laporan kristalografi mineralogi

Upload: yvdz-syn-lt-tvtrtd-avtt-stvttol-thefallen

Post on 08-Jan-2016

122 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan krsimin

TRANSCRIPT

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi

Laporan Resmi

Praktikum Kristalografi Mineralogi 2014

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi dan susunan dalam kerak bumi, cara terbentuknya dan perjalanan bumi selama kurun waktu geologi. Bumi tersusun atas batuan-batuan, sedangkan batuan tersusun oleh mineral. Mineral sendiri mempunyai sistem kristal yang membedakan antara mineral satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu harus mengetahui dasarnya sebelum mempelajari apa itu geologi.Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifatsifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifatsifat fisis lainnya.Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukumhukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum Geometri, jumlah dan kedudukan dari bidang- bidangnya tertentu dan teratur.Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalan bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat0sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas tertentu dan mempunyai susunan atom yang teratur.I.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti responsi tulis serta kelulusan mata kuliah praktikum kristalografi dan mineralogi pada semester I Tahun Ajaran 2012-2013, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.I.3. Ruang Lingkup

Secara umum praktikum kristalografi dan mineralogi membahas tentang suatu sistem kristal yang terdapat dalam suatu mineral. Dengan ciri geometri tertentu maka suatu sistem kristal dapat menjadi suatu penciri yang spesifik terhadap mineral tertentu. Mineral adalah mineral emas (Au) yang mempunyai sistem kristal reguler yang mana kristal mineral emas ini berbentuk kubus apabila dilihat dengan mikroskop.

Dalam geologi mineral sangat penting untuk membedakan batuan yang satu dengan yang lainnya dan juga mineral merupakan elemen utama pembawa bijih suatu bahan galian. Misal mineral garnierite dalam batuan beku ultrabasa jenis peridotite dan harzburgite yang dikenal merupakan mineral penting pembawa bijih bahan galian nikel type laterite, mineral magnetite, hematite dan limonite yang dikenal sebagai mineral pembawa bijih bahan galian besi (Fe), dll.

Mengingat pentingnya kristal dan mineral ini maka perlu dipelajari lebih lanjut mengenai kristal dan mineral ini sebagai dasar untuk mempelajari ilmu geologi lebih jauh.

BAB II

KRISTALOGRAFI

II.1. Sumbu dan Sudut Kristalografi

Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal memiliki tiga dimensi, yaitu panjang, lebar atau tinggi. Tetapi dalam bentuk penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan proyeksi Orthogonal.

Gambar 1. Sumbu dan Sudut Kristalografi Sumbu a : sumbu tegak lurus pada bidang kertas.

Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas.

Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas.

Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu sumbu kristalografi pada titik perpotongan (pusat kristal).

Sudut : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.

Sudut : sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.

Sudut : sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.II.2.b. Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu

Kristalografi

Gambar 2. Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu KristalografiII.2. Simbol KristalografiParameter Bidang dan Parameter Rasio

Parameter bidang hkl :

Oh = 1 bagian.

Ok = 3 bagian.

O1 = 6 bagian.

Parameter rasio bidang hkl :

Oh = Ok : O1 = 1 : 3 : 6Gambar 3. Simbol Weiss dan Miller.Simbol Weiss = bagian yang tak terpotong

satuan ukur

Simbol Miller = _____satuan ukur______

bagian yang tak terpotong

Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke dalam bentuk proyeksi Stereografis.

Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol kristal.II.3. Klas SimetriPengelompokan klas simetri didasarkan pada :

a. Sumbu simetri.

b. Bidang simetri.

c. Titik simetri atau pusat simetri.II.3.a. Sumbu SimetriSumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, yang apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros perputarannya, maka pada kedudukan tertentu kriatal tersebut akan menunjukkan kenampakan-kenampakan seperti semula.

Ada empat jenis sumbu simetri yaitu :

1. Sumbu Simetri Gyre

Berlaku bila kenampakan satu sama lain pada, kedua belah pihak/kedua ujung sumbu sama dinotasikan dengan huruf L (linier) atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi.

Contoh : L4 = L4 = g4 = g4* Bigyre

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan muncul dua kali kenampakan yang sama.

Misal : (L2 = L2 = g2 = g2)

* Trigyre

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya maka akan muncul tiga kali kenampakan yang sama.

Misalnya : (L3 = L3 = g3 = g3)

* Tetragyre

Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya maka akan muncul empat kali kenampakan yang sama.

Misalnya : (L4 = L4 = g4 = g4)

* Hexagyre

Apabila kristal diputar 3600, dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan muncul enam kali kenampakan yang sama.

Misalnya : (L6= L6= g6= g6)

2. Sumbu Simetri Gyre Polair

Berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak berbeda/tidak sama. Jika salah satu sisinya berupa sudut atau corner maka pada sisi lainnya berupa bidang atau plane. Dinotasikan dengan huruf L atau g.

Contoh : L2 = g2

3. Sumbu Cermin Putar

Dinotasikan dengan huruf S (Spiegel axepy) = sumbu spiegel.

Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Bidang cermin ini disebut dengan cermin putaran atau bidang normal.

Macammacam Gyroide :

- Digyroide

(S2)

- Trigyroide (S3)

Tetragyroide (S4)

Hexagyroide (S6)

* Digyroide

Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800. satu putaran sebesar 1800 menuju 18 dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran menempati 1 kembali.

* Trigyroide

Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200. Dalam penentuan dan cara mendapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama dengan Digyroid.e.

* Tetragyroide

Sumbu cermin putar bernilai 4. Besar perputaran 900. Maka akan terjadi kenampakan baru elemen simetri dari 1 lewat 1 menempati 2. Pada kenampakan pertama, Tetragyroide merupakan digyre, asal susunan keseluruhannya diputar sebesar 1800.

* Hexagyroide

Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 600. Kenampakan pertama hexagyroide juga trigyre, dengan perputaran sebesar 1200.

4. Sumbu Inversi Putar.

Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik/pusat simetri pada sumbu tersebut (Sentrum Inversi). Cara penulisannya: dan sebagainya.

