bab i pendahuluan - kementerian pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/data2/lakip benih 2015...
TRANSCRIPT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden yang tertuang dalam Instruksi Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat
Perbenihan Hortikultura pada tahun 2015 menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja pimpinan
beserta jajarannya dalam memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber dari
APBN. Metode penyusunan LAKIP telah diatur dalam Keputusan menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KepmenPan dan RB) Nomor
: 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, tanaman sayuran,
tanaman florikultura dan tanaman obat merupakan komoditas yang sangat prospektif
untuk dikembangkan mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
internasional yang masih terus meningkat. Selain itu meningkatnya pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat juga mendorong peningkatan kemampuan daya beli dan
preferensi permintaan masyarakat terhadap komoditas hortikultura dalam rangka
diversifikasi konsumsi, peningkatan gizi dan peningkatan gaya hidup.
Dalam era globalisasi, perdagangan komoditas hortikultura semakin terbuka untuk
dikembangkan sehingga berpeluang untuk berperan dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat. Peningkatan produktivitas dan mutu produksi komoditas hortikultura
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis hortikultura
yang berdaya saing dan berkelanjutan. Keberhasilan dalam peningkatan produktivitas
dan mutu produksi hortikultura sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pengembangan
inovasi terutama dalam penggunaan benih bermutu dari varietas unggul disertai dengan
penyediaan sarana produksi yang memadai.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/O.T.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka Direktorat Perbenihan
mempunyai tugas “Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis
dan evaluasi dibidang perbenihan hortikultura”.
Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
menyelenggarakan fungsi :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 2
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman buah, sayuran, obat, dan
florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
2. Pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang benih tanaman buah,
sayuran, obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah, sayuran,
obat, dan florikultura, serta penilaian varietas dan pengawasan mutu benih;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Hortikultura.
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, Direktorat Perbenihan Hortikultura
mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :
1. Subdirektorat Benih Tanaman Buah;
2. Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat;
3. Subdirektorat Benih Tanaman Florikultura;
4. Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih;
5. Subbagian Tata Usaha;
6. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subdirektorat Benih Tanaman Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
benih tanaman buah.
Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi
teknis, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman tanaman sayuran dan tanaman obat.
Subdirektorat Benih Tanaman Florikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan rekomendasi teknis, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
benih tanaman florikultura.
Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
penilaian varietas dan pengawasan mutu benih.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 3
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa
komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain;
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi kinerja.
Komponen perencanaan kinerja meliputi; a) Indikator Kinerja Utama (IKU), b) Rencana
Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK)
atau juga sering disebut sebagai perjanjian kinerja.
2.1. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2015 telah
disesuaikan dengan Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2015 – 2019,
yaitu peningkatan ketersediaan benih hortikultura bermutu antara 3 – 4 %.
Berdasarkan Renstra Ditjen Hortikultura tersebut, Indikator Kinerja Utama Direktorat
Perbenihan Hortikultura disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Perbenihan Hortikultura
Sasaran Uraian Sumber Data
Terfasilitasinya
penyediaan benih bermutu
dalam mendukung
peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu
produk tanaman
hortikultura
1. Peningkatan
ketersediaan benih
bermutu (%)
- Direktorat
Perbenihan
Hortikultura
- Dinas
Pertanian
Propinsi
- BPSBTPH,
BBH
2. Penggunaan benih
unggul bermutu (%)
- Direktorat
Perbenihan
Hortikultura
- Diperta Prop,
Kab/Kota
2.2. Rencana Strategis (Renstra)
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan perangkat untuk mencapai
harmonisasi perencanaan pembangunan sistem perbenihan hortikultura secara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 4
menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergis baik dalam lingkup internal Direktorat
Jenderal Hortikultura, lingkup Kementerian Pertanian maupun secara eksternal
dengan instansi lain di luar Kementerian Pertanian. Renstra Direktorat Perbenihan
Hortikultura tahun 2015 - 2019 merupakan acuan, arahan kebijakan dan strategi
pembangunan perbenihan hortikultura dengan mempertimbangkan berbagai kondisi
baik internal maupun eksternal serta kecenderungan perkembangan perbenihan
masa mendatang.
Renstra Direktorat Perbenihan Hortikultura merupakan penerjemahan lebih lanjut
dari Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai acuan bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perbenihan di
semua tingkatan baik di pusat, propinsi dan kabupaten. Renstra Direktorat
Perbenihan Hortikultura dilengkapi dengan kinerja program dan sasaran produksi
yang ingin dicapai, kegiatan, panduan untuk melaksanakan program dan kegiatan
tersebut selama periode 2015 – 2019, yang kemudian menyesuaikan dengan
Renstra Direktorat Jenderal pada tahun 2015 - 2019 yang mencakup :
2.2.1. Visi dan Misi
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika
lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Perbenihan tahun 2015 - 2019
adalah ”Tersedianya benih hortikultura dalam jumlah yang cukup, tepat
varietas, tepat kualitas, tepat waktu dan harga terjangkau untuk
mendukung agribisnis hortikultura yang berdaya saing dan
berkelanjutan”.
