laporan mv.paladin ver.2

Upload: erwin-paulian-sihombing

Post on 07-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    1/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Propeller merupakan bentuk alat penggerak kapal yang paling umum digunakan dalam

    menggerakkan kapal. Sebuah propeller yang digunakan dalam kapal mempunyai bagian daun

    baling baling ( blade ) yang menjorok kearah tertentu dari hub atau bos. Bos ini dipasang pada

    poros yang digerakkan oleh mesin penggerak utama kapal.

    Sebuah kapal berjalan dengan menggunakan suatu daya dorong yang dalam istilahnya disebut

    sebagai thrust. Daya dorong tersebut dihasilkan oleh suatu motor atau engine yang

    ditransmisikan melalui suatu poros (sistem transmisi yang banyak digunakan) kemudian daya

    tersebut disalurkan ke propeller. Daya dorong yang ditransmisikan tersebut dalam

    menggerakkan kapal akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita mendesain propeller itu

    sendiri. Semakin baik desainnya baik dari segi bentuk, effisiensi, jumlah daun, dan lain

    sebagainya maka akan semakin besar daya dorong yang akan dihasilkan.

    Untuk mendesain propeller pertama-tama kita harus tahu dulu ukuran utama daripada kapal

    yang akan ditentukan atau direncanakan propellernya tersebut. Kemudian dari data itu kitamenghitung tahanan total dari kapal. Dalam laporan ini metode yang digunakan untuk

    menghitung tahanan total kapal adalah metode Harvald.

    Langkah-Langkah Pengerjaan Tugas Gambar

    1. Pemilihan motor penggerak utama

    Perhitungan tahanan kapal.

    Perhitungan daya motor penggerak utama kapal. Pemilihan motor penggerak utama kapal.

    1. Perhitungan dan penentuan type propeler.

    Perhitungan type propeller

    Perhitungan kavitasi

    Perhitungan dimensi gambar propeler

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 1

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    2/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    1. Perhitungan dan penentuan sistem perporosan

    Perhitungan diameter poros propeller Perhitungan perlengkapan propeller

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 2

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    3/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB II

    PERHITUNGAN DAYA KAPAL DAN PEMILIHAN MESIN INDUK

    Tujuan dari pemilihan motor penggerak utama kapal adalah menentukan jenis serta type dari

    motor penggerak utama kapal yang sesuai dengan kebutuhan kapal. Kebutuhan ini didasarkan

    dari besarnya tahanan kapal yang diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya dimensi utama

    kapal serta kecepatan dan rute kapal yang diinginkan.

    Langkah langkah dalam pemilihan motor penggerak utama kapal antara lain :

    1. Menghitung besarnya tahanan kapal.2. Menghitung besarnya kebutuhan daya motor penggerak utama kapal.

    3. Menentukan jenis dan type dari motor penggerak utama kapal.

    2.1 PERHITUNGAN TAHANAN KAPAL

    Definisi dari tahanan kapal adalah gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian rupa

    sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Pada perhitungan tahanan, pertama

    ditentukan dulu koefisien masing-masing tahanan yang diperoleh dari diagram dan

    tabel. Pedoman dalam perhitungan merujuk pada buku tahanan dan propulsi kapal

    (Holtrop).

    Untuk menentukan daya mesin kapal yang digunakan maka sebelumnya kita harus

    menghitung tahanan kapal. Salah satu cara untuk menghitung tahanan kapal yaitu

    dengan menggunakan metode HOLTROP. Hal ini dikarenakan kapal ini merupakan

    kapal besar, dan lambat. Data-data yang diambil ialah nilai dari Fn < 0,2 yang

    merupakan kapal lambat dan nilai dari L/B = 8,90 9,00 yang merupakan kapal besar.Tahanan total kapal adalah sebagai berikut :

    Data utama kapal :

    Nama : MV.PALADIN

    Tipe : TANKER

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 3

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    4/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Dimensi Utama kapal :

    LPP : 134,12 meter

    LWL : 139,48 meter

    B : 22,8 meter

    H : 10 meter

    T : 7,341 meter

    Cb : 0,751

    Vs : 13,8 Knots

    Rute Pelayaran : Surabaya Abu Dhabi

    Radius pelayaran : 4140 Nautical mil

    2.1.1. VOLUME DISPLASEMENT()

    = Lwl x B x T x Cb wl

    = 139,48 x 22,8 x 7,341 x 0,72

    = 16858,68 m3

    (Handout mata kuliah Teori Bangunan Kapal)

    2.1.2. DISPLASEMENT KAPAL ()

    = x air laut

    = 16858,68 x 1,025

    = 17280,15 ton

    (Handout mata kuliah Teori Bangunan Kapal)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 4

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    5/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    2.1.3. WETTED SURFACE AREA / LUASAN PERMUKAAN BASAH (S)

    Luasan ini merupakan jumlah luasan kapal yang tercelup oleh air. Besar luasan tersebutadalah :

    S = Lwl.(2T+B).Cm0,5.(0,453 + 0,4425Cbwl 0,2862Cm 0,003467 B/T + 0,3696Cwp)+ 2,38 ABT / Cbwl

    S = 4044,07 m2

    (An approximate power prediction method, page 1)

    2.1.4. FROUD NUMBER (Fn)

    Angka froud number berhubungan dengan kecepatan kapal. Semakin besar angka froud

    maka semakin besar kecepatan kapal tersebut.

    Fn =

    =

    = 0,18923

    (Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 58)

    2.1.5. REYNOLDS NUMBER (Rn)

    Angka Reynold juga berhubungan dengan kecepatan kapal. Namun berbeda dengan

    angka froud, angka Reynold berbanding terbalik dengan kecepatan kapal. Selain itu,

    angka Reynold juga berhubungan dengan tahanan gesek yang dialami kapal.

    Untuk nilai viskositas standart air asin adalah pada suhu 150 adalah diasumsikan

    sebagai berikut : (V)

    V = 1,18831E-06

    Rn =

    )( LwlxVs

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 5

    Lwlg

    Vs

    48.1398.9

    8.13

    x

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    6/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Rn =

    6-1.8831E

    )48.1398.13( x

    Rn = 8,232412777 x 108

    (Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 58)

    2.1.6 KOEFISIEN TAHANAN GESEK (Cf)

    a. berdasarkan ITTC-1957 diperoleh koefisien tahanan gesek :

    Cf=0.075(log10Rn-2)2

    Cf =0,001569

    2.1.7. Menghitung Friction Resistance

    Menghitung LR

    LR adalah parameter panjang kapal terhadap kecepatannya. Dan di rumuskan

    sebagai berikut :

    LR = L(1-CP+0.06CPLCB/(4CP-1))

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 6

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    7/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    LR = 37,5408 m

    Menentukan nilai Cstern sesuai dengan nilai yang ditentukan dari table berikut :

    Cstern afterbody form

    -25 barge shaped form

    -10 V-shaped sections

    0 normal shape of after body

    10 U-shaped sections (with hogner stern)

    Menghitung nilai C14

    C14 = 1 + 0,011 Cstern

    Karena bentuk After body dari kapal diasumsikan sebagai Normal Shape Of

    After Body maka:

    Cstern = 0

    Sehingga nilai dari C14 adalah

    C14 = 1 + 0,11Cstern

    C14 = 1 Menghitung nilai ( 1+K1 ).

    1 + k1 merupakan factor dari Viscous Resistance yang berhubungan dengan

    bentuk kapal. Dan dirumuskan sebagai berikut :

    (1+K1) = 0,93+0,487118 C14 (B/L)1.06806 (T/L)0.46106 (L/LR)0.121563

    (L3/)0.36486 (1-CP)-0.604247

    (1+k1) = 1,23030

    (An approximate power prediction method, page 7)

    Menghitung Friction Resistance menurut rumus ITCC (Rf).

