laporan kerja praktek lengkap

Upload: hidayat-anton-ardiansyah

Post on 01-Mar-2018

659 views

Category:

Documents


115 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    1/75

    LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI IKAN TUNA DALAM KEMASAN

    DI PT . ANEKA TUNA INDONESIA GEMPOLPASURUAN

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    2/75

    HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI IKAN TUNA DALAM KEMASAN

    DI PT . ANEKA TUNA INDONESIA GEMPOLPASURUAN

    Disusun untuk memenuhi syarat kurikulum di

    Program studi Teknik Mesin

    Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    Disusun Oleh :

    Nama : SUGIANTO

    NIM : 131020200040

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    3/75

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan

    rahmat, hidayah, serta inayahNya yang berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan kepada

    penulis, sehingga Laporan Akhir yang berjudul Pengendalian Mutu Produksi Ikan Tuna dalam

    Kemasan di PT.Aneka Tuna Indonesia, Gempol Pasuruan dapat diselesaikan dengan baik.

    Penyusunan Laporan Akhir ini tidak dapat terealisasi dengan baik tanpa adanyadukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan ucapan terima kasih kepada :Si

    1. Drs.Hidayatulloh, M.Si. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

    2. Izza Ansori, ST. MT. Selaku Dekan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

    3.

    Edi Widodo, ST. MT. Selaku Kaprodi dan dosen pembimbing Teknik Mesin Universitas

    Muhammadiyah sidoarjo.

    4. Direksi PT. ANEKA TUNA INDONESIA (ATI) yang telah memberikan izin untuk

    melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

    5. Retty Tri Purwanti, selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja Lapangan di PT. ANEKA

    TUNA INDONESIA (ATI)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    4/75

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR............................................................................................. i

    DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LatarBelakang .................................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................2

    1.3 Batasan Masalah.................................................................................................2

    1.4 Tujuan ................................................................................................................ 2

    1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 2

    1.4.2Tujuan Khusus .......................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN UMUM

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    5/75

    BAB III DASAR TEORI

    3.1

    Ikan Tuna.....................................................................................................163.2 Pengalengan Ikan Tuna.................................................................................17

    3.3 Proses Produksi.............................................................................................19

    3.3.1 Bahan Baku....................................................................................19

    3.3.2

    Bahan Pembantu.............................................................................20

    3.3.3

    Proses Pengalengan Ikan Tuna.......................................................213.4 Pengendalian Mutu.....................................................................................33

    3.4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku....................................................33

    3.4.2 Pengandalian Bahan Pembantu......................................................33

    3.4.3 Pengendalian Mutu Proses.............................................................34

    3.4.4 Pengendalian Mutu Produk Akhir..................................................37

    BAB IV PELAKSANAAN

    4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...................................................................39

    4.2 Pengumpulan Data........................................................................................39

    4.3 Materi Praktek Kerja Lapang........................................................................40

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    6/75

    BAB VI PENUTUP

    6.1 Kesimpulan................................................................................................476.2 Saran...........................................................................................................47

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

    LAMPIRAN1.Denah Lokasi PT. Aneka Tuna Indonesia..........................................................50

    2. Struktur Organisasi PT. Aneka Tuna Indonesia.................................................51

    3.Gambar Denah Aliran Material PT. Aneka Tuna Indonesia..............................53

    4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan.....................54

    5. Standar Penerimaan Ikan Segar.........................................................................60

    6. Waktu Pemasakan Ikan......................................................................................61

    7. Waktu Pelelehan (Defrost) Ikan.........................................................................62

    8. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Produksi PT. Aneka Tuna Indonesia.............63

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    7/75

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 3. 1. Ruang Cold Storage.........................................................................21

    Gambar 3.2 Skema cuttingikan ukuran SS samapai +7........................................24

    Gambar 3.3 Skema cuttingikan ukuran +10 samapai +20....................................25

    Gambar 3.4 Proses cleaning...................................................................................27

    Gambar 3.5 Persiapan ProsesPacking...................................................................29

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    8/75

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1 Kandungan Gizi Ikan Tuna per 100 Gram............................................16

    Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Tuna Di PT. Aneka Tuna Indonesia........................23

    Tabel 4.1 Kegiatan Pelaksaan Praktek Kerja Lapangan........................................39

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    9/75

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Ikan merupakan bahan pangan yang mengandung sumber protein,

    lemak, vitamin dan mineral yang sangat berperan besar terhadap pemenuhan

    gizi. Produksi perikanan perkapita di indaonesia pada tahun 1998 sebesar 4,48

    juta ton dengan tingkat konsumsi sebesar 9,21 kg/kapita/tahun. MenurutFood

    and Agricultural Organization (FAO), pada tahun 1997 Indonesia menduduki

    peringkat ketujuh dalam hal perikanan (Anonymous 2003 ). Dari data tersebut

    menunjukkan bahwa hasil produksi perikanan indonesia sangat besar. Oleh

    karena itu perlu adanya pemanfaatan dalam rangka pengembangan diversifikasi

    pangan.

    Ikan dikenal sebagai bahan makanan yang sangat cepat mudah

    membusuk. Ikan yang tertangkap dan mati, jika dibiarkan begitu saja, esok

    harinya tidak begitu enak 2-3 hari kemudian sudah tidak dapat dikosumsi

    k li k b k D l k ik h t k di k

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    10/75

    mutu merupakan suatu aktifitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan

    mengarahkan agar kualitas produk dan jasa dapat dipertahankan sebagaimana

    yang telah direncanakan (Ahyari 1994). Dengan adanya pengendalian mutu,

    kerusakan dan kontaminasi bahan pangan dapat diminimalisir sehingga produk

    aman dan tidak membahayakan apabila dikosumsi oleh konsumen.

    1.2

    Perumusan Masalah

    Dari latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan perumusan masalah

    adalah Bagaimana sistematika Quality Controldalam pengolah ikan tuna dalam

    kemasan agar mendapatkan mutu yang layak?

    1.3

    Batasan Masalah

    Pengendalian penelitian ini membahas mutu produksi ikan tuna dalam

    kemasan yang dilakukan oleh PT.Aneka Tuna Indonesia. Pengendalian mutu untuk

    mendapatkan produk akhir yang berkualitas tinggi sesuai dengan keinginan

    konsumen. Sistem yang baik akan dapat menjamin kelayakan produk dalam

    d li t

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    11/75

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    2.1 Keadaan Umum Perusahaan

    2.1.1 Sejarah Perusahaan

    PT. Aneka Tuna Indonesia merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)

    yang merupakan joint venture dari tiga kelompok perusahaan besar yang memiliki

    reputasi Internasional dalam bisnis ikuna tuna. PT. Aneka Tuna Indonesia didirikan

    di Indonesia pada tahun 1991 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun

    1992. Latar belakang pendirian PT. Aneka Tuna Indonesia adalah ekspansi dari

    perusahaan pengolahan ikan tuna di Jepang (Hagoromo Foods Coorporation) yang

    tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena:

    1. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna.

    2. Tersedianya tenaga kerja untuk melakukan proses produksi.

    3. Biaya produksi yang relatif lebih murah.

    4. Ketersediaan infrastruktur yang cukup baik.

    Ad ti k l k h di PT A k T I d i d l h

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    12/75

    penangkapan yang tidak merusak lingkungan. Selain itu perusahaan juga

    mempunyai unit pengolahan limbah untuk mengolah limbah cair sampai batas

    aman sebelum dibuangke lingkungan.

    Sebagian besar produk PT. Aneka Tuna Indonesia merupakan produk ekspor

    dengan menggunakan jaringan perdagangan dunia dari Itochu Corporation yang

    telah berpengalaman dalam bidang ekspor. Negara tujuan ekspor antara lain Jepang,

    Eropa, Timur Tengah, Kanada dan Australia. Namun sejak 2003 perusahaan

    berusaha menembus pasar dalam negeri yang meliputi Jawa dan Bali. Adapun

    produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Aneka Tuna Indonesia adalah sebagai

    berikut:

    1. Canned Tuna atau tuna kaleng untuk human food

    2. Canned Pet Food atau tuna kaleng untuk pet food

    3. Tuna Retort Pouch atau tuana dalam kemasan pouch

    4. Frozen Tuna Loin atau tuna beku dalam bentuk loin

    5. Fish Soluble atau minyak ikan

    PT. Aneka Tuna Indonesia telah mendapatkan sertifikat HACCP dari Direktorat

    J d l P l h d P H il P ik d t h 1997 H l i i

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    13/75

    b. Faktor Sekunder

    Merupakan faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

    perusahaan seperti ketersediaan air, peraturan pemerintah dan sistem perpajakan,

    sikap masyarakat setempat, iklim dan sebagainya.

