laporan kinerja kementerian perindustrian tahun 2014
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
1/128
KementerianPerindustrianREPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2014
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
2/128
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
3/128
Ringkasan Eksekutif
Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam
rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance )
dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat. Bentuk perwujudan
pertanggungjawaban penyelenggaraan tersebut harus tepat, jelas dan nyata
secara periodik.
Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Kementerian
Perindustrian pada tahun 2014 adalah melalui Laporan Kinerja Kementerian
Perindustrian tahun 2014. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, dimana pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah
Non Kementerian, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja
didalamnya diminta untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja secara
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
4/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Ringkasan Eksekutif
3. Prioritas Nasional (PN) 8: Energi
Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat
4. Prioritas Nasional (PN) Lainnya 13: Bidang Perekonomian
Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical.
Secara umum gambaran pencapaian kinerja KementerianPerindustrian disampaikan dalam uraian yang mencakup analisis kinerja
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), analisis kinerja
makro sektor industri, analisis kinerja sasaran, analisis kinerja kelembagaan
dan analisis kinerja keuangan. Sepanjang tahun 2010 sampai dengan tahun
2014, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan pelbagai program
pengembangan industri yang menjadi prioritas nasional sebagaimana
diamanahkan dalam RPJMN tahun 2010-2014. Program-program tersebut
meliputi: Revitalisasi Industri Pupuk, Revitalisasi Industri Gula,
Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit, serta Fasilitasi
Pengembangan Zona Industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
b kl t i d t i b b i i d k d t t
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
5/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Ringkasan Eksekutif
mesin dan perlengkapan sebesar 8,80 persen, serta industri pengolahanlainnya sebesar 7,30 persen.
Pada tahun 2014, nilai PDB nasional mencapai Rp. 10.542,69 triliun,
dimana kontribusi sektor industri pengolahan non migas pada tahun 2014
adalah sebesar 17,87 persen dengan nilai Rp. 1.884,01 triliun. Kontribusi
tersebut sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2013 yangmencapai sebesar 17,72 persen. Bila dilihat dari kontribusi masing-masing
sektor industri terhadap pertumbuhan industri, 3 (tiga) industri yang
memberikan peranan terbesar terhadap pertumbuhan industri yaitu industri
makanan dan minuman sebesar 5,32 persen, industri alat angkutan sebesar
1,96 persen, dan industri barang logam; komputer, barang elektronik, optik;
dan peralatan listrik sebesar 1,87 persen.
Selama tahun 2014, nilai ekspor produk industri pengolahan non
migas mencapai US$ 117,33 miliar, yang memberikan kontribusi sebesar
66,55 persen dari total ekspor nasional. Nilai ekspor tersebut meningkat
sebesar 3,66 persen dibandingkan dengan nilai ekspor produk industri
l h i h i $ ili
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
6/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Ringkasan Eksekutif
Gas Rumah Kaca; pemberian penghargaan industri hijau; penyusunan RUUPerindustrian; serta penghargaan P3DN.
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga memiliki beberapa prestasi
dalam capaian Kinerja Kelembagaan, antara lain: mendapatkan predikat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas audit Laporan Keuangan
tahun 2013, yang telah diraih secara berturut-turut selama 6 (enam) tahunsejak tahun 2009; kenaikan nilai akuntabilitas kinerja dari 72,19 pada tahun
2013, menjadi 73,11 di tahun 2014; sebagai Kementerian Terbaik Penerima
DIPA 2014 Pertama; Penganugerahan E-Transparency Award 2014 menempati
Ranking 1 (Pertama) dari 47 Kementerian/Lembaga; Pelayanan Publik versi
Ombudsman dengan kategori hijau atau tingkat kepatuhan tinggi terhadap
UU Pelayanan Publik; dari aspek Keterbukaan Informasi Publik masuk ke
dalam 10 besar Badan Publik Pemerintahan Terbaik; dalam bidang Penerapan
e-Government berhasil sebagai Kementerian Terbaik dalam Pemeringkatan
e-Government Indonesia (PeGI) serta dalam acara Anugerah Media Humas
(AMH) menjadi Pemenang Kedua Kategori Advertorial pada Lomba Anugerah
M di H t h 2013
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
7/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Ringkasan Eksekutif
Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasilmelaksanakan tugas, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian
kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2014. Beberapa sasaran yang
ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum semuanya menunjukkan hasil
sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan pencapaian sasaran
Kementerian Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal
juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan institusi
terkait. Hasil lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan Kinerja
Kementerian Perindustrian Tahun 2014.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
8/128
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
9/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Penutup
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
10/128
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif i
Kata Pengantar vii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiv
Bab I. Pendahuluan ....................................................................... 1
A. Tugas Dan Fungsi Kementerian Perindustrian ..................... 1
B. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian .................. 1
C. Peran Strategis Kementerian Perindustrian .......................... 6
D. Rencana Strategis Kementerian Perindustrian ..................... 8
1 Vi i K t i P i d t i 9
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
11/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Daftar Tabel
3. Kinerja Program Prioritas Nasional Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2010-2014 ........................................................59
4. Kinerja Program Pengembangan Industri Kementerian
Perindustrian ............................................................... 74
5. Kinerja Kelembagaan Kementerian Perindustrian
Tahun 2014 ................................................................. 99
B. Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2014 106
Bab IV. Penutup ............................................................................... 109
A. Kesimpulan ......................................................................... 109
B. Permasalahan dan Kendala .................................................. 110
C. Rekomendasi ....................................................................... 111
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
12/128
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Penetapan Kinerja (TAPKIN) Perspektif Stakeholders .... 18
Tabel 2.2. Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun
2013 Menurut Unit Eselon I (dalam juta Rupiah) ......... 19
Tabel 3.1. Target dan Realisasi Tahun 2014 IKU dari Tingginya Nilai
Tambah Industri ........................................................... 22
Tabel 3.2. Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri ........... 23
Tabel 3.3. Realisasi IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri ........ 23
Tabel 3.4. Pertumbuhan Tiap Cabang Industri Terhadap PDB Sektor
Industri (Persen) ............................................................ 24
Tabel 3.5. Peran Industri Terhadap PDB Nasional (Persen) ............... 25
Tabel 3.6. Peran Tiap Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
13/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Daftar Tabel
Tabel 3.13. Target dan Realisasi Tahun 2014 IKU dari
Tingginya Kemampuan dan Penguasaan Teknologi
Industri ........................................................................ 35
Tabel 3.14. Capaian IKU Tingginya Kemampuan dan Penguasaan
Teknologi Industri ........................................................ 35
Tabel 3.15. Realisasi IKU Tingginya Kemampuan dan Penguasaan
Teknologi Industri ........................................................ 36
Tabel 3.16. Target dan Realisasi Tahun 2014 IKU
dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri .... 39
Tabel 3.17. Capaian IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur
Industri ........................................................................ 40
Tabel 3.18. Realisasi IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya
Struktur Industri ......................................................... 40
Tabel 3.19. Target dan Realisasi Tahun 2014 dari Tersebarnya
Pembangunan Industri ................................................. 45
T b l 3 20 R li i IKU d i T b P b I d t i 45
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
14/128
Tabel 3.28. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas
Menurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar 2010 .. 53
Tabel 3.29. Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Sektor
Industri Tahun 2014 Atas Tahun Dasar 2010 .............. 54
Tabel 3.30. Perkembangan Ekspor Industri Non Migas s.d Okt
2014 ………………………………………………………………. 55
Tabel 3.31. Perkembangan Impor Industri Non Migas s.d Okt 2014 56
Tabel 3.32. Investasi PMDN Tahun 2010 - 2014 ............................. 57
Tabel 3.33. Investasi PMA 2010-2014 ............................................. 58
Tabel 3.34. Capaian Prioritas Nasional Ketahanan Pangan
Terkait Kementerian Perindustrian ............................... 60
Tabel 3.35. Capaian Prioritas Nasional iklim investasi dan iklim
usaha terkait Kementerian Perindustrian ..................... 67
Tabel 3.36. Capaian Prioritas Nasional Bidang Energi
terkait Kementerian Perindustrian ............................... 70
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
15/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian ......... 2
Gambar 1.2. Peta Strategi Kementerian Perindustrian .................... 16
Gambar 3.1. Perbandingan Jumlah Hasil Penelitian dan
Pengembangan yang Siap Diterapkan Tahun 2010 –
2014 .......................................................................... 36
Gambar 3.2. Perbandingan jumlah hasil litbang yang siap
diterapkan Tahun 2013-2014 ..................................... 37
Gambar 3.3. Perkembangan Jumlah Hasil penelitian dan
pengembangan yang telah diterapkan Tahun 2013 –
2014 .......................................................................... 37
Gambar 3.4. Perkembangan Lembaga Pengujian Kesesuaian Tahun
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
16/128
Bab I - Pendahuluan
A. TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian.
Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perindustrian.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
17/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1. Wakil Menteri Perindustrian
Mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
18/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) uniteselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri
Material Dasar Logam; Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat
Industri Kimia Hilir; dan Direktorat Industri Tekstil dan Aneka.
