laporan praktikum steril 1

24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL (Sediaan Injeksi Asam Folat) Disusun oleh : Kelompok 7 Farmasi 3-C Ahmad Wafi Noufal 31113109 Dhita Jamilatul Wahidah 31113117 M. Arif G. P. 31113133 Metty Kusmayaputri 31113135 Rina Widi Pertiwi 31113147 Tine Nurusyifa 31113153

Upload: adhela-nuzul-fariqa

Post on 12-Jul-2016

335 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

HANYA BISA UNTUK DI PELAJAR, DIMN AKU BISA MENGERJAKAN BERSAMA KELOMPOK YANG SANGAN BEKERJA SAM DENGAN BAIK.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Steril 1

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

(Sediaan Injeksi Asam Folat)

Disusun oleh :

Kelompok 7

Farmasi 3-C

Ahmad Wafi Noufal 31113109

Dhita Jamilatul Wahidah 31113117

M. Arif G. P. 31113133

Metty Kusmayaputri 31113135

Rina Widi Pertiwi 31113147

Tine Nurusyifa 31113153

PRODI S1 FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2016

Page 2: Laporan Praktikum Steril 1

A. Tujuan

Mahasiswa mampu membuat sediaan steril

Mahasiswa mampu menghitung isotonis suatu sediaan steril

Mengetahui kejernihan suatu sediaan injeksi

B. Dasar Teori

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan

steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi yang tercipta sebagai

akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang

bebas dari mikroorganisme hidup. Beberapa macam yang masuk kedalam

produk steril diantaranya sediaan parentral, tetes mata, hidung, telinga, infus.

Sediaan parenteral merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-

bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa

kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama

dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan

tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan

harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen

dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan

dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau

mikrobiologi.

C. Formula Lengkap

Acidum Folicum 0,5%

Natrii chloridum 0,8283%

Dinatrii edetas 0,05%

Natrii hydrokloridum ad larut

Aqua Pro Injection ad 10 ml

Page 3: Laporan Praktikum Steril 1

D. Spesifikasi

1. Bahan Berkhasiat

a) Acidum Folicum (Asam Folat) ( FI IV 1995, halaman 41)

BM/RM : 441,40 / C19H19N7O6

Pemerian : Serbuk hablur, kuning, kuning kecoklatan, atau

jingga kekuningan, tidak berbau.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, tidak larut dalam

etanol, dalam aseton, dalam kloroform, dan

dalam eter, segera larut dalam alkali

hidroksida, dan dalam alkali karbonat encer,

larut dalam asam klorida 3 N panas, dan dalam

asam sulfat 2 N panas. Larut dalam asam

klorida dan asam sulfat menghasilkan larutan

berwarna kuning pucat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus

cahaya.

2. Bahan Tambahan

a) Natrii Chloridum ( Natrium Klorida ) ( FI IV 1995, halaman 584)

BM : 54,44

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah

larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin,

sukar larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

b) Natrii hydroxidum (Natrium Hidroksida) ( FI IV 1995, halaman

589)

BM : 40,00

Pemerian : Putih atau ptaktis putih, massa melebur,

berbentuk pellet, serpihan atau batang atau

Page 4: Laporan Praktikum Steril 1

bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukan

pecahan hablur. Bila dibiarkan diudara, akan

cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

c) Dinatrii edetas (Dinatrium Edetat) ( FI IV 1995, halaman 329)

BM/RM : 372,24 / C10H24N2Na2O8. 2H2O

Pemerian : Serbuk hablur, putih.

Kelarutan : Larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

d) Aqua Pro Injection ( Steril water for injection) (FI III halaman 97)

BM/RM : 372,24 / C10H24N2Na2O8. 2H2O

Pemerian : Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Kegunaaan : Untuk pembuatan injeksi.

E. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan :

Vial

Pipet

Beacker glass

Corong

Batang pengaduk

Spet

Gelas ukur

Kertas saring

pH universal

Bahan-bahan yang digunakan :

Aqua Pro Injectionum

NaOH 0,1 N

Asam folat

Dinatrium EDTA

Alkohol

NaCl

Karbon aktif

Page 5: Laporan Praktikum Steril 1

F. Posedur Kerja

Panaskan sampai

mendidih 100 ml aqua

pro injectionum dalam

beacker glass selama 10

menit.

Suspensikan asam folat dalam sebagian a.p.i

Sediakan alat dan bahan yang digunakan (alat-alat

dalam keadaan steril). Timbang bahan-bahan

sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

Tambahkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam suspensi samapi asam folat larut. Dan hitung berapa tetes

NaOH yang ditambahkan.

