lap prak farmakol bslt

29
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI “TOKSISITAS AKUT DENGAN BSLT (BRINE SHRIMP LETALITY TEST)Laboratorium Farmakologi, Selasa, 28 Mei 2013 Kelompok 1B Mohammad Al-Fattah 1111102000053 Silvia Aryani 1111102000039 Sumiati 1111102000124 Nur Khayati P. Indriyani 1111102000126 Rifda Nailil Muna 1111102000130 PRODI FARMASI SEMESTER 4 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 DAFTAR ISI Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 1

Upload: arini-eka-pratiwi

Post on 01-Jan-2016

274 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Prak Farmakol Bslt

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“TOKSISITAS AKUT DENGAN BSLT (BRINE SHRIMP LETALITY TEST)”

Laboratorium Farmakologi, Selasa, 28 Mei 2013

Kelompok 1B

Mohammad Al-Fattah 1111102000053

Silvia Aryani 1111102000039

Sumiati 1111102000124

Nur Khayati P. Indriyani 1111102000126

Rifda Nailil Muna 1111102000130

PRODI FARMASI SEMESTER 4

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 1

Page 2: Lap Prak Farmakol Bslt

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................2

1.1 Tujuan Praktikum ......................................................................................2

1.2 Landasan Teori ..........................................................................................2

BAB II METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN ..............................8

2.1 Metodologi ................................................................................................8

2.1.1 Judul praktikum .........................................................................................8

2.1.2 Tempat dan tanggal praktikum ..................................................................8

2.1.3 Cara kerja ...................................................................................................8

2.2 Hasil ...........................................................................................................10

2.3 Pembahasan ...............................................................................................14

BAB III PENUTUP ............................................................................................17

3.1 Kesimpulan .................................................................................................17

3.2 Saran ...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 2

Page 3: Lap Prak Farmakol Bslt

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:

- Terampil dalam melakukan uji toksisitas akut dengan metode BSLT (Brine

Shrimp Letality Test).

- Mengetahui cara perhitungan LC50 dengan metode BSLT (Brine Shrimp

Letality Test).

- Mampu melaksananakan pengujian toksisitas secara in vitro dengan metode

BSLT (Brine Shrimp Letality Test).

- Mampu menetapkan LC50 sebagai parameter ketoksikan akut berdasarkan

analisa probit.

1.2 Landasan Teori

Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas.

Radikal bebas adalah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron

tidak berpasangan. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa

logam (contohnya besi dan tembaga), asap rokok, obat, makanan dalam kemasan,

bahan aditif, dan lain-lain (Droge, 2002).

Dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, substansi antioksidan

berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan

elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai

(Windono et al., 2001). Menurut Windono et al. (2001), antioksidan adalah

senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi bahan pangan melalui

perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh

oksidasi. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hydrogen

atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menunda

tahap inisiasi pembentukan radikal bebas.

Adanya antioksidan alami (seperti senyawa fenolik) maupun sintetis dapat

menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan komponen organik

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 3

Page 4: Lap Prak Farmakol Bslt

dalam bahan makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan (Rohdiana,

2001).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia

mangostana L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan

antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin dan xanton (Ho et al.,

2002; Jung et al., 2006; Moongkarndi et al., 2004; Weecharangsan et al., 2006).

Sangat banyak manfaat dari kulit buah manggis, namun demikian belum ada

penelitian yang mengungkapkan tentang aktivitas antioksidan ekstrak metanol

dari kulit buah manggis.

Aktivitas Penangkal Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)

Aktivitas penangkalan radikal bebas dari ekstrak kulit buah manggis dapat

diukur dengan pengujian radikal DPPH yaitu dengan mereaksikan 0,5 mL ekstrak

kulit buah manggis dengan 2 mL larutan DPPH dan absorbansinya diukur pada λ

517 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum. Ekstrak kulit buah

manggis memiliki kemampuan sebagai penangkal radikal bebas yang sangat baik.

Aktivitas penangkal radikal dibuktikan dengan perubahan warna ungu menjadi

warna kuning, dan ketika ekstrak ditambahkan larutan DPPH, ekstrak metanol

menunjukkan aktivitas penangkal yang lebih besar ditandai dengan langsung

seketika berubahnya warna ungu menjadi warna kuning ketika ditambahkan

DPPH.

