laporan keluarga binaan

Upload: alen-rendak

Post on 12-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Lapsus IKM

TRANSCRIPT

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KELUARGA BINAANHIPERTENSI

OLEHEVERT YANRI IMANUEL SILAENH1A008039

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYAILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMPUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT2014

I.KASUS PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN

Data Kasus Pasien dalam Keluarga BinaanTanggal 28-04-2014diisi oleh Nama: Evert Yanri Imanuel Silaen NIM : H1A 008 039Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Puskesmas KediriPasienKeterangan

NamaNy Rohanah

Umur 43 tahun

AlamatDusun Gelogor Selatan RT 04, Kecamatan Kediri, Lombok Barat

Jenis kelaminPerempuan

AgamaIslam

PendidikanSD

PekerjaanWiraswasta

Status perkawinanMenikah

Kedatangan yang ke1

Telah diobati sebelumnya: Sudah diobati-

Alergi obat -

Sistem pembayaran : Jamkesmas

II. IDENTITAS KELUARGA BINAANKeluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga Ny. Rohanah. Tn Idham merupakan kepala keluarga dalam rumah yang dihuninya. Keluarga ini terdiri dari Ny. R, Suami (Tn. I) , anak ketiga( Tn. A), Istri anak ketiga (Ny. I) , anak keempat (An. M), dan anak kelima (An. R) . keluarga ini tergolong dalam extended family Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat kunjungan pertama:Data Anggota Keluarga:Anggota KeluargaKeterangan

NamaTn. IdhamSuami Pasien

Umur47 tahun

AlamatDusun Gelogor Selatan RT 04, Kecamatan Kediri, Lombok Barat

AgamaIslam

PendidikanSD

PekerjaanWiraswasta

StatusMenikah

Anggota KeluargaKeterangan

NamaTn. AzmiAnak ke 3

Umur20 tahun

AlamatDusun Gelogor Selatan RT 04, Kecamatan Kediri, Lombok Barat

AgamaIslam

PendidikanSMA

PekerjaanWiraswasta

StatusMenikah

Anggota KeluargaKeterangan

NamaIta MaritaIstri Tn Azmi

Umur20 tahun

AlamatDusun Gelogor Selatan RT 04, Kecamatan Kediri, Lombok Barat

AgamaIslam

PendidikanSMA

PekerjaanIRT

StatusMenikah

Anggota KeluargaKeterangan

NamaRiski WahyudiAnak ke lima

Umur12 tahun

AlamatDusun Gelogor Selatan RT 04, Kecamatan Kediri, Lombok Barat

AgamaIslam

PendidikanSD

Pekerjaan-

StatusBelum menikah

Keluarga Ny. R secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga / ikhtisar keluarga sebagai berikut:Ikhtisar Keluarga Ny. R

Tn. I

Ny.R

An. MDNy. IAn.RTn. ATn. D (Meninggal)Ny.R

Keterangan:= Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

= Pasien= Keluarga binaan

III. DATA STATUS KESEHATAN KELUARGAData kesehatan awal diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaanAspek PemeriksaanNy. R (Pasien/Ibu)Tn. I (Suami Pasien)Tn. A (Anak III)Ny. I (Istri Anak III)An. R (Anak V)

BB70 kg66 kg64 kg51kg41

TB159 cm171 cm168 cm158 cm140

TD150/90140/80120/70110/80-

N92x/mnt88x/mnt78x/mnt74x/mnt88x/mnt

RR16 x/mnt18x/mnt20x/mnt16x/mnt22 x/mnt

IMT27,622,522,6720,420,9

IV. DATA PELAYANANANAMNESIS(Dilakukan pada tanggal 23 Maret 2014, di poli dewasa Puskesmas Kediri)Alasan kedatangan/keluhan utama:Pasien datang dengan keluhan sakit kepalaRiwayat perjalanan penyakit sekarang:Pasien mengeluh sakit kepala sejak 1 minggu sebelum datang ke puskesmas dan memberat dalam beberapa hari terakhir. Sakit kepala dirasakan terus-menerus sampai pasien susah tidur. Pasien juga mengeluh sakit di bagian tengkuk dan mual. Dari pengakuan pasien keluhan seperti ini sering muncul saat obat darah tinggi pasien habis dan pasien tidak kontrol ke puskesmas. Menurut keluarga pasien, pasien tidak pernah terganggu kesadarannya. Dengan keluhan ini pasien menjadi lemas. BAK dan BAB lancar.