    2.2.11 Struktur Organisasi

    Dalam suatu perusahaan, organisasi didefinisikan sebagai keseluruhan

    proses pengelompokan orang-orang, alat bahan tugas, tugas, tanggung jawab,

    wewenang, fasilitas sedemikian rupasehingga tercipta suatu organisasi yang dapat

    digerakkan sebagai kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Ahyari,

    1998).

    Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan pola tetap

    hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi maupun organisasi-

    organisasi yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenag, dan tanggung jawab

    yang berbeda-beda dalam suatu organisasi (Handoko, 1999).

    Bentuk organisasi di suatu perusahaan dapat dibagi menjadi 3, yaitu

    Sondang (2003) :

    1 O i i i

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    14/75

    1. Presiden Direktur

    a.

    Menyusun kebijakan mutu.

    b.

    Membuat dan mengawasi sistem mutu.

    c. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem.

    d. Memastikan bahwa perencanaan HACCP telah diimplementasikan.

    2.

    Manajer Pabrik

    a.

    Bertanggung jawab penuh atas aktivitas produksi, pengedalian mutu dan

    pengendalian produksi.

    b. Mengawasi implementasi sistem mutu.

    c. Menetukan tenaga produksi dan peralatan yang dibutuhkan.

    d. Membuat keputusan ahir untuk menarik kembali produk.

    e.

    Membuat keputusan ahir untuk menolak bahan baku dan produk jadi.

    f. Membuat keputusan ahir untuk pelepasan produk.

    g. Membuat laporan ahir kepada Presiden Direktur.

    3. Asisten Manajer Pabrik

    a. Mengawasi aktivitas produksi dan mutu.

    b M tik M j P b ik bil b h l

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    15/75

    e. Menanggapi komentar pembeli.

    f.

    Menyusun jadwal untuk ekspor.

    g.

    Membuat laporan kepada Presiden Direktur.

    7. Manajer Personalia

    a. Mengatur aktivitas perekrutan dan pemecatan tenaga kerja.

    b.

    Menyusun data administrasi tenaga kerja.

    c.

    Sebagai penghubung antara tenaga kerja dengan perusahaan.

    d.

    Membuat laporan kepada Presiden Direktur dan pemerintah yang terkait secara

    periodik.

    8. Manajer Peralatan

    a. Memelihara mesin produksi dalam kondisi baik.

    b.

    Memperbaiki mesin.

    c. Menginstal mesin baru.

    9. Manajer QC

    a. Mengorganisir bagian pengendalian mutu, bagian monitoring proses, bagian

    analisis, bagian sanitasi, bagian pemberian bumbu dan bagian R & D.

    b M i l t ik k d i t t d l

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    16/75

    c. Membuat permintaan untuk tindakan koreksi.

    d.

    Memelihara catatan inspeksi.

    e.

    Memelihara dan menentukan pengukuran serta pengujian peralatan.

    f. Membuat laporan tentang mutu.

    g. Mengeluarkan berita positif.

    12.

    Kontrol Proses

    a.

    Bertanggung jaab mengontrol produksi harian sesuai prosedur.

    b.

    Mengontrol dan memonitor proses.

    13. Analis

    a. Melaksanakan analis mikrobiologi, kimia dan fisik terhadap bahan baku,

    produk setengah jadi dan produk ahir.

    14.

    R & D

    a. Aktif meneliti produk baru dan mengusulkan kepada departemen pemasaran.

    b. Menyusun produk baru dan desain proses.

    c. Mengembangkan produk yang telah ada untuk lebih bersaing di pasaran.

    15. Pimpinan Pelatihan

    M k d i i k k j

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    17/75

    Tujuan perencanaan lay outproduksi adalah untuk mendapatkan kombinasi

    yang optimal antara fasilitas-fasilitas produksi. Namun juga ada beberapa tujuan

    khusus, yaitu (Sumarni dan Soeprihanto, 2000) :

    1. Untuk simplifikasi dari proses produksi.

    2. Agar pengeluaran biaya pengangkutan bahan dalam pabrik dapat diminimumkan.

    3.

    Mendapat perputaran persediaan barang setengah jadi yang tinggi.

    4.

    Mengurangi investasi yang kurang penting.

    5.

    Memperoleh kepuasan dan keamanan kerja untuk para karyawan.

    Menurut Wingjosoebroto (2003), ada empat macam tipe tata letak yang secara

    klasik umum diaplikasikan dlam desain lay out, yaitu:

    1. Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi (Product lay out atau production

    line lay out),

    2. Tata letak fasilitas berdasarkan lokasi material tetap (Fixed material location lay

    outatauFixed Position lay out),

    3. Tata letak fasilitas berdasarkan kelompok produk (Product family, product lay out

    ataugrouptechnology lay out),

    4 T l k f ili b d k f i ( f i l

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    18/75

    spesifikasi yang cocok, umumnya dilaksanakan oleh proses engineer

    (Wingjosoebroto, 2003).

    Dari segi operasi produksi yang dihasilkan pada masing-masing

    perusahaan, maka mesin dan perlatan produksi tersebut dibagi menjadi tiga bagian,

    yaitu (Ahyari,1998):

    1.

    Manual

    Merupakan mesin dan perlatan produksi yang digunakan untuk melakukan proses

    produksi dengan tangan

    2. Mekanis

    Merupakan mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu yang

    bersifat umum atau khusus

    3.

    Otomatis

    Merupakan mesin yang digunakan dalam persahaanfull otomatic

    2.2.14 Ketenagakerjaan

    Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi perusahaan, karena

    berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan perusahaan juga di pengaruhi oleh faktor

    k j S l h f k hi fi i i k j d k

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    19/75

    2. Tenaga Kerja Tidak Langsung

    Adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi.

    Biaya yanag dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja jenis ini dikategorikan

    sebagai salah satu elemen bisnis pabrik yang besarannya tidak berubah secara

    proporsional dengan tingkat kegiatan yang dilakukan.

    2.2.15 Proses Produksi

    Proses adalah cara, metode maupun teknik untuk penyelenggaraan atau

    pelaksanaan dari suatu hal tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang

    dikatakan proses produksi adalah cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan

    penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan (Ahyari,

    1998).

    Wingjosoebroto (2003) menjelaskan baha proses produksi dapat dinyatakan

    sebagai serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun mengubah

    sekumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki

    nilai tambah (value added).

    Pada umumnya proses produksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

    (H d k 1999)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    20/75

    2.2.16 Sanitasi

    Sanitasi adalah upaya pengendalian yang terencana terhadap lingkungan

    produksi, bahan baku, perlatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil

    olahan dan mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusakan

    lingkungan kerja yang bersih, anman dana nyaman (Kartika, 1999).

    Beberapa manfaat yang dapat kita rasakan apabila menjaga sanitasi

    lingkungan adalah sebagai berikut (Giyatmi dan Iriyanto, 2000):

    a.

    Mencegah penyakit menular

    b. Mencegah kecelakaan

    c. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap

    d. Menghindari pencemaran

    e.

    Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman

    Menurut Hiasinta (1999), proses sanitasi dari suatu proses produksiyang

    diterapkan pada setiap komponen industri adalah :

    1. Sanitasi bahan baku

    2. Sanitasi peralatan

    3 S i i k j

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    21/75

    3. Limabah gas adalah limbah yang terbentuk kontaminan diruang terbuka dengan

    konsentrasi tertentu sehingga menimbulkan atau mengakibatkan gangguan.

    Pengolah limbah merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi

    (reduction), pengumpulan (collection), pemanfaatan (reuse, recycling), pengolahan

    (treatment) dan penimbunan (disposal).

    2.2.9 Pemasaran

    Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dalam menjalankan

    konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk

    menciptakan sejumlah pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu atau

    oraganisasi (Daniel, 2001).

    Menurut Larreche (2000), pemasaran adalah proses sosial yang melibatkan

    kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan

    mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan

    pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.

    Tujuan utama konsep pemasaran adalah membantu oraganisasi mencapai

    tujuan mereka. Bagi perusahaan swasta, tujuan utamanya adalah laba bagi

    i i k k i l b d l h i d b h hid d

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    22/75

    adalah daya tahan,kenyamanan pemakaian, daya guna dan sebagainya. Pada

    umumnya kualitas dihubungkan dengan penggunaan yang bersifat khusus

    misalnaya panjang, lebar, warna, berat dan lainnya. Walaupun faktor mutu akan

    menambah biaya produksi, peningkatan biaya mutu diimbangi denagn peningkatan

    penerimaan oleh konsumen (Astuti, 2002).