Dalam rangka mencapai visi pembangunan perbenihan tersebut, Direktorat
Perbenihan Hortikultura mengemban Misi sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan perbenihan secara nasional dengan
memperhatikan kebijakan di propinsi serta kabupaten/kota.
b. Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha
perbenihan dan sarana produksi serta memfasilitasi berkembangnya
kerjasama/kemitraan bisnis antara kelompok penangkar dan pengusaha
yang saling menguntungkan.
c. Meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintah pada instansi terkait
maupun pelaku agribisnis perbenihan.
d. Mengembangkan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 5
e. Mempromosikan penggunaan benih bermutu varietas unggul kepada
masyarakat agribisnis hortikultura.
2.2.2. Tujuan, Target dan Sasaran Strategis
Sejalan dengan visi dan misi yang diemban, maka tujuan pembangunan
perbenihan tahun 2014 - 2015 adalah :
a. Meningkatkan ketersediaan benih bermutu varietas unggul sesuai dengan
perkembangan teknologi dan permintaan konsumen.
b. Meningkatkan penerapan stándar mutu benih dan pengawasan peredaran
benih dalam menjamin mutu benih.
c. Meningkatkan penerapan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan di
tingkat pelaku usaha.
d. Memberdayakan potensi nasional di bidang perbenihan dan
meningkatkan peran swasta dalam penumbuhan industri benih nasional.
Sasaran pembangunan perbenihan hortikultura tahun 2014 – 2015 adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan benih bermutu dari varietas unggul sesuai
permintaan konsumen.
b. Terwujudnya usaha perbenihan hortikultura yang tangguh, mandiri, dan
kelanjutan.
Mengacu pada target utama Direktorat Jenderal Hortikultura, maka target
utama Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2015 – 2019 adalah :
a. Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran dan tanaman obat
b. Peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura
c. Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah
d. Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat
e. Penguatan kelembagaan perbenihan
f. Pemasyarakatan benih bermutu
g. Sarana prasarana
h. Pedoman-pedoman
i. Layanan perkantoran
Sasaran peningkatan ketersediaan benih hortikultura tahun 2015 adalah
benih tanaman sayur 4%, benih tanaman florikultura 3 %, benih tanaman
buah 4 %, dan benih tanaman obat 2 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 6
2.2.3. Arah Kebijakan, Strategi dan Program
Sesuai dengan kebijakan pengembangan hortikultura yaitu “Peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor melalui penerapan
GAP/SOP, penerapan PHT, GHP, perbaikan kebun, penerapan teknologi
maju, fasilitasi sarana produksi benih dan penggunaan benih bermutu”. Maka
arah kebijakan pengembangan perbenihan adalah :
a. Peningkatan ketersediaan benih bermutu hortikultura (benih tanaman
sayuran dan tanaman obat, tanaman florikultura, tanaman buah) sesuai
prinsip 7 tepat (tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, lokasi, waktu, dan
harga).
b. Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura dengan meningkatkan
kapasitas kelembagaan perbenihan melalui pembinaan, pengawasan
peredaran dan sertifikasi benih bermutu, fasilitasi saran produksi benih
untuk penangkar (screenhouse, gudang benih, shading net, sarana
irigasi, dll).
c. Pemasyarakatan benih bermutu melalui penyediaan/ fasilitasi benih
bermutu untuk diserahkan kepada masyarakat, penyebar luasan
pengenalan varietas baru melalui kebun contoh, demplot, jambore
varietas, leaflet, pameran atau media massa lainnya.
d. Peningkatan peran produsen benih/ penangkar dan pelaku usaha
perbenihan dalam membangun industri benih dengan melakukan
pembinaan dan koordinasi demi terwujudnya pembangunan perbenihan
seutuhnya.
Strategi pengembangan perbenihan hortikultura yang merupakan penjabaran
dan strategi pengembangan hortikultura meliputi :
a. Penataan kelembagaan perbenihan melalui peningkatan kompetensi
SDM, modernisasi peralatan, pengembangan sistem, standarisasi proses
dan akreditasi, peningkatan peran dan fungsi, penguatan teknologi
informasi, pendelegasian kewenangan indeksing kepada BPSBTPH, dan
delegasi legislasi produksi benih kentang kepada BBH dan penangkar
benih.
b. Penguatan kelembagaan penangkar benih melalui fasilitasi sarana
produksi dan benih sumber.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 7
c. Melindungi, memelihara dan memanfaatkan sumber daya genetik
nasional untuk pengembangan varietas unggul lokal, melalui eksplorasi,
determinasi, domestikasi, duplikat PIT, dll.
d. Peningkatan kualitas SDM perbenihan (petugas BBH, PBT, penangkar
benih) melalui latihan, magang, seminar, dll.
e. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri benih dalam
negeri melalui kemudahan perizinan, pembinaan proses akreditasi,
penyederhanaan regulasi dan pendaftaran varietas.
f. Peningkatan sosialisasi dan pemasyarakatan benih unggul bermutu
melalui demonstrasi lapang/jambore varietas, pemberian sarana produksi
dan bantuan benih bermutu langsung ke petani/kelompok tani.