Riwayat penyakit dahulu:Pasien sering mengalami keluhan seperti ini sejak 1 tahun yang lalu setelah pasien didiagnosis hipertensi. Pasien tidak pernah dirawat inap di puskesmas ataupun rumah sakit atas keluhan serupa. Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya. Selama kurang lebih 6 bulan keadaan pasien pulih dan dapat beraktivitas seperti biasa. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis. Pasien tidak memiliki riwayat asmaRiwayat penyakit keluarga:Suami pasien juga sering mengalami keluhan serupa namun ia tidak pernah memeriksakan diri ke Puskesmas. Riwayat hipertensi pada ibu pasien (+), riwayat asma (-), riwayat kencing manis (-). Riwayat Alergi :Pasien mengaku tidak mempunyai alergi terhadap obat obatan maupun makanan.

PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaaan umum : SedangKesadaran: compos mentisTekanan darah: 150/90 mmHg Frek. Nadi: 92 x/menitFrek. Nafas: 18 x/menit Suhu: 36,7 CBerat Badan: 70 kgTinggi Badan: 159 cm

Status LokalisKepala: Deformitas (-)Rambut: Hitam beruban, lurus, alopesia (+)Mata: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)Telinga: Liang telinga lapang, serumen (-)Hidung: Deformitas (-), sekret (-)Tenggorok: Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)Leher: Tidak teraba pembesaran KGBParu :Inspeksi : pergerakan simetris, retraksi (-)Palpasi : fremitus kiri = fremitus kananPerkusi : sonor +/+Auskultasi : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung :Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat Palpasi: iktus kordis teraba pada sela iga ke-5 sinistraPerkusi: redupAuskultasi: bunyi jantung S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:Inspeksi: soepel, hiperemi (-), distensi (-) Auskultasi: bising usus normal Palpasi: turgor baik, nyeri tekan epigastrium (-), hati dan limpa tidak terabaPerkusi : timpaniEkstremitas:Akral hangat, CRT < 2, turgor baik, pembengkakan sendi (-), edema tungkai (-)

Urogenital :Tidak dievaluasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG(-)

DIAGNOSIS KERJACephalgia e.c Hipertensi gr.I

PLANNINGTerapi rawat jalan : Parasetamol 3 x 500 mg Captopril 2 x 25 mg HCT 1 x 25 mg

PROGNOSISDubia ad Bonam

KONSELING Memperhatikan pola makan dan menu makanan, disarankan agar pasien mengurangi konsumsi garam, dan disarankan penggunaan minyak goreng hanya sekali pemakaian. Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi Menganjurkan pasien untuk berolahraga minimal 30 menit setiap hari dan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan Menganjurkan pasien untuk tetap kontrol penyakitnya ke puskesmas dan tetap mengkonsumsi obat yang diberikan

