laporan fisiologi c-2 muskuloskeletal.pdf
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
1/26
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
MODUL MUSKULOSKELETAL
Kelompok C-2:
Friederich Kurniawan Moja I11112051
Hafitz Al Khairi I1011131049
Andi Wijaya I1011131051
Deby Wahyu Putriana I1011131052
Yosefa Rosari Violetta I1011131053
Abidah Bazlinah Dermawan I1011131055
Wenni Juniarni Tripani I1011131061
Vuza Wira Lestari I1011131064
Dendy Frannuzul Ramadhan I1011131065
Risa Muthmainah I1011131067
Agung Prasetyo I1011131069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
2/26
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kesempatan kali ini, dilakukan praktikum fisiologi untuk menilai
kekuatan otot yaitu pengukuran dan pengamatan kekuatan otot bisep dalam
menahan beban sampai batas maksimumnya pada berbagai posisi sudut sendi dan
tes kinerja otot (muscle performance test ). Tujuan dari pengukuran dan
pengamatan kekuatan otot bisep dalam menahan beban sampai batas
maksimumnya pada berbagai posisi sudut sendi adalah untuk mengetahui bahwa
perbedaan posisi sudut sendi akan mengubah panjang otot sehingga berat beban
maksimum yang mampu ditahan akan bervariasi pada setiap sudut posisinya.
Aktivitas ini dilakukan oleh dua responden, yaitu pria dan wanita perwakilan dari
kelompok praktikum, untuk melihat apakah terdapat perbedaan kekuatan otot
bisep antara pria dan wanita. Sedangkan tes kinerja otot bertujuan untuk menilai
kinerja otot individu dan kelompok. Praktikum test kekutatan otot dilakukan
dengan melakukan “Push Up Test, Sit Up Test, dan Vertical Jump Test”.(1)
Otot merupakan alat gerak aktif tubuh. Untuk melakukan sebuah gerakan,
otot harus berkontraksi. Kontraksi otot tersebut akan menggerakkan tulang tempat
otot tersebut melekat sehingga tubuh mampu melakukan aktivitas atau pekerjaan
motorisnya. Secara umum, mekanisme kontraksi otot berkaitan dengan aktivitas
aktin dan myosin. Saat terjadi potensial aksi, sinyal akan merambat di sepanjang
saraf motorik dan berakhir pada ujung sarafnya (motor end plate) yang
berhubungan dengan sel otot yang disebut neuro muscular junction. Potensial aksi
tersebut, memicu pelepasan neurotransmitter asetilkolin. Terlepasnya asetilkolin
membuka pompa natrium dan kalium. Sejumlah besar natrium akan berdifusikedalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial
aksi pada membran. Selanjutnya terjadi pelepasan potensial aksi ke tubulus T.
mencetuskan pelepasan simpanan Ca2+ dari kantung lateral retikulum sarkoplasma.
Ca2+ berikatan dengan troponin.(1)
Troponin-Tropomiosin tergeser ke samping dan membuka tempat
pengikatan jembatan silang aktin. Terjadi pengikatan jembatan silang ke molekul
aktin. Penekukan jembatan silang menghasilkan suatu gerakan mengayun yang
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
3/26
3
kuat yang menarik filamen tipis ke arah dalam. Setelahnya maka terjadilah
kontraksi otot. Kontraksi otot berhenti saat asetilkolinesterase mendegradasi
asetilkolin menjadi asetil dan kolin dari taut neuromuskulus disusul dengan
dipompanya ion kalsium kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh pompa
membran Ca2+ dan akan mengembalikan Ca2+ ke kantung lateral. Ion – ion
tersebut disimpan sampai ada potensial aksi lagi. Pembersihan Ca2+ sitosolik ini
memungkinkan kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembali ke posisi
menghambatnya sehingga miosin dan aktin tidak lagi dapat berikatan di jembatan
silang. Untuk berkontraksi otot memerlukan energi berupa ATP.(2)
Penilaian kinerja otot dimaksudkan untuk menentukan keseluruhan tingkat
kebugaran seseorang. Penilaian ini juga dapan mengidentifikasikan area kekuatan
dan kelemahan dari seseorang sehingga ia dapat merencanakan latihan fisik yang
cocok untuknya. Dalam usaha untuk menambah kekuatan otot, dapat dilakukan
latihan yang rutin. Latihan tersebut bertujuan untuk mempertahankan daya ledak
otot, mengurangi kelelahan, dan membentuk adaptasi otot. Latihan beban meliputi
beberapa macam jenis alat dan cara yaitu : barbell, mesin pembakar kalori atau
dapat juga dengan sit up dan push up.(2)
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
4/26
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fisiologi Kontraksi Otot
1. Asetilkolin yang dibebaskan oleh akson neuron motorik menyeberangi
celah dan berikatan dengan reseptor di motor end-plate.
