kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

28
DOA Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling (Karya: Chairil Anwar)

Upload: utami-trianti

Post on 23-Dec-2014

198.235 views

Category:

Education


8 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

DOA

Tuhanku

Dalam termenung

Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

Caya-Mu panas suci

Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di Pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

(Karya: Chairil Anwar)

Page 2: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Doa”

1. Tema : Ketuhanan.

2. Nada dan Suasana

Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau

sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan

perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.

Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan

betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan

pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca

menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan.

Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini

sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”.

3. Perasaan

Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi

”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu.

Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain:

termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa

berpaling.

4. Amanat

Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat

kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan

Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung

(termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan

pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing”

yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait

terakhir sebagai berikut:

Tuhanku,

Di Puntu-Mu Aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

Page 3: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

KARANGAN BUNGA

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu

“Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

siang tadi”.

Karya: Taufiq Ismail

Page 4: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Unsur Intrinsik Puisi “Karangan Bunga”

1. Tema: Kepahlawanan

2. Amanat

Kita harus menghargai jasa para pahlawan

Kita harus meneruskan perjuangan para pahlawan

3. Sudut Pandang: Orang ketiga

4. Nada dan suasana: Nada sedih menimbulkan suasana duka

5. Tipografi: Bentuknya rapi, terdiri dari 2 bait, bait pertama terdiri dari 4

baris, bait kedua terdiri dari 5 baris.

6. Irama:

Bait pertama bersajak a b c b

Bait kedua bersajak a a a b b

7. Penginderaan/Citraan/Imaji

Penglihatan: bait pertama baris 1-4

bait kedua baris 1-2

bait kedua baris 4-5

Perasaan : bait kedua baris 3

8. Bahasa:

1) Ungkapan/Pilihan Kata

Tiga anak kecil : tiga tuntunan rakyat yang mekar dan baru lahir.

Pita hitam sebagai tanda berduka cita/berkabung.

Kakak kami berarti orang yang dianggap sebagai kakak. ( AR Hakim)

Salemba: markas mahasiswa UI yang tergabung dalam KAMI

2) Majas

Datang ke Salemba: Alegori

Pita hitam pada karangan bunga: Metafora

Page 5: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

BERDIRI AKU

Berdiri aku di senja senyap

Camar melayang menepis buih

Melayah bakau mengurai puncak

Berjulang dating ubur terkembang

Angin pulang menyeduk bumi

Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi

Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung

Naik marak menggerak corak

Elang leka sayap tergulung

Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna

Rindu-sendu mengharu kalbu

Ingin datang merasa sentosa

Menyecap hidup bertentu tuju.

Karya: Amir Hamzah

Page 6: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Unsur Intrinsik Puisi “Berdiri Aku”

1. Tema atau Sense

Tema Umum

Tema umum dari sajak ini adalah kesedihan.

Tema Khusus

Sajak “BerdiriAku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan

penyair dengan suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan

oleh perpisahannya dengankekasihnya dan dia harus pulang ke

Medan dan menikah dengan putrid pamannya. Perasan sedih yang

sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai

disore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat

keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan te;ah

hilang.

2. Feeling atau Rasa

Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam

mengadapi permasalahan hidupnya, sikap pesimis ini mejadikannya

melankolis.

3. Amanat

Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk yang

membacanya supaya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya

dialah yang mampu memberi kepastian dalam kehidupan di dunia ini.

4. Tipograf / Tata Wajah

Tifografi dalam sajak ini penyair memanfaatkan margin halaman kertas

dan dalam penulisan sajak ini. Penyair begitu memperhatikan EYD.

5. Diksi

Kata-kata seperti, senyap, mengurai, mengempas, berayun-ayun dan

sayap tergulung identik dengan kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk

makna kesendirian yang ingin digambarkan pengarang.

Kata “maha sempurna” dalam akhir bait juga merupakan arti konotasi

dari tuhan yang maha sempurna. Kata “mengecap” memiliki arti yang ingin

Page 7: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

dirasakan. Permainan kata-kata yang digunakan yang ditulis memang

sebuah misteri untuk menyembunyikan ide pengarang.

6. Citraan

Sajak Berdiri Aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visualimagery”,

seolah-olah kita melihat suasana pantai yang indah. Dalam kalimat pertama

imaji kita akan merasakan kesejukan dengan kata-kata tersebut tetapi

satyang angin itulah yang menghempaskan harapan dan membawa lari

sehingga yang terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai

citraan yang mampu ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan

apa yang ditulis oleh penyair dengan inderanya sendiri.