Larutkan NaCl dalam

sebagian a.p.i

Tambahkan larutan dinatrium EDTA sampai mencapai nilai

pH 9

Larutan ditambahkan a.p.i ad 50 ml. Larutan

disaring dan filtrat pertama (beberapa tetes)

dibuang.

Masukkan larutan kedalam vial, tiap vial berisi 10,5

ml.

Sterilkan dalam otoklaf 115-116° C selama 30 menit

Tambahkan larutan NaCl kedalam campuran asam

folat dan NaOH.

Page 6: Laporan Praktikum Steril 1

G. Data Hasil Praktikum

Penimbangan

BahanSatuan Dasar

Volume Produksi

10 ml vialAcidum Folicum 50 mgNaCl 82,83 mgDinatrii Edetas 5 mg

Perhitungan :

C Natrium Folat diperoleh dari perhitungan :

C=BM Na Folat xC As . FolatBM As .Folat

C=464,4 x 0,5441,4

= 0,526 %

Perhitungan Tonisitas :

W =0,52−∆ tb .C Na Folat+∆ tb . xC Dinatrii Edetas0,576

W =0,52−¿¿

¿0,8283 %

Penampilan Fisik Wadah : Bersih

Kejernihan Sediaan : Jernih

Label

dilampirkan

Brosur

Lampiran 1

H. Data Pengamatan

No. Jenis Evaluasi Jumlah sediaan

Hasil pengamatan

Syarat

1. Uji Kejernihan(FI IV, 998)Prinsip :

6 Dinyatakan jernih, jika kejernihanya

Jernih sama dengan air

Page 7: Laporan Praktikum Steril 1

Dilakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15-25 mm, tidak berwarna, transparan, terbuat dari kaca netral. Pengamatan dilakukan dibawah cahaya berdifusi, tegak lurus kea rah bawah tabung. Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihanya sama dengan air, dengan latar belakang hitam.

sama dengan air.

2. Penampilan FisikPrinsip :Mengamati perubahan penampilan dari segi warna, bau, pemisahan fisik.

6 Tidak berbau, tidak berubah warna, tidak terpisah

3. Uji Penetapan pH(FI IV, 1039-1040)Prinsip :Menggunakan pH cairan uji menggunakan alat pH meter yang sesuai.

6 pH tidak berkurang 8,8

pH tetapan tidak kurang dari 8 yang sesuai yang telah ditetapkan.

4. Volume Terpindahkan(FI IV, 1089)Prinsip :Pilih wadah tidak kurang 30 wadah, tuang perlahan-lahan dari tiap wadah kedalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur ± 1 kali volume yang diukur yang telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung, pada

6 Volume tidak kurang dari yang dicantumkan pada etiket

Harus ± 5 % dan tidak kurang dari 10 %.

Page 8: Laporan Praktikum Steril 1

waktu penuangan dan diamkan selama 30 menit. Volume rata-rata volume yang diperoleh diperoleh 10 wadah tidak kurang 10 % dan tidak satupun yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket.

5. Pemeriksaan Partikulat(FI IV hal 981-985)Prinsip :Sejumlah tertentu sediaan uji di filtrasi menggunakan membrane tersebut, diamati dibawah mikroskop pembesaran 100 x. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 µm atau lebih penentuan dan sama atau lebih besar dari 25 µm dihitung.

6 Tidak ada partikulat besar

Tidak terbentuk, msks psrtikel > 2 nm.

6. Uji SterilisasiPrinsip : (FI IV, 885)Menguji sterilisasi suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi dalam medium tioglikonat cair soyben casein di gest. Menggunakan teknik inokulasi langsung kedalam media pada 30-35oc selama tidak kurang dari 7 hari.

6

7. Uji Kebocoran 6 Tidak terjadi Tidak terjadi

Page 9: Laporan Praktikum Steril 1

Prinsip : (FI IV, 191-192)Untuk cairan yang tidak berwarna : Wadah takaran tunggal yang masih panas stelah selsel di sterilkann, dimasukan kedalam larutan metilen blue 0,1 %. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen blue akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan luar dan tekanan di dalam wadah akan berwarna biru.Untuk cairan yang berwarna : dilakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan atas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.

kebocoran kebocoran menandakan bahwa sediaan dapat digunakan sediaan berwarna dilakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring dan tidak boleh basah.

I. Pembahasan

Pada praktikum kali ini akan dilakukan pembuatan injeksi asam folat,

pada pengerjaannya ditambahkan larutan NaOH 0,1 N kedalam suspensi yang

bertujuan untuk melarutkan asam folat. Lalu ditambahkan larutan NaCl ke dalam

campuran. Hal ini agar larutan tersebut isotonis karena NaCl merupakan salah

satu bahan pembantu untuk mengatur tonisitas selain glukosa, sukrosa, KNO3

dan NaNO3.

