kumpulan puisi rollzz
TRANSCRIPT
Kubah akhlak sang SenjaOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Duduk muram di kala senjaMeneguk robusta yang masih hangat
Terpekur merenung sahajaTeringat akan dia yang terus berpesta
( dan aku terdiam, mulai mengisi kekosongan )
Memang salah ada pada hambaDan mereka hanya nikmat saja
Keklisean yang sesekali menyapaDianggap akan berputar selamanya
( kenapa, kenapa dan kenapa? Ah biarkan sang akhlak murni nan suci menjawab )
Terus menerus sang akhlak merenungSementara senja asyik berjalan
( Di sini aku terus menunggu, dan coba tuk lepaskan semuanya.... )
Palembang, 12 November 2009, Is Waiting fot Pizza Hut
Selimut Paradoks TerkahirOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Waktu telah mengubah wajahnyaMakin hari makin tua
Melusuhkan kehidupan manusiaKetakutan akhir dunia
Manusia ada berkataKita sudah pada akhirnya
Cemas diri datang melandaMulai cari jalan pada-Nya
Pikiran bagaikan telagaTak kan mampu tampung air lautan
Hanya dia yang tau segalanyaPada manusia jangan gantungkan
Mata ini masih pandangi diriLusuh dan kotor relung hati
Telinga masih dengarkan tuturKata-kata yang menusuk jiwa
Jika ajal menggandeng tangankuAlangkah malunya badan ini
Selimut dan jerat dosa terus menghantuiBangun terasa berat, tidur terus mengerat
Bilamana itu terjadiAku harus sudah putih
Agar menebarkan bau wangiHandai dan Taulan terus pandangi....
Ruang, waktu & cintaOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
AkuTampak baru terbangun
Dari tidur lama hatikuButa mata setelah 2 kisaran
DiaTak tahu apakah mau
Karna ku tak pernah tanyaJembatan hati belum bersatu
EngkauTidak Cuma satu
Bagaikan barisan tentaraTak berdaya, lemaslah kaki
MerekaCemooh saja
Menaruhnya di langitDan aku di bumi
KitaKisah bersama-samaSentuhan penuh rasa
Berlomba ke satu cahya
Kini terulang lagiLentera cinta yang telah kukubur mati
Entah kenapa setetes minyak membasahiBilamana mata menyeberang ke hati
( Only for you, Dragon queen )
Titipan untuk terbangOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Tapaki jalan itu bersamaBagaikan sepasang burung yang ingin terbang tinggi
Perkuat sayap bersamaBagaikan sepasang ayam yang mimpi untuk terbang
Pertajam kuku bersamaBagaikan sepasang harimau yang siap gapai mangsanya
Namun apaHarimau sudah patah taringnyaAyam sudah tunduk jenggernya
Burung sudah kehilangan sayapnya
Hanya kau yang bisa terbangHanya kau yang bisa menerkam
Aku hanya bisa titipkan sahajaSedikit bulu dan geramanku
Tunjukan kemampuanmuUntuk terbang bersama buluku
Untuk berlari bersama geramanku
Dan kembali untuk bersamaku....
( For Someone special, teman seperjuangan-Ku )
Bahasa “untuk” tubuhOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Letih sudah badan iniHabis mandi keran di awan
Setelah penat pikirkan hariSampai sudah di kamar ini
YaKelabu di sana
Tak memiliki selang dengan di sini
Tubuh terlempar sendiriRasakan dan regangkan kepala
leherpundak
terutama pikirandan hati
LelahLelah sekali
entah apa yang terjadihanya ada satu nanti
Lebih baik mata ini kusatukan dahuluMereka sudah sangat merinduDan saat mereka akan berpisah
Kan kutulis ini jadi kisah.........
( After Biology Olympic )
Teras kecil kelabuOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Ubin merah delimaTerbalut debu yang merangkakTerbawa angin yang berlombaMengejar air yang menguap
Mentari, rambut oranye dipangkas habisDitutup kapas yang bergelayut
Sama dengan teras kecil
Bilamana teras kecil berdebuBilamana teras kecil mengusang
Menganga menatap langitMenganga menadah hujan
Tetesan air menghujamLebih dari tusukan jarum
Teras kecil terus menangisKarena ia makin kelabu....
