laporan akhir -...

60
LAPORAN AKHIR KAJIAN PERAN PEDAGANG PERANTARA (MIDDLEMAN) DALAM PERDAGANGAN DALAM NEGERI PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 2014

Upload: lamdien

Post on 09-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

i

LAPORAN AKHIR

KAJIAN PERAN PEDAGANG PERANTARA (MIDDLEMAN)

DALAM PERDAGANGAN DALAM NEGERI

PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

2014

Page 2: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahNya,

laporan “KAJIAN PERAN PEDAGANG PERANTARA (MIDDLEMAN)

DALAM PERDAGANGAN DALAM NEGERI” dapat diselesaikan. Dalam

jalur distribusi produk pertanian, selain pedagang perantara yang

melakukan transaksi jual beli, juga terdapat pedagang perantara yang

hanya bertindak sebagai perantara antar 2 (dua) pelaku usaha yang

dikenal sebagai pedangan perantara (middleman) atau ada yang

menyebut broker. Pedagang tersebut walaupun tidak memiliki barang,

namun memiliki peran dalam menentukan harga.

Selama ini sejauhmana peran dari middleman selain dalam

penentuan harga, dalam distribusi barang pertanian belum banyak

diketahui peranan lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk

mengetahui peran pedagang perantara (middleman) di perdagangan

dalam negeri pada komoditi khususnya yang memiliki andil inflasi yang

tinggi.

Kegiatan ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat

Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, dengan tim peneliti terdiri dari

Firman Mutakin sebagai penanggung jawab kegiatan, Riffa Utama

sebagai koordinator tim dan anggotanya terdiri dari Yudha Hadian Nur, Sri

Hartini, Nasrun serta dibantu oleh tenaga ahli.

Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan,

maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Dalam kesempatan ini tim mengucapkan terima kasih terhadap berbagai

pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini. Sebagai akhir kata

semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemimpin dalam

merumuskan kebijakan di bidang perdagangan khususnya dalam

mendorong penjualan produk dalam negeri.

Jakarta, September 2014

Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri

Page 3: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN ii

ABSTRAK/ABSTRACT

Dalam aktifitasnya, pedagang perantara dapat dibagi menjadi dua yaitu pedagang perantara yang melakukan transaksi jual beli dan yang hanya melakukan jasa perantara yang disebut middleman/broker. Mengingat middleman belum banyak digali peranannya dalam perdagangan dalam negeri, maka diperlukan kajian ini.

Tujuan kajian adalah melakukan pemetaan pedagang perantara termasuk middleman dalam perdagangan dalam negeri dan menganalisis peranannya. Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan analisis diskriptif kualitatif dimana akan diidentifikasi pedagang perantara serta middleman dalam jalur distribusi, kemudian untuk menjawab tujuan kedua digunakan metode Supply Chain Analysis (SCA) untuk mengetahui siapa yang menentukan harga paling dominan. Pedagang perantara berada pada jalur distribusi cabe merah, bawang merah dan daging ayam ras, sementara middleman hanya berada pada jalur distribusi cabe merah dan bawang merah. Peran middelman dalam distribusi sangat kecil sehingga tidak memiliki andil dalam penentuan harga serta keberadaannya hanya pada saat terjadi kelangkaan pasokan. Terbentuknya harga cabe merah, bawang merah dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun pada saat terjadi gangguan distribusi (cabe dan bawang), pedagang besar di hilir memiliki andil dalam pembentukan harga. Kata Kunci : Pedagang Perantara, Rantai Pasok, Komoditi

Middleman can be divided into two middlemen who transaction buy and sell and only brokerage services are only doing so-called middleman/broker. The middleman has not been widely explored the maping of middlemen in domestic trade, it is necessary to study this. The purpose of the study is to map the middlemen include the fungtion of middleman in domestic trade. To answer the first objective qualitative descriptive analysis which will be identified middlemen and middlemen in the distribution channel, and then to answer the purposes both used methods of Supply Chain Analysis (SCA) to determine who most dominant sets the retail price.

Middlemen are the distribution channels red pepper, onion and chicken meat, while being just a middleman in the distribution line red pepper and red onion. Middelman function in the distribution is very small so it has no say in determining the price and it was only in the event of a supply shortage. The formation of the price of red pepper, onion and chicken meat more influenced by the power supply and demand, but in the event of disruption of distribution (peppers and onions), downstream wholesalers have contributed to the formation of prices.

Key word : Middlemen, Supply Chain, Commodity

Page 4: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

ABSTRAK/ABSTRACT .............................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3. Tujuan Pengkajian ........................................................................ 3

1.4. Output yang Diharapkan ............................................................... 4

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .................................................... 4

1.6. Ruang Lingkup Pengkajian ........................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6

2.1. Fungsi Produksi ............................................................................ 6

2.2. Rantai Pasok (Beamon,1998) ....................................................... 7

2.3. Metode Delphi (Linstone, Turoff, 2002) ......................................... 7

2.4. Penelitian Sebelumnya.................................................................. 9

2.4.1. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi di Kabupaten Jember ............................................................ 9

2.4.2. Survey Pola Distribusi Perdagangan 16 Komoditi di 15 Provinsi Tahun 2009 ........................................................ 11

2.5. Kerangka Pemikiran .................................................................... 13

BAB III. METODE PENGKAJIAN ........................................................... 16

3.1. Metode Analisis ........................................................................... 16

3.2. Jenis Data, Sumber Metode Pengumpulan Data ......................... 18

3.2.1. Data dan Sumber Data .................................................... 18

3.2.2. Metode Pengumpulan Data ............................................. 20

3.3. Pemilihan Komoditi ..................................................................... 21

3.4. Pemilihan Responden ................................................................. 22

3.5. Lokasi Survey ............................................................................. 23

3.6. Pengolahan Data dan Analisis .................................................... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29

Page 5: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN iv

4.1. Hasil Temuan Lapangan ............................................................. 29

4.2. Hasil Focus Group Discussion (FGD) Menggunakan Metode Delphi .......................................................................................... 43

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................ 50

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 50

5.2. Rekomendasi .............................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 53

Page 6: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Perhitungan Margin Pemasaran pada Rantai Pasok (Supply Chain) Komoditi Bawang merah, cabe merah dan daging ayam ras.. …………………………………....

17 Tabel 3.2. Alat Analisis berdasarkan Tujuan Pengkajian ............... 18 Tabel 3.3. Data dan Sumber Data untuk Analisis Rantai Pasok

(Supply Chain Analysis) ……………………………….....

19 Tabel 3.4 Data Kondisi Saat ini di Petani dan Pedagang

Perantara ......................................................................

20 Tabel 3.5.

10 Besar Komoditi Bahan Makanan Pokok dengan Andil Inflasi tinggi dan 10 Besar komoditi pantauan BPS dengan fluktuasi tinggi Tahun 2013 ……………....

22 Tabel 3.6. Jumlah Responden untuk Tiga Komoditi …………….... 23 Tabel 4.1. Profil Pelaku Usaha Jalur Distribusi Perdagangan

Cabe Merah...................................................................

33 Tabel 4.2. Profil Pelaku Usaha Jalur Distribusi Perdagangan

Cabe Merah ..................................................................

38 Tabel 4.3. Profil Pelaku Usaha Jalur Distribusi Perdagangan

Daging Ayam Ras ……………………………..............

42 Tabel 4.4. Hasil FGD melalui Metode Delphi Informasi Peranan

Pedagang Perantara dalam Perdagangan dalam Negeri ……………………..............................................

44 Tabel 4.5. Standar Deviasi Hasil FGD melalui Metode Delphi

Informasi Peranan Pedagang Perantara dalam Perdagangan dalam Negeri ………………………......…

49

Page 7: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Distribusi Perdagangan Cabe Merah (BPS 2009). 12 Gambar 2.2 Pola Distribusi Perdagangan Bawang Merah (BPS

2009) ............................................................................

12 Gambar 2.3 Pola Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras (BPS

2009) ............................................................................

13 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran …………………………………...... 15 Gambar 3.1 Data untuk Tujuan Pengkajian Kedua ……………….... 21 Gambar 3.2 Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Jabar …………..

24 Gambar 3.3 Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Kalbar ………....

24 Gambar 3.4 Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Jateng ………...

25 Gambar 3.5 Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi

daging ayam ras di provinsi Jateng ………………….....

25 Gambar 3.6 Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Aceh …………...

26 Gambar 3.7 Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Banten …………

26 Gambar 4.1 Jalur Distribusi Perdagangan Cabe Merah ……………. 31 Gambar 4.2 Jalur Distribusi Perdagangan Bawang Merah ………… 35 Gambar 4.3 Jalur Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras……... 40

Page 8: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pedagang perantara memiliki peran yang penting dalam

perdagangan suatu komoditas, yaitu sebagai penghubung antara

produsen dan konsumen. Pedagang perantara dalam jalur distribusi

berperan mengatasi kesenjangan waktu antara proses produksi dengan

pemakaian produk oleh konsumen. Pedagang perantara turut memberikan

andil dalam menjalankan fungsi saluran distribusi, menciptakan manfaat

bentuk, manfaat waktu, manfaat tempat dan manfaat kepemilikan.Selain

itu perantara juga mendapatkan hak milik dari produk-produk tersebut

pada waktu bergerak dari produsen ke konsumen, atau secara aktif

mengalihkan hak milik produk. Dalam aktifitasnya pedagang perantara

dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pedagang perantara yang melakukan

transaksi jual beli dan pedagang perantara yang hanya melakukan jasa

perantara dua pelaku perdagangan melakukan transaksi jual beli.

Pedagang perantara yang hanya melakukan jasa perantara dikenal

dengan istilah middleman. pedagang perantara (middleman) seringkali

dapat menentukan harga, karena biasanya sudah mendapat kepercayaan

dari produsen/ pabrik/ importir/ ekportir ataupun pelaku perdagangan

lainnya.

Dasar hukum pedagang perantara perdagangan dalam negeri pada

umumnya apabila dapat diambil dalam Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan No. 23/MPM/Kep/1998 tentang lembaga – lembaga

usaha perdagangan, dimana dalam pasal 1 butir (3) di sebutkan definisi

lembaga perdagangan yang sama definisinya dengan pedagang

perantara adalah: suatu institusi/badan yang dapat berbentuk perorangan

ataubadan usaha baik sebagai Pedagang Besar, Pedagang Pengecer,

ataupun lembaga-lembaga perdagangan lain yang sejenis, yang di dalam

tatanan pemasaran barang dan/atau jasa, melakukan kegiatan

perdagangan dengan cara memindahkan barang dan/ataujasa baik

Page 9: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2

langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai pada konsumen.

Khusus Pedagang Perantara (middleman), Indonesia menganut hukum

KUHD pasal 62 sampai dengan 73 dengan istilah makelar yang

merupakan pedagang perantara resmi secara hukum yang aktivitasnya

mengadakan pembelian dan penjualan untuk majikannya atas barang-

barang dagangan dengan mendapat upah atau provisi tertentu. Dalam

perkembangannya pedagang perantara (middleman) banyak ditemui

dalam bentuk umum tanpa diangkat resmi secara hukum namun

dipercaya oleh institusi/badan melakukan pembelian dan penjualan atas

barang dengan mendapat upah atau provisi. Untuk pedagang perantara

(middleman) umum tanpa diangkat resmi di Indonesia menganut dasar

hukum pemberian kuasa (Pasal 1792 – 1819 KUH Perdata).

1.2. Perumusan Masalah

Dalam praktek distribusi, semua pelaku perdagangan menganut

kaidah memaksimalkan keuntungan (profit maximum) telah membuat bias

peran pelaku perdagangan, Masing-masing pelaku perdagangan

berusaha mendapatkan keuntungan maksimal bahkan seringkali dianggap

tidak proporsional dengan beban dan resiko yang dimiliki masing pelaku

baik produsen, pedagang perantara, pedagang perantara (middleman)

maupun pengecer. Begitu pula dalam perdagangan komoditas, dimana

pedagang perantara berusaha mendapatkan keuntungan yang maksimal,

hingga kemungkinan marjin tidak terdistribusi merata dalam jalur distribusi.

Berdasarkan kajian Hutabarat dan Rahmanto tahun 2004 dalam

jalur distribusi komoditi pertanian, marjin keuntungan yang diterima

pedagang perantara atau petani berfluktuasi mengikuti mekanisme pasar.

