mineralogi pembentuk batuan muskovit roc

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan keilmuan geologi berkembang semakin pesat seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban manusia. Hal ini ditunjang dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam bidang geologi misalnya penggunaan software, peralatan digital portable, dan masih banyak lagi. Demikian pula dalam cabang ilmu Petrologi yang membahas mengenai proses terbentukknya batuan. Penggunaan teknologi dirasa seperti dua sisi mata uang, dapat membantu atau bahkan menurunkan kepekaan kita sebagai geologiawan. Batuan tersusun atas berbagai mineral pembentuk yang perlu untuk diketahui sifat, karakteristik, dan kenampakan khusus baik secara megaskopis maupun mikroskopis agar kita mampu menentukan jenis batuan dan pemanfaatannya. Penentuan mineralogy pembentuk batuan secara manual baik pengamatan hand specimen maupun mikroskopis dirasa perlu dilakukan agar kita mengetahui karakteristik dari masing-masing mineral secara utuh. Apabila kita terlena menggunakan teknologi tanpa kita mengetahui sifat-sifat khas dari mineral tersebut, maka akan sangat fatal sebagai seorang geologiawan melakukan hal tersebut. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari mineral pembentuk batuan terutama Muskovit. 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, muncul persoalan yaitu, 1. Apakah karakteristik mineral Muskovit baik secara makroskopis maupun mikroskopis? 2. Bagaimanakah proses genesa mineral Muskovit ? 3. Bagaimanakah pemanfaatan mineral Muskovit dalam kehidupan manusia?

Upload: egymohammadzain

Post on 04-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

mineral

TRANSCRIPT

Page 1: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan keilmuan geologi berkembang semakin pesat seiring dengan

berkembangnya zaman dan peradaban manusia. Hal ini ditunjang dengan semakin

pesatnya perkembangan teknologi dalam bidang geologi misalnya penggunaan software,

peralatan digital portable, dan masih banyak lagi.

Demikian pula dalam cabang ilmu Petrologi yang membahas mengenai proses

terbentukknya batuan. Penggunaan teknologi dirasa seperti dua sisi mata uang, dapat

membantu atau bahkan menurunkan kepekaan kita sebagai geologiawan. Batuan tersusun

atas berbagai mineral pembentuk yang perlu untuk diketahui sifat, karakteristik, dan

kenampakan khusus baik secara megaskopis maupun mikroskopis agar kita mampu

menentukan jenis batuan dan pemanfaatannya.

Penentuan mineralogy pembentuk batuan secara manual baik pengamatan hand

specimen maupun mikroskopis dirasa perlu dilakukan agar kita mengetahui karakteristik

dari masing-masing mineral secara utuh. Apabila kita terlena menggunakan teknologi

tanpa kita mengetahui sifat-sifat khas dari mineral tersebut, maka akan sangat fatal sebagai

seorang geologiawan melakukan hal tersebut. Oleh karena itu penulis membuat makalah

ini untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari mineral pembentuk batuan terutama

Muskovit.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, muncul persoalan

yaitu,

1. Apakah karakteristik mineral Muskovit baik secara makroskopis maupun

mikroskopis?

2. Bagaimanakah proses genesa mineral Muskovit ?

3. Bagaimanakah pemanfaatan mineral Muskovit dalam kehidupan manusia?

Page 2: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

2

3.1 Ruang Lingkup Kajian

Kajian yang akan dibahas untuk menjawab rumusan masalah pada makalah ini

melingkupi penjelasan mengenai pengamatan muskovit secara mikroskopis maupun

makroskopis untuk menentukan karakteristik dan sifat mineral Muskovit sebagai mineral

pembentuk batuan.