    RF(1+K1) = 0,5 salt waterV2 CF (1+k1) S

    Rf(1+K1) = 195,8001 KN

    2.1.8. Menghitung Apendages Resistance ( Tahanan Tambahan )

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 7

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    8/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    ( 1+K2) -

    Rudder = 1.5

    Bossing = 2

    Luas Permukaan basah tambahan ( SAPP )

    D Boss = 0,12 x T

    = 0,12 x 7,341 = 0,88092 m

    S Boss = 1,5D2

    = 1,5 x 3,14 x 0,880922 = 3,6551 m2

    SKEMUDI = c1.c2.c3.c4(1,75.L.T/100)

    SKEMUDI = 0,9 x 1 x 1 x 1 (1,75 x 139,48 x 7,341/100)

    SKEMUDI = 16,12734 m2

    Dengan ketentuan C1,C2,C3,C4 sebagai berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 8

    Approximate 1+k2

    values

    1.5-3.0 rudder behind skeg

    1.3-1.5 ruder behind stern

    2.8 twin-screw balance rudders

    3 shaft bracket

    1.5-2.0 Skeg

    3 strut bossing

    2 hull bossing

    2.0-4.0 Shafts

    2.8 stabilizer fins

    2.7 Dome

    1.4 bilge keel

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    9/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    SAPP = SBOSS +SKEMUDI

    SAPP = 3,6551 + 16,12734

    SAPP = 19,7824 m2

    type of appendageSAPP

    1 + K2SAPP

    (1+K2)m2

    Rudder 18.05 1.50 27.075

    Bossing 4.66 2.00 9.32

    22.71 3.5 36.395

    Menghitung Nilai (1+K2)eq dengan persamaan berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 9

    c1 untuk faktor tipe kapal

    1,0 untuk kapal umum1,7 untuk tug dan trawler

    0,9 untuk kapal bulk carrier dan tanker dengandisplacement >50.000 ton

    c2 untuk faktor tipe rudder

    1,0 untuk kapal umum

    0,9 semi spade rudder0,8 untuk double rudder

    0,7 untuk high lift rudder

    c3 untuk faktor profil rudder

    1,0 untuk NACA-profil dan plat rudder

    0,8 untuk hollow profil

    c4 untuk rudder arrangement

    1,0 untuk rudder in the propeller jet

    1,5 untuk rudder outside the propeller jet

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    10/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    (1+K2)eq = (1+k2)SAPP/SAPP

    = 31,5011 / 19,7824

    = 1,5924

    Menentukan nilai dari Appendages Resisstance (Rapp)

    RAPP = 0,5 V2 SAPP (1+K2)eq CF

    RAPP = 0,5 x 1,025 x 13,82 x 1,5924 x 0,0015647

    RAPP =1,24 KN

    2.1.9. Menentukan Wave Resistance (Rw).

    Wave Resistance merupakan tahanan yang diakubatkan oleh gelombang air laut .

    Fn = V / ( g x L )

    = 13,8 / ( 9,8 x 139,48 )

    = 0,18923

    (Ship resistance and propulsion, page 8)

    C7 = B/L

    = 22,8 / 139,48

    = 0,1634587

    (An approximate power prediction method, page 8)

    iE = 1 + 89 exp {-(L/B)0.80856 (1-CWP)0.30484 (1-CP-0,0225LCB)0.6367

    (LR/B)0.34574 (100 /L3)0.16302}

    = 27,63485

    (An approximate power prediction method, page 2)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 10

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    11/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    C1 = 2223105 C73.78613 (T/B)1.07961 (90-iE)-1.37566

    = 2,33445

    (An approximate power prediction method, page 8)

    C3 = 0.56 ABT1.5 / { B T (0.31(ABT) +TF-hB)}

    = 0,56 x 01.5 / { 20,25 x 8,285(0,31(0) +8,285 - 0)}

    = 0

    (An approximate power prediction method, page 8)

    C2 = exp(-1,89(C3))

    = exp(-1,89(0))

    =1

    (An approximate power prediction method, page 8)

    C5 = 1-0.8 AT / (B T CM)

    = 1- 0,8 x 0 / (22,8 x 7,341 x 0,987)

    = 1

    (An approximate power prediction method, page 8)

    L/B = 139,48 / 22,8

    = 6,117544

    = 1,446 CP 0,03 L/B

    = 1,446 x 0,73 0,03 x 139,48 / 22,8

    = 0,8744

    (An approximate power prediction method, page 8)

    d = -0,9

    (An approximate power prediction method, page 8)

    C16 = 8,07981 CP 13,8673 CP2 + 6,984388 CP4

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 11

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    12/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    = 8,07981 x 0,73 13,8673 x 0,732 + 6,984388 x 0,733

    = 1,2238(An approximate power prediction method, page 8)

    m1 = 0,0140407 L/T 1,75254 1/3/L 4,79323 B/L - C16

    = 0,0140407 139,48 / 7,341 - 1,75254 16858,681/3/ 127,92 4,79323 22,8 /

    139,48 1,2238

    = - 2,0627

    (An approximate power prediction method, page 8)

    L3/ = 139,483 / 16858,68

    =160,974505

    C15 = -1,6939

    (An approximate power prediction method, page 8)

    m2 = C15 CP2 exp (-0.1Fn-2)

    = -1,6939 x 0,732 exp (-0,1 x 0,19561-2)

    = -0,0555

    (An approximate power prediction method, page 2)

    RW-A0.4 = C1 C2 C5 g exp { m1 Fnd + m2 cos ( Fn-2) }

    = 2,33445 x 1 x 1 x 16858,68 x 9,8 x 1,025 exp { - 2,0627 x

    0,18923-0.9 +( -0,0555 cos(0,8744 x 0,189232) }

    = 37,22414265 KN

    2.1.10. Menghitung Tahanan Total

    RT = RF (1+K1) + RAPP + RW + RB + RTR+ RA

    = 195,8001 + 1,24 + 37,22414265 + 0 + 0 + 45,3771

    = 279,64 kN

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 12

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    13/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Dari nilai Rt diatas terdapat penambahan tahanan lagi dikarenakan rute pelayaran yang

    akan dipilih,penambahan tahanan ini tergantung dari daerah rute pelayaran kita :

    Jalur pelayaran Atlantik utara, ke timur, untuk musim panas 15% dan musim dingin

    20%.

    Jalur pelayaran Atlantik Utara, ke barat, untuk musim panas 20% dan musim dingin

    30%.

    Jalur pelayaran Pasifik, 15 - 30 %.

    Jalur pelayaran Atlantik selatan dan Australia, 12 - 18 %

    Jalur pelayaran Asia Timur, 15 - 20 %

    Karena rute pelayaran kapal ini adalah Surabaya- Abu Dhabi yang termasuk Jalur

    pelayaran Pasifik, 15 - 30 %. sehingga perlu penambahan tahanan sebesar 15%

    dikarenakan kondisi perairan yang relative berombak, penambahan tahanan ini

    dikarenakan pada saat Rt diatas hanya berlaku pada kondisi ideal saja misalnya dari

    angin,gelombang,dan kedalaman air .

    RT DINAS = ( 1 + 15%) RT

    = ( 1 + 15%) 279,64

    = 335,57 kN

    2.2 PERHITUNGAN DAYA MESIN INDUK

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 13

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    14/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Secara umum kapal yangbergerak di media air dengan kecepatan tertentu, maka akan

    mengalami gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak akapal tersebut.

    Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust) yang

    dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD) ke alat gerak

    kapal adalah berasal dari Daya Poros (Ps), sedangkan Daya Poros sendiri bersumber dari Daya

    Rem (PB) yang merupakan daya luaran motor penggerak kapal.

    Ada beberapa pengertian mengenai daya yang sering digunakan didalam melakukan

    estimasi terhadap kebutuhan daya pada sistem penggerak kapal, antara lain :

    i. Daya Efektif (Effective Power-PE)

    ii. Daya Dorong (Thrust Power-PT)

    iii. Daya yang disalurkan (Delivered Power-PD)

    iv. Daya Poros (Shaft Power-PS)v. Daya Rem (Brake Power PB)

    vi. Daya yang diindikasi (Indicated Power-PI)

    2.2.1 Menghitung Daya Effektive kapal (EHP)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 14

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    15/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Daya Efektif atau EHP adalah daya yang diperlukan untuk menggerakan kapal di air

    atau untuk menerik kapal dengan kecepatan V. Perhitungan daya efektif kapal (EHP)

    menurut buku "HARVALD, TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL,

    EHP = Rt dinas x Vs

    = 2347,77 KW

    = 3192,07 HP

    (Harvald 5.5.27, Tahanan dan Propulsi Kapal, hal 135)

    2.2.2 Menghitung Daya Pada Tabung Poros Buritan Baling-baling (DHP)

    Adalah daya yang diserap oleh propeller dari system perporosan atau daya yangdihantarkan oleh sistem perporosan ke propeller untuk diubah daya poros (trust).

    a. Effisiensi Lambung ( h )

    Menghitung Wake Friction ( w )Wake friction atau arus ikut merupakan perbandingan antara kecepatan kapaldengan kecepatan air yang menuju ke propeller. Dengan menggunakan rumusyang diberikan oleh Taylor ,maka didapat :w = 0,5Cb-0,05

    = (0,5 x 0,751) 0,05= 0,3255

    Menghitung Trust Deduction Factor (t).

    t = k. w nilai k antara 0,7-0,9 dan diambil nilai k= 0,8

    = 0,2604

    Maka nilai Effisiensi Lambung (h).

    h = (1-t)/(1-w)= (1-0,2604)/(1-0,3255)

    = 1,0965

    a. Efisiensi Relatif Rotatif (rr)

    harga rr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar 1.0-1.1. (Principal

    of Naval Architecture hal 152 ) pada perencanaan propeller dan tabung poros

    propeller ini diambil harga :

    rr = 1,05

    b. Efisiensi Propulsi (o)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 15

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    16/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    adalah open water efficiency yaitu efficiency dari propeller pada saat dilakukan

    open water test.nilainya antara 40-70%, dan diambil :

    o = 60%

    c. Coeffisien Propulsif (Pc).