Perubahan marjin keuntungan pedagang pengumpul meningkat seiring

dengan meningkatnya harga di tingkat konsumen. Sebaliknya, marjin

keuntungan relatif menunjukkan kecenderungan menurun seiring dengan

penurunan harga di tingkat produsen. Sementara itu, perolehan porsi

keuntungan dari masing-masing pelaku bisnis belum cukup merata,

Page 10: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3

dimana pedagang grosir memperoleh porsi keuntungan tertinggi,

sedangkan petani produsen memperoleh porsi keuntungan terendah.

Dalam pembentukan harga di tingkat konsumen, berdasarkan

beberapa kajian ekonomi regional yang dilakukan Bank Indonesia

menunjukkan bahwa komoditas dalam kelompok volatile foods seperti

bawang merah, cabai merah, tempe dan daging ayam ras berkontribusi

tinggi terhadap inflasi. potensi penyebab inflasi dapat dicermati melalui sisi

penawaran, yaitu jumlah penyediaan barang/jasa, juga struktur pasar,

pola distribusi serta perilaku pembentukan harga dari barang/jasa

tersebut. Pemahaman inflasi dari sisi penawaran menjadi penting karena

harga di tingkat konsumen sangat terkait dengan harga yang ditentukan

oleh tingkat distribusi sebelumnya yaitu ditingkat produsen maupun

pedagang perantara.

Dalam jalur distribusi, selain pedagang perantara yang melakukan

transaksi jual beli terdapat pedagang perantara yang hanya bertidak

sebagai perantara antar 2 pelaku usaha yang dikenal sebagai pedangan

perantara (middleman) yang juga memiliki peran menentukan harga

namun belum diteliti sejauh mana peranannya dalam jalur distribusi. Oleh

karena itu harus dilakukan kajian untuk mengetahui peran pedagang

perantara baik yang melakukan transaksi jual beli maupun pedagang

perantara yang hanya melakukan jasa perantara (middleman) di

perdagangan dalam negeri pada komoditi dengan andil inflasi yang tinggi.

1.3. Tujuan Pengkajian

Tujuan Pengkajian ini adalah:

a. Melakukan pemetaan pedagang perantara dalam perdagangan

komoditas bawang merah, cabe merah dan daging ayam ras.

b. Menganalisis peran pedagang perantara berdasarkan jenisnya

terhadap penentuan harga di tingkat konsumen

c. Mengusulkan masukan kebijakan peran pedagang perantara

komoditas bawang merah, cabe merah dan daging ayam ras

Page 11: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 4

1.4. Output yang Diharapkan

Output dari pengkajian ini adalah

a. Identifikasi pedagang perantara dalam perdagangan komoditas

bawang merah, cabe merah dan daging ayam ras.

b. Teridentifikasinya peran pedagang perantara berdasarkan

jenisnya terhadap penentuan harga di tingkat konsumen.

c. Usulan masukan kebijakan peran pedagang perantara komoditas

bawang merah, cabe merah dan daging ayam ras

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Melalui pengkajian ini diharapkan akan diperoleh peta pedagang

perantara dalam perdagangan komoditas bawang merah, cabe merah dan

daging ayam ras. Serta teridentifikasinya peran pedagang perantara

berdasarkan jenisnya terhadap penentuan harga di tingkat konsumen.

Selain itu pengkajian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam penataan

dan pembinaan pedagang perantara agar memiliki kontribusi positif dalam

distribusi komoditas bawang merah, cabe merah dan daging ayam ras.

1.6. Ruang Lingkup Pengkajian

Pengkajian ini akan dibatasi pada aspek yang diteliti:

a. Komoditi bahan makanan dengan andil inflasi dan tingkat

fluktuasinya tinggi: bawang merah, cabe merah dan daging ayam

ras.

b. Jenis Pedagang Perantara adalah pihak-pihak yang terlibat

dalam pendistribusian komoditas dari produsen/petani sampai ke

konsumen: pengumpul, pengumpul besar/pedagang, pedagang

besar, distributor, pengecer.

c. Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah terkait jalur distribusi

komoditas di dalam negeri.

Page 12: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 5

1.7. Sistematika Laporan

Laporan pengkajian ini terbagi menjadi 5 (lima) bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini mendeskripsikan latar belakang, perumusan

masalah, tujuan pengkajian, ruang lingkup pengkajian,

output laporan serta metoda pengkajian yang digunakan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini merupakan panduan untuk mendeskripsikan

hasil dan analisis yang disesuaikan teori maupun

literature

Bab III : Bab ini menjelaskan metode analisis,pengumpulan data,

dan pengolahan data

Bab IV : Hasil dan Pembahasan Pengkajian

Bab ini untuk menganalisis berdasarkan output

pengkajian yang berupa analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif yang dapat memberikan implikasi kebijakan

Bab V : Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini untuk menjawab tujuan pengkajian serta

memberikan rekomendasi berdasarkan implikasi dan

hasil analisis

Page 13: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fungsi Produksi

Aktivitas utama dari perusahaan adalah produksi. Sedangkan

produksi sendiri merupakan suatu proses mengubah input menjadi output.

Dalam jangka pendek input dari produksi atau disebut juga faktor produksi

dibedakan menjadi variabel input dan fixed input.Fungsi produksi itu

sendiri merupakan hubungan teknis fungsional antara beberapa input

dalam rangka mengubahnya menjadi output. Oleh karena itu dalam fungsi

produksi dapat mencerminkan kombinasi berbagai faktor produksi yang

digunakan untuk menghasilkan output. Selain itu fungsi produksi dapat

menunjukkan jumlah maksimum barang yang dapat diproduksi dengan

menggunakan kombinasi faktor produksi yang ada, dalam hal ini ialah

kapital dan tenaga kerja. Secara matematik, fungsi produksi dapat

digambarkan sebagai berikut:

Q = f (K, L) (2.1)

Keterangan : Q = Output L = Faktor produksi variabel (misal tenaga kerja) K = Faktor produksi tetap (misal kapital) f = Simbol fungsional yang mencerminkan hubungan

Dalam jangka pendek, faktor produksi variabel dapat diubah-ubah

jumlahnya selama periode produksi, seperti tenaga kerja, bahan baku,

dan sebagainya. Sedangkan untuk faktor produksi tetap, jumlahnya tidak

dapat diubah-ubah selama periode produksi, seperti jumlah mesin, luas

tanah, dan sebagainya. Dalam jangka panjang, seluruh faktor produksi

bersifat variabel atau dengan kata lain dapat diubah-ubah jumlahnya, hal

ini dikarenakan pada jangka panjang perusahaan sudah dapat

meningkatkan kapasitas produksinya. Sehingga faktor produksi yang pada

awalnya tetap akan menjadi berubah karena adanya peningkatan

kapasitas produksinya.

Page 14: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 7

2.2. Rantai Pasok (Beamon,1998)

Rantai Pasok (Supply Chain) yaitusuatuproses yang terintergrasi

meliputi perkiraan dan perencanaan, pengadaan dan pembelian,

manufacturing (produksi) dan perangkaian, warehousing and distribution,

shipping and transportation, returns, inventory management dan order

management. Rantai pasok inisecara tradisional ditandai dengan arus

maju informasi.Selama bertahun-tahun, para peneliti dan praktisi terutama

menyelidiki berbagai proses rantai pasokan secara individual. Baru-baru

ini, telah terjadi peningkatan perhatian kinerja, desain, dan analisis rantai

pasokan secara keseluruhan.

Dari sudut pandang praktis, konsep rantai pasok muncul dari

sejumlah perubahan dalam lingkungan manufaktur, termasuk

meningkatnya biaya produksi, sumber daya, memperpendek siklus hidup

produk, globalisasi ekonomi. Rantai pasok ini melibatkan pelaku usaha

yang umumnya seperti supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel serta

pelaku usaha pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Terdapat lima parameter dalam mengukur kinerja dari rantai pasok

yaitu :(1) Pengiriman (on time-delivery), melihat persentase dari

pengiriman tepat waktu yang sesuai dengan permintaan konsumen. (2)

Kualitas sebagai indikator tingkat kepuasan pelanggan. Kepuasan

pelanggan dapat diukur melalui variabel kualitatif misalnya pertanyaan

setuju dan tidak setuju. (3) Waktu untuk menunjukkan berapa lama suatu

siklusi bisnis berlangsung. (4) Fleksibilitas sebagai ukuran waktu yang

digunakan untuk melihat perubahan volume produksi dalam persentase

tertentu. (5) Biaya diukur tidak hanya dalam satuan uang tetapi mengukur

juga waktu yang harus dikeluarkan untuk memproduksi.

2.3. Metode Delphi (Linstone, Turoff, 2002)

Metode Delphi merupakan metode yang sering digunakan untuk

mengumpulkan data dari responden dalam suatu pengkajian. Selain itu

dapat digambarkan sebagai sebuah metode dalam menata proses

komunikasi kelompok agar lebih efektif yang memungkinkan sekelompok

Page 15: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 8

individu, secara keseluruhan, yang ditujukan untuk menangani masalah

yang kompleks.

Metode Delphi bertujuan untuk mengembangkan perkiraan dengan

cara meminta pendapat para ahli terhadap bidangnya, dan pada saat itu

pun sama menghilangkan masalah sering terjadi yaitu komunikasi tatap

muka. Metode ini ini dibuat untuk proses komunikasi kelompok yang

bertujuan untuk mencapai suatu kesimpulan dari para ahli tentang isu isu

nyata. Metode ini sudah dilakukan oleh berbagai bidang studi misalnya

perencanaan program penetuan kebijakan, dan pemanfaatan sumber

daya yang digunakan untuk mengembangkan berbagai alternatif,

menjelajahi atau mengekspos yang mendasari asumsi, serta berkorelasi

penilaian pada suatu topik yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Metode

Delphi untuk pembangunan konsensus dengan menggunakan

serangkaian kuesioner dikirimkan menggunakan beberapa iterasi untuk

mengumpulkan data panel dari subyek yang dipilih. Menurut Dermawan

dalam Shauqi (2013), langkah-langkah dalam mengoperasikan metode

Delphi sebagai berikut :

a. Para pembuat keputusan diawali dengan identifikasi isu dan

masalah pokok yang akan diselesaikan.

b. Kuesioner dibuat dan para ahli mulai dipilih

c. Kuesioner yang dibuat kemudian dikirim kepada para ahli yang

dianggap mengetahui dan menguasai permasalah yang dihadapi.

d. Kemudian para ahli untuk mengisi kuesioner yang telah dikirim

sebelumnya untuk menghasilkan ide dan alternatif solusi

penyelasaian masalah, dan dilanjutkan dengan mengirimkan

kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok, para pembuat

keputusan akhir.

e. Membentuk tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang

muncul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada

partisipasi teknik ini.

f. Tahap ini para ahli diminta untuk menelaah ulang hasil rangkuman

serta menetapkan skala prioritas dari alternatif solusi yang

Page 16: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 9

dianggap baik dan mengembalikan hasil rangkuman secara

menyeluruh serta masukan terakhir dalam periode waktu tertentu.

g. Proses tersebut diulang kembali sampai pembuat keputusan

mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan

kesepakatan dan satu alternatif solusi.

Proses metode Delphi dilakukan dengan berbagai tahap yaitu :

a. Mengembangkan pertanyaan

b. Memilih dan menghubungi responden

c. Memilih ukuran contoh

d. Mengembangkan kuesioner pertama dan melakukan uji

e. Menganalisis kuesioner pertama

f. Mengembangkan kuesioner kedua dan melakukan uji

g. Menganalisis kuesioner kedua dan dilanjutkan kepada kuesioner

nomor berikutnya

h. Menyiapkan laporan akhir

Metode Delphi baik dalam memecahkan masalah yang bersifat

umum, dikarenakan rencana kebijakan akan berkaitan erat dengan ahli-

ahli bidang tertentu. Para ahli pada bidang tertentu dapat mengeluarkan

aspirasinya yang sesuai kemampuan yang didalaminya. Metode ini tidak

memperhatikan identitas para ahli sebagai pencegahan kesamaan satu

anggota terhadap anggota yang lainnya, dan responden mempunyai

waktu yang cukup untuk mempertimbangkan dan jika perlu melihat

informasi yang diperlukan.