Page 8: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

IBU

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau

sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting

hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau

sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku

di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan

lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku

dan ibulah yang meletakkan aku disini

saat bunga kembang menyerbak bau sayang

Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi

aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudra

sempit lautan teduh

tempatku mandi, mencuci lumut pada diri

tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan

namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu

lantaran aku tahu

engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal

Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala

sesekali datang padaku

menyuruhku menulis langit biru

dengan sajakku.

Page 9: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Unsur Intrinsik Puisi “Ibu”

1. Rima, adalah persamaan bunyi yang terdapat pada larik-larik sajak.

Pada sajak “Ibu” tampak terutama berupa dominasi rima akhir, walau

juga terdapat rima tengah.

2. Diksi, yaitu pilihan kata sebagai simbol, hal ini karena bukan makna yang

sebenarnya. Pada sajak “Ibu” terdapat diksi pada kata gua pertapaanku

sebagai simbol makna kehidupan di dalam kandungan. Kemudian kata

pahlawan adalah sebagai simbol seseorang yang telah berjasa besar

dan telah rela berkorban. Kata bidadari juga menyiratkan suatu simbol

kecantikan lahiriah maupun keelokan akhlak/budi pekerti. Dan kata

bianglala adalah pelangi sebagai suatu simbol keindahan.

3. Majas, adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan

kepiawaian penyair. Pada sajak “Ibu” pengarang menggunakan majas

perbandingan yang disebut metafor.

4. Imaji (pencitraan) yakni pembayangan kembali (reproduksi mental suatu

ingatan) terhadap pengalaman sensasional (perasaan) dan pengalaman

persepsional (fikiran). Pencitraan pada sajak “Ibu” berupa imaji visual

yaitu pembayangan kembali pengalaman sensasional-perseptual

terhadap gambaran yang nampak, terdapat pada: sumur-sumur, daunan,

reranting, mataair, airmata, ibu, mayang siwalan, bunga, langit, bumi,

samudra, lautan, lumut, diri, pukat, sauh, lokan-lokan, mutiara, kembang

laut, bidadari, bianglala. Kemudian imaji gerakan yaitu pembayangan

kembali pengalaman sensasional-perseptual yang berhubungan dengan

gerakan, terdapat pada: merantau, mengalir, ronta, meletakkan,

menunjuk, mengangguk, mandi, mencuci, berlayar, menebar, melempar,

ditanya, kusebut, tunjukkan, berselendang, dan menulis.

5. Amanat penyair yang disampaikan dalam sajak Ibu adalah ajakan

menyukuri nikmat karunia Tuhan lewat sosok dan peranan seorang ibu,

yang kasih sayangnya diibaratkan sepanjang jalan bila dibanding bakti

anak yang hanya sepanjang galah.

Page 10: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

KARAWANG BEKASI

Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju

dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan

dan harapan atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji

Page 11: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu

dipanggang diatas apimu, digarami lautmu

Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu

Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

Page 12: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Unsur Intrinsik Puisi “Karawang Bekasi”

1.   Tema

Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema “Perjuangan”

2.   Diksi

Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah

makna konotasi dan makna denotasi

3.    Majas

Majas yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi adalah Majas

Metafora, adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah “Aku sekarang api

aku sekarang laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan

api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.

4.   Rima

Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai berikut :

a) Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}

b) Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa},dan ada

perulangan kata “Kami”

c) Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara

suku”sa” dan “wa”.

d) Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.

e) Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan

bersajak {bab}.

f) Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}

g) Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku

dan kami.

5.   Amanat

Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan

Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.

Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di

daerah yang dianggap kecil.

Page 13: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

SERENADA KELABU

Oleh : W.S. Rendra

 

1

Bagai daun yang melayang.

Bagai burung dalam angin.

Bagai ikan dalam pusaran.

Ingin kudengar beritamu!

2

Ketika melewati kali

terbayang gelakmu.

Ketika melewati rumputan

terbayang segala kenangan.

Awan lewat indah sekali.

Angin datang lembut sekali.

Gambar-gambar di rumah penuh arti.

Pintu pun kubuka lebar-lebar.

Ketika aku duduk makan

kuingin benar bersama dirimu.

Page 14: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

ANALISIS UNSUR INTRINSIK

1. TEMA

Tema dari puisi Serenada Kelabu ini adalah kerinduan yang mendalam

dalam diri seseorang.

2. DIKSI (PILIHAN KATA)

Dalam puisi ini, Rendra menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga

menimbulkan daya / kekuatan yang diinginkannya. Seperti pada bait Ketika

melewati kali terbayang gelakmu. Penyair memilih kata gelak untuk

menggantikan kata tawa, dengan tujuan untuk menambah nilai estetis puisi.