4. Direktorat Jenderal Industri Agro
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal
Industri Agro terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan;
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat
Industri Minuman dan Tembakau.
5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
d d k d b d d l b b k l
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
19/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri.
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri terdiri atas 4
(empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; DirektoratPengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I; Direktorat Pengembangan
Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat Pengembangan Fasilitasi
Industri Wilayah III.
8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal Kerja Sama
Industri Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
20/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
Hijau dan Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian Teknologi dan HakKekayaan Intelektual.
11. Staf Ahli Menteri
Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli Menterimempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah
tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal.
Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri;
Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam
Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi.
Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian,
terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu:
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
21/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
3. Pusat Komunikasi Publik
Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan
tugas Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat
Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala dan mempunyai tugas
melaksanakan hubungan antar lembaga, pemberitaan, publikasi, daninformasi pelayanan publik.
Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian untuk
membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya sasaran
strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif Stakeholders
dibutuhkan SDM. Untuk mewujudkan SDM Industri dan aparatur yangprofessional maka langkah-langkah yang dilakukan adalah meningkatkan
penerapan kode etik dan peningkatan disiplin dan budaya kerja pegawai,
melakukan pengembangan sistem rekruitmen pegawai,peningkatan kualitas
kemampuan dan pengetahuan SDM Industri (kuantitas dan kualitas).
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
22/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
memerlukan upaya penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, diantaranya meliputi:
1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.
2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi.
3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia.
4. Lemahnya sektor infrastruktur.
5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi.
Sedangkan dari sisi industri, berbagai permasalahan pokok yang
sedang dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama,
ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan
penolong, barang setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan antara
sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga, struktur
industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan proses
industrinya pendek. Keempat, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi.
Kelima, lebih dari 60 persen sektor industri terletak di Pulau Jawa. Keenam,
masih lemahnya kemampuan kelompok industri kecil dan menengah.
l i l h d l b k k
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
23/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugaspokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke
dalam: 1) perumusan kebijakan; 2) pelayanan dan fasilitasi; serta
3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang
pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping
dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang
akan dilaksanakan.
Pada pembangunan sektor industri, pemerintah berperan sebagai
fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi
aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam
bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar
tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana
Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri
dalam perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas
i l d k i d h
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
24/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
lingkungan strategis baik tataran daerah, nasional, maupun di tataran global,serta perubahan paradigma peningkatan daya saing dan kecenderungan
pengembangan industri ke depan.
1. Visi Kementerian Perindustrian
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalahMembawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri
Tangguh Dunia yang bercirikan:
a). Industri kelas dunia.
b). PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa.
c). Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan
pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni
Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun
1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru,
Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
) k b d d l
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
25/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
2. Misi Kementerian Perindustrian
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian
Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi
sebagai berikut:
a). Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
b). Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional.c). Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi
masyarakat.
d). Menjadi wahana memajukan kemampuan teknologi nasional.
e). Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan
wawasan budaya masyarakat.
f). Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat.
g). Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan,
pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
26/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harusmampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-
dasar membangun industri andalan masa depan.
Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi
sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor
industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka
dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan
industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian
nasional.
4. Sasaran Kementerian Perindustrian
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya
sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan (stakeholder ),
perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan
kapasitas kelembagaan. Dari hasil evaluasi kinerja pada periode tahun
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
27/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
3). Sasaran Strategis III : Meningkatnya produktivitas SDM industri, denganIndikator Kinerja Utama:
i. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri.
4). Sasaran Strategis IV : Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan
teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
i. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan.
ii. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan yang telah
diimplementasikan.
5). Sasaran Strategis V : Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
i. Jumlah investasi di industri hulu dan antara.
ii. Tingkat kandungan lokal.
6). Sasaran Strategis VI : Tersebarnya pembangunan industri, dengan
Indikator Kinerja Utama:
i. Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
28/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
3). Sasaran Strategis III: Ditetapkannya rencana strategis dalampengembangan industri prioritas dan industri daerah, dengan Indikator
Kinerja Utama:
i. Jumlah Renstra & Renja.
ii. Jumlah peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota yang
telah ditetapkan.
4). Sasaran Strategis IV: Berkembangnya R & D di instansi dan industri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
i. Kerjasama R&D instansi dengan industri.
5). Sasaran Strategis V: Meningkatnya penerapan, pengembangan dan
penggunaan Kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama:
i. Fasilitasi perlindungan HKI.
ii. Persentase pengaduan pelanggaran HKI yang dapat ditangani.
6). Sasaran Strategis VI: Meningkatnya akses pembiayaan dan bahan baku
untuk meningkatkan kapasitas produksi, dengan Indikator Kinerja
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
29/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
ii. SNI yang diberlakukan secara wajib.iii. Peningkatan jumlah jenis produk yang sudah bisa diuji di
laboratorium.
iv. Satker yang terakreditasi untuk memberikan sertifikasi produk.
10).Sasaran Strategis X: Meningkatnya Pengembangan Industri Hijau, dengan
Indikator Kinerja Utama:
i. Bertambahnya kebijakan yang mendukung pengembangan industri
hijau.
ii. Meningkatnya industri yang menerapkan industri hijau.
11).Sasaran Strategis XI: Meningkatnya kualitas pelayanan publik, dengan
Indikator Kinerja Utama:
i. Tingkat kepuasan masyarakat.
ii. Nilai indeks integritas dari KPK.
12).Sasaran Strategis XII: Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan
pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja Utama:
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
30/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
c). Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
1). Sasaran Strategis I: Berkembangnya kemampuan SDM aparatur yang
kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama:
i. Standar kompetensi SDM aparatur.
ii. SDM aparatur yang kompeten.
2). Sasaran Strategis II: Terbangunnya organisasi yang professional dan
probisnis, dengan Indikator Kinerja Utama:
i. Penerapan sistem manajemen mutu.
3). Sasaran Strategis III: Terbangunnya sistem informasi yang terintegrasi
dan handal, dengan Indikator Kinerja Utama:i. Tersedianya sistem informasi online.
ii. Pengguna yang mengakses.
4). Sasaran Strategis IV: Meningkatnya kualitas perencanaan dan pelaporan,
dengan Indikator Kinerja Utama:
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
31/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Pendahuluan
5. Arah Kebijakan dan Strategi
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri
tahun 2010-2014, telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian
yang menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi
2014 sebagaimana disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian
Perindustrian tersaji pada Gambar 1.2 di bawah ini.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
32/128
Bab II – Perencanaan Kinerja
A PERENCANAAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN
2014
Perencanaan kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2014 ini
disusun melalui 2 (dua) tahapan perencanaan, yaitu tahapan penyusunan
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 dan tahapan penyusunan
Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014. Dokumen Rencana Kinerja Tahunan
Tahun 2014 disusun pada tahun anggaran 2013 dan dokumen Penetapan
Kinerja (PK) Tahun 2014 ditetapkan pada awal tahun anggaran 2014.
Perencanaan kinerja yang disusun dalam dokumen Rencana Kinerja
Tahunan Tahun 2014 merupakan perencanaan yang sesuai dengan Peta
Strategis Kementerian Perindustrian yang telah dituangkan dalam Rencana
Strategis tahun 2010 - 2014 dan dokumen Peta Strategi serta Indikator
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
33/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Perencanaan Kinerja
sasaran strategis, indikator kinerja maupun target yang ditetapkan dalamdokumen Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014.
