laporan kerja praktek r.maruf ver.4.0 (final)

81
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik Geologi merupakan ilmu yang mempelajari serta mengembangkan pengetahuan mengenai kebumian, seperti bentuk muka bumi, material penyusun bumi, jenis-jenis tanah, jenis-jenis batuan, termasuk didalamnya sifat fisika serta kimia yang berhubungan dengan penerapannya seperti Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Panasbumi, Geologi Teknik, Hidrogeologi, Geologi Tata Lingkungan, Geologi Tambang, Geologi Penginderaan Jauh, Geologi Kelautan, dan lain sebagainya. Sedangkan Kerja Praktik merupakan bagian dari mata kuliah dalam ilmu geologi yang dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam melakukan pekerjaan di kantor, laboratorium, atau lapangan yang sesuai dengan bidang yang diambil oleh pelaksana kerja praktik, dalam hal ini ialah bidang yang berhubungan dengan ilmu geologi. Kemudian ilmu- ilmu geologi yang telah diterima selama perkuliahan di kampus akan di praktikan serta dianggap sebagai magang kerja di kantor, laboratorium, atau lapangan. Pada kerja praktik kali ini, penulis mengambil pengalaman pekerjaan di bidang air tanah dan 1

Upload: dwi-arif-wicaksono

Post on 24-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ilmu geologi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik Geologi merupakan ilmu yang mempelajari serta mengembangkan

pengetahuan mengenai kebumian, seperti bentuk muka bumi, material

penyusun bumi, jenis-jenis tanah, jenis-jenis batuan, termasuk didalamnya

sifat fisika serta kimia yang berhubungan dengan penerapannya seperti

Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Panasbumi, Geologi Teknik,

Hidrogeologi, Geologi Tata Lingkungan, Geologi Tambang, Geologi

Penginderaan Jauh, Geologi Kelautan, dan lain sebagainya.

Sedangkan Kerja Praktik merupakan bagian dari mata kuliah dalam ilmu

geologi yang dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam

melakukan pekerjaan di kantor, laboratorium, atau lapangan yang sesuai

dengan bidang yang diambil oleh pelaksana kerja praktik, dalam hal ini ialah

bidang yang berhubungan dengan ilmu geologi. Kemudian ilmu-ilmu geologi

yang telah diterima selama perkuliahan di kampus akan di praktikan serta

dianggap sebagai magang kerja di kantor, laboratorium, atau lapangan.

Pada kerja praktik kali ini, penulis mengambil pengalaman pekerjaan di

bidang air tanah dan panasbumi di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Kota Semarang. Bidang tersebut merupakan bagian dari ilmu Hidrogeologi

yang mempelajari mengenai permasalahan air tanah hingga eksploitasinya.

Air tanah merupakan bagian dari lingkungan hidup sehingga terdapat

interaksi anatara sumber daya air tanah serta lingkungan di sekitarnya yang

dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kondisi air tanah

sendiri dipengaruhi oleh aspek serta kondisi geologis, hidrogeologis, serta

komponen lingkungan hidup lain yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu

keterdapatan air tanah bersifat dinamis berdasarkan aspek kualitas maupun

kuantitasnya, serta memiliki ketersediaan dan sifat yang beragam antara

tempat yang satu dengan yang lainnya.

1

Pengambilan air tanah yang cenderung semakin intensif serta tidak sesuai

dengan ketersediaan air tanah di dalamnya pada akhirnya akan berdampak

bagi lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif yang mungkin dihasilkan dari

kondisi ini ialah semakin langkanya ketersediaan serta kualitas air tanah pada

suatu daerah karena eksploitasi yang berlebihan. Maka dari itu teori-teori

yang didapatkan selama di perkuliahan wajib diterapkan di dunia pekerjaan

dengan tujuan untuk menambah pengalaman pekerjaan yang akan dihadapi di

dunia kerja yang nyata serta untuk memberikan sedikit rekomendasi dalam

hal kegeologian pada tempat kami melaksanakn kerja praktik.

Kerja praktik dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) Jawa Tengah dengan bidang yang diambil ialah bidang Air Tanah

dan Panas Bumi (APB). Dalam bidang air tanah yang diambil, penulis

mengambil materi “Pengaruh Penggunaan Sumur Pantau Serta Akibatnya

Terhadap Lingkungan di Daerah Semarang Oleh Dinas Energi Sumber Daya

Mineral Jawa Tengah” sebagai pembelajaran penulis dalam Kerja Praktik.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik ialah mahasiswa dapat ikut

serta dan menjalani kegiatan dalam dunia pekerjaan, sehingga

mahasiswa dapat mengetahui serta dapat mempelajari proses kerja,

serta tantangan dan masalah yang ada dalam dunia kerja pada institusi

yang berkaitan dengan bidang geologi.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ialah:

1. Mengetahui prosedur kerja pada suatu institusi.

2. Mengetahui serta melihat langsung proses pekerjaan yang sedang

berlangsung.

3. Dapat memberikan gambaran umum mengenai dunia pekerjaan

sebelum mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.

2

1.3 Ruang Lingkup

Kerja praktik yang dilakukan merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan

bidang geologi. Adapun pekerjaan yang telah dilakukan selama kerja praktik

yaitu :

1. Melakukan georeferencing serta digitalisasi data sumur pantau yang telah

dikerjakan oleh dinas ESDM untuk provinsi Jawa Tengah.

2. Melakukan peninjauan ke lokasi sumur pantau untuk melihat proses

pengerjaan sumur tersebut.

3. Melakukan monitoring sumur pantau dengan AWLR (Automatic Water

Level Recorder) yang terdapat di daerah Semarang Jawa Tengah.

1.4 Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja praktik dilakukan selama 26 hari (lampiran 1). Pelaksanaan kerja

praktik terhitung dari tanggal 28 April 2014 hingga 23 Mei 2014. Tempat

dilaksanakannya kerja praktik ini berada di Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah yang beralamatkan di jalan Madukoro

AA-BB No.44 Semarang 50144.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Agar penulisan serta pembacaan laporan kerja praktik ini dapat

berurutan dan mudah dimengerti pembaca, serta agar tidak terjadi kerancuan

maupun pembahasan yang dilakukan secara berulang, maka penulisannya

dibagi dalam sistematika sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang, maksud serta tujuan, lokasi kerja

praktik, ruang lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan kerja praktik di Dinas

ESDM Provinsi Jawa Tengah, serta sistematika penulisan laporan.