Sering pula ditulis dengan huruf "L". kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan kanan bawah ditulis i.

Misal: dan sebagainya.

II.3.b. Bidang Simetri.

Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama besar, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang simetri dinotasikan dengan P (plane) atau m (mirror).

Bidang simetri dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

Bidang Simetri Utama

bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu simetri utama dan membagi bagian yang sama besar. Bidang simetri utama ada 2 yaitu :

Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h.

Bidang simetri utama vertical dinotasikan v.

Bidang Simetri Tambahan

bidang simetri yang dibuat hanya melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan notasi d.

Catatan : Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri utama, baru dihitung simetri tambahan.

II.3.c. Titik Simetri Atau Pusat Simetri (Centrum = C).

Pusat simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).

Pusat simetri selalu berimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu pusat simetri. Tidak semua kristal memliki pusat simetri, tetapi semua kristal memiliki pusat kristal.II.4. Bentuk-bentuk Kristala. Bentuk Tunggal

Kristal yang dibatasi oleh bidangbidang datar/ bidangbidang kristal dengan bentuk dan ukuran yang sama, Sering dijumpai sebagai bentuk dasar.

Contoh :

- 4 bidang kristal ------------- Tetrahedron111

- 6 bidang kristal ------------- Hexahedron100

- 8 bidang kristal ------------- Oktahedron111

- 12 bidang kristal ------------- Rhomben dodecahedron 110b. Bentuk KombinasiBentukbentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk tunggal yang tidak sama, sehingga pada.bentuk tersebut didapatkan dua atau lebih simbol, bidang yang dipakai sebagai simbol bentuk, Bentuk ini hanya terjadi pada sistem kristal yang sama.

Contoh :

Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111)

Kombinasi Rhomben Dodecahedron (110) + Tetrakishexahedron (210)c. Bentuk PertumbuhanPertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsurunsur simetri persekutuan yang sama. Tetapi, apabila kumpulan dari bentukbentuk tersebut disebut kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Agregate).

Contoh :

- Tetrakishexahedron 210

- Triakisoktahedron 211

II.4.a. BentukBentuk Kristalografi

Sistem kristalografi dibagi 7 sistem, ini didasarkan kepada :

Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi.

Letak atau posisi sumbu kristalografi.

Jumlah sumbu kristalografi.

Nilai sumbu c atau vertikal.A. Sistem Reguler(Cubic = Isometric = Tesseral = Tessuler)Gambar 4. Sistem Reguler

Dalam sistem reguler terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu

Sudut

2. Penggambarannya :

Sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 33. Klas Simetri menurut :

Herman Mauguin (Hm)

I. Menerangkan sumbu nilai sumbu a (sumbu a, b, c), mungkin bernilai 2 atau 4 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu tersebut.

Notasi : 2, 4,

II. Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu yang bernilai 3 itu, juga mempunyai nilai 6, atau hanya bernilai 3.

Notasi : 3,

III. Menerangkan sumbu intermediet bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus dengan sumbu tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada

Schoenflish (Sc)

I. Menerangkan nilai sumbu c.

Notasi : O bila sumbu bernilai 4.

T bila sumbu bernilai 2.

II. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.

v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.

d bila mengandung bidang diagonal.

B. Sistem Tetragonal

(Quadratic) Gambar 5. Sistem TetragonalDalam sistem tetragonal terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu

Sudut

2. Penggambarannya :

Sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 63. Klas Simetri menurut :

Herman Mauguin (Hm)

I. Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak mempunyai nilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : 4,

II. Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu selain sumbu c), dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada

III. Menerangkan nilai sumbu intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu intermediet tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada

Schoenflish (Sc)

I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : D bila sumbu bernilai 2.

C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.

Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C. III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.

v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.

d bila mengandung bidang diagonal.

C. Sistem Hexagonal

Ketentuan :

Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d.

Sumbu a = b = d = c

Sudut 1 = 2 = 3 = 900.

Sudut 1 = 2 = 3 = 1200.

Sumbu a, b, d terletak dalam satu bi

dang horizontal dan membentuk su-

dut 60 0.

Cara menggambar :

a+ b- = ditentukan kemudian

b+ d- = 40 0.

Gambar 6. Sistem HexagonalDalam sistem hexagonal terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada empat, yaitu sumbu

Sudut = , sudut

Nilai sumbu c adalah 6.

2. Penggambarannya :

Sudut dengan , sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 63. Klas Simetri menurut :

Herman Mauguin (Hm)

I. Menerangkan nilai sumbu c, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : 3, 6,

II. Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu selain sumbu c), dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada

III. Menerangkan nilai sumbu intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu intermediet tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada

Schoenflish (Sc)

I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : D bila sumbu bernilai 4.

C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.

Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C.III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.

v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.

d bila mengandung bidang diagonal.D. Sistem Trigonal(Rhombohedral)

Ketentuan :

Sumbu a = b = d = c

Sudut 1 = 2 = 3 = 900.

Sudut 1 = 2 = 3 = 1200.

Cara menggambar :

Sama dengan system hexagonal, ha-

nya Sumbu c bernilai 3, penarikan

sumbu a sama dengan sistem hexagonal Gambar 7. Sistem TrigonalDalam sistem trigonal terdapat ketentuan sebagai berikut : 1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada empat, yaitu sumbu

Sudut , sudut

Nilai sumbu c adalah 3.

2. Penggambarannya :

Sudut dengan , sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 63. Klas Simetri menurut :

Herman Mauguin (Hm)

I. Menerangkan nilai sumbu c, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : 3, 6,

II. Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu selain sumbu c), dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu lateral tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada

III. Menerangkan nilai sumbu intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu intermediet tersebut.

Notasi : 2, m, , atau tidak ada Schoenflish (Sc)

I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : D bila sumbu bernilai 2.

C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.

Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C.

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.

v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.

d bila mengandung bidang diagonal.

E. Sistem Orthorombic.

(Rhombic, Prismatic = Trimetric)

Ketentuan :

Sumbu a = b = c.

