ketersediiaan hayati na diklofenak

Upload: liya-agustina

Post on 14-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    1/10

    J MS Vol. 2 No. 2, hal. 47 - 56, Oktober 1997

    47

    Profil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan

    Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik

    Yeyet C. Sumirtapura1), Herwanto Suhalim2) dan Weda Wibawati2)1)

    Jurusan Farmasi Fakultas MIPA ITB, Bandung2)

    Bagian Penelitian & Pengembangan P.T. Sanbe Farma, Bandung

    Diterima tanggal 20 April 1997, disetujui untuk dipublikasikan 27 September 1997

    Abstrak

    Telah diteliti profil ketersediaan hayati tiga macam tablet natrium diklofenak salut enterik

    (DR-50, FR-50, dan VN-50) pada 6 sukarelawan sehat Indonesia dengan disain percobaancara silang lengkap ("three-way crossover design"). Hasil yang teramati menunjukkan

    adanya perbedaan kecepatan dan efisiensi absorpsi yang diberikan oleh masing-masing

    sediaan. Lag-time yang dihasilkan oleh masing-masing sediaan bervariasi dari 1-2 jam untuk

    DR-50, 0,5-2 jam untuk FR-50, dan 1,5-2 jam untuk VN-50. Kadar puncak dalam plasma 1,16

    + 0,59, 2,06 + 1,03 dan 0,68 + 0,3 g/ml dicapai dalam waktu 3,3 + 1,4, 1,9 + 0,9, dan 3,8 +

    1,2 jam setelah pemberian DR-50, FR-50 dan VN-50. Luas di bawah kurva kinetik adalah

    3,81 + 1,60 g/ml.jam untuk DR-50, 3,87 + 0,89 g/ml.jam untuk FR-50, dan 3,13 +1,33

    g/ml.jam untuk VN-50. Waktu paro eliminasi natrium diklofenak yang teramati bervariasi

    dari 2,1 - 6,9 jam dengan rataan 3,7 + 1,5 jam.

    AbstractPharmacokinetic and bioavailability studies of three enteric coated 50-mg sodium diclofenac

    tablets marketed in Indonesia (DR-50, FR-50 and VN-50) have been carried out in six healthy

    Indonesian volunteers with three-way crossover design. The results obtained showed that

    there were significant differences in the bioavailability parameters of the three products

    tested. The lag-time observed varied from 1 to 2 hours for DR-50, 0.5 to 2 hours for FR-50,

    and 1.5-2 hours for VN-50. Peak plasma levels of 1.16 + 0.59, 2.06 + 1.03, and 0.68 + 0.3

    g/ml were reached in 3.3 + 1.4, 1.9 + 0.9, and 3.8 + 1.2 hours following administration of

    DR-50, FR-50 and VN-50, respectively. The area under the curve given by each product were

    3.81 + 1.60 g/ml.hr for DR-50, 3.87 + 0.89 g/ml.hr.for FR-50, and 3.13 + 1.33 g/ml.hr for

    VN-50. The elimination half life of diclofenac observed varied from 2.1 to 6.9 hours with a

    mean value of 3.7 + 1.5 hours.

    1. Pendahuluan

    Natrium diklofenak adalah suatu senyawa anti-inflamasi non-steroid yang bekerja

    sebagai analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Senyawa ini sangat merangsang lambung

    sehingga untuk mencegah efek samping ini bentuk sediaan oral (tablet) natrium diklofenak

    disalut enterik1,2)

    .

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    2/10

    48 JMS Vol. 2 No. 2, Oktober 1997

    Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungan dengan

    farmakokinetiknya, dan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu bentuk sediaan ditentukan

    oleh ketersediaan hayatinya (bioavailabilitasnya). Bioavailabilitas suatu senyawa obat darisediaannya ditentukan/dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti: kualitas dan sifat

    fisiko-kimia bahan baku zat aktif yang dipakai, jenis dan komposisi bahan pembantu, teknik

    pembuatan, dll.3,4)

    . Dengan demikian, sediaan-sediaan obat yang mengandung zat aktif yang

    sama dalam bentuk sediaan yang sama ("pharmaceutical equivalent") tetapi diproduksi oleh

    pabrik yang berbeda bisa menghasilkan efektivitas klinik yang berbeda.

