konsep diri

58
PROPOSAL HUBUNGAN KOMPONE KONSEP DIRI DAN CEMAS DENGAN PASIEN STROKE DI RUANG SARAF RSUD MATTAHER JAMBI OLEH : TRI SUDIRMAN SANTOSO NPM : 2011 21 070 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM

Upload: tri-sudirman

Post on 18-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Diri

PROPOSAL

HUBUNGAN KOMPONE KONSEP DIRI DAN CEMAS DENGAN

PASIEN STROKE DI RUANG SARAF

RSUD MATTAHER JAMBI

OLEH :

TRI SUDIRMAN SANTOSO

NPM : 2011 21 070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM

JAMBI

2014

Page 2: Konsep Diri

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................................

C. Tujuan Penelitian...............................................................................

D. Manfaat Penelitian.............................................................................

E. Ruang Lingkup..................................................................................

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Konsep Stroke

1. Deskripsi ...................................................................................

2. Pengertian Stoke Non Hemoragik............................................

3. Klasifikasi..................................................................................

4. Etiologi......................................................................................

5. Patofisiologi...............................................................................

6. Faktor resiko stroke....................................................................

B. Konsep Diri

1. Defenisi ......................................................................................

2. Komponen Konsep Diri..............................................................

3. Tahap Perkembanagan Konsep Diri...........................................

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhhi Konsep Diri......................

5. Kriteria Kepribadian yang Sehat................................................

6. Respons Psikologis Terhadap Stres............................................

1) Gangguan Kecemasan umum dan Panik ............................

Fobia ............................................................................ Gangguan Obsesif Konfulsif .......................................

2) Memahami Gangguan Kecemasan .....................................

Page 3: Konsep Diri

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep...............................................................................

B. Defenisi Operasional..........................................................................

C. Hipotesis............................................................................................

D. Desain Penelitian...............................................................................

E. Lokasi Penelitian...............................................................................

F. Populasi dan Sample.........................................................................

G. Instrumen Penelitian.........................................................................

Daftar Pustaka

Page 4: Konsep Diri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditengan perkembangan zaman khususnya negara indonesia, berbagai

perkembangan teknologi diberbagai bidang termasuk informasi semakin mudak

diperoleh, sehingga dapat meniru kebbiasaan negara barat yang dianggap cerminan

hidup modern. Gaya hidup yang serba instan menjadi pilihan warga kota seperti

mengkonsumsi makanan siap saji. Selain itu budaya yang terkenal juga dengan

makanan olahan santan, dan daging ditambah dengan tidak membudidayakan

olahraga disebagian masyarakat indonesia, yang juga tidak kalah pentingnya menjadi

faktor penyebab penyakit berbahaya seperti penyakit stroke.

Menurut taksiran WHO, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit

utama penyebab kematian didunia. Sementara dieropa dijumpai 650.000 kasus stroke

setiap tahunnya (sutrisnno, 2006). Jumlah penderita styroke menningkat setiap

tahunnya, bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang

muda pada usia produktif (anderson, 2008).

Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan

sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh

misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan

arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen

ke otak menurun yang menyebabkan terjadinya infark.

Seringkali stroke diikuti oleh gangguan psikologis termasuk gangguan konsep

diri yang terjadi karena dua faktor. Faktor pertama adalah pada penderita stroke

terjadi sumbatn atau pecahnya pembbuluh darah diotak yang menyebakan jalur

komunikasi kedaerah tersebut menjadi terhambat dan gagguan fungsi perasaan

Page 5: Konsep Diri

sehingga gangguan suasana perasaan dan tingkah laku. Penelitian yang dilakukan oleh

bergersen (2010) dinorwegia yang meneliti tentang kecemasan dan depresi 2 sampai 5

tahun pasca stroke menemukan bahwa deengan menggunakan the hospital depresion

scale (HADS) mengidentifikasi 36% mengalami kecemasan dan 28% mengalami

depresi.

Perubahan-perubahan psikologis terhadap penyakit kronis berdampak

terjadinya perubahan psikologis yang negatif yang menyebabkan seseorang terganggu

emosinya, sehingga penderita stroke non hemoragik akan mengalami cemas, reaksi

cemas ini timbul diakibatkan dampak dari reaksi yang berlebihan dan karena

perubahan pada dirinya membayangkan kematian yang akan terjadi padanya.

Gangguan kecemsan adalah sekelompok gangguan dimana kecemasan

merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum gangguan kecemasan panik)

atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan prilaku maladaftif tertentu

(gangguan jobik dan gangguan obsesif-konflusif).

Secara tidak langsung perubahan psikologis yang negatif ini pula berdampak

terhadap gangguan konsep diri.konsep diri terdiri atas gambaran diri, ideal diri, haraga

diri, identitas diri, peran diri. Haraga diri merupakan Gambaran diri atau citra diri

mencakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik,

struktur dan fungsinya (A. Aziz Alimul H, 2009). Ideal diri merupakan persepsi

seseorang tentang bagaiman ia berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau

nilai personal tertentu (stuart & sundeen, 1998).