Diksi (pilihan kata) dalam puisi ini cukup sederhana, namun dalam

kesederhanaan itulah letak kekuatan dan keindahan puisi Serenada Kelabu

ini.

4. RIMA

Rima adalah pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi.

Dalam puisi Serenada Kelabu ini, Rendra juga bermain dengan bunyi untuk

mencapai keindahan. Seperti pada bait berikut ini, Rendra memanfaatkan

rima akhir –an untuk menambah nilai estetis puisi.

Ketika melewati rumputan

terbayang segala kenangan.

Rima akhir dengan vocal –i juga membantu menambah nilai keindahan

puisi :

Awan lewat indah sekali.

Angin datang lembut sekali.

Gambar-gambar di rumah penuh arti.

5. TIPOGRAFI

Tipografi adalah penataan bentuk larik / baris dalam puisi yang dapat

menambah aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair. Dalam hal ini, puisi

Serenada Kelabu memiliki tipografi atau bentuk yang biasa, Rendra tidak

melakukan eksperimen pada bentuk puisi. Namun isi dan unsur lain yang

terkandung dalam puisi ini sudah cukup untuk menjadi kekuatan makna dan

ekspresi Rendra.

Page 15: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

Derai-Derai Cemara

Karya :Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh

Terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan ditingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada satu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

1994

Page 16: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI “DERAI-DERAI CEMARA”

1. Tema: perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari kehidupan masa

lalu

2. Rasa: sedih

3. Nada: iba atau merengek

4. Amanat: kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan

setiap manusia akan mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya

tercapai.

5. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan dingin,

sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh

pengarang.

6. Imajinasi: imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi

walaupun menggunakan kata-kata yang sederhana tetapi sangat

menyentuh hati pembaca

7. Kata-kata konkret: kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama,

tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi

pemakainya.

8. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat

sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada

klimaks yang ingin disampaikan

9. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah

10. Rima: unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan

kemerduan puisi, dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada

dan suasana puisi tersebut

Page 17: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

JALAN SEGARA

Di sinilah penembakan

Kepengecutan

Dilakukan

Ketika pawai bergerak

Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak

Negeri ini

Ditembuskan ke punggung

Anak-anaknya sendiri

Karya: Taufik Ismail

Page 18: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI “JALAN SEGARA”

1. Tema: keprihatinan terhadap suatu kondisi Negara.

2. Rasa: prihatin mengingat kejadian yang telah terjadi.

3. Nada: sedih

4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna

konotasi atau tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti

layaknya puisi yang lain.

5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini

sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang

mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan

6. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah

Page 19: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

PADAMU JUA

Habis kikis

segala cintaku hilang terbangpulang kembali aku padamu

seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlappelita jendela di malam gelap

melambai pulang perlahansabar, setia selalu.

Satu kekasihkuaku manusia

rindu rasarindu rupa.

Di mana engkaurupa tiada

suara sayuphanya kata merangkai hati

Engkau cemburuengkau ganas

mangsa aku dalam cakarmubertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasarsayang berulang padamu juaengkau pelik menarik ingin

serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyimenunggu seorang diri

lalu waktu - bukan gilirankumati hari - bukan kawanku.

Karya: Amir Hamzah

Page 20: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI “PADAMU JUA”

1. Tema: penantian

2. Rasa: kesedihan

3. Nada: sedih

4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan

makna konotasi atau tidak menggunakan kata yang sebenarnya

seperti layaknya puisi yang lain.

5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisiini

sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang

mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan

6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah

Page 21: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI

Karya : Taufiq Ismail dari Tirani dan Benteng, 1993

Tidak ada lagi pilihan

Kita harus berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

berarti hancur

apakah akan kita jual keyakinan kita

dalam pengabdian tanpa harga

akan maukah kita duduk satu meja

dengan para pembunuh tahun yang lalu

dalam setiap kalimat yang berakhiran

“Duli Tuanku!”

Tidak ada lagi pilihan

Kita harus berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu,

Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahan hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan

Kita harus berjalan terus

Page 22: Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya

UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI “KITA ADALAH PEMILIK SYAH

REPUBLIK INI”

1. Tema: perjuangan

2. Rasa: semangat

3. Nada: keras dan penuh semangat

4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan

makna konotasi atau tidak menggunakan kata yang sebenarnya

seperti layaknya puisi yang lain.

5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisiini

sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang

mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan

6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah