laporan pelaksanaan program peace corps di

59

Upload: vutram

Post on 05-Jan-2017

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

LAPORAN AKHIR

2014Fasilitasi Pelaksanaan Program Peace Corps di

Indonesia

Page 2: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

1

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................................................2

A. Latar Belakang .................................................................................................................................2

B. Tujuan ..............................................................................................................................................3

C. Ruang Lingkup ................................................................................................................................3

D. Keluaran ..........................................................................................................................................4

E. Organisasi Pelaksanaan ...................................................................................................................4

BAB II. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA

TAHUN 2010, 2011, 2012, DAN 2013 ......................................................................................................6

A. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2010 .....................................................6

B. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2011 .....................................................8

C. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2012 ....................................................11

D. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2013 ....................................................14

BAB III. KOORDINASI PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS TAHUN 2014 ..........17

BAB IV. PEMANTAUAN PROGRAM PEACE CORPS ....................................................................24

A. Pemantauan Tanggal 1-3 Juni 2014 .................................................... ..........................................24

B. Pemantauan Tanggal 13-14 dan 17-18 November 2014 ...............................................................30

BAB V. PENGUNDURAN DIRI, PENGAKHIRAN TUGAS, DAN PENUGASAN KEMBALI

RELAWAN PEACE CORPS..................................................................................................................58

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI................................................................................61

Page 3: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

2

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peace Corps adalah badan pemerintah Amerika Serikat yang independen yang dirancang

untuk meningkatkan pemahaman bersama antara rakyat Amerika dan masyarakat dunia lainnya.

Peace Corps didirikan pada tahun 1961 dan telah melakukan kegiatan di lebih dari 70 negara dengan

bekerjasama dengan berbagai pihak, misalnya pemerintah, sekolah, pengusaha, institusi pendidikan

dan kesehatan, jaringan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, teknologi informasi, pertanian, dan

lingkungan hidup.

Program Peace Corps pernah dilaksanakan di Indonesia pada masa Orde Lama melalui MoU

yang ditandatangani pada tanggal 8 Maret 1963 dan mulai dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 1963.

Program ini kemudian berhenti pada tahun 1965. Pada tanggal 16 Oktober 2006, Pemerintah

Amerika Serikat, melalui Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, mengadakan pertemuan dengan

Bappenas yang intinya kembali menyampaikan tawaran program Peace Corps di Indonesia. Melalui

surat Bapak Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas No. 6461/M.PPN/10/2006 kepada Duta Besar

Amerika Serikat di Jakarta dan surat No. 6463/M.PPN/10/2006 tanggal 31 Oktober 2006, Pemerintah

Indonesia telah menyampaikan penghargaan dan membuka diri terhadap kerjasama internasional

sekaligus mengundang Peace Corps untuk membangun kembali programnya di Indonesia.

Pada tanggal 18-19 Februari 2009, telah dilakukan pertemuan antara Menteri Luar Negeri

Amerika Serikat dengan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia membahas Comprehensive

Partnership serta kesiapan Amerika Serikat untuk mengirimkan kembali Peace Corps ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menanggapi hal ini secara positif. Melalui

serangkaian pembahasan antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat, Memorandum of

Understanding (MoU) Peace Corps akhirnya ditandatangani pada tanggal 11 Desember 2009,

sedangkan dokumen Implementing Arrangement (IA) atau pengaturan pelaksanaan program telah

ditandatangani masing-masing oleh Peace Corps dan Kementerian Pendidikan Nasional (kemudian

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan Kementerian Agama pada tanggal 15 Juni 2011.

Program Peace Corps juga merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah

Amerika Serikat dalam kerangka Comprehensive Partnership antara Republik Indonesia dan

Amerika Serikat yang diluncurkan pada tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan

Presiden Barrack Obama. Melalui program Peace Corps, pemerintah Amerika Serikat lewat Peace

Corps mengirimkan relawan-relawannya ke Indonesia untuk mempererat hubungan antara

masyarakat Amerika Serikat dan masyarakat Indonesia melalui pengajaran Bahasa Inggris di

sekolah/madrasah (people to people contact).

Untuk menindaklanjuti MoU Peace Corps, telah dibentuk Steering Committee Peace Corps

dengan melibatkan Bappenas, Kemenko Kesra, Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara,

Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, dan Ditjen Imigrasi. Selain itu, juga telah

dibentuk Working Group Peace Corps di bawah koordinasi Bappenas dan Kemenko Kesra.

Page 4: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

3

Keberadaan Steering Committee dan Working Group tersebut adalah untuk memudahkan koordinasi

dalam pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia.

Sejak tahun 2010, Program Peace Corps Indonesia berkontribusi di bidang pendidikan

khususnya pendidikan bahasa Inggris, dimana para relawan Peace Corps memberikan pelatihan

bahasa Inggris kepada murid sekolah menengah dan madrasah aliyah di Provinsi Jawa Timur. Sejak

tahun 2012, kegiatan Peace Corps mulai dikembangkan ke provinsi lain, yaitu ke Provinsi Jawa

Barat. Selain itu, mulai tahun 2012 Peace Corps tidak hanya memberikan pelatihan bahasa Inggris di

SMA dan MAN, namun juga di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Indonesia mengharapkan kerjasama Peace Corps dilandasi prinsip yang menekankan

kesetaraan posisi dan manfaat yang diperoleh. Dari segi kesetaraan posisi, kedua pihak mempunyai

hak dan kewajiban yang sama sebagaimana telah dicantumkan dalam Paris Declaration dan the

Jakarta Commitment. Dari aspek manfaat, selayaknya kedua belah pihak memperoleh manfaat yang

bersifat resiprokal.

B. TUJUAN

Tujuan kegiatan fasilitasi pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia adalah

tersalurkannya fasilitasi Bappenas dalam mendukung koordinasi yang baik di antara instansi-instansi

pemerintah yang terkait dengan program Peace Corps. Melalui fasilitasi ini diharapkan program

Peace Corps dapat berjalan secara optimal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat

pada khususnya.

C. RUANG LINGKUP

Kegiatan ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:

1. Memberikan fasilitasi bagi koordinasi internal pemerintah Indonesia, dan memberikan

fasilitasi bagi koordinasi antara Pemerintah Indonesia dengan USAID selaku representasi

Peace Corps sebelum Peace Corps masuk dalam daftar kerjasama teknik ;

2. Bersama-sama dengan instansi pemerintah terkait dan USAID melakukan pemantauan dan

evaluasi atas pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia untuk tahun 2014.

D. KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan fasilitasi pelaksanaan program Peace Corps di

Indonesia adalah terlaksananya dukungan Bappenas dalam mendukung koordinasi internal

pemerintah Indonesia, dan terlaksananya dukungan Bappenas dalam mendukung koordinasi

Pemerintah Indonesia dengan USAID (selaku representasi Peace Corps sebelum Peace Corps masuk

dalam daftar kerjasama teknik); serta terlaksananya dukungan Bappenas dalam pelaksanaan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia.

Page 5: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

4

E. ORGANISASI PELAKSANAAN

Direktorat Politik dan Komunikasi bertindak sebagai unit pemberi fasilitasi pelaksanaan

program Peace Corps di Indonesia bersama-sama Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah

beranggotakan pejabat setingkat Eselon I sebagai pengambil keputusan dalam tahap perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Adapun tugas dari tim ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan panduan kebijakan pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia;

2. Menyetujui dan mengawasi program-progaram dan kegiatan kerjasama teknik Peace Corps di

Indonesia;

3. Membentuk kelompok-kelompok kerja untuk membantu Joint Steering Committee

mengawasi dan meninjau pelaksanaan program dan kegiatan kerjasama teknik Peace Corps di

Indonesia;

4. Melakukan pertemuan secara berkala, paling sedikit sekali per tahun;

5. melaporkan hasil pelaksanaan program Peace Corps kepada Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri

PPN/Kepala Bappenas).

Tim Pelaksana terdiri dari pejabat setingkat Eselon II ke bawah, dengan tugas sebagai berikut

:

1. Mempersiapkan dan menyusun bahan-bahan yang diperlukan oleh Tim Pengarah dalam

pengambilan kebijakan berkaitan dengan program Peace Corps di Indonesia baik yang

berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan;

2. Menyiapkan draft policy guideline dan draft Standard Operating Procedure (SOP) untuk

disahkan oleh Tim Pengarah;

3. Menyelenggarakan rapat koordinasi Tim Teknis/Tim Pelaksana secara teratur. Jika

diperlukan, rapat koordinasi Tim Teknis/Tim Pelaksana dapat mengundang pihak Peace

Corps;

4. Tim Teknis/Tim Pelaksana, dalam hal ini Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan

Nasional, melakukan koordinasi harian dengan Kanwil Kementerian Agama dan Dinas

Pendidikan terkait pelaksanaan program Peace Corps di madrasah dan sekolah.

5. Menyetujui dukungan pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia (visa, imigrasi,

administrasi, dan lain-lain);

6. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia.

7. Melaporkan hasil pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia kepada Tim Pengarah.

Hingga tahun 2014, pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia telah menginjak tahun

kelima sejak program ini dimulai pada tahun 2010. Program Peace Corps telah berjalan dengan baik

dan melibatkan koordinasi yang kuat di antara Pemerintah Indonesia dan Peace Corps. Untuk

mengetahui perkembangan pelaksanaan program tersebut, pada tahun-tahun sebelumnya Direktorat

Politik dan Komunikasi Bappenas telah menyusun laporan berisi perkembangan pelaksanaan

program Peace Corps. Sebagai kelanjutan laporan tersebut, disusunlah laporan ini yang menjelaskan

pelaksanaan program Peace Corps selama tahun 2014 beserta berbagai permasalahan yang dihadapi.

Page 6: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

5

Page 7: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

6

II. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA

TAHUN 2010, 2011, 2012, DAN 2013

A. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2010

Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia membentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis di bawah

koordinasi Bappenas dan Kemenko Kesra untuk melaksanakan kerjasama Peace Corps di Indonesia.

Tim Pengarah dan Tim Teknis terdiri dari beberapa Kementerian/Lembaga, diantaranya adalah

Bappenas, Kemenko Polhukam, Kemenko Kesra, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sekretariat

Negara, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Pemda Jawa Timur. Tim

Pengarah dan Tim Teknis melaksanakan pertemuan koordinasi secara berkala untuk membahas

perkembangan pelaksanaan program Peace Corps, termasuk berbagai permasalahan yang terjadi di

lapangan dan upaya penyelesaiannya.

Untuk memudahkan proses administrasi bagi Peace Corps dalam menjalankan tugasnya di

Indonesia, maka untuk sementara waktu USAID menjadi representasi Peace Corps agar Peace Corps

dapat memperoleh fasilitas kerja sama teknis.1 Pada saat yang bersamaan, Peace Corps melakukan

registrasi kerjasama teknis sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku.2 Kesepakatan ini dicapai

berdasarkan hasil pertemuan antara Pemerintah Indonesia, Peace Corps, dan USAID.

20 calon relawan Peace Corps Batch # 1 tiba di Indonesia pada tanggal 17 Maret 2010.

Sebelum calon relawan tiba di Indonesia, Pemerintah Indonesia dan Peace Corps telah melakukan

pembahasan tentang sekolah dan madrasah yang akan menjadi lokasi penugasan relawan. Pemerintah

Indonesia menentukan bahwa lokasi penugasan adalah di sekolah/madrasah di Jawa Timur,

sedangkan ruang lingkup kerjasama Peace Corps adalah pada bidang pendidikan, khususnya

pengajaran Bahasa Inggris.

Untuk mempersiapkan relawan sebelum terjun ke masyarakat, dilaksanakan Pre-Service

Training (PST) untuk relawan Batch #1 pada bulan Maret hingga Mei 2010. Pelatihan ini

dilaksanakan oleh Peace Corps Indonesia bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Malang

(UMM), Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, serta Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa

Timur. Materi pelatihan meliputi bahasa Indonesia dan orientasi budaya, integrasi sosial, dan

pengenalan sistem kelembagaan lokal. Selama masa PST, dua orang calon relawan mengundurkan

diri karena alasan pribadi, sehingga calon relawan yang bertugas sebanyak 18 orang. PST ditutup

dengan Swearing-In Ceremony pada bulan Juni 2010.

Setelah Swearing-In Ceremony, 18 (delapan belas) relawan ditempatkan di berbagai SMA

dan Madrasah di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2011, 1 relawan mengundurkan diri sehingga

1 Kesediaan USAID tersebut tertuang secara resmi dalam surat dari USAID nomor 183 tanggal 9 Maret 2010

2 Hingga akhir tahun 2014, permohonan kerjasama teknis Peace Corps masih diproses oleh Kementerian Keuangan

Page 8: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

7

jumlah relawan Batch #1 yang mengundurkan diri adalah 3 orang dan jumlah relawan yang bertugas

hingga selesai adalah 17 orang.

Untuk mengetahui pelaksanaan program Peace Corps, Pemerintah Indonesia dan Peace Corps

melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program Peace Corps pada tanggal 27-29

September 2010 di Provinsi Jawa Timur. Tim pemantauan terdiri dari Kementerian Luar Negeri,

Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Sekretariat Negara, Kanwil Agama Provinsi

Jawa Timur, Bappenas, dan Peace Corps Indonesia. Tujuan pemantauan ini khususnya untuk melihat

aspek konsistensi, koordinasi kapasitas, dan keberlanjutan dalam pelaksanaan program Peace Corps.

Secara umum monitoring dan evaluasi menunjukkan hasil yang baik. Dalam aspek

konsistensi, program/kegiatan Peace Corps telah berjalan sesuai dengan MoU dan rencana

pembelajaran sekolah/madrasah. Dalam aspek koordinasi, koordinasi antara pemerintah Indonesia

dan Peace Corps telah berjalan dengan baik. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan koordinasi yang

intensif dalam penyusunan Implementing Arrangement (IA), pemilihan sekolah/madrasah yang akan

menjadi lokasi penugasan relawan Peace Corps, dan pengamanan relawan Peace Corps di tempat

tugasnya.

Dalam hal kapasitas, relawan memiliki kapasitas yang memadai dalam mengajar siswa dan

bekerjasama dengan guru mitra. Relawan menggunakan berbagai pendekatan dalam mengajar,

misalnya menggunakan video, musik, dll. Materi pengajaran dibangun oleh relawan bersama dengan

guru mitra. Pengajaran Bahasa Inggris di kelas dilakukan dalam bentuk team teaching atau co-

teaching (relawan sebagai pendamping guru utama), dengan durasi mengajar sekitar 16-20 jam per

minggu.