2.4. Penelitian Sebelumnya

2.4.1. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi di

Kabupaten Jember

Penelitian dilakukan oleh Annona Embar dkk di Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember pada tahun 2013.

Penelitian tersebut bertujuan: (1) untuk mengetahui aliran produk, aliran

keuangan dan aliran informasi pada rantai pasokan daging sapi

diKabupaten Jember; (2) untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran

Page 17: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 10

padarantai pasokan daging sapi di Kabupaten Jember; dan (3)

untukmengetahui nilai tambah pada proses pemotongan sapi potong

diKabupaten Jember. Hipotesis pada penelitian ini adalah: (1) pemasaran

pada rantai pasokan daging sapi di Kabupaten Jember adalah efisien

yangditunjukkan oleh shared value yang adil atau proporsional sesuai

dengankontribusi mata rantai; dan (2) tingkat keuntungan yang

diterimapengusaha daging memberikan persentase yang paling tinggi

padapeningkatan nilai tambah proses pemotongan sapi potong.

Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode

deskriptif dan analitik. Pengujian hipotesis penelitian dengan tingkat

efisiensi pemasaran pada rantai pasokan daging sapi. Pengujian tersebut

dilakukan dengan menggunakan konsep efisiensi pemasaran dimana

efisiensi pemasaran merupakan perbandingan antara total biaya dengan

total nilaiproduk yang dipasarkan, sehingga dapat dirumuskan

(Soekartawi, 1989):Penarikan kesimpulan berdasarkan perbandingan nilai

efisiensi pemasaran (EP) dimana rantai pasokan yang memiliki tingkat

efisiensi pemasaran lebih tinggi adalah rantai pasokan yang memiliki nilai

efisiensi pemasaran (EP) lebih kecil. Untuk mengetahui efisiensi

pemasaran berdasarkan nilai distribusi margin pemasaran pada rantai

pasokan daging sapi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis

margin pemasaran dan distribusi margin. (Rahim dan Hastuti, 2007).

Hasil dari penelitian Annona Embar dkk adalah Rantai pasokan

daging sapi di Kabupaten Jember memiliki 3 aliran yaitu aliran produk,

aliran keuangan dan aliran informasi. Aliran produk mengalir dari peternak

hingga ke konsumen akhir daging sapi. Aliran keuangan mengalir dari

konsumen akhir daging sapi ke peternak,sedangkan aliran informasi

mengalir dua arah dari peternak ke konsumenakhir daging sapi namun

belum berjalan dengan optimal yang ditandaidengan adanya sisa produk

yang tidak terjual setiap harinya. Pihak yang berperan dominan dalam

rantai pasokan daging sapi di Kabupaten Jember adalah pengusaha

daging.

Page 18: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 11

Saluran distribusi daging sapi di Kabupaten Jember adalah efisien

berdasarkan nilai efisiensi pemasaran yangmendekati 0 (nol), margin

pemasaran yang menguntungkan (Ski>Sbi) dan shared value yang adil

atau proporsional sesuai dengan kontribusi yangdiberikan oleh setiap

mata rantai yang terlibat. Sehingga akan mendorongmata rantai untuk

tetap melakukan usaha sesuai dengan fungsinya dalam rantai pasokan

daging sapi di Kabupaten Jember. Proses pemotongan sapihidup menjadi

daging sapi sebagai primary product dan karkas lain sebagaiside product

mampu menghasilkan nilai tambah. peningkatan nilai tambah yang

dilakukan pengusaha daging melalui prosespemotongan sapi

menguntungkan. Nilai tambah yang mampu diberikandapat mendorong

pengusaha daging untuk tetap melakukan usaha dalam menyuplai daging

sapi di Kabupaten Jember.

2.4.2. Survey Pola Distribusi Perdagangan 16 Komoditi di 15 Provinsi

Tahun 2009

Laporan hasil survei pola distribusi perdagangan yang dilakukan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2009 untuk komoditi cabai merah,

bawang merah dan daging ayam ras menunjukkan bahwa pola distribusi

perdagangannya melibatkan banyak pedagang perantara seperti

produsen/petani, pedagang pengumpul, distributor, grosir, subdistributor,

agen, sub agen, pedagang eceran dan supermarket. Setiap provinsi

memiliki pola yang berbeda-beda dari pola yang terpanjang adalah mulai

petani/produsen → Pengumpul → distributor → subdistibutor → agen →

grosir → pedagang eceran → konsumen akhir. Sedangkan pola terpendek

dari petani/produsen → distributor → pedagang eceran → konsumen

akhir.

Kesimpulan dari survey pola distribusi perdagangan 16 komoditi di

15 Provinsi untuk komoditi cabai merah, bawang merah dan daging ayam

ras adalah seperti gambar 2.1, 2.2 dan 2.3.

Page 19: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 12

Gambar 2.1 Pola Distribusi Perdagangan Cabe Merah (BPS 2009)

Gambar 2.2 Pola Distribusi Perdagangan Bawang Merah (BPS 2009)

Kegiatan Usaha lainnya

Impor

Langsung

Pedagang

Eceran

Petani

Pedagang Pengumpul

Distributor Sub

Distributor

Importir

Supermarket

Industri

Pengolahan Konsumen

Akhir

Grosir

Kegiatan Usaha lainnya

Impor

Langsung

Pedagang

Eceran

Petani

Pedagang Pengumpul

Distributor Sub

Distributor

Importir

Supermarket

Industri

Pengolahan

Konsumen

Akhir

Grosir

Page 20: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 13

Gambar 2.3 Pola Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras (BPS 2009)

2.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam pengkajian ini, pertama akan

diidentifikasi jalur distribusi perdagangan komoditas bahan makanan yang

mempunyai andil inflasi tinggi dan berfluktuasi sepanjang tahun 2013

mulai dari produsen, pedagang perantara sampai dengan pengecer.

Untuk mengidentifikasi jalur distribusi tersebut akan dilakukan studi

literatur rantai pasok masing-masing komoditi yang di teliti, yang kemudian

dilihat peran masing-masing pedagang perantara sampai dengan

pengecer melalui data primer yang berasal dari kuesioner dan hasil

wawancara kepada pelaku usaha yang ada di jalur distribusi masing-

masing. Kerangka pemikiran dibawah ini, menjelaskan petani sebagai

produsen dari bahan makanan yang sudah ditentukan dari andil inflasi

akan memproduksi hasil pertaniannya yang direncanakan sebelumnya

seperti perencanaan ketersediaan faktor produksi seperti modal dan

tenaga kerja. Hal ini juga tidak terlepas dari biaya produksi yang

dikeluarkan oleh para petani.

Kemudian output pertanian dijual/diberikan kepada pedagang

perantara sebagai jasa untuk memasarkan output tersebut kepada

pedagang perantara lainnya/pengecer agar hasil pertanian tersebut dapat

terjual. Alasan petani memberikan hasil produksinya kepada pedagang

perantara tingkat pertama karena pedagang perantara mengetahui

Page 21: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 14

informasi harga yang dapat dijual kepada pedagang perantara lainnya.

Pedagang perantara pertama yang berinteraksi perdagangan dengan

petani mendapatkan provisi dari hasil penjualannya. Provisi merupakan

imbalan yang didapat setelah memasarkan hasil output yang dapat terjual.

Pedagang perantara setelah tingkat pertama akan mendapatkan hasil

pertanian setelah dijual oleh pedagang perantara tingkat pertama dan

kemudian akan dijual kembali kepada pedagang perantara

lainnya/pengecer/pedagang besar dengan mendapatkan margin

keuntungan dari hasil penjualan tersebut.

Pedagang pengecer/pedagang besar akan menjual hasil output

pertanian kepada konsumen sesuai dengan permintaannya sehingga dari

hasil jual tersebut diharapkan mendapatkan margin keuntungan.

Pedagang perantara tingkat 1…n, pengecer/pedagang besar dalam

mendapatkan output pertanian tersebut tidak terlepas merencanakan

terlebih dahulu mengenai faktor produksi, biaya produksi serta manfaat

dan hambatan. Dari distribusi barang (rantai pasok) ini akan mengandung

pertanyaan mengenai provisi/margin yang proporsional dan pedagang

mana yang paling dominan menentukan harga.

Kerangka pemikiran yang dijelaskan adalah kerangka rantai pasok

(supply chain) yang akan dicari dalam pengkajian ini. Setelah dilakukan

pengamatan melalui survey dan wawancara, hasil wawancara tersebut

akan dilakukan pengamatan kembali melalui Focus Group Discussion

(FGD) dengan menggunakan metode Delphi. Dalam FDG akan

melibatkan para ahli yang berpengalaman dalam pedagang perantara baik

dari stakeholder, akademisi dan praktisi. Hasil metode Delphi bertujuan

untuk mendapatkan rumusan-rumusan mengambil kebijakan distribusi

komoditi.

Page 22: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 15

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran

Pedagang Perantara

(PPt) tingkat 1,2....n

Rumusan Kebijakan Distribusi Komoditi

Pedagang Perantara

( PPnt )

Analisis Berdasarkan data kuantitatif :Supply Chain Analysis

Analisis Kualitatif : Metode Delphi

Petani/ produsen

(P)

Konsumen

Pedagang

Eceran (PE)

Pedagang Perantara

( PPnt )

Provisi Margin

Margin

Provisi

Apakah Provisi/margin proporsional ? Penentu harga yang paling dominan ?

Page 23: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 16

BAB III

METODE PENGKAJIAN

3.1. Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan pertama yaitu pemetaan pedagang

perantara dalam perdagangan komoditas bawang merah, cabe merah dan

daging ayam ras digunakan analisis deskriptif kualitatif. Dimana akan

diidentifikasi jenis pedagang perantara yang ada dalam jalur distribusi

baik pedagang perantara yang melakukan transaksi jual beli dan

pedagang perantara yang hanya melakukan jasa perantara dua pelaku

perdagangan melakukan transaksi jual beli (middleman).

Kemudian untuk menjawab tujuan yang kedua menggunakan

analisis kuantitatif dengan metode Supply Chain Analysis (SCA). Dengan

metoda SCA akan diketahui tingkat efisiensi pemasaran, margin

pemasaran, distribusi keuntungan dan distribusi biaya

Adapun rumus dari tingkat efisien pemasaran :

EP= (TB/TNP)*100 (3.1)

Keterangan : EP : Efisiensi Pemasaran TB : Total Biaya (rupiah) TNP: Total Nilai Produk (rupiah)

Perhitungan efisien pemasaran (EP), ketika rantai pasokan yang

memiliki tingkat efisiensi pemasaran lebih tinggi merupakan rantai

pasokan yang memiliki nilai efisiensi pemasaran (EP) lebih kecil. untuk

melihat berapa besar margin pemasaran, distribusi keuntungan dan

distiribusi biaya dari petani, pedagang perantara hingga pengecer dapat

dilihat pada tabel 3.1.

Page 24: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 17

Tabel 3.1.

Perhitungan Margin Pemasaran Pada Rantai Pasok (Supply Chain)

Komoditi Bawang Merah, Cabe Merah Dan Daging Ayam Ras.

Formula

Petani

Pedagang Perantara

dengan Transaksi

Pedagang

Perantara Non

Transaksi

Pedagang

Pengecer

Margin

pemasaran

MPpetani = Pr – Pf

MPPt n= Prn – Pfn-1

MPPnt n = Prn – Pfn-1

MPpengecer =

Prpengecer – Pf n

Distrbusi

Biaya

SBpetani = (Bpetani/

MPtotal) x 100 %

SB PPt n = (B PPt n /

MPtotal) x 100 %

SB PPnt n = (B PPt n /

MPtotal) x 100 %

SB Ppengecer=

(B Ppengecer/ MPtotal)

x 100 %

Distribusi

Keuntungan

SKpetani = (Bpetani/

MPtotal) x 100 %

SK PPt n = (K PPt n /

MPtotal) x 100 %

SK PPnt n = (k PPt n /

MPtotal) x 100 %

SK Ppengecer=

(B Ppengecer/ MPtotal)

x 100 %

Sumber : hasil olah data

Margin pemasaran yang dijelaskan pada tabel diatas terdiri dari

margin pemasaran petani, pedagang perantara dengan transaksi,

pedagang perantara non transaksi sampai dengan pengecer. Margin

pemasaran petani merupakan transaksi dari harga dari pedagang

perantara tingkat pertama dengan harga dari petani. Hal ini dapat dilihat

dari selisih dari harga dari pedagang tingkat pertama dengan harga jual

dari petani, sehingga akan terlihat berapa margin yang didapat dari petani.

