laporan kerja praktek lengkap
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
1/75
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI IKAN TUNA DALAM KEMASAN
DI PT . ANEKA TUNA INDONESIA GEMPOLPASURUAN
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
2/75
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI IKAN TUNA DALAM KEMASAN
DI PT . ANEKA TUNA INDONESIA GEMPOLPASURUAN
Disusun untuk memenuhi syarat kurikulum di
Program studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Disusun Oleh :
Nama : SUGIANTO
NIM : 131020200040
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
3/75
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta inayahNya yang berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan kepada
penulis, sehingga Laporan Akhir yang berjudul Pengendalian Mutu Produksi Ikan Tuna dalam
Kemasan di PT.Aneka Tuna Indonesia, Gempol Pasuruan dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Laporan Akhir ini tidak dapat terealisasi dengan baik tanpa adanyadukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :Si
1. Drs.Hidayatulloh, M.Si. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2. Izza Ansori, ST. MT. Selaku Dekan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
3.
Edi Widodo, ST. MT. Selaku Kaprodi dan dosen pembimbing Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah sidoarjo.
4. Direksi PT. ANEKA TUNA INDONESIA (ATI) yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
5. Retty Tri Purwanti, selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja Lapangan di PT. ANEKA
TUNA INDONESIA (ATI)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
4/75
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang .................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................2
1.4 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 2
1.4.2Tujuan Khusus .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
5/75
BAB III DASAR TEORI
3.1
Ikan Tuna.....................................................................................................163.2 Pengalengan Ikan Tuna.................................................................................17
3.3 Proses Produksi.............................................................................................19
3.3.1 Bahan Baku....................................................................................19
3.3.2
Bahan Pembantu.............................................................................20
3.3.3
Proses Pengalengan Ikan Tuna.......................................................213.4 Pengendalian Mutu.....................................................................................33
3.4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku....................................................33
3.4.2 Pengandalian Bahan Pembantu......................................................33
3.4.3 Pengendalian Mutu Proses.............................................................34
3.4.4 Pengendalian Mutu Produk Akhir..................................................37
BAB IV PELAKSANAAN
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...................................................................39
4.2 Pengumpulan Data........................................................................................39
4.3 Materi Praktek Kerja Lapang........................................................................40
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
6/75
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................476.2 Saran...........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN1.Denah Lokasi PT. Aneka Tuna Indonesia..........................................................50
2. Struktur Organisasi PT. Aneka Tuna Indonesia.................................................51
3.Gambar Denah Aliran Material PT. Aneka Tuna Indonesia..............................53
4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan.....................54
5. Standar Penerimaan Ikan Segar.........................................................................60
6. Waktu Pemasakan Ikan......................................................................................61
7. Waktu Pelelehan (Defrost) Ikan.........................................................................62
8. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Produksi PT. Aneka Tuna Indonesia.............63
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
7/75
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3. 1. Ruang Cold Storage.........................................................................21
Gambar 3.2 Skema cuttingikan ukuran SS samapai +7........................................24
Gambar 3.3 Skema cuttingikan ukuran +10 samapai +20....................................25
Gambar 3.4 Proses cleaning...................................................................................27
Gambar 3.5 Persiapan ProsesPacking...................................................................29
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
8/75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kandungan Gizi Ikan Tuna per 100 Gram............................................16
Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Tuna Di PT. Aneka Tuna Indonesia........................23
Tabel 4.1 Kegiatan Pelaksaan Praktek Kerja Lapangan........................................39
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
9/75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ikan merupakan bahan pangan yang mengandung sumber protein,
lemak, vitamin dan mineral yang sangat berperan besar terhadap pemenuhan
gizi. Produksi perikanan perkapita di indaonesia pada tahun 1998 sebesar 4,48
juta ton dengan tingkat konsumsi sebesar 9,21 kg/kapita/tahun. MenurutFood
and Agricultural Organization (FAO), pada tahun 1997 Indonesia menduduki
peringkat ketujuh dalam hal perikanan (Anonymous 2003 ). Dari data tersebut
menunjukkan bahwa hasil produksi perikanan indonesia sangat besar. Oleh
karena itu perlu adanya pemanfaatan dalam rangka pengembangan diversifikasi
pangan.
Ikan dikenal sebagai bahan makanan yang sangat cepat mudah
membusuk. Ikan yang tertangkap dan mati, jika dibiarkan begitu saja, esok
harinya tidak begitu enak 2-3 hari kemudian sudah tidak dapat dikosumsi
k li k b k D l k ik h t k di k
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
10/75
mutu merupakan suatu aktifitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan
mengarahkan agar kualitas produk dan jasa dapat dipertahankan sebagaimana
yang telah direncanakan (Ahyari 1994). Dengan adanya pengendalian mutu,
kerusakan dan kontaminasi bahan pangan dapat diminimalisir sehingga produk
aman dan tidak membahayakan apabila dikosumsi oleh konsumen.
1.2
Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan perumusan masalah
adalah Bagaimana sistematika Quality Controldalam pengolah ikan tuna dalam
kemasan agar mendapatkan mutu yang layak?
1.3
Batasan Masalah
Pengendalian penelitian ini membahas mutu produksi ikan tuna dalam
kemasan yang dilakukan oleh PT.Aneka Tuna Indonesia. Pengendalian mutu untuk
mendapatkan produk akhir yang berkualitas tinggi sesuai dengan keinginan
konsumen. Sistem yang baik akan dapat menjamin kelayakan produk dalam
d li t
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
11/75
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Keadaan Umum Perusahaan
2.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Aneka Tuna Indonesia merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
yang merupakan joint venture dari tiga kelompok perusahaan besar yang memiliki
reputasi Internasional dalam bisnis ikuna tuna. PT. Aneka Tuna Indonesia didirikan
di Indonesia pada tahun 1991 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1992. Latar belakang pendirian PT. Aneka Tuna Indonesia adalah ekspansi dari
perusahaan pengolahan ikan tuna di Jepang (Hagoromo Foods Coorporation) yang
tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena:
1. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna.
2. Tersedianya tenaga kerja untuk melakukan proses produksi.
3. Biaya produksi yang relatif lebih murah.
4. Ketersediaan infrastruktur yang cukup baik.
Ad ti k l k h di PT A k T I d i d l h
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
12/75
penangkapan yang tidak merusak lingkungan. Selain itu perusahaan juga
mempunyai unit pengolahan limbah untuk mengolah limbah cair sampai batas
aman sebelum dibuangke lingkungan.
Sebagian besar produk PT. Aneka Tuna Indonesia merupakan produk ekspor
dengan menggunakan jaringan perdagangan dunia dari Itochu Corporation yang
telah berpengalaman dalam bidang ekspor. Negara tujuan ekspor antara lain Jepang,
Eropa, Timur Tengah, Kanada dan Australia. Namun sejak 2003 perusahaan
berusaha menembus pasar dalam negeri yang meliputi Jawa dan Bali. Adapun
produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Aneka Tuna Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Canned Tuna atau tuna kaleng untuk human food
2. Canned Pet Food atau tuna kaleng untuk pet food
3. Tuna Retort Pouch atau tuana dalam kemasan pouch
4. Frozen Tuna Loin atau tuna beku dalam bentuk loin
5. Fish Soluble atau minyak ikan
PT. Aneka Tuna Indonesia telah mendapatkan sertifikat HACCP dari Direktorat
J d l P l h d P H il P ik d t h 1997 H l i i
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
13/75
b. Faktor Sekunder
Merupakan faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
perusahaan seperti ketersediaan air, peraturan pemerintah dan sistem perpajakan,
sikap masyarakat setempat, iklim dan sebagainya.
2.2.11 Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan, organisasi didefinisikan sebagai keseluruhan
proses pengelompokan orang-orang, alat bahan tugas, tugas, tanggung jawab,
wewenang, fasilitas sedemikian rupasehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Ahyari,
1998).
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan pola tetap
hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi maupun organisasi-
organisasi yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenag, dan tanggung jawab
yang berbeda-beda dalam suatu organisasi (Handoko, 1999).
Bentuk organisasi di suatu perusahaan dapat dibagi menjadi 3, yaitu
Sondang (2003) :
1 O i i i
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
14/75
1. Presiden Direktur
a.