3

Bab II. Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi mengenai profil instansi tempat melaksanakan

kerja praktik yang dillaksanakan di Dinas ESDM Provinsi Jawa

Tengah.

Bab III. Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi mengenai teori serta acuan informasi sumur pantau

dan kondisi geologi secara umum pada daerah penelitian.

Bab IV. Pelaksanaan Kerja Praktik

Bab ini berisi mengenai tatacara pengerjaan serta pembuatan

sumur pantau dan pengaruh penggunaan sumur pantau yang berlebihan

terhadap lingkungan di sekitarnya yang menjadi pokok pembahasan

utama dalam laporan Kerja Praktik ini.

Bab V. Penutup

Bab ini berisi mengenai kesimpulan serta saran dan kritik yang

ditujukan kepada Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, demi kemajuan

Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah.

4

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah

merupakan salah satu instansi pemerintah yang khusus menangani berbagai

masalah pertambangan, dinas ini beramatkan di jalan Madukoro AA-BB No.

44 Semarang 50144.

Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah telah

berusia genap 6 tahun sejak terbentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja

(STOK) baru dalam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada bulan Juni

2008 yang sebelumnya bernama Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi

Jawa Tengah. Berikut berupa susunan struktur organisasi Dinas Energi dan

Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah (ESDM, 2013)

5

Peran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa

Tengah menjadi semakin penting sebagai salah satu komponen untuk

mewujudkan program peningkatan ekonomi dan penguatan infrastruktur guna

memperkuat kehidupan perekonomian rakyat yang merupakan salah satu

program kerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada periode 2008 - 2013.

Dinas Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) Privinsi Jawa Tengah

sebagai suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung

jawab melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di

bidang energi dan sumber daya mineral, diharapkan mampu mewujudkan visi

dan misi pembangunan daerah sebagaimana yang digariskan dalam RPJMD

Provinsi Jawa Tengah 2008 - 2013. Arah kebijakan RPJMD Provinsi Jawa

Tengah 2008 - 2013 yang terkait dengan pembangunan energi dan sumber

daya mineral, merupakan acuan dasar dalam menyusun Rencana Strategis

(RENSTRA) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah.

Tugas pokok Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa

Tengah adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang energi dan

sumber daya mineral berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantu.

Adapun fungsinya ialah melakukan :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang energi dan sumber daya mineral.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang energi

dan sumber daya mineral.

3. Pembinaan dan fasilitas bidang energi dan sumber daya mineral.

4. Pelaksanaan tugas di bidang geologi, mineral dan batubara, airtanah dan

panasbumi, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi.

5. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan bidang energi dan sumber daya

mineral.

6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas.

7. Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya.

6

Dalam melakukan tugas pokoknya, Kepala Dinas Energi dan Sumber

Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah membawahi :

1. Sekretariat.

2. Bidang Geologi Mineral dan Batubara.

3. Bidang Airtanah dan Panasbumi.

4. Bidang Ketenagalistrikan.

5. Bidang Minyak dan Gas Bumi.

6. UPT.

7. Kelompok Jabtan Fungsional.

2.2 Visi dan Misi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi

Jawa Tengah

Dalam pembangunan daerah bidang energi dan sumber daya mineral,

keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumber daya mineral dan

energi menjadi pertimbangan utama dan harus diupayakan secara konsisten.

Kekayaan sumber daya mineral dan keanekaragaman potensi energi tidak saja

dimanfaatkan untuk masyarakat saati ini, tetapi juga untuk generasi yang akan

datang. Oleh karena itu, visi dan misi pembangunan daerah bidang energi dan

sumber daya mineral adalah :

Visi :

Menuju Masyarakat Sejahtera Melalui Penguatan Pengelolaan ESDM dan

Kemandirian Energi.

Misi :

1. Meningkatkan Pengelolaan Pertambangan dan Airtanah yang

berkelanjutan.

2. Meningkatkan Pengelolaan dan Pendayagunaan Ketenagalistrikan dan

Migas Untuk Menjamin Ketersediaan Energi Melalui Infrastruktur dan

Diversifikasi Energi.

3. Mengembangkan Potensi Energi Baru dan Terbarukan Melalui

Optimalisasi dan Penerapan Teknologi Tepat Guna Secara Mandiri.

7

4. Meningkatkan Upaya Pencegahan Risiko Bencana Geologi.

5. Meningkatkan Kinerja Pelayanan Publik yang Profesional di Bidang

ESDM.

2.3 Bidang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah

1. Bidang Geologi Mineral dan Batubara

Bidang Geologi Mineral dan Batubara ini mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di

bidang pemetaan potensi dan teknologi, bina pengusaha mineral dan

batubara, serta kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.

2. Bidang Airtanah dan Panasbumi

Bidang Airtanah dan Panasbumi ini mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di

bidang hidrologi dan penyelidikan panasbumi, dan eksplorasi airtanah dan

panasbumi.

3. Bidang Ketenagalistrikan

Bidang Ketenagalistrikan ini mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

pengembangan ketenagalistrikan dan pembinaan serta kelaikan

ketenagalistrikan.

4. Bidang Minyak dan Gas Bumi

Bidang Minyak dan Gas Bumi ini mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di

bidang pengembangan teknologi serta pengusahaan minyak dan gas bumi

dan pengawasan minyak dan gas bumi.

8

2.4 Balai Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah

2.4.1 Tugas Pokok :

Balai ESDM merupakan unit pelaksana teknis pada Dinas yang

dibentuk berdasarkan Pergub Jateng No. 45 tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas ESDM

Provinsi Jawa Tengah, dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Balai ESDM ini mempunyai pokok melaksanakan sebagian

kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas

di bidang energi dan sumber daya mineral.

2.4.2 Fungsi :

Untuk melaksanakan tugas pokok Balai ESDM mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana teknis operasional pembinaan, penyuluhan,

pengawasan dan pengendalian ESDM.

2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pembinaan, penyuluhan,

pengawasan dan pengendalian ESDM.

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan ESDM

4. Pengelolaan ketatausahaan.

5. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas

dan fungsinya.