Dalam aspek keberlanjutan, kemitraan antara guru dan relawan perlu diperkuat. Selain itu,

pihak sekolah dan relawan perlu membuat rencana keberlanjutan, sehingga apa yang telah

dilaksanakan oleh relawan dapat terus dilaksanakan oleh pihak sekolah meskipun relawan telah

kembali ke Amerika Serikat. Hal lain yang nampak dalam monitoring dan evaluasi adalah adanya

penerimaan yang baik dari masyarakat atas keberadaan relawan. Hal ini ditunjang dengan

kemampuan relawan untuk bersosialisasi dengan masyarakat, misalnya melalui keikutsertaan dalam

aktifitas sosial dan keagamaan.

Sehubungan dengan rencana kedatangan relawan Batch 2 Peace Corps pada tahun 2011, Tim

Pengarah memutuskan bahwa jumlah relawan Peace Corps untuk tahun 2011 adalah 33 orang dengan

area kerjasama pengajaran Bahasa Inggris. Selain itu, disepakati pula bahwa jumlah relawan untuk

tahun 2012 adalah 50 orang, sedangkan untuk tahun 2013 adalah sebanyak 50-70 orang. Relawan

yang akan ditugaskan juga perlu memenuhi kualifikasi yang ditetapkan di dalam Permendiknas,

misalnya relawan perlu memiliki sertifikat mengajar. Lokasi penugasan tahun 2012 masih di Provinsi

Jawa Timur, sedangkan untuk tahun 2013 dimungkinkan ke provinsi lainnya.

B. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2011

Page 9: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

8

Sebagai kelanjutan dari kedatangan relawan Peace Corps Batch 1, 30 calon relawan Peace

Corps Batch 2 tiba pada tanggal 7 April 2011 dan kemudian mengikuti Pre-Service Training (PST)

pada tanggal 11 April hingga 14 Juni 2011 di Malang, Jawa Timur. Selama masa PST, dua orang

calon relawan mengundurkan diri karena alasan keluarga, sehingga jumlah calon relawan yang

mengikuti PST hingga selesai adalah 28 relawan. PST ditutup pada tanggal 15 Juni 2011 di UMM,

dan selanjutnya relawan Batch 2 mulai bertugas sejak tanggal 20 Juni 2011 dan akan berakhir pada

tanggal 19 Juni 2013.

Terkait dengan kedatangan relawan Peace Corps, tim koordinasi memandang bahwa

pemerintah Indonesia perlu memberi panduan/informasi kepada KBRI Washington, sehingga bila

ada pengajuan visa dari Peace Corps maka KBRI Washington harus terlebih dahulu berkoordinasi

dengan Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kementerian Luar Negeri. Panduan ini diperlukan

mengingat selama ini KBRI Washington hanya menerima panduan umum dari pihak Imigrasi.

Adanya beberapa relawan yang mengundurkan diri pada masa PST atau sebelum masa

penugasan berakhir memerlukan adanya penjelasan dari Peace Corps. Sehubungan dengan hal itu,

pemerintah Indonesia meminta Peace Corps memberikan penjelasan melalui surat resmi tentang

alasan kepulangan para relawan. Hal ini juga sesuai dengan ketentuan dalam Implementing

Arrangement No 4.e.8 yaitu “Memberitahu Kementerian, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kab/Kota

serta instansi-insansi terkait secara tertulis apabila Relawan tidak mampu untuk melaksanakan

tugasnya.” Sebagai tindak lanjut atas permintaan ini, Peace Corps Indonesia menyampaikan

penjelasan secara tertulis atas pengunduran diri para relawannya.

Sebagai bagian dari persiapan kedatangan relawan Batch 3 tahun 2012, Tim Pengarah

menetapkan bahwa jumlah relawan tahun 2012 adalah 50 orang, sektor kerjasama masih di bidang

pendidikan, dan lokasi penugasan relawan tahun 2012 di Provinsi Jawa Timur. Pilihan lokasi untuk

program Peace Corps berikutnya akan dikonsolidasikan dengan rekomendasi dari Pemerintah

Indonesia, dimana lokasi yang dipertimbangkan adalah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah,

dan Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk persiapan kedatangan relawan Batch 4 tahun 2013, Tim

Pengarah meminta agar dilakukan pemetaan kebutuhan jumlah relawan, sektor, dan lokasi program

Peace Corps.

Menindaklanjuti arahan tersebut, Bappenas telah melakukan pendekatan kepada tiga provinsi,

yaitu Jawa Barat, Banten, dan Sulawesi Selatan. Dari ketiga provinsi tersebut, Pemda Jawa Barat

memberikan tanggapan yang cukup baik dan ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan pertemuan

dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tanggal 3 Oktober 2011 untuk menjajaki kemungkinan

pelaksanaan program Peace Corps di Jawa Barat pada tahun 2013. Dalam pertemuan tersebut,

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyambut baik rencana perluasan lokasi program Peace Corps

tahun 2013 ke Provinsi Jawa Barat. Program Peace Corps diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan Bahasa Inggris para siswa serta meningkatkan kepedulian siswa tentang isu lingkungan

hidup, pengembangan pemuda, dll. Untuk memperkuat koordinasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat

mulai dilibatkan dalam tim koordinasi pelaksanaan program Peace Corps.

Page 10: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

9

Menindaklanjuti pertemuan dengan Sekda Jabar pada tanggal 3 Oktober 2011, telah

diselenggarakan pertemuan pada tanggal 23 Desember 2011 di Kantor Gubernur Jawa Barat yang

dihadiri oleh Pemda Jabar, Bappenas, Kemlu, Kemdikbud, Setneg, Kemenag serta Peace Corps.

Dalam pertemuan tersebut, Pemda Jabar menyambut baik rencana program Peace Corps di SMA,

SMK, dan MA. Pemda Jawa Barat menyampaikan akan melaksanakan kegiatan di bidang pengajaran

Bahasa Inggris dan akan membuat mapping terkait lokasi.

Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program Peace Corps pada tahun 2011,

pemerintah Indonesia melaksanakan dua kali monitoring dan evaluasi pada tanggal 13-14 Juni 2011

dan 27-29 November 2011 di Jawa Timur. Monitoring pada bulan Juni bertujuan melihat kinerja

relawan Batch 1 dan melihat pelaksanaan pre-service training bagi para calon relawan Peace Corps

Batch 2, sedangkan monitoring pada bulan November melihat kinerja Batch 1 dan 2 di tempat

tugasnya.

Monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa dalam aspek konsistensi, kegiatan Peace Corps

telah dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran sekolah/ madrasah. Selain itu, relawan telah

dilibatkan oleh pihak sekolah dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk berbagi

pengalaman mengajar dengan para guru. Dalam aspek koordinasi, koordinasi pemerintah Indonesia

dan Peace Corps berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan penandatanganan Implementing

Arrangement (IA) oleh Peace Corps Indonesia, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (dahulu Kementerian Pendidikan Nasional) pada tanggal 15 Juni 2011. Untuk

memperkuat koordinasi, diperlukan laporan (triwulan) tentang kegiatan relawan yang disusun oleh

Kepala Sekolah/Madrasah untuk diserahkan kepada Dinas Pendidikan/Kantor Agama

Kabupaten/Kota untuk disampaikan secara berjenjang kepada Pemerintah Provinsi dan Pusat. Selain

itu, Kepala Sekolah/Kepala Madrasah telah mendapat informasi tentang Peace Corps dan tentang 5

(lima) aturan yang tidak boleh dilanggar terkait relawan Peace Corps, yaitu tidak boleh melanggar

hukum, tidak boleh menyebarkan agama, tidak boleh ikut dalam politik, tidak boleh naik motor, tidak

boleh menerima uang apapun, dari siapapun, dan untuk apapun.

Dalam aspek kapasitas, relawan memiliki kemampuan yang baik dalam mengajar dan

menjalin kerjasama dengan guru mitra dan masyarakat. Sedangkan dalam aspek keberlanjutan,

mayoritas sekolah dan madrasah yang menjadi tempat tugas relawan mengharapkan ada

perpanjangan masa penugasan relawan. Sehubungan dengan hal ini, sekolah dan relawan perlu

membuat rencana keberlanjutan setelah relawan selesai bertugas dan kembali ke Amerika Serikat

supaya hal-hal yang telah dilakukan relawan dapat terus berlanjut di sekolah tersebut. Pihak Peace

Corps sendiri telah memberikan materi tentang keberlanjutan/exit strategy bagi relawan Batch 2.

Di sisi lain, terdapat indikasi bahwa ada salah satu madrasah yang “memanfaatkan”

keberadaan relawan untuk menarik minat calon siswa agar mendaftar di madrasah tersebut, yang

pada akhirnya berdampak pada kenaikan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah tersebut. Upaya

“memanfaatkan” tersebut diantaranya dengan memasang foto relawan pada spanduk/baliho di jalan

yang menuju madrasah. Berdasarkan informasi dari pihak Peace Corps, relawan yang bersangkutan

telah menyatakan keberatannya kepada pihak Peace Corps, khususnya terkait kekhawatiran relawan

tersebut bahwa fotonya akan terus dipasang di spanduk/baliho walaupun nantinya yang bersangkutan

Page 11: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

10

sudah tidak lagi bertugas di madrasah tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk keberlanjutan

program Peace Corps ke depannya.

Satu hal penting yang perlu mendapat perhatian pemerintah Indonesia dan Peace Corps

adalah sikap host family yang melakukan perbandingan antara relawan Batch 1 dengan relawan

Batch 2, khususnya bagi host family yang dua tahun berturut-turut menerima kehadiran relawan di

rumahnya. Secara garis besar, perbandingan tersebut mencakup dua hal, yaitu karakter personal

relawan dan peran fasilitator. Karakter personal relawan Batch 1 dinilai lebih baik karena mereka

dapat menjalin komunikasi yang baik dengan host family, memiliki kemauan belajar yang besar, mau

terlibat/bergabung dalam acara-acara host family, serta terlibat aktif dalam kegiatan sosial di

masyarakat. Relawan batch 2 juga dinilai baik oleh host family, namun kurang banyak

terlibat/bergabung dalam acara-acara host family dan kegiatan sosial di masyarakat. Dari sisi

fasilitator, fasilitator relawan Batch 1 dipandang lebih pandai mengajak relawan untuk

berkomunikasi/menjalin hubungan dengan masyarakat, sedangkan fasilitator relawan Batch 2 kurang

mampu mengajak relawan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Menurut Peace Corps, hal

ini disebabkan fasilitator relawan batch #1 adalah fasilitator bahasa yang merangkap sebagai

fasilitator budaya. Sedangkan pada batch #2, fasilitator bahasa dan fasilitator budaya dipegang oleh

orang yang berbeda. Jumlah fasilitator budaya juga terbatas (hanya 4 orang) sehingga kurang

maksimal. Selain itu, jadwal PST yang padat membuat relawan kurang memiliki waktu untuk

bersosialisasi dengan masyarakat.

Untuk lebih meningkatkan kerjasama yang telah terjalin antara Peace Corps dengan

Pemerintah Indonesia, Deputy Director Peace Corps dari Washington, Amerika Serikat mengadakan

kunjungan ke Indonesia dan menghadiri pertemuan antara Peace Corps dengan Pemerintah Indonesia

pada tanggal 24 Oktober 2011. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Bappenas,

Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan

Nasional. Dalam pertemuan tersebut, Deputy Director Peace Corps menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Pemerintah Indonesia atas kerjasama yang terjalin selama ini. Deputy Director Peace

Corps menyampaikan bahwa pada program Peace Corps di negara lain, keterlibatan pemerintahnya

tidak setinggi di Indonesia. Oleh karena itu, Peace Corps ingin terus bekerjasama dengan Pemerintah

Indonesia dan ingin membahas kemungkinan pengembangan program Peace Corps.

C. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2012

Sesuai dengan keputusan Tim Pengarah, jumlah relawan Batch 3 tahun 2012 adalah 50 orang,

dengan sektor kerjasama di bidang pendidikan, dan lokasi penugasan tahun 2012 di Provinsi Jawa

Timur. Menindaklanjuti hal itu, Peace Corps melakukan proses rekrutmen calon relawan Batch 3 di

Amerika Serikat. Berdasarkan rekrutmen tersebut, Peace Corps melalui USAID selanjutnya

menyampaikan Curriculum Vitae (CV) 49 calon relawan Batch 3 kepada Pemerintah Indonesia.

Pemerintah Indonesia melalui Tim Teknis kemudian melakukan koordinasi untuk membahas

CV para calon relawan, khususnya dengan melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman

mengajar Bahasa Inggris yang mereka miliki. Pembahasan ini penting untuk melihat kesesuaian

Page 12: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

11

kemampuan mereka dengan rencana penugasan mereka sebagai relawan. Pengalaman lain yang

dimiliki oleh calon relawan juga menjadi bahan pertimbangan, misalnya pengalaman dalam bidang

olahraga atau kesenian.

4 calon relawan Batch 3 yang tidak memiliki latar belakang pengajaran Bahasa Inggris adalah

Michaela Banhart, Matthew Delaney, Pallavee Panchal, dan Martine Randolph. Sedangkan 4

calon relawan yang memiliki pengalaman menjadi jurnalis adalah Melanie Aleman, Jennifer Hanson,

Sierra Silbersdorff, dan Joe Stewart. Mengingat keterbatasan waktu menjelang kedatangan calon

relawan Batch 3 yang tidak memungkinkan bagi penggantian relawan, maka para calon relawan tetap

datang ke Indonesia namun dipantau secara khusus pada saat mereka mengikuti Pre Service Training

(PST).

Dari 49 CV calon relawan yang diajukan oleh Peace Corps kepada Pemerintah Indonesia, 47

calon relawan Batch 3 tiba di Indonesia pada tanggal 4 April 2012 dan langsung mengikuti PST di

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 15 Juni 2013. Dalam PST, calon relawan

mendapat berbagai pelatihan yang mereka perlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas mereka

sebagai relawan, misalnya materi tentang kurikulum di Indonesia, praktek mengajar di sekolah, dan

materi Bahasa Indonesia.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Tim Teknis pada saat pelaksanaan PST, Tim

Teknis memandang bahwa para calon relawan memiliki semangat belajar yang tinggi, termasuk 4

calon relawan yang tidak memiliki pengalaman mengajar Bahasa Inggris. Semangat belajar ini

diharapkan dapat mengisi gap yang ada sehingga 4 calon relawan tersebut dapat menjalankan

tugasnya dengan baik sebagai relawan. PST selesai dilaksanakan dan ditutup pada tanggal 15 Juni

2013 di Malang dan dihadiri oleh Menteri PPN/ Kepala Bappenas dan Duta Besar Amerika Serikat.

