laporan fha praktikum 1

Upload: hoshi-no-hikari-pardi

Post on 15-Oct-2015

257 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP LINGKUNGAN (Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air)

Oleh :Puji Lestari121411051Kelompok 1

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2014I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan media hidup organisme akuatik yang variabel lingkungan nya selalu berubah baik harian, musiman, bahkan tahunan. Kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut akan mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Air sebagai lingkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme tersebut. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dalam lingkup akuarium, kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosistem yang memadai (Purwakusuma, 2011).Variabel lingkungan (fisik dan kimia) yang penting untuk dicermati dan besar pengaruhnya terhadap proses kehidupan organisme akuatik antara lain adalah pH, suhu, kekeruhan dan detergen. Untuk melihat pengaruh lingkungan terhadap proses kehidupan organisme akuatik maka perlu diadakan serangkaian uji coba terhadap respon adaptasi ikanLaporan ini menggambarkan dampak media uji coba terhadap ikan komet pada perubahan beberapa variabel lingkungannya dengan beberapa parameter berupa bobot awal dan akhir ikan, lama waktu bertahan, tingkah laku ikan, survival rate ikan, dan nilai variable lingkungan yang mematikan (lethal).

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :1. Mengetahui respon organism akuatik terhadap variabel lingkungan (suhu,Ph, dan deterjen)2. Mengetahui kisaran toleransi organisme akuatik terhadap variabel lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Ikan Komet

2.1.1 Klasifikasi ikan kometMenurut Linaeus (1758) Ikan Komet memiliki defenisi Taksonomi yang tergabung dalam:Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataKelas : TeleosteiOrdo : CypriniformesFamilia : CyprinidaeGenus : CarasiusSpecies : Carasius auratus

2.1.2 Habitat Ikan KometIkan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).2.1.3 2.1.4 Siklus Hidup Ikan KometSiklus hidup ikan komet dimulai dari perkembangan di dalam gonad ( ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma ). Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, dihabitat aslinya, ikan komet sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.

Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk - induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.

Sifat telur ikan komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan komet berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5 - 1,8 mm, dan berbobot 0,17 - 0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2 - 3 hari kemudian, telur - telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2 - 4 hari. Larva ikan komet bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18 - 20 mg.

Larva berubah menjadi kebul ( larva stadia akhir ) dalam waktu 4 - 5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan komet memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60 - 70% dari bobotnya ( Punjanan, 2004)2.2 Variabel Lingkungan Fisik

2.2.1 Suhu (Deterjen / Supakton)

Suhu merupakan controlling factor yang mempengaruhi laju perkembangan terutama pada fase larva. Kecepatan reaksi laju metabolisme dipengaruhi suhu dimana pertumbuhan lebih cepat dengan meningkatnya suhu dalam batas toleransinya. Hubungan suhu dengan pertumbuhan ikan yaitu pertumbuhan kecil atau tidak tumbuh di bawah suhu tertentu (20oC). Dan pertumbuhan meningkat seiring meningkatnya suhu mencapai titik maksimum (30oC), dan menurun kembali atau bahkan menjadi negatif (letal) pada suhu di atas titik maksimum (33 oC). menjelaskan bahwa untuk setiap spesies, suhu optimum pertumbuhan tidak sama (Affandi, 2002).Penurunan suhu menyebabkan penghambatan proses fisiologi bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung tinggi.(Wahyu Purwakusuma, 2002).Deterjen dapat menurunkan pertumbuhan serta mengurangi kelangsungan hidup ikan dan daya tarik terhadap pakan. Menurut Olsen and Hoglund surfaktan dalam deterjen dapat mempengaruhi daya gerak ikan. Deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun (Arifin. 2008).Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan turunan minyak bumi. Deterjen tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Umumnya mengandung bahan surfaktan (surface active agent) berfungsi menurunkan tegangan permukaan air, builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air, filler (pengisi) berfungsi menambah kuantitas, additives bahan tambahan, misal pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan seterusnya (Halang, 2004).2.2.2 pHpH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air.Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Perairan yang kadar asamnya tinggi (pH rendah) dapat menggangu proses fisiologi pada insang (Marsandre Jatilaksono, 2007).