2.4.3 Susunan Organisasi Balai ESDM :

Kepala Balai

Sub bagian Tata Usaha

Seksi Pembinaan dan Penyuluhan

Seksi Pengawasan dan Pengendalian

Kelompok Jabatan Fungsional

Masing-masing sub bagian/seksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub

bagian/Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Balai, Kelompok Jabatan Fungsional dimpin oleh

9

seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok dan

bertanggung jawab kepada Kepala Balai.

2.4.4 Alamat dan Wilayah Kerja Kantor Balai ESDM :

Balai ESDM Wil. Serayu Utara

Jl. Patimura No. 1 Pekalongan

Telp. (0825) 4416554

Fax. (0825) 4416553

Wilayah Kerja meliputi :

Kab. Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, Kebumen,

Wonosobo, dan Purworejo.

Balai ESDM Wil. Serayu Selatan

Jl. Sudirman No. 10 Purworejo

Telp. (0725) 324134

Fax. (0725) 323685

Wilayah Kerja meliputi :

Kab. Temanggung, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Batang,

Kendal, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.

Balai ESDM Wil. Kendeng Muria

Jl. P. Sudirman No. 52 Pati

Telp. (0295) 386120

Fax. (0295) 386119

Wilayah Kerja meliputi :

Kab. Jepara, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Grobogan, Blora dan

Kota Semarang.

Balai ESDM Wil. Solo

Jl. Balekambang Lor No. 3

Komplek Balekambang Solo

Telp. (0271) 738280

10

Fax. (0271) 738203

Wilayah Kerja meliputi :

Kab. Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali,

Magelang, Semarang, Kota Surakarta, Kota Magelang, dan Kota

Salatiga.

11

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum daerah kerja praktik akan dijelaskan menjadi beberapa sub-bab

bagian, yaitu geologi daerah Semarang, Fisiografi serta Morfologi daerah

Semarang, Stratigrafi daerah Semarang, Struktur geologi, Definisi Sumur Pantau

serta lokasi sumur pantau daerah kerja praktik.

3.1 Geologi Daerah Semarang

3.1.1 Fisiografi

Secara fisiografis daerah Jawa Tengah oleh Van Bemmelen (1949)

dibagi menjadi 6 zona fisografi, yaitu : Dataran Aluvial Jawa Utara,

Gunungapi Kuarter, Antiklonium Bogor - Serayu Utara - Kendeng,

Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan

Jawa.

1. Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 Km ke

arah selatan. Semakin ke arah timur, lebarnya menyempit hingga 20

Km.

2. Gunungapi kuarter di Jawa Tengah antara lain, G. Slamet, G. Dieng,

G. Sindoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu, dan

G. Muria.

3. Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 Km. Di selatan Tegal, zona

ini tertutupi oleh produk vulkanik kuarter G. Rogojembangan, G.

Ungaran, dan G. Dieng. Zona ini menerus ke Jawa Barat menjadi

zona Bogor dengan batas antara keduanya terletak di sekitar Prupuk,

Bumiayu hingga Ajibarang, persis di sebelah barat G. Slamet,

sedangkan ke arah timur membentuk Zona Kendeng, Zona

Antiklinorium Bogor terletak di selatan Dataran Aluvial Jakarta

berupa Antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dan

12

terintrusi. Zona Kendeng meliputi daerah yang terbatas antara

Gunung Ungaran hingga daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan

batuan tertua berumur Oligosen-Miosen Bawah yang diwakili oleh

Formasi Pelang.

4. Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga selatan.

Sebagian merupakan dataran pantai dengan lebar 10-25 Km.

Morfologi pantai ini cukup kontras dengan pantai selatan Jawa Barat

dan Jawa Timur yang lebih terjal.

5. Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai selatan

Jawa membentuk morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa

Tengah zona ini terputus oleh Depresi Jawa Tengah.

6. Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa

Tengah yang membentuk kubah dan pegunungan. Di bagian barat

dari Pegunungan Serayu Selatan yang berarah barat-timur dicirikan

oleh bentuk antiklinorium yang berakhir di timur pada suatu

singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa, yaitu daerah Luk

Ulo, Kebumen.

Gambar 3.1 Peta Fisiografi Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur

13

(Van Bemmelen, 1949)

Topografi daerah Semarang

Secara topografi daerah Semarang, Kota Semarang memiliki

ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas permukaan

laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan

perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% – 45%.

(Baskoro Rochadi, 2004).

Morfologi daerah Semarang

Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi

dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan

morfologi yaitu (Baskoro Rochadi, 2004) :

1. Dataran rendah

     Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah

bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan,

bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan

kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian

tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat

daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas penyebaran

sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang.

Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa,

dengan lebar 2,5 km – 10 km, dengan   10 m di atas permukaan

air laut. Daerah iniketinggian tempat  membentuk kawasan

luapan banjir pada sisi sungai dengan aluvial hidromorf yang

berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung. Pertemuan dengan garis

pantai, endapan aluvial membentuk delta berupa pasir, lanau dan

lempung. Akibat gelombang dan pasang surut air laut, maka

endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan Barat Daya,

14

dan membuat garis pantai semakin maju (Baskoro Rochadi,

2004).

2. Daerah Bergelombang

     Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan,

kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan

bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-

9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas

penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah

Semarang. (Baskoro Rochadi, 2004).

3. Daerah Dataran Tinggi

Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang

yang berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola

meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus kebawah kearah

hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat

erosi yang tinggi dan luas

(Baskoro Rochadi, 2004).

4. Daerah Antara,

           Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi.

Morfologi daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan

dengan kelerengan yang sedang hingga terjal.

(Baskoro Rochadi, 2004).

Perbukitan Berlereng Landai

          Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan

perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang

landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian

wilayah 25 - 435 mdpl. Luas penyebaran sekitar 73,31

km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang.

15

Perbukitan Berlereng Agak Terjal

           Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak

perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai

kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara

25 - 445 mdpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%)

dari seluruh daerah Semarang.

Perbukitan Berlereng Terjal

     Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak

perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan

lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m

dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari

seluruh daerah Semarang.

Perbukitan Berlereng Sangat Terjal

           Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing

sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai

kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara

45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%)

dari seluruh daerah Semarang (Baskoro Rochadi, 2004).

Perbukitan Berlereng Curam

           Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai

dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%,

ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya

sekitar 6,45 Km2(1,65%) dari seluruh daerah Semarang.