Begitu juga dengan margin pedagang perantara dengan transaksi yang

didapat dari selisih margin pedagang perantara tingkat ke 2…n dengan

pedagang perantara tingkat pertama. Selanjutnya pedagang perantara

non transaksi untuk mendapatkan margin dari pemasaran dengan

mengetahui besaran provisi/fee yang diterima dari pedangang perantara

dengan transaksi. Sedangkan pihak pengecer mendapatkan margin

pemasaran didapat dari selisih harga pengecer dengan pedagang

perantara sebelumnya.

Disamping menghitung margin pemasaran, dalam penentuan harga

perlu dilanjutkan dengan menghitung distribusi margin pemasaran yang

dilihat dari distribusi biaya dan keuntungan oleh para petani, pedagang

perantara dengan transaksi, pedagang perantara non transaksi dan

pengecer. Untuk melengkapi metode Supply Chain Analysis dalam

Page 25: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 18

menjawab siapa sebenarnya yang menentukan harga paling dominan dan

menangani masalah komplek dalam jalur distribusi ini, digunakan metode

Delphi dan wawancara mendalam.

Tabel 3.2

Alat Analisis berdasarkan Tujuan Pengkajian.

No Tujuan Alat Analisis

1 pemetaan pedagang perantara dalam

perdagangan komoditas bawang merah,

cabe merah dan daging ayam ras

Deskriptif Kualitatif

2. Menganalisis peran pedagang perantara

berdasarkan jenisnya terhadap

penentuan harga di tingkat konsumen

Supply Chain Analisis : efesiensi

pemasaran, margin pemasaran,

distribusi keuntungan dan distribusi

biaya

Metoda Delphi : menentukan peran

penentu harga

Sumber : hasil olah data

3.2. Jenis Data, Sumber Metode Pengumpulan Data

3.2.1. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam pengkajian ini yaitu data sekunder dan

dan data primer.Data sekunder: Produksi, komoditi unggulan daerah.

Sumber data dari BPS Pusat, BPS Regional, Kementerian Pertanian dan

Kementerian Perindustrian.

Data primer: jalur distribusi, harga beli, harga jual, biaya dan perilaku

pedagang perantara. Sumber data dari pelaku usaha dan instansi

pemerintah daerah. Pengumpulan data primer akan dilakukan melalui

kuesioner dan wawancara mendalam dengan stakeholders meliputi

pelaku usaha dan instansi pemerintah.

Pada tabel dibawah merupakan daftar data/informasi yang

diperlukan dalam pengkajian ini. Data yang diperlukan berdasarkan

tahapan dalam rantai pasok (supply chain), yaitu dimulai dari informasi

Page 26: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 19

petani ketika mempersiapkan produk untuk diberikan kepada pedagang

perantara dan menggali informasi dari pedagang perantara mengenai

kegiatan yang dilakukan dalam mendapatkan produk dari

petani.Kemudian dilanjutkan alur dari kegiatan pedagang perantara

kepada pedagang besar dan dilanjutkan menggali informasi pedagang

besar aktifitas usaha dalam mendapatkan produk dari pedagang

perantara.Kegiatan yang dilakukan oleh ketiga pelaku tersebut yang

berhubungan dengan produksi, biaya, waktu, jarak dan harga.

Tabel 3.3.

Data dan Sumber Data untuk Analisis Rantai Pasok

(Supply Chain Analysis)

No Jenis Data Keterangan Sumber Data

1 Produksi a. Berapa jumlah tenaga

kerja dalam 3 tahun

terakhir

b. Berapa modal yang

dikeluarkan pada tiga

tahun terakhir

Survey petani

2 Biaya a. Biaya dikeluarkan untuk

tenaga kerja,

pengiriman/pengambilan

dan transportasi

b. Biaya provisi perantara

Survey

petani/pedagang

perantara/pedagang

besar

3 Waktu yang dibutuhkan

selama proses

pengiriman/pengambilan

barang

a. Waktu angkut dengan

truk

b. Waktu bongkar muat di

gudang

c. Waktu tunggu (delay)

gudang dan di lokasi lain

yang mempengaruhi

proses pengiriman

barang

Survey

petani/pedagang

perantara/pedagang

besar

4 Jarak Jarak antara pelaku dengan

pelaku berikutnya

Survey

petani/pedagang

perantara/pedagang

Page 27: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 20

besar

5 Harga Beli Harga beli pelaku dari pelaku

sebelumnya

Survey

petani/pedagang

perantara/pedagang

besar

6 Harga Jual Harga Jual pelaku kepada

pelaku berikutnya

Survey

petani/pedagang

perantara/pedagang

besar

Sumber : hasil olah data

Untuk mendapatkan data mengenai identifikasi pedagang perantara

yang dilihat dari interaksi petani dengan pedagang dapat juga dilihat pada

tabel 3.4.

Tabel 3.4

Data Kondisi Saat ini di Petani dan Pedagang Perantara

No Jenis Data Keterangan Sumber Data

1 Manfaat dengan

adanya pedagang

perantara

Apakah ada manfaat dengan adanya

pedagang perantara

Survey petani

2 Hambatan Hambatan apa saja yang dialami

sekarang oleh petani/pedagang

perantara

Survey

petani/pedagang

besar

3 Proses operasional Penentuan harga, daya tawar,

perencanaan keuangan

Sumber : hasil olah data

3.2.2. Metode Pengumpulan Data

Pada pengkajian ini akan menggunakan supply chain (rantai pasok),

dimana dalam melakukan survey akan menangkap kesinambungan

proses aliran nilai tambah keuntungan dari masing-masing responden

(petani, pengumpul dan pedagang besar). Rantai pasok (supply chain)

yang disurvey meliputi petani, pengumpul dan pedagang besar yang

dapat diperlihatkan pada gambar 3.1.

Page 28: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 21

Gambar 3.1. Data untuk Tujuan Pengkajian Kedua

Metode survey melalui metode wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi.Wawancara

diperlukan untuk menggali informasi yang sesuai dengan tujuan

pengkajian. Wawancara dilakukan terutama kepada responden yang

mengetahui kondisi teknis di lapangan.Survey dilakukan dengan beberapa

kelompok responden yang sudah ditentukan melalui perhitungan statistik

dan objek . Selain itu ada beberapa hal pertanyaan yang akan ditanyakan

kepada semua kelompok responden.

Data dalam pengkajian ini yaitu data primer yang bersifat persepsi

yang didapat dari hasil survey dilapangan. Setelah melakukan proses

survey lapangan, selanjutnya dilakukan proses pengkodean, validasi data

yang telah terkumpul, melakukan input data kuesioner, hingga tabulasi

hasil input data.

3.3. Pemilihan Komoditi

Pemilihan komoditi diambil berdasarkan nilai andil inflasi tahun 2013

dan tingkat fluktuasi harga komoditi yang tinggi. Dalam pemilihan komoditi

Petani/produsen Pedagang

Perantara/pengumpul Pedagang

Eceran

a. Biaya :

- Pengambilan ke petani

- Pengiriman ke pedagang besar

- Provisi perantara

b. Waktu pengambilan

c. Jarak d. Harga e. Kapasitas

pengumpul f. pengolahan

a. Biaya :

- Pengambilan ke pedagang perantara

- Provisi perantara

b. Waktu pengambilan

c. Jarak d. Harga e. Kapasitas

pengumpul f. pengolahan

a. Biaya :

- Produksi

- Pengiriman ke pedagang pengumpul

- Provisi perantara

b. Waktu pengiriman

c. Jarak d. Produksi

e. harga

Data untuk

tujuan kedua

Perantara Perantara

Page 29: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 22

dengan cara memberi peringkat komoditi bawang merah, cabe merah dan

daging ayam ras pokok yang memiliki andil inflasi paling besar dengan

angka 34%. Dari kelompok komoditi bahan makanan pokok dipilih

komoditi yang memiliki andil inflasi besar dan berfluktuasi paling tinggi.

Berikut peringkat 10 besar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.5.

10 Besar Komoditi Bahan Makanan Pokok dengan Andil Inflasi tinggi

dan 10 Besar komoditi pantauan BPS dengan fluktuasi tinggi Tahun

2013

PERINGKAT KOMODITI Andil

Inflasi

1 Bawang Merah 0.38

2 Cabe Merah 0.31

3 Jagung Manis 0.30

4 Ikan Segar 0.30

5 Beras 0.20

6 Daging Sapi 0.11

7 Jeruk 0.11

8 Daging Ayam Ras 0.11

9 Ikan Diawetkan 0.09

10 Apel 0.08

Sumber : BPS (diolah)

Komoditi yang memiliki peringkat 10 besar di kedua kriteria tersebut

diatas adalah Cabe Merah, Bawang Merah dan Daging Ayam Ras.

3.4. Pemilihan Responden

Metoda penentuan responden dalam pengkajian ini adalah purposive

sampling, dimana responden yang diambil ditentukan berdasarkan

kebutuhan dari pengkajian. Responden yang dipilih adalah petani,

pedagang perantara dan pedagang eceran komoditas bawang merah,

cabe merah dan daging ayam ras dalam satu jalur distribusi mulai dari

produsen sampai dengan pedagang pasar di ibukota provinsi. Dalam satu

jalur distribusi komoditi di daerah survei adalah 10 responden, jadi total

PERINGKAT KOMODITI

Koefisien

Keragaman

1 Bawang Putih 40,49

2 Bawang Merah 32,08

3 Cabai Rawit 27,14

4 Cabai Merah 19,62

5 Daging Ayam Ras 9,40

6 Telur A. Ras 6,81

7 Emas Perhiasan 6,76

8 Tempe 5,13

9 Ikan Bandeng 4,43

10 Gas Elpiji Tabung 3kg 3,44

Page 30: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 23

perdaerah survei adalah 30 responden dan total keseluruhan adalah 150

responden. Selain kuesioner yang akan diambil dari responden di jalur

distribusi juga akan dilakukan wawancara mendalam kepada stakeholder

di lokasi survei. Berikut tabel 3.6 jumlah responden yang akan disurvey

berdasarkan komoditi dan daerah survey

Tabel 3.6. Jumlah Responden untuk Tiga Komoditi

Daerah Survey Jabar Jateng Kalbar Aceh Banten

Petani 3 3 3 3 3

PPn 9 9 9 9 9

Ppn+1...n 12 12 12 12 12

PE 6 6 6 6 6

Jumlah 30 30 30 30 30

Sumber : hasil olah data

3.5. Lokasi Survey

Berdasarkan data Kementan, provinsi penghasil cabai merah,

bawang merah dan daging ayam ras adalah provinsi yang ada di pulau

Jawa, Sumatera bagian utara, Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa

Tenggara Barat. Untuk mendapat gambaran hasil pengkajian yang cukup

maka dipilih provinsi yang merupakan sentra dan bukan sentra produksi

yaitu sebagai berikut :

1. Provinsi Jawa Tengah :

Kabupaten Brebes ke pasar Johar - Semarang

2. Provinsi Jawa Barat :

Kabupaten Garut ke pasar induk Caringin

3. Provinsi Nanggro Aceh Darussalam :

Pasar Induk Lamboru (kabupaten Aceh Besar)

ke pasar baru di kota Banda Aceh

4. Provinsi Banten :

Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tanggerang ke Kota Serang

5. Provinsi Kalimantan Barat (Bukan Sentra Produksi)

Kabupaten Pontianak ke pasar Flamboyan kota Pontianak

Sentra Produksi

Page 31: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 24

Dalam melakukan analisis value chains maka ditentukan jalur distribusi

dari masing-masing komoditi dari sentra produksi ke pasar disetiap ibu

kota provinsi lokasi survey. Berdasarkan data Kementan, sentra produsen

di provinsi Jawa Barat maka jalur distribusi yang akan di teliti untuk

komoditi cabe merah dan bawang merah dari kabupaten garut ke pasar

induk Caringin kota Bandung dan untuk komoditi daging ayam ras dari

dari sentra di sekitar kota Bandung ke pasar induk Caringin kota Bandung.