( 18 Maret 2010, boring noon, Gray terrace.... )
Menunggu Awal Yang BaruOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Dari pagi hari kujejakkan kakiHingga petang kembali ke sini
Selalu kuyakinkan kalbu iniAkan cahya terlalu terekspresi
Aku hanya ingin satuTidak seribu
Namun yang tidak kelabuDan akan selalu bertabuh
Sahabat sudah mengambilnyaApa daya jika hilang sudah
Haruskan kuhilangkan nyawanyaHingga darah menjadi saksinya
Tidak ada harapanTidak ada jalan
Tidak ada jalanTidak ada harapan
Semua begitu pelanBisa terlihat oleh mata yang terpejam
Semua berjalan begitu cepatHingga mata hati yang terbuta....
( 27 April 2010, Di dalam penantian berat akan sesuatu....)
Bersama untuk berpisahOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Baru saja kesadaran iniKembali ke pada empunya diri
Akan sunyiAkan sepi
Damai yang tak tertandingi
SendiriBersama
Hampir samaTiada berbeda
Hanya pada jumlah, tidak pada rasa
BilamanaMatahari terbenam
Dia sendiriAwan akan tetap membumbung
Namun menggelap ditinggal mentari
Begitu juga kau kawanTidak lebih dari satu kisaran arloji
Yang ketiga tangannya letih mencari yang ketiga belas
Aku, dia, mereka, kita, dan engkau
Personalisasi, terdiam, terlarutKehidupan yang keras, meleleh oleh satu dimensi
Sunyi, dan sepi.....
( 22 Mei 2010, After be helped by someone to make a remidial picture task )
Angan Menggengam HarapanOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Fajar sang pagi sudah membosanTemani mimpiku tentang dunia
Raga penuh keyakinanTapi luluh sebelum perang
YaAku manusia tak berharga
Semua bungan harapan telah sirnaKulihat ajal melambaikan tangannya
Dan kuingin ikut dengannya
TapiTunggu sejenak
Bunga itu takkan mekar lagiBiarpun ku ke rumah sunyi
Baik, baik dan baiklahTampaknya ku hanya harus berdiri
Dan hamparan bunga akan tersenyum lagi......
( Rewriting poet, 9 June 2010 )
Politikus EdukasiOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Cair, hati ini terlalu cairMemudahkan muslihat menembusnya
Basah, lembabParasit kehidupan gembira di atasku
Membuat lampu gemerlap menertawakanku
“Kenapa tak hentakkan kakimu”AH DIAM!
Hanya me”robot”kanku saja.Aku memberi, tapi dijebak
Aku menolong, tapi dihancurkan
Berdiri dengan senyum sinisBekulah hatiku.
Jangan biarkan kau luluh!Teguh, melawan setan muslihat itu.
Yang memakai topeng, di sepanjang harinya
( A little share, about f*cking b*tch )
Kemurkaan Sang BulanOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Sayap sang pagi telah mengembangMengudara di atas kemuraman dan pesta
Pesta bagi sang matahariDan muram bagi si Bulan
Kenapa siang begitu panjang?Bukankah neraca keadilan di patahkan olehnya?
Sang Bulan terus bersembunyiIa ingin jadi matahari
Bulan hanya terus berdiamDuduk, melihat pesta bergemericik bagai air
Dia hanya sendiri, berteman bintang yang seburuk dia
Ya tunggu saja malam tiba,Dan semua pesta akan terdiam
( Aku dicampakkan, dalam kelam, tak dianggap.........)
Wanita dalam pelangiOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Tinta cair sudah diubahSerpihan cahaya berwarna warni
Kutulis semua lorong hidupkuWalau gelap tetap kucari
Apakah mereka pernah melihatSaat semua menjadi kelabu
Ku takut tuk tatap dirimuKamar matamu, dirimu
Ini semua kisah kitaAir mata dan gelombang cinta
Ku tak mengertiApa kau akan masih ada di sini
Jika nanti ku mati suriKu harap engkau tetap menanti
( 02 June 2010, special for you.... )
PartiturOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Kutelah coba tuk bayangkanRangkaian nada penyambung nyawa
Pola hitam berbenderaMeloncat girang di garis bertingkat
Terkadang lama, ia memudar
Setan datang mengoyak partiturSaat baru menekan papan nada
Saat baru memetik senarSaat baru meniup suling
Kurelakan sajaPiano, gitar, dan sulingku
Ia akan membawa bahtera manusiaBagaikan nur ke arah pelangi.........
( I know, i can’t be like them, compete in a big competition, intuition...... )
Merpati dan PelangiOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Rambut panjang teruraiPermadani menjulur dari kayangan
Menyatu bersama embunAku dan dia bertemu mata
Semampai angin sepoi-sepoiTatapan sepanas api
Tangan lembut bagaikan kapasHari tersenyum cemerlang
Pada aku dan dia
“Sebentar aku pergi”Senyuman pelega hati
Sampai kapan kau akan pergi?Kapanpun, kita tetap sehati....
( Go, go and bring my heart )
Riak menjadi cerminOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Kuingin mengayuh sampanMenyeberangkan kau kawan
Kuingin membimbingmuMenyeberangi ujung awan kelabu
Kulihat di riak airAku akan dijatuhkanKulihat pada pelangi
Aku akan dicelakakan
Lebih baik kukayuh sendiriLebih baik kutuntun diriku sendiri
Riak penolongku hari iniPelangi penjuru ku kali ini
Biarlah engkau tenggelam matiBiarlah kau tersesat sepi...
( Betrayal, want to betrayed me? Go assh*le )
Naturalisasi EmosiOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Satu tarikan napasTidak, dua. Bahkan tiga
Satu decak kagumTidak, dua. Bahkan tigaSatu kehendak dari-NyaTidak dua, apalagi tiga.
Bagai air laut di telagaMeluaplah ia semua
Dan semua ini di benak manusiaTumpah ruah tak terpikirkan
Pohon yang berbaris rapiBatu cadas yang melengkung senangLembah curam yang berbatu tajamdan kawan panas bermandikan uap
Pesisir timur, pesisir baratIngin kutapaki dan menjejakkan debu
Ini tak ada di tanahku, rumahkuTidak kan bosan mataku memandangnya
Apa daya manusiaSemua dipunya, semua bisa
Namun jika waktu tak bersahabatSeakan ia berlari menyeret kita
Kembali ke duniaYang fana, kejam
Munafik, melelahkanEgois
Berbeda dengan pohon yang berbarisDan batu cadas yang selalu melengkung
Menghormati pada sesama
( After a trip to Bandung, A great one )
Batas Yang FanaOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Batas antara kau dan akuHanya terlihat jika kita bersama
Jika aku dan diaMulai membangun jembatan perasaaan
Batas antara kau dan diaSamar terlihat saat bersama
Jika aku dan kauBerbicara tentang angin yang mengudara
Batas antara aku dan diaTakkan pernah terlihat
Sampai kapanpun kau mencarinyaBerdiri hingga membungkuk
Jika kau dan diaBerbicara bagai merpati yang berkicau
Melati ini memang untuknyaDan mawar ini mungkin untukmu
Indah, namun menyakitkanKarena kita tak bisa berjalan lebih jauh
Tak bisa mencari ujung pelangi
Aku adalah dia, bukan kauDia adalah aku, bukan kau
Dan kau bukanlah aku dan dia...
( Dedicated to my friend sake, a triagle love )
Noda Ujung Pelangi Song by : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Wahai engkau merpatiKutunggu kau di sini
Dari sang mentari meninggiHingga tertidur terbawa mimpi
Wahai engkau merpati1 abad telah ku menanti
Kuingin engkau segera sadariBahwa ku tetap di sisi
TerbanglahTerbanglah ke arah PelangiDan kau pun kan menemui
Sebuah cinta sejati
MerpatiTinggalah engkau di sini
Di dalam relung hatiDan tak ada lagi
Noda Ujung Pelangi
Ku mulai meratapiEngkau yang tak ada di sini
Kucari di empat penjuru dimensiNamun tak kutemukan eksistensi
Kukira kau pergiDi sisa hidupku yang tak berarti
Kupikir kau hilangBagaikan hidupku yang diujung karang
Tanpamu....