Sumbu c adalah Sumbu terpanjang.

Sumbu a adalah Sumbu terpendek.

Sumbu a disebut Brachy.

Sumbu b disebut Macro.

Sumbu c disebut Basal.

Cara menggambar :

a+ b- = 30 0.

a = b = c = sembarang.

Gambar 8. Sistem Orthorombik

Dalam sistem orthorombik terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu

Sudut

Sumbu c adalah sumbu terpanjang dan sumbu a adalah sumbu terpendek.

Nama sumbu

Sumbu a = Brachy

Sumbu b = Macro Sumbu c = Basal2. Penggambarannya :

Sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 63. Klas Simetri menurut : Herman Mauguin (Hm)

I. Menerangkan nilai sumbu a, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu a.

Notasi : 2, m,

II. Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu b.

Notasi : 2, m,

III. Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu c.

Notasi : 2,

Schoenflish (Sc)

I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus (sumbu lateral) dengan sumbu c.

Notasi : D bila sumbu bernilai 2 dan C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.

Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C. III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Notasi : h = bila mengandung bidang horizontal.

v = bila mengandung bidang vertikal / diagonal.

d = bila mengandung bidang diagonal.F. Sistem Monoklin.

(Oblique = Monosymetric = Clinorombic = Hepiprismatic)

Ketentuan :

Sumbu a b c.

Sudut = = 90 0.

Sumbu a disebut Sumbu Clino.

Sumbu b disebut Sumbu Ortho.

Sumbu c disebut Sumbu Basal.

Cara menggambar :

a+/ b- = 450.

a : b: c = 1 : 4 : 6.Sumbu c adalah Sumbu terpanjang.

Gambar 9. Sistem Monoklin

Sumbu a adalah Sumbu terpendek.

Dalam sistem monoklin terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu

Sudut ,

Sumbu c adalah sumbu terpanjang dan sumbu a adalah sumbu terpendek.

Sumbu b dianggap sebagai Sumbu c

Nama sumbu

Sumbu a = Clino

Sumbu b = Ortho

Sumbu c = Basal.

2. Penggambarannya :

Sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 63. Klas Simetri menurut :

Herman Mauguin (Hm)

I. Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus dengan sumbu b.

Notasi : 2, m,

Schoenflish (Sc)

I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus (sumbu lateral) dengan sumbu c.

Notasi : D bila sumbu bernilai 2.

C bila tidak bernilai.

II. Menerangkan nilai sumbu c.

Notasi : dituliskan di sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C

III. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Notasi : h bila mengandung bidang horizontal.

v bila mengandung bidang vertikal / diagonal.

d bila mengandung bidang diagonal.

G. Sistem Triklin.

(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral).

Ketentuan :

Sumbu a b c.

Sudut 900.

Semua Sumbu a, b, c saling berpoto-

ngan dan membentuk sudut miring

tidak sama besar.

Cara menggambar :

a+/ c- = 450.

b+/ c- = 800.

Gambar 10. Sistem Triklin

a : b: c = 1 : 4 : 6.

Dalam sistem triklin terdapat ketentuan sebagai berikut :

1. Keadaan Sebenarnya :

Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu

Sudut

Nama sumbu

Sumbu a = Brachy Sumbu b = Macro Sumbu c = Basalt.

2. Penggambarannya :

Sudut dengan

Sudut dengan

Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 63. Klas Simetri menurut :

Herman Mauguin (Hm)

Sistem ini hanya mempunyai 2 klas simetri :

Mempunyai pusat simetri Klas Pinacoidal, notasi :

EMBED Equation.3 Tidak mempunyai unsur simetri Klas Assymetric, notasi : 1

Schoenflish (Sc)

Sistem ini hanya mempunyai 2 klas simetri ;

Mempunyai pusat simetri Klas Pinacoidal, notasi :

Tidak mempunyai unsur simetri Klas Assymetric, notasi :

Contoh:

-Klas Ditetragoal Bypramidal..C4v

-Klas Tetragonal Trapezohedral...D4h

-Klas Ditetragonal Pramidal.D2d

-Klas Tetragonal ScalenohedralD

-Klas Tetragonal BypramidalC4h

-Klas Tetragonal Pyramidal..C4

-Klas Tetragonal Bisphenoidal..S4-Klas Dihexagonal Pyramidal...D6h

-Klas Dihexagonal BypramidalC6h

-Klas Hexagonal Trapezohedral...D6

-Klas Hexagonal Bipyramidal..........C6h

-Klas Hexagonal Pyramidal.C6

-Klas Trigonal Bipyramidal.....C3h

-Klas Trigonal Trapezohedral...D3-Klas Trigonal Rhombohedral..C3i-Klas Trigonal Pyramidal..C3

-Klas Ditrigonal Scalenohedral.D3d

-Klas Ditrigonal BypiramidalD3h

-Klas Ditrigonal Pyramidal...C3v

-Klas Orthorombik Pyramidal...C2v

-Klas Orthorombik Bisphenoidal..D2

-Klas Orthorombik Bipyramidal...D2h

-Klas Prismatik..C3h

-Klas Spenoidal.C2-Klas Domatic...C1h

-Klas PinacoidalCi-Klas AsymetricC1

Keterangan : Untuk Sistem Monoklin, sumbu b Dianggap Sebagai Sumbu c.

BAB III

MINERALOGIIII.1. Definisi mineral menurut beberapa ahli1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959.

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas tertentu dan mempunyai susunan atom yang teratur.

2D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972.

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3.A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977.

Mineral adalah suatu zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempinyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

Jadi,mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat berupa unsure tunggal atau persenyawaan kimia tetap pada umumnya anorganik dapat berupa padat, cair dan gas.

III.2. Batasan Batasan Definisi Mineral

1. Batasan Suatu Bahan Alam.

Harus terjadi secara alamiah, maka yang dibuat oleh manusia tidak dapat disebut mineral. Walaupun memiliki bentuk yang sangat sesuai dan sulit dibedakan.