Menyusun kebijakan mutu.
b.
Membuat dan mengawasi sistem mutu.
c. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem.
d. Memastikan bahwa perencanaan HACCP telah diimplementasikan.
2.
Manajer Pabrik
a.
Bertanggung jawab penuh atas aktivitas produksi, pengedalian mutu dan
pengendalian produksi.
b. Mengawasi implementasi sistem mutu.
c. Menetukan tenaga produksi dan peralatan yang dibutuhkan.
d. Membuat keputusan ahir untuk menarik kembali produk.
e.
Membuat keputusan ahir untuk menolak bahan baku dan produk jadi.
f. Membuat keputusan ahir untuk pelepasan produk.
g. Membuat laporan ahir kepada Presiden Direktur.
3. Asisten Manajer Pabrik
a. Mengawasi aktivitas produksi dan mutu.
b M tik M j P b ik bil b h l
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
15/75
e. Menanggapi komentar pembeli.
f.
Menyusun jadwal untuk ekspor.
g.
Membuat laporan kepada Presiden Direktur.
7. Manajer Personalia
a. Mengatur aktivitas perekrutan dan pemecatan tenaga kerja.
b.
Menyusun data administrasi tenaga kerja.
c.
Sebagai penghubung antara tenaga kerja dengan perusahaan.
d.
Membuat laporan kepada Presiden Direktur dan pemerintah yang terkait secara
periodik.
8. Manajer Peralatan
a. Memelihara mesin produksi dalam kondisi baik.
b.
Memperbaiki mesin.
c. Menginstal mesin baru.
9. Manajer QC
a. Mengorganisir bagian pengendalian mutu, bagian monitoring proses, bagian
analisis, bagian sanitasi, bagian pemberian bumbu dan bagian R & D.
b M i l t ik k d i t t d l
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
16/75
c. Membuat permintaan untuk tindakan koreksi.
d.
Memelihara catatan inspeksi.
e.
Memelihara dan menentukan pengukuran serta pengujian peralatan.
f. Membuat laporan tentang mutu.
g. Mengeluarkan berita positif.
12.
Kontrol Proses
a.
Bertanggung jaab mengontrol produksi harian sesuai prosedur.
b.
Mengontrol dan memonitor proses.
13. Analis
a. Melaksanakan analis mikrobiologi, kimia dan fisik terhadap bahan baku,
produk setengah jadi dan produk ahir.
14.
R & D
a. Aktif meneliti produk baru dan mengusulkan kepada departemen pemasaran.
b. Menyusun produk baru dan desain proses.
c. Mengembangkan produk yang telah ada untuk lebih bersaing di pasaran.
15. Pimpinan Pelatihan
M k d i i k k j
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
17/75
Tujuan perencanaan lay outproduksi adalah untuk mendapatkan kombinasi
yang optimal antara fasilitas-fasilitas produksi. Namun juga ada beberapa tujuan
khusus, yaitu (Sumarni dan Soeprihanto, 2000) :
1. Untuk simplifikasi dari proses produksi.
2. Agar pengeluaran biaya pengangkutan bahan dalam pabrik dapat diminimumkan.
3.
Mendapat perputaran persediaan barang setengah jadi yang tinggi.
4.
Mengurangi investasi yang kurang penting.
5.
Memperoleh kepuasan dan keamanan kerja untuk para karyawan.
Menurut Wingjosoebroto (2003), ada empat macam tipe tata letak yang secara
klasik umum diaplikasikan dlam desain lay out, yaitu:
1. Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi (Product lay out atau production
line lay out),
2. Tata letak fasilitas berdasarkan lokasi material tetap (Fixed material location lay
outatauFixed Position lay out),
3. Tata letak fasilitas berdasarkan kelompok produk (Product family, product lay out
ataugrouptechnology lay out),
4 T l k f ili b d k f i ( f i l
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
18/75
spesifikasi yang cocok, umumnya dilaksanakan oleh proses engineer
(Wingjosoebroto, 2003).
Dari segi operasi produksi yang dihasilkan pada masing-masing
perusahaan, maka mesin dan perlatan produksi tersebut dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu (Ahyari,1998):
1.
Manual
Merupakan mesin dan perlatan produksi yang digunakan untuk melakukan proses
produksi dengan tangan
2. Mekanis
Merupakan mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu yang
bersifat umum atau khusus
3.
Otomatis
Merupakan mesin yang digunakan dalam persahaanfull otomatic
2.2.14 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi perusahaan, karena
berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan perusahaan juga di pengaruhi oleh faktor
k j S l h f k hi fi i i k j d k
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
19/75
2. Tenaga Kerja Tidak Langsung
Adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi.
Biaya yanag dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja jenis ini dikategorikan
sebagai salah satu elemen bisnis pabrik yang besarannya tidak berubah secara
proporsional dengan tingkat kegiatan yang dilakukan.
2.2.15 Proses Produksi
Proses adalah cara, metode maupun teknik untuk penyelenggaraan atau
pelaksanaan dari suatu hal tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang
dikatakan proses produksi adalah cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan
penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan (Ahyari,
1998).
Wingjosoebroto (2003) menjelaskan baha proses produksi dapat dinyatakan
sebagai serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun mengubah
sekumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki
nilai tambah (value added).
Pada umumnya proses produksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
(H d k 1999)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
20/75
2.2.16 Sanitasi
Sanitasi adalah upaya pengendalian yang terencana terhadap lingkungan
produksi, bahan baku, perlatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil
olahan dan mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusakan
lingkungan kerja yang bersih, anman dana nyaman (Kartika, 1999).
Beberapa manfaat yang dapat kita rasakan apabila menjaga sanitasi
lingkungan adalah sebagai berikut (Giyatmi dan Iriyanto, 2000):
a.
Mencegah penyakit menular
b. Mencegah kecelakaan
c. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap
d. Menghindari pencemaran
e.
Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman
Menurut Hiasinta (1999), proses sanitasi dari suatu proses produksiyang
diterapkan pada setiap komponen industri adalah :
1. Sanitasi bahan baku
2. Sanitasi peralatan
3 S i i k j
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
21/75
3. Limabah gas adalah limbah yang terbentuk kontaminan diruang terbuka dengan
konsentrasi tertentu sehingga menimbulkan atau mengakibatkan gangguan.
Pengolah limbah merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi
(reduction), pengumpulan (collection), pemanfaatan (reuse, recycling), pengolahan
(treatment) dan penimbunan (disposal).
2.2.9 Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dalam menjalankan
konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk
menciptakan sejumlah pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu atau
oraganisasi (Daniel, 2001).
Menurut Larreche (2000), pemasaran adalah proses sosial yang melibatkan
kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan
pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.
Tujuan utama konsep pemasaran adalah membantu oraganisasi mencapai
tujuan mereka. Bagi perusahaan swasta, tujuan utamanya adalah laba bagi
i i k k i l b d l h i d b h hid d
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
22/75
adalah daya tahan,kenyamanan pemakaian, daya guna dan sebagainya. Pada
umumnya kualitas dihubungkan dengan penggunaan yang bersifat khusus
misalnaya panjang, lebar, warna, berat dan lainnya. Walaupun faktor mutu akan
menambah biaya produksi, peningkatan biaya mutu diimbangi denagn peningkatan
penerimaan oleh konsumen (Astuti, 2002).
2.3.2 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu pangan, menurut Hubies (1999) erat kaitannya dengan
sistem pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan,
penyimapangan dan hasil ahir. Sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu pangan)
dapat dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran, bentuk dan cacat; kinestika:
tekstur, kekentalan dan konsistensi; cita rasa; sensasi; kombinasi, bau dan
cicip)serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan mikroba). Sedangakan
secara eksternal (citra perusahaan) ditunjukkan oleh kemampuan untuk mencapai
kekonsistenan mutu (syarat dan standar), yang ditentukan oleh pembeli baik
didalam amaupun diluar negeri. Pengendalian mutu yang efektif akan mengurangi
tingkat resiko rusak dan susut.
d l i b j k i k li d k d
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
23/75
2.3.3 Pengendalian Mutu Bahan Baku
Bahan baku dalam perusahaan merupakan suatu unsur yang sanagt penting
dalam perusahaan bersangkutan. Ketiadaan bahan baku dalam suatu perusahaan,
akan berarti terhentinya proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Oleh karena itu, didalam suatu perusahaan tersedianya bahan baku untuk keperluan
proses produksi merupakan suatu hal yang mutlak dierlukan (Ahyari, 1998).
Bahan bakau merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap mutu
produk akhir. Bahkan didalam beberapa jenis perusahaan tertentu pengaruh bahan
baku ini sedemikian besarnya sehingga hampir seluruh mutu produk ditentukan
oleh mutu bahan bakunya. Oleh karena itu tidak pada tempatnya apabila perusahaan
meninggalkan pengendalian mutu bahan baku ini apabila perusahaan akan
melaksanakan pengendalian produk akhir dengan baik (Ahyari, 1998).
Tujuan pengendalian mutu bahan baku adalah agar produk nantinya sesuai
dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan memberi jaminan tidak terjadi
perubahan sifat kekhususan produk tersebut sehingga dapat diterima oleh
konsumen (Assauri, 2004). Kualitas produk yang dihasilkan tergantung bahan baku
di k l h k i h k i ik b k k d
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
24/75
BAB III
DASAR TEORI
3.4 Ikan Tuna
Menurut Sutarno (1990), ikan tuna dibagi menjadi enam jenis yaitu :
1.
Thumus albacores atau Yellow Fin Tuna atau mandidihang
2.
Thumus obesus atau Big Eye Tuna atau tuna mata besar
3.
Thumus olahunga atau Albacore atau albakor
4. Thumus maccoyii atau Blue Fin Tuna atau sirip biru
5. Thumus tongol atau long tail abu-abu
6. Katsuwonus pelamis atau Skipjack atau cakalang
Ikan tuna memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Adapun kandungan
gizi pada ikan tuna dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 3.1 Kandungan gizi Ikan Tuna per 100 gram
Komposisi Jumlah
Air 68,1 %
i
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
25/75
Menurut Tranggono (1991), daging tuna mengandung histamin, yaitu
senyawa beracun dari hasi dekarboksilasi asam amino histidin oleh enzim histidin
dekarboksilase yang diproduksi oleh bakteri. Selain itu, kandungan lemak tri metil
aminoksida dan asam amino bebas lebih banyak terkandung pada daging merah dari
pada daging putih. Kandungn histidin bebas dalam daging segar berkisar antara
7,45 samapai 14,60 %. Histamin diproduksi semakin banayak ketika ikan mulai
membusuk. Satuan kadar histamin dalam daging tuna dapat dinyatakan dalam
mg/100g, % atau ppm (mg/1000g).
Ikan-ikan berdaging putih rendah kandungan histidin bebasnya dan ketika
busuk tidak menghasilkan histamin sampai 10 % setelah dibiarkan 38 jam pada
suhu 250C. Di Amerika Serikat, khususnya oleh US-FDA telah dikeluarkan
pedoman kadar histamin dalam tuna, yaitu 20 mg/100g menunjukkan indikasi
penanganan yang tidak higienis pada beberapa tahap penanganan pasca tangkap
dan 50 mg/100g menunjukkan bahwa ikan tuna tersebut telah membahayakan
kesehatan konsumen bila dikonsumsi. Bagian depan tubuh ikan biasanya memiliki
kadar histamin paling tinngi dan terendah dibagian ekor (Winarno, 1982).
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
26/75
1. Persiapan bahan mentah
Persiapan bahan dilakaukan dengan pemilihan ikan yang akan dikalengkan,
pencucian, pemotongan menjadi bagian-bagian tertentu dan persiapan bahan untuk
pengolahan selanjutnya. Pencucian bertujuan untuk memisahkan bahan dari benda
asing yang tidak diinginkan seperti kotoran, minyak, tanah.
2.
Pre cooking atauFilling
Ikan yang bersih disusun dalam rak dan dimasukkan cooker-cookeryang telah terisi
penuh dialiri uap panas dari boiler. Suhu naik perlahan-lahan pada kisaran 1000C-
2000C selama 2 jam. Selanjutnya ikan yang telah melalui pre cooking diisikan
dalam kaleng sesuai kapasitas kaleng.
3. Pengisian media dan penutupan kaleng
Kaleng yang berisi ikan, diisi media dalam keadaan panas. Media berupa saus ata
minyak diisikan dalam kaleng dengan menyisakan ruang bagian atas setinggi3-4,5
mm sebagai head spaceuntuk vakum. Kemudian ditutup dengan vacum sealing
machineuntuk mendapatakan suasana vakum dan menutup kaleng secara hermetis.
4. Sterilisasi
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
27/75
3.6 Proses Produksi
Proses produksi yang berlangsung di PT. Aneka Tuna Indonesia adalah
Continous Process. Hal ini didasarkan pada proses produksi ikan tuna kaleng mulai
tahap awal hingga tahap akhir dilaksanakan keseluruhan pada satu waktu dan tidak
terputus-putus dengan berbagai varian produk. Selain itu proses produksi tidak
dapat dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan kerugian yang sangat
besar. Mesin dan peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur rapi dengan
memperhatikan urutan-urutan atau routingdalam menghasilkan produk tersebut,
juga arus barang serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan proses produksi Continous
Processi yaitu dapat dikurangi pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga
manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan menggunakan tenaga mesin
atau listrik. Sedangkan kekuranagannya adalah proses produksi mudah terhenti,
karena apabila terjadi kemacetan pada suatu proses (di awal, ditengah atau di
belakang), maka kemingkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang
disebabkan adanya saling hubungan dan urutan-urutan antara masing-masing
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
28/75
sepanjang perairan pantai selatan dari Cilacap hingga Banyuwangi, Bali, Lombok,
Sulawesi dan Irian. Sedangkan sumber bahan baku import berasal dari Filipina,
Jepang, Spanyol, Thailand, Taiwan dan Korea.
3.3.2 Bahan Pembantu
Bahan pemabantu yang digunakan dalam proses pengalengan ikan di PT.
Aneka Tuna Indonesia antara lain:
a.
Minyak
Minyak digunakan untuk menambah citarasa produk disamping bumbu-
bumbu lainnya. Minyak yang digunakan di PT. Aneka Tuna Indonesia yaitu:
1. SBO (Soya Bean Meal) atau minyak kedelai
2.
SFO (Sun Flower Oil) atau minyak biji bunga matahari
3. OFO (Onion Falvour Oil) atau minyak bawang
4. Olive Oilatau minyak zaitun
Ketiga jenis minyak tersebut diimpor dari Malaysia. Penggunaan jenis
minyak yang ditambahkan kedalam jenis produk tergantung dari permintaan
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
29/75
3.3.3 Proses Pengalengan Ikan Tuna
Proses pengalengan ikan tuna di PT. Aneka Tuna Indonesia dilakukan
dengan teratur dan terencana sehingga proses produksi dapat berjalan dengan
lancar. Keteraturan ini dapat dilihat dari proses yang dilakukan secara berurutan
mulai dari penerimaan bahan baku hingga menjadi produk yang siap untuk
dipasarkan. Tahapan proses pengalengan di PT. Aneka Tuna Indonesia dapat dilihat
pada Peta Proses Operasi pada Lampiran 5. Uraian masing-masing tahapan proses
adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Ikan dan Penyimapanan Beku dalam Cold Storage
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
30/75
Ikan yang dikirim ke PT. Aneka Tuna Indonesia darisupplierterbagi dalam
2 jenis pengangkutan yaitu dengan containerberpendingin (reefer container) dan
dengan kapal langsung (sistem curah). Apabila reefer container datang dalam
jumlah banyak, sistem yang diajalankan di cold storageadalah 2 container disizing
(pemisahan ikan berdasarkan jenis dan ukuran) dan 2 containerdisimpan dalam
keadaan belum disizing (unsize).
Cara kerja proses sizing yaitu ikan di fish box yang akan disizing
ditumpahkan ke bak penampung (hopper) kemudian dilewatkan di belt conveyor
dimana terdapatfish boxkosong dibagian kiri dan kanannya yang sudah ditentukan
untuk beberapa ukuran. Para pekerja yang sudah berdiri disebelah kiri dan kanan
conveyorkemudian memilih dan memisahkan ukuran ikan dan memasukannya ke
dalamfish boxkosong yang sudah ditentukan. Fish boxyang sudah penuh untuk
satu ukuran ikan akan diambil dan diganti dengan fish box lainnya kemudian
ditimabang dan diberi label.
