laporan fisiologi modul pengindraan 2 kelompok 8 2015

Upload: riyan-wirawan

Post on 05-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Fisiologi Kedokteran Modul Pengindraan

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANKondisi untuk mempertahankan posisi tegak merupakan keseimbangan, yang diawasi melalui reflex postural.1 Jalur aferen reflex postural berasal dari mata, apparatus vestibular dan reseptor somatik.2 Apparatus vestibularis merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan.3Aparatus vestibular memberikan informasi mengenai sensasi keseimbangan untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala, gerakan mata dan postur tubuh pada saat keadaan statis. Aparatus vestibular terbungkus dalam suatu system tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak di bagian petrosus tulang temporal yang disebut labirin tulang, dan bagian dalamnya yang merupakan apparatus vestibular disebut labirin membranosa. Labirin mrmbranosa pengatur keseimbangan terdiri atas tiga buah kanalis semisirkularis, utrikulus dan sakulus. Kanalis semisirkularis berfungsi mengatur kesimbangan pada gerakan rotasi sedangkan utrikulus dan sakulus berfungsi sebagai pengatur kesimbangan pada keadaan statis, mendeteksi orientasi kepala sehubungan dengan gravitasi dan gerakan linier.2Reseptor keseimbangan statis adalah macula yang terdapat pada dinding utrikulus dan sakulus, yang merupakan organ sensorik untuk mendeteksi orientasi kepala sehubungan dengan gravitasi.3Makula pada utrikulus berperan penting dalam menentukan orientasi kepala dalam posisi tegak, sebaliknya, makula pada sakulus terletak pada bidang vertical dan memberikan sinyal oreintasi kepala saat berbaring.4Sel rambul di makula berfungsi sebagai reseptor posisi kepala dengan menerima rangsang dari pergerakan statokonia (otolit) dalam lapisan gelatinosa. Apabila terjadi pergerakan statokonia yang memicu pergerakan silia, maka akan terjadi pembukaan atau penutupan saluran ion. Pada pembukaan kanal ion, ion positif akan masuk ke dalam sel sehingga bagian dalan sel lebih positif dan terjadilah depolarisasi (eksitasi). Sebaliknya pada penutupan kanal ion, mencegah masuknya ion positif sehingga bagian dalam menjadi lebih negatif dan terjadilah hiperpolarisasi (inhibisi).1,2,3,4 Secara keseluruhan makula vestibular bertugas untuk menjaga keseimbangan selama terjadi percepatan liniar dengan pola yang sama saat ketika bekerja menjaga keseimbangan statik.3,5Pada setiap makula, setiap sel rambut diarahkan ke barbagai jurusan sehingga beberapa sel rambutterangsang ketika kepala menunduk ke depan dan yang lainnya akan terangsang ketika kepala menengadah ke belakang dan juga ketika kepala membelok ke satu sisi. Oleh karena itu, timbul beberapa pola eksitasi di serabut makula untuk setiap posisi kepala di dalam lapangan gravitasi yang memberi sinyal ke otak mengenai posisi kepala dalam ruangan.5Reseptor yang berfungsi mendeteksi keseimbangan dinamis adalah Krista ampularis. Krista ampularis merupakan penonjolan dari ampula kanalis semisirkularis. Krista ampularis mendeteksi gerakan berupa akselerasi dan deselerasi berupa gerakan rotasi kepala. Ada tiga kanalis semisirkularis, yakni kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral (horizontal) yang membentuk tiga bidang. Kanalis semisirkularis terisi oleh cairan endolimfe dan terdapat pembesaran yang disebut ampula.3 Sewaktu terjadi perputaran kanalis semisirkularis, maka cairan endolimfe juga akan mengalami perputaran dengan arah berlawanan.1 Aliran endolimfe akan mendorong kupula ampulae yang kemudian akan membangkitkan potensial aksi sel rambut yang kemudian dilanjutkan ke sistem saraf pusat.3Stimulasi langsung saraf di ampula vestibulae mengakibatkan pergerakan spesifik mata, yang merupakan suatu kelompok reflex vestibulo-okular.1 Aktivitas ini membantu mata untuk fokus pada satu titik saat terjadi pergerakan mata hingga pada batas lapang pandang tertentu mata akan kembali pada titik tengahnya.1,2Telinga terdiri dari tiga bagian yakni telinga luar, tengah dan dalam. Bagian luardan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik yang berbeda, yakni koklea yang mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi implus-implus saraf sehingga kita dapat mendengar; dan aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi keseimbangan.6Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.2,6Suara ditandai oleh nada (tinggi-rendahnya suara,tone), intensitas (kekuatan, kepekakan, loudness), dan timbre (kualitas atau warna nada) :1. Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20 sampai 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi 1000 dan 4000 siklus per detik.62. Intensitas atau kepekaan. Suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara. Kepekaan dinyatakan dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel disebut desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni 1,26 kali. Suara yang lebih kuat dari 100 dB dapat merusak perangkat sensorik di koklea.63. Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan perbedaan khas suara manusia.6