Harga diri merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis,

sejauh mana menarik prilaku memenuhi ideal diri. Identitas diri merupakan kesadaran

akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan

sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai kesatuan yang utuh. Peran diri

Page 6: Konsep Diri

merupakan serangkaian prilaku seseorang yang diharapkan masyarakat atau

lingkungan sosial yang sesuai dengan fungsi orang tersebut diberbagai kelompok

sosial, misalnya sebagai orang tua, atasan, anak, teman dekat,dan sebagainya.

Rumah sakit umum daerah mattaher jambi adalah rumah sakit umum tipe B

plus pendidikan dan merupakan rumah sakit rujukan dengan cakupan wilayah kerja

propinsi jambi. Berdasarkan hasil wawancara serta oservasi yang dilakukan peneliti

diruang saraf tidak pernah dilakukan pengkajian psikologis pasien padahal pelayanan

yang diberikan perawat bersifat holistic yaitu biopsikososial dan spritual. Perawatan

yang diberikan perawat hanya terpusat pada pengukuran TTV dan pengobatan medic

sehingga untuk masalah psikologis pasien tidak terdeteksi.

Dari sejumlah wawancara 8 dari 10 orang diantaranya didapatkan beberapa

orang pasien mengungkapkan meraka merasa cemas terhadap stroke yang dialaminya

saat ini karena meraka takut bahwa stroke yang mereka alami tidak akan sembuh total

dan meninggalkan kecacatan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“hubungan komponen konsep diri dan cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di

ruang saraf RSUD Mattaher Jambi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui

“ Apakah terdpat hubungan komponen konsep diri dan cemas dengan pasien stroke

Non-Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi ?”

Page 7: Konsep Diri

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan komponen

konsep diri dan cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di ruang saraf RSUD

Mattaher Jambi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan gambaran diri dengan pasien stroke Non-

Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi

b. Untuk mengetahui hubungan ideal diri dengan pasien stroke Non-Hemoragik

di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi

c. Untuk mengetahui hubungan harga diri dengan pasien stroke Non-Hemoragik

di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi

d. Untuk mengetahui hubungan identitas diri dengan pasien stroke Non-

Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi

e. Untuk mengetahui hubungan peran diri dengan pasien stroke Non-Hemoragik

di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi

f. Untuk mengetahui hubungan cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di

ruang saraf RSUD Mattaher Jambi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Mattaher Jambi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi tenaga perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan secara holistic yaitu biopsikososial dan spritual.

Sehingga masalah psikologis pasien dapat dideteksi secara cepat dan tepat serta

Page 8: Konsep Diri

memilih jenis intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah psikologis yang ditemui

pada pasien.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan ilmu dalam meningkatkan dan

menambah referensi bidang keperawatan khususnya di bidang keperawatan jiwa.

3. Bagi Peneliti Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dan menjadi informasi bagi profesi keperawatan dalam pemberian asuhan

keperawatan terhadap pasien pasca stroke yang sangat rentan mengalami

gangguan emosional dan psikologis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengguanakan disain

cross sectional yaitu penelitian yang suatu waktu. Penelitian dilakukan di ruang saraf

RSUD Mattaher jambi yang bertujuan untuk mengetahui komponen konsep diri dan

cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi.

Penelitian inin dilakukan agar dapat merawat pasien stroke, populasi penelitian ini

adalah......Pasien Stroke. Cara pengambilan sampel menggunakan total sampling.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan kuisioner. Penelitian ini

dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi-square. Penelitian

ini akan dilakukan pada bulan desember.

Page 9: Konsep Diri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stroke

1. Deskripsi

Cerebrovasculer accident (CVA) merupakan penyakit sistem persarafan yang

paling sering di jumpai. Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan

gejala sisa akibat stroke pada setiap tingkat umur, tetapi yang paling sering pada

usia 75-85 tahun. Pada bagian ini terminologi CVA akan dipakai sebagai istilah

umum. Banayak ahli saraf dan bedah saaraf penyebab CVA paling sering adalah

trombosis, emboli, dan hemoragik. Stroke merupakan bagian dari CVA. Stroke

klinis merujuk pada perkembanagn neurologis defisit yang mendadak dan

dramatis. CVA dapat di dahului oleh beberapa faktor pencetus dansering kali

berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabkan masalah penyakit

vaskuler termasuk penyakit jantung, hipertensi, diabetes, obesitas, kolesterol,

merokok, stres, dan gaya hidup.

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

neorologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara tepat dan cepat. Stroke

merupakan kelainan fungsi otak yang timbulmendadak yang disebabkan

terjadinya gangguan peredaran darah otak yang bisa terjadi pada siapa saja dan

kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat

merupakan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya

ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi

otak.

Page 10: Konsep Diri

Pada kenyataannya, banyak klien yang datang kerumah sakitdalam keadaan

kesadaran yang menurun (koma). Keadaan seperti ini memerlukan penanganan

dan perawatan yang bersifat umum, khusus, rehabilitas, serta rencana pemulangan

klien. Mengetahui keadaan tersebut, maka peran perawat bekerja sama dengan tim

kesehatan lain sangat dibutuhkan baik masa akut maupun sesudahnya. Usaha yang

dapat dilaksanakan mencakup pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai dari

promotif, prefentiv, kuratif, sampai dengan rehabilitatif.

