laporan prak. kelompok 4 ( enzim)

Upload: apriyan-yudha

Post on 14-Apr-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    1/22

    LAPORAN PRAKTIKUM

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim

    Disusun Oleh:

    KELOMPOK 4

    1. Arifna Fitrianti (I11111005)

    2. Muhammad Dirga Iswara (I11111011)

    3. Gama Natakusumawati (I11111017)

    4. Yohanes (I11111024)

    5. Magdalena Corry Mega Christin (I11111026)

    6. Mafisah (I11111038)

    7. Steven Okta Chandra (I11111050)

    8. Restu Wulandari (I11111062)

    9. Sri Purwanti (I11111065)

    10. Apriyan Yudha Putranto (I11111069)

    11. Muhammad Subhan (I11111074)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    2012

    1

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    2/22

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi .......................................................................................................

    BAB I Pendahuluan ......................................................................................

    1.1 Latar Belakang.............................................................................

    1.2 Tujuan..........................................................................................

    1.3 Manfaat........................................................................................

    BAB II Tinjauan Pustaka ..............................................................................

    2.1 Asam Nukleat ..............................................................................

    2.2 DNA.............................................................................................

    2.3 Isolasi DNA..................................................................................

    2.4 Wizard Genomic DNA Purification .............................................

    BAB III Metodologi Penelitian ....................................................................

    3.1 Alat dan Bahan ...........................................................................

    3.2 Cara Kerja ..................................................................................

    BAB IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................

    4.1 Hasil Pengamatan .........................................................................

    4.2 Pembahasan ................................................................................

    BAB V Kesimpulan .....................................................................................

    Daftar Pustaka ................................................................................................

    2

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    3/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Enzim merupakan suatu senyawa yang termasuk golongan protein.

    Enzim memiliki fungsi yang sangat penting dalam kelangsungan hidup

    manusia karena sebagian besar proses metabolisme tubuh kita mengikut

    sertakan enzim dalam kinerja tubuh.

    Perlu diketahui, bahwa kerja enzim tidak lepas dari syarat-syarat

    yang harus dipenuhi, misalnya, pH, temperatur, substrat, dan masih banyak

    faktor lain yang mempengaruhi kerja enzim tersebut.

    Enzim amilase tergolong enzim hidrolase, yaitu katalis reaksi yang

    memecah ikatan kovalen dengan mengikat air. Aktivitas enzim dipengaruhi

    beberapa faktor, misalnya pH dan suhu. Enzim dapat bekerja pada suhu dan

    pH optimum. Oleh karena itu dalam percobaan ini akan diketahui, pengaruh

    berbagai pH dan berbagai temperatur terhadap enzim, yang pada percobaan

    ini yaitu enzim amilase.

    Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya

    adalah polimer glukosa, yaitu amilosa (20-28%) dan amilopektin. Pada saat

    kita mengunyah nasi (amilum), maka dalam mulut terjadi suatu raksi kimia,

    yaitu pemecahan ikatan-ikatan amilum dengan bantuan enzim, dalam hal ini

    adalah enzim amilaseyang terdapat dalam saliva (air liur).

    3

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    4/22

    Berdasarkan penjelasan diatas, maka dilakukanlah percobaan ini

    untuk mengetahui pengaruh dari pH dan temperatur terhadap kerja dari

    enzim amilase.

    1.2 Tujuan

    1. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu

    sebanding dengan kenaikan suhu.

    2. Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi kecepatan reaksi

    enzimatik.

    1.3 Manfaat

    1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim.

    2. Mengetahui pengaruh pH terhadap kerja enzim.

    4

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    5/22

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Enzim

    Enzim adalah polimer biologis yang mengatalisis reaksi kimia

    yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal.

    Keberadaan dan pemeliharaan rangkaian enzim yang lengkap dan

    seimbang merupakan hal yang essensial untuk menguraikan nutrient

    menjadi energy dan chemical building block (bahan dasar kimiawi);

    menyusun bahan-bahan dasar tersebut menjadi protein, DNA, membrane,

    sel dan jaringan; serta memanfaatkan energi untuk motilitas sel, fungsi

    saraf dan kantraksi otot. Dengan pengecualian molekul RNA katalitik atau

    ribozim, enzim adalah protein.