4.1 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain :

1. Mengetahui karakteristik mineral Muskovit secara makroskopis maupun

mikroskopis

2. Mengetahui proses genesa mineral Muskovit

3. Mengetahui pemanfaatan mineral Muskovit dalam kehidupan manusia.

5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah

metode studi literatur dan penelitian. Metode studi literatur, yaitu pengumpulan data yang

diperoleh dari berbagai sumber tertulis yang diperoleh dari internet, jurnal geologi, dan

buku-buku geologi yang saling menunjang satu sama lainnya. Sedangkan metode

penelitian, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan di laboratorium

untuk mengamati mineral secara makroskopis (hand specimen) dan mikroskopis dengan

menggunakan mikroskop polarisasi. Sehingga penulisan makalah ini bersifat deskriptif

analitis dengan pendekatan empiris dan rasional.

6.1 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terbagi menjadi empat bab dengan pembahasan seperti berikut :

BAB I Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup

kajian, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.

BAB II Bab ini memaparkan dasar teori mengenai genesa mineral, identifikasi minera

secara makroskopis dan identifikasi mineral secara mikroskopis.

BAB III Bab ini menjelaskan pengamatan makroskopis muskovit, pengamatan

mikroskopis muskovit, keterdapatan muskovit, paragenesa muskovit pada

batuan beku, dan pemanfaatan muskovit

Page 3: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Genesa Mineral

Secara umum genesa mineral atau tempat pembentukan mineral menentukan karakteristik

dari suatu mineral yaitu bentuk, sifat, dan kimia dari kristal mineral itu sendiri. Secara umum

terdapat tiga macam lingkungan genesa mineral yaitu lingkungan magmatik, lingkungan

sedimen dan lingkungan metamorfik.

A. Lingkungan Magmatik

Lingkungan magmatik adalah lingkungan tempat mineral terbentuk yang

berhubungan dengan aktivitas magma yang memiliki suhu dan teknan cukup tinggi.

Batuan hasil pembekuan magma disebut dengan batuan beku yang menempati hampir

95% dari kerak bumi namun sering tak terlihat karena tertutup oleh batuan sedimen

dan metamorf.

B. Lingkungan Sedimen

Proses-proses sedimentasi mampu menghasilkan endapan-endapan mineral

seperti mangan, besi, tembaga, batubara, karbonat, tanah lempung, belerang. Selain itu

proses sedimentasi mampu mengendapkan mineral yang terjadi akibat penguapan

(evaporasi). Proses ini terjadi secara maksimum pada daerah yang beriklim panas dan

kering. Contoh dari mineral pada daerah evaporasi adalah halit yang berasal dari

penguapan air laut. Sedangkan penguapan daerah lagun atau rawa-rawa meenghasilkan

mineral anhidrit atau gypsum.

C. Lingkungan Metamorfik

Lingkungan metamorf mampu mengubah batuan yang telah ada sebelumnya

yang memiliki lingkungan pembentukan awal sama sekali berbeda. Mineral-mineral

meiliki batas-batas kestabilan baik itu secara struktur, tekstur, dan komposisi. Apabila

mineral-mineral dalam batuan tersebut berada pada daerah dengan tekanan dan

temperatut yang lebih tinggi daripada permukaan, batas kestabilan mineral dapat

terlampaui, terjadilah penyesuaian mekanis dan kimiawi dan terjadilah pembentukan

mineral-mineral baru yang stabil.

Page 4: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

2.2 Identifikasi Mineral Secara Makroskopis

Setiap mineral memiliki sifat-sifat fisik yang dapat digunakan untuk menentukan jenis

mineral. Sifat-sifat fisik yang umum diamati antara lain adalah warna, transparansi, kilap, gores,

perawakan, kekerasan, belahan, densitas, sifat kemagnetan dan hantara listrik.

1. Transparansi, adalah kemampuan suatu sinar untuk dapat melalui atau menembus

kristal. Transparansi terbagi menjadi tiga yaitu transparan, translucent, dan opak

Gambar 2.1 Transparansi pada mineral ( Pellant, 1922)

2. Warna,adalah kenampakan yang disebabkan karena adanya absorbs atau refraksi sinar

pada panjang gelombang tertentu. Keberagaman warna pada suatu mineral juga

bergantung dari adanya komponen atau atom asing pada mineral tersebut.