Program pengembangan perbenihan hortikultura tahun 2015 - 2019 yaitu :
“Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura”. Program ini akan
dijabarkan lebih lanjut menjadi kegiatan–kegiatan teknis untuk mencapai
target yang telah ditetapkan. Arah Pengembangan Perbenihan Hortikultura
ditujukan untuk mencapai swasembada benih hortikultura dengan
peningkatan produksi benih, yang didukung oleh sarana prasarana yang
memadai dan juga dalam rangka mengurangi/menekan impor benih.
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, dan sesuai dengan peran
pemerintah dalam pembangunan, maka program pembangunan perbenihan
diarahkan untuk memotivasi dan menstimulasi partisipasi petani/kelompok
tani dengan memberikan regulasi yang kondusif dan fasilitasi terhadap para
pelaku usaha perbenihan, agar dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya dengan baik.
2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun
2015 telah disusun, dan sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2015 telah
sejalan dengan indikator kinerja utama (IKU) dan disesuaikan dengan sasaran
strategis pada Renstra 2015 – 2019. Dalam rencana kinerja tahunan telah
ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan/kegagalan
pencapaiannya. Target Rencana Kinerja Tahunan 2015 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 8
Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
Berkembangnya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura
1 2 3 4 5 6.
Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu Peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu Peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura Sertifikasi dan pengawasan mutu benih
Kg Benih Kg Batang Lembaga Kali
1.387.250
5.700.000
44.000
1.044.000
179
186
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai perjanjian
kinerja tahun 2015 yang merupakan dokumen kesepakatan antara Direktur Jenderal
Hortikultura dengan Direktur Perbenihan Hortikultura dan dikenal dengan Penetapan
Kinerja (PK).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 9
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2015 diukur melalui
capaian sasaran strategis yang sudah ditetapkan yaitu berkembangnya sistem
perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura.
Sasaran strategis tersebut diukur melalui 6 indikator kinerja.
3.1. Pengukuran Kinerja
Untuk melihat sejauh mana realisasi pencapaian kinerja yang telah difasilitasi
melalui APBN maka perlu diukur target yang telah ditetapkan. Target dimaksud
adalah target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja sesuai dengan
pengalokasian anggaran dan telah disetujui oleh pejabat-pejabat yang
bertanggungjawab secara berjenjang. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan
dengan membandingkan target yang telah ditetapkan dengan pencapaian
realisasinya. Secara rinci, realisasi pencapaian target penetapan kinerja tahun 2015
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura Tahun 2015
Sasaran
Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Berkembang
nya sistem
perbenihan
hortikultura
dalam
mendukung
pengembang
an kawasan
hortikultura
1
2
3
4
5
6
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman sayuran bermutu (Kg)
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman florikultura bermutu
(Benih)
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman obat bermutu (Kg)
Peningkatan ketersediaan benih
tanaman buah bermutu (Batang)
Peningkatan kapasitas
kelembagaan perbenihan
hortikultura (Lembaga)
Sertifikasi dan pengawasan mutu benih (Kali)
1.387.250
5.700.000
44.000
1.044.000
179
186
1.303.978
5.266.180
40.271
954.086
171
161
94
92
92
91
96
87
Rata-rata 92
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 10
Dari tabel di atas diketahui bahwa secara umum target kinerja Direktorat perbenihan
Hortikultura tahun 2015 bisa tercapai seluruhnya dengan capaian rata-rata 92 %.
3.2. Analisis Pencapaian Kinerja
Untuk mencapai sasaran strategis Direktorat Perbenihan Hortikultura yaitu
berkembangnya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan
kawasan hortikultura pada tahun 2015 telah ditetapkan 6 indikator kinerja yaitu :
(1) Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu, (2) Peningkatan
ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu, (3) Peningkatan ketersediaan
benih tanaman obat bermutu, (4) Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah
bermutu, (5) Peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura, dan (6)
Sertifikasi dan pengawasan mutu benih
Dari masing-masing indikator tersebut akan diuraikan capaian kinerja sebagai
berikut:
a. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Sayuran Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman sayuran pada tabel
berikut :
Jenis
Benih
Tahun 2014 Tahun 2015
Target
(kg)
Realisasi
(kg)
% Target
(kg)
Realisasi
(kg)
%
Sayur 592.458 790.146 133 1.387.250 1.303.978 94
Target output ketersediaan benih tanaman sayuran yang ditetapkan tahun 2014
sebesar 592.458 kg, terealisasi sebesar 790.146 kg atau sebesar 133 %.