Pada tahun 2010 hingga 2011, program Peace Corps dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur,

sedangkan pada tahun 2012 program Peace Corps dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur dan diperluas

ke Provinsi Jawa Barat dengan tetap menekankan pada pengajaran Bahasa Inggris. Perluasan wilayah

ini diantisipasi oleh Pemerintah Indonesia dengan melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam

koordinasi Tim Pengarah dan Tim Teknis. Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri menyambut

baik rencana pelaksanaan program Peace Corps di wilayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan

partisipasi aktif perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menyampaikan usulan daftar

sekolah/madrasah dan usulan jumlah relawan serta dalam berbagai pertemuan koordinasi. Meskipun

demikian, diperlukan penguatan koordinasi antara Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Kanwil

Agama Provinsi Jawa Barat dengan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan

Kementerian Agama dalam hal pengusulan daftar sekolah/madrasah, sehingga daftar

sekolah/madrasah yang diusulkan oleh pemerintah daerah tetap sesuai dengan kebutuhan yang telah

diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama.

Dalam hal seleksi calon relawan Peace Corps yang akan bertugas di Indonesia, koordinasi

pada tahun 2012 mulai melibatkan Clearing House Kementerian Luar Negeri. Hal ini sesuai dengan

masukan dari Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kementerian Luar Negeri yang menyarankan

agar Curriculum Vitae (CV) para calon relawan dibahas dalam pertemuan Clearing House

Page 13: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

12

Kementerian Luar Negeri. Clearing House tersebut terdiri dari perwakilan berbagai

Kementerian/Lembaga yang memberikan masukan atas CV para calon relawan dari berbagai sudut

pandang. Untuk menindaklanjuti pelibatan Clearing House Kementerian Luar Negeri, maka

Direktorat Keamanan Diplomatik Kementerian Luar Negeri selaku Ketua Clearing House

Kementerian Luar Negeri juga diundang dalam berbagai pertemuan koordinasi program Peace Corps,

termasuk dalam kegiatan monitoring dan evaluasi.

Pihak lain yang juga mulai terlibat dalam koordinasi Peace Corps adalah Direktorat

Kewaspadaan Nasional Kementerian Dalam Negeri. Direktorat Kewaspadaan Nasional memberikan

masukan tentang pentingnya koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Dinas

Kesbangpol di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Masukan ini sangat penting bagi tim koordinasi karena

kegiatan Peace Corps dilaksanakan di daerah sehingga memerlukan kerjasama yang erat dengan

pemerintah setempat. Ketika program Peace Corps mulai berjalan pada tahun 2010, Tim Teknis juga

telah melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Dalam Negeri untuk meminta dukungan dari

Dinas Kesbangpol di daerah dalam pelaksanaan program Peace Corps.

Meskipun koordinasi telah berjalan dengan baik, tetap diperlukan penguatan untuk

memperlancar kerjasama Peace Corps. Salah satu contoh penguatan yang diperlukan adalah

penguatan pelaporan kinerja para relawan di tempat tugasnya. Tim Teknis, dalam hal ini

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama, perlu melakukan komunikasi

intensif dengan Dinas Pendidikan/ Kanwil Agama Provinsi serta pihak sekolah/ madrasah untuk

mendapatkan laporan kinerja relawan. Selain untuk mengetahui kinerja relawan, laporan tersebut

juga sangat penting untuk mendeteksi permasalahan yang muncul di lapangan dan perlu segera

diselesaikan. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi permasalahan yang dapat menganggu

pelaksanaan program Peace Corps atau menimbulkan efek pengunduran diri relawan sebelum masa

tugasnya berakhir.

Pada bulan Agustus 2012, Peace Corps mengusulkan perubahan dokumen Implementing

Arrangement (IA). Usulan perubahan tersebut terutama pada bagian waktu penyampaian nominasi

daftar sekolah/madrasah dari Pemerintah Indonesia kepada Peace Corps, waktu penyampaian data

diri para calon relawan kepada Pemerintah Indonesia, perpanjangan penugasan relawan, dan lokasi

penempatan relawan. Pembahasan perubahan IA dilakukan hingga akhir tahun 2012 oleh Pemerintah

Indonesia dan Peace Corps. Perubahan dokumen IA ini kemudian ditandatangani pada awal tahun

2013.

Untuk mengetahui pelaksanaan program Peace Corps di lapangan, Pemerintah Indonesia dan

Peace Corps menyelenggarakan kegiatan pemantauan pada bulan Mei dan November 2012. Tujuan

pemantauan ini terutama untuk melihat pelaksanaan program Peace Corps dalam aspek konsistensi,

koordinasi, kapasitas, dan keberlanjutan. Tim pemantauan ini terdiri atas anggota Tim Pengarah dan

Peace Corps. Dalam pemantauan, tim bertemu dengan para relawan, pihak sekolah, dan host family.

Berdasarkan hasil pemantauan, secara umum program Peace Corps memberikan manfaat,

baik bagi masyarakat Indonesia maupun para relawan Peace Corps, serta berkontribusi memperkuat

people to people contact antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika Serikat. Secara

khusus, program berjalan sesuai Memorandum of Understanding (MoU), Implementing Arrangement

Page 14: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

13

(IA), kurikulum, dan rencana pembelajaran sekolah/madrasah. Selain itu, para relawan memiliki

kapasitas yang memadai dalam mengajar siswa dan menjadi mitra bagi guru utama di

sekolah/madrasah tempatnya bertugas.

D. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2013

Sepanjang tahun 2013, Tim Pengarah dan Tim Teknis telah melakukan beberapa kali

pertemuan koordinasi, dimana pertemuan tersebut ada yang bersifat internal bagi pemerintah

Indonesia namun ada juga yang dihadiri oleh Peace Corps. Selain pertemuan Tim Pengarah dan Tim

Teknis yang diselenggarakan oleh Bappenas, ada pula pertemuan yang diselenggarakan oleh anggota

Tim Pengarah/Tim Teknis untuk membahas topik tertentu yang berkaitan dengan Peace Corps,

misalnya sehubungan dengan rencana kedatangan calon relawan Peace Corps Batch 4 tahun 2013

maka Kementerian Sekretariat Negara menyelenggarakan pertemuan untuk membahas visa dan ijin

tinggal bagi para Relawan dan Tenaga Asing dalam kerangka kerjasama teknik pada tanggal 23

Januari 2013.

Pada tanggal 22 Februari 2013, Tim Teknis menyelenggarakan pertemuan membahas

tanggapan atas rencana kedatangan calon relawan Peace Corps Batch 4. Pertemuan tersebut

memutuskan bahwa calon relawan Batch 4 yang diajukan oleh Peace Corps Indonesia pada dasarnya

dapat disetujui oleh Tim Teknis Peace Corps, sehingga proses untuk ke 54 calon relawan Batch 4

dapat dilanjutkan. Sebagai catatan, 5 calon relawan yang diberi catatan khusus akan tetap

mendapatkan pengamatan khusus dari Tim Teknis. Terkait dengan hal itu, rekruitmen relawan Peace

Corps untuk batch selanjutnya perlu mempertimbangkan pengalaman mengajar sebagai kriteria

utama dalam menyeleksi relawan.

Sehubungan dengan proses rekrutmen calon relawan Batch 5 oleh Peace Corps di

Washington DC, maka Tim Teknis mengadakan pertemuan pada tanggal 29 Mei 2013 dengan

agenda penentuan jumlah calon relawan Batch 5 Peace Corps, pembahasan visa dan pajak calon

relawan Batch 5, serta status kerjasama teknik Peace Corps. Pertemuan ini menghasilkan beberapa

keputusan sebagai berikut :

1. Usulan jumlah relawan dan daftar sekolah agar dapat disesuaikan dengan

kepentingan/kriteria kedua belah pihak (Pemerintah Provinsi dan Peace Corps). Usulan

juga harus dikoordinasikan dengan instansi terkait di pusat dan provinsi.

2. Terkait status kerja sama teknik, akan diupayakan agar Peace Corps mendapatkan status

kerja sama teknis. Pajak akan difasilitasi oleh USAID.

3. Relawan Batch 4 (dan relawan batch berikutnya) menggunakan visa dinas/official visa.

4. Ditjen Bea Cukai sudah mengajukan pembebasan bea cukai untuk Peace Corps, namun

masih terhambat oleh revisi KMK 89.

Tim Teknis kembali menyelenggarakan pertemuan pada tanggal 23 Oktober 2013, dimana

hasil pertemuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat perlu mendorong sekolah untuk

memberikan laporan pelaksanaan program Peace Corps di sekolahnya masing-masing.

Page 15: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

14

2. Ditjen Kesbangpol Kemdagri diharapkan lebih terlibat di dalam Tim Teknis. Ditjen

Kesbangpol Kemdagri juga diharapkan dapat mendorong Kesbangpol di daerah untuk

terlibat dalam koordinasi pelaksanaan program Peace Corps bersama Pemerintah Provinsi

maupun Kabupaten/Kota.

3. Diperlukan upaya untuk meminimalkan jumlah relawan yang mengundurkan diri.

Berdasarkan pengamatan atas pelaksanaan program Peace Corps selama tahun 2013, dapat

disimpulkan bahwa program Peace Corps telah berjalan dengan baik, bermanfaat bagi masyarakat

Indonesia, dan diterima dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Meskipun

demikian, tetap diperlukan peningkatan agar program Peace Corps dapat berjalan lebih baik ke

depannya. Sehubungan dengan hal itu, berikut ini beberapa rekomendasi bagi peningkatan

pelaksanaan program Peace Corps.

Rekomendasi pertama adalah penguatan koordinasi di antara berbagai Kementerian yang

menjadi anggota Tim Teknis dan Tim Pengarah. Contohnya adalah perlunya penguatan koordinasi

diantara Dinas Pendidikan/Kanwil Agama Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur dengan

pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama dalam hal pengusulan

daftar sekolah/madrasah, sehingga daftar sekolah/madrasah yang diusulkan oleh pemerintah daerah

tetap sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan serta Kementerian Agama. Meskipun menurut otonomi daerah Dinas Pendidikan di

Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur tidak memiliki kewajiban untuk melapor kepada Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, diharapkan koordinasi bisa tetap dilakukan dengan baik. Sedangkan

dalam aspek koordinasi keamanan, diperlukan kerja sama yang baik dalam menjaga keamanan

relawan dengan tetap memperhatikan kenyamanan relawan. Hal ini sangat penting agar relawan tidak

merasa terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan program Peace Corps bisa berjalan dengan

lancar.

Rekomendasi kedua adalah perlunya peningkatan kerjasama antara sekolah dan relawan agar

relawan terbantu untuk menjalankan tugasnya. Salah satu bentuk kerja sama yang bisa ditingkatkan

antara sekolah dan relawan adalah melalui upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam

belajar Bahasa Inggris. Dengan meningkatnya kepercayaan diri para siswa, diharapkan jumlah siswa

yang mencontek dapat berkurang. Sebagai catatan, banyaknya siswa yang mencontek menjadi salah

satu hal yang dikeluhkan oleh relawan pada saat Tim Teknis melakukan pemantauan ke sekolah

tempat tugas relawan.

Sehubungan dengan laporan perkembangan kinerja relawan yang disampaikan oleh sekolah

dan madrasah kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, maka

rekomendasi ketiga adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama

perlu menyampaikan hasil laporan tersebut kepada Tim Teknis Peace Corps, sehingga perkembangan

kinerja relawan dapat diketahui juga oleh para anggota Tim Teknis.

Terkait dengan semakin banyaknya jumlah relawan yang kembali ke Amerika Serikat

sebelum masa tugasnya berakhir, maka rekomendasi keempat adalah perlunya komitmen yang

tinggi dari relawan untuk menjalankan tugasnya. Pihak Peace Corps perlu menekankan hal ini

Page 16: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

15

kepada calon relawan sejak dimulainya proses rekrutmen. Alasan merasa tidak cocok dengan

penugasan sebagai pengajar Bahasa Inggris tidak bisa diterima, karena sejak awal calon relawan

tersebut sudah mengetahui bahwa penugasannya adalah mengajar Bahasa Inggris.

III. KOORDINASI PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS

TAHUN 2014

Keberhasilan pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia selama tahun 2010-2014 tidak

bisa dilepaskan dari koordinasi yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Peace Corps Indonesia.

Koordinasi di antara Kementerian/Lembaga anggota Tim Pengarah dan Tim Teknis berjalan dengan

lancar, dimana anggota Tim Pengarah dan Tim Teknis terlibat aktif dalam berbagai pertemuan dan

kegiatan lainnya yang terkait dengan kerjasama Peace Corps. Bagan hubungan kelembagaan dalam

tim koordinasi adalah sebagai berikut :

Page 17: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

16

Steering Committee

Working GroupKETUA BERSAMA/ CO-CHAIR :

BAPPENAS, DAN KEMENKOKESRA

ANGGOTA : KEMENDIKBUD, KEMENAG,

KEMLU, SETNEG, KEMKEU, KEMDAGRI,

KEMKUMHAM, PEMDA JATIM, PEMDA

JABAR

KANWIL KEMENTERIAN AGAMA/ DINAS

PENDIDIKAN

KEPALA MADRASAH/ KEPALA SEKOLAH

G U R U

INSTITUTIONAL ARRANGEMENT PEACE COPRS PROGRAMMES

48

KEMENTERIAN AGAMA/ KEMENDIKBUD

BAPPENAS

KTLN SETNEG

KEMLU IMIGRASI PAJAK BEA CUKAI KEMENTERIAN TERKAIT

USAIDPEACE CORPS

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

VOLUNTEER

Koordinasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah dan Tim Teknis meliputi bermacam hal,

misalnya persiapan kedatangan calon relawan Peace Corps dan pelaksanaan pemantauan program

Peace Corps di lapangan. Selain itu, Tim Pengarah dan Tim Teknis juga responsif melakukan

pembahasan jika ada permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan dan perlu segera

diselesaikan.

Sepanjang tahun 2014, Tim Pengarah dan Tim Teknis telah melakukan beberapa kali

pertemuan koordinasi, dimana pertemuan tersebut ada yang bersifat internal bagi pemerintah

Indonesia namun ada juga yang dihadiri oleh Peace Corps. Selain pertemuan Tim Pengarah dan Tim

Teknis yang diselenggarakan oleh Bappenas, ada pula pertemuan yang diselenggarakan oleh anggota

Tim Pengarah/Tim Teknis untuk membahas topik tertentu yang berkaitan dengan Peace Corps. Di

bawah ini adalah penjelasan tentang pertemuan-pertemuan koordinasi Peace Corps yang

dilaksanakan pada tahun 2014.

