laporan pengantar ta rabita

Upload: rabita-syahbunan

Post on 06-Jul-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    1/82

     

    LAPORAN PENGANTAR

    SR4092 –  TUGAS AKHIR SENI RUPA

    “MINE (ROOM)” 

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh pendidikan

    Program Strata Satu (S1)

    Disusun Oleh:

    Rabita Syahbunan

     NIM 17010030

    Pembimbing:

    Drs. Rizki Ahmad Zaelani

    STUDIO SENI LUKIS

    PROGRAM STUDI SENI RUPA

    FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2015

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    2/82

     

    LEMBAR PENGESAHAN

    “Mine (Room)” 

    Oleh:

    Rabita Syahbunan

    Studio Seni Lukis / NIM 17010030

    Fakultas Seni Rupa dan Desain

    Institut Teknologi Bandung

    2015

    Disetujui dan disahkan oleh:

    Pembimbing Koordinator mata kuliah

    Tugas Akhir Seni Rupa

    Drs. Rizki Ahmad Zaelani Aminudin TH Siregar, M. Sn

     NIP 196512271993021001 NIP 197307291999031002

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    3/82

    i

    ABSTRAK

    “Mine (Room)” 

    Oleh: Rabita Syahbunan

    NIM: 17010030

    Penulis mengatakan bahwa perubahan keadaan keluarganya merupakan campur

    tangan dari waktu. Namun penulis menyadari bahwa waktu tidak mungkin salah,

    karena waktu memang ditakdirkan untuk terus melaju tanpa pandang bulu.

    Penulis pun akhirnya bernostalgia dengan ingatan kecilnya, mengingat dan

    merasakan kembali kenangan yang manis dan juga pahit yang pernah dialami oleh

     penulis. Lukisan ini merupakan sebuah permintaan maaf sekaligus ode terhadap

    ingatan kecil penulis yang cepat atau lambat harus segara penulis relakan. Subjectmatter   yang divisualisasikan merupakan abstraksi dari sudut ruang rumah lama

     penulis dengan warna abu-abu yang diambil dari ingatan kecil penulis.

    Metode yang digunakan merupakan blok warna dengan gradasi untuk

    mendapatkan kedalaman dan masking tape untuk membantu penulis membuat

    garis yang tegas di atas kanvas. Color-field painting   dan lyrical abstraction 

    merupakan teknik dan gaya yang penulis ambil untuk mewakilkan kekaryaan

     penulis di tugas akhir ini. Efek yang diharapkan adalah bagaiamana pengolahan

    momen, suasana dan emosi yang terekam melalui abstraksi bentuk dan warna,

    tidak banyak bicara namun dapat terasa kehadirannya, seperti seseorang melihat

    ke dalam sebuah foto lama yang dimilikinya.

    Hasilnya, impresi dan dialog yang diharapkan dari abstraksi sudut-sudut ruangan

    abu-abu ini dapat terealisasikan, tentu dengan hasil yang berbeda-beda. Tidak

    semua kekaryaan penulis dalam tugas akhir ini dapat berbicara lantang dengan

     penulis.

    Kata kunci: Abstrak, Lukisan, Nostalgia, Ruang dan Waktu 

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    4/82

    ii

    ABSTRACT

    “Mine (Room)” 

    By: Rabita Syahbunan

    NIM: 17010030

    The author says that the change in his family circumstances is an interference of

    time. However, the authors realized that the time can not be wrong, because the

    time was destined to continue driving indiscriminately. The author was finally

    reminisce with his memory, remembering and feeling back memories sweet and

    bitter also been experienced by the author. This painting is an apology at once

    ode to the author’s childhood  memory which sooner or later must be immediately

    left by author. An abstraction of a grayish corner author’s old house become the

     subject matter of author’s painting. This visualization was taken from author’schildhood memory.

    The method that author used is blocks of color with gradations to obtain depth

    and masking tape to help authors create a clear line on the canvas. Color-field

     painting and lyrical abstraction is a technique and style that the author took to

    represent her artwork in this thesis. How is processing the moment, the

    atmosphere, and the emotions that are recorded through the abstraction of form

    and color, not a big talk but is expected to feel its presence, like the time when we

     see a picture of our old photos.

     As a result, the impression and the expected dialogue of abstraction grayishcorners of the room can be realized, of course with different results. Not all

    author ’s artwork  in this thesis can speak out with the author clearly.

    Keywords: Abstract, Paintings, Nostalgia, Space and Time 

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    5/82

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada pencipta alam semesta dan seluruh isinya, karena

    atas kesungguhan penulis dan segala keterkaitan dari jagat raya ini penulis dapat

    menyelesaikan laporan pengantar karya Tugas Akhir ini. Dalam Laporan ini, penulis

    menjelaskan mengenai proses perenungan diri sebagai manusia dari waktu ke waktu dan

    kejadian. Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat menempuh

     pendidikan Program Strata Satu (S1).

    Penulis menyadari, dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini

    disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

     Namun banyak pihak yang membantu penulis dengan memberikan masukan dan sumber

    informasi, serta doa dan dukungannya, terutama penulis ucapkan banyak terima kasih

    kepada orang tua penulis dan Drs. Rizki Ahmad Zaelani selaku dosen pembimbing

     penulis selama proses Tugas Akhir.

    Demikian laporan karya Tugas Akhir ini penulis buat. Penulis mengharapkan kritik dan

    saran demi perbaikan dalam kinerja penulis ke depannya. Semoga laporan ini dapat

     bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

    Bandung, 29 Mei 2015

    Rabita Syahbunan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    6/82

    iv

    PEDOMAN PENGANTAR TUGAS AKHIR

    Pengantar Tugas Akhir S1 yang dipublikasikan terdaftar dan tersedia di perpustakaan

    Institut Teknologi Bandung serta terbuka untuk umum dengan ketentuan hak cipta bahwa

    hak cipta berada pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di Institut

    Teknologi Bandung. Referansi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau

     peringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai dengan kebiasaan

    ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

    Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh Pengantar Tugas Akhir haruslah

    seizin Direktur Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    7/82

    v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .............................................................................................................. i

    ABSTRACT ........................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

    PEDOMAN PENGANTAR TUGAS AKHIR ................................................... iv

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1I.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

    I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4

    I.3 Batasan Masalah ................................................................................................... 4

    I.4 Tujuan Karya......................................................................................................... 4

    I.5 Sistematika Penulisan........................................................................................... 4

    1.6 Alur Kerja ............................................................................................................. 6

    BAB II LANDASAN TEORI DAN SENIMAN REFERENSI ........................... 7II.1 Landasan Teori .................................................................................................... 7

    II.1.1 Lukisan ......................................................................................................... 7

    II.1.2 Lukisan Abstrak  .......................................................................................... 8

    II.1.3 Kategori Seni Abstrak  ................................................................................ 9

    II.1.3.1 Colour-Related atau Light-Related Abstraction Art .................. 10

    II.1.3.1.1 Color Field Painting  ........................................................... 10

    II.1.3.1.2 Lyrical Abstraction.............................................................. 11

    II.1.4 Elemen Bentuk  .......................................................................................... 13

    II.1.4.1 Garis ................................................................................................ 14

    II.1.4.2 Bidang ............................................................................................. 16

    II.1.4.3 Ruang............................................................................................... 17

    II.1.4.4 Warna .............................................................................................. 18

    II.1.4.5 Cahaya ............................................................................................. 20

    II.1.5 Teori Fotografi Punctum Studium .......................................................... 21

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    8/82

    vi

    II.1.6 Fungsi Seni Sebagai Pengingat ............................................................... 23

    II.1.6.1 Ingatan atau Memori ...................................................................... 23

    II.1.6.2 Ingatan (memori) dan Karya Seni ................................................ 26

    II.2 Seniman Referensi ............................................................................................ 27

    II.2.1 Barnett Newman ....................................................................................... 27

    II.2.2 Jose Manuel Ballester  ............................................................................... 33

    BAB III TEMA DAN KONSEP KARYA .......................................................... 35

    III.1 Tema dan Konsep Karya ................................................................................. 35

    III.2 Konsep Visual .................................................................................................. 36

    III.2.1Warna monokromatik  .............................................................................. 38

    BAB IV PROSES BERKARYA DAN DESKRIPSI KARYA .......................... 41

    IV.1 Teknik  ............................................................................................................... 41

    IV.2 Medium ............................................................................................................. 41

    IV.3 Proses Pembuatan Karya ................................................................................ 42

    IV.3.2 Pemilihan Kanvas.................................................................................... 46

    IV.3.3 Pengerjaan Karya .................................................................................... 46

    IV.4 Deskripsi Karya ............................................................................................... 49

    IV.4.1 Karya Pertama ......................................................................................... 50

    IV.4.2 Karya Kedua ............................................................................................ 52

    IV.4.3 Karya Ketiga ............................................................................................ 54

    IV.4.4 Karya Keempat ........................................................................................ 56

    IV.4.5 Karya Kelima ........................................................................................... 58

    IV.4.6 Karya Keenam ......................................................................................... 60

    IV.4.7 Karya Ketujuh.......................................................................................... 62

    IV.4.8 Karya Kedelapan ..................................................................................... 64

    IV.4.9 Karya Kesembilan ................................................................................... 66

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 68

    V.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 68

    V.2 Saran ................................................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70

    UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................ 72

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    9/82

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1, French Window at Collioure ............................................................ 8 

    Gambar II.2, Clyfford Still, Untitled , 1951-1952; oil on canvas ......................... 11 Gambar II.3, Marilyn Kirsch, To Be Found Wanting .......................................... 12 

    Gambar II.4, Garis................................................................................................ 14 

    Gambar II.5, Bidang ............................................................................................. 17 

    Gambar II.6, Bentuk/Ruang ................................................................................. 18 

    Gambar II.7, Warna.............................................................................................. 19 

    Gambar II.8, Roland Barthes dan Camera Lucida ............................................... 22 

    Gambar II.9, Barnett Newman ............................................................................. 28 

    Gambar II.10, Concord, 1949 .............................................................................. 30 

    Gambar II.11, Onement, I .................................................................................... 31 

    Gambar II.12, Jose Manuel Ballester ................................................................... 33 

    Gambar II.13, Sala 11 .......................................................................................... 34 Gambar IV.1, Kuas, Cat Minyak, Linseed Oil ..................................................... 41 

    Gambar IV.2, Foto Lama 1 .................................................................................. 42 

    Gambar IV.3, Foto Lama 2 .................................................................................. 43 

    Gambar IV.4, Foto Lama 3 .................................................................................. 43 