    Pc = H x rr x o

    = 1,0965 x 1,05 x 0,6

    = 0,6908

    maka,daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara daya

    efektif dengan koefisien propulsif, yaitu :

    DHP = EHP/Pc

    = 4620,80 HP

    2.2.1 Menghitung Daya Pada Poros Baling-baling.

    Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami losses

    sebesar 2%, sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah midship kapal

    mengalami losses sebesar 3%.(Principal of Naval Architecture hal 131). Padaperencanaan ini, kamar mesin terletak dibagian belakang, sehingga losses yang terjadi

    hanya 2%.

    SHP = DHP/ sb

    = 4620,8/0,98

    = 4715,11 HP

    2.2.2 Menghitung Daya penggerak Utama yang Diperlukan (BHP)

    a) BHP scr

    Besarnya daya mesin induk yang diperlukan pada perencanaan baling baling dabtabung poros ini tidak terlepas oleh adanya harga effisiensi sistem roda gigi transmisi

    atau G . Adanya harga efisiensi sistem roda gigi transmisi ini karena direncanakan

    pada hubungan sistem transmisi daya antar motor induk dengan poros propeller

    terpasang roda gigi reduksi.

    Sistem Roda gigi pada kapal in direncanakan menggunakan Gigi Redukksi Tunggal

    atau single Reduction Gear dengan loss 2% untuk arah maju dan Gigi Pembalik atau

    Reversing Gear dengan loss 1 %. Harga efisiensi sistem roda gigi transmisi atau G

    dari setiap sistem adalah :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 16

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    17/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    G Single Reduction Gears = 0,98

    G Reversing Gears = 0,99

    (Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture. Hal 120)

    BHPscr = SHP/ G

    = 4715,11 / 0,98

    = 4811,33 HP

    (Surjo Widodo Adjie, Daya motor yang diinstal,Engine Propeller Matching)

    b) BHPmcrBHP (Brake Horse Power) yaitu daya yang didistribusikan untuk penggerak utama.Besarnya daya motor penggerak utama (BHP), adalah daya keluaran pada pelayaran

    normal atau SCR (Srrvice Continue Rating), dimana besarnya adalah 90% dari dayakeluaran pada kondisi maksimum atau MCR (Maximum Continue Rating).Sedangkan daya keluaran pada kondisi maksimum (MCR) motor induk penggerakutama adalah :

    BHPmcr = BHPscr / 0,9

    = 4811.33 / 0,9

    = 5345,93 HP

    =3931,93 KW

    (Surjo Widodo Adjie, Daya motor yang diinstal,Engine Propeller Matching)

    2.2.1 Pemilihan Mesin Induk.

    Pemilihan mesin induk (main angine) dilakukan setelah daya mesin penggerak utama

    yang diperlukan diketahui melalui perhitungan menggunakan rumusan. Pertimbangan

    dalam pemilihan mesin induk dapat dilakukan dengan optimalisasi segi teknik dan

    ekonomi.Untuk segi teknis antara lain dimensi yang cukup, kehandalan, berat mesin

    induk, unjuk kerja mesin, ukuran mesin induk dan masih banyak lagi seperti SFOC dansebagainya yang perlu pertimbangan. Sedangkan untuk faktor ekonomis antara lain

    harga mesin induk, keawetan, spare part, bahan bakar, minyak pelumas serta

    pelumasan. Adapun mengenai daya kerja dan putaran kerja yang sesuai dengan

    perhitungan kondisi kapal dapat dilakukan dengan mengatur putaran kerja sehingga

    diperoleh daya seperti yang telah ditentukan.

    Daya yang diperkirakan. Factor kecepatan yang diinginkan

    Jenis kontruksi sistemnya

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 17

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    18/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Dari berbagai pertimbangan diatas, maka dalam perencanaan untuk MV.PALADINdipilih mesin induk sebagai berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 18

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    19/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Keterangan :

    Merek : MAN B&W

    Jenis : Motor diesel 2 langkah

    Tipe : L 42 MC

    Jumlah silinder : 4

    Bore : 420 mm

    Stroke : 1360 mm

    Karakteristik Daya

    Daya : 3980 kW = 5411,28 HP

    Putaran : 176 rad/menit

    Spesifik Fuel Oil Consumption : 178 g/kWh atau 132 g/BHPh

    Cylinder Oil Consumption : 0,7 g/kWh

    Lubricating Oil Consumption : 0,15 g/kWh

    Dimensi :

    Panjang : 4406 mm

    Lebar : 2460 mm

    Tinggi : 6250 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 19

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    20/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB 3

    PEMILIHAN PROPELLER DAN PEMERIKSAAN TERHADAP KAVITASI

    3.1. Pemilihan Propeller.

    Tujuan dari pemilihan type propeller adalah menentukan karakteristik propeller yang sesuai

    dengan karakteristik badan kapal dan besarnya daya yang dibutuhkan sesuai dengankebutuhan misi kapal. Dengan diperolehnya karakteristik type propeller maka dapatditentukan efisiensi daya yang ditransmisikan oleh motor induk ke propeller. Langkah langkah dalam pemilihan type propeller :

    1. Perhitungan dan pemilihan type propeller2. Perhitungan syarat kavitasi3. Design dan gambar type propeller

    3.2. Propeller Design.

    LANGKAH PENENTUAN DIAMETER PROPELLER.

    1. PUTARAN PROPELLER (Np)

    Putaran propeller didapatkan dari putaran main engine.

    Np = 176 rpm

    2. Wake Friction

    Wake friction adalah perbedaan antara kecepatan kapal dengan kecepatan aliran air

    yang menuju ke baling-baling, dimana perbedaan ini akan menghasilkan hargakoefisien arus ikut.

    W = (0,5 x Cb) - 0,005

    W = (0.5 x 0,751) 0,005

    W = 0,326

    3. Speed of Advance

    Va = (1-w).Vs

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 20

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    21/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Va = (1-0.326) x 13,8

    Va = 9,1732 Knot

    4. Power Absorbtion (Bp1)

    Bp1 =

    2/5

    5.0.

    AV

    DHPN

    Bp1 = 47,90084

    Power absorbtion (Bp1) ini akan digunakan untuk menentukan besarnya P/D dan 1/J0melalui grafik Bp.

    5. Pembacaan Grafik (Terlampir).

    Pembacaan grafik Bp dilakukan untuk memperoleh nilai P/D dan 1/J0. sebelum

    membaca grafik, terlebih dahulu dihitung nilai dari

    Bp1739.0

    , nilai inilah yang akan

    menjadi patokan dalam pembacaan grafik.

    Cara pembacaan grafik adalah dengan menarik garis lurus keatas dari nilai

    Bp1739.0

    yang sudah dihitung sampai memotong garis lengkung memanjang.

    Kemudian dari perpotongan ini ditarik garis lurus horizontal sehingga diperoleh nilaiP/D. Untuk mengetahui nilai 1/J0 maka dari perpotongan tadi dibuat garis melengkung

    yang serupa dengan garis melengkung yang terdekat.Nilai 1/J0 digunakan untuk menghitung koefisien advance (0) yang digunakan untukmenghitung diameter.

    009875.0

    /1 00

    J=

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 21

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    22/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    6. Perbandingan Db dan Dmax (terlampir)

    Nilai Db harus lebih kecil dari nilai Dmax.

    Do = o (Va/N)

    Db = 0,96 x D0

    Dmax = 0,7 x T

    Setelah syarat Db < Dmax terpenuhi, maka dari Db dapat dicari nilai dari b.

    b = Db (N/Va)

    Nilai b digunakan untuk menghitung nilai 1/Jb yang akan menjadi patokan dalam

    pembacaan grafik Bp untuk mengetahui nilai dari P/Db dan effisiensi.

    1/Jb = b x 0,009875

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 22

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    23/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    7. Effisiensi

    Setelah nilai dari 1/Jb diketahui, maka pembacaan grafik Bp dapat dilakukan dengan

    berpatokan pada nilai tersebut. Cara pembacaan grafik adalah dengan menarik garis

    lengkung dari 1/Jb pada grafik menurut garis yang terdekat sampai memotong garis

    lengkung. Kemudian dari perpotongan ini ditarik garis lurus horizontal sehingga

    diperoleh nilai P/Db. Untuk mengetahui nilai dari propeller maka dari perpotongan

    tadi ditarik garis lengkung sejajar dengan grafik effisiensi yang terdekat sehingga

    didapatkan nya.

    3.3. Perhitungan Kavitasi

    Kavitasi adalah peristiwa munculnya gelembung gelembung uap air pada permukaan

    daun propeller yang mana disebabkan oleh perbedaan tekanan yang besar pada tekanan

    pada back dan tekanan yang terjadi pada face. Peristiwa kavitasi ini sangat merugikan bagi

    propeller karena gelembung gelembung uap air yang muncul dapat bersifat korosif dan

    mengikis permukaan daun propeller, sehingga mengakibatkan menurunnya effisiensi

    propeller karena kerusakan pada propeller itu sendiri.