    2.3.2 Pengendalian Mutu

    Pengendalian mutu pangan, menurut Hubies (1999) erat kaitannya dengan

    sistem pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan,

    penyimapangan dan hasil ahir. Sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu pangan)

    dapat dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran, bentuk dan cacat; kinestika:

    tekstur, kekentalan dan konsistensi; cita rasa; sensasi; kombinasi, bau dan

    cicip)serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan mikroba). Sedangakan

    secara eksternal (citra perusahaan) ditunjukkan oleh kemampuan untuk mencapai

    kekonsistenan mutu (syarat dan standar), yang ditentukan oleh pembeli baik

    didalam amaupun diluar negeri. Pengendalian mutu yang efektif akan mengurangi

    tingkat resiko rusak dan susut.

    d l i b j k i k li d k d

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    23/75

    2.3.3 Pengendalian Mutu Bahan Baku

    Bahan baku dalam perusahaan merupakan suatu unsur yang sanagt penting

    dalam perusahaan bersangkutan. Ketiadaan bahan baku dalam suatu perusahaan,

    akan berarti terhentinya proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan.

    Oleh karena itu, didalam suatu perusahaan tersedianya bahan baku untuk keperluan

    proses produksi merupakan suatu hal yang mutlak dierlukan (Ahyari, 1998).

    Bahan bakau merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap mutu

    produk akhir. Bahkan didalam beberapa jenis perusahaan tertentu pengaruh bahan

    baku ini sedemikian besarnya sehingga hampir seluruh mutu produk ditentukan

    oleh mutu bahan bakunya. Oleh karena itu tidak pada tempatnya apabila perusahaan

    meninggalkan pengendalian mutu bahan baku ini apabila perusahaan akan

    melaksanakan pengendalian produk akhir dengan baik (Ahyari, 1998).

    Tujuan pengendalian mutu bahan baku adalah agar produk nantinya sesuai

    dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan memberi jaminan tidak terjadi

    perubahan sifat kekhususan produk tersebut sehingga dapat diterima oleh

    konsumen (Assauri, 2004). Kualitas produk yang dihasilkan tergantung bahan baku

    di k l h k i h k i ik b k k d

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    24/75

    BAB III

    DASAR TEORI

    3.4 Ikan Tuna

    Menurut Sutarno (1990), ikan tuna dibagi menjadi enam jenis yaitu :

    1.

    Thumus albacores atau Yellow Fin Tuna atau mandidihang

    2.

    Thumus obesus atau Big Eye Tuna atau tuna mata besar

    3.

    Thumus olahunga atau Albacore atau albakor

    4. Thumus maccoyii atau Blue Fin Tuna atau sirip biru

    5. Thumus tongol atau long tail abu-abu

    6. Katsuwonus pelamis atau Skipjack atau cakalang

    Ikan tuna memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Adapun kandungan

    gizi pada ikan tuna dapat di lihat pada tabel 1.

    Tabel 3.1 Kandungan gizi Ikan Tuna per 100 gram

    Komposisi Jumlah

    Air 68,1 %

    i

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    25/75

    Menurut Tranggono (1991), daging tuna mengandung histamin, yaitu

    senyawa beracun dari hasi dekarboksilasi asam amino histidin oleh enzim histidin

    dekarboksilase yang diproduksi oleh bakteri. Selain itu, kandungan lemak tri metil

    aminoksida dan asam amino bebas lebih banyak terkandung pada daging merah dari

    pada daging putih. Kandungn histidin bebas dalam daging segar berkisar antara

    7,45 samapai 14,60 %. Histamin diproduksi semakin banayak ketika ikan mulai

    membusuk. Satuan kadar histamin dalam daging tuna dapat dinyatakan dalam

    mg/100g, % atau ppm (mg/1000g).

    Ikan-ikan berdaging putih rendah kandungan histidin bebasnya dan ketika

    busuk tidak menghasilkan histamin sampai 10 % setelah dibiarkan 38 jam pada

    suhu 250C. Di Amerika Serikat, khususnya oleh US-FDA telah dikeluarkan

    pedoman kadar histamin dalam tuna, yaitu 20 mg/100g menunjukkan indikasi

    penanganan yang tidak higienis pada beberapa tahap penanganan pasca tangkap

    dan 50 mg/100g menunjukkan bahwa ikan tuna tersebut telah membahayakan

    kesehatan konsumen bila dikonsumsi. Bagian depan tubuh ikan biasanya memiliki

    kadar histamin paling tinngi dan terendah dibagian ekor (Winarno, 1982).

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    26/75

    1. Persiapan bahan mentah

    Persiapan bahan dilakaukan dengan pemilihan ikan yang akan dikalengkan,

    pencucian, pemotongan menjadi bagian-bagian tertentu dan persiapan bahan untuk

    pengolahan selanjutnya. Pencucian bertujuan untuk memisahkan bahan dari benda

    asing yang tidak diinginkan seperti kotoran, minyak, tanah.

    2.

    Pre cooking atauFilling

    Ikan yang bersih disusun dalam rak dan dimasukkan cooker-cookeryang telah terisi

    penuh dialiri uap panas dari boiler. Suhu naik perlahan-lahan pada kisaran 1000C-

    2000C selama 2 jam. Selanjutnya ikan yang telah melalui pre cooking diisikan

    dalam kaleng sesuai kapasitas kaleng.

    3. Pengisian media dan penutupan kaleng

    Kaleng yang berisi ikan, diisi media dalam keadaan panas. Media berupa saus ata

    minyak diisikan dalam kaleng dengan menyisakan ruang bagian atas setinggi3-4,5

    mm sebagai head spaceuntuk vakum. Kemudian ditutup dengan vacum sealing

    machineuntuk mendapatakan suasana vakum dan menutup kaleng secara hermetis.

    4. Sterilisasi

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    27/75

    3.6 Proses Produksi

    Proses produksi yang berlangsung di PT. Aneka Tuna Indonesia adalah

    Continous Process. Hal ini didasarkan pada proses produksi ikan tuna kaleng mulai

    tahap awal hingga tahap akhir dilaksanakan keseluruhan pada satu waktu dan tidak

    terputus-putus dengan berbagai varian produk. Selain itu proses produksi tidak

    dapat dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan kerugian yang sangat

    besar. Mesin dan peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur rapi dengan

    memperhatikan urutan-urutan atau routingdalam menghasilkan produk tersebut,

    juga arus barang serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.

    Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan proses produksi Continous

    Processi yaitu dapat dikurangi pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga

    manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan menggunakan tenaga mesin

    atau listrik. Sedangkan kekuranagannya adalah proses produksi mudah terhenti,

    karena apabila terjadi kemacetan pada suatu proses (di awal, ditengah atau di

    belakang), maka kemingkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang

    disebabkan adanya saling hubungan dan urutan-urutan antara masing-masing

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    28/75

    sepanjang perairan pantai selatan dari Cilacap hingga Banyuwangi, Bali, Lombok,

    Sulawesi dan Irian. Sedangkan sumber bahan baku import berasal dari Filipina,

    Jepang, Spanyol, Thailand, Taiwan dan Korea.

    3.3.2 Bahan Pembantu

    Bahan pemabantu yang digunakan dalam proses pengalengan ikan di PT.

    Aneka Tuna Indonesia antara lain:

    a.

    Minyak

    Minyak digunakan untuk menambah citarasa produk disamping bumbu-

    bumbu lainnya. Minyak yang digunakan di PT. Aneka Tuna Indonesia yaitu:

    1. SBO (Soya Bean Meal) atau minyak kedelai

    2.

    SFO (Sun Flower Oil) atau minyak biji bunga matahari

    3. OFO (Onion Falvour Oil) atau minyak bawang

    4. Olive Oilatau minyak zaitun

    Ketiga jenis minyak tersebut diimpor dari Malaysia. Penggunaan jenis

    minyak yang ditambahkan kedalam jenis produk tergantung dari permintaan

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    29/75

    3.3.3 Proses Pengalengan Ikan Tuna

    Proses pengalengan ikan tuna di PT. Aneka Tuna Indonesia dilakukan

    dengan teratur dan terencana sehingga proses produksi dapat berjalan dengan

    lancar. Keteraturan ini dapat dilihat dari proses yang dilakukan secara berurutan

    mulai dari penerimaan bahan baku hingga menjadi produk yang siap untuk

    dipasarkan. Tahapan proses pengalengan di PT. Aneka Tuna Indonesia dapat dilihat

    pada Peta Proses Operasi pada Lampiran 5. Uraian masing-masing tahapan proses

    adalah sebagai berikut:

    1. Penerimaan Ikan dan Penyimapanan Beku dalam Cold Storage

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    30/75

    Ikan yang dikirim ke PT. Aneka Tuna Indonesia darisupplierterbagi dalam

    2 jenis pengangkutan yaitu dengan containerberpendingin (reefer container) dan

    dengan kapal langsung (sistem curah). Apabila reefer container datang dalam

    jumlah banyak, sistem yang diajalankan di cold storageadalah 2 container disizing

    (pemisahan ikan berdasarkan jenis dan ukuran) dan 2 containerdisimpan dalam

    keadaan belum disizing (unsize).