Ada 2 fungsi dari pH yaitu sebagai faktor pembatas, setiap organisme mempunyai toleransi yang berbeda terhadap pH maksimal, minimal serta optimal dan sebagai indeks keadaan lingkungan. Nilai pH air yang normal sekitar netral yaitu antara 6-8, sedangkan pH air yang tercemar beragam tergantung dari jenis buangannya. Batas organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu air, oksigen terlarut, adanya berbagi anion dan kation serta jenis organisme. Dengan demikian pH perairan di lokasi penelitian masih dapat mendukung kehidupan yang ada di dalamnya.Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktifitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme (Pescod, 1973). pH diperairan dianggap sebagai salah satu faktor utama yang membatasi laju pertumbuhan plankton dan nilainya berkisar antara 7,0 8,5 (Brotowidjoya dkk, 1995).Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut. Sifat-sifat Basa yaitu :1. Kaustik1. Rasanya pahit1. Licin seperti sabun1. Nilai pH lebih dari sabun1. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru1. Dapat menghantarkan arus listrik (Diah ,2004)2.2. III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempatPraktikum Fisiologi Hewan Air dilakukan pada tanggal 13 Mei 2014 di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan BahanAlat yang digunkan dalam praktikum yaitu akuarium kaca 5 buah, aerator, termometer, pH-meter, timbangan digital, heater (alat pemanas air), lap, pengaduk, tissue, stopwatch, handtally counter, dan terminal listrik.Bahan yang digunakan yaitu, ikan komet, es batu, air panas, aquades, HCL, NaOH, dan surfaktan detergen.

3.3 Cara Kerja3.3.1 Adaptasi Organisme Terhadap Suhu Disiapkan terlebih dahulu 5 buah akuarium kaca yang telah diisi 3 liter air sebagai tempat untuk uji coba. Akuarium 1 untuk perlakuan control, akuarium 2, 3, 4 untuk perlakuan dengan suhu yang berbada-beda, sedangkan akuarium 5 untuk perlakuan gradual. Kemudian ikan ditimbang menggunakan timbangan digital, dimasukkan kedalam akuarium dan dicatat bobot awalnya. Media air perlakuan berupa air es dan air panas untuk untuk masing-masing perlakuan. Kemudian heater dan aerator disiapkan pada masing-masing akuarium, lalu ikan dimasukkan dalam akuarium secara bersama-sama. Suhu dalam akuarium dijaga agar tetap stabil sesuai dengan perlakuan. Kemudian diamati setiap 10 menit dan dicatat tingkah laku juga bukaan operculumnya. Catat jumlah hewan uji yang mati selama percobaan. Timbang bobot akhir pada hewan uji tiap akuarium.

3.3.2 Adaptasi Organisme terhadap pH Disiapkan terlebih dahulu 5 buah akuarium kaca yang telah diisi 3 liter air sebagai tempat untuk uji coba. Akuarium 1 untuk perlakuan control, akuarium 2, 3, 4 untuk perlakuan dengan suhu yang berbada-beda, sedangkan akuarium 5 untuk perlakuan gradual. Untuk perlakuan yang berbeda (asam : ditambahkan 50 dan 80 tetes HCL, basa ditambahkan 50 dan 80 tetes NaOH). Kemudian ikan ditimbang menggunakan timbangan digital, dimasukkan kedalam akuarium dan dicatat bobot awalnya. Lalu ikan dimasukkan dalam akuarium secara bersama-sama. Kemudian diamati setiap 10 menit dan dicatat tingkah laku juga bukaan operculumnya. Catat jumlah hewan uji yang mati selama percobaan. Timbang bobot akhir pada hewan uji tiap akuarium.

3.3.3 Adaptasi Organisme terhadap Surfaktan Detergen Siapkan 3 buah akuarium beserta aeratornya, tiap akuarium diisi 3 liter air, kemudian masukkan lima ekor ikan yang sudah ditimbang bobotnya. Akuarium 1 untuk kontrol, akuarium 2, 3, 4, dan 5 diberi deterjen 1 gram, 3 gram, dan 6 gram yang dilarutkan terlebih dahulu dengan air yang diambil dari masing-masing akuarium. Amati tiap 10 menit selama 30 menit, setelah itu ikan yang mati selama percobaan dicatat. Bobot akhir ikan ditimbang diakhir praktikum. Parameter yang diamati lama bertahan ikan, tingkah laku ikan selama percobaan, kondisi tubuh ikan, frekuensi kontraksi operculum/menit,). Rumus yang digunakan:SR = 100%M = 100%