(Baskoro Rochadi, 2004).

3.1.2 Stratigrafi

Stratigrafi daerah Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar

Magelang - Semarang (Robert E Thaden. Dkk, 1975), susunan

stratigrafinya adalah sebagai berikut :

16

Aluvium

Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan

pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran

diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai

dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1

- 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu

pasir. (Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Batuan Gunung api Gajah Mungkur

Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman,

berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar,

hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat

memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint).

(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)

BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-

abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin

dan augit, sangat keras. (Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Formasi Jongkong

Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya

disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna

coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut -

membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang,

kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus,

setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).

(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Formasi Damar

17

Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi

volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir

halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan

kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.

Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,

komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5

cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh.

Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-

abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1

- 20 cm, menyudut - membundar tanggung, agak keras.

(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Formasi Kaligetas

Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan

tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu

lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan

lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit,

basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya

menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi,

breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava

berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning

keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung,

berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering

dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat

kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.

(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Formasi Kalibeng

Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping.

Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi

terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah

18

hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah

hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung

karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus -

kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa

dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.

Formasi Kerek

Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan,

konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung

kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu

lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-

koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung

di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya

berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari

400 m. (Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Berikut merupakan gambaran dari kondisi geologi daerah

Semarang beserta dengan kolom stratigrafinya (Gambar 3.2)

(Gambar 3.3).

19

Gambar 3.2 Peta Geologi Kota Semarang (Thanden, 1975)

Gambar 3.3 Kolom Stratigrafi Daerah Semarang dan Sekitarnya ( Harsono, 1983)

20

3.1.3 Struktur Geologi

Struktur geologi yang terdapat di Kota Semarang umumnya berupa

sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar

normal relatif berarah barat-timur sebagian agak cembung ke arah utara,

sesar geser berarah utara selatan hingga baratlaut – tenggara, sedangkan

sesar normal relatif berarah barat–timur. Sesar-sesar tersebut umumnya

terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kali Bening dan Formasi

Damar yang berumur kuarter dan tersier.

Menurut Nugroho (1989) di daerah Kota Semarang dan sekitarnya

telah dilakukan penyelidikan oleh Hetzel pada tahun 1935 dan Van

Bemmelen pada tahun 1963, keduanya melakukan penyelidikan geologi

secara regional.

Struktur Antiklin Bergota ditentukan dari hasil-hasil pengukuran

jurus dan kemiringan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar bukit

Bergota, Gunung Sawo, Peleburan dan Wonodri. Sumbunya melalui

lembah antara Bukit Bergota, Gunung Sawo dan Peleburan dan

memanjang arah timur barat sepanjang lebih kurang 4 Km. Pengukuran

yang sama menunjukkan bahwa jenis antiklin ini asimetri, dimana

sayap bagian selatan lebih curam dari sayap bagian utaranya.

Antiklin Candi didasarkan pada hasil-hasil pengukuran

jurus dan kemiringan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar daerah

utara Candi Baru, Kali Langas dan Kali Gayam. Sumbunya melalui

Tegal Sari terus ke selatan Kintelan. Antiklin ini memnajang arah barat

laut-tenggara sepanjang lebih kurang 2,5 m. Juga jenis antiklin ini

adalah antiklin asimetri, di mana sayap selatan lebih landai dari sayap

bagian utaranya.

Antiklin Karanganyar gunung terdapat pada daerah Karanganyar

gunung kira-kira di selatan Kampung Mrican. Sumbunya memanjang

hampir timur barat sepanjang 1,5 km. Diduga antiklin ini merupakan

kelanjutan dari antiklin Candi yang terpatahkan dan bergeser di bagian

tengah.

21

Struktur sinklinal yang dijumpai terletak diantara antiklin Bergota

dan Candi. Sumbunya memanjang dari barat laut ke tenggara sepanjang

2 km. sinklinal ini merupakan jenis asimetri, dengan sayap bagian

selatan lebih landai dari sayap bagian utara.

Selain struktur lipatan seperti tersebut di atas, di daerah Kota

Semarang terdapat pula struktur patahan yaitu Patahan Tinjomoyo I, II

dan Patahan Jomblang-Jangli. Pada patahan Tijomoyo I dan II ini hanya

didasarkan pada hilangnya lapisan peralihan (transisi) dari formasi

kalibiuk dan formasi damar. Tanda-tanda yang dapat memperkuat

adanya patahan ini adalah patahan kecil pada lapisan tufa konglomerat

pasiran yang bergeser sejauh 8 cm di dinding jalan raya yang terdapat di

Gombel.

Tanda-tanda patahan Jomblang Jangli di dasarkan pada

bergesernya batas formasi damar tengah pada daerah Jomblang

Peterongan dan bergesernya sumbu antiklin Karanganyar gunung dan

sumbu antiklin Candi di mana sumbu bagian timurnya bergeser ke arah

selatan sejauh 300-500 meter. Berikut merupakan peta persebaran

struktur geologi di daerah Semarang (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Struktur Geologi Daerah Semarang dan Sekitarnya (Marsudi, 2000)

22

3.2 Sumur Pantau

Sumur pantau ialah konstruksi sumur yang berfungsi untuk memantau

penggunaan air tanah di sekitarnya, agar dalam penggunaannya tidak

menyalahi aturan yang berlaku serta tidak merusak lingkungan di sekitarnya.

Kegunaan standar dari sumur pantau lebih terbatas kepada desain untuk

memonitor air bawah permukaan pada zona saturasi (saturated zone) yang ada

pada atau di atas tekanan atmosfer. Daripada air, uap air, dan\atau gas yang

terkandung di zona tak jenuh (unsaturated zone or vadose zone).

Perangkat pemantauan yang digunakan untuk zona tak jenuh berbeda dari

yang digunakan untuk zona jenuh. (www.water.ca.gov). Tipe dari sumur pantau

seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini (gambar 3.5).