3. Kilap, adalah kenampakan umum pada permukaan mineral pada sinar pantul. Kilap

tebagi menjadi kilap logam dan kilap non logam. Pada umumnya mineral berkilap non-

logam berwarna lebih terang, tembus, cahaya (pada sayatan tipis). Sedangkan mineral

berkilap logam biasanya menunjukan kenampakan opak, bahkan pada sayatan tipis.

Gambar 2.1 Kilap pada mineral ( Pellant, 1922)

Page 5: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

4. Gores, adalah warna dari serbuk mineral ketika digores denga menggunakan

permukaan porselen. Gores dari suatu mineral relative lebih konsisten disbanding

dengan warnanya.

Gambar 2.1 Gores pada mineral ( Pellant, 1922)

5. Perawakan (habbit), adalah penggambaran bentuk kristal (prismatik, granular, tabular,

dll). Selain itu perawakan kristal berkaitan dengan kristal tunggal atau kumpulan

kristal.

Gambar 2.1 Sistem Kristal pada mineral ( Pellant, 1922)

Gambar 2.1 Perawakan pada mineral ( Pellant, 1922)

Page 6: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

6. Kekerasan, adalah ketahanan permukaan kristal terhadap goresan atau kikisan.

Kekerasan suatu mineral berkaitan dengan komposisi kimia dari mineral tersebut.

Kekerasan suatu mineral dinyatakan secara relative dengan skala Mohs (1-10).

Gambar 2.1 Skala Kekerasan Mohs pada mineral ( Pellant, 1922)

7. Belahan, adalah kemampuan suatu mineral untuk membelah melalui bidang datar.

Belahan terletak pada bagian mineral dengan struktur ikatan atom penyusun yang

terlemah Bidang belah biasanya dinyatakan dengan sempurna, tidak sempurna, halus,

distinct, ataupun tidak sempurna.

8. Pecahan, beberapa mineral akan membelah selain pada bidang belahnya. Kenampakan

ini dikenal dengan pecahan. Contoh dari pecahan adalah choncoidal dan blocky.

9. Specific Gravity, ditentukan dari komposisi mineral. Specific gravity diukur dengan

membandingkan masa dari mineral dengan keseluruhan volume dari air.

Gambar 2.1 Contoh Specific Gravity pada mineral ( Pellant, 1922)

Page 7: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

2.2 Identifikasi Mineral Secara Mikroskopis

Pengamatan secara makroskopis kadang memerlukan identifikasi lebih lanjut untuk

mengetahui sifat-sifat optis dari suatu mineral dalam sayatan tipis. Pengamatan mineral dalam

sayatan tipis dilakukan melalui dua pengamatan yaitu secara ortosopi dan konoskopi.

Pengamatan ortoskopi adalah pengamatan seolah-olah kita mengamati mineral pada bidang

datar sedangkan pengamatan konoskopi adalah pengamatan seolah-olah kita mengamati bagian

dalam dari mineral. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengamatan sayatan tipis

secara ortoskopi.

Gambar 2.10 Pengamatan Ortoskopik dan Konoskopik tipis ( Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi

ITB, 2014)

2.2.1 Pengamatan ortoskipik nikol sejajar

A. Bentuk dan Belahan Mineral

Bentuk mineral dalam sayatan tipis adalah tergantung dari sumbu manakah kita

menyayatnya. Bentuk-bentuk mineral antara lain adalah prismatik panjang,

prismatikpendek, heksagonal, granular, menjarum, berserabut, ataupun radial.

Kesempurnaan bentuk kristal dapat dibedakan menjadi euhedral, subhedral, dan

anhedral. Euhedral apabila dibatasi oleh bidang-bidang kristal iru sendiri. Subhedral

bila sebagian dibatasi oleh bidang-bidang kristal itu sendiri, dan Anhedral bila

kristal tidak dibatasi oleh bidang-bidangnya.

