laporan kinerja tahun 2014
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA TAHUN 2014
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI (i) DAFTAR TABEL (ii) DAFTAR GAMBAR (iii) KATA PENGANTAR (v) IKHTISAR EKSEKUTIF (vii)
I PENDAHULUAN (1) A. Gambaran Umum (1)
B. Permasalahan dan Aspek Strategis (5)
C. Metode Pengumpulan Data Kinerja (9)
D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja (11)
II PERENCANAAN KINERJA (12)
A. Metode Pengukuran Kinerja (12)
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014(15)
C. Target Kinerja Lainnya (17)
III AKUNTABILITAS KINERJA (18) A. Capaian Kinerja (18)
B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya (43)
C. Akuntabilitas Keuangan (49)
D. Capaian Kinerja Lainnya (50))
IV PENUTUP (57)
LAMPIRAN
ii
Daftar
Tabel 1 Perjanjian Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014 (16)
Tabel 2. Rincian Target Jumlah Tanah dilegalisasi (17)
Tabel 3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 (19)
Tabel 4. Capaian Kinerja Legalisasi Asset 2014 dan selama 4 tahun terakhir (21)
Tabel 5. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 (24)
Tabel 6. Capaian kinerja konsolidasi tanah tahun 2014 (29)
Tabel 7. Output konsolidasi tanah Tahun 2010 – 2014 (30)
Tabel 8. Capaian Kinerja Konsolidasi Tanah Tahun 2014 (32)
Tabel 9. Realisasi Pencapaian Kinerja 2010-2014 (34)
Tabel 10. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan Tahun 2014 (36)
Tabel 11. Peningkatan cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi (39)
Tabel 12. Capaian Kinerja cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi (39)
Tabel 13. Kategorisasi Indeks Kepuasan Masyarakat (43)
Tabel 14. Jenis Program Prioritas dan Realisasi Input dan Output Tahun 2014 (46)
Tabel 15. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output Program Prioritas (47)
Tabel 16. Realisasi dan Sisa pada Input dan Output Program Prioritas (48)
Tabel 17. Realisasi Anggaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014 (49)
Tabel 18. Nilai Hak Tanggungan (HT) dari Produk Sertipikat HAT yang Dikeluarkan oleh BPN
selama tahun 2014 (54)
Tabel
iii
Daftar
Gambar 1. Kontribusi BPN-RI dalam pencapaian Program Prioritas Nasional (1)
Gambar 2. Sasaran Strategis Badan Pertanahan Nasional tahun 2014.(2)
Gambar 3. Kondisi Kantor Unit Kerja (2)
Gambar 4. Kondisi Fisik Bangunan Kantor Milik BPN-RI (3)
Gambar 5. Pegawai Berdasarkan Lokasi Kerja (4)
Gambar 6. Proporsi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin (4)
Gambar 7. Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan (4)
Gambar 8. Permasalahan Pertanahan Strategis (5)
Gambar 9. Sasaran Stretegis BPN-RI (7)
Gambar 10. Luas Wilayah dan Cakupan Peta (8)
Gambar 11. Cakupan Peta Dasar Pertanahan Sampai dengan Akhir 2014 (9)
Gambar 12. Skematis sistem Pelaporan pada SKMPP (10)
Gambar 13. Persentase capaian kinerja legalisasi Aset tahun 2010-2014 (20)
Gambar 14. Perbandingan target Renstra dan Capaian 2010-2014 (21)
Gambar 15. Persentase pencapaian legalisasi Aset berdasarkan kegiatan Tahun 2014 (21)
Gambar 16. Persentase capaian legalisasi asset Rupiah Murni (RM) dan PNBP (22)
Gambar 17. Skema pencegahan dan penetapan tanah terlantar (25)
Gambar 18. Kinerja usulan untuk penetapan (26)
Gambar 19. Capaian Kinerja pencegahan tanah terlantar (26)
Gambar 20. Perbandingan Target Renstra dengan Capaian 2010-2014 (27)
Gambar 21. Perbandingan Capaian (%) Konsolidasi Tanah Tahun 2010-2014 (30)
Gambar 22. Perbandingan Capaian Konsolidasi Tanah Renstra dan Ketersediaan Anggaran(30)
Gambar 23. Capaian Kinerja (%) Redistribusi Tanah Tahun 2010 -2014 (33)
Gambar 24. Perbandingan capaian Kinerja berupa output Redistribusi Tanah tahah sampai
dengan 2014 dibandingkan Renstra (33)
Gambar 25. Penyelesaian kasus pertanahan berdasarkan katagori penyelesaian (36)
Gambar 26. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan 2010 - 2014 dibandingkan dengan
Tahun 2010 – 2013 (37)
Gambar 27. Capaian Penyelesaian Kasus Pertanahan Sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan
Renstra (37)
Gambar
iv
Gambar 28. Capaian Kinerja Infrastruktur Pertanahan Tahun 2014 dibandingkan capaian 2010,
2011, 2012, 2013 (40)
Gambar 29. Capaian Kinerja Pemetaan Dasar sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra (40)
Gambar 30. Realisasi Pencapaian PNBP 2010-2014 (50)
Gambar 31. Realisasi PNBP (Rupiah) 2010-2014 (50)
Gambar 32. Perbandingan Legalisasi Aset 2014 Rupiah Murni dengan PNBP (51)
Gambar 33. Perbandingan antara APBNP 2014 dengan Capaian Hak Tanggungan (56)
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
v
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LKj) atau dulu dikenal dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja
(LAKIP) sejatinya merupakan dokumen pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
BPN-RI kurun waktu tahun 2014 kepada pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu
Masyarakat Indonesia. Laporan Kinerja ini juga dapat di upload di website BPN RI yaitu :
www.bpn.go.id.
Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 merupakan tahun terakhir dari Pelaksanaan
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI periode tahun2010-2014 sehingga secara
akumulutatif capaian kinerja dari tahun 2010-2014 menggambarkan juga capaian kinerja
Renstra BPN RI yang dimaksud. Dengan kata lain, asumsi-asumsi penyusunan Rencana
Strategis tahun 2010-2014 telah disimpulkan benar ataukah ada yang kurang tepat. Hasil
evaluasi semacam ini sangat berguna untuk merumuskan asumsi-asumsi yang relevan
untuk penyusunan perencanaan yang akan datang.
Penyusunan Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 telah mengacu pada Peraturan
Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014. Dalam Peraturan ini
penyusunan laporan kinerja tampak lebih sederhana, padat dan komunikatif dibandingkan
penyusunan laporan akuntabilitas tahun-tahun sebelumnya. Hal ini Nampak dari struktur
pelaporan yang secara tepat telah mampu merangkum semua capaian kinerja. Tentu saja
capaian kinerja sangat berbeda dengan capaian hasil. Dalam capaian kinerja,
penekanannya pada sasaran dan indikator program. Seluruh sasaran dan indikator kegiatan
tentu mengarah pada capaian sasaran dan indikator program. Manfaat atau benefit
tercermin dari rumusan sasaran dan indikator program di setiap level eselon satu. Dalam
laporan kinerja ini menggunakan seluruh bahan-bahan yang ada dalam setiap sasaran dan
indikator program baik di pusat dan Daerah.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
vi
Telah diupayakan dengan segala daya baik pikiran dan tenaga bahkan melalui
diskusi yang hangat, penyusunan Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 masih dijumpai
kekurangan disana sini. Namun besar harapan, kiranya Laporan Kinerja BPN RI Tahun
2014 diapresiasi seluruh masyarakat sehingga upaya menjadikan tanah dan pertanahan
bagi sebesar-besarnya kemamuran rakyat Indonesia segera terwujud. Laporan Kinerja ini
juga menjadi bahan masukan yang sangat baik untuk perbaikan mutu perencanaan ke
depan.
Jakarta, 2015
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
FERRY MURSYIDAN BALDAN
vii
IKHTISAR
EKSEKUTIF
Indonesia merupakan salah satu dari 10 Negara di dunia yang memiliki wilayah daratan terluas.
Dengan luas daratan mencapai 191,09 juta Hektar. Luasnya wilayah daratan ini merupakan berkah
dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus pekerjaan besar bagi pemerintah dan masyarakat
Indonesia untuk mengelolanya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan pergeseran ke Negara
IndustrI telah menyebabkan semakin strategis dan semakin rumitnya pengelolaan pertanahan di
Indonesia. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melaksanakan sebagian tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral; melalui tugas dan fungsi
dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan manajemen dan pelayanan pertanahan. Dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya ini BPN-RI harus dapat menjawab permasalahan-permasalahn
strategis bidang pertanahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu; tingginya konflik
pertanahan, berlarutnya penyelesaian kasus pertanahan, rendahnya cakupan peta dasar, kurangnya
SDM pengukuran, sulitnya pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sebagian besar petani kusasi
lahan dibawah setengah hektar serta permasalahan tanah adat dan tanah ulayat, berkurangnya
kasus pertanahan.
Pada tahun 2010 – 2014, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berkonstribusi dalam
pencapaian Program Prioritas Nasional yaitu Prioritas nomor 5 (penanggulangan kemiskinan),
nomor 6 (infrastruktur), nomor 7 (iklim investarsi dan iklim usaha), nomor 8 (energi) dan nomor 10
(daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik), untuk kontribusi tersebut BPN-RI
menetapkan enam sasaran stretegis yang ditetapkan pada Renstra 2010-2014, yaitu (1) terwujudnya
jaminan kepastian hukum hak atas tanah (dengan indikator kinerja utama adalah jumlah bidang
tanah yang dilegalisasi), (2) terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah (dengan indikator kinerja utama; (3) terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal(dengan indikator kinerja utama
jumlah bidang tanah yang ditata melalui konsolidasi tanah dan jumlah bidang tanah yang ditata
melalui redistribusi tanah),(4) berkurangnya kasus pertanahan (dengan indicator kinerja utama
Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan) (5) terpenuhinya infrastruktur pertanahan(Jumlah
cakupan peta Dasar, peta Tematik dan peta Potensi), (6) meningkatnya kualitas layanan pertanahan
(dengan indikator kinerja utama Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset
tanah).
Capaian kinerja BP-RI tahun 2014 terhadap kegiatan untuk mendukung sasaran trategis diuraikan
sebagai berikut ; jumlah bidang tanah yang dilegalisasi dari target 866.461 bidang terealisasi
sebanyak 828.830 bidang (target kinerja untuk penambahan jumlah relatif sertipikat tanah di seluruh
Indonesia dari target 2,07% terealisasi 1,99% atau capaian kinerja 97,76%) terjadi peningkatan capai
kinerja selama lima tahun sebelumnya masing-masing 59,83% (tahun 2010), 77,23%(tahun 2011),
86,65%(tahun 2012), 90,44%(tahun 2013). Target Renstra 2010-2014 yaitu sebanyak 4.063.430
viii
bidang sedangkan capaian selama 2010-2014 sebanyak 5.006.897 bidang atau 123,22%. Pada
pelaksanaan kegiatan legalisasi asset semua hambatan dan kendala umumnya bisa diatasi, kecuali
untuk kegiatan legalisasi asset transmigrasi, hal ini disebabkan adanya perbedaan data subyek dan
obyek tanah yang disampaikan, beberapa wilayah transmigrasi telah ditetapkan sebagai kawasan
hutan.
Capaian kinerja terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah berupa
kepustusan tanah terlantar yang ditetapkan sampai dengan akhir 2014 sebanyak 161 Surat
Keputusan (SK) tercapai penambahanya sebanyak 15 SK dari target penambahan 65 SK artinya
capaian kinerja 23,77%. Ada dua prespektif dalam pelaksanaan penertiban dan pendayagunaan
tanah terlantar, pertama prespektif penetapan tanah terlantar yang diukur dari jumlah usulan
penetapan tanah terlantar capaian kinerja sebanyak 89,13%, sedangkan prespektif pencegahan
116,67%. Besarnya pencapaian prespektif pencegahan ini diyakini telah menyebabkan para
pemegang hak menjadi sangat serius dan berupaya maksimal dalam memanfaatkan lahan yang
mereka kuasai sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak. Hal ini terlihat dari berkurangnya
secara drastis luas tanah terlantar darai 7,3 juta ha (tahun 2010) menjadi 4 juta ha (akhir 2014). Jika
diperhatikan maka dari tahun 2010 -2014 capaian kinerja pencegahan tanah terlantar lebih
dominan. Di dalam Renstra 2010-2011 target luas untuk diindtifikasi dan diteliti 379.500 ha capaian
selama 2010-2014 seluas 2.050.088 ha atau 540%. Kendala utama dalam penetapan tanah terlantar
adalah adanya perlawanan hukum yang dilakukan dari pemegang hak untuk membatalkan SK
penetapan tanah terlantar. Namun jumlah penetapan bukanlah otcome yang diharapkan,
keberhasilan dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah berkurangnya luas tanah terlantar dari tahun
ke tahun di Indonesia dan meyakinkan kalau semua sumberdaya lahan telah digunakan secara
optimal untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Capaian kinerja terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah secara optimal (dengan indikator kinerja utama jumlah bidang tanah yang ditata
melalui konsolidasi tanah dan jumlah bidang tanah yang ditata melalui redistribusi tanah). Dari
target 11.250 bidang tanah (29,97% dari rencana di Renstra 2010-2014) tercapai 4.287 bidang
(11,42%) dengan capaian kineja 38,11%. Terjadi penurunan capaian kinerja dari tahun 2010-2014.
Untuk mengantisipasinya BPN-RI telah melakukan kegiatan pendukung berupa pemetaan potensi
konsolidasi tanah untuk mengetahui daerah yang berpotensi sebagai lokasi kegiatan prioritas tahun
berikutnya. Kegiatan redistribusi tanah dari target 154.075 bidang (6,59%) tercapai 138.181 bidang
(5,91%), artinya capaian kinerja 89,68%. Secara umum capaian kinerja selama tahun 2010-2014
cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan rencana dalam Renstra tingkat capaianya 70,15%.
Capaian kinerja berkurangnya kasus pertanahan (dengan indikator kinerja utama jumlah kasus
pertanahan yang terselesaikan, dari target 3.018 kasus (target sangat optimis 100%) dapat
diselesaikan 2.910 kasus (96,42%) artinya capaian kinerja 96,42%. Capaian kinerja selama lima tahun
cukup tinggi. Target Renstra 2010-2014 sebanyak 13.955 kasus yang berhasil diselesaikan sebanyak
11.736 kasus (84,09%). Keberhasilan kinerja ini terlihat dari jumlah tidak bertambahnya jumlah kasus
dari tahun ketahun, kerana pasti ada kasus-kasus baru yang muncul dari waktu kewaktu. Hal
terpenting adalah penambahan kasus tidak lebih banyak dari kasus yang diselesaikan.
Capaian kinerja terpenuhinya infrastruktur pertanahan (jumlah cakupan peta Dasar, peta Tematik
dan peta Potensi, dari target yang ditetapkan 1.453.475 Ha (ada penambahan cakupan 3,77%
ix
tercapai seluas 810.308 Ha (2,10%), artinya capaian kinerja 55,75%. Capaian kinerja tahun 2014
paling kecil dibandingkan empat tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan target Renstra
2010-2014 capaiannya 277,66%.
Capaian kinerja meningkatnya kualitas layanan pertanahan (dengan indikator kinerja utama Indeks
Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah), target nilai A, tercapia B.
Capaian kinerja lainnya adalah legalisasi asset dari PNBP (dana dari pemohon) tahun 2014 tercapai
sebanyak 1.105.552 bidang, artinya lebih banyak dari legalisasi asset yang dibiayai Rumpiah Murni.
Disamping itu dalam tahun 2014 hak tanggungan yang tercapai sebanyak 658.63 Trilium, angka yang
pastastif untuk mendukung peningkatan ekonomi di Negara kita. Efisiensi penggunaan angaran rata-
rata 100%, Sedangkan efisiensi SDM (Petugas Ukur ) 290% (menjadi mendesak untuk dilakukan
penambahan jumlah petugas ukur). Realisasi penggunaan angaran di tahun 2014 adalah sebesar
84,74%.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
1
I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Indonesia merupakan salah satu dari 10 Negara di dunia yang memiliki wilayah
daratan terluas. Dengan luas daratan mencapai 191,09 juta Hektar. Luasnya wilayah
daratan ini merupakan berkah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus pekerjaan
besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mengelolanya. Seiring dengan
pertambahan penduduk dan pergeseran ke Negara industri telah menyebabkan semakin
strategis dan semakin rumitnya pengelolaan pertanahan di Indonesia. Luas wilayah
Indonesia adalah lebih kurang 840 juta Ha, terdiri 191 Juta Ha daratan dan 649 juta Ha
lautan. Dari luas daratan, sekitar 124,19 juta hektar (64,93%) masih berupa hutan seperti
hutan lebat, hutan sejenis, dan hutan belukar. Sisanya seluas 67,08 juta hektar (35,07%)
telah dibudidayakan dengan berbagai kegiatan.
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pertanahan baik secara
nasional, regional dan sektoral, diatur pada Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013.
Pada tahun 2010 – 2014, Badan Pertanahan Nasional berkonstribusi dalam pencapaian
Program Prioritas Nasional yaitu Prioritas nomor 5, 6, 7, 8 dan 10 :
Gambar 1. Kontribusi BPN-RI dalam pencapaian Program Prioritas Nasional
Berdasarkan, Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 (dinyatakan bahwa bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat), UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (di dalamnya dijelaskan bahwa Negara menjamin hak-hak masyarakat atas bumi,
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
2
air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya), dan TAP
MPR Nomor IX/2001 tentang Pembaruan Agraria, dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
yang selanjutnya menetapkan prinsip-prinsip dan arah kebijakan pembaruan agraria dan
pemanfaatan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan, kegiatan Reforma
Agraria telah menjadi komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam upaya
memperbaiki permasalahan utama pada ketimpangan Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T).
Dalam pelaksanaan anggaran tahun 2014 Badan Pertanahan Nasional
menetapkan enam sasaran strategis Sesuai Renstra 2010 – 2014, dan Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 tahun 2012 dalam mencapai visi organisasi
dinyatakan sebagai berikut :
Gambar 2. Sasaran Strategis Badan Pertanahan Nasional tahun 2014.