Sedangkan untuk tahun 2015, target output ketersediaan benih tanaman
sayuran sebesar 1.387.250 kg, sampai dengan saat ini terealisasi sebesar
1.303.978 kg atau sebesar 94 %. Realisasi pencapaian target pada tahun 2015
lebih rendah dibandingkan pada tahun 2012 atau pertumbuhannya turun (- 39
%)
Pencapaian realisasi ketersediaan benih tidak sampai 100 % atau tidak
memenuhi target yang sudah ditentukan. Hal ini disebabkan naiknya harga
benih sumber sebagai bahan untuk perbanyakan benih kelas berikutnya
terutama benih sumber bawang merah. Selain itu ketersediaan benih sumber
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 11
pada saat mau tanam tidak tersedia, sehingga waktu tanam bergeser ke bulan
berikutnya (mundur). Faktor lain yang sangat berperan dalam produksi benih
sayur adalah ketersediaan air. Tahun 2015 musim kemarau lebih panjang,
sehingga produksi benih sayur menjadi turun. Dan beberapa calon benih masih
ada di lapangan karena musim tanam di mundur kan sampai musim hujan.
Untuk target ketersediaan benih sayur, Balai Benih Hortikultura ada yang
bekerjasama dengan penangkar untuk memproduksi benih sayur. Hal ini
dilakukan karena keterbatasan Balai Benih Hortikultura dalam beberapa hal
seperti : terbatasnya lahan untuk perbanyakan benih, kurangnya SDM, sarana
dan prasarana yang masih terbatas, dan anggaran perbanyakan benih yang
tidak cukup.
Pengembangan benih tanaman sayuran ditujukan untuk mencukupi
ketersediaan benih di dalam negeri sekaligus mengantisipasi ketergantungan
terhadap benih impor. Beberapa komoditas unggulan yang menjadi program
pengembangan adalah : benih kentang, bawang merah, cabe (rawit dan besar),
kemudian untuk komoditas pendukung juga dikembangkan bawang putih, jamur
wortel.
Ketersediaan benih tanaman sayuran dalam negeri dipenuhi dari hasil produksi
dalam negeri dan sebagian dari introduksi (impor). Produksi dalam negeri
dilaksanakan oleh produsen benih swasta, penangkar benih dan Balai Benih
Hortikultura (BBH). Untuk benih sayuran biji jenis hibrida lebih banyak diproduksi
oleh produsen benih skala besar seperti PT. East West Seed Indonesia dan PT.
Tanindo Subur Prima, sedangkan benih open pollinated (OP) atau nonhibrida
diproduksi oleh penangkar benih dan produsen benih skala kecil.
b. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Florikultura Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman florikultura pada tabel
berikut :
Jenis
Benih
Tahun 2014 Tahun 2015
Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
% Target
(Benih)
Realisasi
(Benih)
%
Florikultura 9.132.452 9.286.942 102 5.700.000 5.266.180 92
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 12
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keindahan lingkungan
seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat menyebabkan
permintaan tanaman florikultura terus meningkat dari tahun ke tahun.
Konsekuensi logis dari permintaan tersebut adalah meningkatnya permintaan
agro-input salah satunya adalah benih bermutu.
Dari target output ketersediaan benih tanaman florikultura yang ditetapkan tahun
2014 sebesar 9.132.452 benih, terealisasi sebesar 9.286.942 benih atau
sebesar 102 %. Sedangkan pada tahun 2015, target ketersediaan benih
tanaman florikultura sebesar 8.864.640 benih, terealisasi sebesar 8.071.255
benih atau sebesar 92 %. Target maupun capaian realisasi pada tahun 2015
lebih rendah dibandingkan pada tahun 2012 atau pertumbuhannya turun (-10 %)
Penurunan target produksi benih florikultura tahun 2015 dibandingkan tahun
2014 berdasarkan pada : 1) anggaran yang tersedia untuk perbanyakan lebih
kecil; 2) permintaan benih florikultura oleh petani budidaya semakin menurun; 3)
benih benih yang diperbanyakan di Balai Benih Hortikultura jenisnya tidak terlalu
banyak sementara permintaan pasar akan florikultura sesuai dengan trend pada
saat ini.
Berdasarkan tabel diatas, capaian realisasi dari target yang sudah ditentukan
hanya 92 % atau 5.266.180. Dari laporan yang disampaikan, ada Balai Benih
Hortikultura yang tidak melaksanakan perbanyakan florikultura di daerahnya
karena tidak bisa mendapatkan benih sumber. Dengan demikian target yang
sudah ditentukan tidak bisa mencapai 100 %.
Perkembangan perbenihan tanaman florikultura sampai saat ini menunjukkan
kemajuan pesat, walaupun produksi benih florikultura masih dilakukan secara
konvensional. Kebijakan pengembangan perbenihan florikultura diprioritaskan
pada tanaman anggrek, krisan, melati, sedap malam, mawar dan gladiol.