    Enzim yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa

    (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan

    laju reaksi setidaknya 1.000.000 kali dibandingkan jika tidak dikatalisis.

    Seperti semua katalis lain, enzim tidak berubah secara permanen atau

    dikonsumsi sebagai konsekuensi dari keikutsertaannya dalam reaksi yang

    bersangkutan.

    5

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    6/22

    Selain sangat efisien, enzim juga merupakan katalis yang sangat

    efektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam kimia

    sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi reaksi yang dikatalisis maupun

    substrat atau substrat-substrat yang berhubungan erat. Enzim juga

    merupakan katalis stereospesifik dan biasanya mengatalisis reaksi dari

    hanya satu stereoisomer suatu senyawa, misalnya, D-gula, tetapi bukan L-

    gula, asam L-amino tetapi bukan asam D-amino. Karena berikatan dengan

    substrat melalui sedikitnya tiga titik perlekatan, enzim bahkan dapat

    mengubah substrat nonkiral menjadi produk kiral. Spesifitas enzim yang

    sangat tinggi memberi sel hidup kemampuan untuk secara bersamaan

    melaksanakan dan secara independen mengontrol beragam proses

    kimiawi.

    Nama-nama yang paling sering digunakan untuk kebanyakan

    enzim menjelaskan tipe reaksi yang dikatalisis, diikuti oleh akhiran ase.

    Contohnya, dehidrogenase mengeluarkan atom-atom hidrogen, protease

    mengatalisis protein dan isomerase mengatalisis tataulang dalam

    konfigurasi. Pemodifikasian dapat terletak di depan maupun di belakang

    nama enzim untuk menejelaskan substrat enzim (xantin oksidase), sumber

    enzim ( ribonuklease pancreas), pengaturannya (lipase peka-hormon) atau

    suatu gambaran dari mekanisme kinerjanya (protease sistein). Jika

    diperlukan, ditambah penanda alfanumerik untuk menunjukan berbagai

    bentuk suatu enzim.

    Untuk menghilangkan ambiguitas, IUB menciptakan suatu system

    terpadu tata nama enzim yaitu setiap enzim memiliki nama dan kode

    khusus untuk menunjukan tipe reaksi yang dikatalisis dan substrat yang

    terlibat. Enzim dikelompokkan dalam enam kelas:

    1. Oksidoreduktase, mengatalisis oksidasi dan reduksi

    2. Transferase, mengatalisis pemindahan gugus

    6

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    7/22

    3. Hidrolase, mengatalisis terjadinya hidrolisis

    4. Liase, mengatalisis pemutusan ikatan dengan eliminasi atom yang

    akan menghasilkan ikatan rangkap

    5. Isomerase, mengatalisis perubahan geometric atau struktural di

    dalam satu molekul

    6. Ligase, mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitan dengan

    hidrolisis ATP

    Meskipun sistem IUB ini jelas, namun nama-nama enzim menjadi

    panjang dan relatif tidak praktis sehingga kita biasanya tetap menamai

    enzim berdasarkan nama tradisionalnya meskipun nama itu kadang-

    kadang menyesatkan. Nama IUB untuk heksokinase melukiskan kejelasan

    sekaligus kompleksitas sistem IUB. Nama IUB untuk heksokinase adalah

    ATP:D_heksosa 6_fosfotransferase E.C.2.7.1.1. nama ini menunjukan

    heksokinase sebagai anggota kelas 2 (tranferase), subkelas 7 (pemindahan

    satu gugus fosforil), sub-subkelas 1 (alcohol adalah akseptor fosforil dan

    heksosa-6 menunjukan bahwa alcohol yang terfosforilasi berada di karbon

    ena heksosa. Namun, kita terus menyebutnya sebagai heksokinase.

    Banyak enzim yang mengandung berbagai molekul nonprotein

    kecil dan ion logam yang ikut serta secara langsung dalam katalisis atau

    pengikut substrat. Molekul atau ion ini, yang disebut gugus prostetik,

    kofaktor dan koenzim, memperluas ragam kemampuan katalisis melebihi

    yang dumingkinkan oleh gugus fungsional di rantai samping aminoasil

    peptida.