Menurut WHO, stroke adalah adaya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematiantanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Hendro Susilo, 2000). Stroke adalah

kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinnya suplai darah ke bagian

otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Stroke dibedakan menurut patologi yaitu : stroke

hemoragik, dan non hemoragik.

2. Defenisi Stroke Non Hemoragik

Stroke merupakan iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi

saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di padi hari. Tidak terjadi

perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya

dapat timbul edema sekunder. Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH)

merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses

patologis pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar

seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral

sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan terjadinya

infark. Sedangkan menurut Pahria, (2004) Stroke Non Haemoragik adalah cedera

Page 11: Konsep Diri

otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan

trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di

tubuh.

Dari beberapa pengertian stroke diatas, Penyusun menyimpulkan stroke non

hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh

sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis,

arteritis, trombus dan embolus.

Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan).

Stroke akibat trombosis serebri

Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya

penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang

makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak

lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik (japardi,

2002)

Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada

prosesoklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal (caplan, 2000).2)

Emboli serebri selain oklusi trombotik pada tempat aterosklerosis arteri

serebral, infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul

dari lesiatherematus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal.

Gumpalan-gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar

dan dibawa ke tempat-tempat lain dalam alirran darah.

Hiperperfusi sistemik pengurangan perfusi sistemik dapat

mengakibatkan kondisi siskemik karena kegagalan pompa jantung atau

proses perdarahan atau hipovolemik (caplan, 2000). Berkurangnya

Page 12: Konsep Diri

aliran darah keseluruhan bagian tubuh karena adanya gangguan denyut

jantung.

3. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik

dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :

TIA . gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit

sampai beberapa jam. Gejala yang timbul akan hilang secra spontan

dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam

Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan

neurologi terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat

berjalan beberapa 24 jam atau beberapa hari

Stroke komplet. Gangguan neurologis yang tibul sudah menetap atau

permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh

serangan TIA berulang

4. Etiologi

Stroke iskemik dapat dikarenakan oleh pembentukan trombus localatau

fenomena embolic, mengakibatkan oklusi dari arteri otak. Aterosklerosis,

terutama dari vaskular serebral, merupakan faktor penyebab dari kebanyakan

kasus stroke iskemik, walaupun 30% adalah kriptogenik. Emboli bisa muncul baik

dari arteri intra atau ektrakranial (termasuk lingkungan aorta) atau seperti yang

terjadi dalam 20% dari semua stroke iskemik, hati. Emboli kardiogenik dapat

terjadi jika pasien bersamaan menderita fibrilasi atrium, penyakit jantung katup,

atau berbagai kondisi lain dari jantung yang dapat menyebabkan penbentukan

gumpalan. Membedakan antara emboli kardiogenik dan penyebab lain dari stroke

Page 13: Konsep Diri

iskemik adalah penting dalam menentukan jangka panjang dari farmakoterapi

pada pasie yang diberikan (Dipiro, 2005)

5. Patofisiologi

Stroke akibat trombosis srebri trombosis diawali dengan adanya kerusakan

endotel, sehingga tampak jaringan kolagen dibawahnya. Proses trombosis terjdi

akibat adanya interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah, akibat

adanya kerusakan endotel pembuluh darah.endotel pembuluh darah yang normal

bersifat antitrombosis, hal ini disebabkan karena adanya glikoprotein dan

proteoglikan yang melapisi sel endoteldan adanya prostaksilin (PG12) pada

endotel yang bersifat vasodilator dan inhibisi platelet agregasi.

Pada endotel yang mengalami kerusakan, darah akan berhubungan dengan

serat-serat kolagen pembuluh darah, kemudian akan merangsang trobosit dan

agregasi trombosit dan merangsang trombosit akan mengeluarkan zat-zat yang

terdapat di dalam granula-granula didalam trombosis dan zat-zat yang berasal dari

makrofak yang mengandung lemak. Akibat addanya reseptor pada trombosit akan

menyebabkan perlekatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah.

Otak yang hanya merupakan 2 % dari berat badan total, menerima perdarahan

15% dari cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang di perlukan untuk

manusia, sebagai energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal.

Energi yang diperlukan berasal dari metabolisme glukosa, yang disimpan di otak

dalam bentuk glukosa atau gllikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit,

dan memerlukan oksigenuntuk metabolisme tersebut, lebih dari 30 detik.

Gambaran EEG akan mendatar, dalam 2 menit aktivitas jaringan otak berenti,

Page 14: Konsep Diri

dalam 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan lebih dari 9 menit,

manusia akan meninggal.

Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa untuk

pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na-K ATP ase,

sehingga membran potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang CES

sementara ion Na dan Ca berkumpul didalam sel. Hal ini menyebabkan

permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga membran depolirisasi. Saat awal

depolilarisasi membran sel lebih reversibel, tetapi jika menetap terjadi perubahan

struktual ruang menyyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera

apabila perfusi menurun di bawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila

aliran darah berkurang hingga dibawah 0,10 ml/100gr. Menit.

Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan

fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan

edema serebral yang ditandai pembekalan sel, terutama jaringan glia, dan

berakibat terhadap mikro sirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi

vaskuler dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadinya

perluasan daerah iskemik (japardi, 2002).

Emboli serebri dapat diakibatkan dari embolisasi dari arteri di sirkulasi pusat

dari berbagai sumber. Selain gumpalan darah, agregasitrombosit, fibrin, dan

potongan potongan plak atheromatus, bahan-bahan emboli yang diketahui masuk

ke sirkulasi pusat termasuk lemak, udara, tumor, atau metastasis, bakteri dan

benda asing. Tempat yang paling terserang embolus serebri adalah ateria serebri

media, terutama bagian atas (shah, 2005).

Emboli akan lisis, pecah atau utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah

distal dan bergantung pada ukuran, komposisi, konsistensi dan umur plak tersebut

Page 15: Konsep Diri

dan juga bergantung pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan pada

pembuluh dara tersebut (terutama 10 pembuluh darah di otak) akan menyebabkan

matinya jaringan otak, dimana kelainan ini bergantung pada adanya pembuluh

darah yang adekuat (japardi, 2002).

6. Faktor Resiko Pada Stroke

Menurut Smeltzer, 2002 faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke non

hemoragik yaitu :

a. Faktor resiko terkendali

Beberapa faktor resiko terkendali yang menyebabkan stroke non

hemoragik sebagai berikut :

Hipertensi

Penyakit kardiovaskuler, embolisme serebral yang berasal dari

jantung, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi

ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrasi atrium), penyakit

jantung kongestif.

Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke.

Kolesterol tinggi

Infeksi

Obesitas

Peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark serebral

Diabetes

Kontrasepsi oral (khusunya dengan disertai hipertensi, merokok, dan

estrogen tinggi

Penyalahgunaan obat (kokain)

Page 16: Konsep Diri

Konsumsi alkohol

b. Faktor resiko tidak terkendali

Beberapa faktor resiko tidak terkendali yang menyebabkan stroke non

hemoragik sebagai berikut :

Usia, merupakan foktor resiko independen terjadinya strok, dimana

refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi.

Faktor keturunan / genetic

B. Konsep Diri

1. Defenisi

Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya

dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).

Menurut Potter (2005) konsep diri merupakan kerangka acuan yang yang

mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang

lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat

menjadi sumber stress atau konflik.

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui

individu tentang dirinyadan mempengaruhu individu dalam berhubungan dengan

orang lain (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Konsep diri merupakan bagian dari masalah psikososial yang tidak didapat

sejak lahir, akan tetapi akan dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang

terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai denngan

tahap perkembangan psikososial seseorang (A. Aziz Alimul H, 2009).

Page 17: Konsep Diri

2. Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri terdiri dari lima komponen sebagai berikut :

a. Citra Tubuh

Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubhnnya secara sadar dan

tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,

dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu ( Tarwoto& Wartonah,

2006).

Gambaran diri atau citra diri mencakup sikap individu terhadap

tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur dan fungsinya (A. Aziz

Alimul H, 2009).

Citra tubuh merupakan cara individu mempersepsikan tubuhnya

sendiri, secara sadar atau tidak sadar yang meliputi penampilan fisik serta

struktur, fungsi dan potensi tubuh berikut bagian-bagianya. Perasaan mengenai

citra tubuh mencakup hal-hal yang terkait dengan seksualitas, feminitas atau

maskulinitas, keremajaan, kekuatan, dan kesehatan. Contoh bagian tubuh

yang berhubungan dengan, tinggi badan, berat badan, dan tanda- tanda

kehamilan skunder ( misalnya, menstruasi, mamae, pertumbuhan rambut, dan

perubahan suara).

Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi sikap dan respons orang

lain terhaddap dirinnya. Sebagian lagi di pengaruhioleh eksplorasi oarang

tersebut terhadap diri sendiri. Selain itu, citra tubuh juga di pengaruhi oleh

faktor sosial budaya. Norma-norma yang diterima luas didalam masyarakat

dapat mempengaruhi persepsi orang mengenai citra tubuh, misalnya citra

Page 18: Konsep Diri

tubuh yang berhubungan dengan berat badan ideal, warna kulit ideal, tindik

tubuh, dan tato.

Citra tubuh seseorang berdampak penting terhadap aspek psikologis

orang tersebut. Individu yang dapat menerima dan menyukai bagian-bagian

tubuhnya akan merasa aman, tidak cemas, dan memiliki harga diri yang tinggi

hingga dapat mencapai kesuksesan dalam hidup.

b. Ideal Diri

Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan

standar prilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

Ideal diri merupakan persepsi seseorang tentang bagaiman ia

berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu

(stuart & sundeen, 1998). Pembentukan ideal diri dimulai dari masa kanak-

kanak. Hal ini dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam

memberikan tuntunan dan harapan, misalnya orang tua, guru atau teman.