2.
Terbentuk potensial aksi sebagai respons terhadap pengikatan asetilkolin
dan potensial end-plate yang kemudian timbul disalurkan ke seluruh
membran permukaan dan turun ke tubulus T sel otot.
3.
Potensial aksi di tubulus T memicu pelepasan Ca2+dari reticulum
sarkoplasma.
4.
Ion kalsium yang dilepaskan dari kantung lateral berikatan dengan
troponin di filamen aktin, menyebabkan ropomiosin secara fisik bergeser
untuk membuka penutup tempat pengikatan jembatan silang di aktin.
5. Jembatan silang myosin berikatan dengan aktin dan menekuk, menarik
filament aktin ke bagian terngah sarkomer; dijalankan oleh energy yang
dihasilkan dari ATP.
6.
Ca2+
secara aktif diserap oleh reticulum sarkoplasma jika tidak ada lagi
potensial aksi lokal.
7. Dengan Ca2+
tidak lagi terikat ke troponin, tropomiosin bergeser kembali
ke posisinya menutupi tempat pengikatan di aktin; kontraksi berakhir;
aktin secara pasif bergeser kembali ke posisi istirahatnya semula.(2)
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot
Ada dua faktor yang menentukan kekuatan otot dan tingkat teganganotot yang mampu dihasilkan setiap orang.
1. Faktor intrinsic
Ini merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh. Diantaranya
adalah tiga kelas berbeda
a.
faktor neurofisiologis
Ada banyak faktor sedemikian rupa sehingga
mempengaruhi kemampuan otot untuk berkontraksi dan secara
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
5/26
5
konsekuen mengembangkan kekuatan. Penampang otot,
pengaturan serat otot, jenis serat yang dominan, panjang otot,
jumlah serat yang digunakan, intensitas dan frekuensi stimulus,
adalah beberapa di antaranya.
b. Faktor biomekanik
Mereka menentukan kekuatan sejati otot dan pada dasarnya
berhubungan dengan sistem skeletal seseorang. Yang utamanya
adalah panjang tuas otot, sudut traksi sendi dan momen inersia dari
beban.
c.
Faktor emosional
Kekuatan otot maksimum yang berkembang secara sukarela
adalah 60-70% dari kapasitas maksimum yang sebenarnya. Faktor
emosional dapat meningkatkan tingkat kekuatan yang digunakan
untuk memobilisasi serat otot yang biasanya tidak dirangsang. Hal
ini termasuk motivasi, perhatian, rasa takut, kemampuan untuk
berkorban, dan konsentrasi.
2. Faktor ekstrinsik
Kekuatan juga tergantung pada beberapa faktor eksternal. Yang
paling penting di antara mereka adalah suhu, makanan, pelatihan, cuaca,
usia dan jenis kelamin.
a.
Perubahan kekuatan berdasarkan umur:
Kekuatan berlipat ganda antara usia 11 dan 16 tahun Pada
usia 16 tahun, kekuatan mencapai 80-85% dari puncak
maksimumnya Kekuatan maksimum tercapai antara usia 20 dan 25
tahun, setelah perkembangan otot selesai Mulai usia 30 tahin, jikakualitas ini tidak dilatih secara khusus, terjadi penurunan yang
lambat tapi progresif Antara usia 50 dan 60 tahun, sebuah atrofi
bertahap dari massa otot mulai berkembang
b. Perbedaan kekuatan berdasarkan jenis kelamin:
Perbedaan antara pria dan wanita mulai muncul dari remaja
dan seterusnya, berusi sekitar 12-14 tahun, periode ketika anak
laki-laki mengembangkan kekuatan lebih cepat Pria lebih kuat dari
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
6/26
6
wanita karena ia memiliki jumlah yang lebih dari jaringan otot: 36-
44% pada pria dibandingkan dengan 25-29% pada wanita.(3)
2.3
Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu kondisi dimana terjadi inabilitas fisiologis
untuk berkontraksi walaupun otot masih bisa menerima stimulus.(1)
Kelelahan otot terjadi apabila otot yang berolahraga tidak lagi dapat
berespons terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang
setara. Penyebab mendasar kelelahan otot belum jelas. Faktor-faktor yang
diperkirakan terutama berperan adalah (1) penimbunan asam laktat, yang
mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energi
atau proses penggabungan eksitasi-kontraksi, dan (2) habisnya cadangan
energi. Waktu timbulnya kelelahan berbeda-beda sesuai dengan jenis serat
otot, sebagian serat lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan serat lain,
dan intensitas olahraga, yakni aktivitas yang berintensitas tinggi lebih cepat
menimbulkan kelelahan.(2)
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
7/26
7
BAB III
METODE
3.1
Alat dan Bahan
1. Karton berukuran 60x30 cm dengan gambar busur deraat
2. Beban (dumbbell) berbagai ukuran
3.
Meja
4. Matras
5.
Skala ukur yang ditempel di dinding
6.
Stopwatch
3.2 Cara Kerja
a. Praktikum Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh
Otot Bisep pada Berbagai Sudut Sendi
1) Lengan orang percobaan diletakkan di depan karton atau
fleksometer, dengan lengan atas (bahu hingga siku) mendatar di
permukaan alas.
2)
Lengan bawah diangkat hingga siku fleksi setinggi 20o
, berpatokan
pada garis di kertas atau penunjuk fleksometer.
3) Berat beban yang akan mampu ditahan oleh propandus pada posisi
tersebut diperkirakan.
4) Dumbell yang sesuai beratnya diletakkan pada telapak tangannya.
OP harus berusaha menahan beban tersebut sesuai dengan
posisi/sudut awalnya.
5)
Jika OP masih bisa menahan beban, sedikit demi sedikit bebanditambahkan hingga ia tak lagi dapat menahan beban tersebut.
6) Langkah 1-4 diulangi untuk sudut selanjutnya, serta lengan yang
lain.
7) Hasil Percobaan kemudian dimasukkan kedalam tabel untuk
dilaporkan lebih lanjut.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
8/26
8
b. Praktikum Muscle Performence ( Sit Up dan Push up)
1) Sit Up
a)
Kaki ditahan agar tetap menempel di matras.
b)
Lutut dibengkokkan membentu sudut 90o.
c) Kedua tangan diletakkan di belakang leher.
d) Siku diangkat mencapai atau menyentuh lutut.
e)
Punggung harus kembali ke matras.
f) Gerakan tersebut diulangi hingga satu menit dan dicatat
banyaknya sit up untuk setiap propandus.
2)
Push Up
Laki-laki:
a)
Siku diluruskan.
b) Jari kaki diletakkan di atas matras; pinggul, kaki, punggung
diluruskan.
c) Gumpalan tangan diletakkan di bawah dada kemudian bagian
dada dan bagian tubuh di atas digenjot naik turun.
d) Jumlah push up yang dapat dilakukan selama 1 menit dihitung
dan disajikan dalam tabel.
e)
Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.