Sistem penyimapanan yang digunakan dalam cold storage adalah FIFO
(First In First Out) sehingga ikan tuna yang masuk lebih dahulu juga akan keluar
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
31/75
Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Tuna Di PT. Aneka Tuna Indonesia
No Jenis Ukuran Berat
1 Skip Jack (SJ) SS Di bawah 1,4 kg
S 1,4 - 1,8 kg
M 1,83,4 kg
L1 3,4 - 4,5 kg
L2 4,5 - 5,5 kg
2 Yellow Fin (YF) SS Di bawah 1,4 kg
S 1,4 - 1,8 kg
M 1,83,4 kg
L1 3,4 - 4,5 kg
L2 4,5 - 5,5 kg
LL 7,0 - 10,0 kg
10 up 10,020,0 kg
20 up 20 kg ke atas
3 Albacore (AC) LL 7,0 - 10,0 kg
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
32/75
3. Pemotongan (cutting)
Cutting merupakan proses pemotongan ikan yang berfungsi untuk
membersihkan atau memisahkan jeroan ikan dan benda asing seperti tali, rafia, kail
dan lain-lain. Tujuan dari pembersihan jerohan yaitu agar tidak mempegaruhirasa
ikan (tidak pahit), ikan di pre cleaning lebih bersih, hasil fish juice lebih bagus,
serta ikan tidak cepat basi. Standar temperatur ikan pada proses cutting adalah 00C
sampai 40C dan pengukurannya menggunakan thermometer digital. Pengecekan
tersebut dilakukan dengan mengambil sampel ikan secara acak.
Proses cutting secara umum yaitu ikan dari hoppermenuju meja linelalu
dipotong untuk mengeluarkan jeroan kemuadian melewati alat pencuci (shower)
untuk membersihkan darah ikan menggunakan conveyor.Setelah itu disusun dalam
basketberdasarkan jenis, ukuran dan palka ikan untuk memudahakan penentuan
cooking time, diberi label untuk mempermudah mengetahuisupplierapabila ada
ikan yang kurang baik mutunya. Jeroan yang telah dikeluarkan dari ikan akan
berjalan melewati conveyormenuju tanki pembuangan.
Ikan berukuran SS sampai +7 dipotong menggunakan pisau dan melalui dua
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
33/75
Gambar 3.3 Skema cuttingikan ukuran +10 sampai +20
Keteranagan : 1. Hitam (dipotong bagian mata, menyamping)
2. Merah (dibelah bagian bawah perut)
3. Hijau (dipotong bagian ekor)
4. Orange (dibagi menjadi 2)
5. Kuning (dibelakang insang)
Manfaat pemotongan ikanberdasarkan skema diatas adalah mendapatkan
daging ikan (loin) yang lebih panjang, ikan lebih bersih karena jeroan mudah
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
34/75
dan kotoran yang terdapat pada ikan keluar melaui saluran pembuangan (drain).
Waktu pemasakan saat temperatur sudah mencapai 1000C dinamakan cooking time
yang lamanya tergantung pada jenis dan ukuran ikan. Pada cooking timedihasilkan
minyak ikan (fish juice) yang dikeluarkan melaui pipamenuju pengolahanfish juice.
Standar cooking time dapat dilihat pada Lampiran 7.
Pada proses pemasakan dalam satu cookertidak boleh ada ikan dengan jenis
dan ukuran berbeda karena akan mempengaruhi tingkat kematangan masing-
masing ikan. Temperatur setelah ikan dikeluarkan dari cookerdisebut temperatur
after cookyaitu 600C sampai 800C. Pengukuran temperatur ikan dilakukan secara
acak melalui sampel menggunakan thermometer digital. Apabila kurang dari 600C
ikan belum matang sehingga akan dimasak kembali. Sedangkan apabila lebih dari
800C ikan mengalami kegosongan (scorching) sehingga perlu dilakukan
penambahan waktushowering.
5. Pendinginan (cooling)
Sebelum proses pendinginan, dilakukan prosesshoweringterlebih dahulu.
Showering merupakan proses penyemprotan air pada ikan setelah proses cooking
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
35/75
tulang bagian tengah. Proses pengerikan dilakukan secara manual menggunakan
pisau. Bagian-bagian tubuh ikan yang dibuang akan melewati conveyormenuju
saluran pembuangan dan dijual untuk pakan ternak. Ikan yang sudah dibersihkan
diletakkan dalam baki untuk selanjutnya dibersihkan lebih lanjut oleh bagian
cleaning.
b.
Pembersihan (cleaning)
Tujuan dari clening adalah membersihkan sisa-sisa kulit, duri yang masih
menempel dan juga memisahkan antara daging putih (loin) dengan daging merah.
Pada proses ini daging ikan harus dipastikan benar-benar bersih. Daging ikan
dibelah menjadi empat bagian kemudian dikerik dengan menggunakan pisau, lalu
dipisahkan antara daging merah, shredded (hasil kerikan daging putih) dan duri.
Pengerikan dilakukan satu arah ke belakang agar tidak banyak daging ikan yang
terbuang. Proses pengerikan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau
khusus.
Terdapat empat macam tipe kerikan yaitu:
1. Tipe bersih
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
36/75
Hasil dari proses pengerikan ada empat yaitu loin, flake, shredded, red meat
and waste. Menurut Murniyati (2000) daging merah harus dipisahkan sebab
mutunya dalam perdagangan lebih rendah. Warna merah tersebut disebabkan oleh
darah yang membeku karena pemanasan.
7. Pengemasan (packing)
Packing adalah pengisian daging ikan kedalam kaleng maupun kantung
(pouch). Jenis daging ikan yang dimasukkan kemasan dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.
Loin (daging putih)
b. Shredded (hasil kerikan)
c. Daging merah, digunakan untukpet food
Sebelum kaleng digunakan, dilakukan pengecekan dan pemeriksaan
terlebih dahulu oleh bagian empty can untuk memastikan bahwa kaleng yang
digunakan tidak rusak dan aman bagi produk.
Produk yang dihasilkan PT. Aneka Tuna Indonesia dibedakan menjadi 3
yaitu:
a. Solid, yakni terdiri dari 80%-90% loindan 10%-20%flake
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
37/75
Gambar 3.5 Persiapan Proses Packing
Proses pengisian dagingdalam kaleng untuk produkflake dilakukan dengan
cara menghancurkan daging ikan menggunakan mesin flaker. Lalu daging ikan
akan melewati conveyoruntuk diambil duri, daging merah serta sisik yang masih
terdapat pada daging ikan. Selanjutnya daging ikan akan melewati metal detector
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
38/75
8.
Pemberian Bumbu (seasoning)
Seasoning merupakan proses penambahan bahan pembantu untuk diisikan
kedalam kaleng.Penambahan bahan pembantu ini berupa air (spring water), larutan
garam (brine), minyak (oil) dan bumbu-bumbu lainnya. Pengisian bahan pembantu
berbeda-beda tergantung dari produk yang diproduksi dan juga tergantung dari
permintaan pembeli. Bahan-bahan yang biasa ditambahkan padaseasoning adalah:
a.
SBO (Soya Bean Meal) atau minyak kedelai
b. SFO (Sun Flower Oil) atau minyak biji bunga matahari
c. OFO (Onion Falvour Oil) atau minyak bawang
d. Olive Oilatau minyak zaitun
e.
MSG (Monosodium glutamat)
f. I+G (Inosinate+Guanilat) sebagai penguat rasa MSG
g. Salt (garam)
Proses pembuatan bumbu dilakukan dengan mendidihkan air didalam tanki,
kemudian menimbang bumbu yang akan digunakan dan dimasukkan kedalam tanki.
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
39/75
Tujuan dariseamingadalah mencegah masuknya bakteri setelah proses sterilisasi
karena kaleng telah tertutup rapat. Murniyati (2000) menjelaskan bahwa
penghampaan bermaksud untuk:
a. Mengurangi tekanan didalam kaleng sehingga kaleng tidak pecah selama sterilisasi
b. Meniadakan oksigen untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi
(pengkaratan) pada bagian dalam kaleng; perkaratan dapat menyebabkan
kebocoran kaleng.
c.
Mengurangi kehidupan bakteri aerob
d. Menjaga kandungan vitamin C.
Prosesseamingyaitu kaleng yang telah berisi daging ikan dan bumbu masuk
ke mesin seamer.Indikator lid(tutup kaleng) memberi tanda baha kaleng masuk
kedalam lid (tutup kaleng) masukke atas kaleng. Sebelum bodydan lidbersatu,
head spacediisi steam sehingga udarayang ada didalam kaleng terdorong keluar
dan kaleng hanya berisi uap air. Setelah uap air dingin maka kondisi dalam kaleng
menjadi vakum atau hampa. Setelah itu kaleng tertutup secara double seam oleh
head seamer.
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
40/75
Proses sterilisasi di PT. Aneka Tuna Indonesia adalah sebagai
berikut:kaleng dalam seamer menuju can washer untuk dicuci dengan
menggunakan air, sabun dansteam. Proses ini bertujuan membersihkan kaleng dari
sisa minyak yang masih menempel setelah proses seasoning. Kemudian kaleng
yang sudah bersih melewati conveyoruntuk dimasukkan kedlam basket,proses ini
disebut unloading.Lalu basket dimasukkan kedalam retortuntuk proses sterilisasi
dengan temperatur dan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan jenis produk.
Waktu dan temperatur sterilisasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Setelah proses
sterilisasi selesai dilakukan proses cooling didalam retort. Selanjutnya basket
dikeluarkan dari retort dan dishowerkemudian dimasukkan ruang inkubasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat proses sterilisasi adalah:
1.
Pre heating, proses pemanasan dalam retort yang bertujuan menghilangkan udara
didalam retort serta untuk mendapatkan panas yang optimal. Media yang dipakai
adalah uap.
2. Waktu sterilisasi, waktu yang diperlukan saat proses berlangsung dengan suhu yang
konstan sampai waktu yang ditentukan.
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
41/75
Hagoromo (UC80) dan pet food setelah diberi label dimasukkan dalam plastik
shrink secara manual kemudian direkatkan menggunakan mesin Universal
Shrinker.
Warehouse yang terdapat di PT. Aneka Tuna Indonesia yaitu:
1. Warehouse untuk menyimpan produk human food
2.
Warehouse untuk menyimpan produkpet food
3.
Warehouse untuk menyimpan kardus dan label
4.
Warehouse untuk menyimpanstockproduk jadi (cadangan)
3.7 Pengendalian Mutu
Dalam pengendalian mutu ikan tuna kaleng harus diperhatikan beberapa hal
yang akan mempengaruhi kualitas produk, yaitu bahan baku, proses produksi dan
produk akhir. Apabila tedapat kondisi yang menyimpang maka dilakukan tindakan
koreksi.
3.4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku
Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan oleh PT. Aneka Tuna
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
42/75
Penentuan standar nilai peroksida dilakukan untuk mengetahui tingat
kerusakan minyak. Apabila nilainya melebihi nilai diatas menunjukkan bahwa
minyak telah rusak karena teroksidasi. Kerusakan minyak yang utama adalah
karena peristiwa oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik
yang dapat menyebabkan bau minyak menjadi tengik.
Penentuan FFA dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak. Apabila
nilainya melebihi batas diatas menunjukkan bahwa kualitas minyak rendah karena
semakin tinggi kualitas asam semakin rendah kualitas minyak. Pengujian minyak
juga dilakukan secara organoleptik yaitu melaui bau danketengikan minyak.
Tindakan koreksi yang dilakukan apabila minyak tidak memenuhi standar adalah
minyak ditolak oleh PT. Aneka Tuna Indonesia.
3.4.3 Pengendalian Mutu Proses
Pada setiap tahapan proses pengalengan ikan tuna dilakukan tindakan
pengendalian mutu. Hal ini bertujuan untuk memantau proses produksi dan
meminimalkan bahaya-bahaya yang memungkinkan timbul pada tiap tahapan
proses tersebut. Kegiatan pengendalian mutu dilakukan pada tahap-tahap berikut
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
43/75
Pengendalian mutu pada proses defrostadalah penggunaan waktu defrost
yang berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukuran ikan. Standar waktu defrost
dapat dilihat pad Lampiran 6. Standar temperatur setelah pelelhan yaitu -10C s/d
30C sehingga mempermudah proses pemotongan ikan. Pemeriksaan temperatur
dilakukan dengan cara mengambil sampel 2 ikan pada setiap basket sebelum
sirkulasi air I dan setelah dilelehkan untuk kemudian dilakukan pengukuran
temperatur tulang tulang belakang ikan (back bone temperature). Tindakan yang
dilakukan apabila temperatur ikan belum mencapai temperatur standar defrost
adalah melelehkan ikan kembali.
3. Pemotongan (cutting)
Pada saat pemotongan, hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi ikan
secara fisik hasrus sesuai dengan standar iakn segar. Temperatur standar
pemotongan ikan adalah 00C sampai +40C dan pemeriksaannya dilakukan dengan
mengambil sampel ikan secara acak. Apabila temperatur lebih rendah dari standar
maka ikan akan sulit untuk dipotong sedangkan apabila lebih tinggi maka ikan akan
hancur saat dipotong. Tindakan koreksi yang dilakukan apabila ditemukan ikan
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
44/75
Pengendalian mutu pada proses cleaning yaitu pada saat pengambilan
tulang bagian tengah harus dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak hancur. Faktor
yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah kebersihan daging putih sehingga
tidak tercemar oleh kotoran dan tidak banyak yang hancur, juga kecermatan dalam
pemisahan daging merah dan daging putih sehingga daging putih tidak ikut
terbuang. Apabila kualitas ikan tidak baik maka dilakukan rejectdaging ikan (loin).
Loin yang direject antara lain:
a.
Daging kuning atau orange meat
b. Daging lembek berserat atausoft meat
c. Daging lembek tidak berserat seperti bubur ataupasty meat
d. Daging keropos dan apabila dimakan menyebabkan gatal-gatal atau honey comb.
7.
Pengemasan (packing)
Pada pengemasan produk flake terdapat metal detector yang berfungsi
mendeteksi logam yang terbawa bersama daging ikan ketika dimasukkan ke dalam
kantong pouch. Alarm akan berbunyi apabila ditemukan logam pada flake.
Tindakan koreksi yang dilakukan apabila alarm berbunyi adalah menghentikan belt
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
45/75
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat lubang atau kaleng yang penyok. Hal
ini sangat penting karena kerusakan pada kaleng akan mengakibatkan kontaminasi
mikroba yang dapat merusak makanan. Apabila terdapat kaleng yang rusak maka
akan direjectdan daging ikan dikemas kembali.
10.Sterilisasi (retorting)
Tahap ini merupakan tahap yang terpenting karena temperatur dan lama
sterilisasi harus dapat membunuh mikroba pathogen dan perusak komposisi
makanan, namun tidak boleh merusak nilai gizi dari produk. Pengendalian mutu
yang dilakukan selama proses sterilisasi yaitu:
a. Menggunakan suhu diatas 1000C. Waktu dan temperatur yang digunakan pada
proses sterilisasi berbeda-beda tergantung dari jenis produknya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
b. Kaleng yang telah disterilisasi harus segera didinginkan. Hal ini dilakukan untuk
mencegah over cooking atau over processing yaitu ikan mengalami pemasakan
lanjut yang dapat mengakibatkan perubahan rasa, warna dan tekstur daging.
3.4.4 Pengendalian Mutu Produk Akhir
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
46/75
labolatorium. Uji visual meliputi keadaan kaleng dan uji produk (tekstur, bau,
warna). Uji dilabolatorium meliputi gross weight, net weight, drained weight,
pressed weight,prosentaseflakes, aqueus component,kandungan histamin, kadar
garam dan pH. Persyaratan tersebut disesuaikan dengan standar masing-masing
produk. Salah satu contoh persyaratan produk akhir adalah sebagai berikut:
a.
Kandungan histamin
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
47/75
BAB IV
PELAKSANAAN
4.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada tanggal 09 - 23.
November 2015. Praktek Kerja Lapang bertempat di PT. Aneka Tuna Indonesia,
yang berlokasi di Jalan Raya Surabaya-Malang Km. 38 Gempol Pasuruan 67155.
Tabel 4.1 KEGIATAN PELAKSAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
TANGGAL HARI BAGIAN
09112015 SENIN Cold Storage
(Penyimpanan Beku)
10 -112025 SELASA Defrost
(Pelelehan)
11112015 RABU Cutting
(Pemotongan)
12112015 KAMIS Cooking
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
48/75
1. Observasi dan pengamatan langsung
Yaitu mengamati secara menyeluruh proses pegolahan produk yang di perusahaan
mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi samapai pada produk jadi dan
siap didistribusikan. Selain itu juga mengamati obyek-obyek dilapang diantaranya
gedung produksi, tempat pengolahan limbah dan tempat lain yang dianggap perlu.
2.
Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab yang dilaksanakan dengan pihak-
pihak bersangkutan.
3. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data pelengkap untuk penunjang penulisan laporan yang
dilakukan dengan cara mempelajari data atau catatan-catatan yang ada
hubungannya dengan perusahaan dan kegiatan perusahaan.
4. Studi Literatur
Yaitu pengumpulan data dan informasidari buku-buku literatur , internet, jurnal
serta sumber-sumber lain yang erat kaitannya dengan dengan kegiatan perusahaan
terutama yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
49/75
4.3.2 Tugas Khusus
Pengendalian mutu produksi ikan tuna dalam kemasan di PT. Aneka Tuna
Indonesia yang meliputi:
a. Pengendalian mutu bahan baku
b. Pengedalian mutu proses produksi
c.
Pengendalian mutu produk akhir
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
50/75
BAB V
STUDI KASUS PENGENDALIAN MUTU
PRODUKSI IKAN TUNA DALAM KEMASAN
Dalam pengendalian mutu yang dilakukan oleh PT.Aneka Tuna Indonesia
bertujuan untuk mendapatkan produk akhir yang berkualitas tinggi sesuai dengan
keinginan konsumen. PT.Aneka Tuna Indonesia telah mendapatkan Sertifikat
HACCP dari Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan pada
tahun 1997 yang membuktikan bahwa produk-produk PT.Aneka Tuna Indonesia
diproduksi dengan cara terbaik dan terjamin kualitasnya. HACCP juga diartikan
sebagai sistem pencegahan untuk pengendalian makanan dengan mengontrol titik
bahaya atau titik kendali kritis (CCP) pada bahaya kontaminasi, mikrobiologi, fisik,
kimia, bahan baku, proses dan penyimpanan.
Titik-titik kendali kritis (CCP) pada proses produksi ikan tuna dalam
kemasan adalah:
1. Kualitas ikan pada saat datang diperiksa secara manual dengan menggunakan pisau,
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
51/75
a. Mengorganisir bagian pengendalian mutu, bagian monitoring proses, bagian
analisis, bagian sanitasi, bagian pemberian bumbu dan bagian R & D
b.
Mengimplementasikan keamanan pangan dan sistem mutu dalam proses
produksi
c. Menjawab keluhan konsumen
d.
Meyakinkan bahwa rencana HACCP diimplementasikan dalam aktivitas
produksi sehari-hari
5.4 Pengendalian Mutu Bahan Baku dan Bahan Pembantu
5.1.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku
Produk yang telah dikemas dalam kantong nantinya akan diekspor dengan
negara tujuan adalah Jepang (Hagomoro). Produk ini berisi 100% flakei dengan
ukuranflake 20 mm. Jenis ikantuna yang digunakan adalah Yellow Fin.Penerimaan
bahan baku harus benar-benar diperhatikan. Pengujian yang pertama dilakukan saat
penerimaan bahan baku adalah pemeriksaan kondisi ikan secara fisik meliputi
kondisi kulit, lendir kulit, konsentrasi daging, penutup insang, insang, mata,bau
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
52/75
dapat menyebabkan keracunan. Metode yang digunakan dalam pengujian kadar
garam adalah metode Volhard selain itu juga menggunakan Na-meter. Kadar garam
pada ikan harus diketahui karena mempengaruhi pemberian bumbu atauseasoning.
Apabila kadar garam ikan tinggi maka pada saat pengisian ikan dalam kemasan,
loindari ikan berkadar garam tinggi dicampur dengan loin dari ikan sejenis tetapi
berkadar garam rendah. Kadar garam juga mempengaruhi formai brine, apabila
kadar garam ikan tinggi maka larutan brine tidak perlu ditambah garam. Untuk
pengujian suhu dilakukan dengan mengukur suhu tulang belakang ikan (back bone
temperature) dengan menggunakan thermometer digital. Tindakan koreksi yang
dilakukan apabila ikan yang diterima tidak sesuai standar yaitu merejectikan.
5.1.2 Pengendalian Mutu Bahan Pembantu
Pengendalian mutu bahan pembantu, khususnya minyak harus diperhatikan
karena diantara bahan pembantu yang lain, minyak mudah mengalami kerusakan
sehingga kualitas minyak yang diterima dan dipergunakan harus benar-benar baik.
Pemeriksaan dilakukan setiap kali minyak darisupplierdatang. Pengujian pertama
yang dilakukan adalah pengujia organoleptik yaitu melalui bau dan ketengikan
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
53/75
pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam, maka rendah kualitas
minyak. Tindakan koreksi yang dilakukan apabila minyak tidak memenuhi standar
nilai peroksida dan standar kandungan asam lemak bebas maka minyak ditolak oleh
PT. Aneka Tuna Indonesia. Minyak yang digunakan adalah Soya Bean Oil atau
minyak kedelai.
5.5 Pengendalian Mutu Proses
Pada setiap tahapan proses produksi ikan tuna dalam kemasan dilakukan
tindakan pengendalian mutu. Hal ini dilakukan untuk memantau proses produksi
dan meminimalkan bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada tiap tahapan proses.
Pengendalian mutu ini dilakukan mulai dari tahap penerimaan ikan di cold storge
yaitu kandungan histamin ikan, kadar garam ikan, dan temperatur ikan; pelelehan
(defrost) yaitu temperatur ikan setelah dilelehkan; pemotongan (cutting) yaitu
temperatur ikan, kondisi ikan dan kondisi pisau; pemasakan (cooking) yaitu waktu
dan temperatur pemasakan ikan; pendinginan (cooling) yaitu temperatur ikan
sesudah dimasak dan sesudah didinginkan; pembersihan (cleaning) yaitu kualitas
ikan, pekerja, kondisi ikan yang sudah dibersihkan dan peralatan yang digunakan;
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
54/75
untuk menjaga agar produk yang tidak memenuhi standar (produk cacat) tidak
sampai ke tangan konsumen serta untuk memastikan bahwa produk perusahaan
yang diterima konsumen benar-benar dalam kondisi terbaik.
Tindakan pengendalian mutu yang dilakukan pada produk akhir adalah
pemeriksaan produk dengan menggunakan sinar X (X-ray). Hal ini untuk
memeriksa ada tidaknya duri atau benda asing terutama logam yang terdapat alam
produk. Tindakan koreksi yang dilakukan apabila terdapat benda asing dalam
produk adalah produk akan direject.
Selain itu juga dilakukan inkubasi produk setelah sterlisasi selama 7 hari
dan setelah produk disusun dalam pallet selama 7 hari dengan tujuan untuk
mengetahui apakah sealnya sudah benar-benar kuat, apakah kantong telah benar-
benar vakum dan kenampakan atau bentuk kantong juga harus diperhatikan jangan
sampai ada sobek. Penyimpanan produk dilakukan pada tempat yang kering, tidak
terlalu panas ataupun lembab dan sirkulasi udara harus lancar.
Ada 2 pengujian yang dilakukan terhadap produk akhir. Pengujian pertama
adalah uji visual. Uji visual meliputi keadaan kantong dan isi produk (tekstur, bau,
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
55/75
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kegiatan pengendalian mutu produksi ikan tuna dalam kemasan meliputi
pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses produksi dan
pengendalian mutu produk akhir. Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan
antara lain dengan cara menguji kandungan histamin, kadar garam ikan dan suhu
maksimal penerimaan ikan. Untuk bahan pembantu, khususnya minyak dilakukan
pengujian nilai peroksida minyak dan kandungan asam lemak bebasnya. Kegiatan
pengendalian mutu proses dilakukan pada semua tahapan mulai dari penerimaan
ikan di cold storage, pelelehan (defrost), pemotongan (cutting), pemasakan
(cooking), pendinginan (cooling), pembersihan (cleaning),pengemasan (packing),
pemberian bumbu (seasoning), sterilisasi (retorting) dan penggudangan
(warehousing).
Kegiatan pengendalian mutu produk akhir yang dilakukan antara lain
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
56/75
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1994. Perencanaan Sistem Produksi. BPFE UGM. Yogyakarta.
Ahyari, A. 1998. ManajemenProduski dan Pengendalian Produksi. Edisi IV.
BPFE UGM. Yogyakarta.
Anonymous. 2003. Ikan. http://www.asiamaya.com. Diakses November 2015.
Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Fakultas
Ekononomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Assauri. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Fakultas
Ekononomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Hadiwiyoto. 1982. Hasil-Hasil Olahan : Susu, Ikan, Daging dan Telur. Libery.
Yogyakarta.
Hadiwiyoto. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Liberty. Jakarta.
Handoko. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE UGM.
Yogyakarta.
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
57/75
Waridi. 2004. Pengolahan Sosis Ikan.http://202.152.31.170/modul/pertanian/thp/pengolahan_sosis_ikan.pdf.
Winarno, F. G. 1982. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia.
Jakarta.
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
58/75
50
Lampiran 1. Denah Lokasi PT. Aneka Tuna Indonesia
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
59/75
51
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Aneka Tuna Indonesia
Board of
Commissioners
Board ofDirectors
Presdient/
General Manager
Halal
Auditor
Safety & Health
Team (K3)
Deputy
General Manager
FactoryManager
ProcurementGeneral
MarketingManager
Finance & AccManager
PersonalManage
Ass. Factory
Manager
Ass. Factory
Manager
Ass. Factory
Manager
Purchasi
ng
Sr. StaffSr. Staff Sr. StaffLocal
Sr. StaffShipping
Sr. StaffShipmen
Sr. Staff Sr. Staff LeaderSecurity
Training
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
60/75
52
Factory
Manager
Ass.Factory
ManagerAss.Factory
ManagerAss.Factory
Manager
Production -1
ManagerProduction -2
ManagerQA
ManagerQA
ManagerProduction -3
ManagerProduction -4
Manager
Cold Storage
Section Head
Cutting
Section Head
Maintenance
Section Head
Fish Juice
Section Head
CookingLeader
Cleaning
Section Head
Prod Control
Section Head
Analist
Section Head
Kaizen
Section Head
R & D
Section Head
Sanitation
Section Head
Documentary
Section Head
Process Control
Section HeadPacking HF
Section Head
Packing
Section Head
Empty Can
Section Head
Seasoning
Section Head
Seamer
Section Head
Ware House
Section Head
Retort
Section Head
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Aneka Tuna Indonesia (lanjutan)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
61/75
Lampiran 3. Gambar Denah Aliran Material PT. Aneka Tuna Indonesia
2 3 4
1 5
6
7
8
9
U 10
11
12
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
62/75
54
Lampiran 4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan
Tahapan
ProsesParameter
Pengambilan SampelCara Pengujian Standar Tindakan Koreksi
Frekuensi Jumlah Sampel
Penerimaan
di Cold
Storage
Kandungan
histamin ikan
Setiap
penerimaan ikan
9 ikan per lot
Menggunakan
metode HPLC dan
Flourometer
Maksimum
50 ppm
Mereject ikan apabila kandungan
histaminnya melebihi standar
Kadar garam
ikan
Setiap
penerimaan ikan10 ikan per lot
Menggunakan
metode Volhard1,6 %
Mereject ikan apabila kadar garam
terlalu tinggi
Temperatur
ikan
Setiap
penerimaan ikan
12 ikan per ton
untuk ikan
beku dan 6
ikan per ton
untuk ikan
segar
Mengukur suhu
dengan
menggunakan
termometer
Maksimal -
130C ikan
beku dan 0-
10C ikansegar
Segera memasukkan ikan ke dalam
cold storage, namun apabila suhu ikan
ynag diterima terlalu tinggi maka ikan
akan direject
Pelelehan
(defrost)
Temperatur
ikan
Setiap basket
sebelum
sirkulasi 1 dan
seleksi defrost
3 ikan per
tanki
Mengukur suhu
dengan
menggunakan
termometer
Suhu air yang
digunakan
270C, setelah
defrost
temperatur 1
s/d 30C
Menjaga kesinambungan aliran air
selama defrost, membersihkan box
setelah digunakan, menambahkan atau
mengurangi waktu defrost
Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
63/75
55
Lampiran 4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan (Lanjutan)
Tahapan
ProsesParameter
Pengambilan Sampel Cara
PengujianStandar Tindakan Koreksi
Frekuensi Jumlah Sampel
Pemotongan
(cutting)
Tmperatur
ikan
Setiap bagian
dan ukuran
5 ikan
Mengukur
suhu
menggunakantermometer
Maksimal 40C
Pengaturan waktu pemasakan ikan,
apabila suhu ikan masih rendah maka
waktu pemasakan ditambah begitupula sebaliknya
Kondisi ikanSetiap lot dan
ukuran-
Tes
menggunakan
panca indera
Tidak ada
kerusakan atau
benda asing
Ikan yang lunak atau hancur dan
mempunyai karakteristik bau yangmenyimpang direject, mengeluarkan
benda asing yang terdapat pada ikan
Kondisi pisau Setiap jam Semua pisauPemeriksaan
secara visual
Pisau dalam
kondisi baik
Pisau yang rusak tidak digunakan
untuk memotong ikan dan pisau yang
tidak tajam di asah kembali
Pemasakan
(cooking)
Waktu dan
temperatur
Setiapkali
memasakSetiap cooker
Melihat jam
dan MIG
(mercury in
glass)
Temperatur
cooking 1000C dan
waktunya sesuai
ukuran ikan
Melakukan tes dan bila perlu
mengubah waktu dan suhu pemasakan
ikan apabila sering terjadi over/under
cooking
Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
64/75
56
Lampiran 4. Pengendalian Mutu Proses Produksi Ikan Tuna Dalam Kemasan (Lanjutan)
Tahapan
ProsesParameter
Pengambilan SampelCara Pengujian Standar Tindakan Koreksi
Frekuensi Jumlah Sampel
Pendinginan
(cooling)
Temperatur
sesudah
dimasak
Setiap
cooker
3 ikan per
basket
Mengukur suhu
dengan
termometer
Suhu tulang
belakang ikan 60-
800
C
Pemasakan ulang ikan yang suhunya 60C
Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
69/75
61
Lampiran 6. Waktu Pemasakan Ikan
Jenis Ukuran Come Up Time (Menit) Cooking TimeNormal Cooking Time Fresh Fish
Yellow Fin (YF) 20 Up (20kg keatas) 20 3 jam 0 menit 3 jam 0 menit
10 Up (10-20 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 0 menit
LL (7-10 kg) 20 2 jam 50 menit 3 jam 10 menit
L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 20 menitL1 (3,4-4,5 kg) 20 1 jam 30 menit 1 jam 40 menit
M (1,8-3,4 kg) 20 1 jam 10 menit 1 jam 20 menit
S (1,4-1,8 kg) 20 0 jam 50 menit 1 jam 0 menit
SS (dibawah 1,4 kg) 20 jam 40 menit 0 jam 50 menit