Ideal diri dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah ambisi,

keinginan untuk sukses, keinginan untuk melampauin orang lain, kebutuhan

yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, dan

rendah diri.

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan

analisis, sejauh mana menarik prilaku memenuhi ideal diri. Jika individu

selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami

cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri sendiri

dan orang lain.

Page 19: Konsep Diri

Harga diri adalah penilaian individu tentang dirinya dengan

menganalisis kesesuaian antara prilaku dan ideal diri. Harga diri yang tinggi

dapat di peroleh melalui penghargaan baik dari diri sendiri maupun dari orang

lain. Orang yang memiliki harga diri yang tinggi akan tetap merasa penting

dan beharga walaupun ia melakukan kesalahan atau kegagalan.harga diri ini

dapat menjadi rendah ketika seseorang kehilangan penghargaan, rasa hormat,

dan kasih sayang dari orang lain atau ketika ia menjalani hubungan

interpesonal yang buruk. Harga diri seseorang dapat ditinggalkan dengan

beberapa cara, antara lain dengan mengatakan ia dicintai dan disayangi,

memberinya kesempatan untuk berhasil, mendorongnya untuk beraspirasi,

memberinya gagasan, dan membantunya membentu koping.

d. Peran Diri

Peran diri adalah pola sikap prilaku nilai yang diharapkan darai

seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.

Peran adalah serangkaian prilaku seseorang yang diharapkan

masyarakat atau lingkungan sosial yang sesuai dengan fungsi orang tersebut

diberbagai kelompok sosial, misalnya sebagai orang tua, atasan, anak, teman

dekat,dan sebagainya.

Setiap peran berhubungan denngan pemenuhan harapan-harapan

tertentu. apabila harapan tersebut terpenuhi dan sesuai dengan ideal diri, rasa

percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, apabila harapan tersebut

tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan ideal diri, harga diri seseorang akan

turun dan konsep diri akan terganggu.

Posisi seseorang di dalam masyarakat dapat menjadi stresor terhadap

peran. Stres peran dapat timbul karena struktur sosial yang menyebabkan

Page 20: Konsep Diri

kesukaran atau karena tuntutan posisi yang tidak dapat dilaksanakan. Stres

peran ini terdiri atas :

Konflik Peran : keadaan yang muncul karena peran yang dijalani

berlawana atau tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, seseorang

wanita karier akan mengalami konflik peran ketika suaminya dipindah

tugaskan ke luar kota dan berharap istrinya itu ikut bersamanya.

Ketidakjelasan Peran : keadaan ketika seseorang mendapatkan peran

yang kabur dan tidak sesuai dengan prilaku yang diharapkan. Sebagai

contoh, seseorang yang berstatus sebagai guru, tetapi praktiknya tidak

pernah mengajar siswa karena pendidikannya masih DIII.

Ketidaksesuain Peran : keadaan seseorang berada dalam peralihan dan

menggubah nilai serta sikapnya.

Peran Berlebihan : keadaan ketika individu menjalankan banyak peran

dalam kehidupannya.

e. Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber

dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep

diri sebagai kesatuan yang utuh.

Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu

kesatuan yang utuh. Identitas diri mencakup hal-hal yang nyata seperti nama

dan jenis kelamin serta hal-hal yang tidak nyata seperti nilai, keyakinan dan

karakter. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa

yang didengar seseorang dari orang lain mengenai dirinnya.

Page 21: Konsep Diri

Identitas diri terbentuk sejak bayi dan kanak-kanak secara bersamaan

dengan pembentukan konsep diri dan terus berlanjut seumur hidup, tetapi pada

dasarnya merupakan tugas utama pada masa remaja.

Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi dan

merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan

mencakup orientasi seksual.

3. Tahap Perkembanagan Konsep Diri

Konsep diri tidak muncul dengan sendirinya, tetapi terbentuk sebagai hasil

individu dengan orang lain. Perkembanagn konsep diri dapat dibagi dalam

bebrapa tahap, yaitu sebagai berikut.

a. < 1 tahun

Belajar bahwa diri mereka, secara fisik, terpisah dan berbeda dari

lingkungan sekitar

Menumbuhkan rasa percaya diri konsistensi dalam interaksi

pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orangtua atau orang

lain.

b. 1-3 tahun

Kemandirian dalam berpikir dan bertindak meningkat sehingga dapat

mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai.