Gambar 3. Kondisi Kantor Unit Kerja
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
3
Terdapat 334 satker yang telah memiliki tanah dan bangunan sendiri 238 satker
dalam kondisi baik, 69 satker kondisi rusak ringan dan 27 satker rusak berat,
Gambar 4. Kondisi Fisik Bangunan Kantor Milik BPN-RI
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia memiliki tugas dan fungsi
pokok sebagai lembaga Pemerintah yang melakukan penataan dan pengelolaan bidang
pertanahan di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Berdasarkan mandate Peraturan
Presiden Nomor 10 Tahun 2006 jo Perpres Nomor 85 Tahun 2012). Wilayah kewenangan
Badan Pertanahan Nasional meliputi wilayah nasional daratan non hutan seluas kurang
lebih 67,08 juta Ha. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di atas, pada akhir
tahun 2014 BPN RI memiliki pegawai negeri sipil sebanyak 19.786 orang dengan rincian
(1) Pegawai BPN Pusat berjumlah 1.218 orang, atau 7,14 %; (2) sebanyak 3.972 orang
atau sekitar 18,39 %, tersebar di 33 Kantor Wilayah BPN Propinsi, serta (3) sebanyak
16.085 orang 74,47%. tersebar di 426 Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan 29
Perwakilan Kantor Pertanahan seluruh Indonesia. Perlu disampaikan bahwa pada awal
tahun 2014 jumlah SDM BPN RI justru mengalami pengurangan yang cukup signifikan
sehingga tinggal sekitar 19.786 orang.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
4
Gambar 5. Pegawai Berdasarkan Lokasi Kerja
Gambar 6. Proporsi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 7. Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
5
B. Permasalahan dan Aspek Strategis
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia berada dalam suatu posisi yang sejalan dengan tujuan nasional yaitu:
untuk mewujudkan tanah bagi sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian
program-program yang direncanakan dan dilaksanakan merupakan langkah kongkrit
dalam tahapan yang terukur dan berkesinambungan dalam mewujudkan tujuan nasional.
Isu strategis dalam pengelolaan pertanahan di Indonesia yang perlu mendapatkan
perhatian serius dan ditindaklanjuti secara berkesinambungan sebagaimana disajikan
pada gambar 8.
Gambar 8. Permasalahan Pertanahan Strategis
Masalah pertanahan di Indonesia tidak bisa di tangani dan diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan hukum saja, melainkan dengan pendekatan holistik
(komperhensif) seperti politik, sosial budaya, ekonomi (kesejahteraan) dan ekologi. Yang
tidak kalah penting adalah penanganan dan penyelesaian konflik dilapangan harus
didukung oleh kelembagaan pertanahan yang kuat dan berwibawa, koordinasi antar
instansi pemerintah yang efektif, administrasi pertanahan yang berbasis teknologi dan
penerapan prinsip-prinsip good governance, manajemen konflik yang efektif dan efisien,
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
6
strategi penanganan dan penyelesaian yang cepat, tepat dan efektif ditopang sumber
daya manusia yang handal, baik di pusat maupun di daerah.
Saat ini penyelesaian sengketa atau permasalahan terkait bidang pertanahan di
Indonesia dapat dilakukan baik melalui jalur pengadilan maupun di luar pengadilan
(mediasi). Kebijakan Pemerintah saat ini lebih mengutamakan penyelesaian di luar
pengadilan terlebih dahulu, apabila tidak dapat terselesaikan melalui jalur mediasi,
penyelesaian dapat dilanjutkan ke acara pengadilan. Jalur pengadilan itu dapat berupa
Pengadilan Umum, Pengadilan Tata Usaha Negara (misalnya pada kasus tuntutan
pembatalan sertifikat tanah), serta Pengadilan Agama dalam hal sengketa tanah warisan
dan tanah wakaf. Setiap konflik pertanahan kemudian diselesaikan dalam pengadilan
umum, Dalam praktiknya, tiga pengadilan yang berbeda tersebut dapat melakukan acara
peradilan pada kasus yang sama dengan hasil keputusan yang berbeda-beda.
Intensitas kebutuhan pembangunan yang semakin meningkat serta kondisi makin
terbatasnya ketersediaan tanah, secara signifikan berakibat pada semakin sulitnya
optimalisasi pemanfaatan penggunaan tanah, khususnya bagi pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum. Yang terjadi kemudian adalah pertentangan kepentingan antar
pihak atas sebidang tanah yang sama. Akibatnya, Pemerintah pun mengalami kesulitan
dalam melakukan proses pembebasan lahan, terutama terkait eksekusi pembebasan
penguasaan lahan dan pembiayaannya yang menjadi sangat mahal. Itu semua terlihat
melalui banyaknya kasus pembebasan lahan yang berlarut-larut. Di sisi lain, hak
penduduk yang lebih membutuhkan dan mampu memanfaatkan bidang tanah tersebut
tidak terpenuhi, sehingga kesejahteraan yang seharusnya akan didapat menjadi tidak
terwujud.
Dari hasil evaluasi sementara, Badan Pertanahan Nasional secara ideal
diharapkan memiliki kekuatan pegawai negeri sipil sebanyak 26.000 orang, dengan
proporsi kompetensi ideal untuk juru ukur diharapkan 30 % dari jumlah pegawai. Saat ini
jumlah sumber daya manusia juru ukur masih sangat kurang, yaitu baru mencapai sekitar
1.689 orang dari jumlah pegawai keseluruhan sebanyak 20.184 orang atau hanya 8%.
Cakupan Peta Dasar Pertanahan secara nasional saat ini hanya meliputi 40%
dari luas total wilayah daratan nasional. Ketersediaan peta dasar pertanahan menjadi
penting karena merupakan dasar dalam penyusunan peta pertanahan lainnya, seperti peta
pendaftaran tanah, peta zona nilai tanah, peta land use, peta neraca penggunaan tanah
kesesuaian rencana, dan peta cadangan tanah.
Berdasarkan Data November 2014, jumlah total tanah yang telah bersertipikat
mencapai 41.711.790 bidang atau (48,61%) dari total bidang tanah nasional ±
85.803.826 bidang.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
7
Indonesia memiliki hukum pertanahan yang mengatur secara jelas mengenai tata
cara baik kepemilikan maupun proses jual beli. Namun penerapan hukum pertanahan
nasional tidak dapat dilakukan khususnya pada wilayah ulayat/adat terutama wilayah timur
Indonesia. Adanya perbedaan penerapan hukum tanah di berbagai wilayah di Indonesia
seringkali menimbulkan konflik pertanahan. Sehingga sistem tenurial dan pola kerjasama
pemanfaatan berdasarkan hukum pertanahan nasional tidak dapat dilakukan dengan serta
merta tanpa upaya matrikulasi penyamaan pemahaman konsep terlebih dahulu.
Dalam rangka menyikapi permasalahan strategis pertanahan dan untuk
mewujudkan cita-cita rakyat Indonesia, maka Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia telah menetapkan Rencana Strategis 2010 - 2014, sebagai perwujudan dari
prosedur penyelenggaraan pemerintahan yang dibebankan kepada setiap Kementerian
dan atau Lembaga Pemerintah, setiap periode lima tahunan diwajibkan menyusun
dokumen Rencana Strategis Pembangunan Nasional di bidang Kementerian/ Lembaga
masing masing.
Dalam Rencana Strategis 2010 – 2014 telah ditetapkan capaikan kinerja yang
akan dilaksanakan selama lima tahun dalam bentuk sasaran strategis yang terukur oleh
Indikator Kinerja Utama (IKU), dalam penjabarannya untuk pelaksanaan tahun 2014
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah menetapkan target kinerja, dengan
enam sasaran strategis yang hendak dicapai, sasaran strategis yang ditetapkan
sebagaimana Gambar 9.
Gambar 9. Sasaran Strategis BPN-RI
TANAH DIPERGUNAKAN BAGI SEBESAR-BESARNYA KEMAKMURAN RAKYAT
(Pasal 33 UUD 1945)
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
8
Dalam hal cakupan peta dasar pertanahan, dari luasan 191.09 juta Ha wilayah
daratan NKRI, komposisi data yang dimiliki BPN RI dengan dalam bentuk peta dasar dan
potensi data yang dapat di sajikan pada gambar 10.
Gambar 10. Luas Wilayah dan Cakupan Peta
Unit kerja pusat (BPN RI) melaksanakan kegiatan pemetaan pertanahan.
Informasi spasial peta dasar pertanahan diperlukan untuk mengidentifikasi cakupan
wilayah nasional yang telah memiliki peta dasar pertanahan. Total luas wilayah nasional
diperkirakan mencapai sekitar 191,09 juta hektar. Dari jumlah luasan tersebut, data citra
satelit yang telah tersedia mencapai 102,51 juta hektar (53,64%), sedangkan sisanya
belum tersedia data citra satelit. Kemudian dari data citra satelit yang tersedia dan telah
diolah menjadi Peta Dasar Pertanahan serta tersedia dengan format digital dengan
cakupan seluruh wilayah nasional sampai dengan Bulan November 2013 adalah sekitar
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
9
25,44 juta Ha atau sekitar 13,31% dari total luas wilayah nasional secara keseluruhan
(191,09 juta hektar). BPN melalui Direktorat Pemetaan Dasar telah menyusun peta
dasar pertanahan tersebut pada 3 (tiga) besaran skala berbeda, yakni sekitar 19 Juta
ha dipetakan pada peta skala 1:10.000, sekitar 4 Juta hektar pada peta skala 1:2.500, dan
sekitar 2 Juta hektar pada skala 1:1.000. Data tersebut mencakup wilayah kabupaten/kota
di seluruh Indonesia sedangkan 77,07 juta hektar sisanya belum diolah menjadi peta
dasar pertanahan.
Gambar 11. Cakupan Peta Dasar Pertanahan Sampai dengan Akhir 2014
C. Metode Pengumpulan Data Kinerja
Untuk mendapatkan data kinerja dengan tingkat presisi yang memenuhi standar
keakuratan dan dapat dipertangungjawabkan dalam menyusun sebuah data pelaporan
yang baik dan benar, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah memilki dan
terus mengembangkan Sistem pelaporan Online yang berbasis Web, dan terintegrasi
dengan seluruh Satuan Kerja, mulai dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota diseluruh
Indonesia.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
10
Sistem ini dikenal dengan nama Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan
(SKMPP), secara skematis sistem Pelaporan ini sebagaimana terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Skematis sistem Pelaporan pada SKMPP
Aplikasi SKMPP adalah perangkat lunak yang dibangun dan dikembangkan
sebagai instrumen dalam rangka pengendalian pelaksanaan program pertanahan dan
kinerja yang terintegrasi di dalam infrastruktur jaringan komunikasi Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia. Program yang dipantau dalam aplikasi SKMPP saat ini
berjumlah 49 kegiatan pertanahan, diantara kegiatan tersebut, beberapa ditetapkan
sebagai kegiatan prioritas Sesuai dengan Renstra Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia, Indikator Kinerja Utama (IKU) serta Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Tujuan SKMPP ini adalah terwujudnya Sistem Informasi Eksekutif tentang
Program Pertanahan yang mudah digunakan, sebagai sistem Informasi yang cepat,
akurat, dan up to date, serta sebagai sistem pengendalian. Secara eksplisit mereka
yang ditugaskan dalam pengelolaan SKMPP ditetapkan dalam Surat Keputusan secara
berjenjang, yaitu sebagai penagungjawab di Tingkat Pusat Kepala Biro Perencanaan dan
Kerjasama, di Provinsi Kepala Bagian Tata Usaha Kator Wilayah dan di tingkat
Kabupaten/Kota Kepala Sub.Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan, sedangkan petugas
yang melakukan entri data masing-masing tingkatan ditunjuk admin. Untuk menjamin
keakuratan data sistem ini mengharuskan menyampaikan eviden (bukti) atas semua
rangkaian laporan kinerja yang disampaikan.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
11
Disamping itu untuk lebih menjamin akurasi data, maka Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia secara periodik melakukan monitoring langsung ke lapangan
atas kebenaran data yang disampaikan, termasuk melakukan validasi data kepada
masyarakat dan pihak lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaporkan.
D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja
Laporan Kinerja tahun 2014 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ini
disusun dengan tujuan (1). Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi
mandat dalam hal ini Presiden Reupublik Indonesia atas kinerja yang telah dan
seharusnya dicapai selama tahun 2014, (2). Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan
(continuous improvement) bagi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk
meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
Dengan system SKMPP, pemerintah Indonesia melalui Kementerian ATR/BPN telah menjadi salah satu Negara di dunia yang memiliki system pemantauan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan dan kendala program pertanahan, yang berbasis web dan terintegrasi antara ukuran kinerja input, proses dan output.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
12
II. PERENCANAAN KINERJA
A. Metode Pengukuran Kinerja
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja
disusun agak fleksibel, karena hasil kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia cukup sulit untuk ditetapkan dalam periode satu tahun, hal ini disebabkan
capaian dan outcomenya merupakan akumulasi dan salalu berhubungan dari capaian
kinerja sejak berdirinya NKRI sampai dengan akhir tahun pelaporan. Misalnya dalam hal
jumlah bidang tanah yang dilegalisasi penghitungan kinerjanya berupa penambahan
bidang tanah yang terdaftar dalam satu tahun anggaran dibandingkan dengan total jumlah
bidang tanah yang terdaftar, demikian juga dengan infrastruktur pertanahan, dalam hal
sengketa pertanahan umumnya sengketa mulai timbul dan terselesaikan memakan waktu
lebih dari satu tahun, bahkan puluhan tahun, itupun banyak sekali pihak yang berperan
dalam penyelesaiannya, terhadap indikator penyelasaian sengketa ukuran kinerja dibuat
dalam dua prespektif pertama dalam hal pencegahan munculnya masalah baru dan kedua
dalam hal upaya penyelesaian masalah.
Dalam hal penenetapan tanah sebagai tanah terlantar juga harus dipandang
dalam dua prespektif yaitu kinerja dalam hal pencegahan dan kinerja penetapan sebagai
tanah terlantar berupa pembatalan hak, oleh karena itu dalam menghitung capaian
kinerja agak spesifik dibandingkan kinerja instansi pemerintah yang lain. Cara dalam
penghitungan kinerja yang berbasis Outcome dan persamaan yang digunakan akan
diuraikan lebih lanjut untuk masing-masing sasaran strerategis diuraikan sebagai berikut:
1. Terwujudnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
Diukur dengan indikator bertambahnya Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi,
dengan asumsi semakin bertambahnya jumlah bidang tanah yang bersertipikat maka akan
terjadi juga peningkatan jaminan kepastian hukum hak atas tanah, penambahanya sendiri
dapat diukur dari dua pendekatan, yaitu berapa penambahan jumlah bidang tanah yang
bersertifikat dari awal berdirinya negara kesatuan republik indonesia dibandingkan
capaiaan selama tahun 2014. Persamaan yang digunakan dalam asumsi ini adalah
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
13
Sedangkan pendekatan kedua adalah membandingkan capaian kinerja Selama 5 Tahun
(sesuai Renstra 2010 - 2014) dengan capaian kinerja yang dicapai selama tahun 2014,
persamaan yang digunakan sebagai berikut:
2. Terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
Penatapan tanah indikasi terlantar memiliki dua makna strategis hubungannya
dengan kinerja, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pedndayagunaan Tanah Terlantar, bahwa tujuan pengendalian dan
pendayagunaan tanah terlantar tidak hanya penertiban tapi juga pencegahan terjadinya
tanah terlantar. Untuk mengukur kinerja dari penetapan Surat Keputusan Tanah terlantar
digunakan persamaan sebagai berikut:
Untuk mengukur kinerja dalam prespektif pencegahan terjadinya tanah terlantar
digunakan persamaan sebagai berikut:
Prespektif pencegahan ini merupakan capaian kinerja, karena setelah dilakukan tahapan
awal yaitu identifikasi tanah terlantar, Panitia C dan Peringatan-peringatan, telah memacu
pemegang hak yang diindikasikan memiliki tanah terlantar melakukan upaya maksimal
untuk segera memanfaatkan lahan yang diindikasikan terlantar, sehingga tidak diusulkan
untuk ditetapkan sebagai tanah terlantar. Upaya pencegahan ini tentunya sangat besar
manfaatnya terutama dalam mencegah kerugian yang ditimbulkan baik kerugian ekonomi,
sosial, politik kerana adanya tanah terlantar.
3. Terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal
Indikator yang digunakan adalah Jumlah bidang tanah yang ditata melalui
Konsolidasi Tanah dan Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Redistribusi Tanah,
Persamaan yang digunakan dalam mengukur kinerja untuk konsolidasi tanah sebagai
berikut:
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
14
Sedangkan untuk mengukur kinerja redistribusi tanah dengan persamaan sebagai
berikut :
4. Berkurangnya Kasus Pertanahan
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja yaitu Jumlah kasus pertanahan
yang terselesaikan, menggunakan persamaan sebagai berikut:
5. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja yaitu Jumlah cakupan Peta
Dasar, Jumlah cakupan Peta Tematik dan Jumlah cakupan Peta Potensi. Persamaan
yang digunakan untuk pengukuran kinerja sebagai berikut:
6. Meningkatnya kualitas layanan pertanahan
Badan Pertanahan Nasional melakukan kajian indeks kepuasan masyarakat
secara rutin, dengan harapan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas
pelayanan masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat
terhadap pelayanan legalisasi aset tanah, dalam hal ini diprioritaskan untuk kegiatan
prona.
Pengolahan data indeks kepuasan masyarakat mengikuti petunjuk dalam
keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
15
tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
Pada tahun 2014, pengukuran IKM dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, tahap I
dilakukan pada bulan Maret di 32 Provinsi dan tahap II di 31 provinsi dengan mengambil
sampel 1 (satu) kantor pertanahan kabupaten/kota di setiap provinsi. IKM terhadap
pelayanan legalisasi aset tanah dinilai dari 13 unsur sebagimana lampiran 5. Untuk
mengukur indeks kepuasan masyarakat secara nasional menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Menggunakan persamaan-persamaan di atas dalam mengukur keberhasilan
pencapaian sasaran strategis dan agar indikator kinerja memenuhi kriteria spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu. Penetapan kinerja
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014.
Disamping penelitian terhadap indeks kepuasan masyarakat oleh Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, pada bagian analisa juga disajikan beberapa
hasil penelitian yang pernah dilakukan pihak lain (Skripsi, Tesis, dan hasil penelitian
lainnya) terhadap kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diberikan.