    Gugus prostetik dibedakan berdasarkan integritasnya yang kuat

    dan stabil ke dalam struktur protein melalui gaya-gaya kovalen atau

    nonkovalen. Contoh-contohnya antara lain adalah piridoksal fosfat, flavin

    mononukleatida dan tiamin. Logam adalah gugus prostetik yang paling

    7

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    8/22

    sering dijumpai , sekitar sepertiga dari semua enzim mengandung ion-ion

    logam yang terikat kuat dan disebut metaloenzim.

    Kofator memiliki fungsi serupa dengan gugus prostetik tetapi

    berikatan secara transien dan mudah terlepas dengan enzim atau substrat,

    misalnya ATP. Tidak seperti gugus prostetik yang terkat secara stabil,

    kofaktor harus terdapat dalam medium di sekitar enzim agar katalisis dapat

    terjadi. Kofaktor yang paling umum adalah ion logam. Enzim memerlukan

    kofaktor ion logam disebut enzim yang memerlukan kofaktor ion logam.

    Untuk membedakan dari metaloenzim.

    Koenzim berfungsi sebagai pengangkut atau bahan pemindah

    gugus yang dapat didaur-ulang dan memindahkan banyak substrat dari

    tempat pembentukannya ke tempat pemakaiannya. Ikatan dengan koenzim

    juga menstabilkan substrat, seperti atom hidrogen atau ion hidrida yang

    tidak stabil dalam lingkungan cair sel.

    Vitamin B larut-air merupakan komponen penting berbagai

    koenzim. Selain vitamin B, beberapa koenzim mengandung gugus adenin,

    ribosa dan fosforil AMP dan ADP. Nikotinamid adalah komponen

    koenzim redoks FMN dan FAD. Asam pantotenat adalah komponen dari

    koenzim A pengangkut gugus asil. Sebagai pirofosfatnya, tiamin ikut serta

    dalam dekarboksilasi asam alfa-ketoglutarat dan koenzim asam folat dan

    kobamid berfungsi dalam metabolism satu karbon.

    2.2 Saliva

    Di kelenjar saliva (liur), granula sekretorik (zimogen) yang

    mengandung enzim-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam

    8

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    9/22

    duktus. Karakteristik ketiga pasang kelenjar saliva manusia diringkas

    dalam table berikut.

    KelenjarJenis

    HistologikSekresia

    Persentase

    Total

    Saliva

    pada

    Manusiab

    (1,5L/hr)

    Parotis Serosa Cair 20

    Submandibula

    (submaksila)Campuran

    Agak

    kental70

    Sublingual Mukosa Kental 5

    Sel-sel serosa mensekresi ptialin; sel-sel mukosa mensekresi

    musin. 5% sisa volume saliva dihasilkan oleh kelenjar lingual dan kelenjar

    minor lainnya di dalam rongga mulut.

    Sekitar 1500 air liur disekresi per hari. pH saliva saat kelenjar

    istirahat sedikit lebih rendah dari 7,0, tetapi selama sekresi aktif, pHnya

    mencapai 8,0. Air liur mengandung dua enzim pencernaan: lipase lingual,

    yang disekresi oleh kelenjar di lidah, dan -amilase saliva, yang disekresi

    oleh kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga mengandung musin, yaitu

    glikoprotein yang melumasi makanan, mengikat bakteri, dan melindungi

    mukosa mulut. Saliva juga mengandung immunoglobulin sekretorik IgA,

    lisozim, yang menyerang dinding kuman; laktoferin, yang mengikat besi

    dan bersifat bakteriostatik; dan protein kaya-plorin yang melindung email

    gigi dan mengikat tannin yang toksik.

    9

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    10/22

    Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain

    memudahkan kita menelan, mempertahankan kelembaban mulut, bekerja

    sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap, membantu

    proses bicara dengan memudahkan pergerakan bibir dan lidah, dan

    mempertahankan kebersihan mulut dan gigi. Saliva juga mempunyai daya

    antibakteri, dan penderita defisiensi salivasi (xerostomia) mempunyai

    insidens karies gigi yang lebih tinggi daripada normal. Sistem dapar saliva

    membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga

    membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri ulu hati

    (heartburn) bila getah lambung mengalami regurgitasi ke dalam

    esophagus.