Menghargai penampilan dan fungsi tubuh

Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru,

dan bersosialisasi

c. 3-6 tahun

Mengenali jenis kelamin

Page 22: Konsep Diri

Memiliki inisiatif

Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga

Kesadaran diri meningkat

Keterampilan berbahasa meningkat, termasuk pengenalan akan

perasaan, misalnya senang kecewa, dan marah

d. 6-12 tahun

Identitas seksual menguat

Menyadari kekuatan dan kelemahan diri

Harga diri dan kepercayaan diri meningkat karena menguasai

keterampilan baru, misalnya matematika, olagh raga dan musik

Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga

tidak dominan

e. 12-20 tahun

Menerima perubahan tubuh akibat proses pertumbuhan dan

perkembangan

Merasa positif atas berkembangnya konsep diri

Belajar menentukan masa depan

Belajar mengenai sikap, nilai, dan keyakinan

Berinteraksi dengan orang yang menurutnya menarik secara seksual

dan intelektual

f. 20-40 tahun

Merasa stabil dan positif mengenai diri

Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang lain

Berhasil menjalin transisi peran

Tanggung jawab meningkat

Page 23: Konsep Diri

g. 40-60 tahun

Dapat menerima perubahan fisik dan ketahanan tubuh akibat proses

penuaan

Mengevaluasi ulang tujuan hidup

Merasa nyaman dengan proses penuaan

h. > 60 tahun

Merasa positif mengenai hidup dan makna hidup

Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhhi Konsep Diri

a. Lingkungan

Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain adalah kondisi masyarakat

di sekitar individu. Masyarakat yang berpikiran terbuka dan berpendidikan

akan menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan masyarakat yang

tertutupdan tidak berpendidikan akan menghambat perkembangan konsep diri.

b. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan

Dukungan mental dan perlakuan terhadap anak akan mempengaruhi konsep

diri anak tersebut. Seiring dengan perkembangan tubuh, faktor-faktor yang

mempengaruhi konsep diri ikut berubah. Kegagalan selama masa tumbuh

kembang ini akan membentuk konsep diri yang kurang memadai.

c. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan,dan pertumbuhan

anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

d. Budaya

Page 24: Konsep Diri

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya,

dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak

lebbih dekat pada lingkungannya

e. Sumber eksternal dan internal

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhdap

konsep diri. Pada sumber internal misalnya, misalnya orang yang humoris

koping idividunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya, adanya dukungan

dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.

f. Pengalaman sukses dan gagal

Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri

demikian pula sebaliknya.

g. Stresor

Kemampuan mengatasi stresor akan memperkuat konsep diri seseorang.

Kegagalan dalam mengatasi stresor dapat mengakibatkan respons maladaftif,

misalnya menarik diri, kecemasan, atau penyalahangunaan obat. Orang yang

gagal menangani stres dapat mengalami depresi, mudah tersinggung, merasa

bersalah, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi konsep diri mereka.

f. Usia, keadaan sakit, dan trauma

Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya. Kondisi sakit

dapat memengaruhi konsep diri. Sebagai contoh, seseorang yang sakit kanker

dan menjalani kemoterapi terkadang akan mengalami kerontokan rambut yang

parah. Hal ini dapat menurunkan konsep diri orang tersebut karena ini merasa

dirinya tidak menarik sehingga mempengaruhi cara ia bertindak dan menilai

diri sendiri.

Page 25: Konsep Diri

5. Kriteria Kepribadian yang Sehat

a. Citra tubuh positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai

akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.

b. Idea dan relitas

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup

yang dapat dicapai.

c. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam

hidupnya

d. Harga diri tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai

seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan

apa yang ia inginkan

e. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan

orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat memercayai dan

terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.

f. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam

mencapai tujuan.

6. Respons Psikologis Terhadap Stres

Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah, dan

kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya

Page 26: Konsep Diri

cemas mengikuti ujian karena kawatir nilainya buruk. Ada 4 tingkatan kecemasan,

yaitu :

a. Cemas ringan

Cemas ringan berhubungna dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan

sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan

berhati-a=hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ringan seperti

sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada

lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas,

kosentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak

dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.

b. Cemas sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih

berpokus kepada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

Respons cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,

rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,

susah tidur dan perasaan tidak enak.

c. Cemas berat

Pada cemas berat lahan persepsi sangat menyempit, seseorang cenderung

memikirkan hal yang kecil, saja dan mengabaikan hal yang penting.

Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak

pengarahan/ tuntunan.

Respon cemas berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan,

Page 27: Konsep Diri

lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah,

bloking, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.

d. Panik

Panik tahap ini lahan persepsi telah terganggu ehingga individu tidak dapat

mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun

telah diberikan pengarahan.

Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit

dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir

logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking,

kehilangan kendali, dan persepsi kacau.

Gangguan kecemsan adalah sekelompok gangguan dimana kecemasan

merupakan gejala utama ( gangguan kecemasan umum gangguan

kecemasan panik) atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan

prilaku maladaftif tertentu (gangguan jobik dan gangguan obsesif-

konflusif). Kecemasan menjadi merusak jika orang mengalaminya dari

pristiwa yang oleh sebagian besar tidak dianggap stres.

1) Gangguan Kecemasan umum dan Panik

Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap

hari, dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut

atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung

bereaksi secara berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Tidak

mampu santai mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepela,

pening, dan jantung berdebar-debar adalah keluhan fisik yang paling

sering ditmukan. Selain itu terus-menerus merasa takut akan

kemungkinan masalah dan mengalami kesulitan untuk berkosentrasi

Page 28: Konsep Diri

atau mengambil kepetusan. Saat individu pada akhirnya mengambil

keputusan, hal ini menjadi sumber kekuatiran lain (“apakah saya telah

mempertimbangkan semua kemungkinan akibatnya?” atau “apakah

terjadi bencana”).

Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga

mengalami serangan panik. Selama serangan panik, individu merasa

pasti bahwa sesuatu yang menajubkan terjadi. Perasaan ini biasanya

disertai dengan gejala tertentu seperti jantung berdebar-debar, sesk

napas, berkeringat, tremor otot, pingsan, dan mual. Gejala biasanya

terjadi akibat eksitesi cabang simpatik dan sistem saraf otonomik dan

merupakan reaksi yang sama yang dialami orang lain saat sangat

ketakutan. Selama serangan panik yang parah, orang merasa takut

bahwa dirinya akan mati.

Orang yang mengalami kecemasan umum dan gangguan panik

mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka merasa

ketakutan. Jenis kecvemasan ini kadang-kadang dinamakan “free-

floating” (melayang bebas) karena tidak dipicu oleh peristiwa tertentu;

namun terjadi dalam berbagai situasi.

Peryataan yang tertulis dalam tabel adalah penjelasan yang

diberikan individu yang mengalami tingkat kecemasn yang tinggi secra

kronis. (dari Sarason & Sarason, 1989.)

Tabel 3

Pernyataan Kecemas

Pernyataan Individu yang mengalami kecemasan

Page 29: Konsep Diri

Saya sering terganggu oleh debaran jantung saya

Gangguan yang kecil saya menjadikan saya gelisah dan jengkel

Saya sering merasa takut tanpa alasan yang jelas

Saya merasa cemas terus menerus dan hal ini menjadikan saya

putus asa

Saya sering kali diserang kelelahan dan keletihan yang menyeluruh

Sulit bagi saya untuk memutuskan sesuatu

Saya selalumerasa takut terhadap sesuatu

Saya merasa gugup dan merasa setiap saat

Saya sering merasa tidak dapat mengatasi kesulitan saya

Saya mearsa terus menerus tegang

a) Fobia

Berbeda dengan ketakutan samar-samr yang dialami oleh

penderitagangguan umum, ketakutan pada gangguan fobik, lebih

spesifik. Orang yang berespon dengan ketakutan yang kuat pada

stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian besar orang tidak

dianggap berbahaya dikatakan penderita fobia. Individu biasanya

menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional tapi merasa

cemas (mulai dari kekawatiran yang kuat sampai panik) yang dapat

dihilangkan hanya dengan menghindari objek atau situasi yang

ditakutinya.

Banyak dari kita memiliki suatu atau dua ketakutan yang

irasional pada ular, serangan, dan ketinggian adalah yang paling

umum. Tetapi, ketakutan bbiasanya tidak didiagnosis sebagai

gangguan fobik kecuali mengganggu kehidupan sehari-hari.

Contoh gangguan fobik adalah seorang wanita yang merasa takut

berada ditempat tertutup yang menyebabkan tidak dapat masuk ke

eleva-tor atau seorang pria yang merasa takut ditempat ramai yang

Page 30: Konsep Diri

menyebabkan-nyatidak dapat menonton bioskop atau berjalan

ditempat ramai.

DSM-IV membagi gangguan fobik menjadi, tiga katagori luas :

fobia spesifik, fobia sosial, dan agorafobia. Fobia spesifik adalah

raa takut terhadap objek, hewan atau situasi tertentu. fobia sosial

merasa tidak pasti dalam situasi sosial dalam mengalami ketakutan

yang berat yang memalukan dirinya. Agorafobia adalah fobbia

yang paling umum pada orang yang mencari bantuan profesional.

b) Gangguan Obsesif Konfulsif

Obsesi adalah instrusi persistem pikiran, bayangan atau inpula

yang tidak diundang yang mennimbulkan kecemasan. Kompulasi

adalah dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

tidakan atau ritual tertentu yang menurunkan kecemasan.

2) Memahami Gangguan Kecemasan

Kita tidak tahu mengapa sebagian orang mengalami kecemasan

kronis, tetapi reaksi mereka tampaknya mencerminkan perasaan

ketidak- adekuatan dalam situasi yang mereka merasa mengancam.

Setalah memahami gangguan mental yang dijelaskan di atas, teori

tentang kecemasan di pusatkan pada konflik internal, respons belajar,

terhadap peristiwa eksternal, kognisi maladftif, dan faktor biologis.

Dan sudut pandang psikoanalitik, fobia adalah acar untuk

mengatasi kecemasn dengan mengalihkannya ke objek atau situasi

yang dapat dihindari.

Page 31: Konsep Diri

Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi konsep diri :

Lingkungan Tingkat pertumbuhan dan

perkembangan Tingkat perkembangan dan

kematangan Budaya Sumber eksternal dan internal Pengalaman sukses dan gagal Stresor Usia, keadaan sakit, dan trauma

Konsep Diri :

Citra Tubuh Ideal Diri Harga Diri Peran Diri Identitas Diri

Faktor Resiko Pada Stroke

1. Faktor resiko terkendali Hipertensi Penyakit kardiovaskuler Berbagai penyakit jantung

berpotensi untuk menimbulkan stroke.