Gambar 3.2. Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Jabar

Untuk provinsi Kalimantan Barat jalur distribusi yang akan di teliti

untuk komoditi cabe merah dan daging ayam ras adalah dari kabupaten

Pontianak ke pasar Flamboyan kota Pontianak. Untuk komoditi bawang

merah adalah di sekitar kota Pontianak

Page 32: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 25

Gambar 3.3. Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Kalbar

Untuk provinsi Jawa Tengah jalur distribusi yang akan di teliti untuk

komoditi cabe merah dan bawang merah adalah dari kabupaten Brebes

ke pasar Johar kota Semarang. Untuk komoditi daging ayam ras dari kab

Semarang ke pasar Johar kota Semarang.

Gambar 3.4. Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Jateng

Gambar 3.5. Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi daging

ayam ras di provinsi Jateng

Page 33: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 26

Untuk provinsi Nanggro Aceh Darussalam maka jalur distribusi

yang akan di teliti adalah untuk komoditi cabe merah, bawang merah dan

daging ayam ras adalah dari pasar induk lamboru – Aceh Besar ke pasar

baru di kota Banda Aceh

Gambar 3.6. Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Aceh

Untuk provinsi Banten maka jalur distribusi yang akan di teliti

adalah untuk komoditi cabe merah, bawang merah dan daging ayam ras

adalah dari pasar induk tanah tinggi kota Tanggeran ke pasar di kota

Serang

Gambar 3.7. Jalur distribusi yang akan di teliti untuk komoditi cabe

merah dan bawang merah di provinsi Banten

Page 34: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 27

3.6. Pengolahan Data dan Analisis

Setelah mendapatkan data lengkap, kemudian dapat melakukan

pengolahan data dan analisis hasil survey. Mendapatkan jawaban pada

tujuan pertama melalui Supply Chain Analysis (SCA) yang didapat dari

hasil survey melalui wawancara berbentuk kuesioner. Dari hasil kuesioner

tersebut akan diinput untuk mendapatkan nilai dari tingkat efisiensi

pemasaran dengan menghitung rasio total biaya dengan nilai produk.

Data yang didapat terdapat pada tabel 3.1. Kemudian dilanjutkan dengan

menghitung distribusi margin pemasaran dari petani, perantara dan

pedagang besar. Untuk mendapatkan distribusi margin pemasaran dari

masing-masing pelaku dengan cara mengolah data dengan perhitungan

selisih harga ditingkat pelaku ke n dengan penjumlahan harga ditingkat

para pelaku dan provisi perantara. Kemudian untuk mendapatkan nilai

tambah dengan cara mengolah data melalui menginput data nilai output

dan menjumlahkan data harga beli bahan baku, harga tenaga kerja dan

harga input lainnya sebagai perhitungan nilai input. Pengolahan data ini

akan dilanjutkan dengan menginput data selisih nilai output dengan nilai

input.

Selanjutnya pengolahan data untuk menjawab tujuan kedua yaitu

penentuan harga pasar dengan metode Delphi. Sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya proses pengolahan data dari metode Delphi

dilakukan dengan berbagai langkah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi dari masalah yang akan dikaji dengan

seperangkat pertanyaan yang telah disusun secara tepat oleh

anggota kelompok yang diminta untuk menyampaikan kesimpulan-

kesimpulan yang potensial.

2. Kuesioner pertama diberikan kepada anggota secara terpisah untuk

diisi tanpa menuliskan nama.

3. Hasil kuesioner pertama dihimpun lalu dicatat dan kemudian

diperbanyak ke sekretariat kelompok.

4. Setiap anggota diberikan tembusan hasil rekaman.

Page 35: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 28

5. Setelah ditinjau hasilnya maka para anggota akan ditanyai kembali

mengenai kesimpulan-kesimpulan mereka. Hasil yang baru

umumnya para anggota akan memberikan kesimpulan baru atau

memungkinkan mengubah kesimpulan pertama.

6. Dilanjutkan dengan meneruskan pada langkah ke-4 dan ke-5

dengan cara pengulangan sesering para anggota diperlukansampai

tercapai satu konsensus.

Page 36: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan temuan hasil survey dan diskusi

dengan para ahli melalui metode Delphi. Dari hasil temuan melalui survey,

terdapat beberapa karakteristik atau perilaku pedagang perantara yang

dapat mempengaruhi perdagangan dalam negeri. Pedagang perantara

yang diamati yaitu pedagang perantara pada komooditi bahan makanan

(sektor pertanian) yang memiliki andil inflasi. Berdasarkan hasil andil

inflasi dari perhitungan median diperoleh komoditi cabe, bawang merah

dan daging ayam potong/ras sebagai andil inflasi yang cukup besar.

Temuan hasil survey ini mendapatkan informasi yang cukup banyak dan

dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat kebijakan.

4.1. Hasil Temuan Lapangan

Temuan yang akan dianalisis merupakan temuan dari daerah

Kalimantan Barat, Semarang, Aceh dan Bandung. Temuan dari hasil

survey akan dilihat berdasarkan komoditi. Umumnya cabai merah memiliki

struktur pasar bersifat oligopoly, dimana terdapat produsen yang

menguasai pasar baik secara individu maupun bekerjasam dengan

produsen dalam mempengaruhi harga pasar. Hal ini terjadi di Kalimantan

Barat yang memiliki struktur oligopoly. Persentase terbesar dari jalur

distribusi didominasi oleh pengepul/tengkulak wilayah setempat atau

grosir. Pengepul mendistribusikan kepada pedagang besar dan grosir.

Terdapat beberapa wilayah yang disurvey menjelaskan tengkulak mencari

komoditas cabai merah kemana-mana untuk mendapatkannya.

Beberapa pengepul dan tengkulak mengirim langsung ke pasar

induk dan terkadang pedagang pasar induk membeli langsung yang

sudah termasuk ongkos. Kemudian penentuan harga pada cabai merah

ini bergantung dari biaya pembeli input. Terkadang para petani meminta

modal terlebih dahulu kepada tengkulak sehingga resiko yang didapat

oleh petani lebih besar. Jadi dapat diindikasikan harga pasar ditentukan

Page 37: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 30

oleh biaya input komoditas cabai merah. Jalur distribusi komoditas cabai

merah dimulai dari petani yang menjual kepada pengepul/tengkulak diluar

wilayah seperti ke grosir atau pasar induk. Selanjutnya pengepul tersebut

mendistribusikannya ke pedagang besar diluar wilayah produksi cabai

merah.

Keberadaan pedagang perantara Non Transaksi (broker) pada

distribusi cabe merah terletak pada sektor hilir yaitu diantara pedagang

besar/bandar dengan pengecer. Broker pada jalur tersebut berperan

mencarikan cabe merah untuk para pedagang pengecer baik dalam

jumlah maupun kualitas.

Kegiatan broker biasanya menjemput cabai merah yang dikirim ke

pasar induk oleh pengumpul besar yang sebenarnya komoditi tersebut

sudah dibeli pedagang besar. Jadi sebelum cabe merah sampai ke pasar,

diantara para broker biasanya bersaing untuk mendapatkan cabe merah

yang masih berada di atas truk. Para broker berusaha memilih cabe

merah yang baik dan karung-karung cabe merah yang terpilih diberi tanda

yang artinya sebagai barang kekuasaannya. Barang yang telah dipilih

kemudian diberikan kepada pedagang pengecer. Dalam hal ini para

broker tidak melakukan transaksi jual beli, akan tetapi hanya

mendapatkan jasa mencarikan barang sebesar Rp 5.000/karung (50kg).

Munculnya broker tersebut tidak terjadi setiap saat, namun hanya

pada saat barang sulit didapat atau produksi sedikit. Demikian juga

keberadaannya, ternyata broker cabe merah hanya berada di Pasar

Induk Cibitung Bekasi dan pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang.

Page 38: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 31

Gambar 4.1 Jalur Distribusi Perdagangan Cabe Merah

Sementara itu, untuk pedagang perantara lainnya dikatagorikan

sebagai pedagang yang melakukan transaksi. Pedagang perantara cabe

merah yang melakukan transaksi, keberadaannya dari hulu sampai hilir.

Pedagang perantara yang melakukan transaksi terdiri dari pengumpul

kecil, pengumpul besar di sektor hulu, pedagang besar di sektor hilir yang

keberadaanya di dekat pasar induk serta pedagang pengecer.

Volume pembelian, sarana transportasi, marjin biaya dan

keuntungan, marjin pemasaran pada pelaku usaha yang terlibat dalam

distribusi cabe merah bervariasi. Volume pembelian pedagang pengumpul

kecil cabe merah berkisar 20 sampai 30 kg. Untuk mendapatkan komoditi

tersebut, pedagang pengumpul biasanya mendatangi petani dengan

menggunakan alat transportasi sepeda motor. Cabe merah yang telah

terkumpul dari beberapa petani dan setelah mencapai 80 kg sampai

dengan 100 kg, kemudian dijual kepada pedagang pengumpul besar.

Proses pembelian cabe merah pedagang pengumpul kepada

petani biasanya dilakukan secara tunai karena volume pembeliannya

relatif kecil. Marjin pemasaran di tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp

1.000/kg dengan share keuntungan sebesar 10-15% dan biaya sebesar

2%.

Kemudian volume pembelian maupun penjualan untuk pedagang

pengumpul besar berkisar 1 sampai 2 ton. Untuk mendapatkan komoditi

tersebut, pedagang pengumpul besar biasanya didatangi para pengumpul

Petani Pengumpul Kecil

Konsumen

Akhir

Pengumpul Besar

Pedagang besar/Bandar

Pedagang Pengecer

Hulu

Hilir

Pedagang perantara NT

Page 39: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 32

kecil dan selanjutnya menjual ke pedagang besar di pasar dengan

menggunakan alat transportasi mobil.

Proses pembelian cabe merah pedagang pengumpul besar kepada

pengumpul kecil dilakukan secara tunai dan penjualannya secara tempo,

tergantung dari kesepakatan. Marjin pemasaran di tingkat pedagang

pengumpul besar sebesar Rp 2.000/kg dengan share keuntungan sebesar

20% dan biaya sebesar 8%.

Untuk pedagang besar yang keberadaannya di pasar, volume

pembeliannya berkisar 1 sampai 2 ton, kemudian penjualannya kepada

pengecer biasanya sebesar 80 sampai 100 kg.

Transaksi pembelian oleh pedagang besar, dilakukan secara tempo

(dibayar belakang). Harga pembeliannya berdasarkan kesepakatan dan

besaran harga ditentukan mekanisme pasar. Dalam hal pembayaran,

sering terjadi apabila harga di pasar ternyata lebih rendah dari harga yang

sudah disepakati, pedagang besar biasanya selalu minta kompensasi atas

penurunan tersebut dan sebaliknya apabila harga di pasar lebih tinggi dari

harga kesepakatan, keuntungannya tetap dinikmati pedagang besar.

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pedagang besar memiliki resiko bisnis

yang lebih kecil dibandingkan dengan pedagang pengumpul besar.

Volume penjualan pedagang besar berkisar sekitar 1 sampai 2 ton

dengan marjin pemasaran sebesar Rp 2.000,-/kg dan share keuntungan

sebesar 20% dan share biaya sebesar 8%. Kemudian untuk pedagang

pengecer, transaksi jual belinya pada umumnya secara tunai karena

volume penjualannya relatif kecil. Marjin pemasaran pengecer sebesar Rp

2.000/kg dengan share keuntungan sebesar 20% dengan share biaya

sebesar 5%.

Dengan melihat perbandingan antara share biaya dan share

keuntungan diantara para pedagang perantara dalam jalur distribusi cabe

merah, dapat dikatakan yang paling mendapatkan nilai tambah paling

besar adalah pedagang pengumpul besar dan pedagang besar karena

dengan share keuntungan yang relatif sama dengan pedagang lainnya

Page 40: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 33

(pengumpul kecil dan pengecer) namun valume penjualannya paling

tinggi.