    Gambar IV.5, Eksplorasi Ruang 1........................................................................ 44 

    Gambar IV.6, Eksplorasi Ruang 2........................................................................ 44 

    Gambar IV.7, Eksplorasi Ruang 3........................................................................ 45 

    Gambar IV.8, Eksplorasi Ruang 4........................................................................ 45 

    Gambar IV.9, (a) Sebelum dilapis; (b) Sesudah dilapis ....................................... 46 

    Gambar IV.10, Kanvas Kosong ........................................................................... 47 

    Gambar IV.11, Pewarnaan Tahap Awal ............................................................... 47 

    Gambar IV.12, Pewarnaan Tahap Dua ................................................................. 48 

    Gambar IV.13, Pewarnaan Tahap Tiga ................................................................ 48 

    Gambar IV.14, Mine (Room): After a Long Time ............................................... 50 

    Gambar IV.15, Mine (Room): I Took My Time, to Take Closer......................... 52 

    Gambar IV.16, Mine (Room): Teeth and Strings ................................................. 54 

    Gambar IV.17, Mine (Room): My little bag ........................................................ 56 

    Gambar IV.18, Mine (Room): Smells from Heaven ............................................ 58 

    Gambar IV.19, Mine (Room): Lullaby ................................................................ 60 

    Gambar IV.20, Mine (Room): Those Nightmares ............................................... 62 

    Gambar IV.21, Mine (Room): Transition ............................................................ 64 

    Gambar IV.22, Mine (Room): Present always Come Later ................................. 66 

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    10/82

    viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel I.1, Bagan Alur Kerja .................................................................................... 6 

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    11/82

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Berawal dari ketertarikan penulis akan manusia, memori, keluarga dan diri,

     penulis mencoba menuangkan atas apa yang terjadi dalam hidupnya melalui karya

    ini. Penulis mencoba merefleksikan bagaimana perasaan dan kejadian terekam

    dalam satu kurun waktu.

    Dinginnya suasana di rumah penulis saat ini dan komunikasi yang tidak terasa

    hangat lebih sering hadir di dalam suasana rumah penulis saat ini. Karena terdapat

     jarak yang memisahkan, bukan hanya bangunan, namun juga adanya usia yang

     bersekongkol untuk membuat kondisi ini semakin kondusif.

    Waktu yang tidak pernah ragu untuk maju terus kedepan akhirnya membuat

     penulis merasa ingatan kecilnya terasa begitu menggiurkan. Disaat Ayah penulisyang menyanyikan lagu nina-bobo sebelum penulis tidur, Ibu yang setia

    mengiringi pembelajaran hal-hal baru untuk penulis dan penulis yang masih

     berada disana pun akhirnya memberikan suasana hangat dari ingatan kecilnya

    tersebut. Namun apa boleh buat, campur tangan waktu dirasa telah memisahkan

     penulis dengan keluarganya. Bertumbuhnya penulis pun menjadi kesadaran

    tersendiri bahwa keluarga pun tidak ingin tinggal diam, keluarga akan terus

    melanjutkan peranannya masing-masing dan tidak akan bisa terus bertahan

    menjadi seperti yang ada di ingatan kecil penulis.

     Home is where one startsfrom. As we grow older The world becomes

     stranger, the pattern more complicated Of dead and living.

    (T.S. Elliot, East Coker, “Four Quartets”)

    Jika mengingat lagi apa arti keluarga sebenarnya bagi penulis adalah suatu

    kelompok manusia yang dalam kesehariannya atau relasinya begitu dekat,

    sehingga disaat masa suka dan juga duka selalu hadir dan memberikan dukungan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    12/82

    2

    antara satu sama lain. Relasi pertemanan yang jika dipautkan jarak jutaan

    kilometer pun akan tetap setia menemani dan mengayomi dalam artian lahir dan

     juga bathin.

    Arti Keluarga sendiri yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “kulawarga"; "ras"

    dan "warga" yang berarti "anggota" adalah lingkungan yang terdapat beberapa

    orang yang masih memiliki hubungan darah.

    Dalam pengertiannya, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

    atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

    tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

    Fitzpatrick (2004), memberikan pengertian keluarga dengan cara meninjaunya

     berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu pengertian keluarga secara

    struktural, pengertian keluarga secara fungsional dan pengertian keluarga secara

    intersaksional.

    Keluarga secara Struktural adalah bagaiamana keluarga didefenisikan berdasarkan

    kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak dan

    kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian darikeluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebaga

    asal-usul ( families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan

    ( families of procreation) dan keluarga batih (extended family).

    Pengertian Keluarga secara Fungsional adalah keluarga yang didefenisikan

    dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial.

    Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan

    emosi dan materi dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan

     pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.

    Lalu yang terakhir pengertian keluarga secara Transaksional, keluarga

    didefenisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui

     perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga ( family

    identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.

    Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sanskertahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sanskerta

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    13/82

    3

    “All happy families are alike; each unhappy family is unhappy in its own

    way.”

     –  Leo Tolstoy.

    Penulis merasa keluarga yang seharusnya adalah sebuah tempat yang dapat

    membuat penulis merasa aman dan nyaman dari kehangatan yang didapatkan.

     Namun berubah menjadi sebuah tempat yang begitu dingin dan berkurang

    kenyamanannya karena rumah penulis yang baru dan karena adanya campur

    tangan dari waktu, dimana penulis yang tidak lagi berada di fase anak-anakpun

    tentu turut berperan dalam timbulnya perasaan yang demikian.

    Mengininkan masa lalu untuk kembali sama halnya dengan menginginkan masa

    depan, dua hal yang tidak mungkin didapatkan pada saat ini, namun ingatan kecil

    tentu dapat diperoleh kembali dengan ketidaksempurnaannya. Hanya tampilan

    sekilas yang bisa diingat oleh penulis, suasana yang agak kabur, emosi yang

    terkadang lewat membuat penulis bernostalgia

     Nostalgia merupakan suatu fenomena yang dibantu oleh memori, yaitu suatu

    fenomena manusia dalam mengingat sebuah kejadian yang dianggap kerinduan

    (kadang-kadang berlebihan) pada sesuatu yg sangat jauh letaknya atau yg sudah

    tidak ada sekarang; kenangan manis pada masa yg telah lama silam,

     ber·nos·tal·gia berarti melepaskan rindu setelah lama tidak bertemu; mengingat

     peristiwa-peristiwa manis yg pernah dialami pada masa lalu.

    Melukis disini pun akhirnya dijadikan media yang dapat membantu penulis dalam

     bernostalgia dan sebagai salah satu ruang untuk pemikiran-pemikiran akan diri

    dan arti keluarga bagi penulis dengan cara yang baru, sebagai media pengingat

    untuk penulis melampaui dirinya sendiri pada saat ini, setelah sebelumnya

    kekaryaan penulis yang juga tidak terlepas akan pencarian diri sebagai individu di

    tingkat eksplorasi dan juga keluarga. Mengingat dan merasakan kembali melalui

    konsepsi bentuk, suasana dan warna.

    Dengan lukisan ini penulis pun akhirnya mengalami dua perjalanan sekaligus,

    yaitu perjalanan fisik dan sekaligus mental. Dimana penulis merasakan adanya

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    14/82

    4

     perbedaan yang terasa disaat berpindah, berpindah dari rumah di masa kecilnya

    dan berpindah ke fase manusia dewasa karena adanya campur tangan waktu.

    I.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut:

      Bagaimana memvisualisasikan pengalaman dan perasaan tentang masa

    lalu dan saat ini dari ingatan gambar pada masa kecil ke dalam sebuah

    lukisan?

    I.3 Batasan Masalah

    Berikut beberapa hal yang menjadi batasan dalam karya di TA ini, yaitu:

      Karya yang dibuat merupakan karya lukis di atas kanvas.

      Subjek pokok dalam karya ini merupakan sudut ruang imajinatif yang

    dibuat berdasarkan rumah penulis di masa kecilnya.

    I.4 Tujuan Karya

    Karya-karya dan tulisan ini dibuat secara khusus sebagai pemenuhan syarat

    kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Seni Lukis SR4092. Selain itu karya ini pun

     berfungsi sebagai media penuangan pemikiran penulis, pengenalan diri bagi

     penulis dan juga sebagai perekam pengalaman penulis.

    I.5 Sistematika Penulisan

    Berikut adalah sistematika penulisan laporan ini :

      BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini akan memaparkan secara singkat tentang latar belakang, rumusan

    masalah, batasan masalah, tujuan karya, serta sistematika penulisan.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    15/82

    5

      BAB II LANDASAN TEORI DAN SENIMAN REFERENSI

    Dalam bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan

    karya ini, serta kajian mengenai seniman dan karyanya sebagai referensi

      BAB III GAGASAN DAN PROSES BERKARYA

    Bab ini akan membahas mengenai gagasan, proses pertimbangan gagasan karya

    dan visual karya, serta memaparkan tahapan-tahapan dalam pembuatan karya

    dimulai dari awal hingga akhir.

      BAB IV DESKRIPSI KARYA

    Bab ini akan memaparkan dan mendokumentasikan karya-karya yang telah

    dikerjakan berdasarkan visual karya serta peninjauannya.

      BAB V KESIMPULAN & SARAN

    Pada bab terakhir ini penulis akan dikemukakan kesimpulan atas hasil yang

    didapat pada kekaryaan ini dan saran untuk kekaryaan penulis setelah ini.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    16/82

    6

    1.6 Alur Kerja

    Tabel I.1, Bagan Alur Kerja

    Sumber: Penulis

    Mine (Room)

    Rumusan Masalah

    Bagaimana memvisualisasikan

     pengalaman tentang masa lalu dan

    saat ini dari ingatan gambar pada

    masa kecil ke dalam sebuah lukisan?

    Batasan Masalah

    Karya yang dibuat merupakan karya

    lukis di atas kanvas.

    Subjek pokok dalam karya ini

    merupakan sudut ruang imajinatif

    yang dibuat berdasarkan rumah

     penulis di masa kecilnya.

    Tujuan Karya

    Karya-karya dan tulisan ini dibuat secara

    khusus sebagai pemenuhan syarat

    kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Seni

    Lukis SR4092. Selain itu karya ini pun

     berfungsi sebagai media penuangan

     pemikiran penulis, pengenalan diri bagi

     penulis dan juga sebagai perekam

     pengalaman penulis. 

    Konsep Karya

    Bagaiamana menggambarkan waktu dari

    memori penulis ke dalam sebuah sudut

    ruangan imajinatif dengan menggunakan

    lukisan.