Kilau Malam Terakhir
Malam ini kita masih bersamaEsok Ibu telah pergi, untuk sebuah cita-cita
Banyak kenangan yang tak bisa dihapus begitu sajaDi kala bersamamu
Untaian senyum, sapamu IbuSelalu menyejukkan hati kami
NamunEsok semua itu hanyalah kenangan
Sebuah kota yang telah menantimuYang Ibu songsong dengan senyum suka citaSemoga Ibu selalu di lindungi Sang Tri Ratna
Selamat jalan IbuSukses selalu, dan berkat sertamu.
Sabbe satta bhavantu SukhitataSemoga semua makhluk hidup berbahagia
Tangisan Putri FajarOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Dia menangis di tengah fajarKontras dengan jangkrik yang bernyanyi riang
Air matanya jatuh sebelum embun pagiTangisannya mengalahkan ayam yang bermimpi
Aku berlari mencari dirimuBerteman udara pagi yang menyelinap di sela rusuk
Melewati lorong-lorong kumuh di pinggiran kotaNamun semua itu tak sia-sia
Kutemukan dirimu sedang membasuh wajahSetelah meratap kelamnya dunia
“Hidup tak adil” Itu katamuTapi aku akan menjadikan semuanya adil
“Hidup ku tak berarti” Itu katamuTetapi arti hidupmu lebih dari arti hidupku
“Aku bagai siang tak bermentari” Itu katamuKarena kau tak merasakan hangat mentari dalam tubuhku.
“Malam-malamku terasa kelam, hitam” Itu katamuPadahal kau lah bintang yang tersenyum di setiap malamku.
“Benarkah itu?”Bibirku takkan berdusta saat menatap diriku
Mataku tak kan bergeming saat kau menari di hadapanku
Namun jantungku selalu berhenti saat kau pergiNamun nafasku selalu tersengal saat kau tak perdulikan aku
Namun kakiku tak dapat bergerak saat kau berhenti nyanyikan lagumu
Kembalilah seperti yang duluTersenyumlah Pelangi-ku
Dan merpati akan kembali bernyanyi riang Dan langit akan bermegah karena kau ada di sini
Cinta Yang BertuanOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Inikah yang kau inginkanDariku yang kau dapatkan darinya
Senda tawa dan kejujuranMengungkap semua dimensi dan pribadi
Bagai sebuah teater kolosalMemainkan piano yang berdebu dan biola tak berdawai
Aku tak kau hiraukanAku tak kau dengarkan
Memainkan gitar yang tak bersenarDan suling yang tak berlubang
Aku kau anggap anginYang berhembus di sela-sela kesedihanmu
Aku duduk di sudut kamarkuMerenungi apa yang telah kubuat
Kurasa tidak ada yang salahHanya masalah waktu yang tak dapat kugoreskan di hatimu
Aku belum siapSaat itu aku belum siap
Untuk mengungkapkan sebuah rasaYang lebih luas dari Tanah Hijau di negeri antah berantah
Yang lebih dalam dari relung hati manusia
Ia mengendapMasih berusaha merias diri agak elok di depanmu
Tapi kau terlalu cepatCepat untuk berlalu
Berlari mengibaskan debu pada kenangan selama ini
Sekarang, dua mata ku ini melihat dirimu yang berbedaDengan senyum untuk orang yang berbeda
Dengan tangan yang menggenggam jemari orang yang berbedaDan uraian katamu yang terucap
Semua itu bukan untuk aku
Kereta Telah Usai
Tak kan pernah ada lagi kereta yang akanLewat setelah ini
Dan
Takkan pernah ada lagi yang dudukDi Gerbong kereta apiSemua itu telah usai
Bapak telah tiba kembali di kota iniDi kampung halaman
Selamat Datang Bapak ErlanggaKita bersatu kembali dalam karya
Yang besar adanya untuk BCA
Pemaksa Vs MotivatorOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Lolongan anjing telah bergantiAyam berkokok dengan gagahnya
Membuktikan bahwa mentari telah kembaliMemaksa kembali ke problema sepanjang hari
Lagi-lagi hidup terus bercabangBagai anak sungai yang tak tentu muaranya
Kali ini aku harus memilihWalaupun ku tau aku tak sendiri
Ini pilihanProblema juga pilihan
Isak tangis dan rintihan juga pilihanJadi kenapa aku takut memilih?