II. TUJUAN PRAKTIKUM2.1. Tujuan Instruksional Umum1. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh2. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan keseimbangan3. Memahami dasar-dasar 3 cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garpu tala (penala) dan interpretasinya

2.2. Tujuan Perilaku Khusus1. Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepada dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh2. Mendemonstrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh3. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan keseimbangan dengan menggunakan kursi Barany.4. Menjelaskan perbedaann hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran5. Menjelaskan gangguan hantaran udara dan hantaran tulang pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garpu tala6. Mendemonstrasikan gangguan hantaran udara pada pendengaran dengan 3 cara pemeriksaan menggunakan garpu tala7. Menjelaskan kesimpulan hasil 3 cara pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan menggunakan garpu tala

III. ALAT DAN BAHAN3.1. Model kanalis semisirkularis3.2. Tongkat atau statif yang panjang3.3. Kursi Barany3.4. Penala berfrekuensi 512 Hz3.5. Kapas

IV. CARA KERJA4.1. Model Kanalis Semisirkularis1. Pelajari pengaruh berbagai kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis semisirkularis.2. Pelajari pengaruh pemutaran terhadap aliran endolimfe dan perubahan posisi krista ampularis.

4.2. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis1. Instruksikan OP dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30, berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik.2. Instruksikan OP untuk berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke depan.3. Perhatikan apa yang terjadi.4. Ulangi percobaan nomor 1-3 dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan jarum jam.

4.3. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan Badan1. Instruksikan OP untuk berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti garis lurus tersebut.2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup.3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengana. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri.b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan.

4.4. Percobaan dengan Kursi Barany1. Nistagmusa. Perintahkan OP duduk tegak di kursi barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi.b. Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menunjukkan kepalanya 30o kedepan.c. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.d. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.e. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan.f. Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan komponen cepat nistagmus tersebut.

2. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Past Pointing Test of Barany)a. Perintahkan OP duduk tegak di kuri Barany dan memejamkan kedua matanya.b. Pemeriksa berdiri tepat didepan kursi Barany sampil mengulurkan tagan kirinya ke arah OP.c. Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.d. Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkannya lembali sehingga menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan a-d, merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya, sebagai berikut:e. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. OP menundukkan kepala 30o ke depan.f. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.g. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan instruksikan OP untuk menegakkan kepalanya dan melakukan tes penunjukan seperti telah disebutka diatas (langkah a-d)h. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh OP. Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