Page 8: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

Belahan dikontrol oleh struktur atom yang menunjukkan kecenderungan mineral

untuk membelah pada arah tertentu. Dalam sayatan tipis belahan dinyatakan dengan

belahan 1 arah, 2 arah, dst.

Gambar 2.10 Penggambaran Euhedral, Subhedral, dan Anhedral dalam sayatan tipis ( Modul Praktikum

Mineral Optik dan Petrografi ITB, 2014)

B. Warna

Hampir sama seperti pengamatan makroskopis warna menunjukan absorbs yang

melintasi kristal pada panjang gelombang tertentu. Yang membedakan adalah warna

yang kita lihat pada handspesimen belum tentu menunjukan warna yang sama pada

sayatan tipis.

Gambar 2.10 Kenampakan Warna Olivin dalam nikol sejajar dan nikol bersilang ( MacKenzie, 1988)

C. Pleokroisme

Pleokroisme adalah gejala pada mineral yang menunjukan perubahan warna

ketika meja preparat diputar akibat adanya perbedaan daya absorbs dari sumbu-

sumbu kristal.

D. Indeks bias

Indeks bias merupakan suatu angka yang menunjukan perbandingan antara sinus

sudut dating dengan sinus sudut pantul. Metode yang biasa digunakan adalah

penentuan indeks bias relative dengan menggunakan metode Garis Becke. Apabila

Page 9: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

jarak lensa objektif dan objek dijauhkan (diturunkan) maka Garis Becke akan

bergerak menuju media yang indeks biasnya lebih besar

Gambar 2.10 Metode penentuan indeks bias relative menggunakan Garis Becke ( Modul Praktikum Mineral

Optik dan Petrografi ITB, 2014)

E. Relief

Relief adalah kenampakan pada mineral yang timbul akibat adanya perbedaan

indeks bias mineral dengan sekitarnya. Makin besar perbedaan indeks bias, maka

relief akan semakin terlihat jelas (tinggi)

2.2.1 Pengamatan ortoskipik nikol bersilang

A. Bias Rangkap (Birefringence)

Bias rangkap adalah perbedaan indeks bias maksimum antara sinar ordiner dan

sinar ekstra ordiner. Bias rangkap kadang sukar untuk dijadikan penciri mineral

dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi suatu mineral, misalnya arah

potongan dari sayatan kita (memotong sumbu berbeda menghasilkan indeks bias

berbeda), ketebalan sayatan, dan jenis sinar yang masuk. Oleh karena itu, mineral

yang sama bisa sajamemiliki bias rangkap yang berbeda tergantung factor-faktor

tersebut.

Cara penentuan bias rangkap adalah meletakkan mineral dalam keadaan terang

maksimum, amati warna, lalu gunakan chart Michel-Levy untuk menentukan

besarnya indeks bias dan ordenya.

B. Orientasi

Orientasi dalam suatu pengamatan bertujuan untuk mengamati arah indikatriks

dalam suatu mineral. Pengamatan orientasi harus dilakukan dengan menggunakan

komparator, biasanya untuk pengamatan digunakan komparator gypsum 530nm.

Page 10: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

Orientasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Length Fast Orientation dan

Length Slow Orientation.

Lengh Fast berarti sumbu panjang indikatriks hampir tegak lurus atau tegak

lurus dengan sumbu panjang indikatiks (ᵧ). Sedanhkan length slow artinya sumbu

panjang indikatriks sejajajr dengan sumbu panjang mineral (sumbu c).

Gambar 2.10 Kenampakan Length Slow dan Length Fast ( Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi

ITB, 2014)

C. Pemadaman

Pemadaman terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak

lurus terhadap arah getar dari polarisator atau analisator. Pemadaman terbagi

menjadi tiga jenis yaitu pemadaman pararal, pemadaman miring, dan pemadaman

simetri.

Pemadaman pararel terjadi ketika sumbu panjang mineral (sumbu c) sejajar

dengan analisator atau polarisator. Pemadaman miring terjadi apabila sumbu

panjang mineral membentuk sudut terhadap analisator atau polarisator. Sedangkan

pemadaman simetri terjadi pada kristal rhombik dimana bentuk diagonal rhobik

sejajar polarisator atau analisator.