V. KONDISI FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA KELUARGA

A. Keadaan Lingkungan Keluarga Ny. R. tinggal di Gelogor Selatan, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Tempat tinggalnya tersebut merupakan tempat tinggal sendiri yang dibangun dan ditempati sejak tahun 1998. Luas rumah Ny. R kira-kira 45 m2, dimana panjangnya 10 m dan lebarnya 7 m, dan menghadap ke Timur. Rumah Ny. R berlantai semen, beratap genteng dan terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu. Dapur terletak di samping rumah namun tidak berhubungan langsung dengan rumah dan dipisahkan oleh tembok. Ny. R memiliki kamar mandi yang bangunannya terletak di luar rumah 3 m dari rumah . terdapat sumur yang letaknya 1 m dari rumah, sumur tersebut sedalam 7 m.Rumah Ny. R tidak berdekatan dengan rumah sekitarnya dan memiliki halaman. Yang cukup. Sebelah utara rumah Ny. R adalah rumah tetangga dengan jarak 3 meter. Batas sebelah barat (belakang) rumahnya adalah pagar bambu. Sebelah selatan adalah rumah tetangga dengan jarak 5 meter. Dinding rumah Ny. R terbuat dari batu bata yang telah diplester dan dicat. Tiap ruangan di rumah ini memiliki jendela yang sering namun cukup jarang di buka. Akses masuk ke dalam rumah melalui satu pintu depan dan satu pintu samping. Keluarga Ny. R mengatakan untuk kebutuhan air bersih sehari-hari menggunakan air yang diambil dari sumur . Air tersebut digunakan sebagai air minum, air untuk memasak, air untuk mencuci dan kebutuhan sehari-hari lainnya.Denah rumah Ny.R 10 m

Kamar Tidur IKamar Tidur IIIDapur

Ruang Keluarga

TerasRuang Tamu7 m

Kamar Tidur II

Halaman rumah 1 m Sumur 3 m

Kamar Mandi

Keterangan: = Pintu = Jendela

Dokumentasi Lingkungan Tempat Tinggal Ny. R

Rumah pasien tampak depanKamar Tidur I

Kamar Tidur IIKamar Tidur III

Kamar MandiDapur

B. Sosial EkonomiKeluarga Ny.R hidup dari hasil jualan kayu bangunan oleh sang suami dan juga usaha kerupuk milik Ny. R. PenghasilanTn I sekitar Rp 1.000.000,- s.d Rp 1.300.000 per bulan. Sedangkan penghasilan Ny. R mencapai Rp. 600.000 hingga Rp. 900.000.

C. BudayaKeluarga pasien bersuku kebangsaan suku Sasak, keluarga ini masih memegang erat aturan adat istiadat. Salah satunya aturan yang berlaku adalah bahwa saat makan kepala keluarga harus didahulukan. Kebiasaan lain dalam keluarga ini, sama seperti kelurga lain di daerah Lombok yaitu menyiapkan garam di pinggir piring makan untuk nantinya dibubuhkan pada nasi saat makan.

VI. MASALAH KESEHATAN KELUARGA BINAAN

A. Identifikasi Masalah Kesehatan KeluargaBerdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama terhadap keluarga binaan yang akan dibina, maka dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan dalam keluarga Ny.R tersebut beserta dengan kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:No.Anggota KeluargaMasalah KesehatanKemungkinan Penyebab Masalah KesehatanKeterangan

1.Ny.RHipertensi grade I Kebiasaan mengkonsumsi daging dan jeroan. Kebiasaan mencampur dan menaburkan garam dalam makanan sehari-hari sebagai tambahan rasa. Kebiasaan menggoreng dengan menggunakan minyak jelantah Jarang melakukan olahraga Tidak patuh berobat dan juga minum obatMasalah diketahui saat kunjungan pertama pembina ke rumah pasien.

2.Tn. IHipertensi grade I

Kebiasaan mengkonsumsi daging dan jeroan. Kebiasaan mencampur dan menaburkan garam dalam makanan sehari-hari sebagai tambahan rasa. Kebiasaan menggoreng dengan menggunakan minyak jelantah Jarang melakukan olahraga MerokokMasalah kesehatan diketahui saat kunjungan pertama kerumah pasien.

3Anak III (Tn A)--Saat kunjungan rumah tidak ada masalah kesehatan

4.Istri Anak III (Ny. I)Sering mual + nyeri uluhati Kebiasaan memakan makanan yang pedas Pola makan yang tidak teraturMasalah kesehatan diketahui saat kunjungan pertama kerumah pasien.