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014
Perjanjian kinerja (dikutip dari penetapan kinerja Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, tanggal 12 Maret 2014) yang merupakan dokumen
berisikan pernyataan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam
rangka pelaksanaan program selama tahun 2014, yang memuat indikator kinerja. Dalam
pelaksanaan perjanjian kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
melaksanakannya secara berjenjang. Pimpinan Eselon I melakukan perjanjian kinerja
kepada Kepala Badan, Pimpinan Eselon II di Lingkungan BPN RI melakukan perjanjian
kinerja dengan Para Deputi, Pimpinan Eseleon II di Wilayah (Kepala Kantor Wilayah)
membuat perjanjian kinerja dengan Sekretaris Utama. Perjanjian ini terus berjenjang dari
Kakanwil ke Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
Dari perjanjian yang disusun secara hirarki tersebut maka setiap unit kerja dapat
secara pasti mengetahui kinerja yang diharapkan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi
perihal komitmen, evaluasi, penilaian keberhasian dan kegagalan, pemberian
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
16
penghargaan dan sanksi, monitoring, evaluasi dan supervisi serta penetapan sasaran
kinerja pegawai. Perjanjian kinerja tahun 2014 disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Perjanjian Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1. Terwujudnya Jaminan
Kepastian Hukum Hak
Atas Tanah
Jumlah bidang tanah yang
dilegalisasi
866.491
2,07
Bidang
%
2. Terkendalinya
penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan
pemanfaatan tanah
Jumlah keputusan
penetapan tanah terlantar
yang ditetapkan
161
Penetapan
Pencegahan
SK
60 %
40 %
3. Terciptanya pengaturan
dan penataan
penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan
pemanfaatan tanah secara
optimal
Jumlah bidang tanah yang
ditata melalui Konsolidasi
Tanah
11.250
29,97
Bidang
%
Jumlah bidang tanah yang
ditata melalui Redistribusi
Tanah
154.075
6,59
Bidang
%
4. Berkurangnya Kasus
Pertanahan
Jumlah kasus pertanahan
yang terselesaikan
3.018
100
Kasus
%
5. Terpenuhinya infrastruktur
pertanahan
a. Jumlah cakupan
Peta Dasar
259.475 Ha
3,77 %
b. Jumlah cakupan
Peta Tematik
495.000 Ha
c. Jumlah cakupan
Peta Potensi
699.000 Ha
6. Meningkatnya kualitas
layanan pertanahan
Indeks Kepuasan
Masyarakat terhadap
pelayanan legalisasi aset
tanah dengan nilai Sangat
Baik (A)
A
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
17
Sasaran strategis 1 Terwujudnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah,
dengan indikator kinerja utama Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi dan target sebanyak
866.491 bidang ditetapkan capaian kinnerjanya target capaian 2,07 % pada tahun 2014
(artinya jika tercapai target 866.491 bidang maka terjadi peningkatan jumlah tanah
yang dilegalisasi di seluruh NKRI sebanyak 2,07 % dibandingkan pencapaian
sampai dengan akhir 2013) terdiri dari beberapa kegiatan sertipikasi, namun produk
akhirnya sama-sama legalisasi aset berupa sertipikasi tanah, dirinci berdasarkan Indikator
Kinerja Kegiatan sebagai mana tabel 2.
Tabel 2. Rincian Target Jumlah Tanah dilegalisasi
NO PROGRAM/ KEGIATAN TARGET
( Bidang )
1 Prona 757.552
2 Petani 24.234
3 Transmigrasi 33.244
4 UKM 19.392
5 Nelayan 24.549
6 Menpera (MBR) 7.500
JUMLAH
866.491
C. Target Kinerja Lainnya
Kinerja lain yang dilaksanakan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
yang merupakan kegiatan yang sifatnya sangat strategis yaitu :
- Kegiatan Legalisasi Asset yang didukung oleh Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP),
- Peran Produk pertanahan dalam memberikan EVA (economic value added)
Pembangunan
Kegiatan diatas merupakan kegiatan yang juga sangat berhubungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap dalam pencapaian Program Prioritas Nasional.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
18
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas Kinerja merupakan perwujudan kewajiban Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia untuk mempertangungjawabkan keberhasilan maupun
kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun
2014. Sebagai bahan evaluasi kinerja juga dibandingkan dengan kinerja empat tahun
sebelumnya serta kinerja yang diharapkan pada rencana strategis yang telah disusun
yaitu tahun 2010-2014.
Pada bagian ini juga akan diuraikan tentang Akuntabilitas dalam penggunaan
anggaran serta Capaian Kinerja lainnya yang dicapai Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan, dalam hal mewujudkan Kehadiran Negara dalam Kebijakan Pertanahan
Sebagai Ruang Hidup Rakyat
A. Capaian Kinerja
Capaian kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014,
diuraikan masing-masing tiap sasaran strategis dan indikator kinerja, meliputi; capaian
kinerja tahun 2014, perbandingan antara capaian kinerja tahun 2014 dengan empat tahun
sebelumnya (2010,2011,2012, dan 2013), membandingkan kinerja sampai dengan tahun
2014 dengan target Renstra BPN-RI 2010-2014, analisa kegagalan dan keberhasilan.
Sedangkan analisa efisiensi terhadap pemanfaatan sarana prasarana, sumberdaya
manusia dan sumberdaya dana/anggaran disampaian secara umum pada lingkup BPN RI
yang dihubungnkan dengan kegiatan yang dilaksanakan. Berikut disampaikan uraian
capaian kinerja:
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
19
Percepatan legalisasi aset merupakan sebuah keharusan untuk mewujudkan
fokus dari arah pembangunan nasional di bidang pertanahan. Masih banyaknya bidang
tanah yang belum terdaftar dan diberikan legalitas asetnya berupa sertipikat hak atas
tanah, akan berpengaruh terhadap kepastian hukum atas tanah, baik bagi masyarakat,
pemerintah dan dunia usaha. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah yang
dilaksanakan pada tahun 2014 berdasarkan penetapan kinerja terdiri dari enam kegiatan
yaitu Prona, Petani, Transmigrasi, UKM, Nelayan dan Menpera dengan target
sebagaimana disajikan pada tabel 2. Capaian legalisasi asset sebagaimana disajikan
pada tabel 4.
Tabel 3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1
No
.
Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Capaian
Kinerja
1
Persen penambahan
jumlah bidang tanah
yang dilegalisasi
2,07 %
(866.491 Bidang)
1,99%
(828.830 Bidang)
95,76%
Kinerja tahun 2014 juga dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya yaitu
tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 dengan maksud untuk mengkaji trend peningkatan
atau penurunan kinerja yang dilakukan BPN-RI, harapan yang ingin dicapai organisasi
tentu saja jika masih rendah capaiannya akan diupayakan meningkat, jika sudah tinggi
capaiannya harus dipertahankan. Perbandingan Kinerja ini disajikan pada tabel 4 dan
grafik perbandingan capaian kinerja dari empat tahun sebelumnya disajikan pada gambar
13.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
20
Tabel 4. Capaian Kinerja Legalisasi Asset 2014 dan selama 4 tahun terakhir
NO TAHUN
TARGET
(Bidang)
REALISASI
(Bidang)
CAPAIAN KINERJA
(%)
1 2014 865.491 828.830
% Peningkatan 2,07 1,99 95,76
2 2013 928.693 839.918
% Peningkatan 2,27 2,06 90,44
3 2012 1,077.655 933.821
% Peningkatan 2,70 2,34 86,65
4 2011 1,848.488 1.427.501
% Peningkatan 4,80 3,71 77,23
5 2010 1,632.740 976.824
% Peningkatan 4,35 2,60 59,83
Jumlah 6.353.067 5.006.894 78,81
Gambar 13. Persentase capaian kinerja legalisasi Aset tahun 2010-2014
Bahwa target kinerja tahunan merupakan sub sistem dari rencana kinerja selama
lima tahun yang tertuang dalam Renstra, untuk mengukur apakah kinerja yang dicapai
telah mengarah pada rencana lima tahunan yang ditetapkan maka di sajikan data capaian
kinerja sampai akhir 2014 dibandingkan dengan target kinerja pada renstra.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
21
Target Kinerja yang direncanakan pada Rencana Strategis 2010-2014 yaitu
bertambahnya bidang tanah yang dilegalisasi sebanyak 4.063.430 bidang, sedangkan
penambahan yang berhasil dilakukan sampai dengan akhir 2014 sebanyak 5.006.894
bidang (capaian 123,22%). Penambahan ini sebagaimana gambar 14. Sedangkan
capaian kinerja masing-masing kegiatan terlihat pada gambar 15.
Gambar 14. Perbandingan target Renstra dan Capaian 2010-2014
Gambar 15. Persentase pencapaian legalisasi Aset berdasarkan kegiatan Tahun 2014
Disamping legalisasi asset berasal dari Rupiah Murni (RM) sebagaimana
diuraikan sebelumnya Badan Pertanahan Nasional juga melakukan legalisasi aset melalui
kegiatan PNBP yang dananya bersumber dari pemohon. Pada tahun 2014 legalisasi
output asset melalui PNBP sebanyak 1.105.552 Bidang, jika diakumulasi capaian
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
22
legalisasi asset yang dilakukan BPN sebanyak, 1.844.382 Bidang selama tahun 2014,
Proporsi legalisasi asset berdasarkan sumberdana ini dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Persentase capaian legalisasi asset Rupiah Murni (RM) dan PNBP
Ukuran Capaian kinerja legalisasi asset selama tahun 2014 tentunya tidak hanya
dilihat dari penetapan kinerja tahun 2014 saja, karena penghitungan terhadap peningkatan
jaminan kepastian hukum hak atas tanah merupakan akumulasi dari jumlah total bidang
tanah yang dilegalisasi dari berbagai sumber dana (Rupiah Murni dan PNBP), jika
digabungkan maka BPN-RI selama tahun 2014 berhasil meningkatkan persentase bidang
tanah yang dilegalisasi sebanyak 4,42 % atau sebanyak 1.844.382 Bidang.
Gambar 15 menunjukkan ada kegiatan yang capaian kinerjanya masih rendah
yaitu kegiatan legalisasi aset transmigrasi (52,46%), berapa faktor yang berhasil
diidentifikasi sebagai rendahnya capaian kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Transmigrasi :
Subjek dan obyek kegiatan ditentukan oleh instansi yang membidangi
Transmigrasi tanpa memperhitungkan kondisi terakhir sumbyek dan objek
tanah
Ketika pengukuran ternyata sebagian obyek masuk kawasan hutan, hal ini
disebabkan karena penetapan batas kawasan hutan dilakukan setelah lokasi
dijadikan Transmigrasi.
2. Prona:
Masyarakat enggan membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB)
karena dianggap memberatkan
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
23
3. UKM
Ketika pengukuran ternyata sebagian obyek masuk kawasan hutan, untuk
dialihkan ke lokasi lain sudah tidak ada obyeknya lagi
Subyek dan obyek tidak disertakan oleh SKPD yang membidangi UKM
Pengumpulan data/berkas dari SKPD sangat sulit dilakukan
Meskipun banyak hambatan dan masalah yang dihadapi dalam kegiatan
legalisasi asset dalam rangka meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas tanah
yang dilakukan BPN RI selama tahun 2014, ternyata dengan usaha keras dan semangat
pengabdian yang baik, telah membuat capaian kinerja total (RM dan PNBP) bisa
mencapai 123,22%. Selama lima tahun terakhir, hal ini tidak terlepas dari upaya-upaya
yang dilakukan. Banyak upaya yang ditempuh namun yang dianggap signifikan dalam
menentukan keberhasilan diidentifikasi sebagai berikut :
- Melakukan perencanaan pekerjaan teknis dan keuangan secara baik, sehingga dapat
diterapkan diseluruh wilayah NKRI dengan kondisi wilayah yang berbeda-beda;
- Terus menerus meningkatkan kemampuan teknis terhadap SDM yang berkaitan
langsung dengan kegiatan legalisasi aset;
- Menambahkan sentuhan teknologi yang dapat mendukung percepatan dan akurasi
produk yang dihasilkan;
- Secara intensif melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan pihak lain di luar
BPN-RI dalam pelaksanaan kegiatan;
- Terus menerus memberikan pemahaman yang dibutuhkan masyarakat terhadap
kegiatan yang dilakukan;
- Dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan kegiatan di
lapangan;
- Memanfaatkan SKMPP secara optimal untuk mengetahui capaian kinerja yang up to
date.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
24
Yang dimaksud dengan “tanah yang terindikasi terlantar” adalah tanah hak atau
dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak
dimanfaatkan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
penguasaannya yang belum dilakukan identifikasi dan penelitian. Untuk memperoleh data
tanah terindikasi terlantar dilaksanakan kegiatan inventarisasi
Dalam pengukuran kinerja penetapan tanah terlantar ditargetkan sampai dengan
akhir tahun 2014 sebanyak 161 Surat Keputusan Penetapan Tanah Terlantar dari Kepala
BPN-RI. Sampai dengan akhir 2013 telah berhasil ditetapkan sebanyak 96 SK, artinya
untuk mencapai target 161 SK dalam tahun 2014 akan ditetapkan sebanyak 65 SK.
Selama tahun 2014 berhasil ditetapkan sebanyak 15 SK. Maka capaian kinerja selama
tahun 2014 sebagaimana tabel 5.
Tabel 5. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2
No. Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Kinerja
1 Jumlah keputusan
penetapan tanah
terlantar yang
ditetapkan
161 SK – 96 SK = 65 SK
15 SK
23,77 %
Meskipun capaian kinerja penetapan tanah terlantar relatif kecil, namun
berbanding terbalik dengan capaian kinerja pencegahan penelantaran tanah, secara
skematis capain kedua kinerja tersebut diilustrasikan pada skema berikut :
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
25
Skema pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011
KINERJA PENCEGAHAN KINERJA PENETAPAN
Gambar 17. Skema pencegahan dan penetapan tanah terlantar
Dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar yang merupakan dasar dalam pelaksanaan kegiatan penertiban
Identifikasi dan penelitian
Panitia C
Peringatan I
Peringatan II
Peringata III
PEMEGANG HAK TELAH MENGGUNAKAN SESUAI MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN HAK
TIDAK DIUSULKAN SEBAGAI TANAH TERLANTAR
Identifikasi dan penelitian
Panitia C
Peringatan I
Peringatan II
Peringatan III
Usulan Penetapan Tanah Terlantar
PENETAPAN TANAH TERLANTAR
TANAH CADANGAN UNTUK NEGARA
(TCUN)
OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA
LAHAN
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
26
tanah terlantar, dijelaskan bahwa ada dua prospektif dalam penertiban pertama untuk ditetapkan
sebagai tanah terlantar dan kedua adalah mencegah terjadinya tanah terlantar. Prespektif pertama
outputnya adalah pemerintah mendapatkan tanah dengan luasan tertentu sebagai tanah yang
dikuasai pemerintah dalam hal ini BPN-RI, Prespektif kedua outputnya adalah pemegang hak
sesegera mungkin dalam masa peringatan I, Peringatan II dan Peringatan III untuk memanfaatkan
tanahnya sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian haknya, sehingga jumlah total luas tanah
terlantar secara nasional menjadi berkurang. Kedua prespektif ini menguntungkan pemerintah
dalam mewujudkan sasaran strategis kedua yaitu Terkendalinya penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah. Capaian kinerja penatapan tanah terlantar berdasarkan
usulan penetapan dan capaian kinerja pencegahan tanah terlantar selama tahun 2010-2014
masing-masing terlihat pada gambar 18 dan 19.
Gambar 18. Kinerja usulan untuk penetapan
Gambar 19. Capaian Kinerja pencegahan tanah terlantar
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
27
Jika dibandingkan antara target luas tanah yang dilakukan identifikasi dan penelitian
pada Renstra 2010-2014 dibandingkan dengan capaian sampai dengan akhir 2014,
terlihat ada capaian realisasi yang melebih target, dimana adanya capaian identifikasi
dan penelitian sebanyak 540,20 %. Luas yang berhasil dilakukan identifikasi dan
penelitian dibandingkan target Renstra sebagaimana gambar 20.
Gambar 20. Perbandingan Target Renstra dengan Capaian 2010-2014
Mekipun uraian diatas menunjukkan masih rendahnya capaian kinerja
penetapan tanah terlantar, namun hal yang sangat menggembirakan dalam pelaksanaan
Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2010 ini telah berhasil melakukan pencegahan
terhadap terjadinya tanah terlantar dan secara signifikan berhasil mengurangi luas
tanah yang diduga diterlantarkan oleh pemegang hak atas tanah.
Untuk menjawab pertanyaan apakah pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor
11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar akan
mempengaruhi sasaran strategis ke dua yang telah ditetapkan pada renstra dan
penetepan kinerja yaitu Terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah, digunakan dua pendekatan yang menyebabkan keberhasilan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini yaitu:
Pertama; pemegang hak atas tanah, terutama hak atas tanah skala besar (Hak
Guna Usaha) akan terpacu untuk memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki untuk
sesegera mungkin memanfaatkan sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak
terhadap seluruh luas tanah yang telah mereka kuasai, jika tidak ada ancaman
pembatalan dari Pemerintah dalam hal ini BPN-RI. Pendekatan pertama ini hasilnya
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
28
sangat signifikan terlihat dari berkurangnya luas tanah yang diindikasikan terlantar di
indonesia dari 7,3 (tahun 2010) juta hektar hanya menjadi 4 juta hektar (tahun 2014),
Kedua ; Pemerintah mendapatkan tanah sebagai hasil penetapan suatu bidang
tanah yang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar yaitu Tanah Cadangan Untuk
Negara (TCUN) yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.
Dalam pelaksanaanya kegiatan ini tak terlepas dari hambatan dan kendala
diantaranya perlawanan hukum yang dilakukan oleh pemegang hak yang tanahnya
ditetapkan sebagai tanah terlantar, data tanah terlantar, koodinasi dengan pihak lain di
luar BPN-RI (Panitia C) untuk usulan penetapan tanah terlantar. Upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini diataranya :
Pertama: dalam penetapan sebagai tanah terlantar diperlukan kehati-hatian dan
dasar hukum yang tepat, untuk mengantisipasi jika pemegang hak melakukan upaya
perlawana hukum dan menggagalkan keputusan penetapan sebagai tanah terlantar
melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Kedua: meningktatkan keakuratan database tanah terlantar melalui up dating
terus menerus diseluruh wilayah secara berjenjang (kabupaten, Propinsi dan Nasional)
untuk mengatisipasi perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah indikasi terlantar di
lapangan, sehingga tiadak ada satu bidang tanahpun (skala besar) yang tidak terpantau
penggunaan dan pemanfaatanya setelah 3 tahun pemberian hak atas tanah.