    Perhitungan kavitasi sangat perlu dilakukan untuk memastikan bahwa propeller yang

    dipakai bebas dari kerusakan yang disebabkan oleh proses kavitasi yang terjadi pada daun

    propeller. Diagram yang digunakan dalam perhitungan kavitasi adalah diagram Burril.

    Sebelum membaca diagram Burril.

    LANGKAH PERHITUNGAN KAVITASI.

    1. Ae dan Ap

    Ao = D22Ae = Ao AeAo

    Ap = Ad 1.067- 0.229 PD Ad = Ae

    2. Vr2

    Vr2 = Va2 + 0.7 n D2

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 23

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    24/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    3. Trust Deduction FactorT = EHP1-tVs

    = 0,2604

    4. C = TAp 0.5 Vr2

    5. Pembacaan Grafik

    Untuk membaca diagram Burrils terlebih dahulu dicari nilai dari 0,7R yang

    merupakan patokan dalam pembacaan diagram Burril.

    0,7R = (188,2 + (19,62 x 5,07)) / (Va2 + (4,836 x (N2) x (Db x 0,3048) 2))

    Setelah nilai 0,7R diketahui, maka nilai c dapat diketahui dengan pembacaandiagram Burril. Cara pembacaan diagram adalah dengan menarik garis vertical

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 24

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    25/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    keatas pada nilai 0,7R sampai memotong garis putus putus yang kedua(Suggested upper limit for merchant ship propellers). Dari perpotongan ini maka

    ditarik garis horizontal sehingga didapatkan nilai c. Suatu propeller dikatakan tidakmengalami kavitasi apabila :

    c hitungan < c diagram.

    Besarnya clearane propeller dapat diperoleh setelah perhitungan kavitasi dilakukan.

    clearance prop = (Db x 0,3048) + (0,03 x Db x 0,3048) + (0,08 x Db x 0,3048)

    clearance propeller akan terpenuhi apabila 0,7 T < clearance prop.

    Akhirnya, pemilihan propeller dapat dilakukan dengan memilih type propeller yangclearance propellernya terpenuhi, tidak mengalami kavitasi, diameternya terpenuhi,dan yang memiliki effisiensi tertinggi.

    Kesimpulan :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 25

    jadi, type propeller yang dipiih:

    Type B4-55p 0.52

    Db (ft) 13.07

    Db (m) 3.98P/Db 0.74

    Rpm Prop 176

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    26/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB IV

    ENGINE PROPELLER MATCHING

    Langkah kedua setelah pemilihan type propeller adalah proses engine propeller matching.

    Setelah dalam langkah sebelumnya didapatkan type propeller yang paling sesuai, maka

    kemudian type propeller tersebut akan diperiksa apakah matching dengan mesin yang telah

    dipilih ataukan tidak. Langkah-langkah mematchingkannya adalah seperti dibawah ini

    Datal Awal

    Data awal ini berasal dari perhitungan tahanan kapal.

    t = 0,2604

    w = 0,326

    Vs = 13,6 knot 6,99638 m/s

    air laut = 1,025 kg/m3

    Data Propeller

    Data propeller ini berasal dari type propeller yang telah dipilih.

    Type Propeller = B4 55

    propeller = 52 %

    (P/D) = 0,74

    Diameter (m) = 3,98

    Rpm Propeller = 176

    Tahanan total pada saat clean hull (lambung bersih, tanpa kerak)

    Rt trial = 279,64 kN

    1. Menghitung koefisien

    Rt = 0,5 x x Ct x S x Vs2

    (Suryo Widodo Adjie, Engine Propeller Matching)

    Rt = xVs2 = Rt/Vs2

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 26

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    27/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    clean hull = 5712,86

    2. Menghitung koefisien

    22)1()1( xDxwxt

    =

    trial = 1,0457

    (Suryo Widodo Adjie, Engine Propeller Matching)

    3. Membuat kurva KT J

    Sebelum membuat kurva Kt - J,dicari nilai KT terlebih dahulu dengan rumusan:

    KT= x J2

    Dimana nilai J untuk B4 100 berkisar antara nilai 0 - 1. Setelah itu dibuat tabel beriku

    Tabel KT - J Clean Hull

    J J2 KT clean hull

    0 0,00 0,00

    0,1 0,01 0,01

    0,2 0,04 0,04

    0,3 0,09 0,09

    0,4 0,16 0,17

    0,5 0,25 0,26

    0,6 0,36 0,380,7 0,49 0,51

    0,8 0,64 0,67

    0,9 0,81 0,85

    1 1,00 1,05

    Lalu dibuat kurva KT- J. Kurva ini merupakan interaksi lambung kapal dengan propeller.

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 27

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    28/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Lalu kurva KT - J tersebut diplotkan ke kurva open water propeller untuk mendapatkan titik

    operasi propeller.

    Pada langkah ini, dibutuhkan grafik open water test untuk propeller yang telah dipilih, yakni B4

    100. Setelah itu dicari nilai masing-masing dari KT, 10KQ, dan behind the ship. Tentu saja

    dengan berpatokan pada nilai P/Db yang telah didapat pada waktu pemilihan propeller.

    Sehingga dari kurva open water B4 55 didapatkan data sebagai berikut :

    P/Db 0,74

    J KT 10 KQ

    0,1 0,285 0,324 0,1390,2 0,255 0,297 0,273

    0,3 0,22 0,266 0,396

    0,4 0,183 0,231 0,503

    0,5 0,142 0,193 0,588

    0,6 0,1 0,15 0,632

    0,7 0,055 0,104 0,585

    0,8 0,008 0,053 0,187

    Setelah didapatkan data diatas, maka nilai tersebut diplotkan ke dalam grafik bersama dengankurva KT - J yang telah didapat diawal.

    PEMBACAAN GRAFIK PADA KURVA OPEN WATER B SERIES B4 55

    Berdasarkan pembacaan grafik maka didapatkan hasil :

    1. Titik operasi propeller pada kondisi trial :

    J = 0,44

    KT = 0,18

    10KQ = 0,023

    = 0,52

    Dimana : J = Koefisien advance

    KT = Koefisien gaya dorong

    10KQ = Koefisien torsi

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 28

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    29/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    = Efisiensi propeller behind the ship

    Dari harga J yang di dapat diatas kita dapat mengetahui harga n (putaran) propeller yangbekerja pada effisiensi tersebut.

    n = Va / JxD

    n = 2,6947585 rpsn = 161,69 rpm

    sehingga dari putaran propeller tersebut dapat diketahui putaran mesin yang akan diinstalpada mesin sebagai berikut :

    a. Torsi pada Mesin.

    Q = (KQ x x Db5 x n2)

    b. Daya Pada Tabung Poros Buritan Baling-baling (DHP)

    DHP = Q x n x 2

    c. Daya Pada Poros Baling-baling (SHP)

    Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami

    losses sebesar 2%, sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah

    midship kapal mengalami losses sebesar 3%.(Principal of Naval Architecture

    hal 131). Pada perencanaan ini, kamar mesin terletak dibagian belakang,

    sehingga losses yang terjadi hanya 2%.

    SHP = DHP/(sb)

    d. Perhitungan daya penggerak utama (BHP)

    1. g = 98% untuk single reduction gears

    2. g = 99% reversing reduction gears

    Karena jenis mesin adalah reversible engine dan dimana putaran Engine adalahputaran rendah, maka dalam perencanaan tidak memnggunakan Gear Box.

    Sehingga nilai BHPscr = SHP

    Setelah didapatkan berapa daya mesin yang baru maka kita bisa mengetahuiapakah propeller yang kita pakai sudah sesuai apa tidak dengan mesin yang kitagunakan yaitu dengan melakukan suatu perhitungan sebagai berikut :

    Diketahui Spesifikasi Engine sebagai berikut :

    1. Max Engine (HP) : 3980

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 29

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    30/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    2. Putaran Engine (rpm) : 176

    3. Putaran Propeller (rpm) : 173,448

    n-eng n-prop

    n-propell

    er Q DHP SHP BHPscr RPM BHPSCR

    (rpm) (rpm) (rps) (kW) (kW) (kW) (%) (%)

    0 0,00 0,000 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    10 10,00 0,1670,7764848