Penyesuaian ini didasari dengan pertimbangan ketersediaan data dukung
pengukuran indikator kinerja, rasionalitas ketercapaian target sasaran dan
indiaktor kinerja serta kesesuaian target dengan ketersediaan sumber daya
baik sumber daya manusia, anggaran maupun sarana lain. Sasaran-sasaran
strategis yang akan dicapai pada tahun 2014 dan ditetapkan dalam dokumen
Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014 dengan penetapan
anggaran sebagaimana dalam DIPA Kementerian Perindustrian Tahun
Anggaran 2014 adalah sebagaimana pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Penetapan Kinerja (TAPKIN) Perspektif Stakeholders
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
Tingginya nilai tambahindustri
1. Laju pertumbuhan industrinonmigas
6,8 Persen
2. Kontribusi industri manufakturterhadap PDB nasional
21,07 Persen
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
34/128
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
35/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Perencanaan Kinerja
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
36/128
Bab III – Akuntabilitas Kinerja
A CAPAIAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014
Capaian kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2014 merupakanpencapaian kinerja seluruh jajaran Kementerian Perindustrian dalam
melakukan berbagai upaya melalui program dan kegiatan guna mencapai
target yang telah ditetapkan pada tahun 2014. Capaian kinerja ini bukan
hanya menguraikan capaian kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan
sebagai kontrak kinerja Menteri Perindustrian dalam dokumen Penetapan
Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014, namun juga menguraikan
capaian kinerja lain, yaitu kinerja makro sektor industri, kinerja program
prioritas nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), kinerja program Kementerian Perindustrian, kinerja kelembagaan
dan kinerja keuangan.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
37/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
yang lebih realistis berdasarkan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahunsebelumnya. Demikian juga untuk data capaian kinerja yang disajikan dalam
laporan kinerja tahun 2014 ini dimungkinkan adanya perbedaan penyajian
angka capaian dan data kinerja pada tahun-tahun sebelumnya karena
memang terjadi pembaharuan data berdasarkan data pembaharuan dari
sumber yang berkompeten seperti Badan Pusat Statistik dan Pusdatin.
a. Nilai Tambah Industr i
Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah dari hasil
produksi yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input.
Sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:
1). Laju pertumbuhan industri dengan target tahun 2014 sebesar 6,8 persen.
2). Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional dengan target
pada tahun 2014 sebesar 21,07 persen.
Laju pertumbuhan industri, diukur melalui penghitungan pertumbuhan nilai
tambah dihitung dengan melihat tingkat pertumbuhan sektor industri non
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
38/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.2.
Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran
StrategisIKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Tingginya
Nilai
TambahIndustri
Laju pertumbuhan
industri102 111,97 94,81 85,43 82,50 Persen
Kontribusi industri
manufaktur terhadapPDB nasional
90,09 89,44 104,25 98,33 84,81 Persen
Tabel. 3.3.
Realisasi IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
SasaranStrategis
IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Tingginya
Nilai
Tambah
Industri
Laju pertumbuhan
industri5,12 6,74 6,40 6,10 5,61 Persen
Kontribusi industri
manufaktur terhadap
PDB nasional
21,51 20,92 20,85 20,76 17,87 Persen
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
39/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah cabang industri barang
logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik yang tumbuh
sebesar 9,22 persen pada tahun 2013 menjadi hanya tumbuh sebesar 2,92
persen pada tahun 2014, kemudian cabang industri Logam Dasar tumbuh
sebesar 11,63 persen pada tahun 2013 menjadi hanya tumbuh sebesar 4,21
persen pada tahun 2014. Cabang industri tekstil dan pakaian jadi hanya
tumbuh sebesar 1,53 persen pada tahun 2014, padahal pada tahun
sebelumnya tumbuh sebesar 6,58 persen. Hal ini kemungkinan terjadi akibat
investasi yang masih tertahan serta kinerja industri yang masih tertahan
mengingat kondisi stabilitas politik di tahun 2014 yang merupakan tahun
pemilu. Cabang industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh
sebesar 5,10 persen pada tahun 2013 menjadi hanya tumbuh sebesar 3,89persen pada tahun 2014.
Tabel. 3.4.
Pertumbuhan Tiap Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri (Persen)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
40/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
mengalami perlambatan. Penurunan pertumbuhan yang secara umum
terjadi pada industri kimia, tekstil dan aneka terjadi akibat penyesuaian
terhadap kondisi eksternal yang melemah akibat Tapering Off yang
dilakukan oleh The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) dan berpengaruh
kepada negara–negara berkembang seperti Indonesia sehingga
perekonomiannya tumbuh lebih lambat dibandingkan beberapa tahun
terakhir, terutama karena tingkat pertumbuhan investasi dan ekspor yang
sangat lemah sehingga berimplikasi pada defisit neraca perdagangan
Industri di Indonesia, khususnya industri kimia dasar, semen dan produk
semen, plastik, kosmetika, produk farmasi, besi baja, dan pengolahan
aluminium. Meskipun begitu, selama kurun waktu tahun 2010 sampai
dengan 2014, sektor industri manufaktur selalu menjadi kontributorterbesar terhadap PDB nasional.
Tabel. 3.5.
Peran Industri Terhadap PDB Nasional (Persen)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
41/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Nilai kontribusi industri manufaktur yang selalu terbesar dibanding
dengan lapangan usaha lain ini menjadi bukti pentingnya peranan sektor
industri sebagai penggerak perekonomian nasional. Hal ini sekaligus menjadi
pendorong bagi Kementerian Perindustrian untuk selalu fokus dan berkinerja
secara maksimal dan terbaik.
Lapangan usaha yang menjadi kontributor terbesar selanjutnya pada
tahun 2014 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar
13,38 persen, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor sebesar 13,38 persen, sektor konstruksi sebesar
9,88 persen dan sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang
sebesar 9,82 persen.
Dari nilai kontribusi industri manufaktur sebesar 17,87 persen pada
tahun 2014 terhadap PDB nasional, yang 5 (lima) cabang industri yang
memberikan kontribusi terbesar secara berturut-turut adalah cabang industri
makanan dan minuman sebesar 29,76 persen, disusul cabang industri alat
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
42/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.6.
Peran Tiap Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri (Persen)
No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014**
1 Industri Makanan dan Minuman 23.83 24.08 24.77 24.50 29.76
2 Industri Pengolahan Tembakau 4.45 4.21 4.29 4.11 5.07
3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 6.37 6.35 6.31 6.49 7.37
4 Industri Kulit, Barang dari Kulit danAlas Kaki
1.30 1.29 1.17 1.23 1.51
5 Industri Kayu, Barang dari Kayu danGabus dan Barang Anyaman dariBambu, Rotan dan Sejenisnya
3.75 3.49 3.28 3.34 4.02
6 Industri Kertas dan Barang dari Kertas;Percetakan dan Reproduksi MediaRekaman
4.49 4.42 3.99 3.71 4.46
7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat
Tradisional
7.56 7.32 7.76 7.84 9.52
8 Industri Karet, Barang dari Karet danPlastik
4.41 4.23 4.14 3.81 4.24
9 Industri Barang Galian bukan Logam 3.37 3.26 3.41 3.47 4.07
10Industri Logam Dasar 3.60 3.69 3.49 3.72 4.34
11 Industri Barang Logam; Komputer,Barang Elektronik, Optik; dan PeralatanListrik
8.64 8.34 8.82 9.27 10.46
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
43/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
5). Meningkatnya ekspor furniture kayu ke negara tujuan ekspor di Eropa
dan Amerika Serikat serta RRC
6). Meningkatnya utilisasi produksi industri pengolahan kayu dan industri
oleokimia.
Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan
pengembangan industri agro dilakukan melalui kebijakan-kebijakan danprogram yang mendorong peningkatan daya saing industri agro, antara lain:
1). Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang
industri hilir agro melalui promosi investasi dan usulan pemberian
insentif untuk investasi di bidang industri agro tertentu maupun di
daerah tertentu serta disinsentif (seperti BK kakao dan CPO serta
larangan ekspor bahan baku rotan).
2). Mengurangi beban biaya logistik dan distribusi dengan berpartisipasi aktif
mengusulkan perbaikan infrastruktur (pelabuhan dan jalan) dan efisiensi
pelayanan (jasa pelabuhan, transportasi).
3). Mengingkatkan produktifitas SDM dan R&D industri agro baik dibidang
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
44/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Kontribusi ekspor produk industri terhadap ekspor nasional ,
diukur melaluipenghitungan perbandingan nilai ekspor total produk industri terhadap nilai
total ekspor nasional setiap tahunnya (data dari BPS).
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri , diukur melalui penghitungan nilai perbandingan pangsa produk
industri nasional di dalam negeri.
Tabel. 3.7.