Sehubungan dengan rencana kedatangan calon relawan Batch 5 Peace Corps, Direktorat

Keamanan Diplomatik Kemlu menyelenggarakan pertemuan pada tanggal 16 Januari 2014 dan

mengundang Direktur Politik dan Komunikasi Bappenas untuk menyampaikan presentasi tentang

program Peace Corps. Hasil pertemuan ini menjadi bahan pertimbangan bagi Clearing House Kemlu

untuk memberikan tanggapan tentang CV calon relawan Batch 5 Peace Corps.

Page 18: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

17

Pada bulan Februari 2014, diselenggarakan Rapat Tim Teknis pada tanggal 3 Februari 2014

di Bappenas. Agenda pertemuan ini adalah membahas tanggapan atas CV calon relawan Batch 5 dan

membahas kesesuaian program Peace Corps dengan kurikulum baru. Pertemuan ini memutuskan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Calon relawan yang tidak memiliki pengalaman mengajar akan tetap mengikuti Pre

Service Training (PST) dan akan mendapat materi TEFL.

2. Tim Teknis/Tim Pengarah akan meminta KBRI untuk melakukan wawancara mendalam

kepada 7 (tujuh) orang calon relawan Batch 5, yaitu : Martin Santos, Desmond Price,

Joshua Kendall Lewis, Tanesha Arlene Bryan, Stephanie Mann, Carly Johnston, dan

Deborah Emily. Setelah wawancara dilakukan, keputusan apakah para calon relawan

tersebut akan mendapatkan visa atau tidak akan diserahkan kepada KBRI Washington.

Hasil pertemuan ini akan disampaikan kepada KBRI Washington untuk ditindaklanjuti.

Bappenas akan mengirimkan surat kepada Direktorat Amuteng Kemlu untuk meminta

bantuan menyampaikan hal ini kepada KBRI Washington.

3. Penentuan sekolah yang menjadi lokasi penugasan relawan akan dikoordinasikan oleh

Kemdikbud dan Kemenag bersama dengan Provinsi dan Kab/Kota dan Peace Corps.

Waktu 4 bulan ini perlu digunakan untuk menentukan dimana relawan itu akan

menjalankan tugasnya. Terkait dengan hal itu, Dinas Pendidikan Provinsi perlu

menginformasikan tentang program Peace Corps kepada Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota dan sekolah. Hal ini perlu dilakukan karena pada saat Peace Corps

mengunjungi sekolah ternyata pihak sekolah tidak mengetahui bahwa sekolahnya

dicalonkan untuk mendapat relawan Peace Corps.

Selain itu, beberapa sekolah juga menanyakan apakah Dinas Pendidikan Kab/Kota

mengetahui tentang pencalonan ini. Menurut informasi dari Peace Corps, 2 minggu

sebelum melakukan kunjungan ke sekolah, Peace Corps telah menghubungi Dinas

Pendidikan Kab/Kota, tetapi tidak ada tanggapan dari Dinas Pendidikan Kab/Kota.

Menindaklanjuti hal ini, perlu ada penguatan koordinasi antara Dinas Pendikan Prov dan

Kab/Kota. Selain itu, saat Peace Corps melakukan kunjungan ke sekolah calon lokasi

penempatan relawan sebaiknya didampingi oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota.

4. Pemprov Jawa Barat ingin tetap mendapatkan 35 orang relawan Batch 5. 10 sekolah yang

mengundurkan diri dari pencalonan sudah diajukan penggantinya kepada Peace Corps.

Permintaan Pemerintah Provinsi Jabar ini akan disampaikan kepada Peace Corps saat

rapat Tim Pengarah tanggal 4 Februari 2014.

5. Kemdikbud perlu memberi panduan bagi Peace Corps tentang kurikulum baru, sehingga

materi yang diberikan kepada calon relawan Batch 5 saat Pre Service Training bisa

disesuaikan dengan kurikulum baru. Selain itu, sebaiknya pihak yang menangani

kurikulum dari Kemdikbud dan Kementerian Agama menjadi narasumber di dalam Pre

Service Training calon relawan Batch 5.

6. Kemungkinan perluasan wilayah dan bidang kerjasama Peace Corps di Indonesia perlu

dibahas terlebih dahulu di dalam Tim Teknis dan dimintakan arahan dari para Menteri

terkait. Mengenai perluasan ke bidang lainnya, sebaiknya sampai tahun 2015 tetap di

pengajaran bahasa Inggris, apalagi belum ada keputusan apakah Peace Corps masuk ke

kerjasama teknik atau bukan.

7. 1 orang relawan Batch 3 bernama Mathhew Delaney akan memperpanjang

penugasannya. Sebaiknya perpanjangan penugasan relawan tetap sesuai aturan di dalam

Page 19: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

18

Implementing Arrangement. Hal ini akan disampaikan kepada Peace Corps dalam rapat

Tim Pengarah tanggal 4 Februari 2014.

Menindaklanjuti hasil pertemuan ini, Bappenas atas nama perwakilan Tim Teknis

mengirimkan surat kepada Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kemlu untuk meminta KBRI

Washington melakukan wawancara kepada 7 calon relawan Batch 5. Permintaan Tim Teknis ini

menimbulkan keberatan pada pihak Peace Corps dan pihak Peace Corps di Washington maupun

Jakarta telah menyampaikan keberatan mereka kepada Pemerintah Indonesia.

Sebagai tindak lanjut pertemuan Tim Teknis, maka pada tanggal 4 Februari 2014

diselenggarakan pertemuan Tim Pengarah. Hasil pertemuan Tim Pengarah adalah sebagai berikut :

1. Perlu ada laporan dari para penerima manfaat tentang berapa prosentase sekolah yang

prestasinya meningkat setelah menjadi lokasi penempatan relawan Peace Corps. Laporan

ini akan menjadi bahan pertimbangan juga bagi perpanjangan program Peace Corps.

Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat agar mengkoordinasikan hal ini dan

mengembangkan instrumen untuk mengukur kinerja relawan dan untuk menunjukkan

manfaat program Peace Corps bagi sekolah.

2. Tidak ada kekurangan jumlah jam mengajar bagi relawan Batch 5 karena SMK yang

menjadi lokasi penempatan relawan Batch 5 memiliki jumlah jam pelajaran Bahasa

Inggris minimal 16 jam, sehingga relawan dapat memenuhi jumlah jam mengajar

minimal yang telah ditetapkan.

3. Jam mengajar relawan tetap 16-20 jam. Jam mengajar minimal adalah 16 jam, sedangkan

4 jam sisanya bisa untuk ekstrakurikuler.

4. Bappenas akan mengirimkan surat kepada Kemdikbud dan Kementerian Agama untuk

berkoordinasi dengan provinsi dan kab/kota dalam menyusun pemetaan

SMA/MAN/SMK yang memiliki jam mengajar bahasa Inggris yang cukup bagi

penugasan relawan Peace Corps.

5. Pre Service Training calon relawan Batch 5 perlu dilengkapi dengan materi tentang

budaya Jawa Barat. Selain itu, Peace Corps perlu mengundang narasumber dari

Kemdikbud dan Kementerian Agama untuk memberikan materi tentang kurikulum baru

di dalam Pre Service Training.

6. Kemdikbud dan Kementerian Agama perlu melakukan evaluasi atas jumlah jam TEFL di

dalam Pre Service Training untuk menentukan apakah jumlah jam TEFL di dalam Pre

Service Training telah efektif, dan apakah jumlah jam TEFL perlu ditambah atau

dikurangi.

7. Koordinasi Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur perlu diperkuat dalam hal penentuan

sekolah, penempatan relawan, dan dalam hal koordinasi dengan Peace Corps. Perlu ada

pertemuan di tingkat regional antara Dinas Pendidikan/Kanwil Agama tingkat provinsi,

Dinas Pendidikan/Kanwil Agama Kab/kota, dan Peace Corps. Pertemuan ini untuk

menjelaskan program Peace Corps kepada Kabupaten/Kota.

Page 20: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

19

8. Untuk kedatangan relawan batch berikutnya, perlu ada batas waktu penyampaian daftar

sekolah yang akan menggantikan sekolah yang mengundurkan diri dari pencalonan

kepada Peace Corps.

9. Jumlah relawan Batch 5 untuk Provinsi Jawa Barat adalah 25 relawan, sedangkan untuk

Provinsi Jawa Timur adalah 41 relawan.

10. Hingga tahun 2015 area kerjasama Peace Corps adalah dalam bidang pengajaran Bahasa

Inggris dengan lokasi di provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.

11. Rencana perpanjangan penugasan relawan Batch 3, Matthew Delaney, akan diperdalam.

Peace Corps akan menanyakan kepada relawan yang bersangkutan apakah bersedia

mengajar di Jawa Barat. Pilihan lokasi penugasan bisa di Jawa Barat atau di Jawa Timur.

Nantinya relawan akan tetap mengajar di sekolah, tidak di perguruan tinggi karena untuk

perguruan tinggi sudah ada program AMINEF.

Dalam melaksanakan tugasnya di Indonesia, tugas utama relawan Peace Corps adalah

mendampingi guru utama dalam mengajar Bahasa Inggris di sekolah. Selain menjalankan tugas

utama, relawan Peace Corps juga melakukan secondary project, misalnya membuat klub Bahasa

Inggris. Sehubungan dengan adanya salah satu relawan Peace Corps yang secondary project-nya

berupa keterlibatan dalam penyelenggaraan Bromo Marathon, maka Tim Teknis merasa perlu

menyelenggarakan pertemuan Tim Teknis tentang secondary project pada tanggal 19 Februari 2014.

Hasil pertemuan ini adalah sebagai berikut :

1. Sehubungan dengan keterlibatan relawan Peace Corps di dalam kegiatan Bromo

Marathon yang diselenggarakan pada tanggal 1 September 2013 dan perlunya

pembahasan tentang secondary project relawan Peace Corps, Tim Teknis program Peace

Corps telah menerima dokumen klarifikasi dari Peace Corps Indonesia dan telah

membahasnya di dalam rapat Tim Teknis yang diselenggarakan pada tanggal 19 Februari

2014 di Bappenas.

2. Tim Teknis akan mengirimkan surat kepada Peace Corps untuk menyampaikan hasil

pertemuan ini, dengan beberapa poin sebagai berikut :

a. Tim Teknis mengucapkan terima kasih atas peran relawan Peace Corps selama ini

di tempat tugasnya, baik dalam melaksanakan tugas utama pengajaran Bahasa

Inggris maupun dalam melaksanakan secondary project. Pada prinsipnya Tim

Teknis sependapat bahwa kegiatan secondary project berusaha memberi manfaat

bagi masyarakat di sekitar tempat tinggal relawan. Meskipun demikian, Tim Teknis

berharap agar komunikasi yang efektif dan intensif dapat dibangun untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

b. Berkenaan dengan hal itu dan berdasarkan pengalaman keterlibatan relawan di

dalam Bromo Marathon 2013, Tim Teknis mengharapkan agar untuk selanjutnya

secondary project relawan Peace Corps perlu direncanakan dan dibahas bersama

Dinas Pendidikan dan Kanwil Agama serta Divisi Keimigrasian Kanwil

Page 21: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

20

Kemenkumham Jawa Timur dan Jawa Barat. Di samping itu, secondary project

perlu diajukan menggunakan nama sekolah sehingga pihak sekolah akan lebih

terlibat. Sementara itu, secondary project yang ruang lingkup kegiatannya bertaraf

nasional/internasional memerlukan persetujuan dari Tim Teknis.

c. Kegiatan secondary project perlu didokumentasikan dengan baik, sehingga

diperlukan satu portal/website yang dapat menginformasikan semua secondary

project yang dilakukan oleh relawan Peace Corps

d. Sehubungan dengan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia pada tahun 2014

serta pemilihan kepala daerah, secondary project yang saat ini sedang

dilaksanakan, atau yang akan dilaksanakan agar tidak terkait dengan hal-hal yang

bersifat politis. Tim Teknis mengharapkan agar Peace Corps dapat memberi

perhatian pada hal ini dan jika diperlukan dapat melakukan konsultasi dengan Tim

Teknis.

e. Peace Corps perlu memperkuat koordinasi dengan Divisi Keimigrasian Kanwil

Kemenkumham Jawa Timur dan Jawa Barat. Apabila terjadi perubahan data yang

terkait dengan relawan, misalnya relawan berpindah tempat tinggal, Peace Corps

diharapkan dapat segera menyampaikan informasi tersebut kepada Divisi

Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Timur dan Jawa Barat.

Pada tanggal 17 Juni 2014 diselenggarakan pertemuan Tim Pengarah di Bappenas dengan

hasil pertemuan sebagai berikut :

1. Jumlah relawan Batch 6 tahun 2015 adalah 60 orang, dengan pembagian 30 orang relawan untuk

Provinsi Jawa Timur dan 30 orang relawan untuk Provinsi Jawa Barat.

2. Pembahasan tentang kemungkinan penempatan relawan di madrasah swasta/di daerah

terpencil/remote area, pendampingan relawan, rencana evaluasi menyeluruh atas program Peace

Corps pada tahun 2015, serta penyusunan action plan Pemerintah Indonesia terkait program

Peace Corps 2015-2016 akan dilakukan dalam pertemuan internal Pemerintah Indonesia.

Pertemuan ini dijadwalkan pada bulan Agustus/September.

3. Terkait pelaporan kehadiran relawan kepada Polsek, seperti yang telah dilakukan

sebelumnya, Kemenko Polhukam diharapkan dapat mengirimkan surat kepada pihak

Kepolisian untuk bisa menginformasikan tentang kehadiran relawan Peace Corps sampai

ke level Polsek. Sedangkan Pemda dan sekolah ikut melaporkan juga kehadiran relawan

kepada Polsek terdekat.

Sehubungan dengan habisnya masa berlaku Implementing Arrangement program Peace Corps

pada tanggal 15 Juni 2014, maka Pemerintah Indonesia dan Peace Corps melakukan pertemuan untuk

membahas perpanjangan Implementing Arrangement Peace Corps pada tanggal 28 November 2014.

Salah satu hal yang dibahas dalam pertemuan ini adalah klausul yang memungkinkan relawan yang

telah kembali ke Amerika Serikat untuk dapat kembali bertugas sebagai relawan di Indonesia dengan

syarat-syarat tertentu. Implementing Arrangement yang dibahas pada tahun 2014 kemudian

Page 22: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

21

ditandatangani oleh Peace Corps, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian

Agama pada bulan Februari 2015.