    Komposisi ion air liur sangat bervariasi dari spesies ke spesies dan

    dari kelenjar ke kelenjar. Akan tetapi, umumnya saliva yang disekresi di

    dalam asini mungkin isotonik, dengan konsentrasi Na+, K+, Cl-, dan HCO3-

    yang mirip dengan komposisi plasma. Duktus ekskretorius dan mungkin

    duktus interkalaris yang bermuara ke dalam duktus ekskretorius

    memodifikasi komponen saliva dengan mengambil Na+ dan Cl- dan

    menambahkan K+ dan HCO3-. Duktus tersebut relative impermeable

    terhadap air. Jadi, pada aliran saliva yang lambat, saliva yang sampai ke

    mulut bersifat hipotonik, sedikit asam, dan kaya akan K+ tetapi relatif

    kurang Na+ dan Cl-. Jika aliran saliva cepat, komposisi ion tidak memiliki

    cukup waktu untuk berubah di dalam duktus. Akibatnya, meskipun pada

    manusia tetap bersifat hipotonik, saliva lebih cenderung isotonik, dengankonsentrasi Na+ dan Cl- yang lebih tinggi

    Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis,

    submandibularis, dan sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar

    bukalis yang sangat kecil. Sekresi saliva normal harian berkisar 800-1500

    ml. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) Sekresi

    serosa yang mengandung ptialin (suatu -amilase), yang merupakan enzim

    untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) Sekresi mucus yang mengandung

    10

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    11/22

    musin untuk tujuan perlindungan dan pelumasan. Kelenjar parotis hampir

    seluruhnya menyekresi tipe serosa, sementara kelenjar submandibularis

    dan sublingualis menyekresi mucus dan serosa. Kelenjar bukalis hanya

    menyekresi mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,0; suatu kisaran

    yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin.

    2.3 Derajat Keasaman (pH) terhadap kerja enzim

    Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan

    pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan,

    sebagian besar enzim dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas

    maksimumpada pH 5-9. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya

    pada pH optimum . Ada enzim yang mempunyai pH omtimum yang

    sangat rendah, sepeti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH

    yang jauh diluar optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada

    keadaan ini, baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan

    muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat bereaksi dengan

    substrat.

    Apabila aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai suatu

    fungsi dari pH reaksi, biasanya terdapat peningkatan kecepatan reaksi

    seiring dengan pergeseran pH dari tingkat yang sangat asan menuju

    rentang fisiologis kerentang yang sangat basa. Bentuk kurva dari daerah

    yang sangat asam mencerminkan ionisani gugus fungsional spesifik

    ditempat aktif (atau di substrat ) akibat peningkatan pH dan pembentukan

    ikatan hidrogen lebih umum yang penting bagi konformasi keseluruhan

    enzim. Hilangnya aktivitas pada sisi basa biasanya mencerminkan ionisasi

    residu asam amino pada enzim yang tidak sesuai.

    11

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    12/22

    2.4 Temperatur terhadap kerja enzim

    Peningkatan suhu akan meningkatkan energi kinetik molekul.

    Pergerakan energi kinetik molekul juga meningkatkan gerakan molekul

    sehingga frekuensi tumbukkan juga meningkat. Kombinasi tumbukan yang

    lebih sering dan lebih berenergi serta produktif ini akan meningkatkan laju

    reaksi.

    Peningkatan suhu akan meningkatkan laju baik reaksi yang tidak

    dikatalisis maupun yang dikatalisis enzim dengan meningkatkan energi

    kinetik dan frekuensi tumbukkan yang bereaksi. Namun, energi panas juga

    dapat meningkatkan energi kinetik enzim hingga ke suatu titik yang

    melebihi hambatan energi untuk merusak interaksi non-kovalen yang

    mempertahankan struktur tiga dimensi enzim. Rantai polipeptida enzim

    kemudian mulai terurai atau mengalami denaturasi, disertai hilangnya

    kemampuan katalitik enzim. Rentang suhusuatu enzim mempertahankan

    konformasi yang stabil secara katalisis komponen bergantung pada- dan

    biasanya melebihi- suhu normal tempat enzim tersebut berada. Enzim pada

    tubuh manusia umumnya mempertahankan stabilitas pada suhu 44-45o C.