    Cara kerja proses sizing yaitu ikan di fish box yang akan disizing

    ditumpahkan ke bak penampung (hopper) kemudian dilewatkan di belt conveyor

    dimana terdapatfish boxkosong dibagian kiri dan kanannya yang sudah ditentukan

    untuk beberapa ukuran. Para pekerja yang sudah berdiri disebelah kiri dan kanan

    conveyorkemudian memilih dan memisahkan ukuran ikan dan memasukannya ke

    dalamfish boxkosong yang sudah ditentukan. Fish boxyang sudah penuh untuk

    satu ukuran ikan akan diambil dan diganti dengan fish box lainnya kemudian

    ditimabang dan diberi label.

    Sistem penyimapanan yang digunakan dalam cold storage adalah FIFO

    (First In First Out) sehingga ikan tuna yang masuk lebih dahulu juga akan keluar

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    31/75

    Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Tuna Di PT. Aneka Tuna Indonesia

    No Jenis Ukuran Berat

    1 Skip Jack (SJ) SS Di bawah 1,4 kg

    S 1,4 - 1,8 kg

    M 1,83,4 kg

    L1 3,4 - 4,5 kg

    L2 4,5 - 5,5 kg

    2 Yellow Fin (YF) SS Di bawah 1,4 kg

    S 1,4 - 1,8 kg

    M 1,83,4 kg

    L1 3,4 - 4,5 kg

    L2 4,5 - 5,5 kg

    LL 7,0 - 10,0 kg

    10 up 10,020,0 kg

    20 up 20 kg ke atas

    3 Albacore (AC) LL 7,0 - 10,0 kg

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    32/75

    3. Pemotongan (cutting)

    Cutting merupakan proses pemotongan ikan yang berfungsi untuk

    membersihkan atau memisahkan jeroan ikan dan benda asing seperti tali, rafia, kail

    dan lain-lain. Tujuan dari pembersihan jerohan yaitu agar tidak mempegaruhirasa

    ikan (tidak pahit), ikan di pre cleaning lebih bersih, hasil fish juice lebih bagus,

    serta ikan tidak cepat basi. Standar temperatur ikan pada proses cutting adalah 00C

    sampai 40C dan pengukurannya menggunakan thermometer digital. Pengecekan

    tersebut dilakukan dengan mengambil sampel ikan secara acak.

    Proses cutting secara umum yaitu ikan dari hoppermenuju meja linelalu

    dipotong untuk mengeluarkan jeroan kemuadian melewati alat pencuci (shower)

    untuk membersihkan darah ikan menggunakan conveyor.Setelah itu disusun dalam

    basketberdasarkan jenis, ukuran dan palka ikan untuk memudahakan penentuan

    cooking time, diberi label untuk mempermudah mengetahuisupplierapabila ada

    ikan yang kurang baik mutunya. Jeroan yang telah dikeluarkan dari ikan akan

    berjalan melewati conveyormenuju tanki pembuangan.

    Ikan berukuran SS sampai +7 dipotong menggunakan pisau dan melalui dua

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    33/75

    Gambar 3.3 Skema cuttingikan ukuran +10 sampai +20

    Keteranagan : 1. Hitam (dipotong bagian mata, menyamping)

    2. Merah (dibelah bagian bawah perut)

    3. Hijau (dipotong bagian ekor)

    4. Orange (dibagi menjadi 2)

    5. Kuning (dibelakang insang)

    Manfaat pemotongan ikanberdasarkan skema diatas adalah mendapatkan

    daging ikan (loin) yang lebih panjang, ikan lebih bersih karena jeroan mudah

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    34/75

    dan kotoran yang terdapat pada ikan keluar melaui saluran pembuangan (drain).

    Waktu pemasakan saat temperatur sudah mencapai 1000C dinamakan cooking time

    yang lamanya tergantung pada jenis dan ukuran ikan. Pada cooking timedihasilkan

    minyak ikan (fish juice) yang dikeluarkan melaui pipamenuju pengolahanfish juice.

    Standar cooking time dapat dilihat pada Lampiran 7.

    Pada proses pemasakan dalam satu cookertidak boleh ada ikan dengan jenis

    dan ukuran berbeda karena akan mempengaruhi tingkat kematangan masing-

    masing ikan. Temperatur setelah ikan dikeluarkan dari cookerdisebut temperatur

    after cookyaitu 600C sampai 800C. Pengukuran temperatur ikan dilakukan secara

    acak melalui sampel menggunakan thermometer digital. Apabila kurang dari 600C

    ikan belum matang sehingga akan dimasak kembali. Sedangkan apabila lebih dari

    800C ikan mengalami kegosongan (scorching) sehingga perlu dilakukan

    penambahan waktushowering.

    5. Pendinginan (cooling)

    Sebelum proses pendinginan, dilakukan prosesshoweringterlebih dahulu.

    Showering merupakan proses penyemprotan air pada ikan setelah proses cooking

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    35/75

    tulang bagian tengah. Proses pengerikan dilakukan secara manual menggunakan

    pisau. Bagian-bagian tubuh ikan yang dibuang akan melewati conveyormenuju

    saluran pembuangan dan dijual untuk pakan ternak. Ikan yang sudah dibersihkan

    diletakkan dalam baki untuk selanjutnya dibersihkan lebih lanjut oleh bagian

    cleaning.

    b.

    Pembersihan (cleaning)

    Tujuan dari clening adalah membersihkan sisa-sisa kulit, duri yang masih

    menempel dan juga memisahkan antara daging putih (loin) dengan daging merah.

    Pada proses ini daging ikan harus dipastikan benar-benar bersih. Daging ikan

    dibelah menjadi empat bagian kemudian dikerik dengan menggunakan pisau, lalu

    dipisahkan antara daging merah, shredded (hasil kerikan daging putih) dan duri.

    Pengerikan dilakukan satu arah ke belakang agar tidak banyak daging ikan yang

    terbuang. Proses pengerikan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau

    khusus.

    Terdapat empat macam tipe kerikan yaitu:

    1. Tipe bersih

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    36/75

    Hasil dari proses pengerikan ada empat yaitu loin, flake, shredded, red meat

    and waste. Menurut Murniyati (2000) daging merah harus dipisahkan sebab

    mutunya dalam perdagangan lebih rendah. Warna merah tersebut disebabkan oleh

    darah yang membeku karena pemanasan.

    7. Pengemasan (packing)

    Packing adalah pengisian daging ikan kedalam kaleng maupun kantung

    (pouch). Jenis daging ikan yang dimasukkan kemasan dibedakan menjadi 3 yaitu:

    a.

    Loin (daging putih)

    b. Shredded (hasil kerikan)

    c. Daging merah, digunakan untukpet food

    Sebelum kaleng digunakan, dilakukan pengecekan dan pemeriksaan

    terlebih dahulu oleh bagian empty can untuk memastikan bahwa kaleng yang

    digunakan tidak rusak dan aman bagi produk.

    Produk yang dihasilkan PT. Aneka Tuna Indonesia dibedakan menjadi 3

    yaitu:

    a. Solid, yakni terdiri dari 80%-90% loindan 10%-20%flake

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    37/75

    Gambar 3.5 Persiapan Proses Packing

    Proses pengisian dagingdalam kaleng untuk produkflake dilakukan dengan

    cara menghancurkan daging ikan menggunakan mesin flaker. Lalu daging ikan

    akan melewati conveyoruntuk diambil duri, daging merah serta sisik yang masih

    terdapat pada daging ikan. Selanjutnya daging ikan akan melewati metal detector

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    38/75

    8.

    Pemberian Bumbu (seasoning)

    Seasoning merupakan proses penambahan bahan pembantu untuk diisikan

    kedalam kaleng.Penambahan bahan pembantu ini berupa air (spring water), larutan

    garam (brine), minyak (oil) dan bumbu-bumbu lainnya. Pengisian bahan pembantu

    berbeda-beda tergantung dari produk yang diproduksi dan juga tergantung dari

    permintaan pembeli. Bahan-bahan yang biasa ditambahkan padaseasoning adalah:

    a.

    SBO (Soya Bean Meal) atau minyak kedelai

    b. SFO (Sun Flower Oil) atau minyak biji bunga matahari

    c. OFO (Onion Falvour Oil) atau minyak bawang

    d. Olive Oilatau minyak zaitun

    e.

    MSG (Monosodium glutamat)

    f. I+G (Inosinate+Guanilat) sebagai penguat rasa MSG

    g. Salt (garam)

    Proses pembuatan bumbu dilakukan dengan mendidihkan air didalam tanki,

    kemudian menimbang bumbu yang akan digunakan dan dimasukkan kedalam tanki.