2. Batasan Sifat Fisis Dan Kimia Tetap.

- Mineral memiliki sifat fisis yaitu : warna, kekrqasan, kilap, perawakan kristal, gores, dan belahan.

- Mineral memiliki sifat kimia yang tetap diantaranya reaksi terhadap api oksidasi, api reduksi, pelentingan dan pengarangan.

3. Batasan Beberapa Unsur Tunggal Atau Persenyawaan Tetap.

- Mineral merupakan unsure tunggal, misalnya diamond (c), dan lain sebagainya.

- Mineral berupa senyawa kimia sederhana misalny barite (BaSO4), san lain sebagainya.

- Mieral dapat berupa senyawa kompleks, misalnya Epistolite (NaCl) (CbTiMgFeMn) SiO4 (OH).

4. Batasan Terbentuk Secara Anorganik.

Mineral umum bukan sebagai hasil dari suatu kehidupan, tetapi ada mineral yang merupakan hasil kandungan kehidupan.

5. Batasan Benda Padat Homogen.

Mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh proses kehidupan.

III.2.aCaraTerjadinya Mineral Mineral

Mineral minral pada umumnya terbentuk mengikuti 4 cara:

1. Terbentuk dari Larutan larutan

2. Terbentuk dari Magma

3. Terbentuk karena Sublimasi

4. Terbentuk karena MetamorfismeBAB IV

MINERALOGI FISIKIV.1. Maksud dan tujuan

1. Menyelidiki secara fisik dari mineral

2. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral

IV.2. Alat-alat yang dipergunakan

1. Skala kekerasan Mohs

2. Keping porselin

3. Loupe

4. Timbangan analitik

5. Piknometer

6. Magnet

IV.3.Sifat-sifat yang Diselidiki

1. Warna (Colour)

Bila suatu permukaan mineral dikenai suat cahaya, maka cahya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorsi) dan sebagian akan dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari element utama pada mineral tersebut.

Warna mineral yang tetap dan tertentu karena element-element utama pada mineral disedut dengan Idichromatic.

Misal:-Sulfur berwarna kuning

-Pyrite berwarna kuning loyang

-Magnetik berwarna hitam

Warna akibat adanya pengotoran atau campuran dengan unsure lain sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama Allochromatik.Misal:-Halite warna dapat berubah-ubah:-Abu-abu

-Biru bervariasi

-Kuning

-Coklat gelap

-Merah muda

Kwarsa tidak berwarna, tetapi karena ada campuran/ pengotoran, maka warna berubah-ubah menjadi:-Violet (amethyst)

-Merah muda

-Coklat-hitam

Keahadiran ion-ion asing ini dapat memberikan warna tetentu pada mineral disebut dengan nama Chromophores.

Misal:Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijua dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna:

a.

Komposisi kimia.

b.Struktur kristal dan ikatan atom.

c.

Pengotoran dari mineral.

2. Perawakan Kristal (Crystal Habit)

Perawakan kristal (crystal habbit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangnun, termaksuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal beberapa erawakan kristal yang terdapat pada jenis-jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan kristal bukan merupakan cirri tetap mineral.

Contoh:-Mika selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated)

-Amphibol selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar)Perawakan Kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl 1975) yaitu :

A.Elongated habbits (meniang berserabut)

B.Flattened habbits (lembaran tipis)

C.Rounded habbits (membutir) A. Elongated Habits

1. Meniang (Columnar)

Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.

Contoh : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.2. Menyerat (Fibrous)

Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.

Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolit, Silimanite.3. Menjarum (Acicular)

Bentuk kristal yang mengerupai jarum-jarum kecil.

Contoh : Natrolite, Glaucophane.4. Menjaring (Reticulate)

Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.

Contoh : Rulite, Cerussite.5. Membenang (Filliform)

Bentuk kristal kecil-kecil menyerupai benang.

Contoh : Silver.6. Merabut (Capilery) Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.

Contoh : Cuprite, Bysolite (variasi dari Actinolite)7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)

Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu lebih pendek dari sumbu yang lainnya.

Contoh : Zircon.

8. Membintang (Stellated)

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.

Contoh : Pirofilit.

9. Menjari (Radiated)

Bentuk kristal menyerupai bentuk jari-jari.

Contoh : Markasit.

B. Flattened Habits

1. Membilah (Bladed)Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.

Contoh : Kyanite, Kalaverit.

2. Memapan (Tabular)

Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.

Contoh : Barite , Hypersthene.

3. Membata (Blocky)

Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama.

Contoh : Microcline, Calcite.

4. Mendaun (Foliated)

Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas/dipisahkan.

Contoh : Mika, Chlorite.5. Memencar (Divergent)

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.

Contoh : Aragonite, Millerite.

6. Membulu (Plumose)

Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.

Contoh : Mika.

C. Rounded Habits

1. Mendada (Mamillary)

Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).

Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite.

2. Membulat (Colloform)

Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.

Contoh : Glaucinite, Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite.3. Membulat jari (Colloform radial)

Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar menyerupai bentuk jari.

Contoh : Pyrolorphyte.

4. Membutir (Granular)

Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.

Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite, Niceolite, Cryollite, Cordierite, Cinabar, Rhodochrosite.

5. Memisolit (Pisolitic)Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.

Contoh : Gibbsite, Pisolitic.

6. Stalaktit (Stalactic)

Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.

Contoh : Geothite

7. Mengginjal (Renitoform)

Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.

Contoh : Hematite.

3. Kilap (Luster)

Kilap ditumbuhkan oleh cahaya yang ipantulakan dari permukaan sebuah mineral yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan dan pembiasan (refleksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral kadang ditentukan oleh kilapnya.

Macam-macam kilap:a. Kilap Logam (Metallic Luster)

Mineral-mineral opaque yang mempunyai indeks bias sama dengan 3, atau lebih, contoh :Galena, Native metal, Suiphide, Pyrite.

b. Kilap sub-Logam (sub-Metallic Luster)

Terdapat pada mieral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.