Sedangkan pengembangan varietas-varietas lain yang banyak disukai
masyarakat di perbanyak oleh produsen swasta. Bahkan benih impor florikultura
dari luar negeri juga banyak masuk ke Indonesia untuk memenuhi permintaan
pasar.
Upaya peningkatan produksi benih florikultura bermutu masih banyak kendala
dan permasalahannya. Varietas-varietas unggul yang disukai masyarakat tidak
tersedia secara continue, benih sumber masih sulit didapatkan, dan tidak
tersedianya benih bermutu yang sesuai dengan preferensi konsumen,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 13
sementara permintaan pasar terus meningkat. Berbagai upaya sudah dilakukan
untuk penyediaan benih florikultura, seperti : bantuan benih sumber untuk
perbanyakan benih, bantuan screenhouse, bantuan sarana laboratorium kultur
jaringan, buku pedoman SOP perbanyakan benih florikultura, dan peningkatan
kompetensi petugas, penangkar/produsen benih florikultura melalui
apresiasi/pelatihan kultur jaringan.
c. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Obat Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman obat pada tabel
berikut :
Jenis
Benih
Tahun 2014 Tahun 2015
Target
(Kg)
Realisasi
(Kg)
% Target
(Kg)
Realisasi
(Kg)
%
Tan. obat 33.582 32.448 97 44.000 40.271 92
Target output ketersediaan benih tanaman obat yang ditetapkan pada tahun
2014 yaitu sebesar 33.542 kg, terealisasi sebesar 32.448 kg atau sebesar 97
%. Sedangkan pada tahun 2015, target output ketersediaan benih tanaman obat
meningkat sangat tajam menjadi 44.000 kg, dan terealisasi sebesar 40.271 kg
atau sebesar 92 %. Realisasi pencapaian target pada tahun 2015 sedikit lebih
rendah dibandingkan pada tahun 2014 atau pertumbuhannya turun (- 5 % ).
Sebenarnya capaian target untuk ketersediaan benih tanaman obat bisa lebih
dari 100 %, tetapi benih masih di lapangan dan belum dipanen, karena
penangkaran benih tanaman obat membutuhkan waktu mencapai 10 sampai 12
bulan.
Pengembangan perbenihan tanaman obat lebih diutamakan kepada tanaman
rimpang, seperti : jahe, kunyit, temulawak, kencur, dll. Ketersediaan benih
tanaman obat selain diproduksi oleh Balai Benih Hortikultura juga dikembangkan
oleh petani/penangkar. Mereka bekerjasama dengan perusahaan jamu,
minuman, obat dan kosmetik dalam menyediakan jenis-jenis rimpang yang
dibutuhkan. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di petani/penangkar
menjadikan produksi dan ketersediaan benih tidak mencukupi kebutuhan yang
dibutuhkan oleh perusahaan yang menggunakan tanaman obat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 14
d. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Buah Bermutu
Upaya peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu ditunjukkan
dengan pencapaian realisasi ketersediaan benih tanaman buah pada tabel
berikut :
Jenis Benih
Tahun 2014 Tahun 2015
Target
(Batang)
Realisasi
(Batang)
% Target
(Batang)
Realisasi
(Batang)
%
Buah 1.232.299 1.124.175 91 1.044.000 954.086 91
Dari target output ketersediaan benih tanaman buah yang ditetapkan pada tahun
2014 yaitu sebesar 929.860 batang, terealisasi sebesar 999.600 batang atau
sebesar 107,5 %. Sedangkan untuk tahun 2015, target ketersediaan benih
tanaman buah sebesar 1.044.000 batang, terealisasi sebesar 954.086 batang
atau sebesar 91 %. Realisasi pencapaian target pada tahun 2015 sama dengan
capaian realisasi pada tahun 2014.
Tercapainya target ketersediaan benih tahun 2015 dan bahkan melebihi dari
target yang ditentukan, karena semakin meningkatnya ketrampilan petugas di
Balai Benih Hortikultura, tersedianya sarana screenhouse untuk BF dan BPMT,
dan tersedianya pohon induk. . Selain itu pembinaan secara berkala yang
dilakukan oleh BPSBTPH juga sangat berperan penting dalam meningkatkan
hasil produksi. Umumnya benih tanaman buah yang diproduksi adalah : durian,
jeruk, mangga, pisang, srikaya, manggis, dll. Produksi benih ini disesuaikan
dengan pengembangan kawasan tanaman buah.
Untuk perbanyakan benih tanaman buah, tidak semudah mengembangkan
komoditas hortikultura lainnya : (1) membutuhkan waktu relatif lama sekitar 1
sampai 2 tahun tergantung kepada komoditasnya, (2) membutuhkan sarana
screenhouse untuk BF dan BPMT, (3) mempunyai skill dan ketrampilan dalam
perbanyakannya (okulasi, mata temple, dll) dan (4) perlu modal yang cukup
besar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 15
e. Penguatan Kelembagan
Upaya peningkatan penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura tahun 2015
telah mencapai 96 %. Dari target sebesar 179 unit, realisasi mencapai 171 unit,
yang meliputi : bantuan screenhouse, shading net, gudang, alsintan, sarana
perbenihan, kebun contoh dan benih sumber.