23

Gambar 3.5 Tipe Sumur Pantau (www.water.ca.gov, 2013)

Terdapat 3 (tiga) tipe utama dari sumur pantau, yaitu :

1. Individual Monitoring Wells

2. Nested Monitoring Wells

3. Clustered Mopnitoring Wells

Pada Individual Monitoring Wells terdiri dari satu casing “string” pada lubang

bor, seperti yang terdapat pada ilustrasi A (gambar 3.5) serta pada penampang

melintang sumur pantau (gambar 3.6), sumur pantau individu ini dipasang

dilokasi yang unik, serta terpisah dari satu sama lain. Teknik pemasangan seperti

ini ialah yang paling umum yang dibangun di daerah California, Amerika Serikat.

(www.water.ca.gov)

24

Gambar 3.6 Penampang Melintang (cross section) sumur pantau.

(www.water.ca.gov, 2013)

Serta pada Nested Monitoring Wells terdiri dari 2 (dua) atau lebih string

casing dalam sumur yang sama. Biasanya interval screen dari setiap string casing

dirancang untuk memperoleh air dari akuifer yang berbeda atau zona air bearing

(water-bearing zones). Tujuan dari pemantauan melalui sumur pantau nested

(Nested Monitoring Wells) ini juga sama seperti sumur pantau cluster (Clustered

Monitoring Wells). (www.water.ca.gov)

Sumur pantau cluster (Clustered Monitoring Wells) terdiri dari sumur

pemantauan individu yang terletak secara bersama-sama, tetapi tidak di lubang

bor yang sama. Sumur ini biasanya dibangun untuk mendapatkan air dari akuifer

yang berbeda atau dari zona bearing. Sumur clustered yang paling sering

digunakan untuk memantau kondisi air tanah di berbagai kedalaman di sekitar

wilayah yang sama. (www.water.ca.gov)

Pada sumur pantau nested bisa sulit untuk dibangun karena beberapa casing

dalam sumur yang sama. Perawatan diperlukan selama konstruksi untuk

memastikan zona bearing utnuk setiap string casing secara hidraulis terisolasi dari

satu dengan yang lainnya. Beberapa badan pengatur dapat melarang penggunaan

sumur pantau nested untuk penyelidikan kontaminasi atau polusi tertentu.

Biasanya ini disebabkan oleh ketidakpastian mengenai apakah strata water

bearing zone dapat diisolasi dan apakah segel annular dalam nested juga akan

selalu efektif. (www.water.ca.gov)

Casing string individu untuk berbagai jenis sumur pantau yang dibahas di atas

terkadang dirancang untuk mendapatkan air dari lebih dari satu akuifer atau water

bearing unit. Casing string ini biasanya memiliki beberapa interval bukaan atau

screen. Sebagaimana casing string juga sering disebut sebagai “multi-level

monitoring wells”, yang terkadang dapat berfungsi sebagai jalur khusus bagi air

yang berkualitas buruk, polusi, dan kontaminan dari suatu unit ke unit yang

25

lainnya. Beberapa lembaga regulator melarang penggunaan sumur pantau multi

level untuk investigasi polusi atau pencemaran tertentu. (www.water.ca.gov)

Pertimbangan Dalam Pembuatan Sumur Pantau

Desain dan instalasi dari sumur pantau permanen melibatkan pengeboran

dalam yang melalui berbagai kondisi geologi di bawah permukaan ytang berbeda

beda. Merancang dan membangun sumur pantau permanen dalam lingkungan

yang berbeda mungkin memerlukan beberapa metode pengeboran yang berbeda

dan prosedur pemasangan yang berbeda. Pemilihan metode pengeboran dan

prosedur pemasangan harus didasarkan pada data lapangan yang dikumpulkan

selama investigasi hidrogeologi atau pencarian data tambahan yang ada. Setiap

sumur pantau permanen yang baik harus dirancang dan dipasang untuk berfungsi

baik. Ketika merancang sumur pantau, berikut hal yang harus dipertimbangkan :

(www.epa.gov)

Tujuan jangka pendek dan jangka panjang

Tujuan dari sumur itu sendiri

Kemungkinan durasi dari program pemantauan

Kontaminan yang mungkin dipantau

Kondisi geologi permukaan dan bawah permukaan

Sifat akuifer yang akan dipantau

Penempatan screen pada sumur

Kondisi umum dari lokasi sumur

Potensi keberadaan bahaya keselamatan kerja

Syarat dibangunnya sumur pantau menurut Peraturan Daerah yang berlaku di

Indonesia ialah sebagai berikut :

1. Untuk pembuatan sumur pantau, pemegang izin harus memohon persyaratan

teknik kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Gubernur

26

Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan dan Bupati/Walikotamadya

setempat.

2. Permohonan sebagaimana dimaksud harus dilampiri dengan :

a.Salinan/foto copy semua Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah(SIPA)

yang telah diperoleh;

b.Peta situasi skala 1 : 10.000 dan peta topografi skala 50.000 yang

memperlihatkan sebaran lokasi sumur produksi yang dimiliki.

3. Berdasarkan permohonan maka Kepala Kantor Wilayah mengeluarkan

persyaratan teknik sumur pantau kepada pemohon dengan tembusan kepada

Gubernur Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan.

4. Pemasangan alat perekam otomatis muka air (Automatic Water Level

Recorder - AWLR) untuk sumur pantau wajib dilaksanakan oleh petugas dari

Kantor Wilayah atau Petugas Dinas Pertambangan dan dibuatkan Berita

Acara pemasangan.

5. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum dilaksanakan pemasangan

alat perekam otbmatis muka air (Automatic Water Level Recorder - AWLR),

Pemegang Izin Pengambilan Air Bawah Tanah wajib meroberitahukan

rencana pelaksanaan pemasangan alat perekam otomatis muka air

(Automatic Water Level Recorder - AWLR) kepada Gubernur Kepala

Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan dan Kepala Kantor Wilayah.

6. Pemegang Izin Pengambilan Air Bawah Tanah yang mempunyai sumur

pantau wajib memelihara sumur pantau tersebut melaporkan basil rekaman

setiap bulan kepada Gubernur Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas

Pertambangan Kepala Kantor Wilayah.

7. Apabila terjadi kerusakan atas sumur pantau, pemegang Izin Pengambilan Air

Bawah Tanah wajib memperbaiki melaporkan hasilnya kepada Gubernur

Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan Kepala Kantor Wilayah.

8. Perbaikan sumur pantau alat perekam otomatis muka air (Automatic Water

Level Recorder - AWLR) hanya dapat dilakukan oleh Kantor Wilayah atau

Perusahaan yang dinilai memenuhi persyaratan.