3. Tes Jatuha. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi.b. Tutup kedu matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala dan bungkukkan badannya ke depan sehingga posisi kepala membentuk sudut 120o dengan sumbu tegak.c. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.d. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba intruksikan OP untuk menegakkan kembali kepala dan badannya.e. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP itu kemana rasanya ia akan jatuh.f. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali OP lain dengan1) Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90o terhadap posisi normal.2) Memiringkan kepala ke arah bahu kiri sehingga kepala miring 90o terhadap posisi normal.3) Menengadahkan kepala ke belakang sehingga kepala membuat sudut 60o terhadap posisi normal.g. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang

4. Kesan (Sensasi)a. Gunakan OP lain. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan.b. Putatr kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berengsur-anngsur bertambah kemudian kurangi kecepatannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.c. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputas:1) Sewaktu kecepatan putas masih bertambah2) Sewaktu kecepatan putar menetap3) Sewaktu kecepatan putar dikurangi4) Segera setelah kursi dihentikand. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh OP.

4.5. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala1. Cara Rinnea. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz (lihat Gambar 1) dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada benda keras.b. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga OP. Tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari-jari penala. c. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi, jari telunjuk diturunkan. d. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya ke depan liang telinga OP. Tanyakan apakah OP mendengar dengungan itu. e. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut: 1) Rinne Positif (+) : Bila OP masih mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal. 2) Rinne Negatif ( - ) : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal.

Jari PelanaGambar 1. Garputala2. Cara Webera. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada benda keras.b. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.c. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi?d. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, Saudara dapat mencoba menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satu telinga OP dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya.

3. Cara Schwabacha. Getarkan penala berfrekuensi 512 Hz dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan. Jangan memukulkannya pada benda keras.b. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus salah satu telinga OP. c. Instruksikan OP untuk mengacungkan jarinya pada saat dengungan bunyi menghilang. d. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek.Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa dianggap normal.e. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau Schwabach memanjang. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut: 1) Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi dengungan. 2) Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus mastoideus OP.3) Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan ialah Schwabach memanjang.4) Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach normal.

4.6. Lokalisasi Binaural Suara1. Dengan kedua mata tertutup, OP diminta untuk menentukan lokasi dari arah suara (garpu tala).2. Garpu tala yang bergetar diletakkan pada posisi yang berbeda-beda (depan, belakang, dan samping dari jarak sekitar 1 kaki dari kepala OP), OP diminta untuk menyebutkan lokasi dari arah suara.3. Ulangi percobaan diatas dengan salah satu telinga OP ditutup.

4.7. Faktor Kontribusi untuk Mempertahankan Keseimbangan1. Dengan kedua mata dibuka, OP diminta untuk berdiri dengan satu kaki dan diminta untuk mempertahankan keseimbangan selama 2 menit.2. Catat kondisi OP (dapat mempertahankan keseimbangannya atau tidak).3. Ulangi prosedur diatas dengan kedua mata tertutup.4. Catat berapa lama OP bisa mempertahankan keseimbangannya (dalam detik).

V. HASIL5.1. Model Kanalis SemisirkularisSemua gerakan yang dilakukan oleh OP berupa memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri, memutar kepala ke kanan dan ke kiri, menundukkan kepala dan menengadahkan kepala. Kemudian OP juga melakukan putaran beberapa kali sehingga menyebabkan OP merasa pusing.

5.2. Percobaan Sederhana untuk Kanalis SemisirkularisPada OP yang dengan mata tertutup kepalanya ditundukkan 30 dan berputar searah jarum jam kemudian membuka mata dan berjalan lurus ke depan, tampak OP mengalami deviasi ke arah kanan saat berjalan. Jika dengan kondisi tersebut arah putaran dibalik (berlawanan dengan arah jarum jam) maka OP akan mengalami deviasi ke kiri pada saat berjalan.