    5 0,81 0,83 0,83 5,78 0,02

    20 20,00 0,3333,1059393

    9 6,50 6,63 6,63 11,56 0,15

    30 30,00 0,5006,9883636

    2 21,94 22,39 22,39 17,34 0,50

    40 40,00 0,66712,423757

    5 52,01 53,08 53,08 23,12 1,20

    50 50,00 0,83319,412121

    2 101,59 103,66 103,66 28,90 2,33

    60 60,00 1,000

    27,953454

    5 175,55 179,13 179,13 34,68 4,03

    70 70,00 1,16738,047757

    5 278,76 284,45 284,45 40,46 6,41

    80 80,00 1,33349,695030

    2 416,11 424,61 424,61 46,24 9,56

    90 90,00 1,50062,895272

    6 592,47 604,56 604,56 52,02 13,62

    100100,0

    0 1,66777,648484

    6 812,72 829,31 829,31 57,80 18,68

    110110,0

    0 1,83393,954666

    4 1081,73 1103,81 1103,81 63,58 24,86

    120120,0

    0 2,000111,81381

    8 1404,38 1433,04 1433,04 69,36 32,28

    130130,0

    0 2,167131,225939 1785,55 1821,99 1821,99 75,14 41,04

    140140,0

    0 2,333152,19103

    2230,11 2275,62 2275,62 80,92 51,25

    150150,0

    0 2,500174,70909

    2742,93 2798,91 2798,91 86,71 63,04

    160160,0

    0 2,667198,78012

    1 3328,90 3396,84 3396,84 92,49 76,51

    165168,2

    0 2,803219,67719

    1 3867,40 3946,33 3946,33 95,38 88,88

    170170,0

    0 2,833224,40412

    1 3992,90 4074,39 4074,39 98,27 91,77

    173173,0

    0 2,883 232,39415 4208,04 4293,92 4293,92 100,00 96,71

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 30

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    31/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    n-eng n (propeller) BHP (kW) BHP (kW)n-

    engine

    (rpm) (rpm) (rps) % clean % rough hull % rpm

    0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 010 10 0,17 5,68 0,70 0,02 0,72 0,02 10

    20 20 0,33 11,36 5,59 0,14 5,76 0,14 20

    30 30 0,50 17,05 18,86 0,47 19,42 0,49 30

    40 40 0,67 22,73 44,70 1,12 46,04 1,16 40

    50 50 0,83 28,41 87,31 2,19 89,93 2,26 50

    60 60 1,00 34,09 150,87 3,79 155,40 3,90 60

    70 70 1,17 39,77 239,57 6,02 246,76 6,20 70

    80 80 1,33 45,45 357,62 8,99 368,34 9,25 80

    90 90 1,50 51,14 509,18 12,79 524,46

    13,1

    8 90

    100 100 1,67 56,82 698,47 17,55 719,4218,0

    8 100

    110 110 1,83 62,50 929,66 23,36 957,5524,0

    6 110

    120 120 2,00 68,18 1206,95 30,33 1243,1631,2

    4 120

    130 130 2,17 73,86 1534,54 38,56 1580,5739,7

    1 130

    140 140 2,33 79,55 1916,60 48,16 1974,1049,6

    0 140

    150 150 2,50 85,23 2357,33 59,23 2428,05

    61,0

    1 150

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 31

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    32/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    160 160 2,67 90,91 2860,93 71,88 2946,7674,0

    4 160

    176 176 2,93 100,00 3807,89 95,68 3922,1398,5

    5173,44

    8

    a. Kurva EPM

    Point Kondisi Margin Daya RPM%Daya % RPM

    A Ideal No 2975,0 161,09 74,75 93,12

    B Ideal Fouling 2975,0 160,50 74,75 92,77

    C ServiceSeaMargin 3570,0 160,50 89,70 92,77

    D ServiceEngineMargin 3927,0 160,50 98,67 92,77

    Match Point 3927,0 160,5 98,67 91,19

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 32

    Enginemargin

    Sea mar in

    Fooling

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    33/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB V

    GEOMETRI PROPELLER

    Didalam melakukan perancangan propeller, pertama-tama yang harus dipahami adalahmengenai beberapa definisi yang mempunyai korelasi langsung terhadap perancangan tersebut(seperti yang ditunjukkan dalam gambar dibawah), meliputi Power, Velocities, Forces, dan

    Efficiencies.

    Ada 3 (tiga) parameter utama dalam propeller design, antara lain :

    a. Delivered Power (Pd)b. Rate of rotation (N)

    c. Speed of Advance (Va)

    Adapun definisi dari masing-masing Kondisi Perancangan adalah sebagai berikut :

    Delivered Power (Pd), adalah power yang di-absorb oleh propeller dariShafting System untuk

    diubah menjadi Thrust Power (Pt).

    Rate of Rotation (N), adalah putaran propeller.

    Speed of Advance (Va), adalah Kecepatan aliran fluida pada disk propeller. Harga Va adalah

    lebih rendah dari harga Vs (kecepatan servis kapal), yangmana hal ini secara umum disebabkan

    olehfriction effects danflow displacement effects dari fluida yang bekerja pada sepanjang

    lambung kapal hingga disk propeller.

    Penggambaran propeller design serta penentuan parameter dimensinya, termasuk juga bentuk

    blade section; thickness;panjang chorddari masingmasing blade section, dsb. Dapat digunakan

    tabel Wageningen B-Screw Series.

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 33

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    34/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Penggambaran macam-macam dari bagian propeller dapat dilihat dan akan dijelaskan dalam

    tabel wangeningen B-srew series berikut ini :

    Dimana :

    Cr adalah chord length dari blade section pada setiap radius r/R

    ar adalah jarak antara leading edge ke generator line pada setiap radius r/R

    Sr adalah maximum blade thickness pada setiap radius r/R.

    Pernyataan diatas dikutip dari Propeller Design By Bapak Suryo W. Adji yang ditampilkandibawah ini

    Titik-titik koordinat yang dibutuhkan oleh profil dapat dihitung dengan formulasi yangdiberikan oleh Van Gent et al (1973) dan Van Oossanen (1974) adalah sebagai berikut :

    Yang mana pernyataan dibawah ini yang dikutip dariPropeller Design By Bapak Suryo W. Adjiakan menjelaskan maksed dari rumusan yang dijelaskan diatas.

    Dimana Yface dan Yback merupakan vertical ordinat dari titik-titik tersebut pada blade section(bagian face dan bagian back) terhadap pitch line. Tmax merupakan maximum blade thicknes,

    tte:tle merupakan ketebalan blade section pada bagian trailing edge serta leading edge. V1;V2

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 34

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    35/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    merupakan angka-angka yang ditabulasikan sebagai fungsi dari r/R dan P, dimana P sendirimerupakan koordinat non dimensional sepanjang pitch line dari posisi ketebalan maksimum ke

    trailing edge (P=-1)

    Tabel harga V1 yang digunakan dalam persamaan-persamaan Yface-Yback adalahsebagai berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 35

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    36/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Tabel harga V2 yang digunakan dalam persamaan-persamaan Yface-Yback adalahsebagai berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 36

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    37/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    1.1. Perhitungan Gambar.

    Dari perhitungan untuk mencari Y back dan Y face dapat diketahui nilainya sebagai berikut

    KETERANGAN :

    CL = Center Line

    LE = Leading Edge

    TE = Trailing Edge

    Cr = chord lenght dari blade section pada setiap radius r/R

    Ar = jarak antara LE ke CL pada setiap radius r/R

    Br = jarak antara TE ke CL pada setiap radius r/R

    Sr = maximum blade thicness pada setiap radius r/R

    1. Berdasarkan formula (Cr.Z)/(D(Ae/Ao) maka kita akan meperoleh nilai Cr. Misalkanperhitungan pada r/R 0,4 maka Cr = (2,05 D x Ae/Ao)/Z.

    Cr = (2,05 x 3980 x 0,55)/4= 1121,86 mm

    2. Berdasarkan formula Ar/Cr = 0,601, maka kita akan memperoleh nilai Ar denganmemasukkan nilai Cr yang telah diperoleh pada perhitungan sebelumnya yaitu :

    Ar = 0,601 x Cr

    = 0,601 x 1121,86

    = 674,24 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 37

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    38/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    3. Untuk mencari nilai Br menggunakan formula Br/Cr = 0,35 maka kita akanmemperoleh nilai Br dengan memasukkan nilai Cr yang telah diperoleh pada

    perhitungan diatas yaitu

    Br = 0,35 x Cr

    = 0,35 x 1121,86

    = 392,65 mm

    4. Untuk mencari nilai ketebalan maksimum kita menggunakan formula Sr/D = Ar-BrZ,dimana dengan nilai-nilai yang telah kita peroleh diatas maka kita akan mendapatkannilai Sr dengan algoritma sebagai berikut :

    Sr = D(Ar-BrZ)

    = 112,24 mm

    5. Untuk memperoleh panjang bagian trailing edge maka kita mendapatkan nilai tersebutdengan mengurangkan nilai dari Cr dengan Ar yaitu sbb :

    Cr Ar = 1121,86 674,24

    = 447,62 mm

    CL - LE CL - TE

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 38

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    39/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    PANJANG TOTAL (LE TE) LE TEBAL MAX.TEBAL MAX

    1.1.1. Perhitungan Trailing Edge.

    a. Perhitungan Y face.

    Yface = V1(tmax tte).

    Maka Y face pada bagian 20% panjang trailing edge adalah Nilai V1 pada tabel

    trailing edge yang bernilai negatif dikalikan dengan nilai ketebalan maksimum

    pada r/R 0,3 adalah :

    Y face = (0,0033 x 0,1289)

    = 0,00043

    Dengan perhitungan yang sama maka dapat diketahui nilai-nilai panjang Y facepada Trailing Edge sebagai berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 39

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    40/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    b. Perhitungan Y back.