Contoh:-Cuprite (n = 2,85)

-Cinnabar (n = 2,90)

-Hematite (n = 3,00)

-Alabandite (n = 2,70)

c.Kilap bukan Logam (non-Metallic Luster)

Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan cahaya dengan indeks bias kurang dari 2,5. Gores dari mineral-mineral ini biasanyatak berwarna atau berwarna muda.

-Macam-macam kilap bukan Logam :

1.Kilap kaca (vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca/ gelas.

Contoh:-Quartz-Carbonates-Sulphates

-Spinel-Silicates-Flouride

-Garnet-Leucite-Corondum

-Halite yang segar

2.Kilap Intan (adamanite luster)

Kliap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata. Contoh:-Diamond-Sphalenite

-Cassiterite-Zirkon

-Sulfur-Rultile

3.Kilap lemak (greasy luster)

Contoh:-Nepheline yang sudah teraterasi.

-Halite yang sudah terkena udara.

4.Kilap lilin (waxy luster)

Merupakan kilap seperti lilin yang khas.

Contoh:-Serphentine

-Cerargyrite

Kilap dengan permukaan yang licin seperti bermiyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.

5.Kilap sutera (silky luster)

Kilap sperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel/ berserabut (parallel fibrous structure).

Contoh:-Asbestos-Serphentine

-Selelnite (Variasi Gypsum)

-Hematite

6.Kilap mutiara (pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral-mineral transparant yang berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.

Contoh:-Talc

-Mika

-Gypsum

7.Kilap tanah (earthy luster)

Kilap yang ditunjukan oleh mineral-mineral yang porous dan sinar mudah masuk tidak di pantulkan kembali.

Contoh:-Kaolin-Diatomae

-Pyrolusite-Montmorilonite

-Chalk-Variasi Ochres

4. Kekerasan (hardness)

Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goersan (scratching). Penentuan kekerasan relatifmineral ialah degan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standard dari skala Mohs yang sudah di ketahui kekerasanya.

Skala kekerasan relatife mineral dan Mohs:

1.TalcMg3Si4O10(OH)2

2.GypsumCaSO22H2O

3.CalciteCaCO3

4.FlouriteCaF2

5.ApatiteCa5(PO4)3F

6.OrthocklasK(AlSi3O8)

7.QuartzSiO2

8.TopazAl2SiO4(FOH)2

9.CorondumAl2O3

10.DiamondC

Misal suatu mineral di gores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh Flourite ( H = 4), maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3-4. Dapat pula penentuan kekerasan relative mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat di sekitar kita.

Misalnya:Kukujari manusia H = 2,5

Kawat tembaga

H = 3

Pecahan kaca

H = 5,5

Pisau baja

H = 6,5

Lempeng baja

H = 7

Bila suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia, tetapi oleh kawat tembaga maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5-3.5. Gores (Sterak)

Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tsb tumbuk sampai halus gores ini dapat lebih di pertanggung jawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama, tetapi gores nya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keeping porsellen, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6 maka dapat di cari dengan menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung. Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.

Contoh:-Quartz = Putih/ tak berwarna

-Gypsum = Putih/ tak berwarna

-Calcite = Tak berwarna

Mineral bukan logam (non-Metallic Mineral) dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineral nya sendiri.

Contoh:-Leusite = Abu-abu/ Gores putih

-Dolomite = Kuning merah jambu/ gores putih

Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.

Contoh:-Pyrite = warna kuing loyang/ gores hitam

-Chopper = warna merah tembaga/ gores hitam

-Hematite= warna abu-abu kehitaman/ gores merah

Pada beberapa minera, warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

Contoh:-Cinnabar = warna dan gores merah

-Magnetite = warna dan gores hitam

-Azurite = warna dan gores biru

6. Belahan (Cleavage)

Apabila suatu mineral mendapat tekan yang melampaui batas elastisitas dan plastisitsnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.Belahan mineral selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :

a. Sempurna (Perfect)

Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.

Contoh:Calcite

Muskovite

Galena dan Haliteb.Baik (Good)

Yaitu apabila mieral mudah terbelah melaalui arah belahan nya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya

Contoh:Feldspar

Hyperstine

Dioksite

Augite

Rhodomite

c.

Jelas (distinc)

Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tsb sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.

Contoh

:Staurolite

Scapolite

Hornblende

Feldspar

d.Tidak jelas (Indistinc)

Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.

Contoh

:Gold

Platina

Corondum

Magnetite

e.

Tidak sempurna (imperfect)

Yaitu bila mineral sudah tidak terlihat arah belahanya, dan mineral akan pecah dengan permukaan tidak rata.

Contoh

:Apatite

Casiterite

Native Sulfur7. Pecahan (Fracture)

Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitas nya, maka mineral tsb akan pecah.

Pecahan di bagi menjadi:

a. Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.

Contoh : Quartz

Cerrusite

Anglesite

Obsidian

Rutile

Zincite

b. Hacly : Pecahan mineral serperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kashar tak beraturan atau seperti tak bergerigi.

Contoh :Copper

Platinum

Silver

Gold

c. Even: Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar.

Contoh : Muscovite

Talc

Biotite

d.Splntery : Permukaan mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahannya kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mieneral mempunyai pecahan uneven.

e.Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang ata berserabut.

Contoh : Flourite

Anhydrite

Antigoite.

f. Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.

Contoh :Kaolin

Muscovite

Biotite

Talc

8. Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembekokan, penghancuran dan pemotongan.

Macam-macam tenacity:

a. Brittle : Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus

Contoh : Calcite

Quartz

Marcasite

Hematite

b.Sectile : Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tiak berkurang mejadi tepung.

Contoh: Gypsum

Cerargyrite

c.Malleable: Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.

Contoh :Gold

Copper

d. Ductile:dapat ditarik/diukur seperti kawat. Apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila mineral dilepas maka mineral akan kembali sepeti semula.