5.3. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan BadanOP: AnggaPerlakuanGerakan

Mata terbukaJalan lurus

Mata tertutupJalan miring ke kiri

Kepala miring ke kiriJalan miring ke kiri

Kepala miring ke kananJalan miring ke kanan

5.4. Percobaan dengan Kursi Barany1. Nistagmus dan Tes Jatuh

Posisi KepalaJenis & Arah Nistagmus (Komponen Cepat)Gerakan Kompensasi (Arah Jatuh)

30 ke depanBergerakKanan

60 ke belakangBergerakKiri

120 ke depanBergerakKanan

Miring 90 ke bahu kananBergerakTidak Jatuh

Miring 90 ke bahu kiriBergerakKiri

2. Penyimpangan Arah PenunjukkanSaat putaran dihentikan dan mata OP dibuka, OP tidak dapat menyentuh tangan pemeriksa di depannya. Namun setelah beberapa saat, OP sudah bisa menyentuh tangan pemeriksa.

3. Kesan (Sensasi)OP merasa pandangannya berputar dan saat akan berdiri seketika terjatuh dan terduduk dilantai arah jatuh kesebelah kiri, OP bisa menyampaikan apa yang dirasakannya saat dilakukannya variasi putaran, pada saat baru diputar OP mengatakan ia diputar ke arah kanan dan pada kondisi putaran konstan OP tidak bisa menebak arah putaran yang terjadi, namun pada saat kursi dihentikan OP tidak merasakan sensasi arah selain itu yang dirasakannya setelah putaran dihentikan hanya pusing dan keseimbangannya hilang hingga menyebabkannya tidak mampu berdiri dan terjatuh ke arah kiri.

5.5. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala

OPRinneWeberSchwabach

Mitha+Tidak LateralisasiNormal

Dea+Tidak LateralisasiNormal

5.6. Lokalisasi Binaural Suara

OPArah Suara Gaputala

DepanBelakangKananKiri

MithaTidak dapat menentukan arah suaraTidak dapat menentukan arah suaraDapat menentukan arah suaraDapat menentukan arah suara

AnggaTidak dapat menentukan arah suaraTidak dapat menentukan arah suaraDapat menentukan arah suaraDapat menentukan arah suara

5.7. Faktor Kontribusi untuk Mempertahankan KeseimbanganSaat mata terbuka semuanya dapat berdiri satu kaki selama 2 menit. Saat mata ditutup hanya satu orang yang tetap bisa berdiri satu kaki dan yang lainnya tidak bisa.

OPKeseimbangan Mata Terbuka (2 menit)Keseimbangan Mata Tertutup

AditDapat dilakukan43 detik

MithaDapat dilakukan2 menit

Rina Dapat dilakukan1 menit 16 detik

Tan SriDapat dilakukan17 detik

WitaDapat dilakukan1 menit 13 detik

RikoDapat dilakukan36 detik

AnggaDapat dilakukan14 detik

RiyanDapat dilakukan31 detik

AndiDapat dilakukan2 menit

DeaDapat dilakukan31 detik

HayatiDapat dilakukan1 menit

VI. PEMBAHASAN6.1. Model Kanalis SemisirkularisKeseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibular di labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di sistem saraf pusat sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.6Pada kondisi normal reseptor keseimbangan pada kanalis semisirkularis dan vestibule dikenal sebagai apparatus vestibular, mengirim sinyal ke otak dan untuk memulai refleks diperlukan perubahan yang sederhana. Reseptor keseimbangan telinga dalam dapat dibedakan menjadi dua lengan fungsional, yaitu keseimbangan statik dan dinamik. Sebagai indra keseimbangan statis, makula pada sakulus dan utikulus memiliki orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi (percepatan linier), memainkan peran kunci dalam kontrol postur tubuh. Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi (Gambar 1 dan 2), menyebabkan akan disampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak. Sedangkan krista, organ indra keseimbangan dinamik, mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan respon terhadap gerakan berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru. Struktur krista ampularis terletak di ujung tiap-tiap kanalis membranosa yang melebar (ampula). Setiap Krista terdiri atas sel rambut dan sel sustentakularis yang dilapisi oleh pemisah gelatinosa (kupula) yang menutup ampula. Tonjolan sel rambut terbenam di dalam kupula, dan dasar sel rambut berkontak erat dengan serabut aferen bagian vestibularis.6