Page 23: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

22

IV. PEMANTAUAN PROGRAM PEACE CORPS

Untuk mengetahui pelaksanaan program Peace Corps di lapangan dan mendapatkan masukan

dari para penerima manfaat serta pihak-pihak terkait lainnya, Pemerintah Indonesia dan Peace Corps

menyelenggarakan kegiatan pemantauan pada bulan Juni dan November 2014. Tujuan pemantauan

ini terutama untuk melihat pelaksanaan program Peace Corps dalam aspek konsistensi, koordinasi,

kapasitas, dan keberlanjutan. Tim pemantauan ini terdiri atas anggota Tim Pengarah dan Peace

Corps. Dalam pemantauan, tim bertemu dengan para relawan, pihak sekolah, dan host family.

Berdasarkan hasil pemantauan, secara umum program Peace Corps memberikan manfaat,

baik bagi masyarakat Indonesia maupun para relawan Peace Corps, serta berkontribusi memperkuat

people to people contact antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika Serikat. Secara

khusus, program berjalan sesuai Memorandum of Understanding (MoU), Implementing Arrangement

(IA), kurikulum, dan rencana pembelajaran sekolah/madrasah. Selain itu, para relawan memiliki

kapasitas yang memadai dalam mengajar siswa dan menjadi mitra bagi guru utama di

sekolah/madrasah tempatnya bertugas.

A. PEMANTAUAN TANGGAL 1-3 JUNI 2014

Pemantauan ini bertujuan melihat pelaksanaan tugas para relawan Batch 4, sekaligus

menghadiri penutupan Pre Service Training (PST) calon relawan Batch 5. Pemantauan dilaksanakan

pada tanggal 1-3 Juni 2014 di Provinsi Jawa Timur, khususnya di Pasuruan dan Mojokerto. Tim

Pemantauan terdiri dari Kemenko Polhukam, Kementerian Luar Negeri, Ditjen Imigrasi Kementerian

Hukum dan HAM, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan Kemdikbud.

A.1. Pertemuan dengan Relawan Batch 5 dan Keluarga Semang

Pada tanggal 1 Juni 2014, Tim Pemantauan tiba di Malang dan bertemu dengan calon relawan

Batch 5 serta host family Batch 5. Dalam pertemuan ini para relawan menyampaikan pandangan

bahwa program Peace Corps yang dilaksanakan dengan Pemerintah Indonesia adalah program yang

bagus. Dialog menyimpulkan bahwa Pertemuan ini merupakan sarana bagi people-to-people contact

yang perlu diperdalam di samping guna meningkatkan pendidikan dan pengembangan kapasitas di

kedua belah pihak.

Tim pemantauan menyampaikan kepada para calon relawan Peace Corps Batch 5 agar

mereka dapat memberi sumbangsih tidak saja kepada Pemerintah Indonesia tetapi kepada masyarakat

di tempat penugasan mereka di Jawa Timur dan Jawa Barat. Para calon relawan tersebut diharapkan

dapat memberi pemahaman lintas budaya, mendorong pemikiran yang lebih terbuka dan bersikap

fleksibel terhadap perbedaan budaya dan tradisi. Hal ini telah ditunjukkan melalui evaluasi terhadap

gelombang/batch I-4 yang dinilai baik dan telah memberikan sumbangsih terhadap metode-metode

pengajaran bahasa Inggris yang bersifat inovatif.

Page 24: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

23

Kunjungan ke rumah host family (keluarga angkat) selama PST telah memberikan gambaran

tentang manfaat konkrit yang dapat diterima oleh end user melalui upaya calon relawan membantu

mereka dalam melakukan percakapan bahasa Inggris serta pemahaman lintas budaya. Dalam

kunjungan ke rumah host family relawan Saajidah Aatiqah Abdul-Hameem, pihak host family

menyatakan senang dengan keberadaan Saajidah dan menganggapnya sebagai bagian dari keluarga.

Pihak host family juga memberikan masukan bahwa jadwal pre service training yang padat telah

membuat interaksi Saajidah dengan tetangga-tetangga di sekitar tempat tinggalnya menjadi sangat

terbatas.

A.2. Penutupan Pre Service Training Calon Relawan Batch 5 dan Pertemuan dengan para

Kepala Sekolah

Page 25: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

24

Penutupan PST Calon Relawan Batch 5 dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2014 di Universitas

Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam acara tersebut telah dilakukan pengambilan sumpah dan

sekaligus peresmian penugasan relawan Peace Corps Batch 5. Sebagai catatan, jumlah relawan

Peace Corps Batch 5 yang disumpah sebanyak 63 orang dengan 1 orang relawan Peace Corps yang

mengundurkan diri.

Pada kesempatan tersebut, Dubes AS dan Country Director Peace Corps menekankan kepada

para relawan tersebut bahwa tugas yang diemban termasuk membuka pikiran dan hati mereka

terhadap keragaman budaya Indonesia. Sebagai salah satu mitra penting AS, Indonesia adalah negara

demokrasi berpopulasi muslim terbanyak, serta negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi kedua

tercepat di forum G-20.

Bagi Amerika Serikat, para relawan Peace Corps mempunyai peran penting dalam

memajukan kemitraan tersebut melalui kontribusinya dalam meningkatkan pendidikan Bahasa

Inggris. Kontribusi tersebut juga dilakukan dalam proyek-proyek kerjasama yang dalam kerangka

saling memahami, menghargai dan meningkatkan hubungan persahabatan di kedua negara. Selain itu

tugas para relawan Peace Corps adalah untuk terus menunjukkan kepada masyarakat Indonesia

bahwa Amerika Serikat memegang teguh penghormatan atas values, budaya dan keanekaragaman

budaya dan agama yang berbeda.

Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Asisten Deputi 4/II, Koordinasi Amerika dan Eropa,

Kemenko Polhukam, menyampaikan pesan kepada relawan dan para host families bahwa program

Peace Corps adalah salah satu wujud kemitraan yang baik antara Pemerintah Indonesia dengan

Pemerintah Amerika Serikat. Program Peace Corps sejak tahun 2009 telah dirasakan manfaatnya

oleh Sekolah maupun Madrasah di Provinsi Jawa Timur maupun Jawa Barat, serta oleh keluarga dan

masyarakat tempat tinggal mereka. Para relawan tersebut juga telah menunjukkan dedikasi yang

mengagumkan sepanjang masa penugasannya, bukan saja dalam mengajar bahasa Inggris namun

juga dalam interaksi mereka dengan masyarakat sekitarnya dalam kehidupannya sehari-sehari.

Para relawan Peace Corps juga diharapkan dapat menjadi duta-duta masyarakat Indonesia

bagi masyarakat Amerika Serikat dan program Peace Corps merupakan sarana yang baik bagi para

Page 26: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

25

relawan Peace Corps dan masyarakat Indonesia untuk saling mempelajari budaya masing-masing

guna membangun rasa saling memahami dan menghormati di antara masyarakat kedua bangsa.

Pada pertemuan dengan para Kepala Sekolah daerah Jawa Timur dan Jawa Barat, telah

ditekankan kembali bahwa tujuan dari program tersebut adalah bermitra dengan sekolah/ madrasah

dalam memberikan bantuan teknis yaitu dengan melakukan tugas pendampingan mengajar Bahasa

Inggris; memberikan pemahaman mengenai values dan budaya Amerika Serikat kepada masyarakat

Indonesia; memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat Amerika Serikat mengenai

Indonesia.

A.3. Kunjungan ke Tempat Tugas Relawan Batch 4

Pada tanggal 3 Juni 2014, Tim Pemantauan melakukan kunjungan ke tempat tugas salah satu

relawan Peace Corps Batch 4, Ms. Hannah Fowler di SMKN I Tutur, Pasuruan. Pada kunjungan

tersebut Ms. Fowler telah memberikan pelatihan dengan dibentuknya kelompok debat bahasa Inggris,

dan mengajarkan metode-metode baru yang interaktif kepada siswa-siswi dalam mempermudah

mengerti bahasa Inggris seperti dalam bentuk permainan dan atau acting/sandiwara. Disampaikan

pula bahwa metode-metode tersebut yang telah dilakukan oleh SMKN I Tutur Pasuruan juga telah di

sosialisasikan dengan guru-guru bahasa Inggris lainnya baik di tingkat SMP maupun SMK dari

sekolah lain di sekitarnya.

Page 27: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

26

Host family Ms. Fowler, menyampaikan bahwa mereka tidak mempunyai kendala dalam

berinteraksi dengan Ms. Fowler dan telah menganggap bahwa Ms. Fowler adalah bagian dari

keluarga mereka. Ms. Fowler seringkali memberikan les bahasa Inggris kepada siswa-siswa dan

membantu dalam kegiatan-kegiatan sekunder seperti ikut aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan

kebudayaan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan dan juga sekolah dalam

mempromosikan daerah Pasuruan kepada turis-turis asing yang melalui daerah tersebut untuk

mencapai gunung Bromo. Dalam pertemuan tersebut juga turut hadir wakil Dinas Pariwisata

Kabupaten Pasuruan yang menyampaikan terdapat kerjasama dengan Ms. Fowler dalam memberikan

pengajaran bagaimana menjadi tour guide dan do’s and don’ts dalam berinteraksi dengan turis asing,

di samping pengenalan Ms. Fowler terhadap tarian-tarian tradisional.

Page 28: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

27

Guna memperkuat informasi kemajuan-kemajuan/kontribusi positif yang telah diberikan

kepada sekolah maupun masyarakat dimana tempat ditugaskannya para relawan Peace Corps, Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebaiknya mengeluarkan edaran kepada setiap sekolah penugasan

Peace Corps untuk secara berkala (tiap semester) melaporkan kemajuan-kemajuan sejak para

relawan tersebut berada di sekolah.

Page 29: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

28

B. PEMANTAUAN TANGGAL 13-14 DAN 17-18 NOVEMBER 2014

I. Kunjungan ke Tempat Tugas Relawan Batch 5 dan Keluarga Semang

Pada tanggal 13-14November 2014, Tim Pemantauan mengunjungi 2 orang relawan Batch 5

ditempat tugasnya masing-masing, Richard Marks pada MTs Cililin, Bandung Barat dan Erica Johnson di

SMAN 1 Jalancagak, Subang, Jawa Barat.Kegiatan pemantauan dilanjutkan kembali pada tanggal 17-18

November 2014 di tempat tugas James Todd pada SMAN Ngronggot, Nganjuk dan Emily Warner pada

MTsN Jabung Talun, Blitar,Jawa Timur.

1.1. Kunjungan ke tempat tugas Richard ‘Trey’ Mark pada MTs Cililin, Bandung Barat

Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi Richard „Trey‟

Markdi tempat tugasnya :

RE

LA

WA

N

1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di

sekolah/madrasah?

Pre-Service Training sangat bermanfaat bagiRichard „Trey‟ dalam melaksanakan

tugasnya. Kegiatan PST memberikan kemudahan dalam penyesuaian di tempat

tugas dan di tempat tinggal.

2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas

sejauh ini:

- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat

tinggal

- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah

- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya

- Lainnya.

Pada tahapan awal, Trey mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan fasilitas,

makanan dan cuaca namun dapat mengatasinya dengan baik, sehingga relawan

dapat melanjutkan aktifitas di sekolah dan di tempat tinggal dengan lancar.

Relawan dapat beradaptasi dengan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun

ditempat tinggal. Komunikasi dengan keluarga dilakukan melalui email dan skype.

3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?

Trey dan guru mitra dapat bekerjasama dengan baik. Metode pengajaran yang

digunakan bersama guru mitra telah meningkatkan interaksi dan motivasi belajar

Page 30: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

29

siswa. Trey mengajar dengan menggunakan alat bantu seperti gitar dan

mendorong siswa untuk meningkatkan kreatifitas khususnya dalam melakukan

seni peran (acting).

4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?

Trey bersama guru mitra bekerjasama dengan baik, meskipun baru aktif mengajar

selama 4 bulan. Bahan pengajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di

MTsN Cililin. Sampai pada waktu pemantauan, Trey masih fokus dalam

pengajaran dan kedepan bersama guru mitra akan mengembangkan strategi

pengajaran yang berkelanjutan.

5. Adakah special project yang dikembangkan?

1. Trey bersama guru mitra membentuk Daily English Conversation, dimana

setiap hari selasa seluruh siswa diwajibkan berkomunikasi dalam bahasa

Inggris.

2. Trey bersama guru mitra membentuk English Club.

3. Treyselalu mendorong siswa untuk tampil percaya diri dalam

menggunakan bahasa Inggris dengan cara mengajarkan siwa berakting

dalam drama singkat.

GU

RU

UT

AM

A

1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran

bahasa Inggris?

Trey sangat membantu dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah. Trey

membawa semangat baru bagi guru bidang studi di MTsN Cililin. Kehadiran Trey

dimanfaatkan oleh para guru untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris

masing-masing guru.

Bersama guru mitra, guru bidang studi bahasa Inggris lain dan penanggungjawab

kurikulum, Trey diarahkan untuk memberikan pengajaran sesuai kurikulum.

Aktifitas di kelas dilakukan bersama-sama. Seluruh guru bidang studi bahasa

Inggris merasa senang karena kehadiran Trey sangat membantu dalam kegiatan

belajar-mengajar dan meningkatkan minat belajar bahasa Inggris siswa.

2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?

Trey‟s menerapkan metode mengajar yang baik, yang kemudian dapat dapat

diterapkan lagi oleh guru bidang studi. Trey‟s mengajak siswa untuk lebih aktif,

misalnya dalam pembahasan story telling, belajar grammar,dan translete. Trey

menerapkan sistem belajar sambil bermain, menggunakan alat musik (gitar), dan

mengembangkan kemampuan siswa dalam menunjukan ekspresi atau berakting

Page 31: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

30

menggunakan bahasa Inggris. Hal ini sangat memperkaya metode mengajar dari

guru mitra.

3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?

Trey dan guru mitra sering berdiskusi tentang pembelajaran di sekolah dan

pembagian tugas mengajar dimana Trey didampingi guru mitra dalam semua

proses mengajar sehingga Trey tidak mengajar sendirian.

Seluruh kelas menginginkanTrey mengajar di kelas mereka, sehingga sekolah

mengambil kebijakan agar Treymengajar di seluruh kelas. Trey mengajar selama

20 jam mengajar di kelas VII,VIII dan IX dengan total 22 kelas. Selain itu Trey

terlibat aktif dalam ekstrakurikuler di sekolah

4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi

pengajaran bahasa Inggris?

Trey beradaptasi dengan baik dan mudah bergaul dengan semua orang di sekolah.