    Teori Pendukung:

    Seni sebagai ekspresi psikologi

    Studium punctum

    Proses Pengerjaan Karya

    Sketsa Sudut Ruang

    Penggunaan masking tape

    untuk batas pewarnaan

    Melukis  subject matter   dan

     pewarnaan

    Karya Akhir

    Kesimpulan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    17/82

    7

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN SENIMAN REFERENSI

    II.1 Landasan Teori

    Dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori yang dipakai oleh penulis untuk

    membantu dalam proses penganalisaan akan kekaryaan penulis dan juga seniman-

    seniman yang penulis anggap cukup mewakilkan kondisi akan kekaryaan dan

     pernyataan yang dikemukakan oleh penulis. Lukisan abstrak sebagai media

     penulis membuat karya, dengan pandangan dari teori fotografi dan juga teori

    tentang memori.

    II.1.1 Lukisan

    Secara umum, yang dimaksud melukis menurut asal-usul katanya adalah to paint, 

    yaitu menerapkan pigmen dalam hal ini mengecat atau menyapukan cat pada

    suatu permukaan, yang hasilnya berupa lukisan ( painting ) (Rathus, 1989: 89).

    Oleh karena itu, melukis atau seni lukis adalah aktivitas berkarya seni dengan

    menggunakan media pigmen atau cat yang disapukan pada bidang dua

    dimensional misalnya kanvas, menggunakan alat utama berupa kuas.

    Melukis sendiri merupakan budaya yang telah ada semenjak lama, seperti yang

    dilakukan oleh nenek moyang kita dengan membubuhkan warna di atas dinding-

    dinding gua. Kemudian kegiatan ini berlanjut dan akhirnya menjadi sebuah

    gerbang menuju ke dunia yang membuat gambaran yang mengenai medium dan

     juga makna. Dan sebagai alat untuk Merekam pengalaman.

    Selain itu seni lukis adalah salah satu upaya menegaskan kembali pengalaman

    masa lalu pada konteks sekarang menurut Jim Supangkat dan juga sebuah

     pengabdian dalam gambar perjalanan pengalaman hidup menurut Suwarno

    Wisetrotomo, Dwi Marianto dan Endah Nawang.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    18/82

    8

    II.1.2 Lukisan Abstrak

    Seni lukis adalah merupakan satu cabang dari seni rupa, yang artinya sebuah

     pengembangan ruang lebih utuh dari menggambar. Melukis ialah suatu kegiatan

    mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk

    mendapatkan kesan tertentu. Medium lukisan seperti papan, kertas, kanvas.

    Secara historis, seni lukis sangat berkaitan dengan gambar, sejak zaman ribuan

    tahun lalu peniggalan prasejarah nenek moyang manusia telah mulai membuat

    gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian penting dari

    kehidupan.

    Idiom warna dan bentuk serta bahan yang digunakan untuk melukis abstrak sama

    halnya dengan seni lukis lainnya, walaupun demikian seni lukis abstrak lebih unik

    karena idiom tersebut diolah dengan sedemikian rupa hingga melahirkan

     perpaduan yang harmonis walaupun tidak memiliki bentuk yang nyata. Louis

    Fichner dalam Understanding Art   (1995) menyatakan, seni abstrak merupakan

     penyederhanaan atau pendistorsian bentuk-bentuk, sehingga hanya berupa

    esensinya saja dari bentuk alam atau objek yang diabstraksikan. Abstraksi,

    mengubah secara signifikan objek-objek sehingga menjadi esensinya saja.

    Gambar II.1, French Window at Collioure, (French: Porte-Fenetre a Collioure). (1914) 46 x 35

    1/2 in, Oil on Canvas

    Sumber: https://www.usc.edu/schools/annenberg/asc/projects/comm544/library/images/580.html

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    19/82

    9

    Seni abstrak diciptakan melalui dua pendekatan. Pertama, seni abstrak diciptakan

    tanpa merujuk secara langsung pada bentuk-bentuk eksternal atau realitas. Ke dua,

    seni abstrak berupa citraan-citraan yang diabstraksikan yang berasal dari alam.Seni abstrak diciptakan melalui proses mengubah atau menyederhanakan bentuk-

     bentuk menjadi bentuk geometrik atau biomorfik. Seni abstrak juga dapat

    diciptakan dalam bentuk ekspresif. Dari berbagai pendapat di atas dapat

    disimpulkan bahwa seni lukis abstrak seni pengolahan imajinasi manusia terhadap

    objek nyata yang disusun berdasarkan idiom rupa. Unsur estetika karya seni lukis

    abstrak dikembalikan pada bentuknya yang paling murni. Pada seni lukis, warna

    mewakili warna, garis mewakili garis, demikian pula dengan unsur-unsur visual

    lainnya. Pada lukisan abstrak, unsur-unsur visual tidak digunakan untuk

    merepresentasikan objek-objek tertentu.

    II.1.3 Kategori Seni Abstrak

    Dalam pengkategoriannya terdapat beberapa jenis dari seni abstrak yang bisa

    dijakadikan patokan untuk seni-seni abstrak yang sudah pernah ada sebelumnya di

    dalam dunia seni rupa. Jenis tersebut adalah: 

      Curvilinear

      Colour-Related or Light-Related

      Geometric

       Emotional or Intuitional

      Gestural

       Minimalist

    Beberapa dari tipe diatas ada yang memiliki kecenderungan tidak abstrak daripada

    yang lain, namun semuanya memfokuskan pada pemisahan seni dengan

    kenyataan. Penulis akan menjabarkan tentang jenis Colour-Related   atau  Light-

     Related  yang kemudian mengacu pada gerakan abstrak, Color Field Painting   di

    Amerika dan juga Lyrical Abstraction di Perancis.

    http://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#curvilinearhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#colourhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#geometrichttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#emotionalhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#gesturalhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#minimalisthttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#minimalisthttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#gesturalhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#emotionalhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#geometrichttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#colourhttp://www.visual-arts-cork.com/abstract-art.htm#curvilinear

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    20/82

    10

    II.1.3.1 Colour -Related atau L ight-Related Abstraction Ar t

    Tipe ini dicontohkan dalam karya Turner dan Monet, yang menggunakan warna

    (atau cahaya) sedemikian rupa untuk melepaskan karya seni dari kenyataan,

    sebagai objek yang larut dalam sapuan pusaran dari pigmen. Telah disebutkan dua

    contoh gaya Turner abstraksi ekspresif yaitu  Interior at Petworth  (1837, Tate

    Collection). Contoh lain termasuk urutan terakhir dari lukisan Water Lily karya

    Claude Monet (1840-1926), The Talisman (1888, Musee d'Orsay, Paris) oleh Paul

    Serusier (1864-1927) pemimpin dari Les Nabis dan beberapa karya Fauvist Henri

    Matisse (1869-1954). Beberapa gambar ekspresionis dari Kandinsky dilukis

    sewaktu ia masih bersama dengan  Der Blaue Reiter   yang juga sangat dekat

    dengan abstraksi, seperti halnya  Deer in the Wood II   (1913-1914, Staatliche

    Kunsthalle, Karsruhe) oleh rekannya Franz Marc (1880-1916). Pelukis Ceko

    Frank Kupka (1871-1957) juga menghasilkan beberapa lukisan abstrak pertama

    yang sangat berwarna, yang dipengaruhi Robert Delaunay (1885-1941) yang juga

    mengandalkan warna nya gaya Kubisme yang terinspirasi dari Orphism. Abstraksi

    Colour-related abstraction kembali muncul di akhir 1940-an dan 1950-an dalam

     bentuk Colour Field Painting , yang dikembangkan oleh Mark Rothko (1903-

    1970) dan Barnett Newman (1905-1970). Pada tahun 1950-an di Perancis, jenis

     paralel dari lukisan abstrak Colour-Related   juga muncul dan kemudian dikenal

    sebagai Lyrical Abstraction.

    II.1.3.1.1 Color F ield Painti ng

    Color field painting   adalah kecenderungan dalam Abstrak Ekspresionisme,

     berbeda dari abstraksi gestural atau action painting yang menitikberatkan pada

     penekanan sapuan kuas dan tindakan yang mengacu kepada sebuah konsistensi

    keseluruhan bentuk dan proses. Color Field Painting  ini dirintis pada akhir 1940-

    an oleh Mark Rothko, Barnett Newman dan Clyfford Still, yang semuanya secara

    independen mencari gaya abstraksi yang mungkin memberikan ke khasan seni

    modern, seni mitos dan mengekspresikan kerinduan untuk transendensi dan

    menjadi tak terbatas. Untuk mencapai hal ini mereka meninggalkan semua saran

    dari figurasi dan malah mengeksploitasi kekuatan ekspresif warna dengan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    21/82

    11

    mengerahkannya ke dalam bidang besar yang mungkin dapat “membungkus”

     pengamat jika dilihat dari dekat. Warna dalam Color Field Painting   sendiri

    dibebaskan dari konteks obyektif dan menjadi subjek dalam dirinya sendiri.

    Gambar II.2, Clyfford Still, Untitled , 1951-1952; oil on canvas

    Sumber: http://www.sfmoma.org/exhib_events/exhibitions/400

    Color field painting   memiliki beberapa karakteristik dalam terbuatnya karya,

    warna yang disajikan dalam bentuk geometris atau tidak berbentuk sama sekali

    (amorf), menekankan sifat datar dari kanvas atau kertas, proses pada karya ini

    menekankan pada pencarian warna dan bentuk, menghilangkan batasan antara

    objek lukisan dengan latar belakang hingga terlihat menyatu.

    Pekerjaan mereka menginspirasi banyak seniman lukis abstraksi sesudahnya,

    terutama yang dari Helen Frankenthaler, Morris Louis, Kenneth Noland dan Jules

    Olitski, meskipun untuk pelukis color field setelahnya memiliki kecenderungan

    menggunakan hal bentuk dibanding konten mitis, karena merasa hal tersebut lebih

     penting.

    II.1.3.1.2 Lyrical Abstraction  

     Lyrical Abstraction  merupakan salah satu tipe seni lukis abstrak yang hadir di

    Perancis pada tahun 1940-an sampai tahun 1960-an. Pada awal mulannya karya

    dari lyrical abstraction juga merupakan penolakan akan karya-karya kubisme.