5.Anak V (An. R)Batuk + pilek Sering bermain-main saat hujan. Aktivitas banyak. Senang mengkonsumsi makanan ringan dan es.

Masalah kesehatan diketahui saat kunjungan pertama

Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama, masalah kesehatan dialami oleh Ny. R dan Suaminya. Melalui wawancara, dapat diidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dalam keluarga tersebut. Dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga Ny. R tersebut di atas terkait dengan determinan kesehatan yang ada yang dapat diuraikan sebagai berikut:1. Ny. R : Hipertensi grade IBerdasarkan determinan kesehatan, Ny.R memiliki masalah kesehatan yang terutama terkait pada factor biologis (usia), faktor lingkungan, dan faktor perilaku atau gaya hidup2. Tn. I: Hipertensi grade IBerdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, dan faktor perilaku.3. Ny. I dispepsiaBerdasarkan detreminan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama disebabkan oleh aspek prilaku.4. An. R ISPABerdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama disebabkan oleh aspek perilaku dan lingkungan.

B. Rencana Upaya Intervensi yang Akan DilakukanNoAnggota KeluargaMasalah KesehatanRencana Upaya IntervensiKet

1Ny. RHipertensi Grade I Penyuluhan mengenai penyakit hipertensi terutama mengenai (faktor resiko dan komplikasinya.) Penyuluhan mengenai pola diet pasien hipertensi, pentingnya aktivitas fisik teratur, mengurangi konsumsi garam, dan mengurangi kebiasaan makan-makanan berlemak, dengan penyedap rasa atau yang berpengawet terlalu banyak. Pentingnya minum obat hipertensi secara teratur Pentingnya mengontrol tekanan darah secara teratur di puskesmas

2Tn. IHipertensi Grade I

Penyuluhan mengenai penyakit hipertensi terutama mengenai (faktor resiko dan komplikasinya.) Penyuluhan mengenai pola diet pasien hipertensi dan obesitas, pentingnya aktivitas fisik teratur, mengurangi konsumsi garam, dan mengurangi kebiasaan makan-makanan berlemak, dengan penyedap rasa atau yang berpengawet terlalu banyak. Pentingnya minum obat hipertensi secara teratur Pentingnya mengontrol tekanan darah secara teratur di puskesmas

3. Ny. IDispepsia Menyarankan Ny. I untuk mengurangi konsumsi makanan yang pedas dan asam Menyarankan Ny. I untuk mengurangi stress Menyarankan Ny. I untuk membiasakan makan secara teratur Menyarankan Ny. I untuk kontrol ke puskesmas untuk mengurangi keluhan.

4.An. RISPA Penyuluhan tentang PHBS Menyarankan untuk tidak bermain-main saat hujan karena dapat menyebabkan sakit. Menyarankan untuk mengurangi makanan-makanan ringan dan minuman es dan mengganti dengan makanan bergizi. Menyarankan untuk memisahkan tempat makan dna minumnya dengan anggota keluarga yang lain. Menggunakan masker atau penutup hidup saat sedang sakit. Menyarankan untuk rajin membersihkan dan merapikan kamar. Menyarankan untuk berobat ke puskesmas agar keluhan tidak bertambah parah Istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang tidak perlu.

C. Upaya Kesehatan Yang Telah Dilakukan KeluargaUpaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga Ny. R bila terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit adalah mencari pengobatan ke Puskesmas Kediri atau praktek dokter swasta yang jaraknya dekat dari rumah pasien. Untuk mengontrol penyakitnya, Ny.R sering memeriksakan diri namun tidak rutin berobat dengan alasan pasien harus bekerja untuk membuat kerupuk di. Tn. I tidak pernah memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan karena jarang didapatkan keluhan. Pasien baru diketahui menderita tekanan darah tinggi saat kunjungan rumah pertama. Untuk Ny. I tidak pernah biasanya berobat ke puskesmas Kediri apabila keluhan sangat menganggu aktivitasnya. Sedangkan untuk An. R oleh ibunya di bawa ke poli anak Puskesmas Kediri apabila terdapat batuk dan pilek.