Target dan Realisasi Tahun 2014 IKU dariTingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Sasaran
Strategis
IKU2014
Satuan
Target Realisasi Capaian
Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalam
dan Luar Negeri
Kontribusi ekspor produk industri
terhadap ekspor nasional66 66,48 100,73 Persen
Meningkatnya pangsa pasar
ekspor produk industri nasional- Persen
Pangsa pasar produk industri
nasional terhadap total 37 55,47 149,92 Persen
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
45/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.9.
Realisasi IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Negeri
Sasaran
StrategisIKU 2011 2012 2013 2014 Satuan
Tingginya
Penguasaan
Pasar Dalamdan Luar
Negeri
Kontribusi ekspor produk
industri terhadap ekspor
nasional
60,18 61,21 61,94 66,48 Persen
Meningkatnya pangsapasar ekspor produk
industri nasional
10,22 6,53 - - Persen
Pangsa pasar produk
industri nasional terhadap
total permintaan di pasar
dalam negeri
38,37 42,67 50,44 55,47 Persen
Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi.
Untuk indikator kinerja utama “meningkatnya pangsa pasar ekspor
produk industri nasional” tidak digunakan sebagai IKU pada tahun 2013. IKU
ini diperbaiki dengan menggunakan IKU “kontribusi ekspor produk industri
terhadap ekspor nasional”.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
46/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
ekspor produk IUBTT terus mengalami peningkatan. Diperkirakan tren
peningkatan ekspor produk IUBTT pada periode tersebut sebesar 8,62 persen.
Tahun 2014 nilai ekspor produk IUBTT diproyeksikan mencapai
USD. 24,2 miliar. Produk terpilih IUBTT yang menjadi kontribusi terbesar
terhadap ekspor IUBTT yaitu: komponen elektronika, komponen KBM,
elektronika konsumsi, KBM Roda 4, alat pemrosesan data (terutama printer),
peralatan listrik rumah tangga, dan perkapalan.
Sementara itu, hingga bulan Oktober 2014 industri kimia, tekstil dan
aneka mengalami kinerja ekspor yang cenderung stagnan. Hal ini tidak
terlepas dari kondisi resesi global yang dialami oleh hampir seluruh negara di
dunia sehingga industri kimia hilir mengalami penurunan pertumbuhan
sebesar 12,27 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, sementara itu industri kimia dasar mengalami peningkatan
pertumbuhan yang moderat yaitu sebesar 3,3 persen. Kondisi yang sama juga
dialami oleh industri tekstil, walaupun mengalami peningkatan pertumbuhan
ekspor sebesar 3,27 persen (yoy) namun adanya masalah domestik seperti
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
47/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
juga mengalami peningkatan yaitu dari 147,04 persen menjadi 230,85 persen
pada tahun 2014.
Peningkatan pangsa pasar produk industri terhadap permintaan
dalam negeri ini antara lain didukung oleh beberapa faktor berikut, yaitu:
1). Kuatnya konsumsi rumah tangga.
2). Fasilitasi dan koordinasi dengan instansi terkait (sektor on farm ) untuk
peningkatan produktifitas dan efisiensi on farm .
3). Adanya kebijakan-kebijakan penguatan daya saing produk industri dalam
negeri serta kebijakan perdagangan untuk menjaga kestabilan harga,
kelancaran arus barang serta menciptakan iklim usaha yang sehat.
4). Pembatasan ekspor produk primer.
5). Sosialisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
promosi baik domestik maupun internasional.
c. Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Produktivitas SDM industri sebagai faktor penunjang industri
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
48/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.11.
Capaian IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran
StrategisIKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Meningkatnya
Produktivitas
SDM Industri
Tingkat
produktivitas
SDM industri
5.506,8 8.788,8 5.627,6 13.012,2 n/a Persen
Tabel. 3.12.
Realisasi IKU dari Meningkatnya Produktivitas SDM Industri
Sasaran
StrategisIKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Meningkatnya
Produktivitas
SDM Industri
Tingkat
produktivitas
SDM industri
13.767 21.972 14.069 32. 530 n/a RibuRupiah/TK
Dilihat dari aspek pencapaian target, dari tahun 2010 dapat mencapai
target yang sangat jauh melampaui. Dari target sebesar Rp. 250.000,00 per
tenaga kerja, yang terjadi pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
49/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri kayu, gabus (tidak
termasuk furnitur) dan anyaman dari bambu, rotan; industri bahan kimia
dan barang dari bahan kimia; industri karet, barang dari karet dan plastik;
industri barang galian bukan logam; industri mesin dan perlengkapan.
Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan
tenaga kerja industri pada tahun 2014 namun tidak sejalan dengan
pertumbuhan PDB Indonesia yang cenderung melambat dari tahun 2013.
Dari aspek jumlah tenaga kerja industri, salah satu penyumbang
peningkatan jumlah tenaga kerja industri yang cukup besar adalah berasal
dari industri unggulan berbasis teknologi tinggi yaitu sub sektor industri
elektronika dan telematika, sub sektor industri kelistrikan, sub sektor
industri alat transportasi darat, sub sektor industri permesinan dan alat
pertanian serta sub sektor industri maritim, kedirgantaraan dan alat
pertahanan. Jumlah tenaga kerja IUBTT pada tahun 2014 sebanyak
1.150.724 orang, meningkat 2,23 persen atau 25.153 orang dibandingkan
tahun 2013.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
50/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Hasil penelitian dan pengembangan yang siap diterapkan, diukur melalui
penghitungan jumlah hasil penelitian dan pengembangan (khusus yang
dilakukan oleh Balai Besar dan Baristand Industri) yang merupakan hasil
litbang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014) yang telah dilakukan pilot project atau telah dihitung tekno
meternya, atau telah memiliki mitra usaha/industri untuk menerapkan hasil
litbang tersebut.
Pada tahun 2014 terdapat 161 penelitian dan bila dijumlahkan
selama 2010-2014 telah terdapat 1068 penelitian yang dilaksanakan oleh
Balai Besar dan Baristand Industri. Dari jumlah tesebut hasil litbang yang
siap diterapkan pada tahun 2014 adalah 62 penelitian.
Tabel. 3.13.
Target dan Realisasi Tahun 2014 IKU dariTingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran Strategis IKU2014
Satuan Target Realisasi Capaian
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
51/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.15.
Realisasi IKU Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Sasaran
StrategisIKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Tingginya
kemampuan
Inovasi dan
penguasaan
teknologi
Industri
Hasil penelitian dan
pengembangan yang
siap diterapkan
157 186 200 96 62 Penelitian
Hasil penelitian danpengembangan yang
telah diterapkan
99 25 33 43 37 Penelitian
200
168
194
87
30
157
186 200
96
62
50
100
150
200
250
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
52/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Gambar 3.2.
Perbandingan jumlah hasil litbang yang siap diterapkan Tahun 2013-2014
Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diterapkan, diukur
melalui penghitungan hasil litbang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
(2010 s/d 2014) yang telah diterapkan pada dunia usaha/industri dan telah
masuk dalam skala pabrik/manufaktur .
87
30
96
62
0
50
100
150
2013 2014
Target Capaian
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
53/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
3). Beberapa hasil litbang telah disepakati melalui MoU dengan industri
untuk proses pengembangan penelitian ke tahap berikutnya;
4). Hasil litbang yang telah menyelesaikan permasalahan industri atau
memenuhi kebutuhan industri;
Pemanfaatan litbang oleh sektor industri sangat bergantung pada
kualitas hasil litbang dan pemasaran/publikasi hasil litbang oleh Balai Besar
dan Baristand Industri pada dunia industri. Selain itu, penelitian dan
pengembangan perlu didorong untuk lebih aplikatif sampai dengan skala
industri agar dapat memenuhi kebutuhan teknologi dunia usaha/industri.
Tatangan yang dihadapi dalam mengembangkan tingginya
kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri adalah:a. Keterbatasan sumber daya litbang (SDM, sarana, dan prasarana litbang);
b. Masih kurangnya pelatihan di bidang teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan peningkatkan kompetensi SDM Peneliti di Balai.
c. Masih terbatasnya dukungan peralatan laboratorium dari segi kapasitas,
sedangkan usia peralatan yang ada rata-rata relatif sudah tua.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
54/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
3). Meningkatkan networking (jejaring) dengan lembaga/institusi dalam dan
luar negeri serta pelaku industri;
4). Memperkuat kompetensi inti dan bersama Balai;
5). Penyusunan penjaminan resiko atas pemanfaatan teknologi,
sebagaimanan diatur oleh Pada Undang-Undang No. 3 Th. 2014 tentang
Perindustrian pada bagian Pengembangan Dan Pemanfaatan Teknologi
Industri telah diatur;
6). Meningkatkan komersialisasi hasil litbang teknologi.
e. Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Struktur industri dimaksud adalah perimbangan antara industri hulu
dan industri antara serta bagaimana kemampuan kandungan lokal
digunakan dalam produksi. Sasaran strategis ini diukur melalui indikator
kinerja utama:
1). Jumlah investasi baru di industri hulu dan antara dengan target pada
tahun 2014 sebesar 850 proyek.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
55/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.17.