Keterangan :M = MortalitasNt = Jumlah akhirNo = Jumlah awalSR = Survival rate

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan (Data Kelas)

Suhu 100C dan 200CMenitsuhu 100CSuhu 200CW

B.OT.LB.OT.L

5 Menit20Ikan berenang terbalik, pergerakan ikan lambat dan sebagian berada didasar aquarium.102Ikan lethargic (lambat), bukaan operculum agak cepat. W1 = Wawal-Wakhir =34,14- 33,32 = 0,82

10 menit24Sebagian ikan pingsan dan sebagian lagi pergerakan lambat dan pergerakan operculum lambat.92Sebagian ikan terlihat seperti akan pingsan, pergerakan operculum melambat.

15 menit80Proses metabolism meningkat, banay ikan yang pinsan, dan pergerakan operculum meningkat.111Sebagian ikan mengalami anoxia (kurangan O2) dan sebagian bergerak hiperaktif, pergerakan operculum meningkat.

20 menit83Ikan mengerluarkan lendir sebagai system pertahanannya, bukaan operculum semakin cepat.123Sebagian ikan sering berada di permukaan aquarium, operculum meningkat.

25 menit0Semua ikan pingsan.126Sebagian ikan pergerakan terlalu hiperaktif tetapi sebagian ikan lethargic pergerakan operculum semakin cepat.W1 = Wawal-Wakhir =39,06- 38,03 = 1,03

0 menit13Semua ikan pingsan tetapi pergerakan operculum ikan mulai bergerak lagi.130Pergerakan ikan semakin cepat, pergerakan ikan mulai melemah (lethargik).

Aquarium 1 (suhu 100C):Aquarium 2 (suhu 200C) :Bobot ikan awal : 34,14 gramBobot ikan awal : 39,06 gramBobot ikan akhir : 33,32 gramBobot ikan akhir : 38,03 gram Ikan Hidup Semua.

Suhu 40 0C GradualKelMenitGradual (10-400C)MenitSuhu 400C

B.OT.LB.OT.L

25 Menit20Gerakan ikan agresif, bukaan operculum melambat dari semula10 Menit41Hiperaktif, interval bukaan operkulum relatif cepat.

10 menit24Sebagian ikan pingsan dan sebagian lagi pergerakan lambat dan pergerakan operculum lambat.

15 menit19Gerakan overculum semakin melambat, ikan tak melakukan pergerakan.20 Menit53Lethargic, anoxia, mulai kehilangan keseimbangan untuk berenang.bukaan operkulum lebih cepat lagi dari sebelumnya

20 menit34Ikan mengerluarkan sedikit lendir, bukaan operculum semakin cepat.

25 menit53Semua ikan mulai aktif bergerak namun masih lambat, overculum semakin cepat namun pergerakan overculum membuka sangat lambat30 Menit48Gerakan pasif, bukaan operku-lum semakin lambat dari sebelum-nya, perut ikan terlihat menggembung.Posisi ikan sudah didasar aquarium

30 menit41Ikan melemah kembali, dan beberapa hiperaktif.

WBobot ikan awal : 38,05 grBobot ikan awal : 38,97 gr

Bobot ikan akhir : 35, 80 grBobot ikan akhir : 38,40 gr

= 38,05-35,80 gr = 2.25 gr=38,97 38,40 gr = 0,57 gr

4.1.2 pH pH NaOH 40-50 TetesWaktuTingkah Laku

Akuarium 1 (50 tetes)BOBOAkuarium 2 (40 tetes)AW 1AW 2

5 Ikan masih aktif105110 Ikan masih aktif

overculum stabil overculum stabil

Suhu 28oC Suhu 28o

10 Pergerakan Lemah160115 Pergerakan aktif seperti Biasanya

Anoxia Suhu 27oC

Bukaan overculum lebih cepat

Suhu 28o C

15 Overculum sering tertutup95105 Overculum sering tertutup

Berenang tidak seimbang Berenang tidak seimbang

20 Tidak ada perubahan9693 Pergerakan melemah

25 Lebih sering berenang dipermukaan9990 Berenang tidak seimbang

30 Ikan sudah mulai dapat beradaptasi106105 Ikan sudah mulai dapat Beradaptasi

AW = W1-W0Akuarium 1 (50 tetes) :Akuarium 2 (40 tetes) :Berat awal : 33,74 gramBerat awal : 38,96 gramBerat akhir : 32,57 gramBerat akhir : 34,80 gram

pH KCL 40- 50 TetesMenit40 tetes50 tetesBO

40 tetes50 tetes

5 menitBerenang mundur, bergerak cepat, dan agresifBerenang mundur dan agresif96106

10 menitMengeluarkan fases lebihbanyak, menyentak saat bernafas, berenang agresif dan ikan mulai lemahMengalami kesulitan dalam bernafas, berenang agresif, ikan tidak tenang dan banyak mengeluarkan fases103112

15 menitIkan mulai diam, pergerakan melambat, banyak fases, ikan diam di dasar dan pernafasan cepatPergerakan ikan melambat, peranfsan ikan cepat, feses banyak14798

20 menitPergerakan ikan makin lambat, ikan berenang pasif, berenang di dasar, pernafasan makin lambat karena ikan menyentak saat bernafasPergerakan melambat, bereanang cenderung di dasar, kesulitan dalam bernafas9090

25 menitIkan makin melemah, bernang di dasar, berenangmundur, ikan cenderung diam dan bergerombolBerenang melayang, ikan cenderung diam, pergerakan melambat dan sesekali naik ke permukaan8983

30 menitIkan sesekali bergerak aktif, ikan mulai berenang melayang, berenang mundur, ikan kesulitan dalam bernafasIkan berenang melayang, sesekali bergerak cepat, sesekali bernafas cepat, dan kadang bernafas lambatdan menyentak8779

Aquarium 1 :Aquarium 2 :40 tetes KCL50 tetes KCLBobot ikan awal : 38,45 grBobot ikan awal : 39,74 grBobot ikan akhir : 36,27 grBobot ikan akhir : 39,26 grIkan hidup semua4.1.3 Detergen Surfaktan Detergen 3 gram GradualKelWaktu

Perlakuan 1 gramWPerlakuan 3 garamW

Bukaan OperculumTingkah lakuBukaan OperculumTingkah Laku

55 menit 190 kaliPergerakan ikan sedikit terlihat lemahWawal -Wakhir= 44,26 gr- 44,02gr= 0,24gram170 kaliPergerakan ikan terlihat lemahWawal -Wakhir=38,03gr- 40,15 gr= -2,12 gram

10 menit170 kaliPergerakan menjadi lamabat serta sering terlihat naik ke permukaan 160 kali2 ekor ikan pingsan , mengeluarkan feses, pergerakan melayang

12 menit100 kaliIkan mati 1

15 menit140 kaliPergerakan ikan tambah lemah serta mengeluarkn lendir80 kaliPergerakan ikan sangat lemah dan melayang-layang di permukaan air

20 menit100 kaliGerakan ikan terlihat pasif tetapi masih ada yang bergerak aktif60 kaliIkan mati 1, pendarahan pada insang

25 menit90 kaliPergerakan ikan lambat dan pasif, bukaan operculum menjadi lambat45 kaliBukaan operculum menjadi lambat, ikan sangat lemah dan mengapung diatas permukaan

30 menit75 kaliBerdiam didasar aquarium. ikan hidup semua30 kaliIkan mati 1, melayang dipermukaan air, bukaan operculum sangat lambat. Ikan yang hidup tersisa 1

Deterjan 1 gram: mengalami penurunan berat badan sebesar 0,24 gramDeterjen 3 gram : mengalami penambahan berat badan sebesar 2,12 gram Detergen 6 gram GradualWPerlakuan/Waktu5 menit (menit ke-5) (10 menit( Menit ke-10) 15 menit(menit ke-15)20(menMenit nit ke-20)

BOTLBOTLBOTLBOTL

42,43-42,87= -0, 44 gram

41,43-41,64= -0,21 gram

6 gram

Gradual(1gram, 3 gram, 6 gram per 5 menit).644

600

Hiperaktif, interval bukan operkulum relatif cepat.

Gerakan ikan aktif, bukaan operculum cepat, belum ada gejala/ efek serius terhadap penambah-an 1 gram surfaktan deterjen ke variabel lingkungan.315

396Lethargic, anoxia, mulai kehilang-an keseimba-ngan untuk berenang.

Anoxia, perut ikan mulai sedikit menggem-bung, penamba-han surfaktan deterjen 3 gram mulai mempe-ngaruhi fungsi fisiologis ikan.170

270

Gerakan pasif, bukaan operku-lum semakin lambat dari sebelum-nya, perut ikan terlihat menggem-bung.

Lethargic, mengelu-arkan darah dari bagian insang, ikan mulai bergerak pasif, bukaan operku-lum mengala-mi penurun-an secara konstan dan drastis.120

186Ikan cenderung tidak bergerak, bukaan operculum sangat jarang/ hampir tidak aktif, keluarnya darah dari insang, ikan tampak melayang di kolom air, ikan pertama mati pada menit ke-17.

Gerakan ikan makin pasif, bukaan operculum makin melambat, darah yang keluar dari insang semakin banyak, ikan kehilangan keseim-bangan untuk berenang, ikan belum ada yang mati.

B. PEMBAHASANKebutuhan Oksigen dan kisaran toleransi ikan berbeda meski dalam satu spesies. Menurut Fujaya (1999;115) kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua umur ikan, laju metabolisme semakin rendah. Perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Pada praktikum kali ini dapat dirumuskan beberapa kemungkinan yang menyebabkan gerakan operkulum ikan berbeda pada beberapa perlakuan, kemungkinan tersebut antara lain yakni, ikan nila yang digunakan dalam praktikum kali ini memiliki umur, aktivitas dan ukuran tubuh yang berbeda.Pada praktikum ini terdapat 4 perlakuan, yaitu perlakuan dengan suhu, pH basa, pH asam, dan surfaktan detergen. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit. Praktikum menggunakan 2 aquarium disetiap perlakuannya, satu aquarium dijadikan kontrol terhadap perlakuan yang dilakukan. Perlakuan dengan suhu dibagi menjadi 2, yaitu suhu panas (40C) dan suhu dingin (10C dan 20C).Pada suhu dingin 5 menit pertama ikan komet mengalami Ikan berenang terbalik, pergerakan ikan lambat dan sebagian berada didasar aquarium.Pada waktu 10 menit ikan komet Sebagian ikan pingsan dan sebagian lagi pergerakan lambat dan pergerakan operculum lambat.Pada waktu 15 menit Proses metabolisme meningkat, banyak ikan yang pingsan, dan pergerakan operculum meningkat.pada 20 menit Ikan mengerluarkan lendir sebagai system pertahanannya, bukaan operculum semakin cepat.Pada waktu 25 sampai 30 menit ikan mengalami Semua ikan pingsan tetapi pergerakan operculum ikan mulai bergerak lagi.Pada perlakuan 200C dari 5-10 menit ikan Ikan lethargic (lambat), bukaan operculum agak cepat dan Sebagian ikan terlihat seperti akan pingsan, pergerakan operculum melambat dengan bukaan operculum 102 dan 92.Pada menit 15-20 Sebagian ikan mengalami anoxia (kurangan O2) dan sebagian bergerak hiperaktif, pergerakan operculum meningkat dan Sebagian ikan sering berada di permukaan aquarium, operculum meningkat.Pada suhu 400C ikan mengalami Hiperaktif, interval bukaan operkulum relatif cepat,lalu ikan Lethargic, anoxia, mulai kehilangan keseimbangan untuk berenang.bukaan operkulum lebih cepat lagi dari sebelumnya.Pada suhu Gradual (10-400C) Gerakan ikan agresif, bukaan operculum melambat dari semula, Sebagian ikan pingsan dan sebagian lagi pergerakan lambat dan pergerakan operculum lambat serta Semua ikan mulai aktif bergerak namun masih lambat, overculum semakin cepat namun pergerakan overculum membuka sangat lambatPada perlakuan Ph,dilakukan perlakuan dengan penambahan asam kuat (KCL) dan basa kuat (NaOH), hampir sama dengan perlakuan suhu karena tidak sama dengan tempat hidupnya maka ikan komet akan memebrikan respon berupa tingkah laku yaitu bukaan overculum melambat dan oergerakannya pun melambat, serta susah bernapas karena keadaan asam dan basa yang cukup kuat, keaadaan ini juga membuat bobot dari ikan komet berkurang, karena berkurangnya cairan dalam tubuh sehingga energi ikan komet dihabiskan untuk beradaptasi dan tidak untuk berkembang tumbuh.Pada perlakuan penambahan detergen, pada aquariaum 3 gram ikan tersisa 1 dan pada aquarium 6 ikan masih hidup. kandungan dari detergen 3 gram langsung masuk ke organ ikan sehingga menjadikan ikan kehilangan kemampuan bernafas, dan mati.

Pada pratikum respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan bahwa kenaikanan atau penurunan suhu dapat mempengaruhi perubahan pembukaan operculum karena semakin rendah suhu semakin sulit ikan untuk bernapas dengan artian bukaan operculum lebih sedikit di bandingkan dengan keadaan suhu yang tinggi. Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen. Peningkatan suhu (pada batas toleransi) akan diikuti dengan peningkatan laju metabolisme. Perubahan suhu secara fluktuatif akan menyebabkan pengaruh terhadap fisiologi hewan air. Kenaikan suhu menyebabkan laju konsumsi dan metabolisme meningkat. Penurunan suhu menyebabkan penghambatan proses fisiologi bahkan dapat menyebabkan kematian. Dapat menurunkan pertumbuhan serta mengurangi kelangsungan hidup ikan dan daya tarik terhadap pakan. Kecepatan reaksi laju metabolisme dipengaruhi suhu dimana pertumbuhan lebih cepat dengan meningkatnya suhu dalam batas toleransinya. Menurut Alabaster dan Lloyd (1980) dalam Machditiara (2003), bervariasinya pengaruh pH terhadap ikan tergantung pada spesies, ukuran ikan, suhu, konsentrasi, CO2 dan kehadiran logam berat seperti besi. Selain itu, nilai pH mempengaruhi daya racun bahan atau factor kimia lain seperti ammonia meningkat bila pH mneingkat dan H2S meningkat bila pH menurun. Berdasarkan literature diketahui bahwa pH optimal hidup ikan adalah berkisar antara 6-9.Perlakuan deterjen terhadap ikan nila menyebabkan ikan komet mati sedangkan pada akuarium kontrol ikan bertahan hidup dikarenakan di dalam akuarium tidak diberi perlakuan akuarium. Deterjen mengandung bahan-bahan yang menyebabkan ikan mati yaitu: 1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yangmempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (sukalemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan airsehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:a. Anionik : -Alkyl Benzene Sulfonate, Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS)b. Kationik : Garam Ammoniumc. Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyled. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci darisurfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP) b. Acetates :Nitril Tri Acetate (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)c. Silicates : Zeolithd. Citrates : Citrate acid3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyaikemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.Contoh : Sodium sulfate4. Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produklebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidakberhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkanlebih untuk maksud komersialisasi produk.Pengaruh deterjen adalah dapat memperlambat pertumbuhan dan membatasi ruang gerak ikan. Selain itu juga dampak yang ditimbulkan adalah pendarahan pada organ dalam ikan salah satu nya yaitu bagian insang. Hal tersebut kemungkinan disebabkan ketidakmampuan insang dalam mentolerir kandungan deterjen yang terhisap di insang, sehingga terjadi penggumpalan dan akhirnya pecah menimbulkan pendarahan. Akibat terganggunya salah satu fungsi organ tubuh. Dan dapat mempengaruhi kematian ikan juga. Selain itu busa detergen yang terlalu banyak merupakan salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian. kisaran suhu dan pH ikan komet berkisar 19- 28C sementara kisaran pHnya antara 7-7,5.

V.

V. PENUTUP

5. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :

1. Pada perlakuan dengan surfaktan detergen, ikan yang diujikan mengalami kematian karena kandungan detergen yang menyebabkan kerusakan pada insang ikan2. Suhu yang tinggi menyebabkan ikan menjadi lemas, sedangkan suhu dingin tidak terlalu mempengaruhi tingkah laku ikan3. Organisme akuatik dipengaruhi oleh suhu, pH dn perlakuan detergen

5. Saran Adapun saran yang diberikan pada praktikum ini adalah melengkapi alat alat yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum, agar praktikum bisa berjalan lancar.

1.

LAMPIRAN