    Salah satu perbedaan yang paling signifikan dari bentuk-bentuk seni abstrak lain

    adalah seni abstrak yang mengandung premis untuk menjadi " Lyrical ". Apa itu

     Lyrical ? Dalam kamus Oxford, " Lyrical " didefinisikan sebagai "mengekspresikan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    22/82

    12

    emosi penulis" (atau emosi seniman, dalam hal ini) -dan itu benar-benar

    sederhana. Meskipun banyak seni abstrak berfokus pada konten emosional,

     Lyrical abstraction  mempunyai tujuan utama untuk menyampaikan rasa akan

     pandangan spiritual yang lebih besar yang dipilih oleh senimannya untuk

    dihidupkan kedalam lukisannya. Hal ini terkait dengan kepekaan mistis yang lebih

    dari pendekatan "action painting ".

    Terdapat argumentasi bahwa lyrical abstraction adalah tentang pola pikir tertentu,

    keinginan untuk mengkomunikasikan konsep, pemikiran, ide dan emosi abstrak,

    lebih dari sekedar menjelajahi prinsip komposisi seni, nada, nilai, garis, warna,

    tekstur dan lainnya. hal yang terbaik dari  Lyrical Abstraction  adalah pada saat

    semua elemen digabungkan, tapi efeknya secara keseluruhan lebih berpusat pada

     pendekatan seni seseorang. Ada kekuatan yang luar biasa terkait dengan

    menujukan kepada konsep primal, spiritual, atau metafisik dan memasukan

    mereka ke dalam bentuk elemen seni

    Gambar II.3, Marilyn Kirsch, To Be Found Wanting 

    Sumber: http://www.artinsight.com/lyrical_abstraction.html

    Seni dari lyrical abstraction memungkinkan kita untuk merenungkan makna dan

    emosi misalnya hanya menggunakan garis-garis dari warna.  Lyrical abstraction 

    memiliki sesuatu untuk dikatakan dan sering mengambil dinamika eksplorasi

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    23/82

    13

     psikologis dari senimannya. Hal ini mungkin atau mungkin juga tidak termasuk

    gambaran dari saran atau representasi di alam. Lukisan-lukisan dapat bervariasi

    dalam efek visual, tetapi semua memiliki intensi yang sama, yaitu untuk

    membangkitkan perasaan dari suatu esensi dan bahwa semua hal perlu dibawa ke

     jenjang yang lebih tinggi, ke dunia yang lebih esoteris.

    II.1.4 Elemen Bentuk

    Dalam seni rupa terdapat elemen bentuk dasar yang tentu saja membantu seniman

    dalam mewujudkan karya seninya dan juga membantu pengamat untuk mengerti

    kosa kata seni yang terdapat dalam sebuah karya. Elemen-elemen dasar pada

    karya seni menurut Rathus yaitu seorang ahli seni mengatakan terdapat 15 buah

    dalam bukunya (Rathus, Louis Fichner. 1994. Understanding Art,  New Yersey:

    Englwood Cliffs, Prentice Hall, Inc). Diantara elemen yang dapat dilihat

    itu diperincinya sebagai berikut ini:

    1.  Garis

    2.  Rupa (Bentuk)

    3.  Warna dan Cahaya (Sinar)

    4.  Karakter dan atau Perlambangan Warna

    5.  Dimensi Psikologis Warna

    6.  Warna Komplementer versus Analogus

    7.  Warna Pigmen lawan Warna Optik

    8.  Tekstur

    9.  Massa

    10. Ruang

    11. 

    Tumpang-Tindih bentuk

    12. Ukuran Relatif dan Perspektif Linear

    13. Perspektif Atmosfir

    14. Waktu dan Gerak

     Namun tidak hanya Rathus yang memiliki pendapat akan elemen-elemen dasar

    dari karya seni, Jirousek,  Charlotte, 1995. dalam blognya Art design and visual

    http://char.txa.cornell.edu/language/element/element.htmhttp://char.txa.cornell.edu/language/element/element.htmhttp://char.txa.cornell.edu/language/element/element.htm

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    24/82

    14

    thinking (1995), dia menyebutkan elemen desain sebagai elemen dasar seni rupa

    yaitu berikut ini:

    1. 

     Point2.   Line

    3.   Form, shape and space

    4. 

     Movement

    5. 

    Color

    6.   Pattern

    7.  Texture

    Pada kesempatan kali ini penulis akan menjabarkan beberapa penggunaan elemen

    dasar yang terdapat dalam karya tugas akhirnya kali ini, yaitu garis, bidang, ruang,

    warna, cahaya.

    II.1.4.1 Garis

    Garis merupakan unsur yang paling elementer di bidang Seni Rupa. Dengan

    hanya meletakkan posisi mata pensil di atas kertas dan selanjutnya digerakkan,

    maka jejak mata pensil itu akan menghasilkan garis. Oleh karenanya ada yang

    menyatakan bahwa garis adalah hubungan dua buah titik atau jejak titik-titik yang

     bersambungan atau berdempetan. Oleh karena itu garis dapat muncul secara rapi

    atau dapat juga muncul bergigi, bintik-bintik dan sebagainya, arah garis dapat

    menimbulkan garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag. Dan garis dapat berposisi

    tegak, datar dan melintang.

    Gambar II.4, Garis

    Sumber: https://s-media-cache

    ak0.pinimg.com/236x/5b/c9/4b/5bc94b3721fce33c60436838cd319a04.jpg

    http://char.txa.cornell.edu/language/element/element.htmhttp://char.txa.cornell.edu/language/element/element.htmhttp://char.txa.cornell.edu/language/element/element.htm

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    25/82

    15

    Garis merupakan pertemuan dari beberapa titik. Garis dapat dibagi menjadi 2

    (Dua), yaitu:

    1. 

    Garis Alamiah, yaitu garis cakrawala alam yang dapat dilihat sebagai batas

    antara permukaan laut dan langit.

    2.  Garis Buatan, terdiri dari:

      Garis yang sengaja dibuat, contohnya garis hitam pada gambar ilustrasi

    untuk menciptakan bentuk dan sosok (figur);

      Garis yang tidak sengaja dibuat, timbul karena diciptakan dua bidang

    dengan warna barik (tekstur) yang berbeda.

    Fungsi Garis dalam seni rupa:

    1. 

    Memberikan representasi atau citra struktur, bentuk dan bidang. Garis ini

    sering disebut garis blabar (garis kontour) yang berfungsi sebagai

     batas/tepi gambar;

    2.  Menekankan nilai ekspresi seperti nilai gerak atau dinamika (movement ),

    nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction). Garis ini disebut juga garis

    grafis;

    3. 

    Memberikan kesan matra (dimensi) dan kesan barik (tekstur). Garis ini

    sering disebut garis arsir atau garis tekstur. Garis tekstur lebih bisa

    dihayati dengan jalan meraba.

    Sifat garis (berkaitan dengan jenis garis):

    1. 

    Garis lurus vertikal dan horizontal yang dapat mengungkapkan kesantenang, statis, atau stabil;

    2. 

    Garis putus yang dapat mengungkapkan kesan gerak dan gelisah;

    3. 

    Garis silang atau diagonal yang dapat mengungkapkan kesan gerak, tegang

    dan ragu;

    4.  Garis lengkung yang dapat mengungkapkan kesan lamban, irama dan

    santai.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    26/82

    16

    Dalam kekaryaannya penulis menggunakan garis buatan yang tidak sengaja dibuat

    dengan tampilan garis lurus vertikal, horizontal dan diagonal. Garis buatan yang

    tidak sengaja dibuat dalam kekaryaan penulis timbul karena adanya penciptaan

    dua bidang dengan warna tekstur yang berbeda.

    II.1.4.2 Bidang

    Bidang dalam seni rupa merupakan perkembangan dari penampilan garis, yaitu

     perpaduan dari beberapa garis. Bidang dibedakan menjadi dua, yaitu:

    1.  Bidang alamiah, contohnya bidang lapangan atau taman, bidang sawah,

     bidang langit, bidang laut, dsb.

    2.  Bidang buatan, dibagi menjadi dua:

      Bidang yang sengaja dibuat, misalnya: bidang lukisan, bidang segitiga,

     bidang lingkaran, dsb;

      Bidang yang tidak sengaja dibuat timbul karena pembubuhan warna,

    cahaya, atau barik.

    Sifat bidang:

    1.  Bidang horizontal dan vertikal yang memberikan kesan tenang, statis,

    stabil dan gerak;

    2. 

    Bidang bundar yang memberikan kesan kadang stabil, kadang gerak;

    3.  Bidang segitiga yang memberikan kesan statis maupun dinamis;

    4. 

    Bidang bergelombang (cekung dan cembung) yang memberikan kesan

    irama dan gerak.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    27/82

    17

    Gambar II.5, Bidang

    Sumber: https://architecturehell.wordpress.com/2008/01/09/basic-elements/

    Sama halnya dengan garis yang digunakan penulis dalam kekaryaannya kali ini,

     bidang yang digunakan penulis pun merupakan bidang buatan yang tidak sengaja

    dibuat karena adanya pembubuhan warna, cahaya atau barik dalam karya penulis.

    II.1.4.3 Ruang

    Anton Bakker mengatakan terdapat 4 golongan pemikiran mengenai ruang. Ruang

    yang dibentuk oleh seorang pelukis sendiri tidak dapat terlepas dari sejarah, cita-

    cita, budaya, filosofi, maupun unsur religius. Golongan yang telah disebutkan

    sebelumnya adalah Kaum Subjektif, Kaum Realistis-Ekstrim, kemudian golongan

    yang melihat ruang sebagai kondep dengan dasar rill dan terakhir adalah Kaum

    Eksistensialis.

    Kaum subjektif menyatakan bahwa ruang itu adalah sebuah konsep subjektif saja,

    tanpa realitas. Diperkuat oleh pernyataan Immanuel Kant yaitu ruang hanya

     bentuk subjektif dalam persepsi. Dan dibantu oleh Kaum Positivis yang

    menyatakan bahwa ruang dan waktu itu tidak mempunyai arti. Sebab keduanya

     bukan realitas empiris yang dapat dibuktikan dengan metode empiris.

    Kaum Realistis-Ekstrim yang penganutnya kebanyakan para filsuf Timur dan

    filsuf pra-Socrates di Barat menyatakan bahwa ruang itu tak terbatas, abadi, tak

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    28/82

    18

    terobservasi dan menjadi syarat kemungkinan eksistensi. Ruang-pun terbagi dua,

    ruang yang dapat memuat dunia dan ruang yang „kosong‟ di seberang sana.  