Gambar 2.10 Tabel interferensi warna menurut Michel-Levy

Page 11: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengamatan Makroskopis Muskovit

Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan mengamati sampel batuan yang telah

ada melalui pengamatan secara kasat mata sifat-sifat fisik yang ada pada mineral. Pengamatan

dilakukan di Laboratorium Petrografi Reservoir, Program Studi Teknik Geologi, Institut

Teknologi Bandung. Sampel batuan dengan kode sampel 5 adalah batuan Pegmatit yang kaya

akan komposisi lithium.

Gambar 3.1 Pegmatit kaya lithium

Plagioklas

K-Feldspar

Kuarsa

Muskovit

Nomer sampel : 5

Nama batuan : Pegmatit

Deskripsi Makroskopis:

Batuan pegmatite memiliki tekstur holokristalin, fanerik, porfiritik-inequigranular terdiri

atas mineral kuarsa (45%), plagioklas (20%), K-Feldspar (20%), dan muskovit (15%).

Mineralogi:

Kuarsa (45%) tidak berwarna dan ungu, kekerasan >5,5 ; prismatik, transparan-translusent, kilap

kaca, ukuran ……

Plagioklas (20%) putih buram, kekerasan>5,5 ; prismatic, kilap kaca, translusen

K-Feldspar (20%) warna merah muda, kekerasan >5,5, prismatik, kilap kaca, translusen

Muskovit (15%) warna putih, kekerasan 2,5<H<5,5 ; berlembar, kilap mutiara, transparan

Page 12: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

Pengamatan kedua dilakukan di Laboratorium Petrologi, Program Studi Teknik

Geologi, Institut Teknologi Bandung. Sampel mineral teramati terdiri dari mineral muskovit

tunggal yang nantinya akan dianalisis sifat fisiknya. Sampel muskovit pertama memiliki warna

putih kekuningan, kilap mutiara, translusent, kekerasan 2,5 , bentuk berlembar gores putih, dan

dimensi 6cm x 3cm x 3cm. sedangkan sampel kedua merupakan kenampakan muskovit yang

nampak berlembar, dengan warna putih kecoklatan, kilap kaca, transparan, dan lentur.

Dari pengamatan makroskopis dapat terlihat bahwa mineral pada hand specimen

pertama berupa batuan pegmatite memiliki komposisi mineral muskovit yang memiliki sifat

fisik yang serupa dengan muskovit pada umumnya. Komposisi muskovit yang cukup banyak

mengindikasikan bahwa muskovit merupakan salah satu mineral utama yang menyusun batuan

beku felsik (granit) yang berasosiasi dengan mineral kuarsa, k-feldspar, dan plagioklas. Hal ini

menunjukkan bahwa muskovit terbentuk dari kristalisasi magma dalam jumlah yang banyak

sehingga mempengaruhi nama, sifat, dan jenis dari suatu batuan.

Gambar 3.2 Sampel muskovit pertama Gambar 3.3 Sampel muskovit kedua

Page 13: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

3.2 Pengamatan Mikroskopis Muskovit

Pada pengamatan nikol sejajar muskovit menunjukkan bentuk prismatik memanjang,

subhedral, dan belahan 1 arah. Tidak memiliki warna dan relief yang rendah. Pada pengamatan

relief terlihat kenampakan relief bergelombang. Dengan menggunakan metode relative Garis

Becke diketahui nmin > nepoxy.

Pengamatan nikol bersilang menghasilkan bias rangkap tinggi dengan warna merah

muda biru pada muskovit yaitu Bf (0,40) atau berada pada orde 3 dalam tabel Michel-Levy.

Pada pengamatan menggunakan keeping gypsum, terlihat orientasi mineral length slow.

Pemadaman muskovit merupakan pemadaman pararel dengan struktur mata burung yang khas

pada muskovit dengan sumbu c // dengan ᵧ.

