laporan koloid.docx

10
Laporan Praktikum Kimia Semester 2 Kelas XI IPA Tahun Ajaran 2011 / 2012 Judul : “Percobaan Efek Tyndall Kelas : XI IPA 1 Tanggal praktikum : 14 Mei 2012 A. Tujuan Mengetahui perilaku koloid terhadap cahaya B. Dasar Teori Untuk Praktikum : Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi, padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. Koloid berasal dari kata “kolia”,  yang artinya “lem”. Pada umumnya koloid mempunyai ukuran partikel antara 1 nm - 100 nm. Oleh karena ukuran partikelnya relatif kecil, sistem koloid tidak dapat diamati dengan mata l angsung (mata telanjang), tetapi masih bisa diamati dengan menggunakan mikroskop ultra. Perbandingan Sifat Sistem Dispersi Suspensi, Koloid, dan Larutan. Perbedaan Suspensi  Koloid Larutan Ukuran partikel > 100 nm 1  100 nm < 1 nm Penampilan fisis Keruh.  Partikel terdispersi dapat diamati langsung dengan mata telanjang. Keruh  jernih Partikel terdispersi hanya dapat diamati dengan mikroskop ultra.  Jernih Partikel terdispersi tidak dapat diamati dengan mikroskop ultra. Jumlah fasa Dua fasa Dua fasa Satu fasa Kestabilan (jika didiamkan). Mudah terpisah (mengendap)  Sukar terpisah (relatif stabil) Tidak terpisah (stabil)  Cara pemisahan Filtrasi (disaring) Tidak bisa disaring Tidak bisa disaring. Koloid adalah partikel yang mempunyai diameter yang terletak antara 1 atau 100 milimikron dalam suatu medium pelarut, telah kita ketahui bahwa terdapat 3 fase zat yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fase tersebut dapat dibuat 9 kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk system koloid, hanya 8. Kombinasi campuran fase gas menghasilkan campuran homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. Sebelum mengetahui fase zat, beberapa fase zat dengan sistem koloid sebagai berikut : 1. Sistem koloid fase zat pada zat padat cair (sol) Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh sistem koloid fase padat-cair: a. agar-agar b. cairan kanji c. pektin d. cat e. gelatin f. tinta

Upload: agung-dwi-rahmawan

Post on 18-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    1/9

    Laporan Praktikum Kimia

    Semester 2 Kelas XI IPA

    Tahun Ajaran 2011 / 2012

    Judul : Percobaan Efek Tyndall

    Kelas : XI IPA 1

    Tanggal praktikum : 14 Mei 2012

    A. Tujuan

    Mengetahui perilaku koloid terhadap cahaya

    B. Dasar Teori Untuk Praktikum :

    Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan

    pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi, padahal

    umumnya kristal mudah mengalami difusi. Koloid berasal dari kata kolia,yang artinya lem. Pada

    umumnya koloid mempunyai ukuran partikel antara 1 nm - 100 nm. Oleh karena ukuran partikelnya

    relatif kecil, sistem koloid tidak dapat diamati dengan mata langsung (mata telanjang), tetapi masih

    bisa diamati dengan menggunakan mikroskop ultra.

    Perbandingan Sifat Sistem Dispersi Suspensi, Koloid, dan Larutan.Perbedaan Suspensi Koloid Larutan

    Ukuran partikel > 100 nm 1100 nm < 1 nm

    Penampilan fisis

    Keruh.

    Partikel terdispersi

    dapat diamati

    langsung dengan

    mata telanjang.

    Keruh jernih Partikel

    terdispersi hanya

    dapat diamati dengan

    mikroskop ultra.

    Jernih

    Partikel terdispersi

    tidak dapat diamati

    dengan mikroskop

    ultra.

    Jumlah fasa Dua fasa Dua fasa Satu fasa

    Kestabilan (jika didiamkan).Mudah terpisah

    (mengendap)Sukar terpisah (relatif

    stabil)Tidak terpisah

    (stabil)

    Cara pemisahan Filtrasi (disaring) Tidak bisa disaringTidak bisa

    disaring.