    Gambar II.6, Bentuk/Ruang

    Sumber: https://architecturehell.wordpress.com/2008/01/09/basic-elements/

    Golongan ketiga yang dinyatakan oleh Aristoteles mengatakan ruang adalah rill

    sejauh terdapat keluasan berdimensi dengan panjang, lebar dan tingginya. Ruang

    absolut tidak ada, harus ditolak, yaitu relaitas yang berbeda dengan substansi

    kosmis. Ruang merupakan konsep logis saja, tetapi dengan satu landasan dalam

    kenyataan. Sedangkan kaum Eksistensialis berpendapat bahwa ruang selalu

    dihidupi dalam praktis. (Putri Fidhini,” Melihat Dualitas Realitas dalam

    Proyeksi”, 2013, hal.12)

    Ruang dalam kekaryaan penulis hadir karena adanya perbedaan kedalaman yang

    didapatkan dari warna bidang buatan yang kemudian memberikan ilusi ruang

    yang terasa sempit dan juga padat.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    29/82

    19

    II.1.4.4 Warna

    Warna adalah  spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna

    (berwarna  putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya

    tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. 

    Dalam seni rupa,  warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang

    dipengaruhi oleh  pigmen yang terdapat di permukaan benda. Warna merupakan

    elemen yang sangat penting dalam seni lukis, karena warna sebagai efek cahaya

    yang memberi kesan pada mata, sehingga dapat menghadirkan karakter dari suatu

     bentuk yang secara psikologis mempengaruhi perasaan. Sebagai mana yang

    diungkapkan oleh Darmaprawira (2002: 32-34 dalam I Wayan Gulendra) bahwa:

    Warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi

    emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan suasana hati. Keluarbiasaan

    warna terletak dalam hal kesederhanaan dan kesenangan emosional, bukan

     perenungan rasional, kenyataan dan fakta-fakta yang disederhanakan, dikebiri

    atau dihilangkan sama sekali. Pada kondisi normal manusia itu menyukai warna,

    mereka memiliki reaksi terhadap warna. Ada suasana hati yang diasosiasikandengan lingkungan yang cerah, hujan atau mendung, gembira atau membosankan.

    Gambar II. 7, Warna

    Sumber: http://mrfatta.com/wp-content/uploads/2013/10/Color_Harmonies.png

    Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa warna sebagai elemen dalam seni lukis

    untuk membangun kesan yang dapat mempengaruhi suasana perasaan, di mana

    kehadiran warna sangat penting untuk menambah nilai estetik dan artistik dalam

    satu kesatuan karya yang diciptakan. Apabila diperhatikan setiap individu

    memiliki emosi yang berbeda-beda, hal tersebut sangat tergantung terhadap

    http://id.wikipedia.org/wiki/Spektrumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Putihhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nanometerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pigmenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pigmenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nanometerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Putihhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Spektrum

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    30/82

    20

    sensitivitas seseorang terhadap warna. Maka pilihan-pilihan selera warna yang

     berbeda-beda merupakan wujud dari ekspresi dan karakter dari setiap individu.

    Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam teori warna, diantaranya:

    1.  Warna primer, yakni warna dasar atau warna pokok yang tidak dapat

    diperoleh dari campuran warna lain. Warna primer terdiri dari merah,

    kuning dan biru;

    2. 

    Warna sekunder, yaitu warna yang diperoleh dari campuran dua warna

     primer. Warna sekunder terdiri dari ungu, oranye (jingga) dan hijau;

    3.  Warna tertier, yakni warna yang merupakan hasil pencampuran dua warna

    sekunder;

    4.  Warna analogus, yaitu deretan warna yang letaknya berdampingan dalam

    lingkaran warna. Misalnya deretan dari warna ungu menuju warna merah,

    deretan warna hijau menuju warna kuning, dll;

    5.  Warna komplementer, yakni warna kontras yang letaknya berseberangan

    dalam lingkaran warna. Misalnya kuning dengan ungu, merah dengan

    hijau, dll.

    II.1.4.5 Cahaya

    Pada hakikatnya cahaya merupakan aspek dasar yang terpenting dalam proses

    manusia untuk melihat. Warna dan bentuk dari benda konkret yang ada dunia

    dapat dilihat karena adanya cahaya yang berperan. Peranan cahaya adalah

    menyampaikan informasi visual pada mata manusia, sehingga manusia mampu

    mengidentifikasikan dan membedakan apa yang ia lihat. Maka dapat dikatakan

     bahwa cahaya adalah segalanya dalam kehidupan manusia untuk menghasilkan

     proses melihat.

     Nilai estetis suatu karya seni rupa dapat dipengaruhi oleh unsur gelap dan terang

    yang ditimbulkan cahaya. Peraturan yang utama dalam pembuatan karya seni rupa

    adalah benda yang terkena cahaya terlihat lebih terang dibandingkan benda yang

    tidak terkena cahaya. Pembagian jenis cahaya dalam seni rupa adalah sebagai

     berikut:

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    31/82

    21

    Cahaya alamiah, yaitu cahaya yang bersumber dari alam seperti matahari, bulan,

     petir atau api. Cahaya buatan yang merupakan hasil kreativitas manusia dalam

    mengubah energi untuk penerangan seperti lampu dan baterai.

    Pada karya seni rupa, cahaya sengaja dihadirkan untuk kepentingan nilai estetis

    untuk memperjelas kehadiran unsur-unsur seni rupa yang lainnya. Peralihan gelap

    dan terang merupakan upaya untuk mempertegas volume  suatu bentuk. Adapun

    fungsi gelap-terang (value) yang ditimbulkan oleh efek cahaya pada seni rupa

    adalah untuk memberikan nilai ekspresi, misalnya untuk menampilkan kesan

    dramatis pada lukisan; untuk memberikan nilai emosi, misalnya cahaya yang

    menembus jendela kaca patri yang menimbulkan suasana khidmat pada interior

     bangunan; dan juga memberikan kesan trimatra atau plastis pada benda (seperti

     bangunan) yang diterpa oleh cahaya. Bahasa lain yang bisa digunakan adalah

    gelap terang yang ditimbulkan dari efek cahaya dapat memperkuat sifat trimatra

    atau tiga dimensi.

    II.1.5 Teori Fotografi Punctum Studium

    Teori yang akan digunakan penulis adalah teori punctum staduim dari RolandBarthes yang diangkatnya dalam bukunya Camera Lucida yang memperlihatkan

    keindahan pikiran seseorang akan hasil gambar yang diambil fotografer namun

    tidak mengetahui kebenaran yang diutarakan fotografer, melainkan menekankan

    kenangan tersendiri di benak penikmat fotonya.

    Camera Lucida adalah sebuah buku yang mengemukakan pengalaman Roland

    Barthes akan cara ia melihat fotografi, disana terdapat momen eksplorasi, animasi,

    afeksi. Animasi adalah keadaan dimana spektator atau pengamat membuat suatu

    kejadian dibenaknya disaat melihat sebuah gambar diam, setelah melalui tahap

     punctum (detail  yang eye catching , yang menusuk sanubari dan susah dilupakan)

    dan studium (lingkup besar, linguistik, budaya, penafsiran).

    Hanya dalam buku Camera Lucida, Barthes tidak memfokuskan pada foto-foto

    dalam media massa dan iklan tetapi memfokuskan kajiannya pada koleksi foto-

    foto pribadinya. Berbeda dengan pendekatannya pada dua artikelnya pada 1961

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    32/82

    22

    yang lebih memusatkan analisisnya pada semiotik atas foto sebagai produk

     budaya, dalam Camera Lucida, Barthes menyebutnya dengan pendekatan

    fenomenologi sinis. Dalam memandang sebuah foto, dibutuhkan sebuah

     pengalaman, tapi bukan sembarang pengalaman, melainkan pengalaman

    seseorang yang mempunyai kemampuan untuk membahasakan secara indah.

    Memadang foto merupakan ziarah menuju jati dirinya yang melewati tahap

    eksplorasi, animasi dan afeksi. Pengalaman-pengalaman inilah yang menjadi

    ukuran Barthes untuk menilai kualitas foto, karena tidak setiap foto membuat kita

    terpaku pada satu titik (St. Sunardi, 2004:166)

    Gambar II. 8, Roland Barthes dan Camera Lucida

    Sumber: http://www.grantfaulkner.com/wp-content/uploads/2014/08/roland-barthes-camera-lucida.jpg

    Studium adalah efek rata-rata (average), hasil latihan kultural, komitmen:  polite

    interest . Unsur yang kedua bukanlah sesuatu yang datang akibat tindakan aktif

    spektator, tetapi melesat dari foto seperti anak panah. Ia mendatangkan luka.

    Studium adalah medan luas hasrat yang tak acuh, berisi perhatian yang beragam,

    selera tidak penting: Aku suka/tidak suka. Mengenali studium berarti menemukan

    maksud si fotografer, menyelaraskan diri dengannya. Dengan kata lain, terjalinlah

    ikatan antara konsumen dan pencipta foto. Jalinan hubungan ini penting bagi

    suatu kehidupan budaya. Lantas terciptalah fungsi-fungsi foto: memberi

    informasi, menghadirkan kembali, mengejutkan, menunjuk dan membangkitkan

    hasrat.

    http://www.grantfaulkner.com/wp-content/uploads/2014/08/roland-barthes-camera-lucida.jpghttp://www.grantfaulkner.com/wp-content/uploads/2014/08/roland-barthes-camera-lucida.jpghttp://www.grantfaulkner.com/wp-content/uploads/2014/08/roland-barthes-camera-lucida.jpghttp://www.grantfaulkner.com/wp-content/uploads/2014/08/roland-barthes-camera-lucida.jpg

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    33/82

    23

    Studium dan punctum tidaklah berhubungan. Mereka hanya kebetulan hadir

     bersama, tetapi tidak harus demikian. Seringkali punctum itu adalah detail obyek.

    Detil itu menyambar seperti petir dan secara metonimik meluas, meninggalkan

    foto itu sendiri.

    II.1.6 Fungsi Seni Sebagai Pengingat

    Dalam tulisan Alain de Botton ia menyatakan bahwa dalam hakikatnya seni

    memiliki 7 fungsi dari peranan karya sesorang. Fungsi tersebut adalah fungsi seni

    sebagai pengingat, harapan, dukacita, penyeimbang, pengenalan diri,

     pertumbuhan dan juga untuk apresiasi. Penulis merasa pada kekaryaannya kali ini

    ia membutuhkan sebuah karya yang dapat membantunya dalam proses

     pengingatan, perekaman pengalaman, yang dibantu oleh ingatan atau memori.