Perempuan:
a)
Lutut diletakkan di atas matras.
b) Posisi tungkai bawah diangkat kira-kira setinggi 450
dan
disilangkan.
c) Pinggul dan punggung diluruskan.
d)
Push up dilakukan dengan posisi bahu sama tingginya dengansiku.
e) Jumlah push up yang dapat dilakukan selama 1 menit dihitung
dan disajikan dalam tabel.
f) Data diolah dengan menggunakan aplikasi di internet.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
9/26
9
3) Vertical Jump
a) Propandus berdiri pada sisi dinding dengan tumit merapat ke
dinding, selanjutnya tangan diangkat hingga ekstensi maksimal
dan diukur jangkauan tangan maksimal propandus tersebut.
b) Probandus melompat setinggi mungkin.
c) Jangkauan lompatan propandus setelah melompat diukur.
d)
Jangkauan lompatan dicatat pada tabel.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
10/26
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh Otot Bisep pada
Berbagai Sudut Sendi
Laki-Laki
No Nama Tangan 20 45 60 90 120
1 AgungKanan 9,5 10,5 10,5 10,5 10,5
Kiri 6,5 7,5 8,5 8,5 8,5
2 Yohanes
Kanan 7,5 10,5 10,5 10,5 9,5
Kiri 7,5 10,5 10,5 9,5 9,5
3 DesraKanan 6,5 10,5 11,5 11,5 11,5
Kiri 7,5 10,5 10,5 10,5 10,5
Rata-RataKanan 7,8 10,5 10,8 10,8 10,5
Kiri 7,2 9,5 9,8 9,5 9,5
0
2
4
6
8
10
12
20 45 60 90 120
Kanan
Kiri
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
11/26
11
Perempuan
No Nama Tangan 20 45 60 90 120
1 WilaKanan 5,5 6,5 7,5 8,5 9,5
Kiri 6,5 7,5 7,5 7,5 7,5
2 DebyKanan 6,5 6,5 7 7 7
Kiri 5,5 6,5 7 7 7
3 CindyKanan 5,5 6,5 7,5 10,5 7,5
Kiri 5,5 7,5 7,5 10,5 6,5
Rata-RataKanan 5,8 6,5 7,3 8,7 8
Kiri 5,8 7,2 7,3 8,3 7
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20 45 60 90 120
Kanan
Kiri
4.1.2 Muscle Performance Test
Sit Up Test
No. Nama
Jenis
Kelamin Umur Banyaknya Skor Hasil
1Yosefa
ViolitaP 18 27 2 Poor
2 Wenny P 19 20 0 Poor
3 Vuza Wira L P 18 26 1 Poor
4 Andi Wijaya L 19 30 1 Poor
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
12/26
12
5 Moja L 19 40 22 Fair
6 Hafiz L 20 47 69 Average
Push Up Test
No. NamaJenis
KelaminUmur Banyaknya Skor Hasil
1 Abidah P 18 29 54 Average
2 Risa P 18 29 54 Average
3 Deby P 18 33 60 Average
4 Hafizt L 20 32 29 Fair
5 Moja L 19 22 16 Poor
6 Andi L 19 15 9 Poor
Vertical jump Test
No NamaJenis
Kelamin
Berat
Badan(kg)
Selisih jarak
(m) Score RatingMean
power
1 Vuza P 56 0,39 17 Good 212
2 Risa P 45 0,31 37 Average 104
3 Abidah P 43 0,36 63 Average 134
4 Andi L 90 0,42 24 Poor 381
5 Hafiz L 85 0,65 92 Excellent 558
6 Dendy L 85 0,60 83 Excellent 735
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
13/26
13
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran Beban Maksimum yang Dapat Ditahan oleh Otot Bisep pada
Berbagai Sudut Sendi
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran beban maksimum yang
dapat ditahan oleh otot bisep. Praktikum ini dilakukan dengan cara
mengangkat beban menggunakan lengan. Ketika lengan mengangkat
beban, otot yang bekerja adalah M. brachialis, M. biceps brachii, M.