Khusus petani cabe merah, share keuntungan yang didapat sebesar

30-40% merupakan tebesar diantara lembaga yang terlibat dalam

distribusi cabe merah. Namun demikian mengingat volume yang

diproduksi relatif kecil, maka total keuntungan yang diperoleh jauh lebih

kecil dibandingkan pedagang pengumpul besar maupun pedagang besar.

Sementara itu dengan share biaya yang dikeluarkan petani cabe merah

sebesar 77% terbesar diantara lembaga yang terlibat dalam perdagangan

cabe merah, hal ini berarti petani paling besar menanggung resiko

dibandingkan lembaga usaha lainnya.

Tabel 4.1 Profil Pelaku Usaha Jalur Distribusi Perdagangan Cabe

Merah

Profil Petani Pengumpul Kecil

Pengumpul Besar

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Skala Usaha Kecil (rata-rata transaksi pembelian 20-30Kg, rata-rata transaksi penjualan 80-100Kg)

Besar (rata-rata transaksi pembelian dan penjualan1-2 ton

Besar (rata-rata transaksi pembelian dan penjualan 1-2 ton

Kecil rata-rata transaksi pembelian 80-100Kg, rata-rata transaksi penjualan 1-10Kg

Alat Transportasi

Motor Mobil Mobil

Sistem Pembayaran

Beli dan Jual : Tunai

Beli :Tunai, Jual : tempo

Beli : Tempo, Jual : Tunai

Beli dan Jual : Tunai

Margin Pemasaran

Rp.3000 Rp.1000 Rp.2000 Rp.2000 Rp.2000

Share Biaya 77% 2% 8% 8% 5%

Share Keuntungan

30-40% 10-15% 20% 20% 20%

Sumber : hasil pengolahan data primer

Peran pedagang perantara dalam komoditi cabai merah adalah

pedagang besar dan pengumpul besar. Dari pendistribusian cabai merah

yang dilihat rantai pasok peranan terbesar dari hilir adalah pengumpul

Page 41: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 34

besar dan distribusi dari hulu adalah pedagang besar. Rantai pasok dari

pengumpul besar terhadap pedagang besar berdampak terhadap pasokan

pedagang perantara non transaksi dan pengecer besar. Aktivitas dari hilir

(lihat gambar 4.1) pedagang perantara non transaksi dapat melakukan

aktivitas dari kinerja pedagang besar. Berdasarkan gambar 4.1, ternyata

rantai pasok dari distribusi komoditi cabai merah tidak terdapat irisan. Hal

ini mengindikasikan tidak ada peranan ganda dari masing-masing

pedagang, pengumpul atau pengecer pada aktivitasnya yang ada di hulu

maupun hilir.

Kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pedagang besar,

pengumpul besar atau pengecer sudah mempunyai aktivitas baik resiko

maupun keuntungan. Tidak adanya irisan tersebut, maka setiap pelaku

sudah mendapatkan informasi tersendiri meskipun informasi tersebut

belum tentu valid. Berdasarkan profil para pelaku di distribusi cabai

merah, kategori skala usaha pengumpul kecil dalam kategori skala usaha

kecil. Meskipun skala usaha kecil tetapi memiliki tingkat resiko yang lebih

rendah dibandingkan pedagang besar dan pengumpul besar karena

hanya memiliki share biaya yang relative kecil. Kemudian share biaya,

margin pemasaran, share keuntungan dari pelaku pengumpul besar,

pedagang besar dan pengecer memiliki nilai yang sama. Ketiga pelaku

tersebut memiliki informasi yang sama dan dimungkinkan memiliki ikatan

cukup kuat dalam informasi. Penentuan share biaya, margin pemasaran

dan keuntungan, pada umumnya bergantung dari informasi pedagang

besar dan pengumpul besar.

Kemudian untuk broker bawang merah, posisinya berada di hulu

saluran distribusi bawang yaitu diantara penebas dan petani serta diantara

penebas dengan pedagang besar/centeng. Broker bawang merah

biasanya sebagai kaki tangan para penebas dan berperan mencari petani

bawang serta menangani pasca panen sampai dengan barang tersebut

siap dijual sesuai dengan kualitasnya.

Page 42: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 35

Sama dengan broker cabe merah, broker cabe merah juga tidak

melakukan transaksi jual beli, akan tetapi hanya mendapatkan jasa

sebesar Rp 100/kg. Keberadaan broker bawang merah tersebut terjadi

setiap saat dan tidak tergantung pada musim. Mengingat kegiatan broker

bawang merah selalu berhubungan dengan petani, maka keberadaannya

selalu berada di sentra-sentra produksi bawang.

Kemudian broker bawang merah lainnya yang posisinya diantara

penebas dengan pedagang besar/centeng, berperan hanya mencarikan

barang untuk pedagang besar/centeng dari para penebas. Broker tersebut

perannya sama dengan broker cabe merah dengan mendapatkan fee

sebesar Rp 5.000/karung (50 kg).

Gambar 4.2 Jalur Distribusi Perdagangan Bawang Merah

Sementara itu, untuk pedagang perantara lainnya dikatagorikan

sebagai pedagang yang melakukan transaksi. Pedagang perantara

bawang merah yang melakukan transaksi, keberadaannya juga dari hulu

sampai hilir. Pedagang perantara bawang merah yang melakukan

transaksi terdiri dari penebas, pedagang besar/centeng dan pedagang

pengecer yang keberadaanya di pasar-pasar baik tradisional maupun

pasar induk.

Page 43: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 36

Penebas untuk mendapatkan bawang merah pada umumnya

mendatangi petani tanpa melalui kaki tangannya. Kegiatan mencari

bawang petani, pasca panen dari pengeringan, pemilahan/pembersihan

sampai menghasilkan bawang yang siap dijual dilakukan tanpa melalui

broker. Dalam operasional, penebas biasanya menggunakan mobil karena

bawang yang dibeli maupun dijual relatif besar.

Bawang merah yang diperoleh penebas, tidak hanya berasal dari

sentra produksi setempat, tetapi dapat berasal dari daerah lain. Sebagai

contoh penebas di daerah Brebes mandatangkan bawang dari kendal

untuk dijual ke daerah lain. Penebas yang biasanya merangkap sebagai

petani bawang yang sukses di daerahnya menjual bawang sesuai dengan

jenisnya. Umumnya bawang merah lokal hanya dijual didaerah Kramat

Jati, sedangkan bawang merah regol ke pasar Cibitung, Surabaya dan

Bandung.

Transaksi pembelian yang dilakukan oleh penebas bawang merah

antara 10 sampai dengan 30 ton. Jumlah tersebut dapat berasal dari satu

petani bawang maupun lebih. Bawang yang sudah terkumpul biasanya

dijual ke pedagang besar di pasar induk maupun ke pedagang besar yang

berada di sentra produksi. Transaksi penjualan ke pedagang besar di

pasar induk biasanya 1 sampai dua ton. Untuk pedagang besar di sentra

produksi pada umumnya mampu menampung bawang merah cukup besar

dan selanjutnya dijual ke luar daerah/antar pulau maupun kepada industri

makanan yang memerlukan bawang merah.

Bawang merah yang dijual ke luar daerah/antar pulau ditujukan ke

Propinsi Lampung, Palembang dan Kalimantan oleh pedagang antar

pulau. Kemudian pedagang antar pulau biasanya menjual ke agen di

wilayah setempat.

Transaksi jual beli yang dilakukan penebas dilakukan secara tunai,

dan dalam jual beli tersebut, penebas bawang merah mendapatkan marjin

pemasaran sebesar Rp 5.000/kg dengan share keuntungan sebesar 40%

dan shre biaya sebesar 32%. Volume pembelian bawang merah yang

Page 44: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 37

dilakukan pedagang besar di pasar ternyata hanya 1 sampai 2 ton, lebih

kecil dari penebas. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan penebas lebih

kuat dibandingkan dengan pedagang besar di pasar. Sama dengan pola

pembayaran pedagang besar cabe merah, pedagang besar bawang

merah juga melakukan pembayaran secara tempo dan penjualannya ke

pengecer secara tunai. Marjin pemasaran yang diperoleh pedagang

besar bawang merah sebesar Rp 2.000/kg dengan share keuntungan

17% dan share biaya sebesar 6%. Kemudian untuk pengecer bawang

merah, volume pembeliannya berkisar 100 kg dan penjualannya antara 1

sampai 10 kg dengan sistem pembayaran tunai untuk jual maupun

belinya.

Dengan melihat perbandingan antara share biaya dan share

keuntungan diantara para pedagang perantara dalam jalur distribusi

bawang merah, dapat dikatakan yang paling mendapatkan nilai tambah

paling besar adalah penebas karena dengan share keuntungan yang

relatif sama dengan pedagang lainnya (pedagang besar dan pengecer),

namun volume penjualannya paling tinggi.

Khusus petani bawang merah, share keuntungan yang didapat

sebesar 25 - 30% merupakan tebesar diantara lembaga yang terlibat

dalam distribusi bawang merah. Namun demikian mengingat volume yang

diproduksi relatif kecil, maka total keuntungan yang diperoleh jauh lebih

kecil dibandingkan penebas. Sementara itu share biaya yang dikeluarkan

petani bawang merah sebesar 56% terbesar diantara lembaga yang

terlibat dalam perdagangan bawang merah, hal ini berarti petani paling

besar menanggung resiko dibandingkan lembaga usaha lainnya.

Page 45: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 38

Tabel 4.2 Profil Pelaku Usaha Jalur Distribusi Perdagangan Cabe

Merah

Sumber : hasil pengolahan data primer

Berdasarkan penjelasan dari komoditi bawang merah, pedagang

perantara yang memberikan andil besar dalam jalur distribusi yaitu

penebas. Penebas menjadi penentu keuntungan maupun ketersediaan

bawang merah untuk pedagang besar maupun pengecer. Peranan

penebas tidak hanya berkontribusi diwilayah sendiri saja tetapi melakukan

perdagangan bawang merah antar pulau. Penebas memiliki peranan

ganda rantai pasok bawang merah yaitu memberikan kontribusi baik di

hilir maupun di hulu. Dalam rantai pasok bawang merah terdapat irisan

yang dikarenakan adanya peranan ganda dari pelaku penebas. Besarnya

peranan penebas menjadikan ketergantungan bagi pelaku lainnya seperti

pedagang besar/centeng dan pengecer.

Profil Petani Penebas Pedagang Besar Pedagang

Pengecer Skala Usaha besar besar (rata-rata

transaksi

pembelian 10-

30 ton, rata-rata

transaksi

penjualan 1-2

ton)

menengah

(rata-rata

transaksi

pembelian 1-2

ton dan

penjualan 100-

200Kg

Kecil rata-rata

transaksi

pembelian 100Kg,

rata-rata transaksi

penjualan 1-10Kg

Alat

Transportasi Mobil Mobil

Sistem

Pembayaran Beli dan Jual :

Tunai Beli : Tempo,

Jual : Tunai Beli dan Jual : Tunai

Margin

Pemasaran Rp.3000 Rp.5000 Rp.2000 Rp.1500

Share Biaya 56% 32% 6% 6% Share

Keuntungan 25-30% 40% 17% 13%

Page 46: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 39

Informasi biaya maupun keuntungan mengacu pada informasi

pasokan yang ada di penebas. Oleh karena itu perubahan share biaya,

margin pemasaran dan keuntungan didapat dari informasi penebas.

Walaupun informasi bergantung dari penebas, namun penebas memiliki

share biaya, margin pemasaran yang cukup tinggi dibandingkan

pedagang besar dan pengecer. Informasi yang didapat menimbulkan

beban cukup besar yang diterima oleh penebas seperti share biaya yang

cukup besar. Meskipun beban yang diterima oleh penebas relative besar

tetapi mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan pelaku

rantai pasok bawang merah lainnya.

Kemudian pada jalur distribusi daging ayam ras, ternyata

keberadaan broker tidak ditemui pada jalur distribusi komoditi tersebut.

Lembaga usaha yang terlibat dalam distribusi perdagangan daging ayam

ras relatif pendek dibandingkan jalur distribusi cabe merah dan terdiri dari

peternak sebagai produsen (peternak inti/plasma), Rumah Potong Ayam

(RPA), pedagang besar/bandar/tokek dan pengecer.