Gambar 1. Efek gravitasi terhadap sel-sel reseptor makula pada utrikulus6Percepatan rotasi akan merangsang Krista. Endolimfe karena kelembamannya akan bergeser ke arah yang berlawanan trerhadap arah rotasi. Cairan ini mendorong kupula sehingga menyebabkan perubahan bentuk. Ini akan membuat tonjolan sel menjadi menekuk. Jika telah tercapai kecepatan rotasi yang konstan, cairan berputar dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan posisi kupula kembali tegak. Apabila rotasi dihentikan, perlambatan akan menyebabkan pergeseran endolimfe searah dengan rotasi dan kupula mengalami perubahan bentuk dalam arah yang berlawanan dengan arah saat percepatan. Kupula kembali ke posisi di tengha dalam 25-30 detik. Pergerakan kupula pada satu arah biasanya menimbulkan lalu lintas impuls di setiap serabut saraf dari kristanya, sementara pergerakan dalam arah berlawanan umumnya menghambat aktivitas saraf.6

6.2. Percobaan Sederhana untuk Kanalis SemisirkularisSalah satu hal yang terjadi pada OP saat itu adalah OP merasa pusing, kepala terasa berputar-putar. Hal ini menandakan bahwa OP sedang mengalami vertigo. Vertigo adalah perasaan berputar atau berpusing, merupakan gejala, bukan suatu penyakit.7Jenis vertigo ada yang subyektif dan ada yang obyektif. Pada vertigo yang subyektif, badan terasa berputar, tetapi ada juga vertigo yang merupakan sensai visual, seakan-akan melihat benda-benda di sekelilingnya berputar, sedangkan bersamaan dengan terjadinya vertigo, misalnya jalan yang sempoyongan dan pergerakan mata yang disebut nistagmus.7Vertigo menurut penyebabnya bisa oleh karena fisiologis saja, misalnya gerakan berputar yang berlebihan, misalnya ketika bermain di Dufan, naik Ontang-Anting, Halilintar, atau Burung Kondor. Astronot ketika berada di ruang angkasa bila melakukan gerakan sehingga kepalanya ada di dasar lantai pesawat, juga akan merasakan vertigo, padahal bila dilakukan di bumi dia tidak merasakan sensasi ini, terjadinya vertigo ini bukan oleh suatu kelainan tetapi justru oleh sebab itu tidak adanya gaya gravitasi. Vertigo fisiologis ini disebut juga motion sickness. Vertigo yang patologis ada yang bisa diketahui penyebabnya dan ada yang belum diketahui penyebabnya. Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.7Pada praktikum tujuan ditundukkannya kepala 30 kedepan mengakibatkan kanal semisirkularis lateral berada dalam bidang horizontal. Dua kanal semisirkularis lainnya (anterior dan posteriror) berada dalam bidang vertical seperti yang ditunjukkan ole hgambar di bawah ini.7Percepatan searah jarum jam (kekanan) dengan kepala ditundukan 30 kedepan merangsang Krista ampularis kanal lateral. Endolimfe akan bergeser kearah yang berlawanan terhadap rotasi. Cairan ini mendorong kupula sehingga menyebabkan sel-sel rambut menekuk. Sel-sel rambut yang menekukakan menghasilkan potensial reseptor. Pada saatnya, potensial reseptor akan menyebabkan terjadinya impuls saraf sepanjang cabang vestibular pada saraf vestibulokoklear (VIII).7Setelah berhenti berputar cairan endolimfe dalam kanalis semisirkularis horizontal berputar ke kanan sehingga OP merasaakan jatuh ke kiri. Dan ketika diminta untuk berjalan kedepan, badan OP miring kekanan karena dengan mataterbuka OP berusaha tetap berjalan lurus. Sebaliknya, ketika OP berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Hal tersebut berlangsung karena adanya respons tubuh terhadap percepatan rotasi (sudut), dimana pada kasus ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata atau visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak seimbangan atau asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Karena perputaran OP searah dengan jarum jam (ke arah kanan), sehingga pada saat OP disuruh berjalan ke depan, pergerakan OP cenderung ke arah kanan.7Pertanyaan 1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 30 ke depan?Jawaban: Tindakan ini bertujuan agar kanalis semirkularis lateralis berada dalam posisi horizontal dan hal tersebut menunjukan bahwa kanalis semiserkularis telah mengalami pemutaran yang dianggap maksimal.Pertanyaan 2.a.Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan lurus ke depan setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?Jawaban: OP berjalan menyimpang dari alur lurus yang seharusnya bisa dilakukan pada orang normal dan cenderung miring kekanan.Pertanyaan 2.b. Bagaimana penjelasannya?Jawaban: Bila tiba-tiba gerakan rotasi dihentikan atau diperlambat, cairan endolimfe dalam kanalis semisirkularis lateral (ampulla) bergerak kekanan atau sesuai dengan arah rotasi perlakuan, sehingga pada OP akan dirasakan seperti jatuh ke sebelah kiri untuk menyeimbangkan posisi tubuh. ketika berjalan lurus dengan mata terbuka,terlihat adanya kompensasi dari tubuh OP agar tetap berusaha berjalan lurus sehingga yang terlihat adalah OP miring kekanan.

