laporan lengkap sol liofil
DESCRIPTION
LAPORAN LENGKAP SOL LIOFILTRANSCRIPT
PERCOBAAN 3
SOL LIOFIL
I. TUJUAN
Untuk mempelajari sifat sol liofil dan membedakan titik isoelektrik melalu
pengamatan viskositas
II. DASAR TEORI
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran
koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones adalah
campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat
dan zat cair (Rahma,Eti.2015)
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat
yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar
(1 - 1000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat homogen ini juga
dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi)
(wikipedia.2015).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana : susu, agar agar , tinta , sampo ,serta
awan merupakan contoh - contoh koloid yang dapat dijumpai sehari hari. Sitoplasma
dalam sel juga merupakn sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri
dalam kimia industri karena kepentingannya. Sistem koloid terdiri dari dua fase,
yaitu fase terdispersi dan fase medium pendispersi. Fase terdispersi merupakan
volume yang sedikit dalam sistem koloid. Sedangkan medium pendispersi
merupakan volume yang banyak dalam sistem koloid(Wikipedia.2015).
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur
pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran
itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari
beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan
molekul itu sulit dikenali lagi. Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni
fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang
fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi (Rahma,Eti.2015).
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu
koloid sol, emulsi, dan buih.
1. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas (Suharsini,2005).
Berdasarkan afinitas atau gaya tarik-menarik atau daya adsorpsi antara fase
terdispersi terhadap medium pendispersinya, koloid dibedakan menjadi 2 yaitu
koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil merupakan koloid yang fase
terdispersinya mempunyai afinitas besar atau mudah menarik medium
pendispersinya. Contoh sabun, detergen, dan kanji. Sedangkan koloid liofob
merupakan koloid yang fase terdispersinya mempunyai afinitas kecil atau menolak
medium pendispersinya. Contoh dispersi emas, belerang dalam air, dan Fe(OH)3.
Jika medium pendispersinya air, maka istilah yang digunakan adalah koloid hidrofil
dan koloid hidrofob. Perbedaan sifat-sifat koloid liofil (sol liofil) dan koloid liofob
(sol liofob) dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Perbedaan sifat-sifat sol liofil dan sol liofob.
Koloid Liofil Koloid Liofob
Daya absorbsi trhadap mediumnya kuat Daya absorbsi terhadap mediumnya lemah
Efek Tyndall kurang jelas terlihat Efek Tyndalljelas terlihat
Viskoitas (kekentalan) lebih besar dari
mediumnya
Viskoitas (kekentalan) lebih kecil dari
mediumnya
Tidak mudah menggumpal Mudah menggumpal
Bersifat reversibel Bersifat irreversibel
Stabil Kurang stabil
Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat anorganik
Sol liofil ialah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi
molekul mediumnya. Kestabilan sol liofil terutama disebabkan oleh karena partikel
zat padat tersolvasi. Sol liofil terbentuk antara lain bila gelatin atau protein
dimasukkan ke dalam air (Bird, 1987).
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah
sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan
koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam
jumlah banyak, sebab selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai
pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada
koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan
tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi.
Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat
yang berlawanan dengan koloid liofil (Halliday, 1978).
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul
bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi
asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau
semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH
berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan partikel koloid akan
bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan
koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif (Wikipedia.2014).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Pipet tetes
2. Gelas Kimia
3. Gelas ukur
4. Piknometer 10 mL
5. Viscometer Oswald
6. Labu ukur 50 mL
7. Neraca digital
8. Tabung reaksi
9. Karet penghisap
10. Stopwatch
11. Penangas listrik
12. Batang pengaduk
13. Spatula
b. Bahan
1. Larutan Na2HPO4 0,2M
2. Larutan asam sitrat 0,1M
3. Padatan Glisin
4. Aquades
5. Tissue
IV. PROSEDUR KERJA
a. Membuat Larutan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyediakan 6 buah tabung reaksi dan 6 buah labu ukur.
3. Menambahkan larutan Na2HPO4 0.2M + asam sitrat 0.1M ke masing masing
tabung dengan perbandingan :
Tabung Na2HPO4 0.2 M (mL) Asam Sitrat 0.1 M (mL)
1 0.20 9.8
2 0.60 7.94
3 3.86 6.14
4 5.15 4.85
5 6.32 3.68
6 8.24 1.76
4. Menambahkan 0.5 g glisin ke masing masing tabung.
5. Memanaskan larutan di masing masing tabung dalam penangas air sambil di
aduk.
6. Memasukan masing masing larutan kedalam masing masing labu ukur.
7. Mengencerkan larutan di masing masing tabung hingga 50 mL.
b. Menentukan densitas larutan menggunakan piknometer
1. Menyediakan 6 buah piknometer.
2. Menimbang masing masing piknometer menggunakan neraca digital.
3. Memasukan 10 mL larutan di masing masing labu ukur kedalam masing
masing piknometer.
4. Menimbang masing masing piknometer yang sudah berisi larutan.
5. Menghitung densitas masing masing larutan.
c. Penentuan viskositas larutan dengan menggunakan viskometer ostwal
1. Memasukan larutan di masing masing labu ukur ke dalam viscometer ostwal.
2. Mengukur waktuh tempuh masing masing larutan dengan menggunakan
stopwatch.
3. Menghitung nilai viskositas masing masing larutan.
V. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
No PH Na2HPO4 0,2 M
(mL)
Asam sitrat 0,2M
(mL)
Waktu
tempuh
(s)
1 2.2 0.20 9.80 6.03
2 3.0 2.60 7.94 6.67
3 4.0 3.86 6.14 7.10
4 5.0 5.15 4.85 161
5 6.0 6.32 3.68 8.89
6 7.0 8.24 1.76 8.37
VI. PERHITUNGAN
1. Ph 2.2
ρ=Mpiknometer−Mpik+kosongV
ρ=20.54 g−10.1210 mL
ρ=1.042 g/mL
ηlarutan =η air xT larutan x ρlarutan
T air x ρ air
ηlarutan =1.005 cP x 6.03 s x 1.042 g /mL
5.5 s x1.043 g /mL
ηlarutan =1.101 cP
2. pH 3
ρ=Mpiknometer−Mpik+kosongV
ρ=20.91 g−10.7110 mL
ρ=1.020 g /mL
ηlarutan =η air xT larutan x ρlarutan
T air x ρ air
ηlarutan =1.005 cP x 6.67 s x1.020 g /mL
5.5 s x1.043 g/mL
ηlarutan =1.192 Cp
3. pH 4
ρ=Mpiknometer−Mpik+kosongV
ρ=20.53 g−10.1210 mL
ρ=1.041 g/mL
ηlarutan =η air xT larutan x ρlarutan
T air x ρ air
ηlarutan =1.005 cP x 6.10 s x 1.041 g /mL
5.5 s x1.043 g /mL
ηlarutan =1.295 cP
4. pH 3
ρ=Mpiknometer−Mpik+kosongV
ρ=19.99 g−10.1210 mL
ρ=0.987 g /mL
ηlarutan =η air xT larutan x ρlarutan
T air x ρ air
ηlarutan =1.005 cP x 161 s x 0.987 g /mL
5.5 s x1.043 g/mL
ηlarutan =27.840 cP
5. pH 6
ρ=Mpiknometer−Mpik+kosongV
ρ=20.97 g−10.7110 mL
ρ=1.026 g /mL
ηlarutan =η air xT larutan x ρlarutan
T air x ρ air
ηlarutan =1.005 cP x 8.89 s x 1.026 g /mL
5.5 s x1.043 g/mL
ηlarutan =1.598 cP
6. pH 7
ρ=Mpiknometer−Mpik+kosongV
ρ=20.96 g−10.7110 mL
ρ=1.025 g /mL
ηlarutan =η air xT larutan x ρlarutan
T air x ρ air
ηlarutan =1.005 cP x 8.37 s x1.025 g /mL
5.5 s x1.043 g/mL
ηlarutan =1.503 cP
VII. PEMBAHASAN
Sistem koloid adalah sistem berfasa dua, fasa yang satu terdispersi di dalam
fasa yang lain. Bila sebagai fasa terdispersi berupa zat padat dan medium
pendispersinya berupa cairan maka sistem koloid ini disebut sol. Dalam sistem ini,
partikel-partikel fasa terdispersi tidak menggumpal atau mengendap. Hal ini
disebabkan karena sol mempunyai kestabilan tertentu. Berdasarkan kestabilan itu
dapat dibedakan dua jenis sol liofil dan liofob. Kestabilan sol liofob disebabkan
adanya lapisan rangkap listrik pada antar muka partikel dan medium pendispersinya.
Permukaan partikel-partikel terdispersi dapat mengadsorpsi ion-ion tertentu sehingga
akan memiliki muatan listrik sejenis dan akan saling tolak-menolak antar sesamanya.
Jadi adanya sedikit elektrolit akan menstabilkan sol liofob. Kestabilan sol liofil
terutama disebabkan oleh karena partikel zat padat tersolvasi. Sol liofil terbentuk
antara lain bila gelatin atau protein dimasukkan ke dalam air (Michael, 2007).
Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat denganhambatan
untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas, maka larutan tersebutsemakin susah
mengalir (Giles, 1984).
Tujuan dari percobaan ini adalah Untuk mempelajari sifat sol liofil dan
membedakan titik isoelektrik melalu pengamatan viskositas (staf pengajar,2016).
Prinsip dasar dari percobaan ini didasarkan pada penentuan viskositas dengan
metode Oswald, yang mana pada metode ini yang diukur adalah waktu yang
diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan
gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri (Staf Pengajar, 2014).
Percobaan ini memiliki 3 tahap perlakuan antara lain :
a. Pembuatan larutan
Perlakuan pertama dari percobaan ini adalah membuat 6 larutan dengan pH
yang berbeda beda menggunakan larutan Na2HPO4 0.2 M dan asam sitrat 0.1 M pada
ke enam tabung dengan masing-masing pH. Untuk larutan Na2HPO4 yang digunakan
untuk masing masing tabung secara berturut turut adalah 0.20 mL,0.60 mL,3.86
mL,5.15 mL, 6.32 mL dan 8.24 mL dan untuk larutan asam sitrat yang digunakan
untuk masing masing tabung secara berturut turut adalah 9.8 mL,7.94 mL,6.14
mL,4.85 mL,3.68 mL dan1.76 mL (Staf Pengajar, 2016).
Tujuan dari pembuatan larutan dengan berbagai macam pH Pada percobaan ini,
untuk mengetahui apakah ada perbedaan viskositas dari masing-masing larutan jika
pH-nya berlainan dan untuk menentukan titik isoelektrik dari larutan glisin. Dimana
titik isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makro molekul
bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam
basa (Chang, Raymond. 2004).
Perlakuan selanjutnya yaitu menambahkan 0.5 g glisin ke dalam masing
masing tabung yang sudah berisi larutan dengan pH tertentu. Glisin bertindak
sebagai fase terdispersi atau zat yang terlarut. Selanjutnya dilakukan pemanasan
terhadap semua tabung di dalam penangas air. Tujuan dari pemanasan yaitu untuk
melarutkan glisin, dikarenakan glisin hanya dapat larut dalam aquades panas. Agar
proses pelarutan cepat maka dilakukan pengadukan secara berkala terhadap glisin
(Chang, Raymond. 2004).
Setelah glisin larut sepenuhnya larutan kemudian di dinginkan di suhu ruang,
kemudian larutan-larutan tersebut dipindahkan di dalam masing-masing labu ukur 50
mL dan menambahkan aquades hingga volume larutan di dalam labu ukur sebesar 50
mL. Setiap kali penambahan aquades, larutan tersebut dikocok. Fungsi pengocokan
adalah agar larutan yang dibuat dapat tercampur sempurna (Chang, Raymond. 2004).
b. Penentuan densitas masing masing larutan
Perlakuan selanjutnya yaitu menentukan densitas masing masing larutan,
penentuan densitas ini di gunakan untuk melakukan perhitungan viskositas terhadap
masing masing larutan. Pada penentuan densitas ini kita memakai alat yang bernama
piknometer. Piknometer adalah alat untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair dan
padat dengan kapasitas volumenya antara 10 ml – 25 ml, pada bagian tutupnya
mempunyai lubang berbentuk saluran kecil yang difungsikan untuk membuang sisa
zat yang terlalu banyak, dan juga untuk mengetahui penuh tidaknya isi zat uji di
dalam piknometer. Prinsip dasar dari piknometer didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer
dilakukan dengan menimbang air.Cara kerja piknometer adalah Timbang piknometer
dalam keadaan kosong, Masukkan fluida yang akan diukur massa jenisnya ke dalam
piknomeer tersebut.Kalau sudah pas volumenya, piknometernya ditutup dan
Timbang massa piknometer yang berisi fluida tersebut. Hitung massa fluida yang
dimasukkan dengan cara mengurangkan massa pikno berisi fluida dengan massa
pikno kosong Setelah dapat data massa dan volume fluidanya, tinggal menentukan
nilai rho/masssa jenis (syarif, 2013).
Untuk menghitung densitas larutan,10 mL larutan di masing masing labu ukur
di masukan ke dalam piknometer yang sudah di timbang sebelumnya. Setelah di
tambahkan larutan, piknometer kemudian di timbang. Adapun densitas yang di
dapatkan dari masing masing larutan yaitu secara berurut berturut-turut pH 2,2 massa
jenisnya 1,016 gram/mL, pH 3,0 massa jenisnya 1,004 gram/mL, pH 4,0 massa
jenisnya 1,006 gram/mL, pH 5,0 massa jenisnya 1,004 gram/mL, pH 6,0 massa
jenisnya 1,004 gram/mL dan pH 7,0 massa jenisnya 1,021 gram/mL (staf pengajar,
2016).
c. Penentuan viskositas larutan
Setelah didapatkan nilai densitas dari masing masing larutan maka selanjutnya
menentukan nilai viskositas dari masing masing larutan menggunakan viscometer
ostwald. Viscometer Ostwald adalah alat untuk mengukur kecepatan dari suatu
cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat
maka viskositas cairan itu rendah. dan bila cairan itu mengalir lambat maka
dikatakan viskositasnya tinggi. Prinsip viskometer ostwald adalah mengukur waktu
yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir mulai dari garis m
(batas atas) sampai ke garis n (batas bawah) melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Dengan membandingkan kecepatan fluida
dengan kecepatan fluida yang lain yang telah diketahui viskositasnya. Cara kerja dari
viscometer Ostwald adalah pertama kalibrasi viscometer ostwald, Untuk
mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang sudah diketahui tingkat
viskositasnya selanjutnya memberikan 2 batas pada viscometer Ostwald, pergunakan
viskometer yang sudah bersih, meletakkan cairan ke dalam viscometer ostwald. Lalu
hisap cairan dengan menggunakan bola pengisap sampai melewati 2 batas, Siapkan
stopwatch , kendurkan cairan sampai batas pertama dan ukur waktunya (syarif,
2013).
Waktu yang diperoleh masing masing larutan untuk mengalir dari batas atas
sampai batas bawah antara lain secara berturut turut yaitu, pada pH 2,2 waktu
tempuhnya 7,88 s, pada pH 3,0 waktu tempuhnya 7,57 s, pada pH 4,0 waktu
tempuhnya 7,13 s, pada pH 5,0 waktu tempuhnya 6,83s, pada pH 6,0 waktu
tempuhnya 6,57 s dan pada pH 7,0 waktu tempuhnya 6,30 s (staf pengajar, 2016).
Fungsi menghitung waktu alir yaitu agar dapat mengitung viskositas masing-
masing larutan. Dari data tersebut maka diperoleh nilai viskositas dari masing-
masing pH berturut-turut adalah 1,101 Cp; 1,192 Cp; 1,295 Cp; 27,840 Cp; 1,598
Cp; 1,503 Cp. Semakin besar nilai pH maka viskositas suatu larutan rendah.
Pengaruh penambahan asam sitrat pada viskositas adalah berbanding lurus. Artinya
semakin banyak penambahan asam sitrat maka semakin besar viskositas suatu
larutan begitu pula sebaliknya (Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005).
Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa hubungan pH dan viskositas
yaitu semakin tinggi pH suatu larutan, maka semakin rendah viakositasnya, begitu
pun sebaliknya semakin rendah pH suatu larutan, maka viskositanya semakin tinggi
Selain itu waktu tempuh dan viskositas suatu larutan berbanding lurus, dimana
semakin lama waktu tempuh suatu larutan untuk mengalir maka semakin besar
viskositas suatu larutan. Begitupun selanjutnya semakin cepat waktu tempuh suatu
larutan untuk mengalir maka semakin kecil viskositas larutan (Kusnawati, Tine
Maria, dkk. 2005).
Dari bermacam-macam pH larutan yang digunakan, maka dapat ditentukan
pula nilai titik isoelektriknya, Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH
ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau
kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Titik isoelektrik yang didapatkan pada
percobaan ini yaitu pada pH 2 (Wikipedia, 2014).
VIII.KESIMPULAN
berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. sol liofil merupakan koloid yang fase terdispersinya memiliki aftinitas besar
atau mudah menarik medium pendispersinya.
2. sifat sifat dari sol liofil yaitu :
a. daya absorpsi terhadap mediumnya kuat
b. tidak mudah menggumpal
c. stabil
d. bersifat reversible
e. terdiri atas zat organik
3. titik isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu molekul
bermuatan mol.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. (1990). Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Bird, Tony. (1987). Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia.
Halliday dan Resnick. (1978). Fisika Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Rahma, Eti. 2012. Pengertian Koloid. [online] tersedia di http://tekpem
2012.blogspot.co.i d . (Diakses tanggal 8 Maret 2016)
Staf pengajar Kimia Fisik II. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Palu :
untad
Suharsini,Maria.2005.Kimia dan Kecakapan Hidup.Jakarta: Ganesa Exact.
Syarif (2013). Laporan Penentuan Densitas.[online] tersedia di http://syarive.mywa
pblog.com/bobot-jenis.xhtml (di akses tanggal 14 maret 2016)
Wikipedia. 2014. Titik Isoelektrik.[online] tersedia di https://id.wikipedia.org
/wiki/Titik_iso elektrik. di akses tanggal 8 maret 2016.
Wikipedia. 2015. Sistem Koloid.[online] tersedia di https://id.wikipedia.org/wiki/S
istem_koloid. di akses tanggal 8 Maret 2016