Ayam ras dari peternak didistribusikan ke RPH maupun ke pedagang

besar dalam bentuk utuh, kemudian dari RPH maupun pedagang besar

menjual dalam bentuk daging ayam utuh perekor maupun ayam potongan

(karkas). Penjualan ayam dalam bentuk utuh maupun potongan dilakukan

juga oleh pengecer. Jumlah pembelian ayam yang dilakukan pedagang

besar cukup besar mencapai 20.000 sampai 30.000 ekor ayam dibayar

secara tunai. Kemudian penjualannya ke RPA sekitar 1.000 sampai 2.000

ekor ayam dibayar secara tempo.

Dari RPA, ayam dijual kepada pengecer dengan volume per

pengecer mencapai 100 ekor dengan pembayaran secara tempo.

Kemudian pengecer menjual kepada konsumen akhir sebanyak 1 sampai

3 ekor. Pembayaran yang biasa dilakukan dari pedagang besar sampai ke

pengecer dilakukan secara tempo namun pembayarannya dilakukan

secara singkat yaitu satu atau dua hari karena daging ayam ras ditingkat

pengecer pada umumnya cepat terjual. Pembayaran tempo yang

Page 47: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 40

dilakukan pedagang pengecer, biasanya ayam diambil pagi hari

sedangkan sorenya baru dibayar.

Pada beberapa daerah yang disurvey, daging ayam rasa

didistribusikan selain ke pedagang besar juga ada yang langsung ke

restoran. Lokasi peternak ayam ke pedagang besar pada umumnya cukup

jauh sehingga diperlukan alat transportasi mobil dan biaya pengangkutan

termasuk sopir bahan bakar serta konsumsi ditanggung pedagang besar.

Dalam melakukan pembelian pedagang besar/bandar pada umumnya

tidak melakukan pemilahan kualitas.

Gambar 4.3 Jalur Distribusi Perdagangan Daging Ayam Ras

Sama halnya dengan cabe merah dan bawang merah, pedagang

perantara daging ayam ras yang teridentifikasi memiliki keuntungan paling

besar berada pada bandar atau pedagang besar. Hal ini dapat diterima

mengingat dengan marjin pemasaran dan tingkat keuntungan yang relatif

sama dengan pedagang lainnya, pedagang besar atau bandar daging

ayam ras memiliki omzet penjualan yang jauh lebih besar dibandingkan

pedagang lainnya (lihat tabel 4.3).

Page 48: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 41

Dilihat berdasarkan skala usaha, pedagang besar/bandar berskala

usaha besar dengan rata-rata transaksi pembelian 20.000-30.000 ekor,

dan rata-rata transaksi penjualan 1000-2000 ekor. Alat transportasi yang

digunakan adalah kendaraan beroda empat. Sistem pembayaran dari

pedagang besar untuk pembelian dalam tunai dan penjualan

menggunakan tempo. Margin pemasaran yang didapat dari pedagang

besar merupakan selisih dari peternak dengan selisih Rp.2000 per ekor.

Share biaya dari pedagang besar sebesar 6% dengan share keuntungan

sebesar 18%.

Skala usaha rumah potong ayam yaitu skala usaha menengah

dengan rata-rata transaksi pembelian 1000-2000 ton dan penjualan 100-

200 ekor. Alat transportasi yang digunakan adalah mobil, kemudian sistem

pembayaran yang dilakukan dalam pembelian secara tunai dan penjualan

menggunakan sistem tempo. Margin pemasaran dari selisih pedagang

besar sebesar Rp.1000 per ekor. Untuk share biaya dan keuntungan sama

dengan nilai yang didapat dari pedagang besar.

Sedangkan pengecer memiliki skala usaha kecil dengan rata-rata

transaksi pembelian 100 ekor dan rata-rata transaksi penjualan 1-3 ekor.

Sistem pembayaran yang digunakan dalam pembelian menggunakan

sistem tunai dan penjualan dalam sistem tempo. Share biaya dari

pengecer sama dengan share biaya rumah potong ayam dan pedagang

besar dan share keuntungan sebesar 17%.

Page 49: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 42

Tabel 4.3 Profil Pelaku Usaha Jalur Distribusi Perdagangan

Daging Ayam Ras

Sumber : hasil pengolahan data primer

Peranan pedagang besar/bandar atau tokek sangat besar untuk

mendistribusikan kepada RPA. Selain melalui RPA, pedagang besar

memberikan cukup besar pula kepada pedagang pengecer. Alur rantai

pasok daging ayam ras berjalan dengan baik apabila adanya kinerja yang

baik dari pedagang besar/bandar atau tokek. Share keuntungan yang

didapat oleh pedagang besar/bandar atau tokek relatif sama dengan RPA

dan pengecer.

Profil Peternak Pedagang

Besar/Bandar

Rumah Potong

Ayam Pedagang

Pengecer Skala Usaha besar (ada

peternak

mandiri dan

ada

peternak

kemitraan)

besar (rata-rata

transaksi

pembelian

20.000-30.000

ekor, rata-rata

transaksi

penjualan 1000-

2000 ekor)

menengah

(rata-rata

transaksi

pembelian

1000-2000 ton

dan penjualan

100-200 ekor

Kecil rata-rata

transaksi

pembelian 100

ekor, rata-rata

transaksi penjualan

1- 3 ekor

Alat

Transportasi Truk Mobil Mobil

Sistem

Pembayaran Beli : Tunai

Jual : Tempo Beli : Tempo,

Jual : Tempo Beli : tempo

Jual : Tunai Margin

Pemasaran Rp.4000 Rp.2000 Rp.1000 Rp.2500

Share Biaya 82% 6% 6% 6% Share

Keuntungan 30% 18% 18% 17%

Page 50: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 43

4.2. Hasil Focus Group Discussion (FGD) Menggunakan Metode

Delphi

FGD dilakukan untuk menggali informasi peranan pedagang

perantara di dalam perdagangan dalam negeri. Informasi yang dicari yaitu

pedagang perantara hanya bertindak sebagai perantara antar dua pelaku

usaha dan juga memiliki peran menentukan harga. Hanya belum diketahui

berapa besar peranannya dalam jalur distribusi yang sering disebut

middleman. Oleh karena itu, perlu mengetahui peranan middleman ini

kepada para pelaku usaha, asosiasi, pengamat pedagang perantara dan

nara sumber. Informasi yang digali dalam bentuk diskusi dengan

menggunakan metode Delphi.

Metode Delphi merupakan metode yang banyak digunakan dan

diterima untuk mengumpulkan data dari responden dalam domain

penelitian mereka. Teknik ini dirancang sebagai proses komunikasi

kelompok yang bertujuan untuk mencapai konvergensi pendapat tentang

isu isu nyata. Tujuan dari teknik Delphi adalah untuk mengembangkan

suatu perkiraan konsensus masa depan dengan meminta pendapat para

ahli, dan pada saat yang sama menghilangkan masalah sering terjadi

yaitu komunikasi tatap muka. Melalui kuesioner yang sudah disediakan

dengan metode Delphi maka para pelaku usaha, asosiasi, pengamat

maupun narasumber dijadikan sebagai responden/ahli untuk menjawab

atau memberikan informasi seputar peranan pedagang perantara.

Pertanyaan dalam kuesioner merupakan jawaban responden/ahli dalam

bentuk setuju atau tidak setuju dan memilih angka sebagai bentuk

besaran setuju atau tidak setuju.

Angka mutu dalam metode Delphi dimulai dari 1 sampai dengan 10.

Apabila para ahli memilih angka lebih dari 5 maka dapat dikatakan setuju.

Semakin tinggi memilih angka tersebut, maka mengarah setuju atas

pertanyaan tersebut. Menggunakan metode Delphi dengan melihat nilai

rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi. Menjawab

pertanyaan dari kuesioner tersebut dilakukan sebanyak dua putaran

Page 51: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 44

dengan kuesioner yang sama. Putaran pertama untuk mengetahui hasil

yang telah dilakukan yang kemudian di cek atau direnungkan kembali di

setiap pertanyaan, apakah sudah benar, sesuai dengan kondisi

dilapangan atau tidak. Oleh karena itu, dilakukan putaran kedua untuk

menjawab kembali dan evaluasi pada jawaban sebelumnya.

Analisis pada bab ini hanya menganalisis metode Delphi pada

putaran kedua yang merupakan hasil yang paling akhir dan terbaik.

Jumlah pertanyaan yang diberikan kepada responden sebanyak sembilan

pertanyaan.Untuk mengetahui hasil dari FGD dengan metode Delphi

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4. Hasil FGD melalui Metode Delphi

Informasi Peranan Pedagang Perantara dalam Perdagangan dalam

Negeri

Pertanyaan Mean Max Min St. Dev

1 4.73 9 1 2.796

2 6.73 10 2 2.724

3 6.27 9 3 2.149

4 4.27 10 1 2.867

5 6.91 10 2 2.256

6 5.00 10 1 2.490

7 7.18 10 4 2.316

8 5.64 9 1 2.656

9 5.45 10 3 2.067

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Pertanyaan pertama mengenai pedagang perantara hanya

melakukan jasa perantara dua pelaku perdagangan dengan melakukan

transaksi jual beli. Berdasarkan hasil Delphi rata-rata menjawab tidak

setuju dengan nilai 4.73. Maksimun menjawab pertanyaan umumnya

menjawab nilai interval sembilan dan minimum satu. Ada beberapa

responden yang menjawab setuju yang menjelaskan middleman hanya

melakukan jasa perantara dua pelaku perdagangan saja, tetapi pada

umumnya menjawab tidak setuju. Beberapa ahli memberikan alasan tidak

Page 52: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 45

setuju dalam pertanyaan ini diantaranya: pedagang perantara umumnya

hanya memasarkan barang hasil panen langsung ke pasar dan langsung

menawarkan harga.

Sedangkan penentuan harga tergantung dari jumlah barang yang

masuk ke pasar. Selain itu, ketidaksetujuan pedagang perantara

melakukan transaksi jual beli dikarenakan akan merugikan para petani

akibat harga jual menjadi tinggi. Kemudian beberapa ahli menjawab setuju

dikarenakan pedagang perantara dapat mencarikan barang yang sesuai

dengan keinginan konsumen. Pedagang perantara memiliki ikatan yang

cukup kuat dengan petani sehingga dengan hal ini hasil panen yang

dipasarkan akan lebih maksimal.

Umumnya posisi pedagang perantara berada di tingkat dua dengan

membeli dari perantara kesatu pada komoditi. Pertanyaan kedua ini

memiliki nilai rata-rata sebesar 6.73 yang cenderung para ahli menjawab

setuju. Dengan nilai maksimum sepuluh dan minimum dua berbagai

alasan para ahli menjawab setuju terhadap posisi pedagang perantara

diantaranya: pedagang perantara sebagai pehubung petani dan

konsumen, namun masih banyak pedagang perantara yang tidak memiliki

modal untuk bertransaksi agar prosentase pengambilan keuntungan tidak

seenaknya. Jadi pengeluaran pedagang perantara dalam melakukan

transaksi dapat terlihat berapa yang dikeluarkan sehingga akan terlihat

keuntungan yang diterima. Pedagang perantara umumnya menguasai

petani dan perantara kesatu yang tidak bisa dihindari.

Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai jalur distribusi yang dimulai

dari petani menjual kepada pengepul setempat atau kepada grosir dan

selanjutnya mendistribusikan kepada pedagang besar. Berdasarkan nilai

rata-rata menjawab pertanyaan ini sebesar 6.27 yang berarti para ahli

pada umumnya setuju dengan jalur distribusi tersebut. Beberapa alasan

dari para ahli tentang jalur distribusi, dimana para petani seharusnya

diberi data untuk mengetahui komoditi dan harga pada tahun-tahun

berikutnya agar lebih stabil. Jalur distribusi dari petani kepada pengepul

Page 53: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 46

akan mempengaruhi harga komoditi pada transaksi selanjutnya. Jalur

pendistribusian tersebut perlu diperketat agar tidak terjadi rantai pasok

yang terlalu panjang.

Kemudian pertanyaan mengenai pedagang perantara umumnya

sebagai penentu harga, umumnya para ahli menjawab rata-rata sebesar

4.27 yang berarti para ahli lebih dari sebagian menjawab tidak setuju.