    II.1.6.1 Ingatan atau Memori

    Dalam ilmu psikologi khususnya kaitannya dengan psikologi seni, ada delapan

    konsep untuk mengungkap seni yaitu, pengetahuan, tanggapan, ingatan, berfikir,

    intelegensi, emosi, fantasi dan motivasi. Terjadinya ingatan sangat erat dengan

    mekanisme kerja syaraf (neuron) dan ini merupakan sebuah rangkaian proses

     biologi.

    Ingatan diartikan sebagai sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam

     pengambilan informasi. Ingatan banyak dipelajari dalam  psikologi kognitif dan

    ilmu saraf. Dalam psikologi umum ingatan di artikan kesanggupan mencamkan,

    menyimpan dan mereproduksi suatu tanggapan. Dapat kita pahami dalam uraian

    di atas tersebut ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi

    kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang

    membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup

    lainnya. Ingatan memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu dan

     perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia

    yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam

     jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan yang

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisihttp://id.wikipedia.org/wiki/Otakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitifhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_saraf&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_saraf&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitifhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    34/82

    24

    sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya

    informasi yang disimpan. Terdapat tiga momen dalam ingatan, yaitu:

    1. 

    Momen Mencamkan (encoding)  Encoding yaitu merupakan proses perubahan informasi menjadi simbol-

    simbol atau gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan perangkat yang

    ada pada organisme.

    2. 

    Momen Menyimpan (retensi/storage) 

    Storage adalah tahapan proses setelah encoding  selesai dilakukan

    3.  Momen Mereproduksi (retrieval) 

     Retrieval   adalah proses dimana semua memori yang diingat dipanggil

    kembali. Jika informasi ini tidak dapat dipanggil kembali itulah terjadi

    fenomena yang disebut lupa.

    Secara garis besar ingatan atau memori dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu

    Memori Sensoris, Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka Panjang.

    a.  Memori Sensoris yaitu peroses penyimpanan memori melalui jalur syaraf-

    syaraf sensoris dalam waktu yang pendek.

     b.  Memori Jangka Pendek yaitu suatu proses penyimpanan sementara selama

    informasi itu dibutuhkan disebut juga working memory.

    c.  Memori Jangka Panjang yaitu suatu proses penyimpanan yang relatif

     permanen.

    Sementara secara bentuk dan kerjanya terdapat lima (5) jenis ingatan, yaitu:

    1. 

    Ingatan jangka pendek-segera,

    2.  Ingatan jangka pendek-kerja,

    3.  Ingatan jangka pendek-perantara,

    4. 

    Ingatan jangka panjang-kerja,

    5.  Ingatan jangka panjang-arsip.

    Ingatan jangka pendek-segera adalah tempat dalam otak yang menampung

    informasi baru yang masuk. Ingatan ini terletak di bagian depan otak yang disebut

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    35/82

    25

    lobe depan cerebral korteks. Ingatan ini hanya dapat menangani tujuh bit

    informasi (plus atau minus 2) sebelum ingatan itu menyalurkan informasi ke

    memori kerja atau memori perantara. Jadi, informasi apapun yang kita terima

     pertama kali melalui panca indera kita akan masuk dalam ingatan jangka pendek-

    segera.

    Ingatan jangka pendek-kerja dapat diandaikan seperti buku catatan yang terbuka

    di meja kerja kita. Informasi ditulis, dibaca atau dicatat dalam ingatan ini. Yang

    terpenting, memori ini merupakan apa yang difokuskan saat ini.

    Memori jangka pendek-perantara adalah buku catatan yang diposisikan di sudut

    ruangan. Kita dapat mengambilnya jika perlu, tetapi saat ini ingatan itu tidak

     penting. Ingatan jangka pendek- perantara dapat kita umpamakan sebagai “recycle

    bin” atau tempat sampah dalam komputer, perbedaannya komputer dapat

    mengosongkannya akan tetapi ingatan kita akan selalu tersimpan.

    Pada malam hari, ketika tidur, semua informasi jangka pendek dimasukan ke

    dalam ingatan jangka panjang. Akan menjadi ingatan apakah ingatan jangka

     pendek itu selanjutnya, apakah ingatan jangka panjang-kerja atau ingatan jangka

     panjang-arsip tergantung pada pertanyaan apakah informasi ini akan kita perlukan

     besok atau dalam waktu dekat? Jika jawabannya iya, maka informasi tersebut

    disimpan dalam ingatan jangka panjang-kerja. Jika jawabannya tidak, maka

    informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka panjang-arsip.

    Ingatan jangka panjang-kerja adalah pengetahuan yang diperlukan sehari-hari.Kita perlu tahu dimana kita tinggal, berapa nomor telepon kita dan sebagainya.

    Ingatan jangka panjang-arsip adalah pengetahuan yang tidak kita gunakan saat ini

    atau tidak akan digunakan untuk waktu lama.

    Semua proses yang terjadi dalam ingatan pada dasarnya mememiliki kesamaan,

    hal yang membedakannya terletak pada tahap seleksi, dimana segala sesuatu itu

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    36/82

    26

    akan diseleksi mana yang akan benar-benar disimpan dan masuk kedalam kategori

    ingatan diatas atau dilupakan.

    Syarat obyektifitas menyimpan pada otak yaitu mencamkan adalah hakikatnya

    menghubungkan elemen-elemen yang kita masukan dalam ingatan maka bahan

    yang mempunyai struktur tertentu akan lebih mudah dihafal, misal runtutan sajak,

    ritme dan melodi. Mengingat kembali adalah mereproduksi hasil pengamatan dan

    lebih mudah ketika pengamatan lebih terang. Contoh kita dapat mudah menghafal

    dengan cara penyingkatan atau urutan alfabetis atau juga dikaitkan dengan hal-hal

    yang sebelumnya kita telah ingat.

    Selain terdapat syarat obyektivitas menyimpan juga terdapat syarat-syarat

    subyektif untuk menyimpan yang dilakukan oleh otak, syarat tersebut terdiri dari:

    1. 

    Macam-macam aspek ingatan; setiap ingatan tidak semuanya dapat mudah

    mengingat hal yang sama, ada yang dapat menyimpan sesuatu yang yang

    dilihat dan ada juga yang dapat menyimpan segala sesuatu yang didengar.

    2.  Tingginya intelegensi seseorang.

    3. 

    Derajat minat dan perhatian seseorang.

    4.  Keadaan fisiologis.

    5. 

    Keadaan psikologis.

    II.1.6.2 Ingatan (memori) dan Karya Seni

    Secara umum manusia normal dalam melakukan aktivitas hariannya tidak akan

    terlepas dari momen ingatan seperti yang diuraikan diatas, mencamkan,

    menyimpan dan mereproduksi. Begitupun dalam aktivitas kreatif seorang manusia

    atau seorang seniman, ingatan ini sangat mempunyai peranan penting sebagai

    fungsi dari kognisi.  Yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi

    kemudian mereproduksinya. Kita ketahui sendiri terdapat enam jenjang dalam

    ranah kognitif atau kognisi yaitu :

       pengetahuan/ hafalan/ ingatan (knowledge),

       pemahaman (comprehension),

     

     penerapan (application),

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisihttp://id.wikipedia.org/wiki/Otakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    37/82

    27

      analisis (analysis),

      sintesis ( synthesis),

      dan penilaian/ penghargaan/ evaluasi (evaluation).

    Dengan demikian juga dapat dipahami aspek kognitif adalah subtaksonomi yang

    mengungkap kegiatan mental yang sering berangkat dari tingkat pengetahuan

    sampai tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

    Dalam proses membuat apapun itu, kita tidak akan terlepas dari proses kognitif

    tadi. Sebelum kita akan mengumpulkan bahan apa yang akan kita buat pasti

    sebelumnya kita tahu setelah kita mengingat apa yang harus kita kumpulkan untuk

     proses membuat tersebut dan itulah yang dinamakan (knowledge). Dan untuk

    terjadi pada tahap selanjutnya pengetahuan itu telah kita pahami atau pada tahap

     pemahaman (comprehension), kemudian kita melakukan, penerapan (application),

    kemudian kita menganalisa atau proses analisis (analysis) dan kemudian kita

    dapat memberikan sifat pada apa yang kita buat yaitu lewat proses terakhir yaitu

     proses penilaian/ penghargaan/ evaluasi (evaluation). (Dhoni Awaludin, “Ingatan

    (Memori) dan Karya Seni”. 2014) 

    II.2 Seniman Referensi

    Penulis akan menyampaikan seniman siapa saja yang menjadi referensi dari

     penulis berupa kemiripan di segi visual dan juga dalam segi konsep yang dipakai

    dari terciptanya karya penulis kali ini.

    II.2.1 Barnett Newman

    "I hope that my painting has the impact of giving someone, as it did

    me, the feeling of his own totality, of his own separateness, of his own

    individuality."-Barnett Newman

    Barnett Newman adalah seorang senimana yang terlahir pada 29 Januari 1905 di

    Kota New York. Barnett Newman memulai hidupnya sebagai pelukis dengan

    karya-karya yang figuratif setelah sebelumnya belajar sejarah alam, ornithologi

    https://plus.google.com/110904203116206397233https://plus.google.com/110904203116206397233https://plus.google.com/110904203116206397233https://plus.google.com/110904203116206397233https://plus.google.com/110904203116206397233https://plus.google.com/110904203116206397233

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    38/82

    28

    dan seni colombia, ia juga bekerja sebagai penulis essay katalog dan ulasan seni

    rupa untuk museum dan menyelenggarakan pameran. Ia mengenal dan berteman

    dengan para seniman modern Mark Rothko, Clyfford Still dan Jackson Pollock.

    Gambar II.9, Barnett Newman

    Sumber: http://www.theartstory.org/images20/photo/newman_5.jpg

    Kekaryaan figuratif dengan pendekatan surealisme di tahun 1944 tidak

    memuaskan Newman dan ia pun akhirnya menghancurkan karya-karya yang telah

    ia buat dan akhirnya pada tahun 1948 ia mendapatkan titik baliknya di karirnya, ia

    membuat sebuah karya lukisan dengan judul Onement I yang ia sebut “ zip”,

    sebuah lukisan dengan garis vertikal diatas permukaan warna.

     Namun diperjalanannya dalam menemukan seni yang tidak mengakar pada

     budaya Eropa ia mendapatkan tanggapan-tanggapan negatif dari audiens dan

     bahkan tidak dianggap dalam medan sosial seni sampai akhirnya di awal 1960-an

    setelah ia terkena serangan jantung di 1957 orang-orang yang memberikan kritik

    negatif mulai mengubah cara padang mereka akan karya Barnett Newman. Tapi

     juga tidak sedikit yang tetap memberikan kritik negatif untuk kekaryaan Barnett

     Newman.