Isotonis merupkan suatu kondisi dimana larutan konsentrasinya sama

besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi

Page 10: Laporan Praktikum Steril 1

pertukaran cairan diantara keduanya. Penambahan NaCl sebanyak 0,8283 g %/

100 ml menunjukkan larutan hipotonis.

Kemudian adanya penambahan dinatrii edetas bertujuan untuk mengubah

pH larutan menjadi 9, hal ini sesuai dengan aturan pada pembuatan injeksi asam

folat jika pH injeksi asam folat harus memiliki pH dalam rentang 8-11. Asam

folat memiliki khasiat untuk mengobati anemia megaloblastik, pencegahan defek

tabung saraf, profilaksis pada status hemolitik kronik, profilaksis defisiensi folat

pada pasien cuci darah. Dalam pembuatan produk parenteral, pelarutnya harus

tepat dan harus mengikuti prosedur yang aseptik.

Prosedur aseptik ini diperlukan jika bahan produk parenteral yang akan

dipakai harus bebas dari mikroorganisme yang bersifat patogen ataupun non-

patogen, mulai dari pelarut (air) dan bahan-bahan zat aktif hingga bahan

tambahan (material equipment). Pada proses pembuatan larutan parenteral,

melarutkan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan CPOB (Cara Pembuatan

Obat yang Baik) atau Farmakope. Setelah mencampur beberapa zat aktif dengan

bahan tambahan menjadi bentuk larutan, kemudian menyaringnya sampai jernih

dengan menggunakan kertas saring. Sesudah penyaringan, pindahkan larutan

secepat mungkin dan sesedikit mungkin terjadi pemaparan mikroba dan partikel

ke dalam wadah akhir, lalu tutup dengan rapat. Hasil produk parenteral ini

disterilkan kembali dengan menggunakan otoklaf. Pemilihan metode sterilisasi

perlu diperhatikan, harus sesuai untuk mendapatkan produk akhir. Larutan

injeksi ini mengalami sterilisasi akhir dengan otoklaf pada suhu 1210C selama 15

menit. Tujuan dilakukannya sterilisasi adalah menjamin sterilitas produk

maupun karakteristik kualitasnya, termasuk stabilitas produk.

Page 11: Laporan Praktikum Steril 1

Pada saat sterilisasi uap (otoklaf), terjadi pemaparan uap jenuh pada

tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek sehingga

terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan

mikroorganisme secara irreversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel.

Metode sterilisasi ini adalah metode yang paling efektif karena uap merupakan

pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar

mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya

koagulasi, bersifat non toksik dan relatif mudah dikontrol.

Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral ialah

kejernihan. Sediaan harus jernih berkilauan dan bebas dari semua zat-zat khusus

yaitu semua yang bergerak, senyawa yang tidak larut, yang tanpa disengaja ada

dalam sediaan. Termasuk zat-zat pengotor seperti debu, serat-serat baju,

serpihan-serpihan gelas, kelupasan dari wadah gelas atau plastik atau zat lain

yang mungkin ditemui, yang masuk ke dalam produk selama proses pembuatan

dan penyimpanan. Untuk mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan ke

dalam produk parenteral, beberapa tindakan pencegahan harus dilakukan selama

pembuatan dan penyimpanan. Larutan akhir disaring sebelum dimasukkan ke

dalam wadah. Wadah harus dipilih dengan teliti, yang secara kimia tahan

terhadap larutan yang akan dimasukkan dan mempunyai kualitas yang paling

baik untuk memperkecil kemungkinan terkelupasnya wadah dan kelupasan

masuk ke dalam larutan.

Apabila wadah telah dipilih untuk dipakai, wadah dicuci dengan seksama

agar bebas dari semua zat asing. Selama pengisian wadah, perlu diperhatikan

dengan teliti proses pengisian untuk mencegah masuknya debu yang dikandung

Page 12: Laporan Praktikum Steril 1

udara, serat kain, atau zat-zat pengotor lain kedalam wadah. Persyaratan

penyaringan dan petunjuk aliran udara pada daerah produksi berguna dalam

menurunkan kemungkinan pengotoran. Sediaan parenteral harus steril karena

sediaan ini digunakan untuk diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau

membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan

parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit

dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi

mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang

dapat diterima.