Capaian IKU dari Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Sasaran
StrategisIKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Kuat,
Lengkap
dan
Dalamnya
Struktur
Industri
Jumlah investasi
baru di industri hulu
dan antara
- 397,13 472,59 Persen
Produk industridengan TKDN > 40
persen
- 201,40 142,00 Persen
Tumbuhnya Industri
Dasar Hulu (Logam
dan Kimia)
136,00 384,12 142,50 - - Persen
Tumbuhnya Industri
Komponen
automotive ,
elektronika dan
permesinan
76,25 109,38 96,66 - - Persen
Ket: (-) Indikator pada tahun tersebut tidak digunakan lagi.
Tabel. 3.18.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
56/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
dan permesinan sudah tidak digunakan sebagai indikator pengukuran
karena telah diperbaiki dengan 2 indikator sebelumnya.
Investasi PMDN Indonesia pada tahun 2014 mengalami peningkatan
sebesar 15,37 persen dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini tentu
menunjukkan perkembangan positif mengenai investasi dalam negeri.
Peningkatan terbesar pada industri mineral non logam, yang mengalami
peningkatan sebesar 53.03 persen diikuti oleh industri logam, mesin dan
elektronik sebesar 22,14 persen, industri karet dan plastik sebesar
16,55 persen dan industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar 10 persen
serta industri kayu sebesar 49,73 persen.
Namun diluar peningkatan investasi tersebut, terdapat beberapa
sektor yang mengalami penurunan investasi yaitu industri instrumen
kedokteran, presisi & optik & jam diikuti oleh industri kendaraan bermotor
dan alat transportasi lain sebesar 75,88 persen, dan industri tekstil sebesar
40,66 persen. Peningkatan investasi ini disebabkan karena kondisi ekonomi
Indonesia yang relatif stabil dan insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintah
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
57/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
investasi USD. 2.323 juta menurun hingga 26,06 persen, dan sektor industri
logam, mesin dan elektronik nilai investasi USD. 2.472 juta menurun hingga
25,70 persen. Adanya penurunan investasi PMA di beberapa sektor
disebabkan karena beberapa hal, yang pertama perlambatan ekonomi di
Eropa pada awal tahun 2014, yang kedua adalah melemahnya harga
komoditas dunia, yang mengakibatkan beberapa investor menahan diri untuk
melakukan ekspansi.
Untuk industri yang termasuk dalam sektor IUBTT, Jumlah investasi
di industri hulu dan antara yang tumbuh di tahun 2014 sebanyak
10 perusahaan dengan rincian :
1). PT. Nissan Motor Indonesia di Purwakarta untuk memproduksi KBH2
merek Datsun Go+.
2). PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors di Cibitung – Bekasi untuk
pendirian KTB New Spare Part Center.
3). PT. Kawasaki Motor Indonesia di Kawasan Industri MM2100 – Bekasi
untuk pendirian Pabrik ke-2 Perakitan Sepeda Motor.
4) PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia di Karawang untuk Pendirian
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
58/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Melihat perkembangan investasi di sektor industri hasil hutan dan
perkebunan cukup positif, untuk sektor industri pengolahan kayu tahun
2014 terdapat 18 perusahaan yang melakukan investasi baik untuk
pembangunan pabrik baru maupun perluasan usaha, nilai investasi yang
dapat diserap dari sector kayu adalah sebesar Rp. 548,7 Milyar rupiah,
industri pulp dan kertas terdapat 14 perusahaan yang melakukan investasi
baik pembangunan pabrik baru maupun perluasan dengan nilai 1,57 trilyun
rupiah dan terakhir adalah investasi industri karet sebanyak 4 perusahan
dengan nilai investasi Rp. 209 milyar. Sektor industri ini mampu menyerap
investasi yang tinggi karena merupakan sektor industri yang padat modal.
Secara keseluruhan jumlah investasi Industri hasil hutan dan
perkebunan mencapai 34 perusahaan dengan nilai Investasi
Rp. 18,11 trilyun, lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebanyak
20 perusahaan. Selain itu kondisi investasi tahun 2014 juga lebih baik dari
tahun 2013 dimana investasi untuk sektor industri pengolahan kayu
sebanyak 23 perusahaan dengan nilai investasi Rp. 190,3 milyar dan sektor
industri hilir kelapa sawit sebanyak 5 perusahaan dengan nilai
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
59/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
diantaranya PT. Bogasari Flour Mills Indonesia, PT Multi Bintang Indonesia
Tbk, PT. Indofood CBP Sukses Makmur dan PT. Yupi Indo Jelly Gum.
Sedangkan untuk IKU produktifitas dengan TKDN > 40 persen sampai
dengan tahun 2014 melampaui target yang diharapkan. dari target 500
produk terealisasi 710 produk dengan TKDN > 40 persen. Produk yang
dihasilkan merupakan produk industri yang telah diverifikasi TKDN-nya oleh
Kementerian Perindustrian. Hasil verifikasi ini kemudian akan ditetapkan
secara formal oleh Kementerian Perindustrian. Capaian ini salah satunya
didukung oleh program-program yang mendorong industri dan masyarakat
melalui program P3DN. Kedua indikator ini baru ditetapkan pada tahun
2013–2014 menggantikan indikator tumbuhnya industri logam dasar, besi
dan baja; dan tumbuhnya industri alat angkut, mesin, dan peralatannya.
Dari sektor industri agro, jumlah produk dengan TKDN > 40 persen
pada tahun 2014 adalah sebesar 18 produk, meningkat dari capaian pada
tahun 2013. Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai 18 produk
yang sudah bersertifikasi TKDN dari Kementerian Perindustrian yang terdiri
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
60/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
2). Perbandingan jumlah IKM di Pulau Jawa dan luar Jawa dengan target
pada tahun 2014 sebesar 62 : 38.
Rasio PDB industri luar Jawa terhadap PDB industri Jawa , diukur melalui
penghitungan perbandingan jumlah PDRB industri seluruh provinsi di luar
Jawa dibandingkan dengan di Jawa setiap.
Perbandingan jumlah IKM di Pulau Jawa dan luar Jawa, diukur melalui
penghitungan perbandingan jumlah industri kecil dan menengah yang ada di
luar Jawa dibandingkan dengan di Jawa setiap tahunnya.
Tabel. 3.19.
Target dan Realisasi Tahun 2014 dari Tersebarnya Pembangunan Industri
Sasaran
StrategisIKU
2014Satuan
Target Realisasi Capaian
Tersebarnya
Pembangunan
Industri
Rasio PDB industri
luar Jawa terhadap
PDB industri Jawa
29,58:70,42 27,36 : 72,64 92,49 Rasio
Perbandingan
jumlah IKM di Pulau 62 : 38 62 17:37 83 99 55 Rasio
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
61/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
tidak tercapai. PDB industri di luar pulau Jawa dari sebesar 23,13 persen
pada tahun 2012 menjadi 27,36 persen pada tahun 2013, sedangkan jumlah
IKM di luar pulau Jawa dari sebesar 37,72 persen pada tahun 2013, menjadi
37,83 persen di tahun 2014.
Indikator kedua dari sasaran strategis ini diukur melalui rasio jumlah
IKM di Jawa dan luar Jawa, dengan target sebesar 68:32 di tahun 2014.
Target ini merupakan angka revisi setelah dilakukan evaluasi paruh waktu
pada tahun 2012 (target awalnya adalah 60:40) karena hasil evaluasi tersebut
menyatakan bahwa angka 60:40 terlalu tinggi dan tidak akan tercapai di
tahun 2014.
Dalam 3 tahun terakhir menunjukkan adanya kecenderungan
meningkatnya peranan sektor industri manufaktur di luar Pulau Jawa.