Pada prinsipnya metode penangkal radikal bebas merupakan pengukuran

penangkalan radikal bebas sintetik dalam pelarut organik polar seperti metanol

pada suhu kamar oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan.

Proses penangkalan radikal bebas ini melalui mekanisme pengambilan atom

hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas

menangkap satu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan

adalah DPPH, senyawa ini bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui

pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan

pasangan elektron. Keberadaan sebuah antioksidan dimana dapat

menyumbangkan elektron kepada DPPH, menghasilkan warna kuning yang

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 4

Page 5: Lap Prak Farmakol Bslt

merupakan ciri spesifik dari reaksi radikal DPPH (Pokorny et al., dalam Kiay et

al., 2011). Senyawa yang memiliki kemampuan penangkal radikal umumnya

merupakan pendonor atom hidrogen (H), sehingga atom H tersebut dapat

ditangkap oleh radikal DPPH untuk berubah menjadi bentuk netralnya.

Untuk penentuan IC50 dibuat persamaan regresi persentase aktivitas

penangkal radikal bebas DPPH ekstrak kulit buah manggis terhadap konsentrasi

ekstrak 100 mg/L, 200 mg/L, 400 mg/L dan 600 mg/L. Dari harga persen aktivitas

penangkal radikal bebas yang diperoleh dari beberapa konsentrasi ekstrak

(Gambar 3), dibuat kurva antara persen penangkal radikal bebas terhadap

konsentrasi larutan uji untuk menentukan nilai IC50. Nilai IC50 dihitung dengan

menggunakan rumus persamaan regresi linear yaitu y = ax ± b, dengan nilai y

adalah 50 dan x adalah IC50. Hasil perhitungan nilai IC50 dari masing-masing

ekstrak dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 3

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 5

Page 6: Lap Prak Farmakol Bslt

Berdasarkan data pada Tabel 2, besarnya aktivitas antioksidan ditandai

dengan besarnya nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan

untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 maka

semakin besar aktivitas penangkal radikal bebas DPPH.

Berdasarkan hal tersebut maka uji aktivitas antioksidan dengan

menggunakan metode DPPH terhadap ekstrak metanol dan air pada konsentrasI

100 mg/L, 200 mg/L, 400 mg/L, dan 600 mg/L untuk penentuan nilai IC50 dapat

dilihat bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis memiliki potensi penangkal

radikal yang relatif besar, dengan konsentrasi yang kecil yaitu 44,49 mg/L dan

54,45 mg/L sudah dapat menangkal radikal bebas sebesar 50%. Untuk ekstrak air

sampel kering dan basah, nilai konsentrasi ekstrak yang dapat menangkal 50%

radikal bebas berturut-turut adalah 346,73 mg/L dan 346,73 mg/L. Artinya pada

konsentrasi tersebut ekstrak air sampel kering dan basah sudah memiliki potensi

sebesar 50% dalam menangkal radikal bebas.

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Brine Shrimp Lethality Test (BST) adalah salah satu metode skrining untuk

menentukan sifat toksik suatu senyawa atau ekstrak secara akut dengan

menggunakan hewan coba Artemia salina.

Klasifikasi Artemia salina adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Bangsa : Anostraca

Suku : Artemidae

Marga : Artemia

Jenis : Artemia salina

Penetasan telur Artemia salina baik perlu memperhatikan beberapa faktor

yaitu: hidrasi dari kista-kista, aerasi, penyinaran, suhu, derajat keasaman (pH), dan

kepadatan telur dalam media penetasan.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 6

Page 7: Lap Prak Farmakol Bslt

Metode BST merupakan langkah pertama untuk uji toksisitas suatu ekstrak

atau senyawa. Metode ini merupakan metode uji hayati yang sederhana, cepat,

murah, dan dapat dipercaya. Daya toksisitas suatu senyawa dapat diketahui

dengan menghitung jumlah kematian larva Artemia salina dengan parameter

Lethal Concentration 50 (LC50). Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik menurut

metode BST ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000 Pg/ml. Jika hasil uji BST

menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat toksik maka dapat dikembangkan

ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai

usaha pengembangan obat alternatif antikanker.

Toksikologi

Toksikologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari sifat-sifat racun zat

kimia terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Setiap zat kimia pada dasarnya

bersifat racun, tetapi setiap keracunan ditentukan oleh banyak faktor terutama

dosis. Setiap zat kimia yang akan digunakan harus diuji toksisitas dan

keamanannya. Setiap zat kimia, bila diberikan dengan dosis yang cukup besar

akan menimbulkan gejala-gejala toksik. Untuk mengetahui sifat toksisitas ini

pertama-tama harus ditentukan pada hewan coba melalui penelitian toksisitas akut

dan subkronik. Selanjutnya, perlu ditentukan NEL (No Effect Level) yaitu jumlah

atau konsentrasi suatu zat kimia yang ditemukan melalui penelitian atau

observasi, yang tidak menimbulkan kelainan buruk, perubahan morfologi atau

fungsi organ, pertumbuhan, perkembangan, maupun menguragi lama hidup hewan

coba. Selanjutnya, ditentukan pula ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu dosis

suatu zat kimia yang terbesar, yang dinyatakan dalam satuan mg/kgBB/hari, yang

dapat diberikan setiap hari seumur hidup, dan diperkirakan tidak menimbulkan

efek kesehatan yang buruk pada manusia, berdasarkan pengetahuan yang ada pada

waktu itu.

Manfaat lain dari pengukuran toksisitas dalam berbagai bidang adalah dapat

digunakan sebagai skrining ekstrak tumbuhan untuk kepentingan pengobatan,

menentukan pertahanan anti-herbivora pada tumbuhan, menilai potensi dan efek

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 7

Page 8: Lap Prak Farmakol Bslt

bahaya dari pestisida baru, menilai toksisitas yang mungkin ditimbulkan oleh

sumber polusi.

Untuk meneliti berbagai macam efek yang berhubungan dengan masa

pemejanan, uji toksikologi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

1. Uji Toksisitas Akut. Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu

senyawa yang akan terjadi dalam masa pemejanan dengan waktu yang

singkat atau pemberiannya dengan takaran tertentu. Uji ini dilakukan dengan

cara pemberian konsentrasi tunggal senyawa uji pada hewan uji. Takaran

konsentrasi yang dianjurkan paling tidak empat peringkat konsentrasi,

berkisar dari konsentrasi terndah yang tidak atau hampir tidak mematikan

seluruh hewan uji sampai dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan

seluruh atau hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan

selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7-14 hari.

2. Uji Toksisitas Subkronis atau Subakut, dilakukan dengan memberiakn zat

kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-ulang terhadap hewan uji

selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum

efek toksik senyawa uji, serta untuk melihatkan apakah spectrum toksik itu

berkaitan dengan takaran konsentrasi.

3. Uji Toksisitas Kronis, dilakukan dengan memberikan zat kimia

secaraberulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan atau sebagian

besar dari hidupnya. Meskipun pada penelitian digunakan waktu lebih

pendek, tetapi tetap lebih lambat dibandingkan Uji Toksisitas Akut maupun

Uji Toksisitas Sub Akut.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 8

Page 9: Lap Prak Farmakol Bslt

BAB II

METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN

2.1 Metodologi

2.1.1 Judul Praktikum

Toksisitas Akut dengan BSLT (Brine Shrimp Letality Test).

2.1.2 Tempat dan Tanggal Praktikum

Tempat : Laboratorium Farmakologi Lantai 1 FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Hari/Tanggal : Selasa, 28 Mei 2013.

2.1.3 Alat dan Bahan

a. Larva udang Artemia salina

b. Kotak penetasan larva udang

c. Tabung reaksi

d. Mikro pipet 2-20µl

e. Mikro pipet 20-200µl

f. Mikro pipet 100-1000µl

g. Well plate

h. Kaca pembesar

i. Vial

2.1.4 Cara Kerja

a. Penetasan Artemia salina Leach

Pembiakan udang dilakukan dalam sebuah kotak yang telah dibagi menjadi

dua bagian dengan sekat berlubang dimasukkan air laut buatan secukupnya. Cara

membuat air laut buatan adalah dengan menimbang sebanyak 1 gram telur udang

dan dimasukkan ke dalam 1 liter air garam dengan kadar 38 permil (38 gram

garam dalam 1 liter air). Pada kotak tersebut, salah satu sisi ditutup dengan

alumunium foil dan telur udang dimasukkan di dalamnya. Kemudian kotak

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 9

Page 10: Lap Prak Farmakol Bslt

diletakkan di bawah lampu UV selama 48 jam. Larva berumur 48 jam siap

digunakan untuk uji toksisitas.

b. Orientasi konsentrasi

Bertujuan untuk menentukan batas konsentrasi terkecil yaitu 10% kematian

hewan uji (LC10) dan batas konsentrasi terbesar yatu 90% kematian hewan uji

(LC90) sehingga didapat batasan-batasan konsentrasi yang tetap untuk pengujian.

Orientasi konsentrasi dilakukan dengan cara membuat larutan uji

konsentrasi 1000, 100, 10 dan 1 µl/ml. larutan uji dimasukkan ke dalam vial-vial

uji yang berisi 10 ekor larva yang berumur 48 jam setelah menetas, kemudian

ditambahkan air garam hingga 10 mL. pada orientasi ini dilakukan pengulangan

sebanyak 3 kali (triplo).

1. Uji Toksisitas Metode Meyer

Sebanyak 10-12 larva udang dalam 100µl air laut dimasukkan ke dalam vial

uji, kemudian ditambahkan 100µl larutan sampel. Untuk setiap konsentrasi

dilakukan 3 kali pengulangan. Sebagai kontorl dilakuka tanpa penambahan larutan

uji menggunakan 200µl air laut. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dengan

menghitung jumlah larva udang yang masih hidup dan yang sudah mati. Nilai

LC50 ditemukan dnegan program computer sederhana untuk analisis probit pada

taraf kepercayaan 95%. Suatu fraksi ekstrak dikatakan aktif bila mempunyai nilai

LC50 ≤ 1000µg/ml, untuk senyawa murni dikatakan aktif bila mempunyai nilai

LC50 ≤ 30µg/ml.

2. Analisis data

Dt presentasi kematian dari masing-masing konsentrasi ekstrak dianalisis

dengan analisa probit sehingga diperoleh nilai LC50.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 10

Page 11: Lap Prak Farmakol Bslt

2.2 Hasil

Data Hasil Pengamatan Terhadap Larva Udang

Konsentra

si (ppm)

Log

ko

nsentra

si (x)

Hidup Awal Hidup akhir

Σ total

larva

Mati

Σ total

larva

Hidup

Rata-

rata

larva

mati

(triplo)

Rata-rata

larva

hidup

(triplo)

%

kematian

Probit %

kematian1 2 3 1 2 3

0

(Blanko)- 10 10 10 10 3 7 10 30 3 10 - -

1 0 10 10 10 3 5 4 18 12 6 4 26,67 4,39

10 1 10 10 10 2 0 5 23 7 8 2 43,33 4,82

100 2 10 10 10 0 2 0 28 2 9 1 60,00 5,25

1000 3 10 10 10 0 0 0 30 0 10 0 66,67 5,44

10000 4 10 10 10 0 0 0 30 0 10 0 66,67 5,44

100000 5 10 10 10 0 0 0 30 0 10 0 66,67 5,44

Perhitungan % kematian pada masing-masing konsentrasi

% kematian = Jumlahkematian−Jumlahkematian kontrol

Jumlahawal× 100 %

1. Konsentrasi 1 ppm 4. Konsentrasi 10000 ppm

% kematian = 18−10

30×100 % % kematian =

30−1030

100 %

= 26,67 % = 66,67 %

2. Konsentrasi 10 ppm 5. Konsentrasi 100000 ppm

% kematian = 23−10

30×100 % % kematian =

30−1030

×100 %

= 43,33 % = 66,67 %

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 11

Page 12: Lap Prak Farmakol Bslt

3. Konsentrasi 100 ppm 6. Konsentrasi 1000 ppm

% kematian = 28−10

30×100 % % kematian =

30−1030

×100 %

= 60,00 % = 66,67 %

Pembuatan kurva regresi linier dari data hasil.

Konsentrasi

(ppm)

Log konsentrasi (x) % Kematian Probit %

kematian (y)

1 0 26,67 4,39

10 1 43,33 4,82

100 2 60,00 5,25

1000 3 66,67 5,44

10000 4 66,67 5,44

100000 5 66,67 5,44

0 1 2 3 4 50

1

2

3

4

5

6

f(x) = 0.208571428571429 x + 4.4R² = 0.80440164231373

Larutan Ekstrak dengan larva udang

Linear (Larutan Ekstrak dengan larva udang)

Dari regresi linier didapatkan persamaan :

y = bx + a

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 12

Page 13: Lap Prak Farmakol Bslt

y = 0,2086x + 4,6086

Ket : y = % probit kematian

x = Log Konsentrasi

Selanjutnya, untuk dilakukan pencarian letal konsentrasi 50 (LC50) dengan

menggunakan persamaan yang telah diperoleh.

5,00 = 0,2086x + 4,0686

5,00 – 4,6086 = 0,20856x

x = 0 ,39140,208 6

= 1,8763

x = Log konsentrasi

Konsentrasi = antilog 1,8763

= 75,2174 ppm

Diperoleh Letal Konsentrasi 50 (LC50) dari ekstrak Garcinia mangostana

L. (Manggis) pada larva udang yaitu konsentrasi 75,2174 ppm.

Perhitungan % kematian dari hasil yang dirata-ratakan

% Kematian =

(rata−rata jumlah kematia )−(rata−rata jumlah kematiankontrol)(rata−rata jumlah awal)

×100 %

1. Konsentrasi 1 ppm 4. Konsentrasi 10000 ppm

% kematian = 6−310

×100% % kematian = 10−3

10×100 %

= 30 % = 70 %

2. Konsentrasi 10 ppm 5. Konsentrasi 100000 ppm

% kematian = 8−310

×100 % % kematian = 10−3

10×100 %

= 50 % = 70 %

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 13

Page 14: Lap Prak Farmakol Bslt

3. Konsentrasi 100 ppm 6. Konsentrasi 1000 ppm

% kematian = 9−310

×100 % % kematian = 10−3

10×100 %

= 60 % = 70 %

Pembuatan kurva regresi linier dari data hasil yang dirata-ratakan

Konsentrasi

(ppm)

Log konsentrasi

(x)% Kematian

Probit %

kematian (y)

1 0 30 % 4,48

10 1 50 % 5,00

100 2 60 % 5,25

1000 3 70 % 5,52

10000 4 70% 5,52

100000 5 70% 5,52

0 1 2 3 40

10

20

30

40

50

60

70

80

f(x) = 10 x + 26R² = 0.892857142857143

Larutan Ekstrak dengan larva udang

Linear (Larutan Ekstrak dengan larva udang)

Dari regresi linier didapatkan persamaan :

y = bx + a

y = 0,2009x + 4,7129

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 14

Page 15: Lap Prak Farmakol Bslt

Ket : y = % probit kematian

x = Log Konsentrasi

Selanjutnya, untuk dilakukan pencarian letal konsentrasi 50 (LC 50) dengan

menggunakan persamaan yang telah diperoleh.

5,00 = 0,2009x + 4,7129

5,00 – 4,7129 = 0,2009x

x = 0 ,28710,20 09

= 1,4291

x = Log konsentrasi

Konsentrasi = antilog 1,4291

= 26, 8577 ppm

Diperoleh Letal Konsentrasi 50 (LC 50) dari ekstrak Garcinia mangostana L.

(Manggis) pada larva udang yaitu konsentrasi 26, 8577 ppm.

2.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk melakukan uji toksisitas akut

dengan BSLT (Brine Shrimp Letality Test) pada ekstrak Garcinia mangostana L.

(Manggis). Dimana, dari uji tersebut kita dapat menetapkan LC50 yang merupakan

parameter ketoksikan akut berdasarkan analisa probit.

Suatu konsentrasi mematikan (Lethal Consentration) adalah analisa secara

statistik yang menggunakan uji Whole Effluent Toxicity (WET) untuk menaksir

letalitas sampel effluen. Test akut digunakan di Wisconsin untuk menaksir kondisi

“akhir dari pipa” (yaitu, effluen yang tidak dilemahkan, sebagai adanya

dibebaskan pada lingkungan) (Casseret dan Doull’s, 1975).