    Yback = (V1 + V2) (tmax tte)

    Maka Y face pada bagian 20% panjang trailing edge adalah Nilai V1 ditanbahV2 pada tabel trailing edge yang bernilai negatif dikalikan dengan nilaiketebalan maksimum pada r/R 0,3 adalah :

    Y back = (0,9583 + 0,0033) x 0,1289

    = 0,124

    Dengan perhitungan yang sama maka dapat diketahui nilai-nilai panjang Y

    back pada Trailing Edge sebagai berikut :

    1.1.1. Perhitungan Leading Edge.

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 40

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    41/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    a. Perhitungan Y face

    Yface = V1(tmax tle).

    Maka Y face pada bagian 20% panjang trailing edge adalah Nilai V1 pada tabel

    trailing edge yang bernilai positif dikalikan dengan nilai ketebalan maksimum

    pada r/R 0,3 adalah :

    Y face = 0,0027 x 0,1289

    = 0,00035

    Dengan perhitungan yang sama maka dapat diketahui nilai-nilai panjang Y face

    pada Leading Edge sebagai berikut :

    b. Perhitungan Y back.

    Y back = (V1 + V2) (tmax tle)

    Maka Y face pada bagian 20% panjang trailing edge adalah Nilai V1 ditanbahV2 pada tabel trailing edge yang bernilai positif dikalikan dengan nilai

    ketebalan maksimum pada r/R 0,3 adalah :

    Y back = (0,975 + 0,0027) x 0,1289

    = 0,12608

    Dengan perhitungan yang sama maka dapat diketahui nilai-nilai panjang Y face

    pada Leading Edge sebagai berikut :

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 41

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    42/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    1.1.1. Distribusi Pitch.

    D : 3980 mm

    P/D : 0,74

    P : 2945,2 mm

    P/2 : 468,981 mm

    r/R %Ho/2n Ordinat Gambar

    0,167 80,00%

    375,184

    7 375,18

    0,2 82,20%385,502

    3 385,50

    0,3 88,70%415,986

    1 415,99

    0,4 95%445,531

    8 445,53

    0,5 99,20% 465,229 465,23

    0,6 100%468,980

    9 468,98

    0,7 100%468,980

    9 468,98

    0,8 100%

    468,980

    9 468,98

    0,9 100%468,980

    9 468,98

    Gambar distribution pitch

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 42

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    43/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    1.1.2. Desain Gambar

    Expanded

    Projected and Developed

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 43

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    44/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB VI

    BAB VI

    PERENCANAAN POROS DAN PERLENGKAPAN PROPELLER

    6.1.Perencanaan Diameter Poros Propeller.

    Langkah-langkah perhitungan perencanaan poros propeller :

    1. Menghitung daya perencanaan

    2. Menghitung kebutuhan torsi

    3. Menghitung tegangan yang diijinkan

    4. Menghitung diameter poros

    5. Pemeriksaan Persyaratan (koreksi)

    Perencanaaan diameter poros propeller menurut buku Elemen Mesin Soelarso adalahdiformulasikan sebagai berikut:

    Ds=5,1a x Kt x Cb x T13 , mm

    Langkah perhitungan :

    1. Menghitung Daya Perencanaan

    Daya Poros

    SHP = 3980,00 HP

    = 2967,886 kW

    Factor Koreksi Daya :

    a. fc = 1,2 2,0 (Daya maksimum)

    b. fc = 0,8 1,2 (Daya rata-rata)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 44

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    45/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    c. fc = 1,0 1,5 (Daya normal)

    Diambil fc = 1,2

    Maka Daya Perencanaan :

    Pd = fc x SHP

    = 1,2 x 2967,886

    = 3561,463 kW

    Dipilih BHP agar kekuatan poros dapat menahan beban saat mesin berputar dalamkeadaan MCR.

    2. Menghitung Kebutuhan Torsi

    59,74 10Pd

    TN

    =

    dimana N adalah putaran propeller, dalam perencanaan ini putaran propeller didapatkan

    sebesar = 176 Rpm

    Pd = 3561,463 Kw

    Sehingga:

    T=9,74 x 105 x 3561,463176

    T=19709461,118

    T=1,97 x 107 Kg.mm

    3. Menghitung Tegangan Yang Diizinkan

    ( )1 2

    ba

    sf sf

    =

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 45

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    46/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Dimana material poros yang digunakan dalam hal ini adalah S 55 C-D, dengan

    memiliki harga:

    b = 72 kg/mm = 720 N/mm2

    Sf1 = 6 (untuk material baja karbon)

    Sf2 = 1,3 3 , dalam perhitungan ini diambil nilai 2

    Sehingga ;

    265.26

    72

    mmkg

    xa ==

    KT = untuk beban kejutan/tumbukan, nilainya antara 1,5 3, diambil 1.5

    Cb = diperkirakan adanya beban lentur,nilainya antara 1,2 2,3,diambil 1.6

    4. Menghitung Diameter Poros.

    a. Factor koreksi tegangan / momen puntir :

    i. Beban Halus = 1

    ii.Sedikit Kejutan = 1 1,5iii.Kejutan / Tumbukan = 1,5 3

    Diambil = 1,5.

    b. Factor koreksi beban lentur / bending momen :

    i. Bila dianggap tidak ada lenturan = 1

    ii.Bila dianggap ada lenturan = 1,2 2,3

    Diambil = 1,6.

    c. Diameter Poros.

    Ds= 5,1a x Kt x Cb x T13

    Ds= 5,16 x 1,5 x 1,6 x 19709461,11813

    Ds= 342,585 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 46

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    47/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Diambil 380 mm sebagai perencanaan,

    d. Pemeriksaan Persyaratan.

    < a

    Tegangan yang Bekerja pada Poros ( )

    = 5,1 x TDs3 (kg/mm2)

    = 5,1 x 19709461,1183803

    = 1.832 kg/mm2 (Syarat Terpenuhi)

    e. Pemeriksaan persyaratan Koreksi.

    Persyaratan Diameter poros menurut ABS adalah sebagai berikut :

    Berdasarkan ABS Rules Part 4 Chapter 2, tentang diameter poros adalah ;

    Maka:

    D=100 x 1.26 x 3 560600 x 160 , mm

    Ds'=292 mm

    Dimana :

    D = Diameter poros hasil perhitungan (mm)

    H = Daya BHP (Kw)K = Faktor desain poros

    R = Putaran mesin (rpm)

    U = Spesifikasi minimum kekuatan lentur dari material poros

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 47

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    48/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    6.1. Perencanaan Perlengkapan Propeller

    Keterangan Gambar :

    Dba = Diameter boss propeller pada bagian belakang ( m )

    Dbf = Diameter boss propeller pada bagian depan ( m )

    Db = Diameter boss propeller ( m ) = ( Dba + Dbf )/2

    Lb = Panjang boss propeller ( m )LD = Panjang bantalan duduk dari propeller ( m )

    tR= Tebal daun baling baling ( cm )

    tB= Tebal poros boss propeller ( cm )

    rF = Jari jari dari blade face ( m )

    rB = Jari jari dari blade back ( m )

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 48

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    49/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    6.1.1. Boss Propeller.

    ItemMaterial

    RemarksManganes

    e Bronze

    Ni Al

    Bronze Cast Iron

    BossDimension

    Lb/Ds 1.8 to 2.4 1.8 to 2.4 1.8 to 2.6 Db/Ds 1.8 to 2.0 1.8 to 2.0 1.8 to 2.4

    Dba/Db0.85 to

    0.900.85 to

    0.900.85 to

    0.90

    Dbf/Db1.05 to

    1.101.05 to

    1.101.05 to

    1.10Ln/Lb 0,3 0,3 0,3 Maximum

    Valuetb/tr 0,75 0,75 0,75 Minimum

    value ifrecressed

    rf/tr 0,75 0,75 0,75

    rb/tr 0,75 0,75 0,75ZeroRake

    rb/tr 1 1 115 degRake

    Tipthickness

    ratio(before

    rounding)

    t(T/D) 0,0035 0,003 0,0065 Screw D> 10 ft

    t(T/D) 0,004 0,0035 0,0075Scew D 10 ft

    t(e/d) 0,0015 0,0015 0,0025

    Scew D

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    50/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Maka, jika dalam perencanaan ini menggunakan poros propeller dengan

    bahan NiAl Bronze maka nilainya.