Kolesterol tinggi Infeksi Obesitas Peningkatan hemotokrit

meningkatkan resiko infark serebral

Diabetes Kontrasepsi oral Penyalahgunaan obat Konsumsi alkohol

2. Faktor resiko tidak terkendali Usia

Faktor keturunan

Pasien StrokeRespons Psikologis Terhadap Stres :

a. 4 tingkatan kecemasan

Page 32: Konsep Diri

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

kosep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan di lakukan

(Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka

teori yang ditemukan sebelumnya pada bab II terlihat pada faktor instrisik (konsep

diri) dan faktor ekstrinsik (cemas) berhubungan dengan pasien stroke. Berdasarkan

teori diatas, maka kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 berikut

ini :

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Respons Psikologis Terhadap Stres :

a. 4 tingkatan kecemasan

Page 33: Konsep Diri

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Defennisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No. Variabel DefenisiOperasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala ukur

1. Variabel IndependenPasien stroke

Non Hemoragik

Kuisioner Mengisi Kuisioner

Ordinal

1. Variabel dependen

Konsep Diri

semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain

Kuisioner Mengisi Kuisioner

2 = tinggi, jika hasil ukur > Mean/Median 1= rendah jika hasil < Mean/Median

Ordinal

2. Cemas respons emosional

Kuisioner Mengisi 2 = tinggi, jika hasil ukur >

Ordinal

Konsep Diri

Cemas

Pasien Sroke

Page 34: Konsep Diri

terhadap penilaian tertentu

Kuisioner Mean/Median 1= rendah jika hasil < Mean/Median

C. Hipotesis

1. Ada hubungun antara komponen konsep diri dengan pasien Stoke non hemoragik

di ruang saraf RSUD mattaher jambi

2. Ada hubungan antara cemas dengan pasien Stoke non hemoragik di ruang saraf

RSUD mattaher jambi

D. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan peneliti kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional yaitu penelitian yang digunakan dalam suatu waktu. Artinya subyek di

observasi satu kali dan pengukuran independen dan dependen dilakukan pada waktu

bersamaan. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja RSUD Mattaher Jambi di kota jambi

dan penelitian ini di lakukan pada bulan desember.

F. Populasi dan sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalh keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini populasinya adalah pasien rawat jalan dan

rawat inap RSUD Mattaher Jambi.

Page 35: Konsep Diri

2. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami stroke. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian mengunakan teknik total sampling.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Citra. Jakarta.

Siti & Zuyina, 2010. Psikologi Kesehatan. Nuha Medika. Jogyakarta

Sharif la ode, 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Jogyakarta

Saputra lyndon, 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara. Pamulang

Wartonah & Tarwoto, 2006. Kebbutuhan dasar Manusia. salemba Medika.

Jakarta

Aziz, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Funda Mental Keperawatan, Edisi 4. EGC.

Jakarta

Wahyu dkk, 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

persarafan. Jakarta

Page 36: Konsep Diri

Muttaqin Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem persarafan. Salemba Medika. Jakarta

Smeltzer C. Suzanne & Brunner Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah, EGC. Jakarta

Kisi-kisi Perayataan Kuisioner Kecemasan

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya sering terganggu oleh debaran jantung saya

2. Gangguan yang kecil saya menjadikan saya gelisah dan

jengkel

3. Saya sering merasa takut tanpa alasan yang jelas

4. Saya merasa cemas terus menerus dan hal ini menjadikan

saya putus asa

5. Saya sering kali diserang kelelahan dan keletihan yang

menyeluruh

6. Sulit bagi saya untuk memutuskan sesuatu

7. Saya selalumerasa takut terhadap sesuatu

8. Saya merasa gugup dan merasa setiap saat

9. Saya sering merasa tidak dapat mengatasi kesulitan saya

10. Saya mearsa terus menerus tegang

Page 37: Konsep Diri

Kisi-kisi pernyataan Konsep Diri

No

.

Variabel Indokator Pernyataan

1. Konsep Diri Citra diri Saya merasa sehat

Saya memiliki tubuh yang ideal

Saya memiliki tinggi badan dan

berat yang ideal

Saya dapat beraktivitas dengan

baik

Saya merasa nyaman dengan

kondisi saat ini

Ideal diri Saya dapat melakukan aktivitas

seperti biasa

Saya percaya diri dengan kondisi

saat ini

Saya merasa takut dengan kondisi

Page 38: Konsep Diri

saat ini

Harga diri Saya merasa takut untuk

bersosialisasi

Saya ingin kembali bersosialisasi

Saya hanya ingin melakukan

aktivitas dirumah saja

Penampila

n Peran

Saya merasa terbebani dengan

kondisi seperti in

Saya merasa tidak seperti di usia

muda

Identitas

diri

Saya merasa takut dengan kondisi

seperti ini

Saya merasa cemas dengan

kondisi seperti ini

Saya seperti kehilangan identitas

saya