Contoh:Silver

Copper

Olivine

Cerrargyrite

e.Flexible: Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

Contoh:Tacl

Gypsum

Mica

f.Elastic:Dapat merenggang bila ditarik, dan kembali seperti semula bila dilepaskan

Contoh:Muscovite

Hematite tipis

9. Berat jenis (Spesific Gravity)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada voleme yang sama.

BJ =

Berat mineral

Volume mineral

Dalam penetuan beat jenis dipergunakan alat-alat:

1. Piknometer.

2. Timbangan analitik

3. Gelasukur.

Untuk penentuan berat jenis ada 2 cara

Cara I

Denagan mempergunakan gelas ukur dan timbangan analitik. Mineral dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah di isi air, dan jumlah air telah diketahui dengan pasti. Besarnya air yang tumpah atau kenaikan air pada gelas ukur dapat dibaca. Berat jenis dapat diukur denagn berat mineral yang telah ditimbang dibagi dengan volume air yang tumpah.

Cara II

Dengan menggunakan alat piknometer dan timbangan analitik.

10. Rasa dan Bau (Teste and Odour)

Disamping dan sifat-sifat yang sudah dibahas di atas, beberapa mineral mmpunyai rasa dan bau.

Rasa (taste) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair:

1. Astringet : rasa yang umum dimiliki oleh sejenis logam.

2. Sweetisist Astinget: rasa seperti pada tawas

3. Saline: rasa yang dimiliki seperti pada garam

4. Alkaline: rasa yang dimiliki seperti pad rasa soda

5. Bitter: rasa separti garam pahit

6. Cooling: rasa seperti rasa sendawa

7. Sour: rasa seprti asam belerang

Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile melalui pemanasan atau melalaui penambahan suatu asam, maka kadan-kadang bau (odour) akan menjadi ciri-ciri yang has dari suatu mineral.

1.Alliaceous: Bau seperti bawang, proses pereaksi dan arsenopyrite dan menimbulkan bau yang khas.

2.Horse Radish Odour :Bau dan lobak kuda yang menjadi busuk (biji selenit yang dipanasi)

3.Suulphurous : Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pint atau pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfida.

4. Bituminous : Bau seperti bau aspal

5. Fetid: Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfia atau bau busuk seperti bau busuk seperti telor busuk.

6. Argiilaceous: Bau seperi lempung basah, seperti seperti serpentin yang mengalami pemanasan, bau kalau pyrargilite dipanasi.

Kadang-kadang raba (feel) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa macam raba misalnya : smooth (sepioloite), gresy (talc)

11. Kemagnetan

Pda praktikum mineral fisika ini adalah sifat dari mineral yang diselidiki apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (non-magnetit)

-Paramagnetit (magnetit):Mineral tersebut mempunyai gaya tank terhadap magnet.

-Diamagnetit (non-magnetit): Adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak terhadap magnet.12. Derajat ketransparanan

Sifat transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut men-transmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat di bedakan atas:

a.

Opaque mineral

:Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metallic dan meninggalkan berkas hitam/ gelap (logam-logam mulia, ferric oksida).

b.Transparant mineral:Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu kristal dan Iceland spar).

c.

Tranculent mineral:

Mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang seperti kaca frosted (Calcedon, Gypsum, dan kadang-kadang Opal).

d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparan) dalam bentuk pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis (feldspar, karbonat-karbonat dan silicon)13. Nama mineral dan rumus Kimia

Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah diskripsi diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas dengan table determinan yang disediakan di laboratorium.BAB V

MINERALOGI KIMIAWI

V.1. Pengertian

Mineralogi kimiawi adalah ilmu pasti yang mempelajari sifat sifat kimiawi dari mineral. Meliputi perubahan yang terjadi bila dipanasi oleh api Oksida maupun api reduksi mengenai perubahan warna, sublimasi, pengembunan dan lain lain. Juga atas dasar senyawa kimia maupun sifat sifat kimianya.V.2. Tujuan1. Mengetahui sifat sifat kimia yang penting dari setiap mineral dengan metode yang sesuia.

2. Melengkapi data yang di peroleh dari penyelidikan secara Fisis.V.3. Alat-alat yang digunakan

Alat dan bahan yang di pergunakan dalam percobaan Mneralogi kimiawi ini adalah sebagai berikut:

1. Pipa TiupIalah Suatu pipa yang terbuat dari tembaga atau nikel yang ujungnya bengkok. Bagian pangkal melebar dari karet yang keras atau kayu. Panjang 18 cm , diameter ujung 0,4 0,6 mm.

2. Lampu Spritus

Ialah sebuah lampu kaca dengan bahan bakar Spritus dan sumbu kain.

3.Kawat PlatinaPanjang 10 15 cm dengan bagian ujung di buat melingkar dengan diameter 15 mm.

4.Jarum PreparatIalah jarum dengan tangkai besi, panjang jarum 10 cm dan panjang tangkai 5 cm.

5.Gelas Arloji`Ialah gelas dengan diameter 5 10 cm

6.Keping GipsSering juga di sebut keping arang, berupa balok dengan ukuran 10 x 2 x 4 cm

7.Bor TanganIalah alat yang di gunakan untuk membuat lubang pada keping gips atau arang

8.Magnet (Tipe sepatu Kuda)9.Buluh tertutup dan terbukaIalah tabung gelas dengan 12 14 cm dan diameter bagian dalam kurang lebih 5 cm.

V.4. Nyala api

1. Stuktur Nyala Api.

1. Kerucut gelap terdiri dari gas belum terbakar, berwarna biru sampai gelap.

2. Daerah yang tidak bersinar (Bercahaya).

3. Daerah yang bersinar mempunyai nyala berwarna kuning cerah, daerah ini

mempunyai nyala bercahaya terbesar.

4. Kerucut Luar nyalanya tidak bercahaya ,tidak kaya akan O2. Keterangan :

1 dan 2 daerah reduksi

3 dan 4 daerah oksidasi

3 oksidasi terkuat

2 reduksi terkuat

2. Nyala Api Oksidasi

Dengan memasuki pipa tiup kedalam nyala api B: Daerah untuk meletakan mineral yang

Yang akan di panasi Oksidasi

Dengan memasuki pipa kedalam nyala api

3. Nyala Api Reduksi

Dengan menaruh ujung kedalam pipa tiup

Mendekati nyala api (Di luar Nyala Api)

A : Daerah untuk meletakan mineral yang

di panasi api reduksi

V.4.a. Peyelidikan Basah Dengan Reagensia.