VII. PENGKAJIAN PENGARUH KELUARGA DALAM KESEHATAN PASIEN

a. Nilai stress Di rumah, Ny.R tinggal dengan seorang Suami dan 2 orang anak dan 1 orang menantu dengan ukuran rumah yang relatif sempit namun tidak terletak di pemukiman padat penduduk. Pada keluarga ini dapat dilihat juga cukup banyak anggota keluarga yang sakit. Dari segi ekonomi, keluarga Ny. R tergolong dalam menengah ke bawah. Pekerjaan atau usaha Tn. I sebagai penjual kayu bahan bangunan sering kali mengalami pasang surut sehingga menambah beban ekonomi bagi keluarga. Kedua anak pasien yang tinggal di rumah berjenis kelamin laki-laki. Salah satu anak pasien yang tinggal di rumah berusia 12 tahun dengan perilaku yang sulit diatur. Keadaan ini sering mengusik pikiran pasien.b. Nilai fungsi pada keluarga Ny. R digolongkan sebagai functional family. Berdasarkan fungsi keluarga menurut WHO yaitu fungsi biologis, memelihara dan merawat anggota keluarga. Dalam keluarga ini setiap kali pasien sakit anggota keluarga yang lain yaitu suami dan anak pasien ikut membantu untuk kesembuhan pasien seperti ikut mengantar pasien untuk kontrol ke puskesmas atau ke klinik dokter swasta.c. Pemecahan Masalah Didalam keluarga tersebut yang mengambil keputusan suatu tindakan adalah suami pasien, sehingga seringkali walaupun keputusan atas suatu masalah tidak tepat seluruh anggota keluarga harus mematuhi keputusan tersebut, contohnya, keengganan Ny. R untuk berobat dan pemeriksaan tekanan darah rutin ke Puskesma kediri dapat diperingati oleh suaminya.d. Perilaku kesehatan keluarga Pola makan yang sering mengkonsumsi makan-makanan berlemak seperti daging dan jeroan, menambahkan garam tiap kali akan makan dan menggunakan minyak jelantah. Konsumsi sayur dan buah yang masih kurang. Serta masih jarang meluangkan waktu untuk berolah raga. e. Nilai Keluarga terhadap Perilaku Kesehatan Keluarga pasien sudah cukup dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat dilihat dari keluarga pasien yang meletakan pakaian yang tertata rapi, dilipat dan diletakan dalam keranjang. Rumah yang cukup sering dibersihkan. Tersedianya sarana air bersih dan tersedianya jamban dalam rumah keluarga Ny. R.

VIII. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIENA. Determinan Masalah Kesehatan

Terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga

GENETIKMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUSDIABETESMELITUS

Konsumsi daging dan jeroan berlebih

Stress mental yang dialami pasienKonsumsi garam berlebih

HIPERTENSI

PERILAKULINGKUNGAN

Sosio Ekonomi rendahKebiasaan menggoreng dengan menggunakan minyak jelantah

PELAYANAN KESEHATANJarang olahraga

Pasien tidak teratur berobat ke Puskesmas

Kurangnya upaya sosialisasi pengendalian hipertensi

B. Diagnostik HolistikAspek PersonalPasien datang ke Poli Umum Puskesmas Kediri dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu dan memberat beberapa hari terakhir. Sakit kepala dirasakan terus-menerus sampai pasien susah tidur. Pasien juga mengeluh sakit di bagian tengkuk dan mual. Keluhan seperti ini sering muncul saat obat darah tinggi pasien habis dan pasien tidak kontrol ke puskesmas.Aspek KlinisHipertensi grade IAspek Risiko InternalPasien merupakan perempuan yang berumur 33 tahun. Gaya hidup yang dijalani oleh pasien menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialaminya saat ini. Aspek Psikososial Keluarga Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit hipertensi. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai bahaya hipertensi dan kebiasaan makan makanan dengan penyedap rasa, daging, garam berlebih, berlemak serta berpengawet terlalu banyak serta latihan fisik yang tidakt teratur.Derajat fungsionalPasien mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (Derajat Fungsional 1)