27

9. Semua biaya pengadaan, perawatan perbaikan alat perekam otomatis muka

air (Automatic Water Level Recorder - AWLR) menjadi beban pemegang

izin pengambilan air bawah tanah.

3.2.1 Lokasi Sumur Pantau Daerah Kerja Praktik

Secara administratif daerah kerja praktik termasuk kedalam daerah

Kota Semarang, serta Kabupaten Semarang. Terdapat 7 (tujuh) buah

sumur pantau yang merupakan data yang diamati dalam kerja praktik

ini, yaitu berlokasi pada :

1. Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.

2. PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen, Kab.

Semarang.

3. PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.

4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota

Semarang.

5. PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.

6. UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.

7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota.

Semarang.

Daerah kerja praktik tersebut dapat dicapai dari Semarang dengan

kendaraan roda empat melalui jalan yang beraspal baik, dan dikarenakan

lokasi sumur pantau tersebut berada dalam kawasan industri maupun dalam

lokasi gedung perkantoran, maka terletak di pinggir jalan yang mudah

dijangkau.

3.3 Pemanfaatan Air Tanah Serta Dampaknya Terhadap Lingkungan

Sekitar

28

Pada saat ini pengelolaan airtanah dan kegiatan konservasi airtanah telah

banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik Instansi Pemerintah maupun

Swasta. Tetapi pada kenyataannya hasil pengelolaan maupun konservasi

airtanah belum dapat mencapai sasaran dan masih relatif jauh dari titik

optimal. Memperkecil dampak negatif akibat pemanfaatan/pengeboran

airtanah, merupakan salah satu upaya nyata yang harus dilaksanakan dalam

rangka pengelolaan airtanah secara terpadu (Heru Hendrayana, 2002).

Izin, pembuatan sumur, penggunaan, ketentuan, serta sanki dalam

pemanfaatan air tanah tercantum dalam Peraturan Daerah Semarang Nomor 2

Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Air Tanah.

Sumberdaya airtanah mempunyai peran cukup penting sebagai pasokan air

untuk berbagai sektor pembangunan (Heru Hendrayana, 2002), antara lain :

Air minum perkotaan/pedesaan (70%)

Air Industri (90%)

Air Irigasi, dan lain sebagainya.

Airtanah yang sebelumnya dianggap sebagai barang bebas yang dapat

dimanfaatkan tanpa batas telah berubah menjadi barang komoditif ekonomis,

bahkan dapat digolongkan sebagai barang strategis (Heru Hendrayana, 2002).

Beberapa keunggulan sumberdaya airtanah ialah

(Heru Hendrayana, 2002) :

Secara higienis lebih sehat karena telah mengalami proses filtrasi secara

alamiah.

Cadangan relatif tetap sepanjang tahun.

Mutu relatif tetap.

Apabila airtanah tersedia, dapat diperoleh di tempat tersebut tanpa

peralatan yang mahal.

Di samping itu, sumberdaya air tanah juga memiliki kekurangan-

kekurangan, antara lain (Heru Hendrayana, 2002) :

29

Terdapat di bawah permukaan tanah, sehingga untuk pemanfaatannya

harus dilakukan dengan membuat sumur bor/gali.

Keterdapatan tidak merata pada setiap tempat.

Cadangannya terbatas, untuk keperluan air minum perkotaan atau air

irigasi/industri yang cukup besar mungkin tidak mencukupi.

Namun pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan

indrustri dan jasa masih mengandalkan airtanah secara berlebih, hal ini

tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya airtanah

maupun lingkungan, antara lain ialah (Heru Hendrayana, 2002) :

Penurunan muka air tanah

Intrusi air laut

Amblesan tanah

3.3.1. Penurunan Muka Air Tanah

Pemanfaatan airtanah yang terus menerus meningkat dapat

menyebabkan penurunan muka airtanah. Hasil rekaman muka air tanah

pada sumur-sumur pantau di daerah pengambilan airtanah secara

intensif, seperti pada daerah Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan,

Mojokerto, menunjukkan kecenderungan muka airtanahnya yang terus

menurun (Heru Hendrayana, 2002).

3.3.2. Intrusi Air Laut

Intrusi air laut yang terjadi karena dampak dari pengambilan

airtanah dapat terjadi apabila keseimbangan hidrostastik antara

airtanah tawar dengan airtanah asin di daerah pinggir pantai

terganggu,hal ini berakibat terjadinya pergerakan airtanah asin/air dari

laut ke arah darat. Intrusi air laut seperti ini dapat teramati pada daerah

Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan (Heru Hendrayana, 2002).

3.3.3. Amblesan Tanah

30

Permasalahan amblesan tanah dapat timbul akibat dari pengambilan

airtanah yang berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer

tertekan. Amblesan tanah ini tidak dapat terlihat seketika, namun

dalam kurun waktu yang lama dan terjadi pada daerah yang luas,

sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang lainnya, antara

lain ialah (Heru Hendrayana, 2002) :

a. Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik,

sehingga menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang

lebih rendah.

b. Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga

mengganggu lalu lintas. Secara regional amblesan tanah

mengakibatkan pondasi jembatan menurun dan mempersempit

kolong jembatan. Berkurangnya kapasitas penyimpanan gudang dan

terganggunya pelaksanaan arus bongkar/muat barang.

c. Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung

tinggi, sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan

yang lainnya.

3.4 Contoh Kasus Dampak Pemanfaatan Airtanah

Perubahan kedudukan muka airtanah di cekungan Semarang periode 1993-

1994 diuraikan berikut ini (Heru Hendrayana, 2002) :

• Daerah Semarang Utara meliputi Pusat Kota, pemukiman Tanah Mas dan

daerah industri Kaligawe, MASnya antara 14,19 – 28,91m. bmt, dengan

penurunan antara 0,6-1,9 m/tahun.

• Daerah Semarang Selatan meliputi daerah Candi, Banyumanik MASnya

antara 20,24 - 48,24 m.bmt dengan penurunan antara 0,37- 0,70 m/tahun.

• Daerah Kendal meliputi Kec. Kaliwungu, kota Kendal MAS nya antara +1,0

hingga 21,16 m.bmt dengan penurunan antara 0,20 – 0,55 m/tahun.