Para ahli cenderung menjelaskan penentuan harga bukan di pedagang

perantara melainkan transaksi ketika komoditi berada di pasar. Penentuan

harga biasanya tergantung dari persediaan barang yang masuk ke pasar.

Penentuan harga bergantung dari suplai barang yang ditentukan dengan

jumlah barang yang dipasok jadi bukan dari pedagang perantara. Banyak

faktor-faktor yang menentukan harga seperti faktor cuaca, permintaan

konsumen dan kebijakan perdagangan. Jadi pedagang perantara masih

membutuhkan informasi dari pasar sehingga bukan mereka yang

menentukan harga.

Pertanyaan selanjutnya adalah peranan besar pedagang perantara

dalam mempelancar distribusi perdagangan. Nilai rata-rata menjawab

pada pertanyaan ini adalah 6.91, umumnya para ahli menjawab setuju

bahwa pedagang perantara mempelancar distribusi perdagangan. Salah

satu jawaban para ahli yaitu pedagang perantara mempunyai hubungan

yang kuat dengan konsumen dan selalu menjadi partner pedagang

lainnya. Pedagang perantara tidak dipisahkan dengan petani dan

pedagang lainnya. Hal yang tidak disebutkan peranan distribusi

perdagangan yaitu sarana angkutan yang ikut andil dalam mempelancar

distribusi perdagangan dan peranan sarana angkutan tersebut tidak

terlepas dari pedagang perantara. Begitu juga dengan keluar/masuk

barang, dimana pedagang perantara memiliki peranan cukup besar dalam

keluar/masuk barang tersebut.

Peranan cukup besar dari pedagang perantara ini,diakibatkan dari

informasi yang didapat lebih cepat dan pintar membaca peluang adanya

ketersediaan barang. Oleh karena itu akan lebih cepat mendistribusikan

Page 54: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 47

barang ke pedagang besar maupun pasar. Selain itu pedagang perantara

lebih cepat untuk menjual barang laku dipasaran. Disamping itu pedagang

perantara menguasai akses distribusi perdagangan, sehingga

mempermudah bagi pelaku pasar lainnya.

Pedagang perantara menguasi pasar baik secara independen

maupun bekerjasama dengan mempengaruhi harga pasar. Pertanyaan

tersebut memiliki nilai rata-rata sebesar 5.00 yang berarti sebagian para

ahli menjawab setuju. Para ahli umumnya menyebutkan pedagang

perantara hanya bekerjasama saja tanpa menentukan harga. Pedagang

perantara memasarkan barang kepasar dengan kondisi kuantitas dan

kualitas barang tersebut. Apabila kualitas barang tidak begitu baik maka

harga akan lebih murah. Sedangkan persediaan barang sedikit maka

kemungkinan harga menjadi lebih mahal.

Pedagang perantara lebih mengetahui harga di daerah produsen dan

permintaan dari konsumen maka terkadang banyak yang menyebutkan

pedagang perantara mempengaruhi harga pasar. Sebagian besar

pedagang perantara mempengaruhi harga karena peranan pedagang

perantara terhadap akses barang cukup besar. Akses yang cukup besar

tersebut membuat pedagang perantara dapat bekerjasama dengan

anggota lainya dalam mempengaruhi harga pasar. Pada kenyataannya

kerjasama tersebut terjadi ketika barang sudah berada di pasar. Ada

beberapa para ahli menjawab tidak setuju bahwa pedagang perantara

mempengaruhi harga pasar, karena pedagang perantara tidak melakukan

transaksi penjualan akhir sehingga tidak mempengaruhi harga pasar.

Selanjutnya pertanyaan tentang negosiasi harga antara pemasok/

produsen/petani dengan pedagang perantara (middleman). Nilai rata-rata

dalam pertanyaan ini sebesar 7.18, jadi para ahli cenderung menjawab

setuju adanya negosiasi harga antar pemasok dengan pedagang

perantara. Hal ini dikarenakan pedagang perantara memiliki kekuatan

dari aspek informasi dan akses sehingga kuat dalam negosiasi harga.

Salah satu terjadi negosiasi dikarenakan banyak produsen yang

Page 55: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 48

menitipkan barang kepada pedagang perantara atau memberikan

kepercayaan.

Pertanyaan kontrak bisnis untuk jangka waktu tertentu antara

pemasok/ produsen/petani dengan pedagangn perantara. Nilai rata-rata

dalam pertanyaan ini sebesar 5.64, umumnya para ahli menjawab setuju

dengan adanya kontrak bisnis untuk jangka waktu tertentu. Kontrak bisnis

ini semata-mata untuk menghindari terjadinya perubahan harga karena

harga sewaktu-waktu akan berubah. Kontrak bisnis dilakukan untuk

menjaga hal-hal yang tidak diinginkan dengan pedagang besar. Intinya

dengan adanya kontrak bisnis agar ada kepastian jelas dalam transaksi.

Pertanyaan berikutnya yaitu posisi atau daya tawar pemasok/

produsen/petani seimbang dengan pedagang perantara (middleman)

dalam hal negosiasi bisnis. Hasil rata-rata menjawab sebesar 5.45, yang

berarti para ahli umumnya setuju dengan pertanyaan ini. Alasan yang

umum dari para ahli yaitu antara petani dan pedagang perantara harus

ada keseimbangan karena menyangkut kebutuhan atau permintaan

konsumen. Alasan lainnya yaitu perlu ada daya tawar karena ketika tidak

ada daya tawar akan kesulitan untuk memasarkannya. Keseimbangan

posisi daya tawar akibat para pelaku daya tawar sudah mengetahui situasi

dan keputusan berada di tangan produsen, pedagang dan pembeli

/konsumen.

Meskipun masih banyak menjawab pertanyaan yang masih timpang

belum mengarah pada satu persepsi seperti pada pertanyaan satu, empat

dan delapan yang dilihat dari perbedaan nilai maksimum dan minimum

yang sangat jauh tetapi tingkat penyimpangan sudah relative lebih baik

dibandingkan dengan putaran pertama. Dapat dilihat pada tabel dibawah

ini, nilai di putaran pertama lebih besar dibandingkan putaran kedua yang

berarti nilai putaran pertama tingkat penyimpangan lebih besar

dibandingkan putaran kedua. Jadi dapat disimpulkan nilai penyimpangan

pada putaran kedua lebih baik dibandingkan putaran pertama yang

setidaknya sudah mengarah pada satu persepsi para ahli. Dengan hasil

Page 56: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 49

metode Delphi ini akan menjadi bahan acuan untuk kebijakan peran

pedagang perantara komoditas bahan makanan dan penentuan harga

ditingkat konsumen.

Tabel 4.5. Standar Deviasi Hasil FGD melalui Metode Delphi

Informasi Peranan Pedagang Perantara dalam Perdagangan dalam

Negeri

Pertanyaan Putaran Ke 1 Putaran Ke 2

1 3.045 2.796

2 3.133 2.724

3 3.045 2.149

4 2.023 2.867

5 2.386 2.256

6 2.879 2.490

7 2.423 2.316

8 2.646 2.656

9 3.360 2.067

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Page 57: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 50

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Rantai pasok yang terdapat irisan hanya pada komoditi bawang

merah. Peranan penebas memiliki peranan ganda baik di hilir maupun

hulu pada rantai pasok bawang merah. Sedangkan rantai pasok cabai

merah dan daging ayam ras terdapat irisan antara distribusi hilir ke hulu.

Peranan pedagang besar dan pengumpul besar sangat besar pada

komoditi cabai merah. Sedangkan pedagang besar/bandar atau tokek

memberikan peranan besar terhadap distribusi daging ayam ras.

Share biaya pada komoditi cabai merah terbesar terdapat di

pedagang besar, pengumpul besar dan pengecer. Begitu juga dengan

share keuntungan komoditi cabai merah diraih oleh pedagang besar,

pengumpul besar dan pengecer. Share biaya dan keuntungna pada

komoditi bawang merah didominasi oleh penebas, sedangkan share biaya

dan keuntungan dari komoditi daging ayam ras memiliki kesamaan oleh

pedagang besar, rumah potong ayam dan pengecer. Secara umumnya

share biaya dan keuntungan dari setiap komoditi relatif merata dari

masing-masing pelaku.

Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pedagang perantara hanya melakukan jasa perantara dari dua

pelaku dalam transaksi jual beli. Pedagang perantara hanya

sebagai penghubung antara petani dan konsumen, walaupun

dengan seiring waktu peranan pedagang perantara non transaksi

kontribusinya semakin kecil.

2. Mengenai penentuan harga, pedagang perantara tidak menjadi

penentu harga melainkan harga ditentukan dari jumlah barang yang

Page 58: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 51

masuk ke pasar. Jadi penentuan harga bukan dari pedagang

perantara melainkan transaksi komoditi berada dipasar.

3. Jalur distribusi setiap komoditi mengalami perbedaan hanya jalur

distribusi tersebut perlu diperketat agar tidak terjadi rantai pasok

yang terlalu panjang.

4. Pedagang perantara mempelancar distribusi perdagangan karena

tidak dapat dipisahkan dengan petani maupun pedagang lainnya.

Hal ini dikarenakan informasi yang didapat lebih cepat dan pintar

membaca peluang adanya ketersediaan barang.

5. Pedagang perantara menguasai pasar baik secara independen

maupun bekerjasama. Hal ini informasi harga lebih dapat diketahui

oleh pedagang perantara.

6. Dengan mengandalkan kekuatan informasi harga, pedagang

perantara menjadi kepercayaan oleh para pelaku perdagangan

lainnya.

5.2. Rekomendasi

1. Besarnya biaya transportasi oleh para produsen, mengakibatkan

harga yang dikirim ke suatu daerah menjadi berfluktuatif. Jarak

kirim menjadi salah satu kendala komoditi menjadikan harga tidak

stabil. Perlunya peran pemerintah untuk mensubsidi dari biaya

transportasi tersebut. Dengan subisidi ini diharapkan harga

komoditi tidak terlalu berfluktuatif.

2. Berdasarkan isu dan hasil survey peranan pedagang perantara non

transaksi sudah tidak mempengaruhi cukup besar terhadap

perubahan harga. Kondisi pedagang perantara saat ini, setidaknya

akan merubah karakteristik petani dalam memproduksi maupun

pemasaran. Namun permasalahan masih terjadi akibat iklim yang

tidak menentu. Masalah komoditi pertanian seperti perubahan iklim,

degradasi lahan dan cuaca yang tidak menentu perlu melalukan

terobosan baru dengan menggunakan teknologi pertanian.

Page 59: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 52

Teknologi pertanian ini dapat terealisasi dengan cara memberikan

informasi, pengetahuan melalui pelatihan kepada para petani.

3. Besarnya ketergantungan petani terhadap pedagang perantara

membuat rendahnya informasi yang didapat petani dari pemerintah.

Perlunya pelatihan dalam bentuk pengetahuan, informasi tepat

guna yang mudah dipahami oleh para petani.

4. Metode perhitungan biaya dan transaksi harus didapat oleh para

petani, sehingga petani tidak menjadi awam terhadap perhitungan

biaya maupun transaksi. Pendekatan ini harus dilakukan oleh

pemerintah melalui proses pembinaan terpadu dan berkelanjutan.

Page 60: LAPORAN AKHIR - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Kajian_Peran_Pedagang... · dan daging ayam ras lebih banyak dipengaruhi kekuatan suplai dan demand, namun

PUSKA DAGRI, BP2KP, KEMENTERIAN PERDAGANGAN 53

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, berbagai edisi

Bank Indonesia, 2011, Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia

Bank Indonesia, 2014, Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia

Beamon, 1998, Supply Chain Design and Analysis: Models and Methods,

University of Washington, Washington USA

Beamon, 1999, Measuring Supply Chain Performance, University of

Cincinati, Ohio USA

Chanira, Mukti, Andriani, 2012, Kajian Bisnis Sosial Pedagang Perantara

Dalam Upaya Pengembangan Hortikultura Di Jawa Barat, Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Padjadjaran

Emhar, Aji, Agustina, 2013, Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain)

Daging Sapi di Kabupaten Jember, Sosial Ekonomi Pertanian,

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Linstones, Turoff, 2002, The Delphi Method Techniques and Applications,

Portland University and New Jersey Institute of Technology.