    Db = 2.0 x Ds

    = 2.0 x 380

    = 760 mm

    Tr = 0,045 x Dprop

    = 0,045 x 3980

    = 179,1 mm

    2. Diameter Boss Propeller terkecil (Dba)

    Dba/Db= 0,85 s/d 0,9 diambil 0,85

    Dba = 0.85 x Db

    = 0.85 x 760

    = 646

    3. Diameter Boss Propeller terbesar (Dbf)

    Dbf/Db = 1,05

    1,1 diambil 1,05

    Dbf = 1,05 x 760

    = 798 mm diambil 800 mm

    4. Panjang Boss Propeller (Lb)

    Lb/Ds = 1,8 2,4 diambil 2.4

    Lb = 2.4 x Ds

    = 2.4 x 380

    = 912 mm diambil dalam perencanaan 1000 mm

    5. Panjang Lubang Dalam Boss Propeller

    Ln/ Lb = 0,3

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 50

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    51/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Ln = 0,3 x Lb

    = 0,3 x 1000

    = 300 mm

    tb/tr = 0,75

    tb = 0,75 x tr

    = 0,75 x 179,1

    = 134,325 mm diambil dalam perencanaan 130 mm

    rf/tr = 0,75

    rf = 0,75 x tr

    = 0,75 x 179,1

    = 134,325 mm diambil dalam perencanaan 134 mm

    rb/tr = 1

    rb = 1 x tr

    = 1 x 179,1

    = 179,1 mm diambil dalam perencanaan 179 mm

    (T. Obrien , The Design Of Marine Screw Propeller)

    6.1.1. Perencanaan Selubung Poros.

    Sleeve atau selubung poros merupakan selongsong yang digunakan sebagai

    bantalan penumpu bearing untuk mengurangi gesekan bearing dengan poros jugasebagai seal untuk mencegah kebocoran minyak pelumas (jika digunakan

    pelumasan minyak) atau sebagai pencegah korosi akibat air laut jika digunakanpelumasan air. Ketebalan sleeve ditentukan sebagai berikut :

    s 0,03 Ds + 7,5

    ( 0,03 x 380 ) + 7,5

    18,9 mm diambil dalam perencanaan 19 mm

    (BKI, Volume 3, 2006)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 51

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    52/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    6.1.2. Perencanaan Bentuk Ujung Poros Propeller

    1. Panjang Konis

    Panjang konis atau Lb berkisar antara 1,8 sampai 2,4 diameter poros. DiambilLb = 2,4.

    Lb = 2,4 Ds

    Lb = 2,4 x Ds

    = 2,4 x 380

    = 912 mm

    2. Kemiringan Konis

    Biro Klasifikasi Indonesia menyarankan harga kemiringan konis berkisar

    antara 1/10 sampai 1/15. Diambil sebesar 1/12

    1/12 = 2x / Lb

    2 x = 1/12 x Lb

    x = 1/12 x x 912

    x = 38 mm

    . (BKI, Volume 3, 2006)

    3. Diameter Terkecil Ujung Konis (Da)

    Da = Ds - 2x

    = 544 - ( 2 x 38)

    = 304 mm diambil dalam perencanaan 300 mm

    (T. Obrien , The Design Of Marine Screw Propeller)

    6.1.1. Mur Pengikat Propeller

    1. Diameter Luar Ulir

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 52

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    53/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Menurut BKI Vol. III, diameter luar ulir(d) diameter konis yang besar :

    D 0,6 x DsD 0,6 x 380

    D 228 mm diambil dalam perencanaan 240 mm

    2. Diameter inti

    Di = 0,8 x D

    = 0,8 x 228

    = 192 mm diambil dlam perencanaan 200 mm

    3. Diameter luar mur

    Do = 2 x D

    = 2 x 228

    = 480 mm

    4. Tebal/Tinggi Mur

    Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah 0,8~1 diameter luar ulir,

    diambil 0,8. sehingga:

    H = 0,8 x D

    = 0,8 x 228

    = 192 mm diambil dlam perencanaan 200 mm

    6.1.1. Perencanaan Pasak propeller

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 53

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    54/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Dasar perancanaan pasak diambil dari buku Dasar Perencanaan dan Pemilihan

    Elemen Mesin Ir. Soelarso Ms.Me. Dalam menentukan dimensi dan spesifikasi

    pasak propeller yang diperlukan, berikut ini urutan perhitungannya :

    1. Momen Torsi Pada Pasak.

    Momen torsi (Mt) yang terjadi pada pasak yang direncanakan adalah sebagai

    berikut :

    Mt= DHP x 75 x 602 x N

    dimana :

    Mt = momen torsi (Kg.m)

    DHP = delivery horse power = 4620,8 HP

    N = putaran poros atau putaran propeller

    Sehingga:

    Mt= 4620,8x 75 x 602 x 176

    Mt= 18812,987 kg m

    2. Panjang pasak(L) antara 0,751,5 Ds dari buku DP dan PEM hal. 27 diambil

    1.2

    L = 1.5 x Ds

    = 1.5 x 380

    = 456 mm

    L diambil dalam perencanaan 460 mm

    3. Lebar pasak(B) antara 25 % - 30 % dari diameter poros menurut buku DP

    dan PEM hal 27 (diambil 27 %)

    B = 27 % x Ds

    = 27 % x 380

    = 102,6 mm diambil dalam perencanaan 103 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 54

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    55/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    4. Tebal pasak (t)

    t = 1/6 x Ds= 1/6 x 380

    = 63.33 mm diambil dalam perencanaan 65 mm

    5. Radius ujung pasak (R)

    R = 0,125 x Ds

    = 0,125 x 380

    = 47,5 mm diambil dalamperencanaan 48 mm

    6. Luas Bidang geser.

    A = 0,25 x Ds2

    = 0,25 x (380)2

    = 36100 mm2

    7. Gaya Sentrifugal.

    Bila momen rencana T ditekankan pada suatu diameter poros (Ds), maka gaya

    sentrifugal (F) yang terjadi pada permukaan poros adalah ;

    T=9,74 x 105 x 3561,463176

    T=19709461,118

    T=1,97 x 107

    F= T0,5 x Ds

    F= 19709461,1180,5 x 380

    F= 103734,006 kg

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 55

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    56/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Sedangkan tegangan gesek yang diijinkan ( ka) untuk pemakaian umum pada poros

    diperoleh dengan membagi kekuatan tarikb dengan faktor keamanan (Sf1 x Sf2),

    sedang harga untuk Sf umumnya telah ditentukan ;

    Sf1 = umumnya diambil 6 (material baja)

    Sf2 = 1,0 1,5 , jika beban dikenakan secara tiba-tiba

    = 1,5 3,0 , jika beban dikenakan tumbukan ringan

    = 3,0 5,0 , jika beban dikenakan secara tiba-tiba dan tumbukan berat

    Karena beban pada propeller itu dikenakan secara tiba-tiba, maka diambil harga Sf2 =

    1,5. Bahan pasak digunakan S 50 C dengan harga b = 62 kg/mm2.

    Sehingga ;

    289.665,1

    62

    mmkg

    xka ==

    Sedangkan tegangan gesek yang terjadi pada pasak adalah ;

    189,2460103

    006,103734

    .=

    ==

    LB

    Fk

    kg/mm2

    karena k

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    57/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    r5 = mm

    r4 > r3 > r2 > r1

    r4 = 6 mm

    r3 = 5 mm

    r2 = 4 mm

    r1 = 3 mm

    r6 = 0,5 x B

    = 51,5 mm

    6.1.1. Perencanaan Kopling.

    Kopling yang direncanakan diesesuaikan dengan poros engine yang digunakan.

    Bahan material yang digunakan adalahS 55 Cd engan kekuatan tarik sebesar 60

    kg/mm2. Berikut ini perencanaannya.Jumlah Baut Kopling.

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 57

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    58/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    1. panjang tirus (BKI) untuk kopling :

    lk = (1,25 1,5) x Ds

    diambil lk = 1,3 x Ds

    lk = 1,3 x 380 = 494 mm diambil dalam perencanaan 500 mm

    2. Kemiringan tirus :

    Untuk konis kopling yang tidak terlalu panjang maka direncanakan nilai

    terendahnya untuk menghitung kemiringan :

    2x = 1/12 x lk

    X = x1/12 x 494

    X = 16,67 mm

    3. Diameter terkecil ujung tirus :

    Da = Ds 2 x

    Da = 380 (2 x 16,67)

    Da = 346,67 mm

    4. Diameter Lingkaran Baut yang Direncanakan

    Db = 2,5 x Ds

    = 2,5 x 380

    = 950 mm

    5. Diameter luar kopling :

    Dout = (3 5,8) x Ds

    Diambil Dout = 3 x Ds

    = 3 x 380

    = 1140 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 58

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    59/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    6. Ketebalan flange kopling

    Berdasarkan BKI Volume III section 4

    Sfl =

    370Pw Cw

    n D

    950176

    0.653561,463370

    =

    = 42,26 mm diambil dalam perencanaan 50 mm

    Harga minimum diambil 42 mm.