    Sampai pada akhir hidupnya akhirnya Newman dianggap sebagai orang yang

    dianggap penting dalam gerakan Abstrak Ekspresionis dan perintis dari Seni

    Minimalis.

    http://www.theartstory.org/images20/photo/newman_5.jpghttp://www.theartstory.org/images20/photo/newman_5.jpg

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    39/82

    29

    Dalam memandang karyanya Newman membawa batasan yang lebih filosofis

    untuk lukisannya, memberikan kebebasan untuk diri lukisan itu sendiri dan

    mengundang audiens untuk merasakan karyanya melalui pengalaman jiwa dan

    raga. Newman percaya dalam pembuatan karya seni abstrak orang memanfaatkan

    emosi yang paling dasar pada manusia, namun tidak terikat oleh mitologi atau

    standar kuno untuk membuat seni, atau bahkan untuk melihatnya.

    Dalam sebuah wawancara di tahun 1962, Newman memberikan kepada majalah

     Art in America, pernyataan bahwa isu sentral dari lukisan adalah subjeknya dan

    subjek yang diangkat oleh Newman adalah antianekdotal. Lukisan anekdot, ia

     percaya, hal itu seperti sebuah episode atau sepotong dalam rangkaian yang lebih

     panjang. Newman percaya bahwa jika lukisan itu antianekdot, maka entah

     bagaimana lukisan tersebut menjadi lebih utuh, mandiri dan independen. Dia juga

     percaya bahwa apapun arti lukisan, itu akan keluar dengan sendirinya pada saat

    melihat karya dan bukan melalui diskusi.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    40/82

    30

    Gambar II.10, Concord, 1949Barnett Newman (American, 1905 – 1970)

    Oil and masking tape on canvas; 89 3/4 x 53 5/8 in. (228 x 136.2 cm)Sumber: http://www.metmuseum.org/toah/images/h2/h2_68.178.jpg

    Pada saat ia bekerja sebagai rekan editor di Tiger’s Eye dan tulisan The First Man

    Was an Artist   di publikasikan pada tahun pertama majalah tersebut. Dalam

    tulisannya, Newman menegaskan prioritas estetika atas lingkup sosial. Dalam

    tulisannya ia menyerukan bahwa manusia dalam bahasa adalah sastra bukan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    41/82

    31

    komunikasi, sebelumnya manusia adalah seniman sebelum mereka menjadi

     pemburu dan juga manusia adalah pendongeng sebelum mereka menjadi ilmuwan.

    Seperti pidato pertama yang puitis sebelum menjadi utilitarian, jadi manusia

     pertama membuat idola dari lumpur sebelum membuat model sebuah kapak.

    Gambar II.11, Onement, I

    1948. Oil on canvas and oil on masking tape on canvas69.2 x 41.2 cm

    Sumber: http://www.moma.org/collection/object.php?object_id=79601

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    42/82

    32

     Newman juga mempertanyakan tentang keuntungan dari perkembangan saintifik

    dalam pemikiran manusia modern. Karena ia merasa sains telah membuat

    ketegangan dengan teologi yang membatasi semangat kreatif. Hal ini terjadi

    karena orang-orang melupakan tentang hal utama dari pertanyaan asli yaitu

    “apa?”. Jika pertanyaan apa hanya berhenti pada garis depan, kemajuan dalam

    seni dan sains tidak lagi mungkin terjadi dan hanya akan berlaku praktek untuk

    menegaskan kembali ide-ide lama dan ide-ide percobaan sebelumnya.

    Menurutnya generasi ia sekarang adalah generasi yang baru, seniman yang tidak

    hanya mempertanyakan atau bahkan menantang standar lama akan kecantikan dan

    keindahan, melainkan membuat sepenuhnya ide-ide baru dan sebagian

    konsekuensi luhur akan gagasan keindahan.

    Ia menyatakan bahwa dirinya adalah seniman murni, bekerja menggunakan

     bentuk murni.

    “The basis of an aesthetic act is the pure idea . But the pure idea is,

    of necessity an aesthetic act” –  Barnett Newman

    Pernyataan yang ia tuliskan pada pameran di Betty Parsons Gallery  pada tahun

    1947 dengan judul The Ideographic Picture. Newman menegaskan keyakinannya

     bahwa pernyataan otentik seni abstrak ekspresif adalah tidak adanya simbolisasi

    ataupun ilusi dan bentuk paling murni yang hidup dalam lukisan abstrak adalah

     bentukny,." [ A] shape [is] a living thing" .

    Menurut Newman, lukisan-lukisannya berarti sesuatu dibalik bentuk formal

    ekstrim mereka, lukisan ia tidak hanya berbentuk fisik namun juga metafisikal,

    seperti hidupnya yang fisik dan juga metafisik. Sebagai seniman kita berfungsi

    untuk membuat spektator melihat dunia dengan cara pandang kita, bukan dengan

    cara pandang mereka dan ia cenderung untuk meninggalkan lukisannya untuk

     berbicara dengan diri mereka sendiri.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    43/82

    33

    II.2.2 Jose Manuel Ballester

    Gambar II.12, Jose Manuel BallesterSumber: http://www.elcorreo.com/vizcaya/prensa/noticias/200708/04/fotos/007D6RIO001_1.jpg

    Jose Manuel Ballester adalah seorang pelukis dan fotografer yang terlahir di

    Madrid, Spanyol di tahun 1960. Ia menempuh studi Seni Murni di Complutense

    University  di Madrid dan menyelesaikannya pada tahun 1984. Karir

    keartistikannya dimulai dengan lukisan yang ketertarikan utamanya terdapat

    dalam teknik sekolah Italia dan Flemish di abad ke-5 dan ke-8. Dari tahun 1990,

    ia mulai menggabungkan antara lukisan dan fotografi. Karyanya berupa ruang

    arsitektur, bagian luar maupun dalam. Karya Ballester selalu memiliki fokus

    terhadap ruang terbuka, ruang publik, zona industial atau situs-situs yang dalam

     perbaikan atau dalam transformasi. Karya pertamanya merefleksikan karya seni

    hiperrealis dan gaya naturalis dan terkadang seniman melukis di atas format

    kanvas besar.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    44/82

    34

    Gambar II.13, Sala 11. 2001.Acrylic on glued paper mounted on board. 56,30 x 30,71 inch

    Sumber: http://www.josemanuelballester.com/

    Seorang ahli manipulasi akan beton dan baja, cahaya dan ruang. Dengan hati-hati

    ia terjun memberikan warna cahaya, karya-karyanya pun bertransformasi mejadi

    konstruksi grafis, meniadakan batasan antara lukisan dan fotografi. Apakah teater,

     pabrik ataupun bangunan apartemen, bangunan arsitektural yang dibuat oleh

    Ballester akhirnya merefleksikan ketiadaan dan kemajuan zaman. Struktur, warna

    dan pencahayaan yang hadir secara simbiosis dengan gagasannya menghasilkan

    definisi baru akan kekosongan yang estetis.

    http://www.josemanuelballester.com/http://www.josemanuelballester.com/

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    45/82

    35

    BAB III

    TEMA DAN KONSEP KARYA

    III.1 Tema dan Konsep Karya

    Mine (Room), jika diartikan secara langsung tanpa menggunakan tanda kurung

    mine room  berarti ruang tambang. Namun penggunaan kata mine  disini berarti

    milikku dan juga secara pelafalan terdengar seperti kata „mind ‟ yang berarti

     pikiran. Kata tersebut merupakan sebuah rujukan kepada kekaryaan ini yang

    menyatakan sebuah kepunyaanku yang terdapat jarak didalamnya, tidak seperti

     penggunaan kata „my’ yang juga dapat menyatakan kepunyaan atau kepemilikkan

    yang masih berlangsung. Room yang berarti space that is used for something  atau

    dalam bahasa Indonesia berarti ruang. Ruang yang berfungsi sebagai tempat untuk

    menyimpan apa saja, melakukan apa saja, mengingat dan merasakan kembali.

    Kerinduan penulis akan kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu, membuat

     penulis mereka ulang kejadian di alam pikirannya dengan menggunakan bantuan

    lukisan yang mengabstrasikan sebuah sudut ruangan dari rumah masa lalu penulis.

    Karena untuk kembali dan mengabstrasikan waktu dan perasaan adalah hal yang

    abstrak, penulis pun disini membuat karya yang tidak memiliki muatan narasi di

    dalamnya, seperti halnya perkataan Barnett Newman :

    “My subject is antianecdotal." An anecdotal painting, he believed, was like

    an episode or a piece in a longer sequence. Newman believed that if a

     painting is antianecdotal, then it somehow becomes more whole, self-

     sufficient and independent. He also believed that whatever a painting's

    meaning, it would come out in the viewing of the work, not throughdiscussion.”-Barnett Newman

    Penulis tidak berusaha membuat wujud dari lukisan sebagai gambaran akan suatu

    simbol. Penulis berusaha membuat karya yang menjadi salah satu media

     pengingatnya akan hasil olahan ingatan kecil dan perasaannya saat ini yang

    direkam oleh lukisan penulis.

    Lukisan penulis adalah sebuah artefak yang penulis jadikan sebagai perekam

     pengalaman akan pikirannya yang mencoba “melawan” waktu sekaligus berdamai

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    46/82

    36

    dengan waktu, memang tubuh penulis tidak mengembara ke suatu tempat yang

     jauh disana, namun alam pikiran dapat memutar apa saja yang ia inginkan tanpa

    mengenal batas tempat dan campur tangan waktu.

    Disini penulis mencoba menginfus karyanya dengan gambaran dari ruang

     pikirannya, bagaiamana penulis mengembara di ruang dan waktu dalam nostalgia.

    Penulis mencoba membuat karya yang mengingatkannya akan kejadian-kejadian

    di masa kecilnya yang ingin penulis bawa ke masa sekarang, seperti jika

    seseorang sedang melihat ke dalam sebuah foto di semasa hidupnya dan timbul

     perasaan atau kenangan akan kejadian dalam foto tersebut. Kekaryaan yang

    diambil dari ruangan di rumah masa kecilnya dengan mengambil sudut-sudut

    ruangan bukan hanya penggambaran akan fisik sudut ruangan, namun sebuah

    ruangan yang lebih besar, yang mewakili sebuah elaborasi akan perasaan dan

    ingatan penulis, akan dirinya, keluarganya, seperti halnya kanvas kosong, ruang

    kosong pun tentu dapat diisi hal apa saja oleh penulis

    Penulis tidak menghadirkan sosok manusia dalam kekaryaannya agar lukisan ini

     berbicara sendiri dengan penulis, kekaryaaan yang menurut penulis tidak terlalu

     profokatif dan otoriter dalam tampilannya, memberikan kebebasan penulis untuk

    terus menghasilkan dialog yang berbeda.