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    39/75

    Tujuan dariseamingadalah mencegah masuknya bakteri setelah proses sterilisasi

    karena kaleng telah tertutup rapat. Murniyati (2000) menjelaskan bahwa

    penghampaan bermaksud untuk:

    a. Mengurangi tekanan didalam kaleng sehingga kaleng tidak pecah selama sterilisasi

    b. Meniadakan oksigen untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi

    (pengkaratan) pada bagian dalam kaleng; perkaratan dapat menyebabkan

    kebocoran kaleng.

    c.

    Mengurangi kehidupan bakteri aerob

    d. Menjaga kandungan vitamin C.

    Prosesseamingyaitu kaleng yang telah berisi daging ikan dan bumbu masuk

    ke mesin seamer.Indikator lid(tutup kaleng) memberi tanda baha kaleng masuk

    kedalam lid (tutup kaleng) masukke atas kaleng. Sebelum bodydan lidbersatu,

    head spacediisi steam sehingga udarayang ada didalam kaleng terdorong keluar

    dan kaleng hanya berisi uap air. Setelah uap air dingin maka kondisi dalam kaleng

    menjadi vakum atau hampa. Setelah itu kaleng tertutup secara double seam oleh

    head seamer.

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    40/75

    Proses sterilisasi di PT. Aneka Tuna Indonesia adalah sebagai

    berikut:kaleng dalam seamer menuju can washer untuk dicuci dengan

    menggunakan air, sabun dansteam. Proses ini bertujuan membersihkan kaleng dari

    sisa minyak yang masih menempel setelah proses seasoning. Kemudian kaleng

    yang sudah bersih melewati conveyoruntuk dimasukkan kedlam basket,proses ini

    disebut unloading.Lalu basket dimasukkan kedalam retortuntuk proses sterilisasi

    dengan temperatur dan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan jenis produk.

    Waktu dan temperatur sterilisasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Setelah proses

    sterilisasi selesai dilakukan proses cooling didalam retort. Selanjutnya basket

    dikeluarkan dari retort dan dishowerkemudian dimasukkan ruang inkubasi.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan saat proses sterilisasi adalah:

    1.

    Pre heating, proses pemanasan dalam retort yang bertujuan menghilangkan udara

    didalam retort serta untuk mendapatkan panas yang optimal. Media yang dipakai

    adalah uap.

    2. Waktu sterilisasi, waktu yang diperlukan saat proses berlangsung dengan suhu yang

    konstan sampai waktu yang ditentukan.

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    41/75

    Hagoromo (UC80) dan pet food setelah diberi label dimasukkan dalam plastik

    shrink secara manual kemudian direkatkan menggunakan mesin Universal

    Shrinker.

    Warehouse yang terdapat di PT. Aneka Tuna Indonesia yaitu:

    1. Warehouse untuk menyimpan produk human food

    2.

    Warehouse untuk menyimpan produkpet food

    3.

    Warehouse untuk menyimpan kardus dan label

    4.

    Warehouse untuk menyimpanstockproduk jadi (cadangan)

    3.7 Pengendalian Mutu

    Dalam pengendalian mutu ikan tuna kaleng harus diperhatikan beberapa hal

    yang akan mempengaruhi kualitas produk, yaitu bahan baku, proses produksi dan

    produk akhir. Apabila tedapat kondisi yang menyimpang maka dilakukan tindakan

    koreksi.

    3.4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku

    Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan oleh PT. Aneka Tuna

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    42/75

    Penentuan standar nilai peroksida dilakukan untuk mengetahui tingat

    kerusakan minyak. Apabila nilainya melebihi nilai diatas menunjukkan bahwa

    minyak telah rusak karena teroksidasi. Kerusakan minyak yang utama adalah

    karena peristiwa oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik

    yang dapat menyebabkan bau minyak menjadi tengik.

    Penentuan FFA dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak. Apabila

    nilainya melebihi batas diatas menunjukkan bahwa kualitas minyak rendah karena

    semakin tinggi kualitas asam semakin rendah kualitas minyak. Pengujian minyak

    juga dilakukan secara organoleptik yaitu melaui bau danketengikan minyak.

    Tindakan koreksi yang dilakukan apabila minyak tidak memenuhi standar adalah

    minyak ditolak oleh PT. Aneka Tuna Indonesia.

    3.4.3 Pengendalian Mutu Proses

    Pada setiap tahapan proses pengalengan ikan tuna dilakukan tindakan

    pengendalian mutu. Hal ini bertujuan untuk memantau proses produksi dan

    meminimalkan bahaya-bahaya yang memungkinkan timbul pada tiap tahapan

    proses tersebut. Kegiatan pengendalian mutu dilakukan pada tahap-tahap berikut

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    43/75

    Pengendalian mutu pada proses defrostadalah penggunaan waktu defrost

    yang berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukuran ikan. Standar waktu defrost

    dapat dilihat pad Lampiran 6. Standar temperatur setelah pelelhan yaitu -10C s/d

    30C sehingga mempermudah proses pemotongan ikan. Pemeriksaan temperatur

    dilakukan dengan cara mengambil sampel 2 ikan pada setiap basket sebelum

    sirkulasi air I dan setelah dilelehkan untuk kemudian dilakukan pengukuran

    temperatur tulang tulang belakang ikan (back bone temperature). Tindakan yang

    dilakukan apabila temperatur ikan belum mencapai temperatur standar defrost

    adalah melelehkan ikan kembali.

    3. Pemotongan (cutting)

    Pada saat pemotongan, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi ikan

    secara fisik hasrus sesuai dengan standar iakn segar. Temperatur standar

    pemotongan ikan adalah 00C sampai +40C dan pemeriksaannya dilakukan dengan

    mengambil sampel ikan secara acak. Apabila temperatur lebih rendah dari standar

    maka ikan akan sulit untuk dipotong sedangkan apabila lebih tinggi maka ikan akan

    hancur saat dipotong. Tindakan koreksi yang dilakukan apabila ditemukan ikan

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    44/75

    Pengendalian mutu pada proses cleaning yaitu pada saat pengambilan

    tulang bagian tengah harus dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak hancur. Faktor

    yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah kebersihan daging putih sehingga

    tidak tercemar oleh kotoran dan tidak banyak yang hancur, juga kecermatan dalam

    pemisahan daging merah dan daging putih sehingga daging putih tidak ikut

    terbuang. Apabila kualitas ikan tidak baik maka dilakukan rejectdaging ikan (loin).

    Loin yang direject antara lain:

    a.

    Daging kuning atau orange meat

    b. Daging lembek berserat atausoft meat

    c. Daging lembek tidak berserat seperti bubur ataupasty meat

    d. Daging keropos dan apabila dimakan menyebabkan gatal-gatal atau honey comb.

    7.

    Pengemasan (packing)

    Pada pengemasan produk flake terdapat metal detector yang berfungsi

    mendeteksi logam yang terbawa bersama daging ikan ketika dimasukkan ke dalam

    kantong pouch. Alarm akan berbunyi apabila ditemukan logam pada flake.

    Tindakan koreksi yang dilakukan apabila alarm berbunyi adalah menghentikan belt

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    45/75

    bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat lubang atau kaleng yang penyok. Hal

    ini sangat penting karena kerusakan pada kaleng akan mengakibatkan kontaminasi

    mikroba yang dapat merusak makanan. Apabila terdapat kaleng yang rusak maka

    akan direjectdan daging ikan dikemas kembali.

    10.Sterilisasi (retorting)

    Tahap ini merupakan tahap yang terpenting karena temperatur dan lama

    sterilisasi harus dapat membunuh mikroba pathogen dan perusak komposisi

    makanan, namun tidak boleh merusak nilai gizi dari produk. Pengendalian mutu

    yang dilakukan selama proses sterilisasi yaitu:

    a. Menggunakan suhu diatas 1000C. Waktu dan temperatur yang digunakan pada

    proses sterilisasi berbeda-beda tergantung dari jenis produknya. Untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

    b. Kaleng yang telah disterilisasi harus segera didinginkan. Hal ini dilakukan untuk

    mencegah over cooking atau over processing yaitu ikan mengalami pemasakan

    lanjut yang dapat mengakibatkan perubahan rasa, warna dan tekstur daging.

    3.4.4 Pengendalian Mutu Produk Akhir

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    46/75

    labolatorium. Uji visual meliputi keadaan kaleng dan uji produk (tekstur, bau,

    warna). Uji dilabolatorium meliputi gross weight, net weight, drained weight,

    pressed weight,prosentaseflakes, aqueus component,kandungan histamin, kadar

    garam dan pH. Persyaratan tersebut disesuaikan dengan standar masing-masing

    produk. Salah satu contoh persyaratan produk akhir adalah sebagai berikut:

    a.