    Q10 atau koefisien suhu adalah faktor yang menunjukan seberapa

    besar laju suatu proses biologis meningkat pada peningkatan suhu 10o C.

    Untuk kisaran suhu dengan enzim yang stabil, laju sebgian besar proses

    biasanya meningka dua kali lipat untuk suhu 10o C (Q10=2). Perubahan laju

    reaksi yang dikatalisis oleh enzim yang menyertai peningkatan atau

    penurunan suhu tubuh merupakan hal penting dalam kelangsungan hidup

    makhluk berdarah dingin, seperti kadal atau ikan yang suhu tubuhnya

    ditentukkan untuk lingkungan eksternalnya. Namu, untuk mamalia dan

    organisme homeotermik lain, perubahan laju enzim sesuai suhu memiliki

    makna fisiologia hanya dalam keadaan-keadaan, seperti demam atau

    hipotermia.

    12

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    13/22

    Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun

    enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim

    mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu.

    Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang katif akan berkurang

    karena mengalami denaturasi. Kecepatan enzimatik mencapai puncaknya

    pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu

    optimum sekitar 37 oC. Sebagian enzim menjadi tidak aktif pada

    pemanasan sampai kurang lebih 60 o C, karena terjadi denaturasi.

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Pengaruh Suhu terhadap Aktiivitas Enzim

    3.1.1 Alat

    1. Tabung reaksi

    2. Penangas air

    3. Pipet tetes

    4. Spektrofotometri

    5. Hand scoon

    3.1.2 Bahan

    1. Liur, sebagai sumber amilase

    2. Larutan pati 0,4 mg/mL

    3. Larutan iodium

    4. Air suling

    13

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    14/22

    3.2 Cara Kerja

    1. Tampunglah 2 mL liur dalam gelas kimia atau tabung reaksi yang bersih

    dan kering.

    2. Siapkan 6 x 3 tabung reaksi yang bersih.

    a. Pasangan pertama ditempatkan dalam bejana berisi es (0 oC)

    b. Pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air, yang suhunya

    dipertahankan tetap pada 25 oC

    c. Pasangan ketiga ditempatkan di rak tabung, pada suhu ruang.

    d. Pasangan keempat ditempatkan pada penangas air yang suhunya

    dipertahankan 37o C

    e. Pasangan kelima ditempatkan pada penangas air yang suhunya

    dipertahankan 60oC

    f. Pasangan keenam ditempatkan dalam penangas air yang suhunya

    100oC (air mendidih).

    Tiap pasangan tabung diberi tanda B untu blanko dan U untuk uji.

    Keram pasangan tabung pada setiap suhu selama paling sedikit 5

    menit.

    3. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung.

    Larutan Tabung B Tabung U1 Tabung U2Larutan pati 1 mL 1 mL 1 mL

    Keram semua tabung dari tiap suhu paling sedikit 5 menit

    Liur 2 mL 2 mL 2 mL

    Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit

    Larutan iodium

    (untuk suhu 60

    o

    C

    1mL 1mL 1mL

    14

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    15/22

    dan 100 oC

    penambahan

    dilakukan diluar

    penangas)

    Air suling 8mL 8mL 8mL

    4. Buatlah tabel berikut ini

    SUHU AB AU1 AU2 A/menit(v)

    0 oC

    25 oC

    Suhu ruang

    37 oC

    60 oC

    100 oC

    5. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan enzimatik (v=A/menit)

    dengan suhu.