Ketiga; melakukan koordinasi secara sistematis kepada semua pihak, terutama
panitia C dan Pemegang Hak, baik yang terindikasi menelantarkan tanah maupun yang
tidak terindikasi sebagai upaya pencegahan.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
29
Untuk pencapaian sasaran strategis ini, Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia mengusulkan 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU), yaitu, Jumlah bidang tanah
yang ditata melalui Konsolidasi Tanah dan Jumlah bidang tanah yang ditata melalui
Redistribusi Tanah.
1. Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui Konsolidasi Tanah
Penyelenggaraan konsolidasi tanah merupakan kebijaksanaan pertanahan
mengenai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
(P4T) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta usaha penyediaan tanah untuk
kepentingan pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Capaian
kinerja konsolidasi tanah tahun 2014 disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Capaian kinerja konsolidasi tanah tahun 2014
No Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Kinerja
1
Jumlah bidang tanah
yang ditata melalui
Konsolidasi Tanah
29,97 %
(11.250 Bidang)
11,42 %
(4.287 Bidang) 38,11 %
Capaian kinerja selama tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012 dan
2013 disajikan pada tabel 7 dan gambar 21.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
30
Tabel 7. Output konsolidasi tanah Tahun 2010 – 2014
Capaian Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Target 9.200 10.000 2.663 4.430 11.250
Realisasi 8.790 7.912 2.020 2.656 4.287
Gambar 21. Perbandingan Capaian (%) Konsolidasi Tanah Tahun 2010-2014
Gambar 22. Perbandingan Capaian Konsolidasi Tanah Renstra dan Ketersediaan Anggaran
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
31
Pencapaian kinerja selama tahun 2014 relatif kecil yaitu hanya 38,11 %, dan
capaian kinerja dari tahun 2010-2014 terjadi penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan
perbandingan antara capaian 2010-2014 dibandingkan renstra adalah 39,48 %,
sedangkan jika di bandingkan dengan ketersediaan dana pada DIPA adalah sebesar
68,36 %. Kondisi capaian ini diidentifikasi penyebab utamanya adalah:
Pertama; kegiatan konsolidasi berupa penataan posisi bidang-bidang tanah
menyebabkan perubahan posisi dan letak tanah dari posisi sebelum dilakukan konsolidasi
tanah, yang ditetapkan melalui kegitan musyawarah penetapan kaveling baru, umumnya
musyawarah sulit mencapai kata sepakat, dan berpacu dengan tahun anggaran.
Kedua; kegiatan konsolidasi mengharuskan adanya disumbangkan tanah secara
bersama-sama untuk kepentingan umum, misalnya tanah untuk jalan, saluran dan fasilitas
lainnya, konsekuensinya adalah berkurangnya luas tanah peserta setelah dilakukan
konsolidasi tanah, hal ini membutuhkan kesepakatan yang kadang-kadang berlarut-larut.
Ketiga; Belum diketahui secara pasti potensi konsolidasi tanah pada suatu
wilayah berupa ketersediaan lokasi, dukungan masyarakat dan dukungan Pemerintah
Daerah serta dukungan pemangku kepentingan lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini telah dilakukan upaya-upaya secara
sistematis dan terencana, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah ini,
diantaranya telah dilakukan pemetaan potensi konsolidasi tanah dengan satuan
kabupaten/kota untuk mengetahui lokasi potensial untuk konsolidasi tanah pada
masa-masa berikutnya. Disamping itu secara terus-menerus dan berjenjang dilakukan
sosialisasi dan promosi kegiatan konsolidasi tanah untuk mendapatkan dukungan yang
diperlukan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah.
2. Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui RedistribusiTanah
Salah satu program utama landreform adalah redistribusi tanah obyek landreform
atau biasa dikenal redistribusi tanah. Redistribusi tanah adalah pembagian tanah terhadap
tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Negara sebagai obyek landreform dengan hak
milik kepada petani penggarap yang memenuhi syarat menurut ketentuan Pasal 8 dan 9
PP No. 224 Tahun 1961 jo. PP No. 41 tahun 1964.
Berdasarkan Keputusan Kepala BPN RI Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara menjadi Obyek Pengaturan
Penguasaan Tanah/Landreform, khususnya Pasal 1 menyebutkan bahwa Tanah Negara
Lainnya yang akan ditegaskan menjadi obyek pengaturan penguasaan tanah/landreform
oleh Kepala BPN meliputi: (a) Tanah Negara Bebas, (b) Tanah-tanah bekas Hak Erpacht,
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
32
(c) Tanah-tanah bekas Hak Guna Usaha yang telah berakhir waktu dan tidak perpanjang
oleh pemegang hak atau telah dicabut/dibatalkan oleh Pemerintah, (d) Tanah-tanah
Kehutanan yang telah digarap/dikerjakan oleh rakyat dan telah dilepaskan haknya oleh
Instansi yang bersangkutan, (e) Tanah-tanah bekas Gogolan, dan (f) Tanah-tanah bekas
Hak Adat/Ulayat.
Selain itu, Tanah-tanah Obyek Landreform Lama (SK Kinag) harus segera
diidentifikasi dan diredistribusikan kepada penggarap yang memenuhi persyaratan.
Pelaksanaan redistribusi tanah tidak hanya berhenti pada pembagian tanah tetapi harus
ditindaklanjuti dengan bina penerima manfaat/akses reform yang sampai saat ini belum
maksimal dilaksanakan.
Sasaran strategis ini (SS3) bertujuan agar pelaksanaan redistribusi tanah
semakin maksimal dengan obyek yang berasal dari TOL Baru maupun TOL Lama, serta
potensi obyek lainnya.
Jumlah Bidang Tanah yang diberikan kepada Penerima Manfaat melalui Kegiatan
Redistribusi Tanah merupakan salah satu indikator untuk menilai hasil pelaksanaan
landreform, yaitu jumlah bidang yang telah diredistribusikan.Direktorat Landreform sebagai
pengemban kegiatan landreformdiharapkan mampu meningkatkan jumlah redistribusi
tanah dalam rangka mengurangi ketimpangan penguasaan pemilikan tanah, kemiskinan
sertameningkatkan kesejahteraan petani.
Jumlah bidang tanah yang telah di redistribusi dari tahun 1961 – 2013 adalah
sebanyak 2.337.096 bidang, Sedangkan yang berhasil di redistribusi di tahun 2014 adalah
sebanyak 138.181 bidang, artinya ada penambahan sebanyak 5,91% bidang tanah yang
diredistribusikan kepada masyarakat dari total pencapaian dari tahun 1961-2013. capaian
kinerja disajikan pada tabel 9.
Tabel 8. Capaian Kinerja Redistribusi Tanah Tahun 2014
No. Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Kinerja
1 Persentase
peningkatan bidang
tanah yang ditata
melalui Konsolidasi
Tanah
6,59 %
(154.075 Bidang)
5,91 %
(138.181 Bidang)
89,68 %
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
33
Tabel 9. Realisasi Pencapaian Kinerja 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
Target 210.500 181.825 132.155 175.500 154.075
Realisasi 193.111 146.187 132.155 159.480 138.181
Gambar 23. Capaian Kinerja (%) Redistribusi Tanah Tahun 2010 -2014
Gambar 24. Perbandingan capaian Kinerja berupa output Redistribusi Tanah
tahah sampai dengan 2014 dibandingkan Renstra
Dalam upaya untuk meningkatan capain kinerja tahun 2014 Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia akan menempuh langkah-langkah sebgaia berikut :
Pertama : melakukan identifikasi lokasi potensi TOL (Tanah Obyek Landreform) lebih awal
atau sebelum tahun angran dimulai.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
34
Kedua : mengidentifikasi SK TOL Lama (SK Kinag) yang tanahnya belum diredistribusikan
untuk segera diredistribusikan.
Ketiga : Mencari sumber-sumber potensi obyek landreform baru, misalnya obyek hasil
penyelesaian sengketa/pertanahan, tanah negara bekas tanah terlantar atau tanah
Negara bekas kawasan Hutan/Pertambangan.
Telah dilakukan Kegiatan Kajian Implikasi Pelaksanaan Redistribusi TOL yang
merupakan penunjang capaian kinerjanya untuk perbaikan tahun-tahun berikutnya.
Implikasi Pelaksanaan Redistribusi Tol bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat
khususnya bekas pemilik tanah yang terkena ketentuan landreform terhadap besaran
ganti rugi sesuai ketentuan atau peraturan yang berlaku. Hasil kajian ini bermanfaat untuk
masukan perumusan kebijakan teknis landreform
Berapa faktor yang berhasil diidentifikasi sebagai rendahnya capaian kinerja ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama : penguasaan tanah masyarakat di lokasi kegiatan belum didukung dengan bukti yuridis
yang memenuhi persyaratan, sehingga dalam kegiatan pendataan memerlukan ketelitian dan
memerlukan waktu yang relatif lama
Kedua : petunjuk batas/pemilik tanah tidak berdada di tempat pada saat pelaksanaan pengukuran
dan sebagian masyarakat tidak mau diukur tanahnya sehingga tidak dapat diikutsertakan menjadi
peserta
Ketiga : lokasi sebagian masuk kawasan hutan
Keempat : usul penegasan TOL maupun pernerbitan keputusan TOL sering mengalami
keterlambatan, sehingga mengakibatkan keterlambatan proses pendaftaran hak,
Kelima : adanya penolakan dari masyarakat di beberapa tempat terhadap program redis terkait
adanya ketentuan larangan pengalihan hak selama 10 tahun
Keenam : subyek penerima manfaat pada SK TOL tidak dapat diproses karena sudah berubah
pemilikannya, bukan tanah pertanian, tanahnya telah disertipikatkan melalui kegiatan lain
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
35
Dalam rangka menindaklanjuti mandat Presiden Republik Indonesia kepada
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada bulan Agustus 2012 yang
antara lain agar menuntaskan kasus-kasus pertanahan di Indonesia. Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk
mendorong jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melakukan
peningkatan dan percepatan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
pertanahan.
Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan
perkara pertenahan, telah ditetapkan beberapa keriteria terhadap kasus pertanahan yang
dinyatakan selesai sebagaimana disebutkan dalam Pasal 72 Peraturan Kepala
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, yaitu:
a. Kriteria Satu (K-1) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa;
b. Kriteria Dua (K-2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak atas
tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah, atau
perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan;
c. Kriteria Tiga (K-3) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan
yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau
kesepakatan yang lain; disetujui oleh para pihak;
d. Kriteria Empat (K-4) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan
yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui
proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya kesepakatan untuk berdamai;
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
36
e. Kriteria Lima (K-5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan
yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani
bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui
instansi lain.
Selama tahun 2014, jumlah kasus pertanahan yang masuk ke Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia mencapai 5.878 kasus, yang terdiri dari sisa kasus tahun
2013 yang belum diselesaikan sebanyak 1.927 kasus serta kasus baru sebanyak 3.906
kasus. Jumlah kasus yang telah selesai sebanyak 2.910 kasus atau 57,92% dari seluruh
kasus yang masuk yang tersebar di 33 Provinsi seluruh Indonesia. Jika dibandingkan
dengan target penanganan dan penyelesaian kasus pertanahan tahun 2014 sebanyak
3.018 kasus sebagaimana yang tercantum dalam Penetapan Kinerja tahun 2014, maka
kasus-kasus yang telah diselesaikan adalah sebanyak 2.910 kasus atau 96,42 % dari
yang ditargetkan (capaian kinerja tahun 2014 disajikan pada tabel 10). Penyelesaian
kasus pertanahan tersebut dapat dirinci berdasarkan kriteria penyelesaian, sebagai
berikut:
Gambar 25. Penyelesaian kasus pertanahan berdasarkan katagori penyelesaian.
Tabel 10. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan Tahun 2014
IndikatorKinerja Target
Kinerja
Realisasi
Kinerja Kinerja%
Jumlah kasus pertanahan yang
terselesaikan
3.018 Kasus
(100%)
2.910 Kasus
(96,42%) 96,42 %
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
37
Gambar 26. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan 2010 - 2014 dibandingkan dengan Tahun 2010 - 2013
Gambar 27. Capaian Penyelesaian Kasus Pertanahan Sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra
Untuk penanganan kasus yang bersifat strategis dan berdampak sosio politis
telah dibentuk Tim Ad Hoc yang terdiri dari 14 tim sebagaimana Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 227/KEP-25.2/IV/2013 Tanggal 4 April 2013
Tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Yang
Berpotensi Konflik Strategis jo. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No. 702/KEP-25.2/IX/2013 Tanggal 27 September 2013 Tentang Perubahan
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 227/KEP-
25.2/IV/2013 Tanggal 4 April 2013 Tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan Yang Berpotensi Konflik Strategis.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
38
Beberapa faktor keberhasilan maupun ketidakberhasilan dalam penyelesaian
kasus pertanahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Permasalahan yang dihadapi sangat kompleks dan sudah berlangsung lama;
2. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan dalam menyelesaikan
konflik pertanahan;
3. Sikap arogansi dari suatu institusi/lembaga dalam menghadapi masalah/konflik;
4. Putusan pengadilan yang tidak dapat dilanjuti;
5. Tidak adanya kejelasan perkembangan blokir yang diajukan oleh penyidik;
6. Anggaran kegiatan penyelesaian masalah pertanahan, baik penyelesaian sebelum
proses pengadilan, proses sidang pengadilan serta mediasi relatif masih memiliki
anggaran yang sangat terbatas.
Untuk mempertahankan capaian kinerja tahun-tahun berikutnya agar tetap tinggi maka
enam permasalahan yang diidentifikasi dapat mempengaruhi kinerja tersebut akan
dilakukan upaya-upaya perbaikan.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
39
Sasaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan infrastruktur pertanahan secara
sektoral, regional dan nasional dalam hal ini cakupan wilayah peta pertanahan. Indikator
dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 11. Peningkatan cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi
No Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Kinerja
1
Persentase Peningkatan cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi
3,77 % (1.453.475 Ha )
2,10 %
(810.308 Ha) 55,75%
Tabel 12. Capaian Kinerja cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi
TAHUN Realisasi Kinerja Target Kinerja Capaian Kinerja
(%)
TAHUN 2010 2.100.000 Ha
(20.62%)
2.100.000 Ha
(20.62%) 100
TAHUN 2011 5.035.000 Ha
(33.08%)
5.035.000 Ha
(33.08%) 100
TAHUN 2012 20.775.590
Ha(57.72%)
21.106.997
Ha(58.64%) 98.43
TAHUN 2013 2.531.524 Ha(7.03%) 2.380.000 Ha
(6.61%) 106.37
TAHUN 2014 810.308 Ha(2.10%) 1.453.475 Ha
(3.77%) 55.75
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
40
Gambar 28. Capaian Kinerja Infrastruktur Pertanahan Tahun 2014 dibandingkan capaian 2010, 2011, 2012, 2013
Gambar 29. Capaian Kinerja Pemetaan Dasar sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra
Meskipun capaian kinerja tahun 2014 relatif kecil yaitu 55,75 %, namun jika
diakumulasikan capaian kinerja berupa cakupan peta dasar selama 2010-2014
dibandingkan renstra 2020-2024 adalah 277,66%. Sedangkan kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama : masih terbatasnya citra satelit atau foto udara yang memiliki resolusi tinggi,
dalam membangun infrastruktur cakupan peta dasar pertanahan dengan skala peta yang
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
41
diinginkan dibutuhkan jumlah cakupan citra satelit dan foto udara sehingga terbatas juga
cakupan peta yang dihasilkan.
Kedua : adanya ketimpangan keahlian dan pengalaman petugas serta keterbatasan
kemampuan dan jumlah staf yang mengelola infrastuktur pertanahan.
Ketiga : akses untuk mencapai lokasi pengamatan di lapangan belum ada, atau jikapun
ada sangat minim, sehingga membutuhkan sumberdaya yang sangat besar untuk
melakukan pemetaan.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
42
Pelayanan publik merupakan barometer dari transparansi dan akuntabilitas
lembaga. Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus berparadigma
penyelenggaraan good governance yakni menjadi entrepreneurial competitive government
(pemerintahan yang kompetitif), customer driven dan accountable government
(pemerintahan tanggap/responsif), serta global-cosmopolit orientation government
(pemerintahan yang berorientasi global). Penerapan prinsip pelayanan prima yang meliputi
metode dan prosedur pelayanan, produk dan jasa pelayanan, penetapan standar
pelayanan, indeks kepuasan masyarakat, pengembangan model dan penanganan keluhan
masyarakat, modernisasi administrasi melalui otomatisasi administrasi perkantoran
elektronis di setiap Kantor Pertanahan, penerapan dan pengembangan e-government,
serta publikasi secara terbuka prosedur, biaya dan waktu pelayanan. Setelah melakukan
upaya-upaya perbaikan terhadap pelayanan publik, Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia melakukan uji kepuasan publik akan pelayanan yang diberikan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional berupaya
menyajikan indeks kepuasan masyarakat secara rutin, dengan harapan mampu
memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di Badan Pertanahan Nasional
kepada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat
terhadap pelayanan legalisasi aset tanah, dalam hal ini diprioritaskan untuk kegiatan
prona. Pengolahan data indeks kepuasan masyarakat mengikuti petunjuk dalam
keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran Indeks Kepuasan
Masyarakat tahun 2014 sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
43
Tabel 13. Kategorisasi Indeks Kepuasan Masyarakat
Interval Mutu Kinerja
81,26 – 100 A SANGAT BAIK
61,26 - 81,25 B BAIK
43,76 - 61,25 C CUKUP BAIK
25 - 43,75 D KURANG BAIK
0 – 24 E TIDAK BAIK
Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Mayarakat yang penelitiannya dilakukan di 33
provinsi di seluruh Indonesia di diambil dilakukan penjumlahan nilai total yang kemudian
dibagi banyaknya sampel, hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai IKM tahun 2014
untuk nasional adalah adalah 74,05 dengan mutu kinerja yang baik (B).
Metode yang digunakan dalam penelitian, lokasi penelitian, jumlah sampel serta
hasil masing-masing sampel secara lengkap dilampirkan pada lampiran 2.
B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
1. Efisiensi Penggunaan Sarana dan Prasarana
Pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Ruang lingkup
manajemen sarana dan prasarana, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan,
dan penggunaan sarana dan prasarana. Kegiatan manajemen sarana dan
prasarana meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana.
Penyediaan sarana dan prasarana kantor khususnya penyediaan aset tanah
dan bangunan kantor di lingkungan satuan kerja BPN–RI menjadi perhatian yang
sangat serius, baik penyediaanya maupun efisiensi dalam pemanfaatanya. Untuk
melihat efisiensi tingkat efisiensi pemanfaatan gedung kantor beserta fasilitas
pendukungnya, dilakukan tinjauan dengan pendekatan sebagai berikut :
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
44
BPN-RI memiliki 512 satuan kerja, namun hanya memiliki 354 saja gedung
kantor milik sendiri, artinya dari segi efisiensi pemanfaatan gedung kantor untuk
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi memiliki tingkat efisiensi sebesar 145%.
Kondisi tidak seimbangnya jumlah satker dibandingkan dengan gedung milik
sendiri ini tentunya tidak membuat BPN-RI menjadi tidak dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya, untuk itu dilakukan beberapa upaya diantaranya dengan
bekerjasama untuk pinjam tanah dan bagunan kepada Pemerintah Daerah dan
malakukan Sewa ke Pihak lain. Untuk menjamin agar layanan tetap berjalan
sebanyak 32 satker melakukan sewa, sedangkan sebanyak 81 satker memakai
aset Pemerintah Daerah.
2. Efisiensi Pengunaan Sumber Daya Manusia
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsinya yang
efektif dan efisien adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dengan
jumlah yang cukup dan kualitas yang tinggi serta profesional sesuai dengan fungsi
dan tugasnya. Perencanaan SDM adalah sebagai proses untuk menentukan
jumlah dan jenis manusia yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dalam waktu dan
tempat yang tepat serta melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan.
Penyusunan rencana SDM pada kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional dimaksudkan untuk menjamin agar kebutuhan SDM dapat
terpenuhi secara konstan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk itu
perencanaan SDM sudah merupakan bagian integral dari fungsi manajemen SDM
bahkan dianggap sangat vital bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
kementerian.
Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu proses merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan dan menghasilkan segala bentuk aktivitas kerja
untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai. Kaitan antara manajemen sumberdaya
manusia dengan peningkatan kinerja sangat berkaitan erat, sehingga menjadi
perhatian bagi Kementerian mengembangkan adanya peningkatan sumberdaya
manusia sesuai dengan peningkatan kinerja yang dicapainya.
Untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan sumber daya manusia digunakn
pendekatan membandingkan output dengan sumberdaya manusia yang digunakan
dalam mendukung kinerja. Karena masalah yang dihadapi oleh BPN-RI adalah
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
45
keterbatasan jumlah petugas ukur, untuk analisa efisiensinya diguanakan
persamaan sebagai berikut :
Secara Nasional pekerjaan yang dilakukan oleh petugas ukur adalah
melakukan pengukuran bidang tanah dari berbagai kegiatan (legalisasi asset, IP4T,
Konsolidasi Tanah, redistribusi tanah, PNBP dan pengukuran bidang skala besar)
baik pekerjaan lapangan maupun pengolahan data.
Hasil perhitungan efisiensi sebagai berikut :
Jumlah total beban pekerjaan/tahun = 2.218.508 Bidang
Jumlah total petugas ukur = 1.609 Orang
Asumsi hari Kerja = 24 hari/bulan
Jumlah Bulan Efektif/tahun = 8 bulan
Pekerjaan lain selain Pengukuran bidang = 0 bidang
Beban kerja/hari = 14,5 bidang/orang/hari
Kemampuan Normal petugas ukur/hari = 5 Bidang
Efisiensi = 14,5 bidang/ 5 bidang x 100% = 290%
Untuk mengatasi permasalahan kekurangan petugas ukur dan tetap
menjamin kualitas hasil ukuran yang bisa dipertangungjawabkan maka BPN-RI
telah melakukan penggunaan teknologi Continously Opration Reverens Station
(CORS) yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan SDM Pengukuran dalam
melakukan pengukuran bidang tanah.
3. Efisiensi Penggunaaan Anggaran
Dari total penyerapan anggaran DIPA Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2014,
yaitu Rp 3.785.758.844.460,- atau 84,74% sebesar Rp 1.358.240.531.249,- atau
79,57 % adalah realisasi program pengelolaan pertanahan yang merupakan induk
program dari beberapa program kegiatan strategis atau prioritas yang merupakan
target Renstra dan RPJM 2010-2014. Efisensi penggunaan anggaran sangat
bermanfaat dalam rangka melakukan optimalisasi pencapaian target-target fisik
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
46
dengan alokasi anggaran yang ada, sehingga potensi capaian output program
kegiatan prioritas tersebut dapat dipertahankan pada level target yang telah
ditetapkan.
Tabel 14. Jenis Program Prioritas dan Realisasi Input dan Output Tahun 2014
No Program/Kegiatan
Realisasi / Capaian
Anggaran
(Input) %
Fisik/Bidang
(Output) %
1 Prona 300.223.494.586,- 93,33 738.056 97,43
2 Petani 10.211.315.825,- 88,88 23.202 95,74
3 Nelayan 9.681.244.138,- 93,03 23.927 97,47
4 UKM 8.094.518.234,- 93,02 18.834 98,13
5 MBR-Menpera 3.380.418.362,- 97,13 7.372 98,29
6 Transmigrasi HM 6.650.249.025,- 49,00 17.439 52,46
7 Redistribusi Tanah 78.601.674.610,- 73,59 138.181 88,31
Rata-Rata 84,00 89,69
*) Data SKMPP 2014 diolah
Efisiensi Penggunaan Anggaran pada program Prioritas Pertanahan
Dengan mengacu pada kajian teori, untuk menganalisis efisiensi pada
penggunaan anggaran program/kegiatan prioritas BPN RI yang dilaksakan
pada tahun 2014 dapat dirumuskan sebagaimana berikut:
Asumsi yang digunakan adalah :
- Jika E = 1, artinya Penggunaan anggaran untuk program prioritas adalah
efisien.
- Jika E > 1, artinya penggunaan anggaran untuk program prioritas adalah
sangat efisien.
- Jika E < 1, artinya penggunan anggaran untuk program prioritas adalah tidak
efisien.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
47
Tabel 15. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output Program Prioritas
No Program/Kegiatan Realisasi / Capaian
Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap
Output yang dihasilkan % Input % Output
1 Prona 93,33 97,43 1,044
2 Petani 88,88 95,74 1,077
3 Nelayan 93,03 97,47 1,047
4 UKM 93,02 98,13 1,054
5 MBR-Menpera 97,13 98,29 1,011
6 Transmigrasi HM 49,00 52,46 1,070
7 Redistribusi Tanah 73,59 88,31 1,200
Rata-Rata 84,00 89,69 1,055
Dari perhitungan dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa:
Seluruh 7 (tujuh) kegiatan/program prioritas nasional tersebut memiliki
tingkat efisiensi E > 1 yang berarti Sangat Efisien, dengan rata-rata tingkat
efisiensi adalah E = O : I = 1,055;
Dengan tingkat Efisiensi sebesar rata-rata 1,055 tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa keluaran (output) dari program/kegiatan prioritas ini
yaitu sertipikat tanah (legalisasi aset) dapat dilaksanakan dan mencapai
target dengan proporsi output (bidang tanah yang disertipikatkan) lebih
besar dari input (anggaran yang digunakan);
Dengan masing-masing program/kegiatan prioritas tersebut masih memiliki
proporsi “persentase anggaran yang tidak terserap” maka dapat
disimpulkan bahwa masih ada potencial improvement area variables dan
potencial risk area variables;
Potencial improvement area variables tersebut adalah variabel-variabel
potensi kinerja yang bisa meningkatkan jumlah bidang tanah yang
disertipikatkan (output) jika serapan anggaran (input) bisa ditingkatkan
sebesar volume sisanya. Misalnya : Desa/Kelurahan sebagai lokasi baru
atau tambahan, Juru Ukur Tambahan, Penggunaan Teknologi tambahan
dan lain sebagainya;
Potencial risk area variables adalah variabel-variabel potensi resiko yang
bisa menurunkan kualitas sertipikat (output) jika serapan anggaran (input)
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
48
terlalu efisien. Misalnya : Kualitas hasil ukur, kualitas data yuridis, motivasi
dan lain sebagainya;
Kedua Potensi diatas mengingat keuntungan (andvantages) dan resiko
(risks) masing-masing harus mendapatkan perhatian selain dari tingkat
efisiensi penggunaan anggaran.
Perbaikan Variabel input dan output
Meskipun memiliki tingkat efisiensi penggunaan anggaran program prioritas yang
cukup baik (E > 1) namun analisis efisiensi ini juga sekaligus dapat memberikan
rekomendasi untuk perbaikan terhadap variabel input dan output seperti yang
tergambar didalam tabel dibawah ini:
Tabel 16. Realisasi dan Sisa pada Input dan Output Program Prioritas
No Program/Kegiatan
Realisasi / Sisa Tingkat
Efisiensi %
Input
%
Sisa % Output
%
Sisa
1 Prona 93,33 6,67 97,43 2,57 1,044
2 Petani 88,88 11,12 95,74 4,26 1,077
3 Nelayan 93,03 6,97 97,47 2,53 1,047
4 UKM 93,02 6,98 98,13 1,87 1,054
5 MBR-Menpera 97,13 2,87 98,29 1,71 1,011
6 Transmigrasi HM 49,00 51,00 52,46 47,54 1,070
7 Redistribusi Tanah 73,59 26,41 88,31 11,69 1,200
Secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai yang terendah, efisiensi
penggunaan anggaran untuk kegiatan/program prioritas nasional adalah :
- Redistribusi Tanah (1,200)
- Petani (1,077)
- Transmigrasi (1,070)
- UKM (1,054)
- Nelayan (1,047)
- Prona (1,044)
- MBR-Menpera (1,011)
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
49
Dari perspektif Efisiensi, maka seluruh kegiatan/program telah sangat Efisien
menggunakan anggaran dalam rangka melakukan pensertipikatan tanah/legalisasi
aset.
Realisasi anggaran untuk program/kegiatan Transmigrasi, Redistribusi dan Petani
harus mendapatkan perhatian dan kajian lebih dalam untuk perbaikan kedepan
mengingat tingkat ketidak terserapannya (sisa) berada persentase 2 (dua) digit.
Realisasi Fisik untuk program Transmigrasi dan Redistribusi Tanah harus
mendapatkan perhatian dan kajian lebih dalam untuk perbaikan kedepan
mengingat ketidak capaiannya (sisa) berada pada persentase 2 (dua) digit.
C. Akuntabilitas Keuangan.
1. Realisasi Anggaran
Berdasarkan alokasi anggaran Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2014, pagu
anggaran adalah sebesar Rp. 4.467.565.541.000,-(empat triliun empat ratus enam
puluh tujuh milyar lima ratus enam puluh lima juta lima ratus empat puluh satu ribu
rupiah). Realisasi penyerapan anggaran pada masing-masing program sampai
dengan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp.3.785.758.844.460,-
(Tiga triliun tujuh ratus delapan puluh lima miliar tujuh ratus lima puluh delapan
delapan ratus empat puluh empat ribu empat ratus enam puluh rupiah) atau
84,74% dari pagu anggaran. Pencapaian realisasi anggaran masing-masing
program disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Realisasi Anggaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014
NO PROGRAM TARGET
(Rp) REALISASI
(Rp) %
1 Program Pengelolaan Pertanahan
1.706.989.756.000 1.358.240.531.249 79.57
2
Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
2.321.406.859.000 2.034.868.679.012 87,66
3
Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN
13.076.491.000 9.764.745.186 74.67
4
Program Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Aparatur BPN-RI
426.092.435.000 382.884.889.013 89.86
Total 4.467.565.541.000 3.785.758.844.460 84.74
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
50
D. Capaian Kinerja Lainnya
1. Penerimaan PNBP
Disamping menggunakan dana Rupiah Murni (RM) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya BPN-RI juga menggunakan dana PNBP yang dihimpun dari masyarakat.
Data tentang target dan realisasi penerimaan PNBP dapat juga dijadikan gambaran
kinerja yang dilakukan dan pelayanan yang diberikan oleh BPN-RI. Capaian kinerja
penerimaan PNBP (%) tahun 2010 – 2014 sebagaimana gambar 30 dan jumlah
penerimaan (Rupiah) tahun 2010 – 2014 sebagaimana gambar 31.
Gambar 30. Realisasi Pencapaian PNBP 2010-2014
Gambar 30. Realisasi PNBP (Rupiah) 2010-2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
51
Realisasi penerimaan PNBP dari tahun 2010 – 2014 selalu lebih dari 80 %, bahkan
di tahun 2013 mencapai 120,65%, angka ini menggambarkan banyaknya
masyarakat yang membutuhkan pelayanan dari BPN-RI di suatu sisi, di sisi lain
BPN-RI juga berusaha mewujudkan sasaran-sasaran strategis yang merupakan
dukungan prioritas nasional.
2. Legalisasi Aset Dari PNBP
Capaian kinerja lainnya selama tahun 2014 legalisasi aset dari dana PNBP
sebanyak 1.105.552 Bidang tanah dari Target 1.337.810 Bidang. Realisasi PNBP
ini secara nasional memiliki capaian yang lebih besar dari yang dibiayai dari Rupiah
Murni, untuk melihat perbedaan capaian ini sebagaimana gambar 32.
Gambar 32. Perbandingan Legalisasi Aset 2014 Rupiah Murni dengan PNBP
Gambar 32 mengilustrasikan BPN-RI dalam mengakomodir keinginan kuat dari
pemerintah dan juga keinginan masyarakat dalam melakukan legalisasi aset,
sebagai upaya bersama untuk sesegera mungkin mewujudkan tanah untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
52
3. Peran Produk pertanahan dalam memberikan EVA (economic value added)
Pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi, baik makro maupun mikro sangat ditentukan oleh
bergeraknya investasi riil di pasar modal dan usaha. Hukum ekonomi mengatakan
bahwa dimana ada pertumbuhan ekonomi (growth) maka disitu ada kehidupan
keberlangsungan rumah tangga ekonomi (economic household lifecycle). Dalam
perspektif ini diasumsikan bahwa ketika setiap rumah tangga memiliki akses
terhadap sumber-sumber ekonomi (kapital) maka belanja atau konsumsi barang
dan jasa akan membuat produksi barang dan jasa meningkat sehingga memacu
investasi yang lebih besar (ekspansif) disemua bidang dan semua level baik oleh
sektor swasta maupun oleh pemerintah sehingga secara mikro akan menjamin
pendapatan dan daya beli sekaligus belanja barang dan jasa. Perputaran ini yang
dalam makro ekonomi akan berimbas pada pertumbuhan (growth). Pertumbuhan
ekonomi yang merata dan riil akan mensuplai kemampuan masyarakat dalam
memenuhi unsur-unsur kesejahteraan atau kehidupan yang layak secara ekonomis
(welfare).
*) Presentasi Deputi Survey dan Pengukuran Tanah dalam Rakernas Evaluasi
Kinerja Program Tahun 2014, Desember 2014, Hotel Ciputra-Jakarta
Kegiatan pembangunan di bidang ekonomi tentu membutuhkan penyediaan
modal yang besar. Demikian pula halnya dengan suatu usaha yang bergerak
dalam bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan proses produksinya akan
membutuhkan pendanaan seperti sebagai salah satu sumber dana yang
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
53
diantaranya dalam bentuk penyediaan perkreditan. Kredit adalah penyaluran
dana pinjaman oleh bank kepada masyarakat. Dalam praktek perbankan untuk
lebih mengamankan dana yang disalurkan bank (kreditur) kepada peminjam
(debitur) diperlukan pengaman berupa jaminan. Adapun jaminan yang banyak
digunakan adalah jaminan tanah didasarkan pada pertimbangan bahwa tanah
paling aman dan mempunyai nilai ekonomi relative tinggi. Jaminan hak
tanggungan berupa tanah dianggap paling aman dan efektif karena mudahnya
dalam mengidentifikasi obyek hak tanggungan, jelas dan pasti eksekusinya.
Ketentuan tentang hak tanggungan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1996
tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah (selanjutnya disebut dengan UUHT) merupakan pengganti ketentuan
tentang hipotik dan credietverband sejauh tentang tanah dan benda-benda yang
berkaitan dengan tanah. Penggantian ini selain diamanatkan oleh ketentuan
dalam Pasal 51 Undang-Undang No. 5 tahun 1960 peraturan dasar pokok-pokok
agraria (selanjutnya disebut UUPA) juga untuk mengatasi persoalan tentang
pelaksanaan eksekusi hipotik.
Hak Tanggungan yang dikeluarkan oleh BPN diseluruh Indonesia memiliki nilai
yang sangat besar, bahkan dalam perhitungan lokal masing-masing Provinsi,
Kabupaten dan Kota, nilai Hak Tanggungan yang merupakan nilai kredit yang
diperoleh dari agunan yang berbentuk Sertipikat Hak Atas Tanah nilainya
melampau APBD masing-masing. Nilai hak tanggungan tersebut ada yang dalam
bentuk mata uang Rupiah ada juga yang dalam bentuk nilai mata uang asing
seperti US Dollar, Dollar Australia, Yen dan Dollar Singapore.
Nilai Hak Tanggungan yang sangat besar ini secara langsung maupun tidak
langsung telah memberikan gambaran belanja investasi yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi baik makro maupun mikro dalam skop lokal, nasional bahkan
internasional. Semakin besar nilai Hak Tanggungan di suatu wilayah secara
langsung cenderung akan berbanding lurus dengan besarnya investasi. Besarnya
investasi akan berbanding lurus terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dan
selanjutnya ekonomi nasional yang merupakan stimulan meningkatnya daya beli
atau konsumsi masyarakat yang dalam bahasa sosialnya disebut kesejahteraan
(welfare).
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
54
Tabel 18. Nilai Hak Tanggungan (HT) dari Produk Sertipikat HAT yang Dikeluarkan oleh BPN selama tahun 2014.