Pada pengemasan sediaan steril parenteral yang telah dibuat, digunakan

penutup dari karet dan diatasnya dilapisi penutup alumunium. Penutup karet

yang paling banyak digunakan dalam penutup sediaan parenteral volume kecil

adalah butil karet dengan silikon. Butil karet lebih disukai karena memiliki

sedikit bahan tambahan, mempunyai penyerapan uap air rendah. Silikonisasi

penutup karet dilakukan untuk memfasilitasi pergerakan karet melalui peralatan

sepanjang proses dan peletakan kedalam vial. Akan tetapi, silikon tidak

bercampur dengan obat hidrofilik, khususnya protein. Kontak yang luar biasa

dengan karet tersilikonisasi dapat menghasilkan agregasi protein. Syarat-syarat

injeksi vial sebagai berikut:

1. Steril, yaitu sediaan vial harus bebas dari mikroorganisme yang bersifat

pathogen yang dapat mengurangi khasiat sediaan vial.

2. Bebas bahan partikulat, yaitu bebas dari bahan asing atau bahan yang tidak

larut agar tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah saat digunakan.

Page 13: Laporan Praktikum Steril 1

3. Mengandung zat pengawet, sediaan vial memungkinkan pengambilan

secara berulang. Untuk itu, harus digunakan bahan pengawet untuk

mempertahankan khasiat zat aktif.

4. Stabil, tidak berubah khasiat obat setelah pengambilan obat secara

berulang kali dan tidak berubah bentuk atau pH dari sediaan vial.

5. Harus isotonis, sediaan vial merupakan sediaan parenteral. Untuk itu,

sediaan vial harus isotonis atau sesuai dengan pH darah agar tidak terjadi

hipertonis (penyempitan pembuluh darah) atau hipotonis (pembesaran

pembuluh darah) yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Zat

pengisotonis yang digunakan adalah NaCl.

6. Selain bersifat isotonis, sediaan ini juga harus bersifat isohidri, yakni pH

suatu sediaan harus sama atau paling tidak mendekati pH fisiologis tubuh,

yaitu 7 – 8. Hal ini bertujuan agar sediaan tidak menyebabkan phlebesetis

(inflamasi pada pembuluh darah) dan throbosis (timbulnya

gumpalandarah yang dapat menyumbat pembuluh darah).

Selain itu, tujuan dari pengaturan pH ini adalah agar suatu sediaan yang

dibuat harus tetap stabil padapenyimpanan.Pada saat proses penimbangan bahan

yang digunakan untuk sediaan parenteral, harus dilebihkan sebanyak 5%. Hal

tersebut bertujuan untuk mencegah berukurangnya volume bahan pada saat

pembuatan sediaan tersebut. Hal ini dilakukan karena khawatir

adanyapenguapan yang terjadi pada waktu proses sterilisasi yang mana

menggunakan sterilisasi uap panas. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk

mengganti kehilangan bahan pada saat proses pembuatan, yaitupada waktu

penyaringan atau adanya bahan yang tertinggal pada alat-alatpraktikum.

Page 14: Laporan Praktikum Steril 1

Bahan pembawa yang digunakan adalah Aqua Pro Injection (A.P.I)

bebasCO2. Karena CO2dapat bereaksi dengan salah satu bahan obat

dalamsediaan, dan bisa membentuk suatu endapan. Hal inidapat menjelaskan

bahwa beberapa sediaan yang dibuat terdapat endapan. Karena pada waktu

pembuatan sediaan, aqua yang digunakan terlalu lamakontak dengan udara

sehingga CO2 dalam aqua akan bereaksi dengan bahan aktif sediaan.

Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Isotonis sediaan dicapai dengan penambahan NaCl sebanyak 0,8283 %

2. Dosis sediaan parenteral asam folat adalah 5 mg/ml.

3. Berdasarkan evaluasi, sediaan yang dibuat telah memenuhi syarat;

a. Secara visual, sediaan yang telah dibuat memenuhi syarat

kejernihan.

b. Sediaan stabil, baik secara organoleptik (warna dan bau tidak

berubah selama penyimpanan) maupun pada pH sediaan.

c. Tidak ada penyimpangan volume lebih dari 10 %.

d. Pada uji kebocoran, sediaan tidak bocor.

Page 15: Laporan Praktikum Steril 1

Daftar Pustaka

Martindale. 1982. The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. London: The

Parmaceutical Press.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press).

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta

: Departemen Kesehatan RI.

Lachman, Leon. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press).

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Page 16: Laporan Praktikum Steril 1

LAMPIRAN

Sediaan injeksi asam folat Pengujian nilai pH 8 dengan pH universal

Pengujian kejernihanPengujian partikulat

Pengujian Keseragaman VolumePengujian Nilai pH Dengan Menggunkan

pH Meter