    7. Panjang kopling :

    L = (2,5 s/d 5,5) x Ds x 0,5 diambil 4,2

    L = 4,2 x 0,5 x 380

    = 798 mm diambil dalam perencanaan 800 mm

    8. Baut Pengikat Flens Kopling

    Berdasarkan BKI 2005 Volume III section 4D 4.2

    Df = 16 x

    RmzDn

    Pw

    610

    Dimana :

    Pw =

    3561,463

    kW

    N = 176 Rpm

    Z = Jumlah baut = 11 buah

    Rm = 607,6 N/m2 ( Bahan yang digunakan adalah S 55-C)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 59

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    60/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Maka :

    Df =

    6,60711950176

    10.463,561316

    6

    = 26,075 mm diambil dalam perencanaan sebesar 30 mm

    9. Mur Pengikat Flens Kopling

    a. Diameter luar mur

    D0 = 2 xdiameter luar ulir (df)

    = 2 x 30

    = 60 mm diambil dalam perencanaan sebesar

    100 mm

    b. Tinggi mur

    H = (0,8~1) x df = 1 x 30

    = 30 mm

    6.1.1. Perencanaan Pasak Kopling.

    1. Diameter Tengah Konis Propeller.

    Dsa = (Ds + Da)/2

    = (346,667 + 380)/2

    = 363,33 mm

    2. Bahan Pasak

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 60

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    61/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Bahan pasak yang digunakan adalah S 55 C dengan spesifikasi sebagai

    berikut ;

    b = 62 kg/mm

    3. Tegangan Geser ( ka)

    Factor keamanan untuk tegangan geser yang diizinkan.

    Sfk1 = 6 untuk material baja.

    Sfk2 = 1,3-3 diambil 1,5

    ka =

    2

    21

    89.65,16

    62

    mmkg

    xxsfksfk

    b ==

    4. Gaya Tangaensial Pada Permukaan poros.

    F =

    0,5

    T

    Ds

    , dimana : Ds = 380 mm

    T = 19709461,1

    F =

    kgx

    006,103734

    380.5,0

    10.9,1 7=

    5. Lebar pasak ;

    B = (0,25 0,35 ) x Ds , diambil nilai 0,25 x Ds sehingga :

    B = 0,27 x 380 = 102,6 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 61

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    62/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    6. Tegangan geser yang bekerja (k) ;

    k =F

    B L

    6,89 =

    L.6,102

    006,103734

    Dengan syarat ka

    kmaka nilai L dapat diketahui sebagai berikut ;

    6,89

    L6,102006,103734

    L

    174,21 mm

    Syarat pasak (0,75 1,5) x Ds , dalam perhitungan ini diambil nilai ;

    L = 0,9 x Ds

    = 0,9 x 380

    = 342 mm diambil dalam perencanaan 350 mm

    Sehingga panjang pasak diambil = 408 mm

    7. Tebal pasak (T) ;

    t = 1/6 x Ds

    = 1/6 x 380

    = 63,3 mm diambil dalam perencanaan 65 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 62

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    63/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    8. Radius ujung pasak (R) ;

    R = 0,0125 x Ds

    = 0,0125 x 380

    = 4,75 mm

    9. Penampang pasak ;

    A = B x t

    = 102,6 x 63,3

    = 6494,58 mm2

    10.Kedalaman alur pasak pada poros (t1)

    t1 = 50 % x t

    = 50 % x 63,3

    = 31,65 mm

    11.Kedalaman alur pasak pada naf (t2) ;

    t2 = t t1 = 63,3 31,65 mm

    = 31,65 mm

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 63

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    64/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    BAB BAB VII

    PERENCANAAN STERN TUBE

    Stern tube merupakan tabung poros yang digunakan sebagai media pelumasan poros propeller

    dengan bearing juga dapat berfungsi sebagai penyekat jika terjadi kebocoran. Pada perencanaan

    ini, sebagai pelumas poros digunakan minyak. Perencanaan stern tube adalah sebagai berikut :

    1.1. Perencanaan Panjang Tabung poros.

    Panjang stern tube disesuaikan dengan jarak antara stern post dengan sekat belakang

    kamar mesin dalam hal ini diperoleh berdasarkan jarak gading yaitu 600 mm sehingga

    diperoleh :

    Panjang tabung poros propeller = 4 x jarak gading

    = 4 x 600

    = 2400 mm

    1.2. Perencanaan Tebal Tabung Poros.

    T =

    +

    4

    4,253

    20

    Ds

    =

    +

    4

    4,253

    20

    380x

    = 38,05 mm diambil dalam perencanaan 39 mm

    1.3.Perencanaan Stern Post

    1. Lebar = (1,4 Lpp) + 90 Lpp = 134,12 m

    = (1,4 x 134,12) + 90

    = 277,768 mm, diambil dalam perencanaan 278 mm

    2. Tebal = (1,6 L) + 15

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 64

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    65/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    = (1,6 x 134,12) + 15

    = 216,092 mm, diambil dalam perencanaan 216 mm1.4.Perencanaan Bantalan.

    1. Bahan bantalan yang digunakan adalah : Lignum Vitae

    2. Panjang bantalan belakang =2 x Ds

    = 2 x 380

    = 760 mm

    3. Panjang bantalan depan = 0,8 x Ds

    = 0,8x 380

    = 304 mm

    4. Tebal bantalan

    Menurut BKI III 1988 tebal bantalan efektif adalah sebagai berikut :

    B =

    175,330

    Ds

    =

    175,330

    380x

    = 40,217 mm 41 mm

    5. Jarak maximum yang diijinkan antara bantalan

    Imax = k1 x

    Ds

    Dimana , k1 = 450 (untuk pelumasan dengan minyak)

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 65

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    66/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    = 450 x

    380

    = 8772,115 mm diambil dalam perencanaan 1400

    mm

    6. Rumah Bantalan (Bearing Bushing)

    a. Bahan Bushing Bearing yang digunakan adalah : manganese

    bronze

    b. Tebal Bushing Bearing ( tb )

    tb = 0,18 x Ds

    = 0,18 x 380

    = 68,4 mm

    7. Perencanaan Guard

    Perencanaan gambar untuk guard adalah sebagai berikut :

    Panjang guard =304,5 mm

    Tebal guard = 16 mm

    8. Perencanaan Inlet dan Outlet Pipe.

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 66

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    67/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    Sistem sirkulasi minyak pelumas berdasarkan gaya

    gravitasi, saluran inlet pipe pada stern tube dan outlet pipe

    direncanakan satu buah dengan diameter luar pipa sebesar 30

    mm.

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 67

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    68/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Harvald, A, Tahanan dan Propulsi Kapal, 1988, Airlangga Press, Surabaya

    2. Lammern, Van, Resistance Propulsion and Steering of Ship.

    3. Sularso. Suga, Kiyokatsu. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 2002, PT.Pradya Paramita, Jakarta.

    4. Widodo Adji, Suryo, Propeller Design, 1999, Teknik Sistem Perkapalan, Surabaya.

    5. Widodo Adji, Suryo, Engine Propeller Matching Prosedure, 1999, Teknik Sistem Perkapalan,Surabaya.

    6. OBrien. T.P, The Design of Marine Screw Propeller

    7. Edwar V. Lewis. Principles of Naval Architecture.

    8. BKI 1988 Volume III

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 68

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    69/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    LAMPIRAN

    1. Perhitungan Pemilihan Propeller

    Jenis

    Prop.

    BHPscr

    (HP)

    N (RPM) RasioG/B N (RPM) w Vs (knot)

    B3-35 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B3-50 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B3-65 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B3-80 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B4-40 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B4-55 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B4-70 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B4-85 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B4-100 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B5-45 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B5-60 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B5-75 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B5-90 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    B5-105 4811,33 176 1,000 176 0,326 13,6

    Jenis

    Prop. Va (knot) Bp1 0,1739.Bp1 P/D0 1/J0 0

    B3-35 9,1732 47,900835 1,20 0,64 2,69 272,405063

    B3-50 9,1732 47,900835 1,20 0,65 2,67 270,379747

    B3-65 9,1732 47,900835 1,20 0,685 2,6 263,291139

    B3-80 9,1732 47,900835 1,20 0,74 2,49 252,151899

    B4-40 9,1732 47,900835 1,20 0,68 2,57 260,253165

    B4-55 9,1732 47,900835 1,20 0,68 2,58 261,265823

    B4-70 9,1732 47,900835 1,20 0,71 2,54 257,21519

    B4-85 9,1732 47,900835 1,20 0,75 2,45 248,101266

    Rizky Firdaus 4208 100 085Page 69

  • 8/6/2019 Laporan MV.palaDIN Ver.2

    70/74

    MV.PALADIN Laporan Desain II 2010

    B4-100 9,1732 47,900835 1,20 0,81 2,36 238,987342

    B5-45 9,1732 47,900835 1,20 0,720 2,47 250,126582

    B5-60 9,1732 47,900835 1,20 0,710 2,49 252,151899

    B5-75 9,1732 47,900835 1,20 0,730 2,475 250,632911

    B5-90 9,1732 47,900835 1,20 0,760 2,415 244,556962

    B5-105 9,1732 47,900835 1,20 0,805 2,34 236,962025

    JenisProp.

    D0 (ft) Db (ft) Db (m)Dmax

    (m)Db