Cara mengajar yang kreatif membuat para siswa nyaman untuk belajar.

Treys mengenakan seragam sepertihalnya gurulain di sekolah dan berinteraksi

dengan baik dengan para guru.

Menurut para guru, metode mengajar Trey‟s membuat para siswa termotivasi

untuk belajar. Siswa semakin percaya diri didalam berbicara menggunakan bahasa

Inggris, belajar seperti grammar dan speaking, serta siswa didorong untuk berani

berbicara dan bermain drama menggunakan bahasa Inggris.

5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi

guru/siswa?

Kehadiradiran relawan membawa dampak baik tidak hanya kepada siswa tetapi

juga kepada guru mitra dimana guru mitra termotivasi untuk meningkatkan

kemampuan bahasa Inggrisnya. Siswa semakin antusias dalam belajar dan aktif

dalam setiap aktifitas di kelas maupun pada kegiatan ekstrakurikuler. Guru utama

dan guru bahasa Inggris lain juga menerima manfaat bagi peningkatan

pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah.

KE

PA

LA

SE

KO

LA

H 1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?

Trey memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan membuat siswa nyaman.

Page 32: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

31

Dalam beberapa kesempatan, Trey diperkenalkan kepada orang tua siswa yang

ingin mengenal Trey. Sebagian besar siswa berasal dari keluarga ekonomi

menengah ke bawah sehingga kedekatan yang baik dengan siswa mendapat

apresiasi dari orang tua siswa. Kehadiran relawan mendorong kepala sekolah

untuk belajar bahasa Inggris. Kepala sekolah senang dengan kehadiran relawan di

MTsN Cililin.

2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?

Kerjasama antara Trey dan guru-guru berjalan baik. Trey diperlakukan

sebagaimana keluarga sendiri. Guru mitra sering melakukan diskusi dengan Trey

dalam membahas pengajaran di sekolah.

3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar

sekolah?

Trey bersama guru mitra sering diundang untuk bertemu dengan siswa ataupun

dengan guru-guru di sekolah lain. Kehadiran Trey‟s mengundang sekolah lain

bahkan salah satu Perguruan Tinggi Kesehatan di Cililin pernah berkunjung ke

MTsN untuk berbagi ilmu dengan Trey‟s. Seiring berjalannya waktu, permintaan

pertemuan bertambah banyak sehingga harus dibatasi oleh guru mitra mengingat

kewajiban mengajar MTsN Cililin yang padat, karena siswa di semua kelas

menginginkan Trey‟s untuk mengajar.

4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?

Komunikasi antara Kepala Sekolah dan Trey‟s berlangsung dengan baik melalui

bantuan guru mitra. Meskipun merasa sulit dalam menggunkan bahasa Inggris,

kehadiran Trey memotivasi kepala sekolah untuk belajar Bahasa Inggris.Kepala

sekolah merasa senang dengan kehadiran Trey karena berdampak baik

perkembangan pelajaran bahasa Inggris di sekolah.

5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada

Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?

Selama ini belum ada laporan tertulis yang disusun, namun kepala sekolah dan

guru mitra sepakat akan membuat laporan untuk di serahkan kepada Kanwil

Agama.

6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di sekolah tempat tugasnya?

Ketika Trey mulai bertugas di MTsN Cililin, Trey telah diperkenalkan kepada

masyarakat sekitar dan masyarakat menerima kehadiran Trey dengan baik. Trey

juga pernah terlibat dalam kegiatan di pesantren.

Page 33: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

32

Trey juga telah diperkenalkan kepada pihak keamanan setempat sehingga

kehadiran Trey telah diketahui.

7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan

selama berada di lingkungan tempat tugasnya?

Untuk menjaga keamanan relawan, kepala sekolah dan guru mitra sering

berkomunikasi dan berkunjung ke tempat Trey.

KE

LU

AR

GA

SE

MA

NG

1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?

Komunikasi yang terjalin antara relawan dan keluarga berjalan baik. Komunikasi

ini terjalin baik karena beberapa anggota keluarga berlatarbelakang sebagai guru

bidang studi Bahasa Inggris. Keluarga merasa relawan semakin sibuk dengan

aktifitas di luar rumah sehingga kurang berkomunikasi dengan keluarga seperti

pada kedatangan relwan pertamakali, namun keluarga yakin kedepan akan semakin

baik.

2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?

Proses adaptasi relawan berjalan baik, meskipun pernah mengalami gangguan

kesehatan pada awal kedatangan, namun hal itu dapat diatasi sehingga saat ini

aktifitas relawan di rumah telah berjalan dengan baik.

3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat

sekitar?

Keluarga merasa interaksi Trey dengan masyarakat sekitar masih kurang, namun

memaklumi bahwa kurangnya aktifitas sosial dikarenakan kendala pada bahasa

karena Trey masih kesulitan berbahasa Indonesia dan aktfitas Trey yang sangat

sibuk di sekolah dan di luar sekolah sehingga segera beristirahat ketika kembali

kerumah. Keluarga berharap guru mitra dapat mengatur jadwal Trey dengan baik

sehingg Trey memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat

di sekitar tempat tinggal.

4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam

sekolah?

Di luar jam sekolah, Trey sering berkunjung ke sekolah lain yang mengundang.

Pada waktu libur Tery sering bersepeda dan mendaki gunung di dekat tempat

tinggal, serta bertemu dengan rekan-rekan sesama relawan Peace Corps. Keluarga

berharap relawan dapat menghabiskan waktu bersama masyarakat dan

mengajarkan bahasa Inggris bagi anak-anak di sekitar.

5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

Page 34: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

33

Ca

tatan

Umum :

Ti

m

Pemantau

an

memanda

ng bahwa

Trey dapat melaksanakan tugasnya dan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah dan

keluarga semang.Seluruh aktifitas relawan mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah dan keluarga

semang.Hubungan komunikasi dan kerjasama yang terjalin baik antara relawan, guru dan siswa terlihat dari

penyampaian kesan baik oleh guru dan siswa.Ketika mengadakan pemantauan, siswa menyampaikan

ungkapan bahagia atas kehadiran relawan dan dengan percaya diri menunjukan kemampuan mereka dengan

membawakan atraksi yel-yel dalam bahasa Inggris. Kepala Sekolah dan guru-guru menunjukan semangat

mereka dalam bekerja sama dengan relawan untuk meningkatkan pengusaan bahasa Inggris di sekolah

mereka.

Keluarga semang menyampaiakan bahwa aktifitas Trey yang padat di luar membuat Trey kurang

berkomunikasi dengan keluarga dan kurang bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar tempat

tinggal.Keluarga berharap Trey dapat menjalin komunikasi baik dengan keluarga dan dapat mengadakan les

bahasa Inggris bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.

relawan di rumah keluarga semang?

Kehadiran Trey sudah diketahui oleh RT/RW, Kelurahan, dan Polsek. Keluarga

semang juga selalu memastikan keamanan relawan dengan memastikan kondisi

relawan sekembalidari kegiatan di sekolah.

6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan

relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?

Setiap hari keluarga semang memastikan keberadaan relawan dengan memastikan

keadaan relawan baik disaat berangkat kesekolah, sekembali dari sekolah bahkan

saat akan keluar rumah di hari libur.

Page 35: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

34

Page 36: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

35

1.2. Kunjungan ke tempat tugas Erica Johnson di SMAN 1 Jalancagak, Subang, Jawa Barat

Page 37: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

36

Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi Erica Johnson di

tempat tugasnya :

RE

LA

WA

N

1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di

sekolah/madrasah?

Pre-Servicee Training bermanfaat bagi Erica, khususnya dalam mempelajari

bahasa dan budaya serta makanan Indonesia. Kemampuan bahasa Indonesia Erica

berkembang sangat baik sehingga memudahkan Erica dalam berkomunikasi

dengan siswa dan guru di SMA N 1 Jalancagak maupun dengan keluarga semang.

Erica juga telah mempelajari bahasa Jawa sehingga mempermudah dalam

berkomunikasi dengan keluarga semang yang lebih tua usianya dan masyarakat

sekitar tempat tinggal

2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas

sejauh ini:

- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat

tinggal

- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah

- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya

- Lainnya.

Kendala yang dihadapai Erica adalah komunikasi yang kurang baik bersama guru

mitra pada awal kedatangan namun kemudian keduanya dapat menyelesaiakan dan

berkomunikasi lagi dengan baik sampai sekarang. Selain itu, kendala lain yang di

hadapi adalah bahwa Erica ingin meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia

sedangkan guru mitra ingin meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sehingga

terlihat bahwa keduanya saling mendukung didalam proses belajar untuk

meningkatkan peengetahuan kedua bahasa.

Erica dapat beradaptasi dengan budaya, bahasa dan fasilitas yang tersedia di

sekolah maupun di rumah keluarga semang. Erica sangat menikmati aktifitasnya di

sekolah maupun di tempat tinggal.

3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?

Metode yang diterapkan sangat baik. Erica didampingi guru mitra dan secara

bergantian melakukan aktifitas mengajar di kelas. Erica mengajar dengan

menggunakan alat peraga, permainan dan mendorong siswa untuk meningkatkan

kepercayaan diri dalam berbicara mengunakan bahasa Inggris, menulis dalam

bahasa Inggris dan meningkatkan kreatifitas.

Page 38: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

37

4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?

Siswa di SMAN 1 Jalancagak memiliki potensi dan semangat belajar yang tinggi

sehingga memudahkan dalam kegiatan mengajardi kelas. Bahan ajar disesuaikan

dengan kurikulum dan berbasis kebutuhan siswa di sekolah. Erica dan guru mitra

selalu mendiskusikan materi yang akan diajarkan dan berbagi peran dalam

mengajar.

5. Adakah special project yang dikembangkan?

Erica bersama guru mitra dan guru bahasa Inggris lainnya mengembangakan

English Club yang telah ada di SMA N 1 Jalancagak. Dengan kehadiran Erica,

motivasi dan minat siswa dalam belajar bahasa Inggris meninggkat hal ini terbukti

dengan bertambahnya anggota English Club. Sebelum kedatangan Erica

anggotanya berjumlah 40 siswa dan setelah kedatangan Erica, jumlah anggota

English Club bertambah menjadi 100 siswa.

Oleh karena relawan adalah anggota dari The Denver Sonnets Project

(Perkumpulan pecinta drama Sonnet di Denver yang bertujuan membuat film

pendek dari 154 Sonet Shakespeare‟s), maka relawan melibatkan guru pendamping

dan siswa dalam pembuatan Sonet (puisi) yang menceritakan tentang hubungan

timbal balik yang terjalin antara guru dan siswa serta guru dan relawan dalam

akulturasi budaya Indonesia (Indonesia Culture Based Education). Film pendek

tersebut akan ditayangkan di Denver Sonnets Project You Tube Channel. Hal ini

mendapat sambutan hangat dari guru pendamping dan siswa.

GU

RU

UT

AM

A

1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran

bahasa Inggris?

Guru mitra dan guru bahasa Inggris lainmerasa terbantu melalui kehadiran Erica.

Mereka dapat berbagi peran dalam proses mengajar di kelas dan secara langsung

meningkatkan kemampuan bahasa Inggris guru. Erica mendapat jatah mengajar 18

jam mengajar pada 6 kelas.

2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?

Metode yang diterapkan oleh Erica yang kreatif dan bervariatif sangat bemanfaat

bagi guru mitra. Kedepan metode yang di terapkan Erica akan tetap digunakan

oleh guru mitra bahkan guru bahasa Inggris lainnya.

Page 39: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

38

3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?

Erica selalu didampingi dalam kegiatan mengajar di kelas. Erica dan relawan

mendiskusikan materi yang akan diajarkan dan aktifitas mengajar dilakukan secara

bergantian. Erica dan guru mitra mendorong siswa untuk meningkatkan kreatifitas

dan terlihat dari beberapa hasil kreatifitas siswa.

Oleh karenaSiswa di SMA N 1 sering mengikuti perlombaan bahasa

Inggrissehingga bila dibutuhkan, Erica dan guru mitra memberikan bimbingan

tambahan bagi siswa yang akan terlibat dalam perlombaan.

Erica dan guru mitra bersedia menerangkan pelajaran secara detail kepada siswa

yang memiliki kemampuan kurang dalam memahami pelajaran bahasa Inggris.

4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi

pelajaran bahasa Inggris?

Erica sangat cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan mudah

berkomunikasi karena kemampuannya berbahasa Indonesia. Kehadiran Erica

meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi

guru/siswa?

Kehadiran Erica membawa pengaruh baik bagi pengajaran bahasa Inggris kepada

siswa dan secara langsung kepada guru. Siswa semakin termotivasi dalam belajar

bahasa Inggris.

KE

PA

LA

SE

KO

LA

H

1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?

Kepala sekolah melihat antusiasme siswa meningkat dengan kehadiran Erica.

Relawan mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan siswa dan guru bahasa

Inggris maupun guru bidang studi lain serta terlibat aktif dalam kegiatan

ekstrakurikuler sekolah.

Siswa termotivasi untuk belajar bahasa Inggris dan Siswa antusias dalam

mengikuti perlombaan yang diadakan baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat

provinsi.Hal ini terbukti dengan keberhasilan SMA N 1 Jalancagak yang meraih

Juara 2 tingkat Provinsi dalam lomba bahasa Inggris.

2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?

Kerjasama antara guru-guru di sekolah dan relawan berjalan baik. Relawan selalu

bersedia untuk berinteraksi dengan siapa saja. Komunikasi dengan para guru juga

berjalan baik.

Page 40: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

39

3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar

sekolah?

Relawan sangat aktif terlibat pada kegiatan-kegiatan di luar sekolah:

- Relawan pernah dilibatkan dalam kegiatan kemah di Subang.

- Bersama guru mitra terlibat dalam pelatihan kurikulum 2013 yang diadakan

oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

- Relawan dilibatkan menjadi pembimbing dalam kegiatan kemah di Pesona

Bambu Lembang.

- Bersama guru mitra mengunjungi Islamic Boarding School-Asifa School.

- Bersama Guru MItra sering menghadiri pertemuan Guru Bahasa Inggris di

sekolah-seolah yang mengundang.

Kepala sekolah berharap ada tambahan relawan bagisekolah lain di sekitar

Jalancagak karena semua sekolah tertarik dengan program seperti ini.

4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?

Komunikasi dengan Erica berjalan baik dengan didampingi oleh guru mitra.

Kehadiran relawan mendorong kepala sekolah untuk belajar bahasa Inggris.

5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada

Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?

Kepala sekolah dan guru mitra akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada

Dinas Pendidikan.

6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di sekolah tempat tugasnya?