Karena aku butuh merekaTentara yang berbaris tegap dengan segala dukungan
Menegakkan tulang punggungku dengan semangat merekaMotivator, ya itu kata-kata untuk mereka
Berbeda dengan begundal di ujung sanaBermodal bedil egoisme dan peluru duniawi
Hati-hati dengan tatap mata dan tangan dinginnyaDia ilmuwan yang gila, dengan segala perkakas perusak jiwa
Kau kan diperalat, digerakkan dengan tali ilusi ciptaannyaMenari-nari di atas jerat keinginannyaDia seorang parasit, pemaksa namanya
Yang patut untuk ditolak, dan membuat khatam seluruh niatnya
Kadang, kabut tebal menyelubungi keduanyaHingga tentara terkadang disangka begundal
Tak ayal begundal berselimut tentaraHanya nurani yang ikhlas dapat melihat mereka
Dengan jernih, sejernih mata air di lereng pegunungan...
Berteman Sang BulanOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Aku hidup sendiriDi usiaku yang telah senja ini
Di saat matahari hidupku mulai tenggelam
Setiap pagiAku hanya berteman dengan nur sang suryaYang menerobos dari jendela tua kamarku
Dan kucoba bersahabat dengan suara kokok ayam jantan
Setiap SiangAku berteman dengan gemericik air
Yang diterpa ribuan bangau putihSerta angin yang bergemuruh
Yang menggoncangkan atap kamarku
Setiap soreAku berteman kicau burung walet
Yang terbang bersamaSangat paradoks dengan diriku
Yang hidup sendiri, bahkan tak bersama serpihan debu
Setiap malamAku berteman sang bulan
Yang selalu memberikanku semangatKetika ku merasa tidak ada yang membutuhkanku
Yang selalu memberikanku pujianKetika aku bernyanyi sumbang untuknya
Tapi semua itu tidaklah selamanyaSang Surya dan Bulan saling menggantikanBangau putih dan walet terbang bergantian
Karena aku memang pada awalnyaTak berteman, tak berkawan
Hidupku telah tergambar dalam sebuah kanvas putihHanya ada aku di situ
Tanpa ekspresiKarena kesedihanku pun telah mati....
( Setelah bakti sosial ke Panti Werdha Kenten dengan teman-teman. Miss this time guys )
Bangku Kelabu, Saksi Bisu Cinta yang KelamOleh : Rolando Agustian Halim ( The Death Serenade )
Aku selama ini duduk di dekatmuSangat dekat hingga kudengar setiap detak jantungmu
Dan kurasakan setia hembus nafasmu
Aku selama ini memandangi dirimu dengan lekatSangat lekat hingga kulihat goresan kerja kerasmu
Dan air mata kesedihanmu
Aku selama ini berdoa untukmu dengan penuh harapSangat berharap, hingga kau tersenyum di setiap harimu
Dan selalu tertawa melihat hasil karyamu
Kau selama ini duduk di dekatkuWalau dekat kau tak pernah bicara dengaku
Dan menyentuhkan jemarimu di kulit ku
Kau tahu selama ini aku memandangimuWalau tahu kau tak pernah membalasku dengan matamu
Yang berbinar saat dulu kau menatapku
Kau selalu berhasil karena doakuWalaupun kau berhasil aku tak pernah kau hargai
Dan aku selalu dianggap sebagai seseorang yang gagal
Sekarang kau pergiDengan dusta di bibir dan matamu
Aku benci ituAku benci dirimu
Kalau angin dapat menyampaikan pesanku untukmuHanya satu yang ingin kukatakan
PERGILAH BERSAMA BERKATKU
( Kau mengajak perangku hari ini....)
Ada rasa senang tak terperikanYang kutemukan di layar kaca duniawi ini
Bercerita tentang langit yang biruDan air yang mengalir di sungai
Sudah lama aku berjuangDengan rasa sakit yang tak terperikan
Menahan rindu memandangi bulanDi setiap senja yang merah merona
Seperti para pujangga klasikKau adalah bunga
Dan aku adalah kumbang
Tapi kita berbedaKau adalah bunga yang hidupTerkadang kau bermahkota
Terkadang kau tidak
Dan itu hanya untukkuKuingin hanya milikku
Mahkotamu yang indah rupawanYang kukejar sejak pelangi belum terlihat
Sehabis hujanSesudah badaiSetelah petir
dan tangisan sang putri fajar....