Melihat dari nilai Hak Tanggungan baik secara wilayah maupun nasional yang
dihasilkan per tahun dimana peran BPN didalamnya sangatlah besar, maka dapat
dikatakan bahwa secara langsung maupun tidak langsung BPN telah
berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional melalui
produk pertanahan (sertipikat, peta dan lain-lain) yang memberikan economic
value added (EVA) bagi sosial ekonomi masyarakat Indonesia.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
55
Dalam prosesnya, Hak Tanggungan yang dikeluarkan oleh BPN selanjutnya akan
menstimulasi bertumbuhnya investasi, namun sebagaimana penjelasan dalam
gambar diatas, dapat dilihat bahwa ada 2 (dua) posisi pengungkit ekonomi
pembangunan yang diemban oleh BPN, yaitu :
1. Proses Pendaftaran tanah yang dilakukan oleh BPN terhadap seluruh bidang
tanah yang ada akan membuat para pemilik memiliki Sertipikat Hak Atas
Tanah (HAT) yang kemudian guna kepentingan ekonomi dan investasi
dipasang sebagai Hak Tanggungan dilembaga keuangan atau perbankan.
Invenstasi yang kemudian dilakukan melalui kredit yang dperoleh disatu sisi
akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui alur makro dan mikro economic
household lifecycle yang dalam proporsi ekonomi tertentu dan berimbang akan
menciptakan akses kesejahteraan masyarakat (social welfare);
2. Secara teknis substantif, pendaftaran tanah akan dilaksanakan beriringan dan
saling menopang dengan penataan ruang (spatial planning), penataan ruang
disetiap tingkatan wilayah akan membuat area investasi maupun
pembangunan lainnya terpetakan dengan jelas dan akurat dengan
pertimbangan kedepannya adalah kesejahteraan dan keseimbangan
keberlanjutan ekosistem serta lingkungan. Kondisi ini merupakan salah satu
variabel kesejahteraan masyarakat.
Sebagai ilustrasi terhadap kinerja BPN-RI lainnya dalam hal memberikan nilai
tambah bagi pembangunan ekonomi di Indonesia dapat dilihat dari gambar 32
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
56
dimana membandingkan antara APBN.P selama tahun 2014 dengan jumlah
Hak Tanggungan selama 2014.
Gambar 33. Perbandingan antara APBNP 2014 dengan Capaian Hak Tanggungan
Ada sebanyak 658,63 Triliun dana yang dibiayai oleh lembaga-lembaga
perbankan kepada masyarakat secara umum yang menggunakan produk
legalisasi asset BPN-RI berupa sertipikat tanah sebagai angunan, capaian ini
tentunya sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
57
IV. PENUTUP
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melaksanakan sebagian tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral; melalui tugas
dan fungsi dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan manajemen dan pelayanan
pertanahan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAPORAN KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (LKj) BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN
2014 ini telah tersusun sebagai sarana penyediaan dokumen bagi penilaian kinerja
instansi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang mencakup kinerja jajaran
pusat dan daerah untuk kurun waktu tahun anggaran 2014. Laporan Kinerja ini
menguraikan berbagai capaian sebagai wujud keberhasilan, di samping hambatan,
kendala, dan masalah yang dihadapi hingga peyebab kegagalan dalam mencapai rencana
strategis yang ditetapkan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada tahun
2014. Keberhasilan maupun kegagalan tersebut digambarkan dalam bingkai capaian
Indikator Kinerja Utama serta analisis kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia berdasar tujuan dan sasaran lima tahunan.
Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia telah menyusun Rencana Strategis yang mencakup visi dan
misi, hingga tujuan dan sasaran yang diwujudkan dalam program kerja dan kegiatan
dalam kurun waktu 2010-2014. Selanjutnya, Renstra 2010-2014 dirumuskan dalam setiap
tahun berupa Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia berdasarkan RPJM bidang pertanahan yang berlaku.
Uraian hasil capaian kinerja selama periode 2014 pada umumnya dapat memenuhi target
sesuai ketersediaan anggaran, meskipun pada beberapa kegiatan ternyata target lebih
rendah dari rencana. Hal tersebut, yakni keberhasilan maupun kegagalan capaian
strategis merupakan resultan dari kinerja jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dari pusat hingga provinsi dan kabupaten/kota, selain peran serta secara aktif
masyarakat dan dunia usaha/korporat.
Langkah-langkah yang harus diambil untuk meningkatkan kinerja Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia tahun mendatang:
1. Penyelarasan dalam penyusunan Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, dan
Pelaporan Kinerja;
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 2014
58
2. Konsistensi dalam realisasi pelaksanaan kegiatan terhadap target yang tertera dalam
dokumen rencana kerja dan anggaran;
3. Perencanaan kegiatan yang realistis, terkoordinasi, dan terintegrasi; terutama yang
berkaitan dengan pihak-pihak di luar jajaran BPN dalam kegiatan lintas-sektor
sehingga sejak awal telah dapat dipastikan target yang diusulkan;
4. Pemanfaatan tenaga di luar struktur dalam pelaksanaan tugas teknis bila
memungkinkan, misalnya “outsourcing” tenaga pengukuran bidang tanah bekerjasama
dengan Surveyor Berlisensi demi peningkatan capaian target pengukuran bidang
tanah dalam sertifikasi;
5. Komitmen secara sungguh-sungguh segenap personil jajaran Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan fisik,
adminitrasi, dan keuangan yang didukung oleh pelaksana yang kredibel, kompeten,
kapabel, dan memiliki kapasitas yang layak lagi konsekuen dan konsisten; dan
6. Setiap strategi yang dirumuskan telah dirinci berupa tahapan dan didukung semua
sumberdaya yang diperlukan terangkum rencana aksi, penjadwalan, dan seterusnya
yang merupakan peta jalan (roadmap) pencapaian target kinerja yang ditetapkan; serta
7. Pengungkapan secara memadai setiap hasil pelaksanaan kegiatan hingga
penyusunan laporan yang sesuai dengan ketentuan agar memudahkan kepada
berbagai pihak yang akan melakukan penilaian atas kinerja instansi, baik fisik maupun
keuangan.
Demikian Laporan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun 2014,
dengan harapan dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta sarana
peningkatan kinerja guna mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi BPN-RI.
Berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan,
harus dijadikan bahan kajian dan sebagai pembelajaran untuk peningkatan.
Kementerian/Lembaga : BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tahun Anggaran : 2014
1. 865.491 Bidang
2. Terkendalinya penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah
161 SK
a. 11.250 Bidang
b. 154.075 Bidang
3.018 Kasus
a. Jumlah cakupan Peta Dasar 259.475 Ha
b. Jumlah cakupan Peta Tematik 495.000 Ha
c. Jumlah cakupan Peta Potensi 699.000 Ha
6. Meningkatnya kualitas layanan
pertanahan A
Jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan
Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah
Terpenuhinya infrastruktur
pertanahan
Indikator Kinerja
5.
Berkurangnya Kasus Pertanahan 4. Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan
3.
Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi
aset tanah dengan nilai Sangat Baik (A)
Terciptanya pengaturan dan
penataan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah
secara optimal
(1)
FORMULIR PENETAPAN KINERJA
TINGKAT KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH
Sasaran Strategis Target
(3)(2)
HERDARMAN SUPANDJI
Terwujudnya Jaminan Kepastian
Hukum Hak Atas Tanah
Jakarta, Maret 2014
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Redistribusi Tanah
Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi
Formulir 1
2010 2014
1 5 6 7
A PROGRAM : PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL
1 PUSAT
2 Tersedianya cakupan wilayah jaringan referensi
satelit pertanahan (JRSP) untuk mendukung
akselerasi pelaksanaan kegiatan pertanahan melalui
kegiatan pengukuran dasar (hektar)
100.000 6.376.000
3 Tersedianya peta dasar pertanahan untuk
pendaftaran tanah, pemetaan tematik, pemetaan
nilai tanah dan kegiatan pertanahan lainnya melalui
kegiatan pemetaan dasar (hektar)
3.500.000 9.000.000
5 Tersedianya peta dan informasi potensi nilai tanah
dan kawasan sebagai referensi dan indikator
ekonomi tanah untuk keadilan dan kesejahteraan
rakyat melalui kegiatan survey potensi tanah
(hektar)
218.160 10.626.700
6 Tersedianya geospasial database pertanahan sesuai
dengan standar infrastruktur data spasial nasional
(Standar IDSN) melalui kegiatan pemetaan dasar
pertanahan (hektar)
472.280 2.361.400
7 Tersedianya kebijakan teknis mengenai pembuatan
dan pengelolaan data spasial pertanahan nasional
melalui kegiatan penyusunan pedoman dan
standarisasi (paket)
1 5
4
Terwujudnya suatu kondisi yang
mampu menstimulasi,
mendinamisasi dan memfasilitasi
pengembangan infrastruktur
pertanahan secara nasional,
regional dan sektoral, yang
diperlukan di seluruh Indonesia;
2 3 4
1 Tersedianya cakupan wilayah kerangka dasar
kadastral nasional melalui kegiatan pengukuran
2.125.340Tersedianya peta-peta tematik pertanahan
mendukung perencanaan dan arah penyelenggaraan
kegiatan pertanahan dan berkontribusi dalam
penyusunan data spasial pertanahan nasional melalui
kegiatan pemetaan tematik (hektar)
a. DEPUTI BIDANG
SURVEI, PENGUKURAN,
DAN PEMETAAN (DEPUTI
I)
Outcome :
TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2010 -2014 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
10.626.700
DEPUTI BIDANG
SURVEI,
PENGUKURAN,
DAN PEMETAAN
5.000.000 5.000.000
F.1-1
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
i.
1 Pengukuran dan pemetaan
Kerangka Dasar Kadastral
Nasional di Kab/Kota, Koridor
Batas Kawasan dan Koridor
Batas Wilayah sesuai standar
dan ketentuan Juknis
1 Tersedianya standar dan mekanisme kendali mutu,
pengukuran dan pemetaan kerangka dasar kadastral
nasional, koridor batas kawasan dan koridor batas
wilayah administrasi yang dihasilkan (paket)
1 5
2 Tersedianya sistem referensi
sesuai standar
2 Hasil pengukuran koridor Batas Kawasan, Koridor
Batas Wilayah Administrasi dan Pulau Terluar
(hektar)
15.560 77.800
3 3 Cakupan wilayah sistem JRSP untuk membangun
kerangka dasar kadastral sesuai standar nasional
(hektar)
100.000 2.802.700
4 Jumlah dokumentasi titik dasar teknik (titik). 28 138
5 Jumlah layanan informasi pengukuran dasar (paket) 10 50
ii.
1 Jumlah dokumen standard dan mekanisme survei
dan pemetaan dasar (paket)
1 5
2 Jumlah citra optis resolusi tinggi (hektar) 400.000 8.000.000
3 Jumlah citra optis resolusi menengah (hektar) 4.000.000 20.000.000
4 Jumlah peta dasar pertanahan yang dibuat sesuai
standar (hektar)
600.000 9.000.000
5 Tersedianya geospasial database unsur dasar
geografi sesuai dengan standar infrastruktur data
spasial nasional (Standar IDSN) (hektar)
680.000 3.400.000
6 Jumlah supervisi/monitoring pemetaan dasar
(paket)
33 165
7 Jumlah pembinaan pejabat fungsional survei dan
pemetaan (paket)
33 165
8 Jumlah bimbingan teknis pemetaan dasar (paket) 1 5
9 Jumlah pengadaan/upgrading hardware dan
software (paket)
2 10
Terlaksananya Survei dan
Pemetaan Dasar Sesuai Standar
Operasi dan Prosedur (SOP)
KEGIATAN :
PENGUKURAN DASAR
Output : Direktorat
Pengukuran Dasar
Tersedianya konsep
peraturan tentang
pengukuran dan pemetaan
kerangka dasar
Output : Direktorat
Pemetaan Dasar
KEGIATAN :
PEMETAAN DASAR
F.1-2
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
iii.
1 Tersedianya Peta-Peta
Tematik Utama Pertanahan
sesuai dengan NSPM untuk
mendukung pelaksanaan
program dan kegiatan BPN RI
1 Jumlah pemetaan tematik model untuk penyusunan
standar pemetaan tematik pertanahan pada wilayah
pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, wilayah
ekonomi khusus dan bidang tanah ataupun untuk
tema pertanahan tertentu (paket)
95.380 476.900
2 2 Jumlah kajian / studi standarisasi pemetaan
tematik pertanahan. (paket)
1 5
3 Jumlah peraturan/juklak/juknis NSPM untuk survei
dan pemetaan tematik pertanahan yang ditetapkan
(paket)
1 5
4 Jumlah integrasi secara nasional peta-peta tematik
pertanahan hasil kerja Kanwil BPN Propinsi (paket)
3.175.000 21.462.800
5 Jumlah konversi data tematik ke dalam Sistem
Aplikasi Geodatabase (paket).
3.175.000 21.462.800
6 Jumlah supervisi/monitoring pemetaan tematik
(paket)
33 165
7 Jumlah Bimbingan Teknis Pemetaan Tematik
(paket)
26 132
8 Jumlah pengadaan/upgrading hardware dan
software penunjang pemetaan tematik (paket).
1 5
9 Jumlah dokumentasi atau publikasi peta tematik
pertanahan nasional (paket).
1 5
10 Jumlah (tema) peta-peta tematik lainnya
terpetakan sesuai dengan NSPM (paket)
1 5
11 Jumlah data sosial, ekonomi, demografi untuk
pemetaan tematik yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan
pertanahan (paket)
1 5
KEGIATAN :
PEMETAAN TEMATIK
Ouput : Direktorat
Pemetaan Tematik
Tersedianya NSPM tentang
pelaksanaan pemetaan
tematik pertanahan secara
nasional
F.1-3
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
iv.
1 Jumlah survei potensi tanah di wilayah khusus dan
strategis (hektar)
199.400 7.726.900
2 Jumlah supervisi (paket) 33 165
3 Jumlah pembinaan/bimtek/sosialisasi (paket) 33 165
4 Jumlah peraturan/juklak/juknis (paket) 2 8
5 Jumlah studi penilaian tanah (paket) 0 2
6 Jumlah pengembangan/sosialisasi aplikasi nilai
bidang tanah dan kawasan (paket)
20 99
7 Jumlah kegiatan peningkatan
pengetahuan/ketrampilan tenaga penilai tanah
(orang)
8 42
8 Jumlah peralatan penunjang survei dan pemetaan
bidang tanah dan kawasan (paket)
1 5
9 Jumlah pembangunan/pengembangan sistem
informasi nilai aset pertanahan (paket)
0 1
10 Jumlah pengintegrasian peta ZNT, ZNEK, dan
penyebaran data transaksi tanah ke dalam sistem
aplikasi geodatabase BPN RI (paket)
3.423.640 20.605.200
b
1 Tersedianya rumusan kebijakan di bidang Hak
Tanah dan Pendaftaran Tanah (paket)
1 5
2 Bertambahnya jumlah bidang tanah terdaftar
(bidang)
1.635.515 15.828.400
3 Tersedianya database legalitas aset tanah yang
berkualitas sesuai dengan standar (paket)
1 5
i
1 Jumlah penetapan dan perizinan hak atas tanah
(SK)
350 1.750
2 Jumlah data penetapan hak dalam data base Sistem
Informasi Pertanahan (Paket)
1 5
3 Terlaksananya Pembinaan, monitoring, pengendalian
dan evaluasi teknis pengaturan dan penetapan hak
tanah (Paket)
1 5
4 1 5
Direktorat
Pengaturan dan
Penetapan Hak
Tanah
Tersedianya rumusan kebijakan
teknis dibidang pengaturan dan
penetapan hak tanah serta
meningkatnya pelaksanaan
penetapan dan perizinan hak tanah.
DEPUTI BIDANG
HAK TANAH DAN
PENDAFTARAN
TANAH
Direktorat Survei
Potensi TanahTersedianya Peta Nilai Potensi
Tanah Sesuai Standar Operasi dan
Prosedur (SOP) sebagai referensi
dan indikator ekonomi tanah untuk
keadilan dan kesejahteraan rakyat
KEGIATAN : SURVEI
POTENSI TANAH
Output :
DEPUTI BIDANG HAK
TANAH DAN
PENDAFTARAN TANAH
Outcome:
Terwujudnya percepatan legalisasi
aset pertanahan, ketertiban
administrasi pertanahan dan
kelengkapan informasi legalitas
aset tanah
Jumlah kebijakan teknis, norma, standar, pedoman
dan mekanisme pengaturan dan penetapan hak
KEGIATAN :
PENGATURAN DAN
PENETAPAN HAK
TANAH
Output :
F.1-4
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
ii
1 Jumlah kebijakan teknis penetapan batas ruang dan
perairan (Paket)
0 1
2 Jumlah bidang tanah yang ditetapkan batasnya
(HGU) (Hektar)
416.140 2.080.700
3 Jumlah Penetapan Batas satuan Ruang Atas dan
Bawah Tanah (Unit Satuan Ruang)
5.540 27.700
4 Jumlah Penetapan Batas satuan Ruang Perairan
(Unit Satuan Ruang)
300 1.400
5 Jumlah sistem informasi bidang tanah yang
dibangun (HGU, HGB, HPL dan HP) (Paket)
1 5
6 Jumlah surveyor kadastral berlisensi yang
ditetapkan (orang)
139 694
7 Jumlah asisten surveyor kadastral berlisensi yang
ditetapkan (orang)
820 4.100
8 1 5
iii.
1 Jumlah pelaksanaan pengadaan tanah di tingkat
pusat (Paket)
1 5
2 Jumlah penetapan hak atas tanah dan hak
pengelolaan instansi pemerintah, Pemerintah
Daerah dan BUMN/BUMD (SK)
120 600
3 Jumlah rekomendasi perjanjian pemanfaatan,
penggunaan tanah atas bagian-bagian Hak
Pengelolaan (SK)
30 150
4 Terlaksananya Pembinaan, monitoring, pengendalian
dan evaluasi teknis Pengaturan dan pengadaan
tanah pemerintah (Paket)
1 5
5 Jumlah kebijakan teknis, norma, standar, pedoman
dan mekanisme Pengaturan dan pengadaan tanah
pemerintah (Paket)
1 5
KEGIATAN :
PENGATURAN DAN
PENGADAAN TANAH
DAN LEGALISASI
TANAH INSTANSI
PEMERINTAH DAN
BUMN/BUMD
KEGIATAN :
PENINGKATAN
KUALITAS
PENGUKURAN,
PEMETAAN DAN
INFORMASI BIDANG
TANAH, RUANG DAN
PERAIRAN
Output :
Direktorat
Pengaturan dan
Pengadaan Tanah
Pemerintah
Terlaksananya Pengaturan
pengadaan tanah pemerintah,
penetapan hak atas tanah dan hak
pengelolaan instansi pemerintah
dan BUMN/BUMD secara lebih
baik
Direktorat
Penetapan Batas
Bidang Tanah dan
Ruang
Terlaksananya pengukuran
pemetaan dan informasi bidang
tanah, ruang dan perairan yang
berkualitas.
Terlaksananyapembinaan, monitoring, pengendalian
dan evaluasi teknis Penetapan Batas Bidang Tanah
dan Ruang (Paket)
Output :
F.1-5
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
iv.
1 Pengelolaan Penggunaan blangko sertipikat tanah
dan blangko akta PPAT (Paket)
1 5
2 Jumlah PPAT yang ditetapkan (orang) 764 3.820
3 Terlaksananya Pembinaan, monitoring, pengendalian
dan evaluasi teknis Pendaftaran hak atas tanah dan
guna ruang (Paket)
1 5
4 1 4
c
1 1 5
2 neraca penatagunaan tanah (kab/Kota) 100 498
3 Penyelenggaraan redistribusi tanah dalam rangka
tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan
serta tersedianya data tekstual dan spasial bidang
tanah tentang penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah (P4T) dalam rangka
penataan ketimpang
- redistribusi (bidang) 210.000 1.544.000
- IP4T (bidang) 335.665 5.011.186
4 Penyelenggaraan konsolidasi tanah untuk
mewujudkan lingkungan yang berkualitas (Bidang)
10.000 63.850
5 134 672
KEGIATAN :
PENINGKATAN
PENDAFTARAN HAK
TANAH DAN GUNA
RUANG
Output : Direktorat
Pendaftaran Hak
Tanah dan Guna
Ruang
Terwujudnya Pembinaan dan
pengelolaan pendaftaran hak atas
tanah, hak milik atas satuan rumah
susun, tanah wakaf, guna ruang dan
perairan serta PPAT
Jumlah kebijakan teknis, norma, standar, pedoman
dan mekanisme pendaftaran hak atas tanah, hak
milik atas satuan rumah susun, tanah wakaf, dan
guna ruang serta perairan (Paket)
DEPUTI BIDANG
PENGATURAN
DAN PENATAAN
PERTANAHAN
Meningkatnya pengaturan dan
penataan penguasaan dan
pemilikan tanah serta pemanfaatan
dan penggunaan tanah secara
optimal.
Tersusunnya kebijakan dan pelaksanaan
penatagunaan tanah yang optimal
Terciptanya Penataan Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah di Wilayah
Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah
Tertentu (wilayah)
DEPUTI BIDANG
PENGATURAN DAN
PENATAAN PERTANAHAN
Outcome:
F.1-6
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
i
1 5
2 Terbangunan basis data dan jaringan penatagunaan
Tanah di pusat dan daerah di 33 Provinsi (paket)
1 5
3 Tersusunnya Neraca Penatagunaan Tanah di pusat
dan daerah (Kab/Kota, Kecamatan, Lokasi,
Kawasan Khusus)
- Provinsi 7 33
- Kab/Kota 100 500
- Kecamatan 0 498
- Lokasi 3 16
- Kawasan Khusus 1 5
4 Terlaksananya koordinasi internal dan eksternal
Penatagunaan Tanah dalam mewujudkan Rencana
Tata Ruang (Paket)
1 5
5 Terlaksananya monitoring perubahan penggunaan
tanah skala besar, perdesaan dan perkotaan
(paket)
2 10
ii
2 9
2 645.565 6.580.400
3 Persentase data P4T yang sesuai NSPM (Bidang) 334.665 5.030.400
4 Jumlah workshop landreform yang diselenggarakan
(Paket)
2 10
5 penerima manfaat sesuai dengan NSPM (KK) 310.000 1.550.000
6 Jumlah tanah kelebihan maksimum dan absentee
yang terbayar (Hektar)
280 1.400
7 Jumlah tanah negara yang ditegaskan menjadi
tanah obyek landreform (TOL) dan atau yang
dikeluarkan dari TOL (Hektar)
620.000 3.100.000
KEGIATAN :
PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN TEKNIS
DAN PELAKSANAAN
PENATAGUNAAN
TANAH
Out put :
kebijakan teknis dan pelaksanaan
Penatagunaan tanah yang optimal 1 Pedoman di bidang pengaturan dan penataan,
penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
(jumlah)
Jumlah data dan informasi P4T dan Redistribusi
yang terintegrasi dalam Sistem Informasi
Manajemen Landreform (Bidang)
1 Jumlah rumusan kebijakan teknis landreform yang
disusun (Rumusan)
Direktorat
Penatagunaan
Tanah
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
LANDREFORM
Output : Direktorat
LandreformTerciptanya pengelolaan
landreform yang lebih baik
F.1-7
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
iii.
1 Jumlah rumusan kebijakan teknis konsolidasi tanah
yang disusun (Rumusan)
2 10
2 Jumlah obyek potensi konsolidasi tanah (Provinsi) 7 33
3 Proporsi provinsi orang/pihak yang bersedia
mengikuti konsolidasi tanah terhadap jumlah
promosi dan koordinasi (provinsi)
7 33
iv.
1 Jumlah rumusan kebijakan teknis Pertanahan
Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan
Wilayah Tertentu yang tersusun
1 5
(TCK/NSPM Inventarisasi, Zonasi, Penataan dan
Monev)2 Jumlah Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) yang
- pulau kecil terluar 4 41
- pulau kecil perairan dalam 8 67
- pesisir strategis (Kecamatan) 0 12
- wilayah tertentu (Lokasi) 2 20
- penyusunan basis data (Paket) 1 5
- sosialisasi data WP3WT (Paket) 1 5
- bimbingan teknis di provinsi (Paket) 7 33
- supervisi inventarisasi di provinsi (Paket) 7 33
3 Persentase kegiatan penataan kawasan dan
monitoring dan evaluasi pemanfaatan kawasan
Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan
Wilayah Tertentu yang terlaksana.
- zonasi pemanfaatan kawasan (Paket) 1 5
- penataan kawasan (Paket) 1 5
- monitoring dan evaluasi pemanfaatan kawasan
Kabupaten (Paket)
4 69
- konsultasi teknis / workshop / studi banding
(paket)
1 5
- koordinasi pengembangan sumberdaya kawasan
(Paket)
1 5
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
KONSOLIDASI
TANAH
Output : Direktorat
Konsolidasi TanahTerlaksananya pengelolaan
konsolidasi tanah
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR,
PULAU-PULAU KECIL,
PERBATASAN DAN
WILAYAH TERTENTU
(WP3WT)
Output : Direktorat Wilayah
Pesisir, Pulau-Pulau
Kecil, Perbatasan
dan Wilayah
Tertentu
Terlaksananya pengelolaan Wilayah
Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
Perbatasan dan Wilayah Tertentu.
F.1-8
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
d
1 Luas tanah hak dan tanah yang telah mempunyai
dasar penguasaan yang terindikasi terlantar yang
57.500 750.000
2 Luas tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis
yang dikelola (Hektar)
18.400 400.000
3 Jumlah masyarakat kurang mampu yang
memperoleh akses penguatan HAT dan akses
sumber-sumber ekonomi (orang)
56.000 379.300
i
1 Jumlah Rumusan Kebijakan teknis pengendalian
Penerapan Kebijakan Program Pertanahan (Paket)
1 5
2 Jumlah Data dan Informasi hak atas tanah dan
perijinan yang diindikasikan terlantar yang
terintegrasi dalam basis data (paket)
1 5
3 Jumlah pembinaan, pemantauan dan evaluasi
pengendalian penerapan kebijakandan program
pertanahan (paket)
33 165
4 Jumlah data dan informasi penerapan program
pertanahan dan sektoral (paket)
2 10
ii
1 Jumlah Rumusan Kebijakan Teknis Pengelolaan
Tanah Negara, Tanah Terlantar dan Tanah Kritis
(Paket)
1 6
2 Jumlah Analisa ketersediaan tanah untuk
kepentingan masyarakat, pemerintah dan badan
usaha (Paket)
0 18
3 Jumlah kerjasama antar instansi dalam pengelolaan
tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis
(Paket)
0 6
4 Jumlah pembinaan, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan
tanah kritis (Paket)
33 165
DEPUTI BIDANG
PENGENDALIAN
PERTANAHAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Outcome: DEPUTI BIDANG
PENGENDALIAN
PERTANAHAN
DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Terwujudnya Pengendalian
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan
dan Pemanfaatan Tanah dan
Pemberdayaan masyarakat dalam
rangka Peningkatan Akses
terhadap sumber ekonomi
KEGIATAN :
PENGENDALIAN
PERTANAHAN
Output : Direktorat
Pengendalian
Penerapan
Kebijakan Dan
Program
Terlaksananya Pengendalian
Penerapan Kebijakan Dan Program
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
TANAH NEGARA,
TANAH TERLANTAR
DAN TANAH KRITIS
Ouput : Direktorat
Pengelolaan Tanah
Negara, Tanah
Terlantar Dan
Tanah Kritis
Terselenggaranya pengelolaan
tanah negara, tanah terlantar dan
tanah kritis
F.1-9
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
iii.
1 Norma, Standar, Pedoman dan Mekanisme (paket) 1 5
2 Pengembangan Basis Data Pemberdayaan
Masyarakat dan kelembagaan bidang pertanahan
(paket)
1 5
3 Jumlah kerjasama antar instansi dalam
pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan
(Paket)
2 10
4 Peningkatan partisipasi masyarakat dan
kelembagaan dalam pemberdayaan masyarakat
bidang pertanahan (Paket)
33 165
5 Pelaksanaan kerjasama lintas sektor dalam
pemberdayaan masyarakat di pemukiman informal,
daerah konflik dan bencana (paket)
2 12
e
1 Jumlah Pengkajian/analisa atas sengketa konflik
dan perkara pertanahan ,
590 3.650
2 Jumlah Penanganan, Penyelesaian Sengketa Konflik
dan perkara pertanahan (kasus)
1.666 6.000
3 Jumlah Percepatan Pengkajian, penanganan,
penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan
(kasus)
960 4.250
i
1 Jumlah rumusan kebijakan teknis sengketa
pertanahan yang disusun (Paket)
0 4
2 Jumlah Objek sengketa yang dikaji dan dipetakan
akar masalahnya (kasus)
93 500
3 Jumlah Penyelesaian Sengketa Pertanahan (kasus) 93 300
4 Jumlah Keputusan Penghentian dan Pembatalan Hak
atas Tanah (SK)
20 140
5 Jumlah Pembinaan dan evaluasi sengketa
pertanahan di daerah (Paket)
33 165
KEGIATAN :
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN
KELEMBAGAAN
DALAM
PENGELOLAAN
PERTANAHAN
Output : Direktorat
Pemberdayaan
Masyarakat Dan
Kelembagaan
Terselenggaranya akses
masyarakat dan lembaga terhadap
penguatan hak atas tanah dan
sumber permodalan dan produksi
serta pemberdayaan masyarakat
secara integratif dan lintas sektor
DEPUTI BIDANG
PENGKAJIAN DAN
PENANGANAN
SENGKETA DAN
KONFLIK
PERTANAHAN
Outcome: DEPUTI BIDANG
PENGKAJIAN
DAN
PENANGANAN
SENGKETA DAN
KONFLIK
PERTANAHAN
KEGIATAN :
PENGKAJIAN,
PENANGANAN DAN
PENYELESAIAN
SENGKETA
PERTANAHAN
Output:
Berkurangnya sengketa, konflik
dan perkara pertanahan serta
mencegah timbulnya sengketa,
konflik dan perkara pertanahan
Direktorat
Sengketa
Pertanahan
Terlaksananya Pengkajian,
Penanganan dan Penyelesaian
Sengketa Pertanahan secara lebih
berkualitas
F.1-10
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
ii
1 Jumlah Obyek konflik yang dapat dikaji dan
dipetakan akar masalahnya (Kasus)
67 400
2 Jumlah Penanganan Konflik Pertanahan (kasus) 67 240
3 Jumlah rumusan kebijakan teknis konflik
pertanahan yang disusun (Surat Edaran/Juknis)
1 5
4 Jumlah pembinaan dan evaluasi konflik pertanahan
di daerah (Paket)
20 100
iii.
1 Jumlah obyek perkara dapat dikaji dan dipetakan
akar masalahnya (kasus)
30 250
2 Jumlah Perkara yang ditangani dan dimenangkan
oleh pihak BPN RI (Kasus)
30 170
3
4 Jumlah Rumusan Kebijakan Teknis Perkara yang
disusun (Surat Edaran/Juknis)
1 5
5 Jumlah Supervisi dan Monitoring/Evaluasi Perkara
Pertanahan di daerah (Paket)
27 135
2
KANWIL BPN PROVINSI
1 luas wilayah yang dipetakan dan bidang tanah
yang ditetapkan batasnya
2.100.000 10.500.000
- JRSP (hektar) 4.385.934 21.929.672
- Peta Dasar skala 1:2.500 (hektar) 943.753 4.718.765
- Peta Dasar skala 1:10.000 (hektar) 5.662.517 28.312.587
- Peta Tematik Utama Pertanahan:
Peta Penggunaan Tanah (hektar) 11.325.035 56.625.175
Peta Penguasaan Tanah (hektar) 11.325.035 56.625.175
Peta Kemampuan Tanah (hektar) 11.325.035 56.625.175
Peta Tempat-Tempat Penting (hektar) 11.325.035 56.625.175
- Peta Potensi Nilai Tanah dan Kawasan skala
1:25.000 (hektar)
6.535.489 32.677.445
KEGIATAN :
PENGKAJIAN DAN
PENANGANAN
KONFLIK
PERTANAHAN
Direktorat Konflik
Pertanahan
KEGIATAN :
PENANGANAN DAN
PENYELESAIAN
PERKARA
PERTANAHAN
Output : Direktorat Perkara
Pertanahan Terlaksananya penaganan dan
penyelesaian perkara pertanahan
secara lebih berkualitas
25Jumlah Penyelesaian tindak lanjut pelaksanaan
putusan pengadilan (kasus)
Output:
Terlaksananya Pengkajian dan
Penanganan Konflik Pertanahan
secara lebih berkualitas
KEGIATAN PENGELOLAAN PERTANAHAN DI DAERAH
150
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
PERTANAHAN
PROVINSI
Output : Seluruh Kantor
Wilayah BPN
ProvinsiPertanahan yang terkelola dengan
baik untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat,
keadilan P4T, keharmonisan sosial
masyarakat dan keberlanjutan
kehidupan masyarakat dalam
wilayah provinsi
F.1-11
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
- Laporan hasil supervisi (paket) 135 675
- Laporan hasil pembinaan/bimtek/sosialisasi ke
kab/kota (paket)
33 165
- Peta ZNT, ZNEK dan penyebaran data transaksi
tanah yang terkoreksi dan disahkan (paket)
135 675
- Tenaga profesional di bidang penilaian tanah
(orang)
99 495
- Tenaga terampil di bidang penilaian tanah (orang) 264 1.320
- Hardware dan software teknologi informasi yang
terkini (paket)
99 495
- Penetapan Batas HPL Transmigrasi (Hektar) 11.010 55.000
- Penetapan Batas Swadaya (Bidang) 2.482.120 6.056.010
Indikator Output pada Kab/Kota :
- Peta Dasar skala 1:1.000 (Ha) 31.458 157.300
- Peta Potensi Tanah (Ha) 70.781 353.900
- Informasi Nilai Tanah dan Pasar Tanah
Kabupaten/Kota (Paket)
415 2.100
- Informasi Peta ZNT, ZNEK dan Data Transaksi
tanah Kabupaten/Kota (Paket)
415 2.100
- Hardware dan software teknologi informasi yang
terkini
415 2.100
2 Jumlah legalisasi aset tanah, pengelolaan
Informasi dan pemeliharaan data pertanahan
- PRONA (Bidang) 223.330 2.500.000
- Transmigrasi (Bidang) 30.237 642.428
- Pemeriksaan Tanah HPL Transmigrasi (Hektar) 175.000
- Ajudikasi (Pendaftaran Tanah Sistematik)
(Bidang)
400.000
- Tanah UKM (Bidang) 30.000 110.000
- Tanah Petani (Bidang) 23.000 127.002
- Tanah Nelayan (Bidang) 3.000 59.000
- Sertipikasi Pasca Bencana di Nias (bidang) 20.000
- Sertipikasi Perumahan Rakyat Sederhana (bidang) 30.000
- Legalisasi Swadaya (Bidang) 1.062.458 4.037.340
- Pengelolaan Informasi Pertanahan 2.591.759 4.100.000
F.1-12
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
- Pemeliharaan Data Pertanahan 3.961.033 6.241.000
- Pemeriksaan tanah 546.750 1.260.000
3 Penataan dan pengaturan pertanahan
- Redistribusi Tanah (Bidang) 210.000 1.050.000
- Konsolidasi Tanah (Bidang) 10.000 50.000
- Neraca Penggunaan Tanah (Kabupaten/Kota) 100 500
- Inventarisasi P4T (Bidang) 335.665 1.678.325
- Redistribusi Tanah Swadaya (Bidang) 15.550 15.550
- Konsolidasi Tanah Swadaya (Bidang) 24.615 31.615
- Penataan dan Inventarisasi P3WT 177 885
4 Luas Aset tanah terindikasi terlantar/ bekas
hak/ tanah kritis dan jumlah
POKMASDARTIBNAH/GEMARA
- Identifikasi dan Penertiban Tanah Terindikasi
Terlantar (Hektar)
57.500 287.500
- Inventarisasi Tanah Bekas Hak/Tanah Kritis
(Hektar)
18.400 92.000
- Pembentukan POKMASDARTIBNAH/GEMARA
(Kelompok)
201 1.005
- Fasilitasi Pra dan Pasca Sertipikasi Tanah UKM,
Nelayan, Transmigrasi dan Petani (Paket)
33 165
- Inventarisasi Tanah Hak yang diindikasikan
terlantar (Paket)
33 165
5 Jumlah pengkajian dan penanganan sengketa,
konflik dan perkara pertanahan
2.791 13.955
- Pengkajian Sengketa, Konflik dan Perkara
Pertanahan
400 2.000
- Penanganan Perkara Pertanahan 731 3.655
- Mediasi 700 3.500
- Operasi Penyelesaian Masalah Pertanahan
Beraspek Perdata/TUN (Operasi Tuntas)
900 4.500
- Operasi Penyelesaian Masalah Pertanahan
Berindikasi Pidana (Operasi Sidik Sengketa)
60 300
F.1-13
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
B
1
1 Persentase pemenuhan anggaran yang direncanakan
BPN RI denganPagu yang dialokasi Pemerintah
kepada BPN RI (%)
20 100
2 Meningkatnya opinilaporan hasil keuangan dan
kekayaan BPN RI (tingkat)
- WTP
3 terpenuhinya kebutuhan pegawai di seluruh Unit
Kerja di lingkungan BPN RI (%)
20 100
4 Terwujudnya penataan sistem politik dan hukum
pertanahan/keagrariaan (Paket)
5 25
5 Prosentase hasil penelitian dan pengembangan yang
dijadikan bahan kebijakan pertanahan
70 100
6 Meningkatnya persentase pemenuhan data dan
informasi pertanahan yang dibutuhkan (%)
12 60
7 Meningkatnya status akreditasi Program Studi
STPN (Nilai)
- A
8 Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat "Sangat
Memuaskan"
"Sangat
Memuaskan"9 Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan BPN
RI (%)
20 100
10 Bertambahnya jumlah pegawai BPN RI yang
mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan organisasi (%)
8 40
11 Meningkatnya pengelolaan administrasi umum dan
barang milik negara (%)
20 100
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
PUSAT
SEKRETARIAT UTAMA Outcome: SEKRETARIAT
UTAMAMeningkatnya Kualitas Koordinasi,
Sinkronisasi dan Integrasi
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi BPN
RI serta Mutu Pelayanan Publik di
Bidang Pertanahan
F.1-14
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
i
1 Persentase pemenuhan anggaran yang direncanakan
BPN RI denganPagu yang dialokasi Pemerintah
kepada BPN RI (%)
20 100
2 Persentase kerja sama luar negeri bidang
pertanahan yang diprogramkan terlaksana (%)
20 100
3 Persentase data dan informasi hasil inventarisasi
pemantauan dan evaluasi dimanfaatkan dalam
rangka penyusunan program dan anggaran. (%)
20 100
4 Peningkatan peringkat LAKIP BPN RI (peringkat) 2 10
ii
1 Persentase pelaksanaan anggaran berjalan sesuai
peraturan yang berlaku (%)
20 100
2 Persentase ketersediaan data dan informasi
anggaran Badan Pertanahan Nasional; (%)
20 100
3 Persentase pelaksanaan dan Daya Serap anggaran
sesuai dengan rencana (%);
20 100
4 tersedianya data penyelesaian kerugian negara
(kasus)
20 100
5 terlayaninya pelaksanaan APBN (%) 20 100
6 PersentaseKeuangan Manual Bulanan dan Laporan
Keuangan BPN RI dengan SAI (Sistem Akuntansi
Instansi) menuju Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) (%).