Konsentrasi effluen dimana 50% dari organisme mati selama tes (LC50)

digunakna sebagai pemenuhan titik terakhir (endpoint) untuk Test Whole Effluent

Toxicity (WET) akut. Dalam rangka mangalkulasi LC50, salah satu dari

konsentrasi tes harus menyebabkan lebih dari 50% kematian. LC50 yang lebih

rendah berarti semakin beracun effluen tersebut. Sebagai contoh, LC50 besar 100%

berarti kekuatan penuh effluen tersebut tidak membunuh lebih dari separuh

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 15

Page 16: Lap Prak Farmakol Bslt

organisme. LC50 sama dengan 50% berarti separuh effluen mempunyai kekuatan

membunuh 50% dari organisme tersebut. Uji toksisitas dimaksudkan untuk

memaparkan adanya efek toksik atau menilai batas keamanan dalam kaitannya

dengan penggunaan suatu senyawa. Pengukuran toksisitas dapat ditentukan

dengan secara kuantitatif yang menyatakan tingkat keamanan dan tingkat

berbahaya cat tersebut (Casseret dan Doull’s, 1975).

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas

yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik

dari bahan alam. Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay-guided

fractionation dari bahan alam, karena mudah, cepat, murah dan cukup

reprodusibel. Metode BSLT dapat dipercaya untuk menguji aktivitas farmakologis

dari bahan-bahan alami (Carballo et al., 2002).

Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana

efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang

waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan

menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva

Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT

jika harga LC50 ≤ 1000 µg/ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤ 30

µg/ml (Mayer et al., 1982).

Hal pertama yang dilakukan dalam uji toksisitas dengan metode ini adalah

persiapan larva udang. Pada persiapan larva udang ini, agar dapat menetas dan

hidup, lingkungan larva diidentikkan dengan air laut yaitu dengan pembuatan air

laut sintetik dengan melarutkan 38 g garam dalam 1 L air suling. Bejana penetas

disekat sehingga memilki dua sisi ruang, yaitu sisi terbuka dan tertutup. Telur

udang laut Artemia salina Leach ditaburkan dalam bejana pada bagian sisi yang

tertutup. Tujuannya adalah jika nantinya telur menetas, larva akan mencari daerah

yang terang untuk bisa bertahan hidup. Dari hal ini dapat meminimalisir adanya

larva yang mati setelah terjadinya penetesan. Jadi, pada bagian sisi yang terbuka

dihasilkan larva yang masih hidup setelah terjadinya penetasan sehingga dalam

pengambilan larva tidak ada kekeliruan dalam pengamatan nantinya. Pada bagian

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 16

Page 17: Lap Prak Farmakol Bslt

sisi yang terbuka diberi lampu yaang menghadap pada sisi tersebut. Setelah 48

jam telur yang telah menetas siap digunakan sebagai hewan uji.

Selanjutnya adalah pembuatan larutan ekstrak dengan beberapa konsentrasi

yaitu 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1.000 ppm, 10.000 ppm, dan 100.000 ppm. Selain

itu, dilakukan juga pembuatan blanko. Masing-masing konsentrasi dan blanko

dilakukan secara triplo dimana larutan dimasukkan ke dalam 3 vial kira-kira 3 ml.

Selanjutnya dari masing-masing vial, diambil 1 ml yang kemudian digenapkan

dengan air laut sintetik hingga 10 ml yang kemudian dimasukkan 10 ekor larva

udang laut. Lakukan pengamatan hingga 24 jam kemudian hitung jumlah larva

yang mati.

Dari hasil pengamatan, didapatkan data yang kemudian dapat diolah untuk

mendapatkan nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) dengan menggunakan

metode analisis probit. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada bagian hasil.

Setelah dilakukan pengolahan data, didapatkanlah hasil LC50 pada ekstrak

Garcinia mangostana L. (Manggis) pada larva udang yaitu konsentrasi 75,87

ppm. Berdasarkan teori suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT

jika harga LC50 ≤ 1000 µg/ ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤

30µg/ml (Mayer et al., 1982), maka dapat dinyatakan bahwa ekstrak Garcinia

mangostana L. (Manggis) toksik pada konsentrasi 75,2174 ppm.