    Kandungan histamin

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    47/75

    BAB IV

    PELAKSANAAN

    4.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada tanggal 09 - 23.

    November 2015. Praktek Kerja Lapang bertempat di PT. Aneka Tuna Indonesia,

    yang berlokasi di Jalan Raya Surabaya-Malang Km. 38 Gempol Pasuruan 67155.

    Tabel 4.1 KEGIATAN PELAKSAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    TANGGAL HARI BAGIAN

    09112015 SENIN Cold Storage

    (Penyimpanan Beku)

    10 -112025 SELASA Defrost

    (Pelelehan)

    11112015 RABU Cutting

    (Pemotongan)

    12112015 KAMIS Cooking

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    48/75

    1. Observasi dan pengamatan langsung

    Yaitu mengamati secara menyeluruh proses pegolahan produk yang di perusahaan

    mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi samapai pada produk jadi dan

    siap didistribusikan. Selain itu juga mengamati obyek-obyek dilapang diantaranya

    gedung produksi, tempat pengolahan limbah dan tempat lain yang dianggap perlu.

    2.

    Wawancara (Interview)

    Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab yang dilaksanakan dengan pihak-

    pihak bersangkutan.

    3. Dokumentasi

    Yaitu pengumpulan data pelengkap untuk penunjang penulisan laporan yang

    dilakukan dengan cara mempelajari data atau catatan-catatan yang ada

    hubungannya dengan perusahaan dan kegiatan perusahaan.

    4. Studi Literatur

    Yaitu pengumpulan data dan informasidari buku-buku literatur , internet, jurnal

    serta sumber-sumber lain yang erat kaitannya dengan dengan kegiatan perusahaan

    terutama yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    49/75

    4.3.2 Tugas Khusus

    Pengendalian mutu produksi ikan tuna dalam kemasan di PT. Aneka Tuna

    Indonesia yang meliputi:

    a. Pengendalian mutu bahan baku

    b. Pengedalian mutu proses produksi

    c.

    Pengendalian mutu produk akhir

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    50/75

    BAB V

    STUDI KASUS PENGENDALIAN MUTU

    PRODUKSI IKAN TUNA DALAM KEMASAN

    Dalam pengendalian mutu yang dilakukan oleh PT.Aneka Tuna Indonesia

    bertujuan untuk mendapatkan produk akhir yang berkualitas tinggi sesuai dengan

    keinginan konsumen. PT.Aneka Tuna Indonesia telah mendapatkan Sertifikat

    HACCP dari Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan pada

    tahun 1997 yang membuktikan bahwa produk-produk PT.Aneka Tuna Indonesia

    diproduksi dengan cara terbaik dan terjamin kualitasnya. HACCP juga diartikan

    sebagai sistem pencegahan untuk pengendalian makanan dengan mengontrol titik

    bahaya atau titik kendali kritis (CCP) pada bahaya kontaminasi, mikrobiologi, fisik,

    kimia, bahan baku, proses dan penyimpanan.

    Titik-titik kendali kritis (CCP) pada proses produksi ikan tuna dalam

    kemasan adalah:

    1. Kualitas ikan pada saat datang diperiksa secara manual dengan menggunakan pisau,

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    51/75

    a. Mengorganisir bagian pengendalian mutu, bagian monitoring proses, bagian

    analisis, bagian sanitasi, bagian pemberian bumbu dan bagian R & D

    b.

    Mengimplementasikan keamanan pangan dan sistem mutu dalam proses

    produksi

    c. Menjawab keluhan konsumen

    d.

    Meyakinkan bahwa rencana HACCP diimplementasikan dalam aktivitas

    produksi sehari-hari

    5.4 Pengendalian Mutu Bahan Baku dan Bahan Pembantu

    5.1.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku

    Produk yang telah dikemas dalam kantong nantinya akan diekspor dengan

    negara tujuan adalah Jepang (Hagomoro). Produk ini berisi 100% flakei dengan

    ukuranflake 20 mm. Jenis ikantuna yang digunakan adalah Yellow Fin.Penerimaan

    bahan baku harus benar-benar diperhatikan. Pengujian yang pertama dilakukan saat

    penerimaan bahan baku adalah pemeriksaan kondisi ikan secara fisik meliputi

    kondisi kulit, lendir kulit, konsentrasi daging, penutup insang, insang, mata,bau

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    52/75

    dapat menyebabkan keracunan. Metode yang digunakan dalam pengujian kadar

    garam adalah metode Volhard selain itu juga menggunakan Na-meter. Kadar garam

    pada ikan harus diketahui karena mempengaruhi pemberian bumbu atauseasoning.

    Apabila kadar garam ikan tinggi maka pada saat pengisian ikan dalam kemasan,

    loindari ikan berkadar garam tinggi dicampur dengan loin dari ikan sejenis tetapi

    berkadar garam rendah. Kadar garam juga mempengaruhi formai brine, apabila

    kadar garam ikan tinggi maka larutan brine tidak perlu ditambah garam. Untuk

    pengujian suhu dilakukan dengan mengukur suhu tulang belakang ikan (back bone

    temperature) dengan menggunakan thermometer digital. Tindakan koreksi yang

    dilakukan apabila ikan yang diterima tidak sesuai standar yaitu merejectikan.

    5.1.2 Pengendalian Mutu Bahan Pembantu

    Pengendalian mutu bahan pembantu, khususnya minyak harus diperhatikan

    karena diantara bahan pembantu yang lain, minyak mudah mengalami kerusakan

    sehingga kualitas minyak yang diterima dan dipergunakan harus benar-benar baik.

    Pemeriksaan dilakukan setiap kali minyak darisupplierdatang. Pengujian pertama

    yang dilakukan adalah pengujia organoleptik yaitu melalui bau dan ketengikan

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    53/75

    pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam, maka rendah kualitas

    minyak. Tindakan koreksi yang dilakukan apabila minyak tidak memenuhi standar

    nilai peroksida dan standar kandungan asam lemak bebas maka minyak ditolak oleh

    PT. Aneka Tuna Indonesia. Minyak yang digunakan adalah Soya Bean Oil atau

    minyak kedelai.

    5.5 Pengendalian Mutu Proses

    Pada setiap tahapan proses produksi ikan tuna dalam kemasan dilakukan

    tindakan pengendalian mutu. Hal ini dilakukan untuk memantau proses produksi

    dan meminimalkan bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada tiap tahapan proses.

    Pengendalian mutu ini dilakukan mulai dari tahap penerimaan ikan di cold storge

    yaitu kandungan histamin ikan, kadar garam ikan, dan temperatur ikan; pelelehan

    (defrost) yaitu temperatur ikan setelah dilelehkan; pemotongan (cutting) yaitu

    temperatur ikan, kondisi ikan dan kondisi pisau; pemasakan (cooking) yaitu waktu

    dan temperatur pemasakan ikan; pendinginan (cooling) yaitu temperatur ikan

    sesudah dimasak dan sesudah didinginkan; pembersihan (cleaning) yaitu kualitas

    ikan, pekerja, kondisi ikan yang sudah dibersihkan dan peralatan yang digunakan;

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    54/75

    untuk menjaga agar produk yang tidak memenuhi standar (produk cacat) tidak

    sampai ke tangan konsumen serta untuk memastikan bahwa produk perusahaan

    yang diterima konsumen benar-benar dalam kondisi terbaik.

    Tindakan pengendalian mutu yang dilakukan pada produk akhir adalah

    pemeriksaan produk dengan menggunakan sinar X (X-ray). Hal ini untuk

    memeriksa ada tidaknya duri atau benda asing terutama logam yang terdapat alam

    produk. Tindakan koreksi yang dilakukan apabila terdapat benda asing dalam

    produk adalah produk akan direject.

    Selain itu juga dilakukan inkubasi produk setelah sterlisasi selama 7 hari

    dan setelah produk disusun dalam pallet selama 7 hari dengan tujuan untuk

    mengetahui apakah sealnya sudah benar-benar kuat, apakah kantong telah benar-

    benar vakum dan kenampakan atau bentuk kantong juga harus diperhatikan jangan

    sampai ada sobek. Penyimpanan produk dilakukan pada tempat yang kering, tidak

    terlalu panas ataupun lembab dan sirkulasi udara harus lancar.