brachioradialis dan M. pronator teres.(4)
Biomekanik merupakan ilmu yang mempelajari gaya, sistem tuas
dan friksi pada manusia, dengan menggunakan hukum Newton untuk
menganalisis gerakan manusia. Cara termudah untuk menjelaskan
biomekanik pada otot bisep adalah dengan menggunakan persamaan
berikut.(5)
M x MA = R x RA
M = besar gaya otot bisep
MA = jarak otot ke siku
R = massa beban yang diangkat
RA = jarak beban ke siku
Dari persamaan diatas, didapatkan bahwa semakin pendek jarak
antara beban ke siku, maka besar gaya yang harus dikeluarkan oleh otot
bisep semakin kecil. Dan semakin besar sudut, maka semakin dekat jarak
antara beban dengan siku.
Hal ini sesuai dengan hasil praktikum dimana beban terbesar yang
bisa ditahan oleh otot bisep itu ketika lengan membentuk sudut 900.
Karena pada saat lengan membentuk sudut 90
0
, beban berada di posisi
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
14/26
14
paling dekat dengan siku. Sedangkan pada sudut 1200, beban kembali
menjauhi siku.
Selain itu, dari hasil praktikum didapatkan bahwa tangan kanan
mampu menahan beban lebih besar dibandingkan dengan tangan kiri. Hal
ini disebabkan karena hampir semua tangan kanan probandus merupakan
tangan dominannya.
Tangan dominan memiliki serabut otot (muscle fiber) yang lebih
besar dibandingkan dengan tangan non-dominan. Hal ini karena pada
tangan yang sering dipakai untuk beraktivitas mengalami porses adaptasi
yang menyebabkan terjadinya hipertrofi otot.(6)
Selain itu, dari hasil tersebut didapatkan bahwa pria lebih mampu
menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor hormon testosteron pria yang kadarnya 5-10 kali
lebih tinggi dari wanita sehingga pria cenderung memiliki otot yang lebih
besar.(7)
4.2.2 Muscle Performance Test
1.
Sit Up
Sit up merupakan latihan untuk meningkatkan ketahanan otot dan
kekuatan otot – otot abdominal. Oleh sebab itu, sit up dapat digunakan
untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot – otot abdominal. Otot – otot
yang digunakan saat melakukan sit up adalah:
a. M .internal oblique
Berperan sebagai penggerak utama untuk membengkokkan punggung.
b.
M. external obliqueBerperan sebagai fleksor punggung dan rotasi punggung kearah yang
berlawanan.
c.
M. transverses abdominis
Tidak berperan dalam fleksi puggung, namun berperan untuk
menstabilkan batang tubuh ketika melakukan kerja berat.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
15/26
15
d. M. rectus abdominis
Berperan sebagai fleksor utama punggung dan membantu
memfleksikan punggung ke lateral.(8)
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa otot abdominal hanya
berperan pada 30o pertama saat mengangkat tubuh, dimana bahu sudah
meninggalkan lantai, dan otot fleksor pahalah yang berperan dalam
melakukan gerakan selanjutnya.(9)
Latihan sit up menggambarkan efek dari perubahan panjang lengan
beban dengan usaha yang dilakukan. Ketika punggung difleksikan,
gerakan ini dikenai gaya yang berlawanan, yang berasal dari berat badan
pada pusat gravitasi. Ketika badan mendekati suhu horizontal, lengan
beban menjadi lebih panjang, oleh karena itu usaha yang dibutuhkan untuk
menggerakkan badan menjadi lebih besar.Selain itu, lengan beban dapat
dibuat menjadi lebih panjang, jika memindahkan pusat gravitasi dari pusat
batang tubuh menjadi lebih dekat ke kepala, dengan memindahkan lengan
kebelakang leher atau dengan menambah massa tubuh.(8)
Pada hasil yang didapatkan pada praktikum di dapatkan hasil
bahwa 3 probandus perempuan mendapat penilaian poor, dan 1 orang
average, 1 orang poor dan 1 orang fair pada laki-laki. Perbedaan ini
disebabkan ketahanan dan kekuatan otot terutama otot abdominal dan otot
fleksor paha tiap individu berbeda – beda. Selain itu juga terlihat perbedaan
antara laki – laki dan perempuan yang disebabkan perbedaan massa dan
besar kekutatan otot antara laki-laki dan perempuan. Laki – laki memiliki
massa otot yang lebih besar dan serat otot yang lebih besar daripada
perempuan sehingga menghasilkan energy yang lebih besar ketika berkontraksi untuk menggerakkan badan keatas (vertical) dan kebawah
(horizontal). (9)
Sikap dalam melakukan sit up juga dapat mempengaruhi hasil yang
di dapat karena tangan yang diletakkan di belakang kepala menyebabkan
pemanjangan lengan beban, sehingga energy yang diperlukan untuk
menggerakkan batang tubuh semakin besar, dan berarti kekuatan serta
ketahanan otot semakin diuji.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
16/26
16
2. Push Up
Push up adalah latihan kekuatan dasar yang memperkuat tubuh
bagian atas dan meningkatkan core strength. Beberapa kelompok otot pada
dada, lengan, bahu, trisep, punggung, dan leher bekerja secara bersamaan
selama push up. Push up dilakukan pada posisi tengkurap ( prone
position).(10)
Push up membantu memperkuat punggung atas dan bahu,
memberikan stabilitas pada torso, ketahanan otot serta memberikan
kebugaran secara keseluruhan. Push up sangat mudah untuk dilakukan dan
tidak memerlukan peralatan olahraga khusus.(10)
Beberapa otot yang bekerja secara simultan selama push up
meliputi pectoralis major, deltoidea, tricep brachii, serratus antrerior,
musculus abdominal dan coracobrachialis.(10)
Otot-otot yang bekerja saat push up6
Terdapat dua fase dalam melakukan push up, pushing phase dan
lowering phase. Pada pushing phase, gerakan terjadi pada sendi siku, bahu,
dan scapula. Pada siku, terjadi ekstensi, kekuatan terletak pada otot tricep
brachii. Pada sendi bahu, adduksi horizontal terjadi. Gerakan ini terjadi
ketika lengan atas bergerak secara horizontal ke arah garis medial tubuh.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
17/26
17
Musculus pectoralis major, deltoidea,
bisep, dan coracobrachialis
berkontraksi selama adduksi horizontal.
Pada sendi bahu, abduksi scapula
terjadi selama pushing phase. Hal ini
berarti scapula bergerak kel lateral
(protraksi). Musculus serratus anterior
dan pectoralis minor memberikan
kekuatan saat protraksi.(11)
Lowering phase, pada fase ini
otot yang sama pada pushing phase
aktif, tapi kali ini bersifat eksentrik.
Sebagai contoh, pada siku, fleksi terjadi
saat menurunkan tubuh (lowering), secara eksentrik trisep memungkin
terjadinya gerakan ini. Pada sendi bahu, abduksi horizontal terjadi, secara
eksentrik dikontrol oleh mussculus pectoralis major, deltoidea, bisep, dan
coracobrachialis. Pada scapula, adduksi scapula, atau retraksi terjadi,
dimana serratus anterior dan pectoralis minor secara eksentrik dikontrol.(11)
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
18/26
18
Posisi dalam melakukan push up(12)
Mekanisme saat melakukan push up(13)
Pada praktikum kali ini dilakukan test push up oleh 6 probandus
yang terdiri atas 3 pria dan 3 wanita. Push up dilakukan dengan
menggunakan teknik tangan berada secara langsung dibawah bahu, siku
membentuk sudut 450, kepala menghadap kebawah dan badan pada posisi
lurus. Wanita diperbolehkan melakukan push-up dengan menggunakan
Fase push up
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
19/26
19
lutut. Probandus melakukan gerakan push up selama 1 menit, kemudian
dihitung frekuensinya dalam 1 menit.
Hasil didapatkan dari 6 probandus, 3 probandus (wanita)
menunjukkan hasil rata-rata, 1 probandus (pria) menunjukkan hasil cukup,
dan 2 probandus (pria) dengan hasil yang buruk. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan teori yang mana seharusnya kemampuan pada pria lebih kuat jika
dibandingkan dengan wanita karena pria umumnya memiliki postur badan
dan proporsi total massa otot yang lebih besar. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor hormon testosteron pria yang kadarnya 5-10 kali lebih tinggi dari
wanita sehingga pria cenderung memiliki otot yang lebih besar. Selain itu,
sistem saraf pada pria dapat mengaktifkan otot lebih cepat, pria cenderung
memiliki kekuatan yang lebih besar.(7) Namun, hasil yang ditunjukkan
pada praktikum berbanding terbalik, hal ini dimungkinkan terjadi akibat
faktor kelelahan yang mana probandus pria, sebelum melakukan tes push
up ini, telah melakukan beberapa aktifitas fisik lainnya.
3. Vertical Jumping
Vertical jump telah diterima sebagai pengukuran yang valid untuk
kekuatan kaki. Objektivitas dan koefisiensinya tinggi. Vertical jump yang
termasuk jenis olahraga anaerobic dapat dilatih sejak kecil sehingga
kemampuan seorang atlet dalam melakukan olahraga ini akan terus
meningkat seiring penambahan massa otot. Energy yang digunakan dalam
olahraga ini lebih banyak berasal dari ATP dan fosfocreatin daripada
energy yang didapat dari glikolisis. Kapasitas dalam melakukan vertical
jump banyak dipengaruhi oleh genetic pada anak dan dewasa, sekitar 48-92%. Namun, faktor lingkungan dan latihanpun tidak kalah penting dalam
menentukan hal ini. Ada 3 fase dalam melakukan vertical jump, yaitu
preparatory atau down phase, propulsif atau up phase, dan flight phase.
Dua fase pertama dilakukan ketika masih berada di tanah.(14)
Vertikal jump tunggal telah digunakan sebagai indek output
puncak kekuatan anaerob. Subjek berdiri dan melompat setinggi mungkin.
Lalu ketinggian ini ditandai. Subjek kemudian melakukan lompatan
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
20/26
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
21/26
21
Otot yang berperan pada vertical jump ialah
Tinggi maksimal lompatan sangat bergantung pada tinggi badan
seseorang dimana orang dengan tinggi badan yang cukup tinggi memiliki
kemudahan untuk mencapai nilai lompatan maksimal yang lebih tinggi.
Hasil yang didapat dalam praktikum ini bervariasi karena setiap individu
yang diuji memiliki kondisi fisik yang bervariasi. Lompatan vertikal
merupakan aktivitas yang hanya memerlukan metabolisme anaerobik
karena jangka waktunya yang singkat, karena itu kemampuan otot dan
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
22/26
22
distribusi otot serat putih tipe II yang lebih banyak juga berpengaruh
terhadap tinggi lompatan.
Dari hasil pengujian, rata-rata laki-laki memiliki nilai lompatan
vertical yang lebih baik dibandingkan dengan wanita. Dua orang relawan
laki-laki mendapatkan nilai excellent dan satu orang laki-laki mendapatkan
nilai poor. Sedangkan pada perempuan 2 orang diantaranya mendapat nilai
average sementara satu orang lagi mendapat nilai good.
Pada vertical jump sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan
yang paling utama adalah otot. Kekuatan otot yang maksimal sangat
berpengaruh terhadap peningkatan vertical jump pada seseorang. Laki-laki
cenderung memiliki hasil yang baik dalam melakukan lompatan
disebabkan karena postur laki-laki yang secara rata-rata lebih tinggi
daripada wanita dan memiliki kekuatan otot yang lebih baik daripada
wanita.
Namun pada seseorang yang memiliki berat badan berlebih dapat
berpengaruh pada tinggi loncatan yang dicapai. Banyak penelitian yang
menunjukkan jika lompatan sangat dipengaruhi beban tubuh seseorang.