6.3. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan BadanKeseimbangan diatur oleh tiga komponen yang saling mempengaruhi yakni sistem sensorik, central processing dan efektor. Ketika OP berjalan mengikuti garis lurus dengan mata terbuka maka sistem sensorik (mata, kulit, sendi, otot) dan sistem vestibular bekerja memberi informasi yang simetris terhadap serebelum sehingga keseimbangan dan postur OP tidak terganggu.3,6Ketika mata tertutup, maka OP tidak mendapat input visual yang berperan dalam keseimbangan OP. Walaupun demikian sistem vestibular dan propioseptor pada sendi dan otot masih bisa mengkompensasi hilangnya input visual sehingga OP masih dapat berjalan lurus mengikuti garis walaupun agak kesulitan.3,6Bila kepala dimiringkan terjadi perangsangan asimetris pada reseptor propioseptor di otot leher dan vestibular yang menyebabkan respon asimetris dari efektor yakni tonus otot yang asimetris pada otot ekstremitas. Bila kepala condong ke salah satu sisi akibat menekuknya leher, impuls yang berasal dari propioseptor dapat mencegah impuls yang terbentuk dalam sistem vestibular sehingga mencetuskan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan ini dapat dikompensasi OP bila mata OP terbuka sehingga input visual dapat membantu dalam kontrol keseimbangan, pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat dan memberi keputusan tentang gambaran visual dan gerak yang sebenarnya.3,6Pertanyaan 3 : Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?Jawaban: Sikap kepala dan mata berperan dalam sistem sensorik dalam mengontrol keseimbangan seseorang. Sikap kepala berperan sebagai propioseptor sedangkan mata memberikan informasi visual. Bila sikap kepala miring dan/atau mata ditutup maka keseimbangan OP akan terganggu.3,6

6.4. Percobaan dengan Kursi Barany1. NistagmusPertanyaan 4. Apa yang dimaksud dengan nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca pemutaran?Jawaban: Bila kepala dimiringkan 30 derajat ke depan, kanalis semisirkularis horizontal terletak horizontal dalam ruang. Dengan begitu, rotasi, pada sebuah kursi Barany, akan menyebabkan nistagmus sentak horizontal dengan gerak mata fase lambat pengompensasi berlawanan dengan arah putaran dan fase cepat korektif searah dengan arah putaran. Karena sinyal vestibularis tidak menetap selama rotasi berlangsung, nistagmus akan berkurang, lalu berhenti (nistagmus pemutaran). Begitu rotasi berhenti, terdapat suatu tonus vestibular di arah yang berlawanan, yang menimbulkan nistagmus sentak dengan fase cepat menjauhi arah putaran asal (nistagmus pascaputaran). Karena subjek yang diperiksa diam, nistagmus pascaputaran sering kali lebih mudah dianalisis daripada nistagmus saat rotasi.4

2. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Past Pointing Test of Barany)Pada praktikum, OP diputar sebanyak 10 kali selama 20 detik ke arah kanan. Hal ini menyebabkan perubahan pada sistem vestibularis dan juga mempengaruhi penglihatan dan gerakan tubuh OP sehingga keseimbangan OP terganggu untuk sementara waktu. Namun setelah beberapa saat OP dapat kembali menunjuk jari pemeriksa dengan benar karena sistem kesiembangan sudah kembali ke keadaan normal.6Pertanyaan 5. Bagaimana penjelasan terjadinya penyimpangan penunjukan?Jawaban: Karena sesaat pascapemutaran aliran endolimfe masih bergerak searah rotasi sehingga kupula masih menekuk. Hal ini menyebabkan OP tidak bisa memfokuskan gerakan tangannya untuk menyentuh jari pemeriksa.6

3. Tes JatuhPada tes ini, setelah OP diputar searah jarum jam dan kepala ditekuk ke depan sebesar 30o dan 120o, OP akan jatuh ke kanan, hal ini disebabkan karena pada saat kepala ditekuk ke depan, kanalis semisirkularis anterior terletak dibidang datar, setelah putaran berhenti endolimf masih bergerak ke kiri, kemudian OP merasa tubuhnya jatuh ke kiri dan sebagai kompensasi tubuhnya akan dijatuhkan ke arah kanan. Hal ini berlaku sebaliknya, saat kepala OP ditekuk 60o ke belakang, OP merasa tubuhnya akan jatuh ke kanan dan sebagai kompensasi ia akan menjatuhkan tubuhnya ke arah kiri.3,6Pada tes dengan kepala OP miring 90o ke bahu kanan, seharusnya didapat OP jatuh ke belakang, karena saat itu kanalis posterior berada pada bidang datar, ketika kepala kembali ditegakkan, endolimf masih bergerak ke depan dan badan akan jatuh ke belakang. Namun hal ini tidak terjadi karena pada saat percobaan dilakukan, kecepatan putaran yang sangat kurang dan sikap keseimbangan OP yang baik menyebabkan gerakan kompensasi tidak ditemukan.3,6

4. Kesan (Sensasi)Secara teori, Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri, sehingga OP akan merasa berputar ke kiri. Dari hasil yang ada OP dapat merasakan sensai arah pada saat baru diputar dan kehilangan sensai arah saat putaran konstan (sesuai teori), tapi pada saat putaran dihentikan OP tidak tahu sensasi arah (seharusnya OP merasa seperti diputar kearah kiri) hal ini mungkin terjadi dikarenakan kupula OP masih dalam posisi tegak hanya saja pada saat OP ingin berdiri OP jatuh kearah kiri dimana hal tersebut menunjukan arah sensai keseimbangan OP lebih mengarah ke kiri setelah putaran dihentikan.6,8,9

6.5. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala1. Cara RinneUji Rinne membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pendengaran pada seseorang. Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid orang percobaan (hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi terdengar, penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi yang sama (hantaran udara). Telinga normal masih akan mendengar penala melalui hantaran udara, temuan ini disebut Rinne positif (+) (HU>HT). Seseorang dengan gangguan pendengaran sensorineural juga akan memberi Rinne positif seandainya sungguh-sungguh dapat mendengar bunyi penala, sebab gangguan sensorineural seharusnya mempengaruhi baik hantaran udara maupun hantaran tulang (HU>HT). Uji Rinne negatif (-) jika pasien tidak dapat mendengar melalui hantaran udara setelah tidak lagi terdengar melalui hantaran tulang (HU Hantaran TelingaNormal atau gangguan sensorineuralTak ada atau koklearis-retrokoklearis

Negatif Hantaran Udara < Hantaran TelingaGangguan konduktifTelinga luar atau tengah

b. Tes WeberNormal tidak ada lateralisasi.