Gambar 3.4 Kenampakan nikol pararel dan nikol bersilng dari mineral muskovit

3.3 Keterdapatan Muskovit

Muskovit terdapat hampir disemua jenis batuan mulai dari bauan beku, batuan

sedimen, sampai dengan metamorf. Pada batuan beku, keberadaan muskovit banyak

ditemukan dalam batuan beku felsik terutama pada batuan granit atau granit pegmatite.

Pada batuan sedimen keberadaan muskovit hanya sebagai material detritus dan

keberadaannya tidak melimpah, muskovit ditemukan pada batupasir arkose. Muskovit

melimpah kehadirannya dalam batuan metamorf terutama dalam gneiss, sekis, dan filit.

Page 14: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

Gambar 3.5 Keterdapatan muskovit dalam batuan metamorf, beku, dan sedimen

( sumber : www.imperial.ac.uk )

Pada batuan beku granit pegmatite seperti pada percontoh yang diberikan di

laboratorium, umumnya mika yang tumbuh adalah muskovit atau biotit. Pertumbuhan mika

dalam pegmatite dikontrol oleh struktur misalnya adanya rekahan. Distribusi mika dalam granit

sendiri dipengaruhi oleh tektonik dan umumnya posisi mika berdekatan dengan country rock

(batuan samping).

3.4 Paragenesa Muskovit pada Batuan Beku

Muskovit memiliki rumus kimia KAl2(Si3Al)O10(OH,F)2 dan memiliki struktur kristal

filosilikat (phyllosillicate) dan system kristal monoklin, kelas prisma, SI (2/m). Struktur dasar

dari phyllosilicates didasarkan pada ikatan antara enam cincin anggota SiO4-4. Tiga dari 4

oksigen dari setiap tetrahedra dibagi dengan tetrahedra lain. Hal ini menyebabkan unit

struktural dasar Si2O5-2. Muskovit sendiri merupakan perselingan antara ion yang mengandung

tetrahedral-oktahedral dengan unsur potassium (K) berada di tengahnya. Muskovit dapat

dengan mudah dibedakan dengan mineral lain karena sifanya yang elastis dan berwarna lebih

Batupasir Arkose Filit

Granit Pegmatit

Page 15: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

terang disbanding mika yang lain. Kelompok mineral mika terbagi menjadi dua olongan yaitu

brittle mika dan fleksibel mika. Muskovit masuk kedalam fleksibel mika.

Gambar 3.7 Struktur Filosilikat pada muskovit

Pembentuka muskovit terbagi menjadi tiga jenis menurut Monier, 1984 yaitu

pembentuka pada fasa magmatik, magmatik akhir-setelah magmatik, dan melalui proses

hidrotermal. Pada fasa magmatik dapat dicirikan dengan komposisi Ti yang tinggi disbanding

kedua jenis lainnya. Sedangkan untuk kedua proses lainnya memiliki komposisi Ti yang lebih

rendah, namun pada fasa magmatik akhir-setelah magmatik memiliki komposisi Fe yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pembentukan pada proses hidrotermal.

Dari ketiga jenis proses, pembentukan muskovit dapat pula dibedakan melalui

perbandingan kandungan natrium dengan natrium ditambah dengan pottasium (Na/Na+K).

Pada proses akibat magmatik perbandingan (Na/Na+K) antara 0.06- 0.12, magmatik akhir

antara 0.01-0.07, dan pada proses hidrotermal (Na/Na+K) lebih kecil dari 0.04.

Gambar 3.6 Grafik yang menunjukkan terbentuknya muskovit pada batuan beku (Bailey S.W, 1984)

Page 16: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

Menurut percobaan kestabilan termal muskovit menurun seiring dengan pergantian

potassium (K) oleh Natrium (Na). (Chatterjee, 1972 dalam Bailey, 1984). Selain itu tekanan

3.5Kb atau 0.35Gpa adalah tekanan minimal untuk pembentukan kristal muskovit dalam suatu

magma. Parameter berikutnya adalah temperature untuk pembentukan muskovit adalah 650ºC-

700ºC. Namun hal ini tidak selamanya paten atau tetap, menurut Miller, 1981, pembentukan

muskovit terutama pada granit dapat terbentuk pada tekanan 1Kb dan tempertatur 125ºC.