Bantuan screenhouse diberikan kepada penangkar benih kentang, penangkar
benih tanaman buah dan penangkar benih florikultura, sedangkan bantuan
shading net diberikan untuk penangkar benih krisan, cabe dan bawang merah.
Bantuan screenhouse kentang diperuntukkan memperbanyak benih kentang
kelas G0 dan G1; bantuan screenhouse jeruk untuk pemeliharaan BF dan BPMT
dan bantuan screenhouse florikultura untuk perbanyakn benih krisan.
Bantuan gudang diberikan kepada penangkar benih bawang putih dan benih
tanaman obat. Selama ini penangkar bawang putih dan biofarmaka menyimpan
benih di gudang-gudang sederhana atau di para-para rumah, yang dapat
merusak mutu benih. Dengan adanya gudang yang sehat dan sesuai standar
penyimpanan benih, maka penangkar bisa menyimpan benihnya sampai
digunakan untuk pertanaman berikutnya.
Bantuan benih sumber sayuran dan florikultura diberikan kepada penangkar
untuk dijadikan bahan perbanyakan kelas benih dibawahnya, sedangkan
bantuan benih sumber tanaman buah digunakan sebagai pohon induk untuk
diambil entresnya.
Kegiatan penguatan kelembagaan sangat dibutuhkan oleh penangkar, karena
selain Balai Benih Hortikultura, keberadaan penangkar menjadi sangat penting
dalam ketersediaan benih. Penangkar yang ada sekarang masih dalam taraf
sederhana, sangat perlu bantuan sarana perbenihan, pelatihan ketrampilan
memproduksi benih dan pembinaan yang continue.
f. Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih
Upaya peningkatan sertifikasi dan pengawasan mutu benih hortikultura tahun
2015 mencapai 96 %. Dari target sebesar 14.387 unit, realisasi mencapai
13.836 unit, yang meliputi : sertifikasi dan pengawasan peredaran benih
hortikultura. Kurangnya capaian realisasi 100 % disebabkan masih ada
beberapa pertanaman yang masih dilapang, yang seharusnya merupakan target
sertifikasi untuk tahun 2015. Berhubung jadwal tanam mundur, maka
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 16
sertifikasi/pelabelan dilakukan tahun berikutnya. Selain itu penangkar/produsen
benih sudah mengajukan sertifikasi sekian unit, ternyata dalam pelaksanaannya
berkurang
Sebagai jaminan mutu benih harus disertifikasi dan merupakan salah satu syarat
apabila diedarkan. Bagi penangkar/produsen benih yang belum memiliki LSSM
maka sertifikasi dilakukan oleh BPSBTPH setempat. Sedangkan penangkar/
produsen benih yang sudah memiliki sertifikat akreditasi dari KAN, bisa
melakukan sertifikasi sendiri.
3.3. Analisis Pencapaian Keuangan
Analisis pencapaian keuangan dilakukan untuk melihat sejauh mana pencapaian
sasaran strategis yang telah tergambar di Penetapan Kinerja dapat dicapai dengan
sumber keuangan yang ada.
Dalam rangka pencapaian sasaran strategis berkembanganya system perbenihan
hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura, maka
Direktorat Perbenihan Hortikultura pada tahun 2015 mendapatkan alokasi dana
APBN regular sebesar Rp 88.706.399.000,- seperti yang tertera dalam Penetapan
Kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2015.
Hingga awal Januari 2015 realisasi keuangan berdasarkan kewenangan instansi
baik pusat maupun daerah dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah
KEGIATAN PAGU (Rp)
REALISASI S/D
15 JANUARI 2015
(Rp) (%)
Pengembangan Sistem
Perbenihan Hortikultura 88.706.399.000 82.856.821.874 93,41
Pusat 33.472.680.000 31.133.166.538 93,01
Daerah 55.233.719.000 51.723.655.336 93,65
Tabel diatas menunjukkan tingkat serapan anggaran Direktorat Perbenihan
Hortikultura untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam Penetapan
Kinerja maupun yang terdapat di dalam DIPA dan RKAKL.