Mutiara Borax.

1.Alat alat :

Pipa Tiup.

Kawat Platina.

Jarum Preparat.

Gelas Arloji.

Lampu Spritus.

2.Reagensia.

HCL encer.

Soda.

Tepung Borax Na2B4O7.3. Bahan :

Pyrolusite MnO2. Prusi CuSO4. Magnetite Fe3O4. Kalium Bichhromat.

V.5. Cara Penyelidikan.

1. Bersihkan kawat paltina dengan jalan memasukkan ke dalamlampu spritus agar cepat bersih, masukkan ke dalam HCL encer, kemudian di panaskan. Lakukan hal demuikianbrulang ulang sampai bersih (berwarna Putih).

2. Masukkan kawat Platina ke dalam tepung Borax .

3. Panaskan ke dalam api Oksidasi sampai terbentuk manik manik (mutiara Borax) yang berwarna jernih tanpa noda sedikitpun.

4. Masukkan mutiara Borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang akan di selidiki.

5. Panaskan dengan api Oksidasi.

6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada Waktu dingin.

7. Buatlah Mutiara Borax lagi dan masukkan dalam Tepung Mineral yang akan diselidiki.

8. Panasi dengan api Reduksi.

9. Amati dan catat warna pada Waktu panas dan pada waktu dingin.

10. Cocokkan dengan tabel Kranss, maka dapat di ketahui unsur yang diselidiki. Tabel Kranss seperti di bawah ini.

TABEL BEAD COLORATION KRANSS

NoOksidasi dariNyala Api OksidasiNyala Api Reduksi

1MnViolet KemerahanTak Berwarna

2CoBiruBiru

3CuBiru HijuMerah Opag

4NiCoklat KemerahanAbu abu Opag

5FeKuningHijau Pucat

6CrHiaju KekuninganHijau Pucat

7UKuningHijau Pucat tak berwarna

8VHijau KekuninganHijau Cerah

9TiTak BerwarnaViolet Kecoklatan

10MoTak BrwarnaCoklat

11WTak berwarnaKuning Coklat Kemerahan

12SiTak BerwarnaTak berwarna

Tabel 1. Tabel Bead Coloration KranssBAB VI

ROCK FORMING MINERAL

VI.1. Definisi

Kulit bumi diperkirakan tersusun oleh lebih dari 98% unsur utama yang ditemukan dalam bentuk senyawa (jarang dalam bentuk unsur, kecuali besi) dan unsur-unsur lain yang ditemukan dalam bentuk mineral yang etrsusun oleh unsur-unsur sejenis (emas, platina, tembaga, belerang, dan karbon). Presentase unsur-unsur kimia penyusun kerak bumi :

Oksigen (O) 46,6%

Silikon (Si) 27,7%

Aluminium (Al) 8,1%

Besi (Fe) 5,0%

Kalsium (Ca) 3,6%

Natrium (Na) 2,8%

Kalium (K) 2,6%

Magnesium (Mg) 2,1%

Unsur-unsur lain 1,5%

Pada dasarnya kulit bumi di bentuk oleh 99,9% mineral yang terdapat di alam, mineral-mineral tersebut disebut Rock Forming Mineral. Dengan mineral utama silica, terutama feldspar yang merupakan kelompok mineral penting. Didalamnya adapula mineral orthoklas dan mikroklin.VI.2. Reaksi Bowen

Gambar 11. Bowens Reaction Series Discontinous series

-Mineral yang terbentuk secara tidak terus-menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk mineral Olivin. Kemudian suhu menurun terus-menerus hingga terbentuk mineral Piroksine dimanan mineral Olivin sudah tidak terbentuk lagi. Begitu seterusnya sampai terbentuk mineral Biotite.

-Di dominasi oleh mineral-mineral Mafic (mineral Gelap)

Continue series

-Mineral terbentuk secara terus-menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk mineral Anotnite (Plagioklas Ca). kemudian suhu menurun terus-menerus hingga terbentuk mineral Bitownit, tetapi mineral Anotnite masih terbentuk.

Begitu seterusnya sampai terbentuk mineral Albite.

-Disebut juga dengan kelompok Plagioklas.

-Didominasi oleh mineral-mineral Felsik (mineral Terang). Sampai pada suhu yang rendah 5700 mineral Biotite da Albite saling bertemu dan terbentuklah mineral K Feldspar lalu Muskovite dan Quartz.VI.3. Mineral Pembentuk Batuan1.Felsik mineral

Tersusun dari mineral yang berwarna terang, mempunyai berat jenis kecil/ ringan

Contoh

:Quarzt, Feldspar

2.Mafik mineral

Tersusun dari mineral yang berwarna gelap, mempunyai berat jenis besar.

Contoh

:Olivin, Amphibol.

Felsik mineral

-Quartz

:SiO2

Sisttem

:Hexagonal

B. J

:2,56

Kekerasan

:7

Warna

:Jernih/ keruh bila terdapat Feldspar

Belahan

:Tidak punya

Pecahan

:Concoidal

Penggunaan:Bahan baku industri gelas dan semen

-Feldspar

Di bedakan menjadi dua golongan:

-Alkali Feldspar:Orthoklas, Sanidin, Perlit.

-Plagioklas

:Anortit, Labradoit, Oligoklas.

-Orthoklas

Merupakan Feldspar sumber utama dari unsure K di tanah.

B. J

:2,6

Kekeasan

:6

Warna

:Abu-abu kemerahan/ tidak berwarna

Sistem

:Monoklin, Prismatik

Kilap

:Vitrous luster

Penggunaan:Bahan dasar industri keramik

-Plagioklas

Dalam penentan anortit volume prosensi An Ab = 100%

Albite lebih dikenal dengan sodik plagioklas, sedangkan anortit banyak mengandung Ca.