Sejak kedatangannya, keberadaan Erica di SMA N 1 Jalancagak telah disampaikan

kepada Polres, Polsek setempat.

7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan

selama berada di lingkungan tempat tugasnya?

Semua pihak secara bersama turut menjaga keamanan relawan diantaranya kepala

sekolah, guru, dan komite sekolah.

KE

LU

AR

G

A S

EM

AN

G 1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?

Kehadiran Erica diterima dengan baik dan tidak ada masalah yang terjadi selama

Erica tinggal bersama keluarga semang. Erica mampu menjalin komunikasi yang

baik dengan keluarga semang. Terlihat Erica sangat akrab dengan seluruh anggota

keluarga semang baik orang dewasa maupun anak-anak.

Page 41: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

40

C

atatan

Umum :

T

im

pemanta

uan

memand

ang

bahwa

Erica

berhasil

memban

gun

komunik

asi dan

hubunga

n baik

dengan

semua

pihak

sehingga

kehadira

n Erica sangat dihargai.Kehadiran Erica dimanfaatkan dengan baik oleh guru mitra dan kepala sekolah

dimana keberadaan Erica dimanfaatkan bagi peningkatan mutu pendidikan bahas Inggris dan terlihat dengan

peningkatan drastis kemampuan siswa dan prestasi yang diraih oleh siswa di SMA N 1 Jalancagak.Selain itu,

kehadiran Erica membawa pemahaman yang baik tentang Amerika.Keramahan pihak sekolah, keluarga

semang dan masyarkat memberikan pemahaman yang baik bagi Erica tentang Indonesia.

2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?

Erica dapat menyesuaikan diri di tempat tinggal meskipun rumah keluarga semang

dihuni oleh banyak orang. Erica sangat ramah kepada anak-anak di rumah bahkan

sesekali mengajarkan bahasa Inggris bila memiliki waktu luang.

3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat

sekitar?

Erica mampu bergaul dengan keluarga semang dan masyarakat sekitar karena

kemampuannya berbicara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam

sekolah?

Erica sering menghabiskan waktu libur untuk membuat makanan atau kue asal

Amerika bersama salah satu anggota keluarga semang yang kebetulan

berlatarbelakang pendidikan tataboga dan sesekali Erica diajarkan membuat

masakan atau kue asli Indonesia yang kemudian dinikmati bersama anggota

keluarga lainnya. Selain itu Erica sering berkunjung ke tempat tinggal rekan-rekan

relawan Peace Corps.

5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di rumah keluarga semang?

Pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek telah mengetahui kehadiran Erica. Pihak sekolah

juga sudah memberitahu pihak-pihak terkait.

6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan

relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?

Keakraban yang terjalin antara Erica dan keluarga semang membuat keluarga

selalu khawatir apabila Erica belum tiba dirumah. Keluarga selalu memastikan

keamanan Erica kemanapun Erica akan bepergian, baik di jam sekolah maupun di

luar jam sekolah. Erica sering berkomunikasi dengan keluarganya di Amerika dan

telah mengenalkan keluarga semang kepada keluarganya di Amerika.

Page 42: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

41

Page 43: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

42

1.3. Kunjungan ke tempat tugas James Todd di SMAN Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur

Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi James Todd di

tempat tugasnya :

Page 44: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

43

RE

LA

WA

N

1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di

sekolah/madrasah?

Pre-service training sangat bermaanfaat bagi James. Melalui PST, James telah

mendapat banyak pengetahuan tentang bahasa, budaya, makanan sehingga

mempermudah James dalam beraktifitas.

2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas

sejauh ini:

- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat

tinggal

- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah

- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya

- Lainnya.

Dalam melaksanakan aktifitasnya di sekolah, James tidak menghadapi kendala

yang berarti. James dapat beradaptasi dengan baik bahkan telah berbicara bahasa

Indonesia dengan baik, dan dapat beradaptasi dengan budaya, makanan serta

fasilitias yang tersedia di sekolah dan di rmah keluarga semang.

James bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, bahkan

James telah memahami budaya dengan baik sehingga memudahkannya dalam

berinteraksi dengan semua orang. James mendapat pengalaman berharga bahwa

menjadi guru tidak hanya mengajarkan pelajaran tetapi bagaimana membuat siswa

memiliki moral yang baik. Hal tidak terjadi di Amerika dimana guru bertugas

mengajar dan tidak perlu menasihati siswa seperti di Indonesia.

Komunikasi dengan keluarga di Amerika Serikat berjalan lancar dan James

menggunakan email dalam berkomunikasi.

3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?

Dalam melakukan aktifitas mengajar di kelas, James selalu didampingi oleh guru

mitra dan mengambil peran mengajar secara bergantian.Metode mengajar yang

kreatif berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. James berlatar belakang

pendidikan guru sehingga banyak berbagi pengalaman dan kemampuannya dalam

mengajar dengan guru bahasa utama maupun guru bahasa Inggris lain. Bahan

pengajaran telah disesuaikan dengan kurikulum 2013.

4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?

James bersama guru utama telah menyusun materi yang akan di gunakan dalam

kegiatan mengajar dan hal ini sangat bermanfaat bagi guru mitra. Apabila masa

Page 45: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

44

tugas James berakhir dan kembali ke Amerika maka guru telah memiliki materi

penuntun untuk tetap digunakan.

5. Adakah special project yang dikembangkan?

- James dan guru mitra serta guru bahasa Inggris lainnya mengembangkan

English Club yang sudah ada di sekolah SMAN Ngronggot.

- James bersama guru mitra mengadakan kelas tambahan pada hari Senin

setiap jam 2 siang.

GU

RU

UT

AM

A

1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran

bahasa Inggris?

Kehadiran James sangat membantu pengajaran bahasa Inggris di kelas. Selain

berbagi peran mengajar, James juga bersedia bekerjasama dengan guru,

memberikan masukan bagi pengembangan materi mengajar dan metode mengajar.

Para Guru bidang studi bahasa Inggris sangat terbantu dengan kehadiran James di

sekolah.

2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?

Banyak hal yang didapat melalui kehadiran relawan. James berbagi pengalaman

tentang metode mengajar di Amerika dan memberikan masukan kepada guru demi

peningkatan kualitas pengajaran di sekolah, James memberikan masukan bagi

penyusunan materi ajar para guru sehingga menambah pengetahuan para guru

bahasa Inggris di sekolah.

3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?

James selalu didampingi guru mitra dalam melakukan kegiatan mengajar di kelas.

Guru mitra dan James secara bergantian mengambil peran dalam mengajar.

Aktifitas mengajar yang kreatif oleh James meningkatkan motivasi belajar siswa

bahkan siswa sangat antusias dalam kegiatan belajar di kelas, sehingga guru

terdorong untuk meningkatkan pengajaran di kelas.

James dan guru mitra juga menyempatkan waktu untuk mengajar siswa yang

lambat dalam memahami pelajaran di kelas.

4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi

Page 46: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

45

pelajaran bahasa Inggris?

James telah berpengalaman dalam mengajar sehingga banyak memberikan

masukan berharga bagi para guru. Selain itu James sangat bersemangat dalam

mengajar dan selalu mendorong siswa untuk belajar menerapkan konsep “English

is simple”sehingga membuat siswa semakin termotivasi dalam belajar bahasa

Inggris.

5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi

guru/siswa?

Baik guru maupun siswa merasa gembira dengan kehadiran James. Banyak

dampak baik yang telah dirasakan. Guru semakin bertambah penguasaan bahasa

Inggris dan siswa juga semakin antusias dalam belajar bahasa Inggris.

James mengajar di kelas X dan XI dengan total 13 kelas dan jatah mengajar 16

jam. Oleh karena antusias siswa sangat tinggi sehingga banyak tambahan

mengajar yang membuat total Jam mengajar James menjadi 26 jam.

KE

PA

LA

SE

KO

LA

H

1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?

James sangat berbakat dalam pengajaran bahasa Inggris karena ditunjang dengan

latarbelakang pendidikan sebagai guru ditambah pengalaman mengajar yang

dimilikinya. Kemampuan James sangat membantu dalam peningkatan kualitas

pengajaran bahasa Inggris di sekolah.

James sering menghabiskan waktu bermain basket dengan siswa dan itu sangat

baik.

2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?

Kerjasama antara guru-guru dan relawan berjalan baik, komunikasi dengan para

guru juga berjalan baik. Guru-guru merasakan banyak peningkatan dalam

kemampuan berbahasa Inggris, salah satunya adalah kemampuan pronounsiation

guru bertambah baik.

3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar

sekolah?

Relawan banyak dilibatkan dalam aktifitas diluar sekolah:

- James pernah disertakan menjadi Juri debat bahasa Inggris se-kabupaten

Blitar.

- Selain itu bila ada kegiatan lain di luar sekolah yang membutuhkan

Page 47: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

46

kehadiran James, maka guru mitra akan mendampingi James untuk

menghadiri kegiatan dimaksud.

- James dilibatkan dalam pertemuan guru-guru bahasa Inggris.

4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?

Komunikasi Kepala sekolah dan James berlangsung baik dengan didampingi oleh

guru mitra. Kehadiran James mendorong kepala sekolah untuk belajar bahasa

Inggris.

Kepala sekolah menyambut baik kehadiran James dan berencana untuk

mengikutsertakan James pada Study Toursekolah ke Bali.

5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada

Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?

Kepala sekolah dan guru mitra akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada

Dinas Pendidikan.

6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di sekolah tempat tugasnya?

Kehadiran James di SMAN Ngronggot telah disampaiakan kepada Polres, Polsek

setempat, sehingga telah diketahui dengan baik.

7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan

selama berada di lingkungan tempat tugasnya?

Keamanan James menjadi tanggungjawab semua pihak sehingga James dapat

menjalankan aktifitasnya dengan baik.

KE

LU

AR

GA

SE

MA

NG

1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?

Tidak ada masalah yang terjadi antara James dan keluarga semang. James sangat

akrab dengan seluruh anggota keluarga.

2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?

James dapat menyesuaikan diri dengan tempat tinggal. James telah beradaptasi

dengan budaya dan makanan. James dapat menikmati makanan yang disediakan

dirumah sehingga memudahkan keluarga semang.

3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat

sekitar?

James mampu bergaul dengan anggota keluarga dan masyarakat disekitar tempat

tinggalnya. Disampaikan bahwa, ketika James telah berada di rumah dan

Page 48: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

47

Catatan

Umum :

T

im

pemanta

uan

memand

ang

bahwa

kehadira

n James

disambu

t baik

oleh

pihak

sekolah,

keluarga

semang

dan

masyara

kat.Jame

s beradaptasi dengan baik sehingga mempermudah aktifitasnya.Yang menjadi catatan adalah James merasa

kecewa karena Jadwal mengajar yang tertunda akibat banyaknya liburan dan sekolah diliburkan karena

kedukaan, namun James mengormati keputusan sekolah.James juga menekankan perlunya budaya tidak

mennyontek saat ujian.James mengapresiasi budaya Indonesia dimana siswa sangat menghargai dan patuh

kepada guru sehingga mudah untuk mengatur siswa.Hal itu tidak didapatkan bila menjadi guru di Amerika,

dimana guru harus berusaha keras untuk mendapat perhatian siswa.

menikmati waktu santai didepan teras rumah, maka anak-anak atau tetangga yang

melintas akan menyapa bahkan tidak sedikit yang akan mampir sekedar bercerita.

Hal ini menunjukkan keramahan dan kedekatan James dengan masyarakat

disekitar tempat tinggalnya.

James sangat akrab dengan seluruh anggota keluarga dan sesekali membantu ibu

Ciwit di rumah membuat kue khas Indonesia.

4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam

sekolah?

James sering menghabiskan waktu kosong dengan bersepeda keliling, atau

mengunjungi rekan-rekan relawan Peace Corps. James sering dikunjungi oleh

rekan-rekan relawan dan bersama ibu Ciwit membuat kue khas Indonesia.

James sering diajak berkeliling melihat-lihat wilaya sekitarh bersama keluarga

semang.

5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di rumah keluarga semang?

Pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek telah mengetahui kehadiran. Keluarga semang

yaitu Bapak Sucipto adalah wakil Kapolsek setempat sehingga keamanan James

sangat terjamin.

6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan

relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?

Keluarga semang selalu menjalin komunikasi yang baik dengan relawan sehingga

mengetahui dengan pasti keamanan relawan.

Page 49: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

48

1.4. Kunjungan ke tempat tugas Emily Werner pada MTsN Jabung Talun, Blitar, Jawa Timur

Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi Emily Werner di

tempat tugasnya :

RE

LA

W AN

1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di

sekolah/madrasah?

Page 50: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

49

Pre-service training bermanfaat bagi aktifitas Emily di tempat tugas. Emily dapat

melaksanakan aktifitasnya dengan memanfaatkan semua informasi yang

diperolehnya selama PST.

2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas

sejauh ini:

- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat

tinggal

- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah

- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya

- Lainnya.

Kendala yang dihadapi Emilypada awal kedatangan adalah dalam bahasa, hal ini

mendorong Emily giat belajar bahasa Indonesia dan sekarang Emily sudah bisa

berbahasa Indonesia dengan baik. Emily mampu belajar bahasa Indonesia dengan

cepat bahkan telah belajar bahasa Jawa sehingga mempemudah komunikasi

dengan semua pihak. Emily juga dapat menyesuaikan diri dengan makanan dan

fasilitas yang tersedia baik di sekolah maupun di tempat tinggal.

Selain itu Emily mampu beradaptasi dengan budaya, makanan dan kondisi tempat

tinggal sehingga memudahkannya dalam beraktifitas. Emily memberikan apresiasi

bagi budaya Indonesia yang menghormati orang laindan menghargai perbedaan

agama.

3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?

Emily melakukan aktifitas di kelas didampingi oleh guru mitra. Sebelum kegiatan

belajar dimulai, guru mitra dan Emily selalu mendiskusikan materi pelajaran yang

akan di ajarkan di kelas. Hal ini memudahkan dalam interaksi dan pembelajaran di

kelas.

4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?

Emily saat ini masih menyesuaikan bahan Pengajaran yang diberikan sekolah yang

disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Emily dan guru mitra

mengembangkan aktifitas kelompok bahasa Inggris di kelas.

5. Adakah special project yang dikembangkan?

- Bersama guru mitra mengembangkan English Club yang beranggotakan

150 siswa.

- Bersama guru mitra berpartisipasi menulis di Majalah sekolah “English

Corner”.

Page 51: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

50

GU

RU

UT

AM

A

1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran

bahasa Inggris?