Secara nasional capaian realisasi keuangan Direktorat Perbenihan Hortikultura
tahun 2015 adalah 93,65 %, yang terdiri dari :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 17
1. Pencapaian realisasi keuangan pusat sebesar Rp 31.133.166.538, (93,01 %).
2. Pencapaian realisasi keuangan daerah sebesar Rp 51.723.655.336, (93,65 %).
Capaian tersebut belum menunjukkan kinerja yang maksimal karena beberapa hal
sebagai berikut :
a. Penyerapan anggaran yang kurang optimal salah satunya disebabkan adanya
penggabungan 3 satker (Dinas Pertanian provinsi, BPSBTPH, dan BBITPH)
menjadi satu satker yang berimplikasi pada bentuk pengelolaan kesatkeran baru
dan pola koordinasi baru sehingga pelaksanaan kegiatan sedikit terhambat.
b. Terdapat berbagai permasalahan managemen dan pengelolaan kesatkeran
misalnya dibeberapa daerah terjadi pergantian pengelola kesatkeran
KPA/PPK/bendahara/ULP sehingga berbagai kegiatan yang sudah di proses
kemudian diralat.
c. Adanya proses revisi DIPA sebagai akibat dari kegiatan yang diblokir, sehingga
memperlambat realisasi kegiatan.
d. Belum berjalannya regenerasi dan kaderisasi dalam pelaksanaan kegiatan
terutama pada aspek manajerial seperti : pelaporan, administrasi keuangan,
kehumasan, dan lain-lain sehingga terkadang arus pertanggungjawaban dan
pelaporan tidak berjalan lancar.
Beberapa hal yang harus menjadi penekanan tindaklanjut ke depan atas
permasalahan penyerapan angaran ini adalah :
a. Perencanaan kegiatan yang matang sesuai dengan peraturan dan prosedurnya
dengan mempertimbangkan kemampuan instansi baik dari kondisi SDM maupun
geografisnya serta keadaan iklim dan cuaca pendukungnya.
b. Pengkaderan dan harmonisasi SDM harus tetap berjalan sehingga pada saatnya
pengalihan tugas tidak terhambat.
3.4. Permasalahan Secara Umum
Berbagai keberhasilan dan manfaat telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan
hortikultura tahun 2015, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui
berbagai permasalahan dan hambatan, baik dari aspek teknis, budidaya maupun
aspek manajemen. Beberapa permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam
pengembangan perbenihan hortikultura selama ini sebagai berikut :
1. Permasalahan benih tanaman buah : a) Untuk memproduksi benih tanaman buah
diperlukan waktu relatif lama sekitar 1 sampai 2 tahun tergantung dari komoditas,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 18
sedangkan permintaan benih seringkali mendadak, b) Untuk memproduksi benih
dalam skala besar belum dapat dipenuhi oleh penangkar benih karena
keterbatasan modal, keterbatasan SDM terampil dalam menerapkan teknologi
perbanyakan benih dan belum dibarengi adanya jaminan pemasaran.
2. Permasalahan dalam pengembangan benih tanaman sayuran dan tanaman obat
adalah : a) Industri perbenihan sayuran belum berjalan dengan baik,
b) Keterbatasan benih sumber, c) Sebagian besar penangkar benih masih
berstatus informal sehingga kegiatannya belum diawasi BPSBTPH, d) Balai
Benih yang memproduksi benih sayuran masih sangat terbatas, e) Sebagian
besar petani sayuran masih menggunakan benih sendiri dari pertanaman
konsumsi dikarenakan disamping terbatasnya ketersediaan benih bersertifikat
juga kesadaran petani terhadap manfaat penggunaan benih bersertifikat masih
rendah, f) Telah banyak varietas sayuran yang telah dilepas oleh Menteri
Pertanian, namun dalam perkembangannya sebagian besar dari varietas
tersebut tidak/kurang berkembang, g) Minat petani terhadap jenis unggul lokal
cukup baik, namun masih banyak yang belum dilepas, h) Penangkar benih sudah
cukup banyak tetapi karena supply-demand tidak jelas, minat penangkar untuk
memproduksi benih menjadi rendah.
3. Permasalahan dalam pengembangan benih tanaman florikultura adalah :
a) Jumlah varietas yang telah dilepas sangat terbatas, b) Kurangnya sosialisasi
varietas baru serta kurangnya sosialisasi terhadap varietas-varietas yang sudah
dilepas oleh Mentan, maka varietas-varietas tersebut kurang berkembang
dimasyarakat, dan c) Benih sumber terbatas, masih didatangkan dari luar negeri
(impor), hal ini disebabkan karena belum adanya perusahaan/breeder dalam
negeri yang mampu menghasilkan benih tersebut.
4. Permasalahan perbenihan yang lainnya adalah : a) Terbatasnya varietas yang
diminati dan selera pasar yang cepat berubah; perubahan permintaan pasar yang
sangat cepat menyebabkan sering terjadinya pelaku usaha tanaman
mendatangkan benih dari luar negeri yang jenis maupun varietasnya disukai di
masyarakat; b) Lemahnya penguasaan teknologi produksi; khususnya
petani/penangkar benih yang memproduksi benih untuk kebutuhan sendiri belum
menguasai teknologi yang spesifik bagi masing-masing jenis tanaman,
c) Terbatasnya sarana produksi benih; d) Lemahnya permodalan penangkar
benih, dan e) Keterbatasan kemampuan dan petugas perbenihan yang
mengelola SIM perbenihan, sehingga informasi/data tidak dapat tersedia setiap
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 19
saat serta f) Belum optimalnya software perbenihan hortikultura serta
keterbatasan hardware perbenihan hortikultura, baik di BBH, BPSBTPH maupun
gapoktan/kelompok tani.