20 100
iii
1 Persentase penyelesaian konsep-konsep surat,
keputusan, atau dokumen lainnya yang
ditandatangani oleh KBPN RI, eselon I dan komite
Pertanahan
20 100
2 Persentase distribusi surat, dokumen, pesan ,
disposisi ke unit kerja Eselon I dengan tepat waktu
dan tepat sasaran
20 100
3 Persentase digitalisasi dokumen pimpinan 20 100
KEGIATAN :
PEMBINAAN
ADMINISTRASI DAN
PENGELOLAAN
ANGGARAN BADAN
PERTANAHAN
NASIONAL
KEGIATAN :
PERENCANAAN,
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI PROGRAM
DAN ANGGARAN
SERTA
ADMINISTRASI
KERJA SAMA LUAR
NEGERI BIDANG
PERTANAHAN
Output: Biro Perencanaan
Dan Kerjasama
Luar Negeri
Perencanaan, pemantauan dan
evaluasi program dan anggaran
serta administrasi kerjasama luar
negeri BPN RI yang berkualitas.
Biro Keuangan dan
Pelaksanaan
Anggaran
Terselenggaranya pengelolaan
anggaran sesuai dengan aturan
yang berlaku
Output:
KEGIATAN :
PENYELENGGARAAN
URUSAN TATA
USAHA PIMPINAN,
PENGAMANAN, DAN
URUSAN
KEPROTOKOLAN
Output: Biro Tata Usaha
Pimpinan Dan
Protokol
Terlaksananya pengelolaan tata
usaha pimpinan, keamanan, dan
urusan keprotokolan.
F.1-15
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
4 Persentase terjaminnya keamanan lingkungan
kantor BPN RI
20 100
5 Persentase Terjaminnya keamanan pimpinan BPN RI 20 100
6 Persentase Terlaksananya penyiapan urusan
keprotokolan bagi kegiatan KBPN RI dan Eselon I
20 100
7 Jumlah komunikasi dan koordinasi yang efektif
dengan eksternal dan internal lembaga
20 100
8 Jumlah pemberian penghargaan di bidang
pertanahan kepada perseorangan dan atau lembaga
(buah)
70 350
iv
1 Jumlah Pembinaan organisasi dan Kepegawaian 1 5
2 Proporsi organisasi yang tepat fungsi dan tepat
ukuran serta prosedur kerja yang jelas, efektif
efisien dan terukur (%)
20 100
3 Proporsi layanan pengembangan kepegawaian yang
tepat waktu dan tepat sasaran (%)
20 100
4 Proporsi layanan mutasi kepegawaian yang tepat
waktu dan tepat sasaran (%)
20 100
5 proporsi layanan umum kepegawaian yang tepat
waktu dan tepat sasaran (%)
20 100
6 Proporsi data kepegawaian yang lengkap dan akurat
dengan dukungan SIMPEG (%)
20 100
v
1 Terbinanya unit kerja pengelolatata naskah dinas,
tata kearsipan dan penggandaan (unit kerja)
120 600
2 Terpenuhinya kebutuhan perlengkapan pegawai (%) 20 100
3 Terbayarnya gaji pegawai dan tunjangan serta
terpenuhinyaurusan rumah tangga kantor(orang)
1.300 6500
4 Terbinanya unit kerja pengelola Barang Milik
Negara dan tersedianya data Barang Milik Negara
yang akurat dan akuntabel (Unit Kerja)
120 600
5 Pengadaan Blanko Akta PPAT dan Blanko sertipikat 8.000.000 40.000.000
Biro Organisasi
dan KepegawaianPenataan organisasi dan layanan
kepegawaian
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
ADMINISTRASI
UMUM
Output: Biro Umum
Terlaksananya pengelolaan
administrasi umum dan barang
milik negara
KEGIATAN :
PEMBINAAN
ORGANISASI DAN
PENGELOLAAN
KEPEGAWAIAN BPN
Output:
F.1-16
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
vi
1 Lima (5) standar sistem informasi pertanahan yang
mencakup teknologi informasi, data dan informasi,
perangkat lunak untuk internal dan eksternal,
perangkat keras dan sistem keamanan jaringan
1 5
2 Ketersediaaan data dan informasi pertanahan
nasional pada sistem informasi dan manajemen
pertanahan nasional (SIMTANAS) (%)
12 60
3 Kantor Pertanahan dan Layanan informasi
pertanahan online (%)
20 100
4 Kantor Pertanahan terlayani dengan program
Larasita (%)
20 100
vii
1 Jumlah Rancangan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan di bidang pertanahan (Peraturan)
4 21
2 Jumlah Penyampaian informasi di bidang
pertanahan (paket)
2 10
3 Jumlah Peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan yang terdokumentasi dalam sistem
jaringan dokumentasi dan informasi hukum
(Peraturan)
250 1.251
4 Jumlah pemberian bantuan, pendampingan dan
konsultasi hukum bagi lembaga dan pejabat BPN RI
(paket)
2 10
viii
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan (paket) 9 49
Pusat Hukum dan
Hubungan
Masyarakat
Terlaksananya pengembangan
peraturan perundang-undangan
bidang pertanahan dan Hubungan
Masyarakat
Tersedianya Data dan Informasi
Pertanahan yang terintegrasi
secara nasional dalam rangka
pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Pertanahan Nasional
(SIMTANAS)
KEGIATAN :
PENGEMBANGAN
PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN BIDANG
PERTANAHAN DAN
HUBUNGAN
MASYARAKAT
Pusat Data Dan
Informasi
Pertanahan
Output :
KEGIATAN :
PENGELOLAAN DATA
DAN INFORMASI
PERTANAHAN
Output:
KEGIATAN :
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
BIDANG
PERTANAHAN
Output: Pusat Penelitian
dan PengembanganTerlaksananya Penelitian dan
Pengembangan Bidang Pertanahan
F.1-17
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
ix
1 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan bagi seluruh CPNS di lingkungan BPN
RI
878 3.678
2 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan bagi seluruh pejabat struktural di
lingkungan BPN RI
125 625
3 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis
bagi pegawai di lingkungan BPN RI
263 1.572
4 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Fungsional bagi pegawai di lingkungan BPN RI
68 413
5 Penyelenggaraan Tugas Belajar jenjang pendidikan
S2 dan S3 bagi pegawai di lingkungan BPN RI
7 49
2
1 gaji dan tunjangan lainnya tepat waktu (pegawai) 20.693 103.465
2 operasional perkantoran satker daerah (paket) 453 2.265
3 dukungan menejemen dan teknis satker daerah
(paket)
453 2.265
3
1 Terbayarnya gaji pegawai dan tunjangan serta
terpenuhinya urusan rumah tangga STPN (orang)
170 850
2 operasional perkantoran STPN (Paket) 1 5
3 Jumlah Lulusan Tugas belajar Dosen dan Staf
Administrasi Pasca Sarjana S-2 (Orang)
9 45
4 Jumlah Lulusan Tugas belajar Dosen dan Staf
Administrasi Pasca Sarjana S-3 (Orang)
2 10
5 Jumlah Lulusan Mahasiswa Sarjana Sains Terapan
Bidang Pertanahan (orang)
80 400
6 Meningkatnya Status Program Diploma IV
Pertanahan STPN (nilai)
- A
Output: Seluruh Kantor
Wilayah BPN
Provinsi
KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS KANWIL BPN PROPINSI
KANWIL BPN
PROVINSI
KEGIATAN :
DUKUNGAN
MANAJEMEN DAN
PELAKSANAAN
TUGAS TEKNIS
KANWIL BPN
PROPINSI
Pusat Pendidikan
Dan Pelatihan Terselenggarakannya Pendidikan
dan Pelatihan di lingkungan BPN RI
yang berkualitas (profesional)
KEGIATAN :
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BIDANG
PERTANAHAN
Output:
Terlaksananya Dukungan
Manajemen Dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Kanwil BPN Provinsi
STPN
KEGIATAN :
DUKUNGAN
MANAJEMEN DAN
PELAKSANAAN
TUGAS PENDIDIKAN
STPN
Output: Sekolah Tinggi
Pertanahan
Nasional (STPN)
Tersedianya sumber daya manusia
yang berkualitas melalui Pendidikan
STPN
F.1-18
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
7 Meningkatnya Status semua Program studi
pendidikan lainnya (nilai)
- A
8 Meningkatnya Status Lembaga STPN (nilai) - A
9 Jumlah penelitian pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi(paket)
15 75
10 Jumlah pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
(paket)
10 50
11 Jumlah pengadaan bidang tanah untuk pembangunan
gedung negara (bidang)
0 2
12 Jumlah gedung negara yang dibangun (unit) 1 5
13 Jumlah pengadaan sarana dan prasarana kantor dan
pendidikan (Paket)
3 15
14 Jumlah gedung negara direhab (unit) 1 5
15 Jumlah pengadaan kendaraan roda 4 (unit) 2 10
16 Jumlah pengadaan kendaraan roda 6 (unit) 0 2
17 Jumlah Lulusan Pendidikan Ketrampilan untuk
masyarakat non Institusional
20 100
18 Jumlah Lulusan Program Diploma I Pengukuran dan
Pemetaan Kadastral
128 650
19 Jumlah Lulusan Program Diploma IV Pertanahan/ S-
1
9 45
20 Jumlah Lulusan Pendidikan Khusus PPAT 27 150
21 Jumlah Lulusan Program Spesialis Penilaian Tanah /
S-2 Penilaian Tanah / S-2 Pertanahan
11 60
1.280 2.250
F.1-19
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
C
1
1 Meningkatnya persentase pemenuhan kebutuhan
tanah dan gedung negara di lingkungan BPN RI (%)
20 100 SEKRETARIAT
UTAMA
2 Meningkatnya persentase pemenuhan kebutuhan
meubelair, peralatan dan mesin (%)
20 100
3 Jumlah Gedung Negara, Peralatan dan Mesin yang
dilakukan perbaikan (unit)
165 825
1 Jumlah pengadaantanah untuk pembangunan gedung
negara (bidang)
0 1
2 Jumlah terbangunnya gedung negara (unit) 1 3
3 Jumlah pengadaan sarana dan prasarana penunjang
lainnya (Paket)
1 5
4 Jumlah pengadaan kendaraan operasional kantor
(Unit)
20 100
5 Jumlah Pengadaan peralatan dan Mesin (Paket) 1 5
6 Jumlah Pengadaan Kapal Bermotor (Paket) 1 5
Biro Umum
Terlaksananya pengadaan dan
pengembangan Sarana dan
Prasarana kantor
Outcome :
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana
BPN RI
PROGRAM PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
PUSAT
SEKRETARIAT UTAMA
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
SARANA DAN
PRASARANA (PUSAT)
Output :
F.1-20
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
2
1 Jumlah pengadaan tanah untuk pembangunan
gedung negara (Bidang)
27 135
2 Jumlah gedung negarayang dibangun(unit) 27 135
3 Jumlah gedung negara direhab (unit) 16 80
4 Jumlah pengadaan sarana dan prasarana kantor
serta peralatan teknis (Paket)
16 80
5 Jumlah pengadaan kendaraan roda 4(Unit) 30 150
6 Jumlah pengadaan kendaraan roda 2 (Unit) 110 550
7 Jumlah pengadaan peralatan dan mesin (Paket) 16 80
D
1
1 PersentaseTemuan Hasil Pemeriksaan yang
ditidaklanjuti terhadap jumlah temuan (%)
100 100
2 Rasio Jumlah Temuan Pemeriksaan terhadap
jumlah obyek pemeriksaan berkurang (%)
20 15
KEGIATAN PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA (DAERAH)
PUSAT
PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KEGIATAN :
PENGELOLAAN
SARANA DAN
PRASARANA
(DAERAH)
Output : Seluruh Kantor
Wilayah BPN
Provinsi
Terlaksananya pengelolaan Sarana
dan Prasarana Kanwil BPN Provinsi
dan Kantah Kab/Kota
INSPEKTORAT
UTAMAMeningkatnya akuntabilitas kinerja
pelaksanaan tugas pada semua unit
kerja BPN RI
INSPEKTORAT UTAMA
Outcome :
F.1-21
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
i
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
Kasus (Obrik);
33 177
2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa,
Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%);
20 100
3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan /
Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan
Ekstern (%);
20 100
4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil
Pemeriksaan (%);
20 100
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
pemeriksaan / pengawasan (%);
20 100
6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya /
sosialisasi / asistensi (%);
20 100
7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi
(intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi
Pengawasan (%);
20 100
8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit
Pejabat Fungsional Auditor (%).
20 100
9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam
upaya perbaikan pelayanan publik (%)
20 100
ii
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
Kasus (Obrik);
33 177
2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa,
Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%);
20 100
3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan /
Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan
20 100
4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil
Pemeriksaan (%);
20 100
KEGIATAN :
PENGAWASAN DAN
PENINGKATAN
AKUNTABILITAS
APARATUR BPN RI
WILAYAH I
Output : IRWIL I
Terlaksananya pengawasan dan
peningkatan akuntabilitas aparatur
BPN RI di Wilayah I
Terlaksananya pengawasan dan
peningkatan akuntabilitas aparatur
BPN RI di Wilayah II
KEGIATAN :
PENGAWASAN DAN
PENINGKATAN
AKUNTABILITAS
APARATUR BPN RI
WILAYAH II
Output : IRWIL II
F.1-22
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
pemeriksaan / pengawasan (%);
20 100
6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya /
sosialisasi / asistensi (%);
20 100
7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi
(intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi
Pengawasan (%);
20 100
8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit
Pejabat Fungsional Auditor (%).
20 100
9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam
upaya perbaikan pelayanan publik (%)
20 100
iii IRWIL III
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
Kasus (Obrik);
33 177
2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa,
Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%);
20 100
3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan /
Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan
Ekstern (%);
20 100
4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil
Pemeriksaan (%);
20 100
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
pemeriksaan / pengawasan (%);
20 100
6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya /
sosialisasi / asistensi (%);
20 100
7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi
(intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi
Pengawasan (%);
20 100
KEGIATAN :
PENGAWASAN DAN
PENINGKATAN
AKUNTABILITAS
APARATUR BPN RI
WILAYAH III
Output :
Terlaksananya pengawasan dan
peningkatan akuntabilitas aparatur
BPN RI di Wilayah III
F.1-23
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit
Pejabat Fungsional Auditor (%).
20 100
9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam
upaya perbaikan pelayanan publik (%)
20 100
iv
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
Kasus (Obrik);
33 177
2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa,
Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%);
20 100
3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan /
Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan
Ekstern (%);
20 100
4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil
Pemeriksaan (%);
20 100
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
pemeriksaan / pengawasan (%);
20 100
6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya /
sosialisasi / asistensi (%);
20 100
7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi
(intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi
Pengawasan (%);
20 100
8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit
Pejabat Fungsional Auditor (%).
20 100
9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam
upaya perbaikan pelayanan publik (%)
20 100
KEGIATAN :
PENGAWASAN DAN
PENINGKATAN
AKUNTABILITAS
APARATUR BPN RI
WILAYAH IV
Output : IRWIL IV
Terlaksananya pengawasan dan
peningkatan akuntabilitas aparatur
BPN RI di Wilayah IV
F.1-24
2010 2014
1 5 6 72 3 4
NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR TARGET
PELAKSANA
v
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
Kasus (Obrik);
33 177
2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa,
Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%);
20 100
3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan /
Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan
Ekstern (%);
20 100
4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil
Pemeriksaan (%);
20 100
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
pemeriksaan / pengawasan (%);
20 100
6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya /
sosialisasi / asistensi (%);
20 100
7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi
(intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi
Pengawasan (%);
20 100
8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit
Pejabat Fungsional Auditor (%).
20 100
9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam
upaya perbaikan pelayanan publik (%)
20 100
KEGIATAN :
PENGAWASAN DAN
PENINGKATAN
AKUNTABILITAS
APARATUR BPN RI
WILAYAH V
Output : IRWIL V
Terlaksananya pengawasan dan
peningkatan akuntabilitas aparatur
BPN RI di Wilayah V
F.1-25