Kehadiran Emily sangat membantu pengajaran Bahasa Inggris di sekolah. Guru

senang karena Emily dapat menjadi sumber pembelajaran langsung karena selama

ini guru harus mencari bahan ajar seperti kaset percakapan dan video percakapan

dalam bahasa Inggris. Emily dan guru mitra berbagi peran dalam melaksanakan

tugas mengajar.

Emily mendapat jatah mengajar 16 jam dan mengajar di kelas VII dan VIII, serta 2

kali dalam seminggu mengajar kelas XI.

2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?

Guru mitra mendapat banyak tambahan pengetahuan melalui kehadiran Emily.

Metode mengajar yang kreatif semakin memperkaya guru mitra maupun guru

bahasa Inggris lainnya.

3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?

Emily dan guru mitra berbagi peran dalam kegiatan mengajar dikelas. Guru mitra

dan Emily akan mendiskusikan materi pengajaran sebelum diajarkan kepada

siswa. Guru terbantu dengan kehadiran Emily dan meningkatkan antusis siswa

untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris

4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi

pelajaran bahasa Inggris?

Emily sangat antusias dalam melakukan aktifitas di kelas. Emily selalu mendorong

siswa untuk tidak malu mencoba berbicara dalam bahasa Inggris dan membuat

siswa nyaman untuk bertanya bila menemukan kesulitan dalam belajar. Bahkan

setiap jam istirahat selalu ada siswa yang datang untuk berkonsultasi dan Emily

dengan senang menerangkan kepada mereka. Hal ini menjadi contoh baik bagi

semua guru.

5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi

guru/siswa?

Kehadiran relawan membawa dampak yang sangat baik bagi pengajaran bahasa

Inggris di kelas. Siswa semakin termotivasi dalam belajar bahasa Inggris dan guru

mendapatkan pengalaman serta materi mengajar. Aktifitas Emily di sekolah

Page 52: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

51

dilakukan berdasarkan arahan dari pihak sekolah.

KE

PA

LA

SE

KO

LA

H

1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?

Menurut kepala sekolah, Emily membawa dampak positif bagi pengajaran bahasa

Inggris di sekolah. Sebelum kedatangan Emily, sekolah harus membayar Lembaga

Bahasa Inggris di Blitar untuk melakukan pembimbingan tambahan bagi siswa.

dengan kehadiran Emily, sekolah telah menghentikan kerjasama itu dan

memanfaat kan kehadiran Emily.

2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?

Menurut kepala sekolah, Emily dapat menjalin kerjasama yang baik bersama guru

bahasa Inggris maupun guru bidang studi lain di sekolah. Emily mampu menjalin

komunikasi yang baik di sekolah.

3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar

sekolah?

Bersama guru mitra, relawan dilibatkan pada kegiatan seperti:

- Terlibat dalam penyiaran di Radio Persada FM, dalam berbagi informasi

tentang bahasa Inggris dan budaya Amerika serta berbagi pengalaman

dengan pendengar yang kebanyakan adalah pelajar dan mahasiswa.

- Guru mitra dan Emily terlibat dalam kegiatan English Camp se-Kabupaten

Blitar dengan melibatkan 10 sekolah dan akan dilksanakan pada bulan

Januari 2015.

- Pertemuan Guru Bahasa Inggris se Kabupaten

4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?

Komunikasi dengan relawan dilakukan dengan didampingi oleh guru mitra

sehingga mempermudah komunikasi.

5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada

Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?

Kepala sekolah dan guru mitra akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada

Kanwil Agama.

6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di sekolah tempat tugasnya?

Page 53: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

52

Catatan

Umum :

K

ehadiran

Emily

disambu

t baik

oleh

semua

pihak.

Sebagai

catatan,

Emily

pernah

mengad

akan les

bagi

anak-

anak

disekitar

tempat

tinggaln

ya

namun

terhenti

karena

kesibuka

n Emily

di

sekolah

dan

Kehadiran Emily di MTsN Jabung Talun telah disampaikan kepada Polres, Polsek

setempat, sehingga telah diketahui dengan baik. Semua pihak yang berwajib telah

mengetahui keberadaan Emily.

7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan

selama berada di lingkungan tempat tugasnya?

Semua pihak bekerjasama dalam memastikan keamanan Emily sehingga. Kepala

sekolah juga sering berkoordinasi dengan guru mitra.

KE

LU

AR

GA

SE

MA

NG

1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?

Tidak ada masalah yang terjalin antara Emily dan keluarga semang. Komunikasi

terjalin dengan baik dan keluarga merasa senang dengan kehadiran Emily.

2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?

Emily dapat beradaptasi dengan keluarga maupun fasilitas yang tersedia di rumah.

Keluarga senang karena Emily ramah dan sangat akrab dengan anggota keluarga.

3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat

sekitar?

Emily mampu menyesuaikan diri dengan keluarga di rumah. Emily sangat ramah

kepada masyarakat disekitar tempat tinggal. Kemanapun Emily pergi selalu di

sapa oleh masyarakat yang melintas.

4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam

sekolah?

Saat liburan Emily memilih bersantai di rumahdan jogging. Emily sering

menghabiskan waktu bersama anggota keluarga.

5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran

relawan di rumah keluarga semang?

Pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek telah mengetahui kehadiran Emily karena sudah

dilaporkan saat awal kedatangan Emily.

6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan

relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?

Emily sudah dianggap sebagai anak sendiri, sehingga selalu dipastikan

keamanannya bilamana Emily beraktifitas di luar rumah.

Page 54: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

53

berkunjung ke sekolah lain. Keluarga semang berharap Emily dapat menyempatkan waktu untuk

melanjutkan les bahasa Inggris kembali.

Page 55: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

54

1.5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Pemantauan yang dilakukan berjalan dengan lancar. Melalui pemantauan ini Tim dapat mengetahui lebih

jauh perkembangan relawan Peace Corps Batch 5.Dalam pantauan Tim, relawan telah beradaptasi dengan

baik dan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.Informasi yang didapatkan di sekolah

menunujukan sambutan positif dan telah terlihat dampak kehadiran relawan bagi sekolah.Relawan dapat

beradaptasi dengan baik terhadap fasilitas di rumah keluarga semang dan dengan masyarakat disekitar

tempat tinggal.

Dalam pandangan Tim pemantauan, pihak sekolah dan keluarga semang sanagat peduli dengan keamanan

relawan sehiingga kemanana relawan dapat dipastikan dan relawan dapat beraktifitas dengan baik.

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan:

1. Dalam pandangan tim, relawan belum memaksimalkan kegiatan bagi masyarakat di sekitar tempat

tinggal. Relawan cenderung terfokus dan sibuk pada kegiatan diluar sekolah sedangkan masyarakat

sekitar tempat tinggal relawan sangat mengaharapakan relawan mengadakan kegiatan seperti les bahasa

Inggris.

2. Pihak sekolah belum menyerahkan laporan kepada Dinas Pendidikan/Kanwil Agama. Semua tempat

tugas relawan yang dikunjungi belum membuat laporan, dan telah diinformasikan untuk menyusun

laporan dan menyerahkannya ke Dinas Pendidikan/Kanwil Agama.

3. Relawan perlu menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga semang. Sebagian relawan telah

menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga semang tetapi, sebagian keluarga semang

mengharapkan relawan dapat menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga semang.

4. Melihat perkembangan di sekolah, sebagian besar kepala Sekolah menginginkan pertambahan waktu

bagi pelaksanaan tugas relawan lebih dari 2 tahun. Bila tidak memungkinkan, sekiranya bila masa tugas

relawan berakhir, Peace Corps dapat memberikan relawan baru bagi sekolah mereka.

V. PENGUNDURAN DIRI, PENGAKHIRAN TUGAS, DAN PENUGASAN KEMBALI

RELAWAN PEACE CORPS

Page 56: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

55

Setelah menjalankan tugasnya selama dua tahun di Indonesia, relawan akan kembali ke

Amerika Serikat dengan membawa berbagai pengalaman yang diharapkan dapat mempererat

hubungan antara masyarakat Indonesia dan Amerika Serikat. Beberapa relawan bahkan ada yang

memilih memperpanjang masa penugasannya karena merasa nyaman dengan host family maupun

sekolah tempat penugasannya.

Meskipun demikian, tidak semua relawan dapat menyelesaikan masa tugasnya karena

berbagai alasan. Beberapa hal yang sering menjadi alasan pengunduran diri relawan diantaranya

adalah sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah maupun host family, berkonflik dengan pihak

sekolah, bermasalah dengan host family, memiliki permasalahan kesehatan, dan ada anggota keluarga

yang sakit. Mengingat keikutsertaan mereka bersifat sukarela, maka Peace Corps tidak dapat

menahan seandainya mereka ingin kembali ke Amerika Serikat sebelum selesai bertugas.

Peace Corps wajib menginformasikan kepada host family dan pihak sekolah mengenai alasan

mengapa relawan tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Selain itu, Peace Corps juga wajib

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pemerintah Indonesia tentang alasan

kepulangan relawan sebelum masa tugasnya berakhir. Hal ini telah diatur juga di dalam

Implementing Arrangement sehingga Peace Corps wajib menjalankannya.

Selama tahun 2014, relawan yang kembali sebelum masa tugasnya berakhir adalah sebagai

berikut :

No Nama Batch Alasan Surat Penjelasan

dari Peace Corps

Keterangan

1. Katherine

Alexandra

Moyle

4 Ada anggota

keluarga yang

sakit

20 Maret 2014 Bertugas di SMAN 1

Surade Sukabumi.

Mengundurkan diri

per tanggal 19 Maret

2014.

2. Desmond

Price

5 Ingin

mengejar

pilihan karir

yang lain

29 April 2014 Mengundurkan diri

saat Pre Service

Training Batch 5.

Mengundurkan diri

per tanggal 24 April

2014.

3. Angelica

Young

4 Ada anggota

keluarga yang

sakit

19 September

2014

Bertugas di MAN

Kunir Blitar.

Mengundurkan diri

tanggal 17 September

2014.

4. Victoria

Sutton

5 Peace Corps

mengakhiri

masa tugas

Victoria

Sutton karena

10 November

2014

Bertugas di SMAN 1

Sukomoro, Jawa

Timur.

Penugasan diakhiri

per 6 November

Page 57: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

56

No Nama Batch Alasan Surat Penjelasan

dari Peace Corps

Keterangan

relawan dinilai

tidak mampu

memenuhi

harapan Peace

Corps dan

sekolah

berkaitan

dengan

penilaian

kinerja dan

absensi

relawan.

2014.

5 Steven Sola 4 Masalah

kesehatan

10 November

2014

Bertugas di SMKN 1

Kemlagi, Mojokerto,

Jawa Timur.

Mengundurkan diri

per 7 November

2014.

6. Margaux

Sunshine

Elizabeth

Hodges

4 Merasa tidak

mampu

melanjutkan

tugas setelah

pelecehan

yang dia

terima dan

banyaknya

perhatian yang

tidak

diinginkan.

18 November

2014

Bertugas di SMAN 5

Pamengpeuk, Garut,

Jawa Barat.

Mengundurkan diri

tanggal 15 November

2014.

Meskipun ada relawan yang mengundurkan diri, di sisi lain ada pula relawan yang

sebelumnya telah kembali ke Amerika Serikat namun ingin bertugas lagi sebagai relawan Peace

Corps di Indonesia. Untuk mengakomodasi hal ini, telah dilakukan perubahan Implementing

Arrangement pada tahun 2014 yang memungkinkan bagi relawan yang telah kembali ke Amerika

Serikat untuk bertugas lagi di Indonesia dengan berdasarkan syarat-syarat tertentu.

Page 58: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

57

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan pengamatan atas pelaksanaan program Peace Corps selama tahun 2014, dapat

disimpulkan bahwa program Peace Corps telah berjalan dengan baik, bermanfaat bagi masyarakat

Indonesia, dan diterima dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian,

tetap diperlukan perbaikan agar program Peace Corps berjalan lebih lancar.

Sehubungan dengan hal itu, berikut ini beberapa rekomendasi bagi peningkatan pelaksanaan

program Peace Corps. Rekomendasi pertama adalah perlunya pembahasan lebih lanjut tentang

kriteria calon relawan yang akan bertugas di Indonesia. Hal ini penting untuk menjembatani

Page 59: LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PEACE CORPS DI

58

perbedaan pandangan antara Pemerintah Indonesia dan Peace Corps yang sering terjadi setiap kali

calon relawan akan datang ke Indonesia. Peace Corps perlu menyadari bahwa kerjasama program

Peace Corps melibatkan peran Pemerintah Indonesia, dimana salah satu peran tersebut adalah melalui

proses review atas calon relawan yang dilakukan oleh Tim Teknis/Tim Pengarah. Peace Corps perlu

menghormati hasil keputusan Tim Pengarah/ Tim Teknis dan tidak memaksakan penugasan calon

relawan jika Tim Pengarah/Tim Teknis memandang bahwa calon relawan tersebut tidak sesuai

dengan kebutuhan Pemerintah Indonesia.

Terkait dengan pelaksanaan secondary project relawan Peace Corps yang sempat mendapat

perhatian pada tahun 2014, rekomendasi yang diberikan adalah perlunya meningkatkan kerjasama

antara Pemda, sekolah, dan relawan dalam hal pelaksanaan secondary project. Secondary project

para relawan perlu diketahui oleh pihak sekolah sehingga secondary project tersebut dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para siswa, guru, maupun masyarakat di sekitar sekolah tempat

tugas relawan tersebut.

Sehubungan dengan adanya klausul di dalam Implementing Arrangement tahun 2014 yang

memungkinkan bagi relawan yang telah kembali ke Amerika Serikat untuk bertugas lagi di Indonesia

sesuai dengan syarat-syarat tertentu, rekomendasi yang diberikan adalah perlunya menggunakan

klausul tersebut secara selektif. Relawan yang dapat kembali bertugas di Indonesia haruslah yang

benar-benar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Di sisi lain, jumlah relawan yang kembali

ke Amerika Serikat sebelum masa tugasnya berakhir perlu mendapat perhatian. Peace Corps perlu

menekankan sejak awal proses rekrutmen tentang pentingnya komitmen untuk menjalankan tugas

sebagai relawan serta memberikan penjelasan yang cukup kepada para pendaftar mengenai kondisi di

Indonesia serta apa saja tugas yang akan dilaksanakan oleh relawan selama berada di Indonesia. Hal

ini diharapkan dapat mengurangi jumlah relawan yang mengundurkan diri dengan alasan merasa sulit

beradaptasi dan tidak cocok dengan penugasan sebagai pengajar Bahasa Inggris.