Kondisi yang diharapkan adalah secara perlahan-lahan kontribusi sektor
industri manufaktur di luar Pulau Jawa meningkat sehingga dalam jangka
panjang yaitu pada tahun 2025 kontribusinya menjadi sekitar 40 persen.
Tabel 3.21.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
62/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Target tahun 2014 untuk jumlah unit usaha IKM di luar Jawa
sebanyak 32 persen dari total unit usaha IKM, sedangkan realisasinya
mencapai 37,83 persen. Dengan membandingkan antara realisasi dan target,
maka capaian kinerja pada IKU ini adalah 99,55 persen. Rasio jumlah IKM di
Jawa dan luar Jawa adalah 63,45:36,55 pada tahun 2010 dan bergerak
menjadi 62,17:37,83 di tahun 2014. Artinya, jumlah unit usaha IKM selama
lima tahun terus meningkat, yakni tumbuh 5,63 persen per tahun untuk IKM
di Jawa dan 7,09 persen per tahun untuk IKM di luar Jawa. Meskipun
demikian, akselerasi pertumbuhan IKM di luar Jawa harus ditingkatkan
kembali agar sebaran IKM dapat seimbang dan sesuai harapan.
Tabel. 3.22.
Rasio Jumlah IKM di Pulau Jawa dan Luar Jawa Tahun 2010-2014
PERSENTASE IKM 2010 2011 2012 2013 2014
JAWA 63,45% 65,04% 64,34% 62,28% 62,17%
LUAR JAWA 36,55% 34,96% 35,66% 37,72% 37,83%
JUMLAH UNITUSAHA
2010 2011 2012 2013 2014
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
63/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Pendekatan Fast Track saat ini masih dalam persiapan karena diperlukan
prasyarat bisnis franchise .
g. Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB
Industri
Sasaran ini adalah sasaran yang menunjukkan peran industri kecil
dan menengah terhadap PDB selalu meningkat. Sasaran strategis ini akan
dicapai melalui indikator kinerja utama kontribusi PDB IKM terhadap PDB
Industri dengan target pada tahun 2014 sebesar 34 persen.
Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri , diukur melalui penghitungan
perbandingan PDB IKM terhadap PDB industri total secara nasional.
Tabel. 3.23.
Target dan Realisasi Tahun 2014 dari Meningkatnya Peran Industri Kecil danMenengah terhadap PDB Industri
Sasaran Strategis IKU2014
SatuanTarget Realisasi Capaian
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
64/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Dilihat dari aspek pencapaian target maupun realisasi, dibandingkan
dengan tahun 2011 dan 2012, indikator ini mengalami peningkatan pada
tahun 2013, dan kembali menurun di tahun 2014.
Tabel. 3.25.
Realisasi IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadapPDB Industri
Sasaran Strategis IKU 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan
Meningkatnya
Peran Industri
Kecil dan
Menengah
terhadap PDB
Kontribusi PDB
IKM terhadap
PDB Industri
33,91 33,65 33,97 34,28 34,56 Persen
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
Untuk indikator pertama dari realisasi sebesar 33,91 persen pada
tahun 2010, menjadi sebesar 33,65 persen pada tahun 2011, sebesar
33,97 pada tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi sebesar 34,28 pada
tahun 2013. Begitu juga pada tahun 2014, meningkat lagi menjadi
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
65/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel. 3.26.
Kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri Tahun 2010-2014
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014
PDB IKM (Rp triliun) 186,5 193,8 203,4 212,9 222,5
PDB Industri (Rp triliun) 549,8 576 598,6 621,2 643,8
% Kontribusi PDB IKM 33,91 33,65 33,97 34,28 34,56
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
PDB IKM pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 186,5 triliun. Dengan
laju pertumbuhan 4,83 persen per tahun, angka ini meningkat hingga
mencapai Rp. 203,4 triliun di tahun 2012 (PDB industri Rp. 598,6 triliun) danRp. 212,9 triliun di tahun 2013 (PDB industri Rp. 621,2 triliun) atau sebesar
34,28 persen. Memasuki tahun kelima, PDB IKM naik menjadi
Rp. 222,5 triliun, atau berkontribusi 34,56 persen dari PDB industri.
Tercapainya target kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri tahun
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
66/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
2. Kinerja Makro Industri Pengolahan Non Migas
a. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2014
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2014, sesuai PDB atas
dasar harga konstan 2010 tumbuh sebesar 5,02 persen melambat dibanding
tahun 2013 yang tumbuh sebesar 5,58 persen. Perlambatan pertumbuhan
hampir pada semua lapangan usaha, meskipun ada beberapa lapangan usaha yang mengalami peningkatan dari tahun lalu namun tidak terlalu signifikan.
Data selengkapnya tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.27.
Pertumbuhan PDB Berdasar Lapangan Usaha 2011-2014 Tahun Dasar 2010
(persen)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,95 4,59 4,20 4,18
2 Pertambangan dan Penggalian 4,29 3,02 1,74 0,55
3 Industri Pengolahan 6,26 5,62 4,49 4,63
a. Industri Migas -0,33 -2,40 -1,70 -2,11
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
67/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
usaha ini dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya sebagai
berikut:
1). Turunnya nilai mata uang rupiah kepada USD
Melemahnya rupiah mengakibatkan beberapa sektor menjadi sulit untuk
kompetitif khususnya yang tergantung pada produk-produk impor.
Keuntungan yang harusnya diterima oleh para eksportir pun tidak dapat
meningkatkan neraca transaksi berjalan akibat industri manufaktur yang
belum efisien dan berdaya saing.
2). Turunnya harga komoditas dunia
Melemahnya harga-harga komoditas dunia sebagai akibat melemahnya
permintaan di China dan Negara-negara utama Eropa mengakibatkan
industri yang mengandalkan harga komoditas mengalami pelemahanpermintaan.
3). Pemberlakuan UU Minerba
Pada 11 Januari 2014, presiden SBY menandatangani Pemerintah Nomor
1 tahun 2014. Peraturan itu merupakan tindaklanjut dan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
68/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.28
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-MigasMenurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar 2010
(persen)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**
1 Industri Makanan dan Minuman 10,98 10,33 4,07 9,54
2 Industri Pengolahan Tembakau -0,23 8,82 -0,27 8,85
3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 6,49 6,04 6,58 1,534 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 10,94 -5,43 5,23 5,51
5 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus danBarang Anyaman dari Bambu, Rotan danSejenisnya
-2,72 -0,80 6,19 6,07
6 Industri Kertas dan Barang dari Kertas;Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
3,89 -2,89 -0,53 3,43
7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 8,66 12,78 5,10 3,89
8 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 2,08 7,56 -1,86 1,16
9 Industri Barang Galian bukan Logam 7,78 7,91 3,34 2,39
10 Industri Logam Dasar 13,56 -1,57 11,63 5,89
11 Industri Barang Logam; Komputer, BarangElektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
8,79 11,64 9,22 2,92
12 Industri Mesin dan Perlengkapan 8,53 -1,39 -5,00 8,80
13 Industri Alat Angkutan 6,37 4,26 14,95 3,94
14 Industri Furnitur 9,93 -2,15 3,64 3,58
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
69/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
obat tradisional sebesar 1,70 persen. Hingga akhir tahun 2014, kedua
industri ini tetap menjadi industri utama dalam hal kontribusinya. Lebih
lanjut, secara umum angka-angka kontribusi tidak banyak berubah, namun
penurunan kontribusi pada industri logam dasar besi dan baja menunjukkan
angka yang mengkhawatirkan, yaitu menunjukkan tren yang semakin
menurun, untuk itu perlu dirancang insentif untuk penguatan pertumbuhan
industri tersebut. Lebih lanjut bila kita lihat peran tiap cabang industri
terhadap PDB sektor industri pada Tahun 2014 pada tabel berikut.
Tabel 3.29.
Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Sektor Industri
Tahun 2014 Atas Tahun Dasar 2010
(persen)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**
1 Industri Makanan dan Minuman 5,24 5,31 5,14 5,32
2 Industri Pengolahan Tembakau 0,92 0,92 0,86 0,91
3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,38 1,35 1,36 1,32
4 Industri Kulit Barang dari Kulit dan Alas 0 28 0 25 0 26 0 27
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
70/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
c. Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Non Migas Tahun 2014
Perkembangan Ekspor Industri Non Migas menunjukkan bahwa
industri karet dan alat-alat listrik mengalami penurunan nilai yang besar.