    Koloid adalah partikel yang mempunyai diameter yang terletak antara 1 atau 100 milimikron

    dalam suatu medium pelarut, telah kita ketahui bahwa terdapat 3 fase zat yaitu padat, cair, dan

    gas. Dari ketiga fase tersebut dapat dibuat 9 kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat

    membentuk system koloid, hanya 8. Kombinasi campuran fase gas menghasilkan campuran

    homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. Sebelum mengetahui fase zat,

    beberapa fase zat dengan sistem koloid sebagai berikut :

    1. Sistem koloid fase zat pada zat padat cair (sol)

    Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat

    padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh sistem

    koloid fase padat-cair:

    a. agar-agar

    b. cairan kanji

    c. pektin

    d. cat

    e. gelatin

    f. tinta

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    2/9

    2. Sistem koloid fase zat padat-padat (sol padat)

    Sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan pendispersinya sama-

    sama berwujud padat, sehingga dikenal dengan sol padat. Berikut contoh sistem koloid fase padat-

    padat adalah logam campuran (aloi), misalnya; stainless steel, yang terbentuk dari campuran logam

    besi, kromium, dan nikel.27

    3. Sistem koloid fase padat-gas (aerosol padat)

    Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan pendispersinya berupa

    gas. Contohnya asap dari pembakaran sampah, atau asap dari kendaraan bermotor. Partikel padat

    yang berada di udara disebut partikular padat. Sistem dispersi zat padat di udara disebut aerosol

    padat. Sebenarnya, istilah aerosol lazim digunakan untuk menyatakan system dispersi zat cair di

    dalam medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair.

    4. Sistem koloid fase cair-gas (aerosol)

    Sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi

    berupa gas. Contohnya adalah kabut (fog) dan awan. Partikelpartikel zat cair terdispersi di udara di

    sebut partikulat cair. Beberapa contoh aerosol, antara lain: hairspray, obat nyamuk semprot,

    parfum, cat semprot, dan lain-lain. Pada produkproduk tersebut digunakan zat pendorong

    (propellant) berupa senyawa klorofluokarbon (CFC)

    5. Sistem koloid fase cair-cair (emulsi)

    Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium

    pendispersinya juga berupa cairan. Contohnya air dan minyak. Keduanya tidak dapat bercampurterkecuali jika ditambahkan suatu penghubung yaitu detergen.

    6. Sistem koloid fase cair-padat (emulsi padat)

    Sisitem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium

    pendispersi berupa zat padat. Contohnya: keju, mentega, mutiara.

    7. Sistem koloid fase cair-gas (busa)

    Sistem koloid ini terbentuk dari fasependispersi berupa gas dan medium berupa zat cair. Jika

    anda mengocok larutan tersebut terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase

    gas dalam medium cair. Contohnya: sabun, detergen, protein, dan tenin.28

    8. Sistem koloid fase gas-padat (busa padat)

    Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa

    zat padat yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas dalam medium cair

    disebut busa. Contoh fase busa padat adalah karet busa dan batu apung. Sistem koloid adalah suatu

    bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sifat yang

    terdapat dalam system koloid pun berbeda-beda baik itu sifat larutan ataupun suspensinya. Sistem

    koloid terdiri dari dua komponen yaitu fase terdispersi (zat yang tersebar merata) serta fase

    pendispersi (zat medium tempat partikel-partikel koloid itu terpencar). Jika pasir dicampurkan

    kedalam air, pasir dan air akan memisah ketika campuran diamankan, campuran seperti ini disebut

    suspensi. Dapat dilihat pada tabel dibawah mengenai berbagai jenis koloid.

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    3/9

    Sifat-sifat khas koloid meliputi :

    1. Efek TyndallEfek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

    2. Gerak BrownGerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.

    Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+

    Koloid As2S3bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-

    Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian

    pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini

    menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam

    campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh

    suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki

    partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase

    terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,

    maka gerak Brown semakin lambat.

    3. AdsorbsiBeberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion

    atau senyawa yang lain.

    Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya

    penyerapan sampai ke bawah permukaan).

    Contoh :

    (i) Koloid Fe(OH)3bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.

    (ii) Koloid As2S3bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2-

    .

    4. KoagulasiKoagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya

    koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

    Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau

    secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

    5. Koloid Liofil dan Koloid LiofobKoloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.

    1. Koloid Liofil:sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besarterhadap medium pendispersinya.

    Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat

    2. Koloid Liofob:sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.

    Contoh: sol belerang, sol emas.