Skip Jack(SJ) L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 0 menit
L1 (3,4-4,5 kg) 20 1 jam 50 menit 1 jam 50 menit
M (1,8-3,4 kg) 20 1 jam 10 menit 1 jam 10 menit
S (1,4-1,8 kg) 20 0 jam 50 menit 0 jam 50 menit
SS (dibawah 1,4 kg) 20 0 jam 40 menit 0 jam 40 menit
Albacore (AC) LL (20 kg keatas) 20 3 jam 20 menit 3 jam 0 menit
10 Up (10 kg keatas) 20 2 jam 40 menit 1 jam 30 menit
7 kg keatas 20 3 jam 10 menit 3 jam 10 menit
L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 10 menit 2 jam 10 menit
Big Eye (BE) 10 Up (10 kg keatas) 20 2 jam 40 menit 2 jam 50 menit
7 kg keatas 20 2 jam 50 menit 3 jam 15 menit
5,5-7 kg 20 2 jam 30 menit 2 jam 30 menit
L2 (4,5-5,5 kg) 20 2 jam 0 menit 2 jam 0 menit
L1 (3,4-4,5 kg) 20 1 jam 30 menit 1 jam 40 menit
M (1,8-3,4 kg) 20 1 jam 20 menit 1 jam 20 menit
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
70/75
62
Lampiran 7. Waktu Pelelehan (Defrost) Ikan
Jenis Ikan Ukuran Sirkulasi Air I (menit) Perandaman (Jam) Sirkulasi Air II (menit) Temperatur (0C)
Skip Jack(SJ) 5,5 kg keatas 60 5 60 -1 s/d 3
L2 (4,5-5,5 kg) 50 4 40 -1 s/d 3
L1 (3,4-4,5 kg) 50 3 40 -1 s/d 3
M (1,8-3,4 kg) 50 2 35 -1 s/d 3S (1,4-1,8 kg) 20 2 15 -1 s/d 3
SS (dibawah 1,4 kg) 20 2 15 -1 s/d 3
Yellow Fin (YF) 20 Up (20 kg keatas) 60 9 60 -1 s/d 3
10 Up (10 kg keatas) 60 9 60 -1 s/d 3
LL (7-10 kg) 60 8 60 -1 s/d 3
L2 (4,5-5,5 kg) 50 4 40 -1 s/d 3
L1 (3,4-4,5 kg) 50 3 40 -1 s/d 3
M (1,8-3,4 kg) 50 2 35 -1 s/d 3
S (1,4-1,8 kg) 20 2 15 -1 s/d 3
SS (dibawah 1,4 kg) 20 2 15 -1 s/d 3
Albacore (AC) 10 Up (10 kg keatas) 60 9 60 -1 s/d 3
LL (7-10 kg) 60 8 60 -1 s/d 3
Big Eye (BE) 7 Up (7 kg keatas) 60 4 60 -1 s/d 3
7 Below (7 kg kebawah) 50 3 40 -1 s/d 3
Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
71/75
63
Lampiran 8. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Produksi PT. Aneka Tuna Indonesia
No Nama Mesin Spesifikasi
1. Mesin Pendigin pada Cold Storage Fungsi : Menurunkan suhu samapai -250C
Tipe :Recripocating Two Stages Compresor
Model : Mycom N62 WA-1100
Suhu : -250C
Jumlah : 6 buah
Refrigerant : Amoniak
2. Mesin Pemotong Ikan (Band Saw) Fungsi : memotong ikan tuna untuk ukuran +10 samapai dengan +20 kg
Buatan : JepangJumlah : 1 Unit
3. Mesin Pemasak (Cooker) Fungsi : untuk memasak ikan
Tipe :Autoclav/Cooker HorizontalKapasitas : 5 basket
Jumlah : 10 Unit
4. Mesin pendingin pada CoolingRoom
Fungsi : mendinginkan ikan hingga suhu maksimal 55 C untuk mencegah kegosonganTipe :Moving Shower
Jumlah : 6 Unit
5. Mesinpacking a. Hermasa (Tuna pack 300)
Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng
Buatan : Thailand
Kecepatan : 300 kaleng/menit
Jumlah : 1 Unit
b. Flake Filler
Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng
Buatan : Jepang dan ThailandKecepatan : 150 kaleng/menit
Jumlah : 4 Unit
c.
Golden Tech
Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng 2 kg
Kecepatan : 24 kaleng/menit
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
72/75
64
Buatan : Thailand
d. Luthi
Fungsi : mengisi daging ikan kedalam kaleng ukuran 100-200 gr
Kecepatan : 240 kaleng/menit
Buatan : USA
Jumlah : 2 Unit
e.
Vacuum Sealer
Fungsi : mengemas produkpouch
Buatan : Thailand
Jumlah : 3 Unit
f. Ultravac
Fungsi : mengemas loin tuna
Model : 2100
Buatan : USA
Jumlah : 1 Unit
6. Mesin pendeteksi logam (Metal
Detector)
Fungsi : untuk mendeteksi adanya logam pada daging ikan
Merk : AnritsuBuatan : Jepang
7. Mesin penutup kaleng (seamer) Fungsi : menutup kaleng secara hermetisTipe : Vacuum Seamer dan Steam Seamer
a. Merk : varin 41P
Buatan : Thailand
Kecepatan : 150 kaleng/menit (kaleng 307 x 111 dan 211 x 109)
Jumlah : 2 Unit
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
73/75
65
b. Merk : 13Mseamer
Buatan : Jepang
Kecepatan : 30 kaleng/menit (kaleng 603 x 408)
c.
Merk : Canco 400
Buatan : Thailand
Kecepatan : 120 kaleng/menit (kaleng 211 x 109 dan 307 x 111)
Jumlah : 2 Unit
d. Merk : 32Mseamer
Buatan : Jepang
Kecepatan : 210 kaleng/menit (kaleng 301 x 102)
Jumlah : 1 Unit
e.
Merk : 14Mseamer
Buatan : Jepang
Kecepatan : 75 kaleng/menit (kaleng 307 x 111 dan 300 x 200)
Jumlah : 2 Unit
f. Merk : 605Mseamer
Buatan : JepangKecepatan : 85 kaleng/menit (kaleng 211 x 109 dan 307 x 111)
8. Retort Fungsi : untuk sterilisasi produk
Buatan : Indonesia
Tipe :Retort Horizontal
Jumlah : 26 Unit
9. Jet Print Fungsi : memberi print tinta pada kaleng yang berisi tanggal produksi, kode produksi serta tanggal
kadaluarsa
Merk : Hitachi KX-EBuatan : Jepang
Jumlah : 5 Unit
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
74/75
66
10. Mesin perekat label (Labelling
Machine)
Fungsi : merekatkan label pada kaleng
Buatan : Thailand
Jumlah : 6 Unit
11. Mesin Lakban Fungsi : menutup kardus dengan lakban
Merk :Everoll
Buatan : Thailand
Jumlah : 4 Unit12. Mesin perekat plastik (Universal
Shrinker)
Fungsi : merekatkan plastik pada kaleng
Merk : Universal Shrinker
Tipe : L 9300 FE
Buatan : Jepang
Jumlah : 2 Unit
13. MesinX-ray Fungsi : mendeteksi adanya tulang ataupun benda asing pada produk Hagoromo (UC80) danpouch
Merk : Aritsu
Buatan : JepangJumlah : 2 Unit
14. Boiler Fungsi : memasak air untuk produksisteami yang akan di alirkan pada departemen-departemen yang
membutuhkan
Merk : Maxitherm and Friedrich U Karl Bay
Buatan : Indonesia dan Jerman
Kapasitas : 3,25 ton
Jumalah : 4 Unit
15. Fish box Fungsi : sebagai tempat ikan pada prosessizing
16. basket Fungsi : sebagai tempat ikan yang akan dimasak, tempat kaleng yang akan disterilisasi
17. Pisau Fungsi : membersihkan dan memotong ikan
-
7/26/2019 Laporan Kerja Praktek Lengkap
75/75
67
18. Meja Stainless Steel Fungsi : sebagai tempat pengolahan baik untuk membersihkan, pengirisan dan inspeksi
19. Nampan Stainless Steel Fungsi : sebagai tempat iakn yang sudah dibersihkan
20. Timbangan Analitik Fungsi : untuk menimbang berat daging ikan dan kaleng , menimbang minyak untuk produkpouch
21. Filler air dan brine Fungsi : untuk mengisi air atau brinesebagai bahan tambahan produk tuna dalam kaleng
22. Conveyor Fungsi : untuk memindahkan bahan dari proses satu ke proses lainnya dalam jarak dekat
23. Hand Pallet Fungsi : memindahkan basket setelah dimasak
24. Pallet Fungsi : untuk produk akhir yang akan diinkubasi
25. Forklift Fungsi : memindahkan barang dalam jumlah besar
Sumber: PT. Aneka Tuna Indonesia (2015)