Dimana industri karet mengalami penurunan nilai ekspor sebesar
21,10 persen dibanding nilai ekspor tahun 2013 untuk periode yang sama,
sedangkan industri elektronika mengalami penurunan sebesar 7,07 persen
dibanding nilai ekspor tahun 2013 untuk periode yang sama. Hal ini
disebabkan karena turunnya harga karet dunia dan pelemahan permintaan di
Eropa. Lebih lanjut, dari tabel tersebut menunjukkan bahwa industri kimia
dasar, industri kelapa sawait dan pengolahan kayu mengalami peningkatan
nilai ekspor yang cukup besar. Dimana industri pengolaan kelapa sawit naik
sebesar 21,44 persen, industri kimia dasar mengalami peningkatan sebesar
20,34 persen, dan industri pengolahan kayu meningkat sbesar 12,43 persen.
perkembangan ekspor dan impor industri non migas sampai dengan Oktober
2014 tersaji pada tabel berikut.
Tabel 3.30.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
71/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Perkembangan impor industri non migas menunjukkan penurunan
nilai impor pada beberapa industri utama, yaitu pada industri alat-alat listrik
sebesar 12,95 persen; industri besi baja, mesin dan otomotif turun sebesar
11,29 persen; industri elektronika sebesar 6,46 persen; dan industri pupuk
turun sebesar 5,46 persen. Namun disisi lain ada industri yang mengalami
peningkatan impor yang cukup besar yaitu industri makanan ternak sebesar
9,51 persen dan barang-barang kimia lainnya naik sebesar 3,03 persen. Dari
tabel ekspor dan impor ini dapat dihitung apakah Indonesia dalam posisi
surplus atau defisit untuk neraca perdagangan khususnya pada sektor
industri.
Tabel 3.31.
Perkembangan Impor Industri Non Migas s.d Okt 2014(USD. Juta)
No URAIAN 2011 2012 2013
Jan-Okt
%
2013 2014
1 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
52.471,7 62.624,6 54.637,1 46,098.2 40.893,3 -11,29
2 Elektronika 16.116,6 16.702,5 16.564,5 13,946.6 13.045,5 -6,46
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
72/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
perekonomian Indonesia berpengaruh terhadap nilai mata uang. Salah satu
penyebab merosotnya nilai rupiah adalah defisit neraca berjalan tersebut,
untuk mengatasi defisit tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
ekspor neraca barang dan jasa, namun kendala yang dihadapi saat ini adalah
permintaan dari negara-negara eropa sedang menyusut sebagai akibat
Jerman mengalami perlambatan ekonomi.
Meski perkembangan investasi di Indonesia menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tetapi
terjadi penurunan investasi Penanaman Modal Asing (PMA), sebagaimana
tersaji pada tabel Investasi PMDN dan Tabel Investasi PMA berikut.
Tabel 3.32.
Investasi PMDN Tahun 2010 - 2014
(Rp. Miliar )
No Sektor Sekunder2011 2012 2013 2014
%P I P I P I P I
1 Industri Makanan 258 7,940.9 222 11,166.7 434 15,080.9 320 19,596.4 29.94
2 Industri Tekstil 52 999.2 51 4,450.9 101 2,445.9 98 1,451.5 -40.66
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
73/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
elektronik sebesar 22,14 persen, industri karet dan plastik sebesar
16,55 persen, industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar
10 persen.Walaupun mengalami peningkatan jumlah proyek, namun tidak
semua sektor Industri di atas mengalami peningkatan nilai investasi, seperti
pada Industri Karet dan Plastik yang mengalami penurunan nilai investasi
sebesar 27,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, dan industri logam, mesin dan elektronik yang nilai investasinya
mengalami penurunan hingga 30,06 persen.
Sektor lainnya yang mengalami penurunan investasi yaitu industri
instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam diikuti oleh industri kendaraan
bermotor dan alat transportasi lain sebesar 75,88 persen, dan industri tekstil
sebesar 40,66 persen. Investasi dalam negeri yang cenderung stabil pada
sebagian besar sektor industri ini ini disebabkan karena kondisi ekonomi
Indonesia yang relatif stabil dan insentif fiskal yang diberikan oleh pemerintah
berupa Tax Holiday untuk industri dengan investasi diatas 1 triliun rupiah.
Tabel 3.33.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
74/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Hasil yang berbeda pada investasi PMA, dimana terjadi penurunan
sebesar 17,9 persen pada tahun 2014 dibanding dengan tahun 2013.
Penurunan investasi terbesar terjadi pada industri instrumen kedokteran,
presisi & optik & jam disusul dengan industri kendaraan bermotor & alat
transportasi lain, dan industri tekstil. Lebih lanjut meski terjadi penurunan
pada beberapa sektor namun tahun 2014 juga menunjukkan peningkatan
investasi pada beberapa sektor yaitu pada sektor industri barang dari kulit &
alas kaki, industri kayu, dan industri makanan. Penurunan investasi PMA ini
disebabkan karena beberapa hal, yang pertama perlambatan ekonomi di
Eropa pada awal tahun 2014, yang kedua adalah melemahnya harga
komoditas dunia, yang mengakibatkan beberapa investor menahan diri untuk
melakukan ekspansi.
3. Kinerja Program Prioritas Nasional Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional RPJMN) Tahun 2010-2014
Berdasarkan RPJMN Tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian
mendapatkan tugas untuk menjalankan 4 (empat) program prioritas nasional
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
75/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Perindustrian dalam mewujudkan ketahanan pangan ini adalah
melalui program revitalisasi industri pupuk dan revitalisasi industri gula.
1). Revitalisasi Industri Pupuk
Revitalisasi industri pupuk diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing industri pupuk nasional sebagai penunjang
pertanian pangan. Melalui revitalisasi industri pupuk, diharapkan dapatmembantu para petani dalam menjalankan kegiatan pertanian guna
mencapai ketahanan pangan nasional. Dalam rangka Revitalisasi Industri
Pupuk, Kementerian Perindustrian telah menjalankan kegiatan
restrukturisasi terhadap pabrik pupuk eksisting serta fasilitasi pendirian
pabrik pupuk baru. Sesuai dengan target RPJMN, selama tahun 2010-2014
Kementerian Perindustrian ditargetkan untuk memfasilitasi restrukturisasi
5 (lima) pabrik pupuk urea baru dan 5 pabrik pupuk NPK. Secara khusus
Program revitalisasi industri pupuk dimaksudkan untuk mengganti pabrik
pupuk yang sudah tua dengan pabrik berteknologi maju yang lebih hemat
tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah lingkungan.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
76/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Realisasi sesuai dengan tabel tersebut di atas merupakan hasil dari
pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perindustrian khususnya
dalam rangka memfasilitasi a) penyediaan gas sebagai bahan baku; b)
Revitalisasi Industri Pupuk Urea serta, c) Pengembangan Pabrik Pupuk
Organik. Secara terperinci hasil-hasil yang dicapai sejak tahun 2010 hingga
2014 adalah sebagai berikut:
a). Penyediaan gas sebagai bahan baku industri pupuk
Pada tahun 2010
Telah dicapai kesepakatan penyediaan bahan baku Phosphate dan Kalium
untuk pabrik pupuk NPK dari negara Yordania, Tunisia, Maroko, Mesir
dan Rusia, serta telah disusun Master Plan Pengembangan Industri
Pupuk NPK melalui Permenperin Nomor 141/M-IND/PER/12/2010
tentang Rencana Induk (Master Plan) Pengembangan Industri Pupuk
Majemuk/NPK dan Peta Potensi bahan baku pupuk organik di 41
Kabupaten/Kota.
Pada tahun 2011
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
77/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
iii. Jaminan tambahan pasokan gas untuk pabrik Pusri IIB sebesar
17 mmscfd untuk periode 2018-2022 berdasarkan surat Dirjen Migas
No. 17112/10/DJM.B/2012 tanggal 30 November 2012.
Pada tahun 2013
i. Telah disetujui alokasi pasokan gas untuk Pabrik Amonia Urea II
dari Lapangan MDA-MBH Husky sebesar 85 mmscfd sebagaimanaSurat Menteri ESDM NOmor 7738/13/MEM.M/2013 Tanggl 21
Oktober 2013 perihal Alokasi gas bumi pabrik Aonia Urea II PT.