    6. Muatan koloidDikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

    http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/03/kimia-sma_002.jpghttp://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/03/kimia-sma_003.jpghttp://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/03/kimia-sma_002.jpghttp://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/03/kimia-sma_003.jpg
  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    4/9

    7. DialisisDialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis.

    Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi

    permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati

    cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

    8. ElektroforesisElektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakanarus listrik.

    Pembuatan koloid terbagi menjadi dua, yaitu:

    1) Cara kondensasi

    Prinsip Partikel molekular kondensasi partikel koloid Reaksi kimianya antara lain: Reaksi

    Redoks, hidrolisis, substitusi, dan penggaraman.

    Reaksi RedoksPembuatan sol belerang :

    2H2S (aq) + SO2(g) 2 H2O (l) + 3 S (sol)

    Pembuatan sol emas :

    2AuCl3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3 H2O (l) 6 HCl (aq) + 3 HCOOH (aq) + 2 Au (sol)

    Reaksi HidrolisisPembuatan sol Fe(OH)3:

    FeCl3(aq) + 3 H2O 3 HCl (aq) + Fe(OH)3 (sol)

    Reaksi Dekomposisi RangkapPembuatan sol As2S3:

    2H3AsO3(aq) + 3H2S 6H2O (l) + As2S3(sol)

    Pembuatan sol AgCl :

    AgNO3(aq) + NaCl (aq) NaNO3(aq) + AgCl (sol)

    Reaksi Pertukaran PelarutPembuatan sol belerang :

    larutan S dalam alkohol + air sol S dalam air

    2) Cara dispersi

    Prinsipnya: Partikel dasar Partikel koloid Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik

    /kimia:

    a. Cara mekanik : dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan carapenggerusan atau penggilingan.

    b. Cara busur bredig : digunakan untuk membuat sol-sol garam.c. Cara peptisasi : pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan

    bantuan suatu zat perneptisasi (pemecah) Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang

    didispersikan maka sistem disperse dibedakan menjadi :

    Dispersi kasar(suspensi) : air sungai yang keruh, tanah liat dengan air. Dispersi koloid: partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran antara 10-7 cm 10-5 cm.

    Contoh : tinta, susu , asap dan kabut.

    Dispersimolekuler ( larutan sejati) : partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran lebihkecil 10-7 cm. Contoh : gula, atau garam dapur dalam air.

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    5/9

    C. Alat dan Bahan

    Tabung reaksi Senter Air gula Air tanah Susu Larutan sabun Agar-agar Tepung terigu

    D. Cara Kerja

    1. Menyiapkan 6 tabung reaksi yang bersih2. Memasukkan air gula, air tanah, susu, larutan sabun, agar-agar, dan larutan tepung pada

    tabung reaksi yang berbeda

    3. Mengarahkan berkas cahaya lampu senter pada masimg-masing tabung reaksi satu per satu.Mengamati berkas cahaya dari samping dengan arah tegak lurus. Pada tabung mana saja

    berkas cahaya dapat terlihat?

    4. Mencatat hasil pengamatan

    E. Hasil Pengamatan

    Campuran Warna Campuran Bening/keruhMenghamburkan/meneruskan

    cahaya

    Susu Putih Keruh Menghamburkan

    Air sabun Hijau Keruh Menghamburkan

    Air tanah Cokelat/ada endapan Keruh Menghamburkan

    Agar-agar Cokelat Keruh Menghamburkan

    Tepung terigu Putih/ada endapan Keruh Menghamburkan

    Air gula Transparan Bening Meneruskan

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    6/9

    F. Pembahasan

    Air gula yang berwarna transparan dan bening ternyata setelah dijatuhkan cahaya, larutantersebut akan meneruskan cahaya itu. Hal itu berarti air gula termasuk ke dalam larutan.

    Susu yang berwarna putih dan keruh ternyata setelah dijatuhkan cahaya, larutan tersebutakan menghamburkan cahaya itu. Hal itu berarti susu termasuk ke dalam koloid.

    Air sabun yang berwarna hijau dan keruh ternyata setelah dijatuhkan cahaya, larutantersebut akan menghamburkan cahaya itu. Hal itu berarti air sabun termasuk ke dalam

    koloid

    Air tanah yang berwarna cokelat, ada endapan dan bening ternyata setelah dijatuhkancahaya, larutan tersebut akan menghamburkan cahaya itu. Hal itu berarti air tanah

    termasuk ke dalam koloid

    Agar-agar yang berwarna cokelat dan keruh ternyata setelah dijatuhkan cahaya, larutantersebut akan menghamburkan cahaya itu. Hal itu berarti agar-agar termasuk ke dalam

    koloid

    Tepung terigu yang berwarna putih dan keruh ternyata setelah dijatuhkan cahaya, larutantersebut akan menghamburkan cahaya itu. Hal itu berarti tepung terigu termasuk ke dalam

    koloid

    G. Kesimpulan

    Pada percobaan efek tyndall ini koloid dapat menghamburkan cahaya, dalam larutan tidak

    terbentuk endapan, dan tampak keruh. Contoh seperti susu, air sabun, agar-agar. Sedangkan

    larutan sejati akan meneruskan cahaya (transparan) dan tampak bening. Contoh : larutan gula.

    Sedangkan suspensi akan menghamburkan cahaya dalam larutan terbentuk endapan dan keruh.

    Contoh : air tanah, tepung terigu.

    Koloid dapat menghamburkan cahaya karena ukuran partikel koloid yang relatif besar

    dibandingkan ukuran partikel larutan sejati

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    7/9

    Laporan Praktikum Kimia

    Semester 2 Kelas XI IPA

    Tahun Ajaran 2011 / 2012

    Judul : Pembuatan Koloid Dengan Cara Dispersi

    Kelas : XI IPA 1

    Tanggal praktikum : 14 Mei 2012

    A. Tujuan

    Mengetahui pembuatan koloid dengan cara dispersi

    B. Alat dan Bahan

    Belerang Gula Gelas kimia Pengaduk Sendok Lumpang Kertas saring Corong

    C. Cara Kerja

    a) Pembuatan Sol BelerangMencampurkan 1 sendok gula dan 1 sendok belerang dalam lumping. Menggerus

    campuaran itu sampai halus. Mengambil 1 sendok teh campuran itu (yang lainnya dibuang)

    dan mencampurkan dengan 1 sendok gula lalu gerus sampai halus. Menuangkan sedikit

    dari campuran terakhir ke dalam gelas kimia berisi 50 ml air suling dan aduk. Menyaring

    jika masih ada endapan.

    b) Pembuatan Sol / Gel Agar-agarIsilah sebuah tabung reaksi dengan air suling hinngga kira-kira sepertiga tabung.

    Tambahkan 1 spatula agar-agar dan aduk. Panaskan tabug beserta isinya smapi mendidih.

    Dinginkan campuran itu untuk memperoleh gel agar-agar.

    c) Pembuatan Emulsi Minyak Dalam AirMasukkan kira-kira 5 mL air dan 1 mL minyak tanah ke dalam sebuah tabung reaksi.

    Goncangkan tabung dengan keras kemudian letakkan tabung tersebut pad arak tabung.

    Perhatikan apa yang terjadi, masukkan kira-kira 5 mL air, 1 mL minyak tanah, dan 1 mL

    larutan detergen ke dalam tabung lain. Goncangkan dengan keras kemudian letakkan

    tabung tersebut pad arak tabung. Perhatikan apa yang terjadi.

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    8/9

    D. Hasil Pengamatan

    1) Pembuatan Sol BelerangBelerang memiliki sifat hidrofob sehingga belerang tidak dapat larut dalam air.Pada

    pembuatan sol belerang kita lakukan dengan cara dispersi yaitu dengan pemecahan partikel

    kasar menjadi partikel koloid melalui cara penghalusan dan mengaduknya dalam air.

    Pembuatan sol belerang dapat membuat belerang yang bila dicampur dengan gula bisabersatu dengan air. Sedangkan bila belerang tidak dicampur dan ditumbuk dengan gula

    maka belerang tersebut tidak dapat bercampur dengan air.

    2) Pembuatan Sol / Gel Agar-agarKoloid ini terjadi secara dispersi, dimana agar-agar dipanaskan dengan aiir dan terbentuk

    sol. Sol merupakan sistem koloid yang partikel terdispersinya zat padat berada pada

    medium pendispersinya serbuk agar-agar dan medium pendispersinya.

    3) Pencampuran Air dan MinyakPada pencampuran air dan minyak, air berada dibawah dan minyak diatasnya. Tidak

    menyatu air dengan minyak. Hal itu dikarenakan air dan minyak berbeda massa jenisnya

    walaupun keduanya merupakan zat cair. Massa jenis minyak lebih kecil dari massa jenis air.

    4) Pencampuran Air, MInyak, dan Lrutan DetergenLarutan detergen mengemulsi minyak dalam air, sehingga larutan detergen dapat menyatukan

    minyak dan air dan larutan detergen mengemulsi dengan cara dispersi. Pencampuran air, minyak,

    dan larutan detergen membuat minyak dan air dapat bersatu.

    E. Pertanyaan

    1) Jelaskan perbedaan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dengan cara dispersi?2) Belerang praktis tidak larut dalam air, jelaskan bagaimana belerang yang digerus bersama

    dengan gula dapat membentuk sol belerang? (apa fungsi gula dalam proses ini?)

    3) Agar-agar sebenarnya tidak larut dalam air. Apa yang terjadi ketika suspense agar-agardipanaskan?

    4) Jelaskan bagaimana detergen mengemulsikan minyak dalam air!5) Apakah semua sol dapat membentuk gel?

  • 5/28/2018 Laporan KOLOID.docx

    9/9

    POLAR NON POLARNON POLARPOLAR

    F. Analisis Data

    Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadipartikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,

    reaksi hidrolisis, dan reaksi dekomposisi rangkap, atau dengan reaksi pergantian pelarut.

    Sedangkan dengan cara disperse, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara

    dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik.

    Pada pembuatan sol belerang dengan cara mekanik yaitu menghaluskan belerang dan gulasampai berwarna putih. Fungsi penambahan gula adalah sebagai zat yang membantu

    belerang agar larut dalam air sehingga dapat membentuk sol belerang selain itu gula juga

    sebagai medium dispersi, sedangkan belerang adalah zat yang terdispersi.

    Agar-agar menjadi larut dalam air dan memadat apabila larutan didinginkan. Agar agarmerupakan koloid setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Gel dapat terbentuk

    dari suatu sol yang zat terdispersinya (agar-agar) mengadsorpsi medium dispersinya (gula).

    Air tidak akan pernah bercampur dengan minyak karena adanya perbedaan massa jenis.Massa jenis minyak yang lebih kecil dari air membuat minyak akan selalu berada di atas air.

    Air bersifat polar tidak dapat bercampur minyak yang bersifat nonpolar, untuk dapat

    mengemulsikan air dan minyak tanah, harus ada zat penghubung antara keduanya. Zat

    penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut dalam air) juga harus

    memiliki gugus non polar (gugus yang dapat larut dalam minyak) sehingga zat penghubung

    tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak tanah.Detergen dapat membuat air dan minyak membentuk emulsi karena gugus polar pada

    minyak memiliki sifat hidrofil sedangkan gugus nonpolarnya akan menarik minyak dan

    mendispersikannya ke dalam air sehingga membentuk sistem koloid.

    Air Penghubung (Deterjen) Minyak Tanah

    Tidak semua sol dapat membentuk gel. Sol dibagi menjadi dua macam yaitu sol liofob dansol liofil. Sol liofob adalah sol yang fase terdipersinya mempunyai afinitas yang kecil atau

    menolak medium pendispersinya, kekentalannya sendiri rendah. Sol liofil adalah sol yang

    fase terdipersinya mempunyai afinitas yang besar atau mudah menarik medium

    pendispersinya, kekentalannya sendiri tinggi

    G. Simpulan

    Pada pembuatan sol belerang prinsip pembuatan koloid yang digunakan adalah cara dispersi

    khususnya cara mekanik yaitu menghaluskan belerang dan gula dengan menggunakan lumpang

    dan alu sampai berwarna putih. Fungsi penambahan gula adalah sebagai zat yang membantu

    belerang agar larut dalam air. Pembuatan gel agar-agar terjadi secara dispersi, serbuk agar-agar

    menjadi partikel terdispersinya dan air sebagai medium pendispersinya. Gel / sol agar-agarmerupakan sistem koloid yang partikel terdispersinya zat padat. Pada pencampuran air dan

    minyak, keduanya tidak akan menyatu kalau tidak diberika larutan detergen sebagai

    pengemulsinya. Detergen sebagai pengemulsi dapat menyatukan air dan minyak. Hal itu

    disebabkan pada detergen terdapat ujungt-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofil yang

    berpegang erat pada minyak, sehingga air dan minyak bisa menyatu.