Sistem

:Triklin

B. J

:Albite = 2,26, Anortit = 2,76

Kekerasan

:6

Warna

:Kekuningan, putih dan merah

Belahan

:Plagioklas

-Feldspatoid

Mineral ini dikenal sebagai pengganti mineral Feldspar.

Dalam batuan yang beas mengandung SiO2 mineral Feldspartoid tidak terbentuk dan yang terbentuk adalah Feldspar.

Mineral yang terbentuk dari mineral Fedspartoid:

-Nevelin

-Leusite

-Sodalite

-Scapolite

-Analcite

Mineral Mafik

-Olivin

Merupakan mineral campuran antara Mg2SiO4 dengan Fe2SiO4 dalam hal ini Mg lebih dominan dari Fe.

B. J

:3,27 - 4,27

Kekerasan

:5,50 7,00

Kilap

:Vitreous Luster

Umum merupakan kelompok mineral yang komplek dan memiliki hubungan yang sangat erat dalam sruktur kristal, sifat-sifat fiik dan komposisi kimia walaupun mereka mengkristal dalam dua system berbed yaitu Orhtorombik dan monoklin.

-Amphibole

Amphibole mungkin dapt dibagi menjadi seri yaitu Antopylite, cumingtonite, Qrunerite, Tremolite Actinolite, Aluminian ampibolite sodic amphibole. Struktur amphibole adalah tetrahedral SiO4 dan struktur rantai ganda dan menghasilkan rasio Si : O = 4 : 11 pengganti 1 : 3 rantai tunggal

-Mika

Struktur mika adalah Tetrahedran dalam lembar-lembar, tiap SiO4 memiliki 3 oksigen dan 1 oksigen bebas. Struktur lembar direfresikan oleh belahan bawah pada semua mika adalah elastisitas dan dapat dibedakan dengan. Chorite dan Britle.BAB VIIKESIMPULAN DAN SARANVII.1. Kesimpulan1.Dalam mempelajari bentuk kristal maka dapat dibuat pengelompokan secara sistematis dari bentuk kristal itu sendiri dari bentuk kristal itu sendiri pengelompokan bentuk-bentuk berdasarkan :

a.Perbandingan panang sumbu kristalografi

b.Jumlah sumbu kristal

c.Nilai dari sumbu vertikal.

Atas dasar pengelompokan ini maka system krisalografi dikelompokan menjadi tujuh , yaitu :

1.Reguler

2.Tetragonal

3.Hexagonal

4.Trigonal

5.Orthorombik

6.Monoklin

7.Triklin

2.Untuk mempelajari suatu mineral , maka cara yang paling mudah adalah dengan mempelajari dan mengetahui sifat-sifat fisik yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti:

-Keping porselen

-Magnit

-dll

3.Mineral merupakan bentuk batuan dari kerak bumi, oleh karena itu ntuk mempelajari mineralnya, mineral juga mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu kimia.

4.Oleh karena itu dalam mineralogy terdapat ilmu yang mempelajari mineral secara kimia yaitu ilmu kimia mineral, ada juga ilmu yang mempelajari tentang mineral yang menyusun batuan yang disebut dengan R. F. M (Rock Forming Minerals),dan juga ada lmu yang mempelajari kristal yang disebut Kristalografi.

VII.2. Saran Sebaiknya dalam pemberian tugas mingguan (misal : artikel) diberikan setelah selesai praktikum sehingga ada waktu lebih dan maksimal untuk pengerjaannya. Perbedaan pendapat antar asisten sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu supaya tidak terjadi kebingungan pemahaman bagi praktikan.

Sebaiknya diadakan ekskursi agar pemahaman tentang kristal mineral berkembang. Sebaiknya untuk para asisten memperbanyak literature agar lebih paham saat menerangkan dan memberi pemahaman kepada praktikan

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

c +

a -

b - b +

a + c -

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

EMBED CorelDRAW.Graphic.14

Nama : Yudha Arie Sadewa Nim : 111.140.164Plug : 35

_1260628368.unknown

_1260628385.unknown

_1260628393.unknown

_1260628401.unknown

_1354440210.unknown

_1354440680.unknown

_1354441024.unknown

_1354441239.unknown

_1354441541.unknown

_1354440863.unknown

_1354440348.unknown

_1260628403.unknown

_1354438098.unknown

_1354435832.unknown

_1260628402.unknown

_1260628397.unknown

_1260628399.unknown

_1260628400.unknown

_1260628398.unknown

_1260628395.unknown

_1260628396.unknown

_1260628394.unknown

_1260628389.unknown

_1260628391.unknown

_1260628392.unknown

_1260628390.unknown

_1260628387.unknown

_1260628388.unknown

_1260628386.unknown

_1260628376.unknown

_1260628380.unknown

_1260628382.unknown

_1260628384.unknown

_1260628381.unknown

_1260628378.unknown

_1260628379.unknown

_1260628377.unknown

_1260628372.unknown

_1260628374.unknown

_1260628375.unknown

_1260628373.unknown

_1260628370.unknown

_1260628371.unknown

_1260628369.unknown

_1260628352.unknown

_1260628360.unknown

_1260628364.unknown

_1260628366.unknown

_1260628367.unknown

_1260628365.unknown

_1260628362.unknown

_1260628363.unknown

_1260628361.unknown

_1260628356.unknown

_1260628358.unknown

_1260628359.unknown

_1260628357.unknown

_1260628354.unknown

_1260628355.unknown

_1260628353.unknown

_1260628344.unknown

_1260628348.unknown

_1260628350.unknown

_1260628351.unknown

_1260628349.unknown

_1260628346.unknown

_1260628347.unknown

_1260628345.unknown

_1260628340.unknown

_1260628342.unknown

_1260628343.unknown

_1260628341.unknown

_1140094573.unknown

_1260628337.unknown

_1260628338.unknown

_1260628336.unknown

_1140094440.unknown

_1140094503.unknown

_1140093667.unknown

_1140094033.unknown

_1140078939.unknown