Hal tersebut karena berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban
mekanik pada lutut serta menambah beban pada tubuh. Semakin besar
beban yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula kekuatan otot
dalam melakukan lompatan. Sehingga wanita lebih mampu melakukan
lompatan vertikal dari laki-laki jika ditinjau dari segi bobot tubuhnya.
Tetapi kekuatan otot tetap memegang peranan penting dalam
melakukan lompatan vertical. Dalam penelitian Nagano, et all pada tahun
2007 peran otot yang penting dalam melakukan gerak lompat vertikaladalah otot ekstensor knee dan plantar fleksor ankle.
Dalam sebuah studi simulasi vertical jump, Bobbert dan Van Soest
(7) menunjukkan bahwa meskipun kekuatan otot menentukan pencapaian
tinggi lompatan maksimal, performa yang sebenarnya tergantung pada
kontrol sifat otot. Dalam penelitian tersebut, Baik peningkatan kekuatan
otot lutut, otot ekstensor atau peningkatan kekuatan semua otot
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
23/26
23
mengakibatkan peningkatan ketinggian lompatan, hingga aktivasi otot
(kontrol) diorganisasi kembali (kembali dioptimalkan).(15)
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
24/26
24
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Kemampuan beban maksimum otot lengan dipengaruhi oleh sudut
lengan, jenis kelamin serta tangan dominan.
2.
Kemampuan beban maksimum otot lengan dari berbagai sudut memiliki
nilai beban maksimum pada sudut 900.
3.
Performa probandus laki-laki lebih baik dalam sit up test karena laki –
laki memiliki massa otot yang lebih besar dan serat otot yang lebih
besar daripada perempuan.
4.
Performa probandus perempuan pada push up test lebih baik karena
faktor kelelahan pada probandus pria.
5. Lompatan dan daya otot laki-laki lebih baik daripada perempuan karena
postur laki-laki yang secara rata-rata lebih tinggi daripada wanita dan
memiliki kekuatan otot yang lebih baik daripada wanita.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
25/26
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Hall AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;
2008.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC;
2011.
3. Feito JMP, Delgado D. Physical Education. Spanyol: Pila Teleña; 2013.
4. Snell RS. Anatomi Klinis: Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012.
5. DiCarlo SE, Sipe E, Layshock JP, Varyani S. Experiment demonstrating
skeletal muscle biomechanics. Am J Physiol. 1998 Dec;275(6 Pt 2):S59 – 71.
6. Pardjiono. Hipertropi Otot Skelet Pada Olahraga. J Ilmu Keolahragaan.
2008;5(2):111 – 9.
7. McGraw Hill Connect. Fitness and Wellness [Internet] [cited December 5,
2014]. Available from: http://www.mcgrawhillconnect.com/.
8. Hamilton, Luttgens K. Kinesiology. 10th ed. New York: Mc. Graw Hill
Companies; 2002.
9. Anonim. [cited 2014 Dec 4]. Available from:
http://www.topendsports.com/terting/tests/vertjump.htm
10. MDhealth. What muscles do push-ups work? [Internet] [cited December 5,
2014]. Available from: www.md-health.com/What-Muscles-Do-Push-Ups-
Work.html.
11. Thompson and Floyd. Manual of Structural Kinesiology 18th Edition. Mc
Graw-Hill: Washington DC; 2011.
12. Haff GG, Dumke C. Laboratory Manual for Exercise Physiology. Human
Kinetics; 2012.13. Hopson JL, Donatelle RJ, and Littrell TR. Get Fit, Get Well 3rd Edition.
Benjamin Cummings: USA; 2014.
14. Eston, Roger, Reilly T. Kinanthropometry and Exercise Physiology
Laboratory Manual “Tests, Procedures, and Data.” New York: Taylor &
Francis Group; 2009.
-
8/19/2019 Laporan Fisiologi C-2 Muskuloskeletal.pdf
26/26
15. Bobbert, M. F., and A. J. Van Soest. Effects of muscle strengthening on
vertical jump height: a simulation study. Med. Sci. Sports Exerc. 26:1012 –
1020, 1994.