    Untuk kembali ke masa lalu adalah suatu hal yang masih mustahil pada saat ini

    dan penulis akhirnya dibantu dengan media lukisan untuk melakukan perjalanan

    di dalam alam pikirannya tersebut tanpa ada hambatan ruang dan waktu. Namun

    seberapa keras usaha penulis untuk mereka ulang kejadian dalam ruang di

    kepalanya, waktu tetap akan berjalan kedepan dan tidak akan pernah segan untuk

    melihat kebelakang lagi bukan?

    III.2 Konsep Visual

     Pelampauan diri didasarkan pada kejujuran dan konfrontasi.

     Penolakan diri didasarkan pad a  kepengecutan dan rekonsiliasi semu.

    (Robertus Robet, Pulang, Nostalgia, Harapan dan Kebebasan,2013)

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    47/82

    37

    Apakah ini hanya tentang sebuah keinginan seorang anak yang ingin lagi

    merasakan kenangan-kenangan indahnya di masa kecil? Ataukah seorang anak

    yang mulai beranjak dewasa namun belum mampu menjalani hidupnya hari ini?

    Sudah disebutkan sebelumnya bahwa pengambilan bentuk dalam karya tugas

    akhir penulis kali ini adalah bidang permukaan dari sudut ruangan rumahnya di

    masa kecil. Sisi ruang yang melulu hadir dengan diam menjadi suatu keindahaan

    tersendiri dan menjadi sebuah rekaman akan pengalaman penulis yang pernah

    menetap disana, disuatu waktu.

    Di sudut ruangan yang bernuansa keabu-abuan ini dan menghasilkan suasana

    yang halus yang membuat penulis menjadi merenung kembali terhadap kejadian-

    kejadian di masa lalu penulis dan bagaimana pengalaman penulis di pelajari

    kembali di dalam ruang pikirannya sampai menjadi suatu pemikiran baru yang

    lebih dalam lagi akan fungsi dan peranan penulis sendiri sebagai anggota

    keluarga, sebagai manusia dan sebagai makhluk hidup.

    Sisi ruang yang membuat penulis berangan-angan, memikirkan hal apapun yang

    dapat dipikirkan oleh penulis yang mewakilkan akan keseluruhan ruang eksoteris

    dan maupun ruang esoteris. Komposisi yang sederhana, terkadang terkesan

    canggung dan bisa jadi tidak terasa enak pun akhirnya menjadi tantangan

    tersendiri untuk penulis. Apakah penulis dapat menikmati apa yang terdapat

    didepannya? Atau sebaliknya terus menerus melakukan penolakan?

    Bidang permukaan yang ditampilkan penulis di karya tugas akhirnya ini

    merupakan sebuah permukaan bidang kosong yang terlihat hanya melulu warna

    dan sapuan kuas dalam nada abu-abu. Seperti halnya bidang yang kosong, melalui

    kesadaran,bidang ini tentu dapat diisi penulis dengan apapun, apakah kenangan

     jenaka di masa lalu penulis, kenangan yang muram ataupun angan-angan penulis,

    apapun sesuai dengan kehendak bebas dari penulis.

    Dengan hadirnya arah vertikal yang mendominasi karya penulis melalui format

    kanvas, bidang dan juga garis terdapat pernyataan menurut Charlotte Jirousek. Ia

    menyatakan bahwa garis vertikal hadir untuk lebih mengkomunikasikan perasaan

    akan kebesaran dan spiritualitas. Garis tegak seperti memberikan perpanjangan

    mailto:%[email protected]:%[email protected]

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    48/82

    38

    atas kemampuan yang diluar jangkauan manusia, untuk mencapai ke arah langit.

    Garis vertikal cenderung mendominasi bangunan publik seperti katedral dan

     bangunan korporasi. Memperluas garis tegak lurus memberi kesan menaklukan

    keagungan, melebihi tindakan biasa manusia.

    Penulis membuat karya ini dengan format portait dan bidang permukaan vertikal

    agar pandangan pada saat melihat karya ini menjadi lebih fokus dan intens, tidak

    melihat ke arah kanan dan kirinya seperti halnya lukisan lanskap, namun benar-

     benar sejajar dengan badan manusia, seperti terjadi konfrontasi akan penulis

    dengan karyanya, hal yang juga penulis harapkan melalui karya ini.

    Sedangkan sudut dalam pengertiannya berarti daerah yang dibentuk oleh

     pertemuan antara dua buah sinar atau dua buah garis lurus yang saling

     berpotongan. Dalam kekaryaan tugas akhri ini sudut memberikan arah apakah ke

    kanan, kiri, bawah ataupun atas.

    III.2.1Warna monokromatik

    Dalam karya tugas akhir ini, warna yang ada pada tiap lukisan nyaris

    monokromatik, atau untuk lebih jelasnya:

    mon·o·chrome  /ˈmänəˌkrōm/ 

    - noun  

    noun: monochrome ; plural noun: monochromes  

    1 . a photograph or picture developed or executed in black and white or in

    varying tones of only one color.

    representation or reproduction in black and white or in varying tones of

    only one color.

    - adjective  

    adjective: monochrome  

    1 . (of a photograph or picture, or a television screen) consisting of or

    displaying images in black and white or in varying tones of only one color.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    49/82

    39

    Warna-warna yang penulis pakai berkisar dalam suasana warna abu-abu dengan

    campuran hijau, biru, ungu dan juga kuning.

    Dalam psikologi warna, warna abu-abu adalah warna yang tidak emosional.Warna yang tidak terikat, netral, tidak memihak dan juga terkadang ragu-ragu.

    Abu-abu adalah warna dari sebuah kompromi, tidak menjadi hitam ataupun putih,

    warna ini adalah transisi dari dua hal yang non-warna. Semakin warna abu-abu

    mendekati hitam, semakin dramatis dan misterius warna ini menjadi. Dan

    sebaliknya semakin dekat warna abu-abu ini menuju perak atau putih, warna ini

    menjadi menerangi dan lebih hidup.

    Menjadi tidak bergerak dan tidak beremosi, abu-abu adalah warna yang stabil dan

    solid, menciptakan rasa tenang kesabaran, pembebasan dari dunia yang kacau.

    Warna abu-abu tenang dan pendiam. Warna ini tidak menstimulasi, meremajakan

    atau membangkitkan energi. Dalam arti warna, warna abu-abu adalah warna yang

    konservatif, membosankan, menjemukan dan juga menyedihkan, namum disisi

    lain warna abu-abu juga elegan dan formal.

    Sedangkan penulis sendiri menganggap bidang dengan warna abu-abu adalah

    suatu hal yang damai, netral, kadang gelisah dan juga membuat penulis terlarut

    dalam masa lalu. Dan adalah warna yang penulis anggap pas untuk kekaryaannya

    kali ini, karena keabu-abuan yang dapat mendefinisikan banyak hal, tidak seperti

    warna merah, kuning, yang dalam psikologi warna dianggap sebagai warna yang

    ceria, memiliki statement  yang begitu kuat, namun penulis merasa warna abu-abu

    adalah warna yang terkesan rendah hati dan juga pas untuk menggambarkan

    keadaan di masa lalu, di masa yang sudah tidak akan pernah kembali lagi baik

    kenangan pahit maupun kenangan manis.

    Warna abu-abu dapat menahan dan menekan energi dan juga bisa menjadi dasar

    untuk awalan yang stabil menyambut hal positif baru yang akan datang. Warna

    abu-abu memiliki efek menenangkan pada warna lain yang hadir melalui kontak,

    membuat warna lain menjadi lebih kuat, lebih cerah dan menerangi warna yang

    lebih lembut. Jarang terdapat perpaduan yang sempurna dari hitam-putih untuk

    menghasilkan warna abu-abu, warna abu-abu sendiri lebih sering dipadukan

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    50/82

    40

    melalui warna, biru, hijau, merah muda, ungu muda, atau kuning yang

    mengangkat warna abu-abu dan memberikan energi terhadap warna abu-abu.

    Penulis juga merasa karena warna abu-abu ini adalah warna yang sederhananamun juga memiliki kerumitan tersendiri menjadikannya lebih jujur dan

    menunjukan sisi asli dari karya itu sendiri.

    Penggunaan warna yang lebih terang, yang mungkin akan dikatakan sebagai

    cahaya adalah penerang untuk sudut ruang imajiner yang kosong, yang nampak

     berupa bidang-bidang permukaan keabu-abuan. Seperti yang kita ketahui cahaya

    adalah penerang dalam kegelapan, seperti halnya cahaya lilin yang tampak dalam

    suatu ruangan yang gelap, ia dapat menerangi hal lain di sekitarnya.

    Untuk mengikuti arus yang gelap akan selalu lebih mudah, daripada mengikuti

    atau menjadi arus yang lebih terang, karena di dunia ini saja lebih banyak hal

    yang gelap dibanding yang terang, seperti lautan angkasa yang diterangi oleh

     bintang-bintang yang bertaburan. Penulis merasa penting adanya untuk selalu

    menemukan atau menjadi cahaya dalam gelap, agar penulis tidak terjebak di masa

    lalu, agar penulis selalu bisa hidup hari ini dengan segala upaya terbaiknya, tidak

    melulu bernostalgia.

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    51/82

    41

    BAB IV

    PROSES BERKARYA DAN DESKRIPSI KARYA

    IV.1 Teknik

    Teknik yang digunakan oleh penulis dalam pembuatan karya ini adalah dengan

    mencampurkan cat minyak dengan konsentrasi linseed oil yang kemudian

    disapukan diatas bidang kanvas yang telah dilapisi dengan cat akrilik berwarna

     putih.

    IV.2 Medium

    Gambar IV.1, Kuas, Cat Minyak, Linseed Oil

    Sumber: Dokumentasi penulis

  • 8/16/2019 Laporan Pengantar TA Rabita

    52/82

    42

    Medium yang digunakan oleh penulis adalah cat minyak dengan merk

    Winsor&Newton, Amsterdam. Penulis juga menggunakan Refined linseed oil

    daru Winsor&Newton sebagai cairan untuk mencampurkan cat minyak. Kuas

    yang di