukkan kekuatan rangsangan yang digunakan baik untuk sediaan yang memberikan jawaban maupun tidak memberikan jawaban.

Hasil Percobaan :1. Otot sediaan A direndam dalam larutan kurare sedangkan saraf sediaan A direndam dalam larutan Ringer. Lalu otot sediaan A diberikan rangsangan listrik sebesar 1 V. Setelah diberikan rangsangan secara langsung ke otot, otot langsung memberikan respon dengan cara berkontraksi. Namun pada saat saraf sediaan A yang direndam pada larutan Ringer diberikan rangsangan listrik sebesar 1 V, otot sediaan A tidak memberikan respon sama sekali. Karena otot tidak merespon, rangsangan listrik yang diberikan kami naikkan menjadi 4 V ke saraf sediaan A. Rangsangan listrik sebesar 4 V ke saraf sediaan A membuat otot sediaan A memberikan respon dengan cara berkontraksi. 2. Otot sediaan B direndam dalam larutan Ringer sedangkan saraf sediaan B direndam dalam larutan kurare. Lalu otot sediaan B diberikan rangsangan listrik secara langsung dengan besar tegangan 1 V, otot langsung memberikan respon dengan cara berkontraksi. Sedangkan pada saraf sediaan B yang direndam pada larutan kurare, kami berikan rangsangan listrik sebersar 1 V dan otot sediaan B tidak memberikan respon apapun. Namun setelah kami memperbesar tegangan menjadi 3 V ke saraf sediaan B, otot sediaan B langsung memberikan respon dengan cara berkontraksi.

Pembahasan :Larutan RingerKerja larutan Ringer adalah larutan hipotonik (konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari konsentrasi plasma) dan dapat menarik cairan keluar dari sel dan ruang interstisial kedalam sistem vascular.4

Kesimpulan :1. Pada percobaan sebelum katak diberikan penyuntikkan kurare bersifat aktif dan masih bernafas 118 kali dalam 1 menit. Namun, setelah diberikan suntikan kurare yang mampu menyebabkan kelumpuhan, katak tersebut menjadi lebih pasif dan pernafasannya menjadi 80 kali dalam 1 menit, lebih lambat dibandingkan sebelumnya.2. Kurare yang diberikan pada saat percobaan bekerja pada persambungan antara otot dan syaraf sehingga otot yang dirangsang secara langsung akan tetap berkontraksi. Namun pada saat diberikan rangsangan di saraf, akan memperlambat kontraksi otot karena kurare bekerja sebagai inhibitor kompetitif yang menghambat asetil kolin untuk berikatan dengan membran otot sehingga menghambat respon dari otot.Daftar Pustaka1. Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.2. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting. 6th ed. Jakarta: Gramedia; 2007.3. Guyton, Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. 11st ed. Jakarta: EGC; 2007.4. Schwartz, Seymour I. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. 6th ed. Jakarta: EGC; 2000.