Petrokimia Gresik (PKG II) dan PT. Pupuk Kujang Cikampek (PKC
IC). Pada tahun 2013 sedang dipersiapkan proses lelang untuk
pembangunan pabrik. Direncanakan EPC kontrak akan
ditandatangani pada pertengahan 2014. Pabrik direncanakan akan
beroperasi pada akhir 2016.
ii. Telah diperoleh alokasi pasokan gas untuk pabrik Kujang IC dari
Lapangan Tiung Biru Jambaran Cepu sebesar 85 mmscfd
sebagaimana Surat Menteri ESDM Nomor 7738/13/MEM.M/2013
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
78/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
iii. Khusus untuk pabrik urea revitalisasi, sudah diperoleh alokasi gas
sebesar 85 mmscfd dari Lapangan Gas Bumi MDA-MBH KKKS Husky-
CNOOC (Madura) Ltd. Penandatanganan Head of Agreement (HoA)
antara PKG dan Husky-CNOOC Madura Ltd. pada 13 Maret 2014.
iv. Alokasi pasokan gas bumi untuk revitalisasi pabrik urea saat ini jauh
lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan yang meningkat
menjadi 1.080 MMSCFD setelah revitalisasi pabrik Pusri IIB
beroperasi pada tahun 2014. Kekurangan gas bumi pada pabrik
Kaltim-5 akan diganti dengan menggunakan batubara untuk
pembangkit energi/broiler, sedangkan alokasi pasokan gas bumi
untuk revitalisasi 3 pabrik lainnya belum ada kepastian sampai saat
ini.
v. Pembahasan HoA penyediaan gas untuk pabrik Kujang IC PT. Pupuk
Kujang Cikampek masih belum dapat disepakati karena belum ada
kesepakatan harga gas antara PKC dengan Pertamina EP Cepu. Oleh
karena hal tersebut diatas maka sesuai dengan butir keempat Inpres
No. 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk, Menteri
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
79/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Pada tahun 2012
i. Telah ditandatangani PJBG dengan Pertamina EP pada 20 Desember
2012 untuk tambahan pasokan gas pabrik Pusri IIB sebesar
17 mmscfd untuk jangka waktu 2014-2017.
ii. Telah ditandatangani LoA antara PT Petrokimia Gresik dengan
ExxonMobile pada 26 April 2012 untuk perpanjangan MoA terkait
alokasi pasokan gas bumi untuk pabrik urea II PT. Petrokimia Gresik
dari lapangan gas Cepu sebanyak 85 mmscfd.
Pada tahun 2013
i. Progress pembangunan pabrik Kaltim-5 sampai dengan 20 Nopember
2013 dengan Konsorsium IKPT dan Toyo Engineering Corporation
(TEC) mencapai 83,81 persen dan direncanakan akan beroperasi pada
pertengahan 2014.
ii. Progress pembangunan pabrik Pusri IIB sampai dengan 20 Oktober
tahun 2013 sudah mencapai 25,53 persen dan direncanakan akan
beroperasi pada 2015.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
80/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
c). Pengembangan Pabrik Pupuk Organik
Pada perode tahun 2010-2013
Pemberian bantuan peralatan produksi pupuk organik kepada 20
kabupaten/kota yang memiliki potensi bahan baku berdasarkan hasil
survei yang dilakukan oleh surveyor independen. 20 kabupaten/kota
tersebut meliputi : Aceh Tamiang, Pasaman Barat Sumbar, Sidenreng
Rappang Sulsel, Kota Mataram, Malang, Pesisir Selatan, Karo, Sumbawa
Barat, Buleleng, Sragen, Banyuasin, Toraja Utara, Aceh Utara, Kuantan
Singingi, Lampung Tengah, Karawang, Nagekeo, Banyuwangi, Bangli dan
Bantul.
Pada tahun 2014
Pemberian bantuan peralatan proses pabrik pupuk organik dengan kap.
1.250 kg/jam di 9 Kabupaten/Kota, meliputi: Kab. Limapuluh Kota,
Sumbar; Kab. Blitar, Jawa Timur; Kab. Sumbawa, NTB; Kab. Sleman,
Yogyakarta; Kab. Cianjur, Jabar; Kab. Semarang, Jateng; Kab. Badung,
Bali; Kab. Aceh Besar, Aceh; Kab. Bogor, Jabar.
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
81/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Pada tahun 2011
Telah diberikan bantuan langsung ataupun keringanan pembiayaan
mesin/peralatan pada 7 Perusahaan Gula (PTPN VII, IX, X, XI, XIV, PT. RNI 1
dan PT. RNI 2) dengan total 46 Pabrik Gula, 6 Perusahaan Gula (PTPN II, IX,
XI, XIV, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2). Bantuan yang diberikan kepada
PG Meritjan pada tahun 2010 telah berhasil meningkatkan kemampuan
produksi PG tersebut dari 23.617 ton pada 2010 menjadi 29.725,50 ton pada
2011 (25,86 persen).
Pada tahun 2012
Dalam rangka pembangunan PG baru, telah terdapat 14 calon investor, di
mana 9 (sembilan) perusahaan dalam tahap permohonan lahan dengan luas
areal 308 ribu Ha, dan 5 (lima) perusahaan dalam tahap persetujuan prinsip
dengan luas areal 143 ribu Ha. Selain itu juga sudah dilakukan proses
verifikasi oleh Konsultan Manajemen dan Monitoring (KMM) dan Lembaga
Penilai Independen (LPI) dalam rangka bantuan keringanan pembiayaan
mesin peralatan Perusahaan Gula serta sudah dilakukan kontrak untuk
L Ki j K t i P i d t i T h 2014
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
82/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
Pada tahun 2014
a). Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di
3 (tiga) Perusahaan Gula yaitu PTPN X, PT. PG. Rajawali I dan
PT. PG Rajawali II kepada 22 Pabrik Gula dengan nilai bantuan
Rp. 54,717 Milyar.
b). Telah dilaksanakannya Progress Pembangunan PG. PT. Kebun Tebu Mas
di Lamongan – Jawa Timur yang sudah mencapai 75 persen, dengan
kapasitas giling 12.000 TCD (tone cane per day), Expendable 25.000 TCD
dan direncanakan akan mulai berproduksi pada musim giling 2015.
c). Telah dilaksanakannya Konsultasi Bimbingan Sistem Manajemen Mutu
pada tahun 2014 terhadap 14 PG terpilih.
b. Prioritas Nasional PN) 7 : Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Sebagaimana tertuang dalam RPJMN Tahun 2010-2014, peningkatan
investasi dilaksanakan melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan
prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi
L Ki j K t i P i d t i T h 2014
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
83/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
di atas. Dalam perkembangannya, Kementerian Perindustrian lebih fokus
pada fasilitasi pengembangan kawasan industri. Hasil-hasil yang telah dicapai
dalam upaya pengembangan kawasan industri antara lain:
1). Telah siap beroperasinya kawasan industri yang berstatus sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sei Mangkei dan Palu, dengan
terbentuknya Dewan Kawasan Ekonomi Khusus dan Badan Usaha
Pengelola KEK.
2). Telah beroperasinya 2 (dua) Pusat Inovasi pendukung kawasan industri
yaitu Pusat Inovasi Kelapa Sawit (PIKS) di Kawasan Industri Sei Mangkei
(KEK Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara) dan
Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) di Kawasan Industri Palu (KEK
Palu, Provinsi Sulawesi Tengah) serta 1 (satu) Pusat Pengembangan
Teknologi Industri Rotan Mamuju (Provinsi Sulawesi Barat).
3). Sampai dengan tahun 2014, telah ditetapkan 26 Peraturan Menteri
Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan
Provinsi dan 137 Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan
Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota;
L Ki j K t i P i d t i T h 2014
-
8/19/2019 Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
84/128
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014
Akuntabilitas Kinerja
8). Tersusunnya draf Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian tentang
Standar Kawasan Industri Halal dan draf Rancangan Peraturan Menteri
Perindustrian tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Industri Halal.
9). Telah dilakukan fasilitasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
industri dan kawasan industri berupa penyusunan dokumen
perencanaan pembangunan kawasan industri Kawasan Industri Bengkulu
Tengah, Tanjung Jabung Timur, Pangkalan Bun, Ketapang, KawasanIndustri Cilacap, Grobogan, Malang, Pasuruan, Teluk Bintuni, Morowali,
Bantaeng dan Bitung.
10).Telah terpilih 13 kawasan industri yang akan difasilitasi
pembangunannya dalam periode 5 tahun mendatang (2015-2019) yaitu
(1) Kawasan Industri Teluk Bintuni,