    3.2 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim

    3.2.1 Alat

    1. Tabung reaksi

    2. Penangas air

    3. Pipet tetes

    3.2.2 Bahan

    1. Liur, sebagai sumber amilase.

    2. Larutan pati 0,4 mg/mL dilarutkan dalam berbagai pH (1,3,5,7,9,11)

    3. Larutan iodium

    15

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    16/22

    3.2.3 Cara Kerja

    1. Siapkan 18 tabung reaksi yang bersih. Tiap pasang tabung diberi tanda B

    untuk Blanko, U1 untuk uji1 dan U2 untuk uji 2

    2. Pipetkan kedalam tiap-tiap tabung

    Larutan Tabung B Tabung U1 Tabung U2Larutan pati

    dalam berbagai

    pH

    1 mL 1 mL 1 mL

    Keram pada suhu 37o C paling sedikit 5 menit

    Liur - 2 mL 2 mL

    Campurkan baik-baik, keram tepat 1 menit

    Larutan iodium 1 mL 1 mL 1 mL

    Air suling 8 mL 8 mL 8 mL

    3. segera baca serapan (A) pada 680 nm. Hitung A antara tabung B (A pada t=0

    menit) dengan tabung U.

    4. Buatlah tabel berikut ini

    pH AB AU1 AU2 A/menit(v)

    1

    3

    5

    7

    9

    11

    5.Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi

    enzimatik (v=A/menit) dengan pH.

    16

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    17/22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    a. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

    Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapatkan data

    sebagai berikut:

    pH AB AU1 AU2 AU A/menit(v)

    1 0,139 0,158 0,159 0,159 -0,020

    3 0,082 0,141 0,108 0,125 -0,043

    5 0,072 0,083 0.097 0,090 -0,018

    7 0,695 0,060 0,211 0,136 0,559

    9 0,185 0,913 0,204 0,559 -0,374

    11 0,096 0,094 0,130 0,112 -0,016

    17

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    18/22

    4.2 Pembahasan

    Berdasarkan hasil yang telah kami peroleh dari praktikum, kami dapat

    menyimpulkannya ke dalam grafik sebagai berikut:

    0,559

    18

    V

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    19/22

    1 3 5 7 9 11

    - 0,016

    - 0,018

    - 0,020

    - 0,043

    - 0,374

    19

    0

    pH

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    20/22

    Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa enzim bekerja maksimum pada

    pH 7, artinya pH 7 merupakan pH optimum untuk enzim amilase ini. Diluar pH

    tersebut (pH optimum) enzim tidak bekerja secara maksimal. Ini disebabkan oleh

    baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang akan

    mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat dan produk yang

    dihasilkanpun berkurang atau sedikit. Selain itu, diluar pH optimum enzim dapat

    terdenaturasi.

    Pada dasarnya enzim bekarja optimum pada suhu mendekati netral yaitu

    kisarannya 5-9, walaupun sebagian enzim dapat bekerja pada suasana asam seperti

    pepsin yang bekerja maksimum pada pH 2. Sedangkan bila diamati pada pH 5

    sampai 9 dari grafik di atas, sepertinya mengalami sedikit kesalahan pada pH 9,

    karena penurunan V (kecepatan reaksinya) terlalu jauh dan lebih rendah dari pada

    pH 11, dan ini berbeda dari pH 5 yang agak mendekati kecepatan reaksi pada pH

    7. Kesalahan ini dapat diakibatkan oleh lamanya menunggu dalam penambahan

    Iodium, kurang bersihnya tabung yang digunakan dalam pembacaan di

    Spektrofotometri, atau sebab-sebab lainnya baik dari larutan pati atau enzim

    amylase (air liur) itu sendiri.

    Penggunaan Iodium dalam praktikum ini adalah untuk menjadi inhibitor

    bagi enzim amilase, selain itu iodium juga berperan sebagai indikator. Selain

    iodium, dalam praktikum ini kami juga menggunakan air suling pada tahap akhir,

    ini bertujuan untuk pengenceran agar tidak terlalu pekat. Selain itu, yang kita

    ketahui enzim golongan hidrolase memutus ikatan kovalen dengan mengikat air,

    inilah tujuan mengapa air suling digunakan.

    20

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    21/22

    BAB V

    KESIMPULAN

    Enzim amilase bekerja maksimal pada pH 7, karena itu pH optimum untuk enzim

    ini adalah 7. Diluar pH optimum enzim bekerja kurang maksimal dan enzim dapat

    terdenaturasi.

    21

  • 7/28/2019 Laporan Prak. Kelompok 4 ( Enzim)

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    22