    Ada 2 pengujian yang dilakukan terhadap produk akhir. Pengujian pertama

    adalah uji visual. Uji visual meliputi keadaan kantong dan isi produk (tekstur, bau,

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    55/75

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Kegiatan pengendalian mutu produksi ikan tuna dalam kemasan meliputi

    pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses produksi dan

    pengendalian mutu produk akhir. Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan

    antara lain dengan cara menguji kandungan histamin, kadar garam ikan dan suhu

    maksimal penerimaan ikan. Untuk bahan pembantu, khususnya minyak dilakukan

    pengujian nilai peroksida minyak dan kandungan asam lemak bebasnya. Kegiatan

    pengendalian mutu proses dilakukan pada semua tahapan mulai dari penerimaan

    ikan di cold storage, pelelehan (defrost), pemotongan (cutting), pemasakan

    (cooking), pendinginan (cooling), pembersihan (cleaning),pengemasan (packing),

    pemberian bumbu (seasoning), sterilisasi (retorting) dan penggudangan

    (warehousing).

    Kegiatan pengendalian mutu produk akhir yang dilakukan antara lain

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    56/75

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahyari, A. 1994. Perencanaan Sistem Produksi. BPFE UGM. Yogyakarta.

    Ahyari, A. 1998. ManajemenProduski dan Pengendalian Produksi. Edisi IV.

    BPFE UGM. Yogyakarta.

    Anonymous. 2003. Ikan. http://www.asiamaya.com. Diakses November 2015.

    Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Fakultas

    Ekononomi Universitas Indonesia. Jakarta.

    Assauri. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Fakultas

    Ekononomi Universitas Indonesia. Jakarta.

    Hadiwiyoto. 1982. Hasil-Hasil Olahan : Susu, Ikan, Daging dan Telur. Libery.

    Yogyakarta.

    Hadiwiyoto. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Liberty. Jakarta.

    Handoko. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE UGM.

    Yogyakarta.

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    57/75

    Waridi. 2004. Pengolahan Sosis Ikan.http://202.152.31.170/modul/pertanian/thp/pengolahan_sosis_ikan.pdf.

    Winarno, F. G. 1982. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia.

    Jakarta.

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    58/75

    50

    Lampiran 1. Denah Lokasi PT. Aneka Tuna Indonesia

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    59/75

    51

    Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Aneka Tuna Indonesia

    Board of

    Commissioners

    Board ofDirectors

    Presdient/

    General Manager

    Halal

    Auditor

    Safety & Health

    Team (K3)

    Deputy

    General Manager

    FactoryManager

    ProcurementGeneral

    MarketingManager

    Finance & AccManager

    PersonalManage

    Ass. Factory

    Manager

    Ass. Factory

    Manager

    Ass. Factory

    Manager

    Purchasi

    ng

    Sr. StaffSr. Staff Sr. StaffLocal

    Sr. StaffShipping

    Sr. StaffShipmen

    Sr. Staff Sr. Staff LeaderSecurity

    Training

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    60/75

    52

    Factory

    Manager

    Ass.Factory

    ManagerAss.Factory

    ManagerAss.Factory

    Manager

    Production -1

    ManagerProduction -2

    ManagerQA

    ManagerQA

    ManagerProduction -3

    ManagerProduction -4

    Manager

    Cold Storage

    Section Head

    Cutting

    Section Head

    Maintenance

    Section Head

    Fish Juice

    Section Head

    CookingLeader

    Cleaning

    Section Head

    Prod Control

    Section Head

    Analist

    Section Head

    Kaizen

    Section Head

    R & D

    Section Head

    Sanitation

    Section Head

    Documentary

    Section Head

    Process Control

    Section HeadPacking HF

    Section Head

    Packing

    Section Head

    Empty Can

    Section Head

    Seasoning

    Section Head

    Seamer

    Section Head

    Ware House

    Section Head

    Retort

    Section Head

    Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Aneka Tuna Indonesia (lanjutan)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    61/75

    Lampiran 3. Gambar Denah Aliran Material PT. Aneka Tuna Indonesia

    2 3 4

    1 5

    6

    7

    8

    9

    U 10

    11

    12

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    62/75

    54

    Lampiran 4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan

    Tahapan

    ProsesParameter

    Pengambilan SampelCara Pengujian Standar Tindakan Koreksi

    Frekuensi Jumlah Sampel

    Penerimaan

    di Cold

    Storage

    Kandungan

    histamin ikan

    Setiap

    penerimaan ikan

    9 ikan per lot

    Menggunakan

    metode HPLC dan

    Flourometer

    Maksimum

    50 ppm

    Mereject ikan apabila kandungan

    histaminnya melebihi standar

    Kadar garam

    ikan

    Setiap

    penerimaan ikan10 ikan per lot

    Menggunakan

    metode Volhard1,6 %

    Mereject ikan apabila kadar garam

    terlalu tinggi

    Temperatur

    ikan

    Setiap

    penerimaan ikan

    12 ikan per ton

    untuk ikan

    beku dan 6

    ikan per ton

    untuk ikan

    segar

    Mengukur suhu

    dengan

    menggunakan

    termometer

    Maksimal -

    130C ikan

    beku dan 0-

    10C ikansegar

    Segera memasukkan ikan ke dalam

    cold storage, namun apabila suhu ikan

    ynag diterima terlalu tinggi maka ikan

    akan direject

    Pelelehan

    (defrost)

    Temperatur

    ikan

    Setiap basket

    sebelum

    sirkulasi 1 dan

    seleksi defrost

    3 ikan per

    tanki

    Mengukur suhu

    dengan

    menggunakan

    termometer

    Suhu air yang

    digunakan

    270C, setelah

    defrost

    temperatur 1

    s/d 30C

    Menjaga kesinambungan aliran air

    selama defrost, membersihkan box

    setelah digunakan, menambahkan atau

    mengurangi waktu defrost

    Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    63/75

    55

    Lampiran 4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan (Lanjutan)

    Tahapan

    ProsesParameter

    Pengambilan Sampel Cara

    PengujianStandar Tindakan Koreksi

    Frekuensi Jumlah Sampel

    Pemotongan

    (cutting)

    Tmperatur

    ikan

    Setiap bagian

    dan ukuran

    5 ikan

    Mengukur

    suhu

    menggunakantermometer

    Maksimal 40C

    Pengaturan waktu pemasakan ikan,

    apabila suhu ikan masih rendah maka

    waktu pemasakan ditambah begitupula sebaliknya

    Kondisi ikanSetiap lot dan

    ukuran-

    Tes

    menggunakan

    panca indera

    Tidak ada

    kerusakan atau

    benda asing

    Ikan yang lunak atau hancur dan

    mempunyai karakteristik bau yangmenyimpang direject, mengeluarkan

    benda asing yang terdapat pada ikan

    Kondisi pisau Setiap jam Semua pisauPemeriksaan

    secara visual

    Pisau dalam

    kondisi baik

    Pisau yang rusak tidak digunakan

    untuk memotong ikan dan pisau yang

    tidak tajam di asah kembali

    Pemasakan

    (cooking)

    Waktu dan

    temperatur

    Setiapkali

    memasakSetiap cooker

    Melihat jam

    dan MIG

    (mercury in

    glass)

    Temperatur

    cooking 1000C dan

    waktunya sesuai

    ukuran ikan

    Melakukan tes dan bila perlu

    mengubah waktu dan suhu pemasakan

    ikan apabila sering terjadi over/under

    cooking

    Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    64/75

    56

    Lampiran 4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan (Lanjutan)

    Tahapan

    ProsesParameter

    Pengambilan SampelCara Pengujian Standar Tindakan Koreksi

    Frekuensi Jumlah Sampel

    Pendinginan

    (cooling)

    Temperatur

    sesudah

    dimasak

    Setiap

    cooker

    3 ikan per

    basket

    Mengukur suhu

    dengan

    termometer

    Suhu tulang

    belakang ikan 60-

    800

    C

    Pemasakan ulang ikan yang suhunya 60C

    Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    69/75

    61

    Lampiran 6. Waktu Pemasakan Ikan

    Jenis Ukuran Come Up Time (Menit) Cooking TimeNormal Cooking Time Fresh Fish

    Yellow Fin (YF) 20 Up (20kg keatas) 20 3 jam 0 menit 3 jam 0 menit

    10 Up (10-20 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 0 menit

    LL (7-10 kg) 20 2 jam 50 menit 3 jam 10 menit

    L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 20 menitL1 (3,4-4,5 kg) 20 1 jam 30 menit 1 jam 40 menit