Pengaruh ion-ion seperti boron, besi, dan magnesium yang membuat kestabilan termal

pembentukan muskovit berubah. Pada Fe,Mg pengeruhnya relative lebih kecil dibanding

dengan boron.

Gambar 3.7 Grafik yang menunjukan kestabilan temperature dan tekanan pembentukan muskovit (Chatterjee,

1970)

3.5 Pemanfaatan Muskovit

Muskovit merupakan salah satu dari keluarga mika yang bersifat elastis dan banyak

dimanfaatkan dalam kegiatan industri. Muskovit memiliki sifat dielektrik yang berarti mampu

menyimpan muatan atau energy elektrostatik dan penahan medan listrik yang baikHal ini

diakibatkan kestabilan kimia muskovit yang baik. Oleh karena itu muskovit digunakan secara

luas sebagai isolator pada alat-alat listrik. Roket, rudal, dan jet juga tak lepas dari material yang

berasal dari muskovit.

Page 17: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

Muskovit dikenal sebagai material tahan panas, salah satu contoh kegunaanya adalah

kaca refraktori pada oven suhu tinggi. Selain sebagai bahan dielektrik dan material tahan panas,

muskovit dalam keadaan bubuk dapat digunakan sebagai campuran pelumas.

Page 18: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Muskovit dapat dibedakan dengan mineral lain dari ciri fisiknya yaitu warna putih,

memiliki kekerasan 2.5<H<5.5, berlembar, kilap mutiara-kaca, transparan. dan sifat

mikroskopisnya antara lain perawakan prismatic dengan belahan 1 arah, relief bergelombang,

bias rangkap nmin > nepoxy. Pada pengamatan nikol bersilang dapat diamati bahwa muskovit

memiliki bias rangkap orde 2 (Bf 0.037-0.041), orientasi length slow, pemadaman pararel

dengan struktur mata burung.

Muskovit memiliki struktur filosilikat, termasuk kedalam true mica dengan system

monoklin prisma(2/m). Muskovit hadir pada semua jenis batuan baik itu batuan beku,

sedimen, maupun metamorf. Pembentukan muskovit pada batuan beku dapat dibedakan

menjadi tiga bentuk, yaitu pembentukan pada fasa magmatik, late to post-magmatic, dan

melalui fasa hidrotermal. Melalui percobaan diketahui kesetimbangan pembentukan kristal

muskovit pada suhu 650ºC-700ºC dan tekanan minimum adalah 3.5 Kbar. Kegunaan

muskovit adalah sebagai bahan isolator atau material dielektrik serta material tahan panas

akibat kestabilan kimianya. Selain itu muskovit dalam bentuk bubuk dapat digunakan sebagai

bahan campuran pellumas.

Page 19: Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, S.W, 1984. Reviews in Mineralogy Volume 13, MICAS. Chelsea, Michigan. Book

Crafter, Inc, copyright Mineralogical Society of America.

Deer, Howie, dan Zuzman. 2003. Rock-Forming Minerals, MICAS second edition. Oxford,

UK. Alden Press.

Louis, Ronald and Bonewitz. 2008. Rocks and Minerals, the Definitive Visual Guide.

London. Dorling Kindersley Limited

Pellant, Chris. 1966. Rocks and Minerals. London, UK. Dorling Kindersley.

Priadi, Bambang. 2009. Slide Kuliah Kristalografi Mineralogi : Aspek Kimia Mineral.

Geologi-ITB

Suparka, Emmy. 2014. Slide Kuliah Petrologi : Batuan Metamorf. Geologi-ITB

Susanto, Arif. 2014. Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi. Bandung. Geologi-

ITB