3.5. Tindak Lanjut
Beberapa upaya tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh Direktorat
Perbenihan Hortikultura untuk perbaikan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Pertemuan koordinasi antar pusat, daerah dan instansi terkait (Dinas Propinsi,
BPSBTPH, BBH) yang menangani perbenihan sangat dibutuhkan dalam rangka
penyediaan benih sesuai kebutuhan benih dalam pengembangan kawasan.
2. Pembinaan penangkar-penangkar benih buah terutama di daerah luar Jawa
masih sangat diperlukan, dalam rangka antisipasi jumlah SDM yang masih
terbatas dan peningkatan penerapan teknologi produksi benih.
3. Distribusi Benih sumber tanaman buah sangat diperlukan guna merangsang
penumbuhan penangkar benih tanaman buah di daerah dan mengoptimalkan
peran Balai Benih Hortikultura di berbagai daerah terutama Balai Benih
Hortkutura di luar Jawa dalam penyediaan sumber mata tempel untuk
perbanyakan benih berikutnya serta sebagai pohon koleksi.
4. Meningkatkan pemanfaatan kegiatan pengembangan perbenihan dalam
mendukung penyediaan benih hortikultura bermutu seperti : a) Pemberdayaan
kelembagaan perbenihan, b) Perbaikan sistim informasi supply/demand benih,
c) Fasilitasi akses modal untuk mendukung pengembangan perbenihan,
d) Penumbuhan penangkar di sentra-sentra produksi, e) Pemberdayaan
stakeholder perbenihan untuk menciptakan varietas yang berdayasaing dengan
teknologi produksi f) Pilot proyek penangkaran benih bermutu.
BAB IV
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 20
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan
Hortikultura 2015 ini adalah salah satu media pertanggungjawaban Direktorat
Perbenihan Hortikultura dalam melaksanakan mandat Tupoksi, Misi dan Visi, serta
pertanggungjawaban dalam mengelola anggaran. Disamping itu juga sebagai umpan
balik dan introspeksi terhadap apa yang selama ini telah dilaksanakan dan apa saja
yang belum dilaksanakan, dan perbaikan apa yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja institusi. Diharapkan dengan telah disusunnya laporan ini mampu
membenahi diri dan meningkatkan prestasi kerja dan kinerja dengan meningkatkan
berbagai koordinasi, sinergisme dan kerjasama antar institusi dan swasta (petani dan
pelaku usaha) sehingga dapat dicapai hasil yang lebih optimal.
Pembinaan pengembangan produksi dan peningkatan mutu benih hortikultura telah
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam upaya pengembangan
perbenihan dan sarana produksi hortikultura. Direktorat Perbenihan Hortikultura sebagai
instansi pusat terus melakukan pembinaan dan bimbingan dalam bidang perbenihan
hortikultura.
Dari hasil evaluasi akuntabilitas kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura terutama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
menunjukkan bahwa kinerja Direktorat Perbenihan Hortikultura untuk tahun 2015 dapat
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran program yang telah ditetapkan.
Kegiatan operasional dilakukan dalam bentuk penyediaan benih sumber, pelayanan
perijinan pemasukan dan pengeluaran benih, serta pembinaan kelembagaan usaha
perbenihan. Disamping kegiatan operasional tersebut juga dilakukan kegiatan yang
berupa pelatihan, pertemuan-pertemuan yang bersifat koordinasi dan pertukaran
informasi diantara para pelaku sistem perbenihan dan sarana produksi hortikultura;
tersalurnya benih sumber ke daerah yang membutuhkan; tersusunnya konsep-konsep
peraturan perbenihan; dan terbitnya buku-buku pedoman yang bersifat pembinaan.
Cakupan tugas fungsi instansi pusat terbatas dalam menggerakkan, memfasilitasi,
membimbing dan melakukan pembinaan sedangkan tugas operasional riil di lapangan
dilaksanakan oleh instansi/stakeholder di daerah. Keberhasilan secara maksimal
program-program peningkatan produksi dan mutu benih hortikultura juga ditentukan oleh
kinerja petugas dan pelaku usaha lainnya di daerah. Disamping itu kegiatan pembinaan
produksi hortikultura juga terkait dengan instansi lain baik di hulu, hilir dan instansi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Perbenihan Hortikultura 21
pendukung, oleh karena itu kerjasama, koordinasi dan sinkronisasi antar instansi, pelaku
usaha dan stakeholder lainnya sangat berperan dalam pencapaian keberhasilan
program perbenihan hortikultura.