• Daerah Demak meliputi Kota demak dan Mranggen MASnya antara +0,50

31

hingga 25,40 m.bmt dengan penurunan antara 0,15 –0,45 m/tahun.

BAB IV

PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

Kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah berlangsung selama 4 minggu dan

berada pada divisi Airtanah dan Panas Bumi (APB), (tabel 4.1).

Pekerjaan yang dilakukan pada divisi ini adalah pekerjaan ahli geologi

pada bidang konservasi airtanah. Secara khusus, pekerjaan yang dilakukan

meliputi kajian Sumur Pantau di daerah Semarang, melakukan georeferencing

pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) wilayah Jawa Tengah, Studi Pengamatan

Sumur daerah Semarang, Rekapitulasi REKOMTEK 2014, serta pengamatan

penggunaan sumur pantau dengan AWLR (Automatic Water Level Recorder).

Pada divisi ini lebih fokus pada penganganan masalah airtanah dan

masalah panasbumi yang menjadi pokok pekerjaan. Divisi ini bertindak sebagai

konservator atau salah satu divisi yang bertindak melakukan konservasi, selain itu

divisi ini juga bertindak sebagai regulator atau pembuat regulasi yang

menekankan pada pembuatan undang-undang atau peraturan mengenai

pengawasan dan penggunaan sumber daya air di kawasan Jawa Tengah pada

umumnya, dan Semarang pada khususnya.

Pada divisi ini terdapat pembagian waktu yang saya buat untuk lebih

memudahkan saya dalam melaksanakan kegiatan Kerja Praktik di Dinas ESDM

Provinsi Jawa Tengah, berikut bagan kerja praktik yang telah saya lakukan

32

(Tabel 4.1).

33

KegiatanApril Mei

28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Pembekalan dan pemberian materi Sumur Pantau dan Air Tanah

                                         

Melakukan kajian tentang pengaruh Sumur Pantau di Daerah Jawa Tengah

                                         

Survey Terhadap Sumur Perusahaan

                                     

Georeferencing Peta RBI serta Digitalisasi Sumur Pantau di Jawa Tengah

                                         

Pengamatan Penggunaan Sumur Pantau dengan AWLR

                                         

Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah

34

4.1 Studi Pendahuluan

Dalam melaksanakan kegiatan kerja praktik ini pertama yang dilakukan

ialah pembekalan serta pemberia materi sumur pantau dan airtanah oleh

Dinas ESDM provinsi Jawa Tengah, pembekalan dilakukan dengan studi

literatur yang dilakukan di perpustakaan Dinas ESDM. Juga termasuk

didalamnya melakukan kajian mengenai pengaruh penggunaan sumur pantau

terhadap lingkungan di sekitarnya, dalam hal ini daerah Semarang Jawa

Tengah.

4.2 Kunjungan Lapangan

Kunjungan lapangan dilakukan ke PT. Kencana Andalan Prima yang

terletak di daerah Mijen Jawa Tengah, yang terletak pada koordinat 451.191

B/T dan 9.234.559 U/S. Konstruksi Sumur memiliki kedalaman sumur 80m,

dengan diameter pipa jambang 4” (inchi) dengan panjang 9m, pompa yang

dipasang berkapasitas 1 HP (Horse Power), (Gambar 4.1).

Posisi akuifer yang ada berdasarkan dari pengukuran sebelumnya terletak

pada kedalaman, akuifer awal 60m dan akuifer akhir 80m.

Gambar 4.1 Proses Pemasangan Pipa Konstruksi Sumur Dalam

PT. Kencana Andalan Prima, Mijen

35

4.3 Georeferencing Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Provinsi Jawa Tengah

Proses Georeferencing ini dilakukan untuk membuat database secara

digital dari proyek pembuatan sumur bor maupun sumur pantau yang

dilakukan oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Dari data georeferencing

tersebut maka didapatkan database secara digital dari sumur bor/pantau.

Sehingga untuk kemudian hari apabila ingin melihat ataupun membutuhkan

data dari sumur-sumur tersebut akan dapat segerea di akses secara digital dan

terpadu, (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Data Georeferencing Sumur Pantau PT. Prismatek

Beserta Dengan Informasi Sumurnya

36

4.4 Pengamatan Sumur Pantau Dengan Menggunakan AWLR

(Automatic Water Level Recorder)

Wilayah pengamatan kerja praktik pengamatan sumur pantau dengan

menggunakan metode AWLR ini terletak pada daerah Semarang, yang di bagi

menjadi 7 lokasi sumur pantau, yaitu :

1. Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.

2. PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen, Kab.

Semarang.

3. PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.

4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.

5. PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.

6. UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.

7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.

Pengamatan dilakukan di Kantor Divisi APB (airtanah dan Panas Bumi)

Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari pengamatan ini ialah agar

dalam penggunaan sumur dalam dapat dipantau dengan menggunakan sumur

pantau, sehingga tidak terjadi eksploitasi airtanah secara berlebihan yang

dapat mengakibatkan terganggunya lingkungan sekitarnya.

37

Berikut merupakan data dari pengamatan sumur pantau dengan AWLR :

1. Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.

Gambar 4.3 Data Sumur Pantau Kantor ESDM Jawa Tengah

Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada sekitar

petang hari hingga tengah malam (pukul 18.00 hingga 24.00), namun pada

siang hingga sore hari mengalami perubahan yang cukup terlihat oleh grafik,

(Gambar 4.3).

Pada MAT_2 grafik menunjukkan posisi yang stabil sepanjang waktu.

Sedangkan pada MAT_3 pada pukul 18.00 hingga 16.00 berada pada posisi

yang stabil, namun pada pukul 16.00 hingga 18.00 mengalami penurunan

pada grafik (Gambar 4.3).

Ketinggian MAT secara keseluruhan akan kembali kepada keadaan seperti

semula apabila masa pemakaian airtanah yang ada telah selesai, atau telah

melewati jam sibuk eksploitasi airtanah yang ada (Gambar 4.3).

38

Hal ini dapat diindikasikan bahwa pemakaian airtanah pada wilayah

pertama ini masih termasuk kedalam pemakaian yang wajar.

2. PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen.

Gambar 4.4 Data Sumur Pantau PT. APAC Inti Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Suhu/MAT_1 pada grafik dari AWLR tersebut menunjukkan fluktuasi

yang sangat signifikan di sepanjang waktu pengamatan. Pada

MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada bagian atas

grafik, walaupun terdapat beberapa fluktuasi namun tidak cukup signifikan

pada sekitar pagi hari dan siang hari grafik yang ada mengalami penurunan

(Gambar 4.4).