    M (1,8-3,4 kg) 20 1 jam 10 menit 1 jam 20 menit

    S (1,4-1,8 kg) 20 0 jam 50 menit 1 jam 0 menit

    SS (dibawah 1,4 kg) 20 jam 40 menit 0 jam 50 menit

    Skip Jack(SJ) L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 0 menit

    L1 (3,4-4,5 kg) 20 1 jam 50 menit 1 jam 50 menit

    M (1,8-3,4 kg) 20 1 jam 10 menit 1 jam 10 menit

    S (1,4-1,8 kg) 20 0 jam 50 menit 0 jam 50 menit

    SS (dibawah 1,4 kg) 20 0 jam 40 menit 0 jam 40 menit

    Albacore (AC) LL (20 kg keatas) 20 3 jam 20 menit 3 jam 0 menit

    10 Up (10 kg keatas) 20 2 jam 40 menit 1 jam 30 menit

    7 kg keatas 20 3 jam 10 menit 3 jam 10 menit

    L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 10 menit 2 jam 10 menit

    Big Eye (BE) 10 Up (10 kg keatas) 20 2 jam 40 menit 2 jam 50 menit

    7 kg keatas 20 2 jam 50 menit 3 jam 15 menit

    5,5-7 kg 20 2 jam 30 menit 2 jam 30 menit

    L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 0 menit

    L1 (3,4-4,5 kg) 20 1 jam 30 menit 1 jam 40 menit

    M (1,8-3,4 kg) 20 1 jam 20 menit 1 jam 20 menit

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    70/75

    62

    Lampiran 7. Waktu Pelelehan (Defrost) Ikan

    Jenis Ikan Ukuran Sirkulasi Air I (menit) Perandaman (Jam) Sirkulasi Air II (menit) Temperatur (0C)

    Skip Jack(SJ) 5,5 kg keatas 60 5 60 -1 s/d 3

    L2 (4,5-5,5 kg) 50 4 40 -1 s/d 3

    L1 (3,4-4,5 kg) 50 3 40 -1 s/d 3

    M (1,8-3,4 kg) 50 2 35 -1 s/d 3S (1,4-1,8 kg) 20 2 15 -1 s/d 3

    SS (dibawah 1,4 kg) 20 2 15 -1 s/d 3

    Yellow Fin (YF) 20 Up (20 kg keatas) 60 9 60 -1 s/d 3

    10 Up (10 kg keatas) 60 9 60 -1 s/d 3

    LL (7-10 kg) 60 8 60 -1 s/d 3

    L2 (4,5-5,5 kg) 50 4 40 -1 s/d 3

    L1 (3,4-4,5 kg) 50 3 40 -1 s/d 3

    M (1,8-3,4 kg) 50 2 35 -1 s/d 3

    S (1,4-1,8 kg) 20 2 15 -1 s/d 3

    SS (dibawah 1,4 kg) 20 2 15 -1 s/d 3

    Albacore (AC) 10 Up (10 kg keatas) 60 9 60 -1 s/d 3

    LL (7-10 kg) 60 8 60 -1 s/d 3

    Big Eye (BE) 7 Up (7 kg keatas) 60 4 60 -1 s/d 3

    7 Below (7 kg kebawah) 50 3 40 -1 s/d 3

    Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    71/75

    63

    Lampiran 8. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Produksi PT. Aneka Tuna Indonesia

    No Nama Mesin Spesifikasi

    1. Mesin Pendigin pada Cold Storage Fungsi : Menurunkan suhu samapai -250C

    Tipe :Recripocating Two Stages Compresor

    Model : Mycom N62 WA-1100

    Suhu : -250C

    Jumlah : 6 buah

    Refrigerant : Amoniak

    2. Mesin Pemotong Ikan (Band Saw) Fungsi : memotong ikan tuna untuk ukuran +10 samapai dengan +20 kg

    Buatan : JepangJumlah : 1 Unit

    3. Mesin Pemasak (Cooker) Fungsi : untuk memasak ikan

    Tipe :Autoclav/Cooker HorizontalKapasitas : 5 basket

    Jumlah : 10 Unit

    4. Mesin pendingin pada CoolingRoom

    Fungsi : mendinginkan ikan hingga suhu maksimal 55 C untuk mencegah kegosonganTipe :Moving Shower

    Jumlah : 6 Unit

    5. Mesinpacking a. Hermasa (Tuna pack 300)

    Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng

    Buatan : Thailand

    Kecepatan : 300 kaleng/menit

    Jumlah : 1 Unit

    b. Flake Filler

    Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng

    Buatan : Jepang dan ThailandKecepatan : 150 kaleng/menit

    Jumlah : 4 Unit

    c.

    Golden Tech

    Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng 2 kg

    Kecepatan : 24 kaleng/menit

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    72/75

    64

    Buatan : Thailand

    d. Luthi

    Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng ukuran 100-200 gr

    Kecepatan : 240 kaleng/menit

    Buatan : USA

    Jumlah : 2 Unit

    e.

    Vacuum Sealer

    Fungsi : mengemas produkpouch

    Buatan : Thailand

    Jumlah : 3 Unit

    f. Ultravac

    Fungsi : mengemas loin tuna

    Model : 2100

    Buatan : USA

    Jumlah : 1 Unit

    6. Mesin pendeteksi logam (Metal

    Detector)

    Fungsi : untuk mendeteksi adanya logam pada daging ikan

    Merk : AnritsuBuatan : Jepang

    7. Mesin penutup kaleng (seamer) Fungsi : menutup kaleng secara hermetisTipe : Vacuum Seamer dan Steam Seamer

    a. Merk : varin 41P

    Buatan : Thailand

    Kecepatan : 150 kaleng/menit (kaleng 307 x 111 dan 211 x 109)

    Jumlah : 2 Unit

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    73/75

    65

    b. Merk : 13Mseamer

    Buatan : Jepang

    Kecepatan : 30 kaleng/menit (kaleng 603 x 408)

    c.

    Merk : Canco 400

    Buatan : Thailand

    Kecepatan : 120 kaleng/menit (kaleng 211 x 109 dan 307 x 111)

    Jumlah : 2 Unit

    d. Merk : 32Mseamer

    Buatan : Jepang

    Kecepatan : 210 kaleng/menit (kaleng 301 x 102)

    Jumlah : 1 Unit

    e.

    Merk : 14Mseamer

    Buatan : Jepang

    Kecepatan : 75 kaleng/menit (kaleng 307 x 111 dan 300 x 200)

    Jumlah : 2 Unit

    f. Merk : 605Mseamer

    Buatan : JepangKecepatan : 85 kaleng/menit (kaleng 211 x 109 dan 307 x 111)

    8. Retort Fungsi : untuk sterilisasi produk

    Buatan : Indonesia

    Tipe :Retort Horizontal

    Jumlah : 26 Unit

    9. Jet Print Fungsi : memberi print tinta pada kaleng yang berisi tanggal produksi, kode produksi serta tanggal

    kadaluarsa

    Merk : Hitachi KX-EBuatan : Jepang

    Jumlah : 5 Unit

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    74/75

    66

    10. Mesin perekat label (Labelling

    Machine)

    Fungsi : merekatkan label pada kaleng

    Buatan : Thailand

    Jumlah : 6 Unit

    11. Mesin Lakban Fungsi : menutup kardus dengan lakban

    Merk :Everoll

    Buatan : Thailand

    Jumlah : 4 Unit12. Mesin perekat plastik (Universal

    Shrinker)

    Fungsi : merekatkan plastik pada kaleng

    Merk : Universal Shrinker

    Tipe : L 9300 FE

    Buatan : Jepang

    Jumlah : 2 Unit

    13. MesinX-ray Fungsi : mendeteksi adanya tulang ataupun benda asing pada produk Hagoromo (UC80) danpouch

    Merk : Aritsu

    Buatan : JepangJumlah : 2 Unit

    14. Boiler Fungsi : memasak air untuk produksisteami yang akan di alirkan pada departemen-departemen yang

    membutuhkan

    Merk : Maxitherm and Friedrich U Karl Bay

    Buatan : Indonesia dan Jerman

    Kapasitas : 3,25 ton

    Jumalah : 4 Unit

    15. Fish box Fungsi : sebagai tempat ikan pada prosessizing

    16. basket Fungsi : sebagai tempat ikan yang akan dimasak, tempat kaleng yang akan disterilisasi

    17. Pisau Fungsi : membersihkan dan memotong ikan

  • 7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap

    75/75

    67

    18. Meja Stainless Steel Fungsi : sebagai tempat pengolahan baik untuk membersihkan, pengirisan dan inspeksi

    19. Nampan Stainless Steel Fungsi : sebagai tempat iakn yang sudah dibersihkan

    20. Timbangan Analitik Fungsi : untuk menimbang berat daging ikan dan kaleng , menimbang minyak untuk produkpouch

    21. Filler air dan brine Fungsi : untuk mengisi air atau brinesebagai bahan tambahan produk tuna dalam kaleng

    22. Conveyor Fungsi : untuk memindahkan bahan dari proses satu ke proses lainnya dalam jarak dekat

    23. Hand Pallet Fungsi : memindahkan basket setelah dimasak

    24. Pallet Fungsi : untuk produk akhir yang akan diinkubasi

    25. Forklift Fungsi : memindahkan barang dalam jumlah besar

    Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)