Faktor yang mempengaruhi hasil yang didapatkan pada praktikum ini dapat

disebabkan oleh beberapa hal, seperti konsentrasi/kadar garam dalam larutan air

yang digunakan sebagai pengganti air laut tempat hidup larva tidak sesuai hingga

menyebabkan banyak larva yang dijadikan blanko mati. Selain itu faktor dari

larva itu sendiri yang mungkin masih terlalu lemah atau karena kesalahan dari

praktikan yang mengambil larva tersebut tidak hati-hati juga dapat menyebabkan

larva pada blanko tidak dapat betahan hidup hingga pada saat pengamatan.

Proses pembuatan ekstrak yang digunakan juga dapat menyebabkan karena

pemisahan ekstrak dengan pelarut yang digunakan saat proses pengekstrakan dari

simplisia yang tidak baik dapat menyebabkan ekstrak masih mengandung pelarut-

pelarut organik yang dapat membunuh dari larva udang pada sample uji.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 17

Page 18: Lap Prak Farmakol Bslt

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:

- Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas

yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat

toksik dari bahan alam. Dimana pengujian BSLT dilakukan dalam waktu

yang relative singkat yakni 24 jam.

- Ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC50 ≤ 1000

µg/ ml, sedangkan untuk senyawa murni jika LC50 ≤ 30 µg/ ml. Dari hasil

percobaan, konsentrasi antara 10 ppm dan 100 ppm % kematian larva

mencapai 50%. Setelah dikonversikan ke persamaan regresi linier didapatkan

konsentrasi LC50 larva adalah 75,2174 ppm.

- Ekstrak Gracinia mangostana L (kulit manggis) efek toksiknya cukup tinggi

yakni di bawah 100 ppm telah memberikan lethal dose untuk larva udang

Artemia salina Leach. Sehingga ekstrak ini dapat digunakan sebagai

antikanker.

3.2 Saran

Sebaiknya pada saat membuat larutan blanko harus diperhatikan karena

banyak faktor human eror yang dapat terjadi. Selain itu ketelitian juga diperlukan

dalam mengamati larva, memasukkan larva sesuai dengan jumlah yang

ditentukan.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 18

Page 19: Lap Prak Farmakol Bslt

DAFTAR PUSTAKA

Mayer BNNR, Ferrigni ML. Brine Shrimp, a convinient general bioassay for

active plant constituents. J of Plant Medical Research. 1982;45:31-34.

Carballo JL, Hernandez ZL, Perez P, Garcia MD. Comparison between two brine

shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC

Biotechnology. 2002;2:1472-6570.

Casarett, L.J. and J. Doull. 1975. Toxycologi. The Basic Science of Poisons. New

York. Mac Milla. Publ. Co.Inc.:329-330.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL.

Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents.

Planta Med [serial online] 1982 May [cited 2009 January 22]; 45(5): 31-4.

Rice SA, Maness IB. Brine shrimp bioassays: a useful technique in biological

investigations. The American Biology Teacher [serial online] 2004 [cited

2009 Feb 7]; 66 (3): 208-215.

Chapter 5 : Toxicology Of Plant Materials. [serial online] [cited 2009 Feb 7].

Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N.,

Neungton, N. Antiproliferation, Antioxidation and Induction of Apoptosis

by Garcinia mangostana (Mangosteen) on SKBR3 Human Breast Cancer

Cell Line. J Ethnopharmacol. 2004, 90, 161-166.

Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T.,

Sotanaphun, U., Siripong, P. Antioxidative and Neuroprotective

Activities of Extracts from The Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia

mangostana Linn.). Med Princ Pract. 2006, 15, 281-287.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 19

Page 20: Lap Prak Farmakol Bslt

Ho, C. K., Huang, Chen. Garcinone E, a Xanthone Derivative, Has Potent

Cytotoxic Effect Against Hepatocellular Carcinoma Cell Lines. Planta Med.

2002, 68, 975-979.

Jung, H. A., Su, B. N. Keller, W. J. Mehta, R. G. Kinghorn, A. D.

Antioxidant Xanthones from The Pericarp of Garcinia mangostana

(Mangosteen). J Agric. Food. Chem. 2006, 54, 2077-2082.

Laporan Praktikum Farmakologi BSLT | 20