Pada MAT_2 grafik menunjukkan posisi yang mirip terhadap grafik

MAT_1. Sedangkan pada MAT_3 terdapat grafik yang stabil (Gambar 4.4).

Ketinggian MAT setelah dipakai pada jam jam sibuk akan kembali

meningkat, namun keadaannya tidak kembali seperti sediakala, terjadi

perubahan nilai MAT pada saat sebelum dan sesudah pemakaian aritanah

39

pada daerah d sekitarnya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa pemakaian

airtanah pada wilayah kedua ini termasuk kedalam pemakaian yang

cenderung sudah berlebihan, namun belum sampai pada saat yang

mengkhawatirkan karena ketinggian MAT sesudah pemakaian tidak begitu

jauh dengan sebelum pemakaian (Gambar 4.4). Namun bila hal ini tetap

dibiarkan, maka seiring berjalannya waktu akan terjadi perubahan nilai MAT

yang akan berdampak pada lingkungan di sekitarnya.

3. PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.

Gambar 4.5 Data Sumur Pantau PT. Mangkok Mas Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.5).

Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan. Begitu pula pada MAT_3 tercatat cenderung

pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.5).

40

Pada lokasi ketiga ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu

mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

pemakaian airtanah pada wilayah ketiga ini masih termasuk kedalam

pemakaian yang wajar.

4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.

Gambar 4.6 Data Sumur Pantau Kantor Kecamatan Pedurungan Dengan

Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.6).

Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung

pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.6).

Pada lokasi keempat ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu

mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

pemakaian airtanah pada wilayah keempat ini masih termasuk kedalam

pemakaian yang wajar.

41

5. PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.

Gambar 4.7 Data Sumur Pantau PT. Sinar Sosro Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.7).

Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung

pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.7).

Pada lokasi kelima ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu

mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

pemakaian airtanah pada wilayah kelima ini masih termasuk kedalam

pemakaian yang wajar.

42

6. UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.

Gambar 4.8 Data Sumur Pantau UNDIP Pasca Sarjana

Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.8).

Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung

pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.8).

Pada lokasi keenam ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu

mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

pemakaian airtanah pada wilayah keenam ini masih termasuk kedalam

pemakaian yang wajar.

43

7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.

Gambar 4.9 Data Sumur Pantau PT. Wijaya Kusuma

Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT

(Muka Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.

Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.9).

Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada

sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung

pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.9).

Pada lokasi ketujuh ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu

mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

pemakaian airtanah pada wilayah ketujuh ini masih termasuk kedalam

pemakaian yang wajar.

44

Berdasarkan data dari pengamatan sumur-sumur pantau tersebut, maka

dari ketujuh sumur yang ada, sumur yang dianggap telah terjadi pemakaian

airtanah secara berlebihan ialah sumur pantau yang terletak pada lokasi PT.

APAC Inti. Sebagai pabrik yang bergerak di bidang industri garmen, maka

sumber airtanah yang ada di sekitarnya dimungkinkan telah dipakai dalam

jumlah yang besar.

Apabila hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka kondisi akuifer

airtanah yang berada disekitarnya pun akan mengalami perubahan, yang

dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah maupun meningkatnya

kemungkinan terjadinya penurunan tanah dalam jangka waktu yang lama.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah kemungkinan tersebut terjadi ialah

dengan cara memperketat aturan pemerintah yang telah berlaku, sehingga

penggunaan sumberdaya airtanah dapat dipakai sebagaimana mestinya.

45

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan di lingkungan

kerja Dinas Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sumber airtanah mempunyai keunggulan berupa lebih higienis serta lebih

sehat, dikarenakan mengalami proses filtrasi secara alami, memiliki

cadangan yang cenderung tetap sepanjang tahun, memiliki mutu yang

relatif tetap.

2. sumber airtanah juga memiliki kekurangan seperti terdapat di bawah

permukaan tanah sehingga diperlukan sumur bor/gali untuk

pemanfaatannya, memiliki keterdapatan yang tidak merata di setiap

tempat, memiliki cadangan yang terbatas sehingga untuk keperluan air

minum perkotaan atau air irigasi/industri yang cukup besar mungkin tidak

mencukupi.

3. Apabila pemanfaatannya terjadi secara berlebihan, maka dampak negatif

terhadap lingkungan di sekitarnya berupa penurunan muka airtanah,

amblesan tanah, intrusi air laut.

4. Terdapat 3 jenis sumur pantau, yaitu :

Individual Monitoring Wells

Nested Monitoring Wells

Clustered Monitoring Wells

5. Lokasi sumur pantau pada PT. APAC Inti berdasarkan pengamatan dengan

menggunakan AWLR (Auto Water Level Recorder) telah mengalami

perubahan nilai MAT, hal ini disebabkan oleh penggunaan sumberdaya

airtanah di lokasi tersebut yang telah berlebihan, sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya kerugian serta dampak negatif terhadap

masyarakat sekitar dan lingkungan di sekitarnya.

46

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, Van. 1949. The Geology Of Indonesia, Springer.

Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan

sekitarnya. Jakarta.

Hendrayana, H. 2002. Dampak Pemanfaatan Airtanah. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Marsudi, 2000. Struktur Geologi Daerah Semarang Provinsi Jawa Tengah.

Jurusan Pertambangan ITB, Bandung.

Nugroho, Bhinukti Prapto, 1989. Karakteristik Air Tanah pada Dataran Pantai

Kotamadya Semarang. Skripsi, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor: 12 Tahun

1996 Tentang Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah.

Robert E Thaden. Dkk, 1975. Peta Geologi Lembar Magelang Semarang Jawa,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Rochadi, Baskoro. 2004. Geomorfologi Kota Semarang, Makalah Seminar

UNDIP, Semarang.

www.water.ca.gov/groundwater/types_of_monitoring_wells//

www.epa.gov/Design_And_Instalation_Of_Monitoring_Wells//

47

LAMPIRAN

48

Data AWLR Sumur Pantau Oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah

Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.

49

PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen. Semarang.

50

PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.

51

Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.

52

PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.

53

UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.

54

PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.

55

Struktur Organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah

56