B. Rencana Penatalaksanaan Pasien No.KegiatanRencana intervensiWaktuHasil yang diharapkan

1.Aspek Personal

Evaluasi: Keluhan, harapan, dan kekhawatiran pasienIntervensi: Edukasi kepada pasien mengenai Hipertensi, penyebab, pengobatannya serta bahaya yang dapat di timbulkan (komplikasi)2 minggu

Pasien mengerti mengenai penyakitnya yaitu Hipertensi, mengetahui prinsip pengobatannya serta bahaya yang dapat di timbulkan Kekhawatiran pasien mengenai kondisi pasien akan berkurang

2.Aspek Klinis:HipertensiEvaluasi: Pemantauan perbaikan kondisi klinis pasien, kepatuhan terhadap diet, keteraturan untuk melakukan aktivitas fisik,termasuk perbaikan gejala Hipertensi Kontrol pengobatan Hipertensi setiap habis obat Keteraturan meminum obat Pemantauan tekanan darah pasien. Pencegahan terhadap komplikasi yang terjadi.Terapi: Non Farmakologis:1. Mempertahankan tekanan darah yang normal2. Menjaga berat badan senormal mungkin3. Menjaga diet: Mengurangi asupan garam Mengurangi makanan dengan penyedap rasa Diet rendah lemak jenuh Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak4. Latihan jasmani Frekuensi: olahraga perminggu, 3-5 x perminggu Intensitas: ringan dan sedang Durasi: 30-60 menit Jenis: jalan, jogging

5. Menghilangkan stress Farmakologis : Captopril 2 x 25 mg HCT 1 x 25 mgEdukasi: Menjelaskan tentang Hipertensi, faktor resiko, serta tatalaksana pengobatannya termasuk pentingnya keteraturan berobat, serta menjaga gaya hidup sehat Pentingnya dilakukan pengontrolan tekanan darah. Pentingnya terapi non farmakologi2 minggu Perbaikan gejala klinis Dilakukan kontrol kesehatan teratur setiap habis obat Pasien teratur dan selalu disiplin meminum obat Pasien mulai menjaga diet dan aktif melakukan aktivitas fisik Terjadinya Komplikasi lain dapat dicegah

3Aspek Resiko InternalEdukasi: Mengenai keadaan kesehatan pada usia tersebut Gaya hidup memiliki peranan penting terhadap terjadinya Hipertensi 2 minggu Pasien mengerti bahwa usia pasien merupakan usia rentan terkena penyakit degeneratif dan penyakit metabolik

4Aspek Psikososial

. Edukasi: Mengenai penyakit Hipertensi, termasuk bahaya dan komplikasinya Pentingnya mengusahakan memasak makanan sehat sendiri tanpa penyedap rasa Mengenai kemungkinan timbulnya hipertensi pada pasien dan keluarga pasien karena adanya faktor genetik. Pentingnya pengaturan gaya hidup sehat mengurangi makanan berlemak, perbanyak konsumsi sayur dan buah, olahraga teratur.2 minggu Pasien mengerti dan mampu memahami mengenai penyakit hipertensi Pasien dan keluarga pasien dapat mengurangi penggunaan minyak jelantah dan mengkonsumsi makan-makanan dengan penyedap rasa, tinggi garam Keluarga pasien mengerti mengenai kemungkinan diturunkannya penyakit hipertensi. Perubahan gaya hidup ke arah yang lebih sehat

C. Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi PasienTanggalIntervensi Yang Dilakukan, Diagnosis Holistik & Rencana Selanjutnya

Kunjungan I(28-04-2014)Evaluasi: Pada kedatangan pertama ini, dievaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien setelah melakukan pengobatan di puskesmas, keteraturan meminum obat anti hipertensi, dan mengenai pola makan pasien. Menelaah masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik tiap anggota keluarga Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan setiap anggota keluargaHasil : Pasien minum obat yang telah diberikan secara teratur, dan didapatkan perbaikan gejala klinis. Diketahui pola makan pasien yang kurang baik yaitu banyak mengkonsumsi daging, garam, penyedap rasa, dan menggoreng dengan minyak jelantah. Suami pasien memiliki penyakit hipertensi yang tidak pernah menjalani pengobatan Selain itu terdapat masalah kesehatan lain yang dialami oleh keluarga pasien yaitu Ny. I menantu dari pasien sering menderita nyeri ulu hati, mual dan muntah, sedangkan anak pasien yang ke V yaitu an. R sering batuk pilek. Evaluasi mengenai PHBS Keluarga pasien tidak menggantung baju-baju yang sudah terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan rumah. Keluarga pasien jarang membuka jendela setiap pagi dan jarang membersihkan rumahnya. Keluarga masih tidak mencuci tangan pakai sabunIntervensi: Pada kedatangan pertama, intervensi yang dilakukan adalah edukasi mengenai penyakit Hipertensi (penyebab, faktor resiko, patofisiologi, pengobatan dan pentingnya pengobatan secara teratur dan disiplin serta pencegahannya) yang dilakukan terhadap pasien serta keluarga, serta anjuran untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala setiap 5 hari sekali sekaligus mengambil obat anti hipertensi di Puskesmas. Menjelaskan bahwa penyakit Hipertensi adalah penyakit yang tidak lepas dari obat sehingga pasien harus selalu dan disiplin mengkonsumsi obat agar pasien tidak lagi mengalami komplikasi. Juga dilakukan edukasi untuk menjaga pola makan dan menerapkan hidup sehat. Edukasi untuk memperbaiki pola makan pada pasien dan mengurangi konsumsi daging, garam, penyedap rasa, dan menggoreng dengan minyak jelantah. Melakukan edukasi mengenai penyakit hipertensi, terutama mengenai faktor resiko dan komplikasi yang dapat ditimbulkan. Memotivasi pasien dan suami pasien untuk berobat teratur di puskesmas dan secara rutin malakukan pemeriksaan tekanan darah di puskesmas dan memeriksa kemungkinan komplikasi hipertensi yang dapat terjadi pada pasien serta suami pasien. Memberikan KIE mengenai ISPA, faktor resiko, pencegahan dan mengenai tanda bahaya pada anak. KIE mengenai dispepsia dan pencegahan serta pengobatannya. Memberikan KIE mengenai bahaya merokok Memberikan KIE mengenai PHBS secara personal hygiene maupun lingkungan kepada ibu dan keluarga: Mencuci tangan dengan air bersih, mengalir, dan sabun. Menyarankan untuk tidak menggantung baju-baju yang sudah terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan rumah karena dapat menjadi sarang nyamuk. Membuka jendela setiap hari. Menjaga kebersihan rumah.

Kunjungan II(3-05-2014)