Tuli konduktifpasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.

Tuli sensorineuralpasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

c. Tes Schwabach Hasil uji SchwabachStatus pendengaranLokus

Normal Normal Tidak ada

MemanjangTuli konduktifTelinga luar dan/atau tengah

Memendek Tuli sensorineuralKoklearis dan/atau retrokoklearis

6.6. Lokalisasi Binaural SuaraTelinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.11Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising.11Pada percobaan OP1 dan OP2 masih bisa membedakan bunyi kanan dan kiri saat percobaan, namun tidak dapat menentukan arah suara ketika suara ditimbulkan dari depan ataupun belakang. Untuk membedakan bunyi pada bagian depan ataupun belakang memang cukup sulit.11

6.7. Faktor Kontribusi untuk Mempertahankan KeseimbanganKita memiliki 2 macam alat keseimbangan, yaitu alat keseimbangan dinamis (Krista ampularis) dan alat keseimbangan statis (macula akustika). Posisi krista ampularis saling tegak lurus satu sama lain, dan masing-masing berpasang-pasangan pada telinga kanan dan kiri. Setiap gerakan kepala akan dideteksi oleh paling tidak 2 krista ampularis, dimana sel-sel reseptor salah satu Krista akan mengalami depolarisasi dan sel alinnya mengalami hiperpolarisasi. Akibat dari mekanisme ini, maka setiap gerakan rotasi kepala dan tubuh akan disadari, sehingga keseimbangan kita waktu bergerak akan terjaga. Macula akustika merupakan alat keseimbangan statis yang memberitahukan posisi kepala pada saat kita diam atau melakukan gerak lurus beraturan.6,8,9Percobaan keseimbangan dengan berdiri tegak dan mengangkat salah satu kaki dengan mata terbuka, subyek dapat bertahan selama 2 menit. Setelah cukup istirahat, percobaan di ulangi tetapi dengan menutup mata. Ternyata subyek hanya dapat bertahan selama 1 menit 8 detik dan setelah itu jatuh. Hal demikian menunjukkan bahwa antara penglihatan dan keseimbangan terdapat suatu hubungan. Jika kita melihat dengan kedua mata maka keseimbangan dapat terjaga, alat keseimbangan dalam telinga dapat bekerja. Sedangkan jika mata kita tertutup maka keseimbangan sulit terjaga sehingga menyebabkan subyek jatuh saat berdiri dengan satu kaki.6,8,9

VII. DAFTAR PUSTAKA1. Pocock G. Physiology: basis of medicine. 3th ed. Oxford University Press; 2006.1. Barret KE, et al. Ganongs review of medical physiology. 23th ed. United States of America: McGraw-Hill Companies, Inc; 2010.1. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2008.1. Vander, et al. Human physiology: the mechanism of body function. 8th ed. McGraw-Hill Companies, Inc; 2001.1. Berne RE, et al. Physiology. 5th ed. Elsevier inc; 2007.1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.1. Murni AY. 2003. Gangguan pendengaran akibat bising. Diunduh dari: http://library.usu.ac.id/. Diakses 23 Februari 2015.1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. 6th ed. Jakarta: FKUI; 2010.1. Soewolo. Fisiologi manusia. Malang: JICA; 2005.1. Lumbantobing SM. Neurologi klinik: pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.1. Plotnik R. Introduction to psychology. 7th ed. Australia: Thomson and Wodsworth; 2005.

19