Evaluasi: Evaluasi dari intervensi sebelumnyaHasil: Pasien sudah minum obat secara teratur dan mulai mengatur pola makannya dengan mengurangi konsumsi daging, garam, dan menggoreng dengan minyak jelantah. Pasien masih memasak dengan penyedap rasa dan maih jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran Pasien belum melakukan olahraga teratur setiap harinya, karena pasien harus berjualan di pasar setiap paginya Suami pasien sudah berobat ke puskesmas Kediri untuk mendapatkan pengobatan hipertensi. Suami pasien masih belum menerima dengan baik mengenai bahaya merokok. Keluarga telah mengetahui mengenai ISPA akan segera mencari pengobatan ke puskesmas bila ada keluarga pasien yang terserang penyakit tersebut. Ny. I sudah berobat, tetapi belum bisa untuk mengurangi makan makanan yang pedas. Evaluasi PHBS : Keluarga pasien masih menggantung baju-baju yang sudah terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan rumah karena dapat menjadi sarang nyamuk. Keluarga pasien secara teratur membuka jendela setiap hari dan membersihkan rumahnya.Intervensi:Edukasi untuk pasien Aspek personal: Edukasi kepada pasien mengenai penyakit Hipertensi dan tatalaksananya, serta hal yang perlu diperhatikan menyangkut komplikasinya. Aspek klinik: Menjelaskan tentang hipertensi, faktor resiko, penyebab, serta tatalaksana pengobatannya termasuk pentingnya keteraturan berobat. Aspek risiko internal: Edukasi mengenai keadaan pasien dengan penyakit hipertensi tersebut memiliki faktor resiko lebih tinggi pada orang dengan riwayat keluarga hipertensi. Aspek sosial: Edukasi mengenai pengolahan makanan untuk pasien dengan hipertensi Anjuran untuk meningkatkan gaya hidup sehat (makanan, olahraga/aktivitas fisik), serta anjuran deteksi dini pada anggota keluarga lainnya dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah pada usia lanjut.Edukasi untuk Suami pasien Edukasi mengenai penyakit hipertensi dan komplikasi yang dapat ditimbulkan Motivasi untuk berobat ke Puskesmas

Kunjungan III(8-05-2014)

Evaluasi: Evaluasi dari intervensi sebelumnya

Hasil: Pasien tetap minum obat secara teratur dan mulai mengatur pola makannya dengan mengurangi konsumsi daging, garam, dan menggoreng dengan minyak jelantah. Pasien sudah mengurangi memasak dengan menggunakan penyedap rasa Suami pasien sudah berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat. Suami pasien sudah mulai mengurangi kebiasaan merokoknya. Keluhan Ny. I sudah berkurang, Ny. I juga sudah mulai menjaga pola makannya dan mengurangi makanan pedas. Evaluasi PHBS : Keluarga pasien masih menggantung baju-baju yang sudah terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan rumah karena dapat menjadi sarang nyamuk. Keluarga pasien secara teratur membuka jendela setiap hari dan membersihkan rumahnya.Intervensi: Agar meneruskan keteraturan meminum obat dan kontrol rutin ke puskesmas. Promosi pentingnya gaya hidup sehat berupa makan makanan seimbang dan berolahraga secara teratur.

IX. KESIMPULANKesimpulan Penatalaksanaan Pasien Keluarga BinaanFaktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien:1. Keinginan pasien dan suaminya untuk mengontrol penyakitnya baik, sehingga usaha untuk merubah pola makan dan kebiasaan dapat dilakukan.2. Pasien dan keluarga terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang diberikan.3. Keluarga mendukung upaya perbaikan kesehatan pasien dan anggota keluarga lainnya.

Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien:1. Olahraga sulit dilakukan pasien dan suaminya karena mereka harus berjualan pagi hari dan mereka disibukkan dengan memasak pada pagi hari.2. Pasien kesulitan datang kontrol ke Puskesmas karena terkadang tidak ada yang mengantarnya ke Puskesmas.

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya:1. Edukasi untuk selalu meminum obat antihipertensi secara teratur dan terkontrol agar tekanan darahnya tetap normal.2. Edukasi untuk kontrol ke Puskesmas secara berkala tiap 5 hari untuk memeriksakan tekanan darahnya.3. Edukasi suami pasien untuk terus meminum obat antihipertensi secara teratur dan kontrol tekanan darah rutin dipuskesmas4. Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan memperhatikan pola makan, menambah kegiatan/aktivitas fisik, serta menjalani hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki kecenderungan penyakit ini.