    Dengan demikian maka pengujian ketersediaan hayati obat-obatan, khususnya yang berupa

    sediaan padat dan digunakan secara sistemik, menjadi penting untuk dilakukan untuk menjamin

    efektivitas obat yang bersangkutan. Apa lagi untuk suatu tablet salut enterik, karena barier yang ada

    untuk terjadinya absorpsi obat menjadi lebih kompleks. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas,

    dalam penelitian ini telah dilakukan suatu penelitian profil ketersediaan hayati dari tiga sediaan tablet

    natrium diklofenak salut enterik yang beredar dalam perdagangan di Indonesia.

    2. Bahan dan Metode

    2.1 Produk uji

    Tablet natrium diklofenak yang dicoba adalah tiga sediaan tablet natrium diklofenak

    50 mg salut enterik sbb.: DR-50 (no. batch 221002), FR-50 (no. batch 0391368), dan VR-50

    (no batch 133920). Semua produk yang diuji terlebih dahulu diperiksa mutunya berdasarkan

    persyaratan yang ada, terutama yang menyangkut persyaratan tablet salut enterik6-7)

    dan

    semuanya memenuhi persyaratan.

    2.2 Subyek

    Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang sukarelawan sehat

    Indonesia yang berumur antara 20 s/d 33 tahun, bobot badan antara 46 s/d 57 kg), dengan

    tinggi badan yang bervariasi antara 154-166 cm, seperti dapat dilihat pada tabel 1.

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    3/10

    JMS Vol. 2 No 2, Oktober 1997 49

    Tabel 1. Karakteristik Sukarelawan

    Subyek No.Umur

    (tahun)Bobot badan

    (kg)Tinggi Badan

    (cm)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    33

    29

    26

    22

    20

    22

    57

    46

    57

    57

    52

    50

    159

    154

    162

    159

    166

    160

    Rata-rata

    S.D.

    25

    5

    53

    5

    160

    4

    2.3 Pemberian obat

    Obat diberikan sekitar pukul 7.30 pagi dengan segelas air putih setelah sukarelawan

    berpuasa selama satu malam. Sukarelawan tidak minum obat lain selama minimal satu minggu

    sebelum percobaan dimulai dan selama percobaan berlangsung. Setiap sukarelawan menerima

    masing-masing obat dalam dosis tunggal (satu tablet 50 mg) dengan jarak pemberian 2

    minggu dan diatur secara cross-over(three-way crossover design).

    2.4 Sampling

    Sampel darah diambil beberapa menit sebelum pemberian obat dan dalam satu seri

    waktu sampai 8 jam setelah pemberian dengan memakai Venoject vacuum blood collector

    yang mengandung heparin. Plasma dipisahkan dan langsung dianalisis atau disimpan beku

    pada suhu -20C sebelum dianalisis.

    2.5 Penentuan kadar

    Kadar senyawa utuh asam diklofenak bebas dalam plasma ditentukan secara

    kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) setelah diekstraksi terlebih dahulu dengan pelarut

    organik. Kadar asam diklofenak dihitung sebagai natrium diklofenak.

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    4/10

    50 JMS Vol. 2 No. 2, Oktober 1997

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    5/10

    JMS Vol. 2 No 2, Oktober 1997 51

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    6/10

    52 JMS Vol. 2 No. 2, Oktober 1997

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8

    Waktu (jam)

    Kadarzatdalamplasma(ug/ml

    FR-50

    VN-50

    DR-50

    Gambar 1. Perkembangan kadar asam diklofenak dalam plasma (rata-rata pada 6 sukarelawan)

    setelah pemberian masing-masing sediaan.

    2.6 Perhitungan parameter ketersediaan hayati

    Parameter ketersediaan hayati dan parameter farmakokinetik lain ditentukan

    berdasarkan data eksperimental (tanpa pemodelan farmakokinetik). Waktu paro eliminasi

    diestimasi dari fase eliminasi dengan cara regresi linier dengan memakai kinetika eliminasi

    orde satu.

    3. Hasil Percobaan dan Pembahasan

    Perkembangan kadar asam diklofenak dalam plasma setelah pemberian masing-masing

    sediaan pada tiap sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1, sedangkan parameter

    bioavailabilitas dan parameter farmakokinetik lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.

    Dari tabel dan gambar tersebut terlihat bahwa semua tablet natrium diklofenak salut

    enterik yang dicoba memperlihatkan adanya lag-time, yang menunjukkan adanya hambatan

    pelepasan obat karena adanya salut enterik, tetapi kecepatan munculnya asam diklofenak

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    7/10

    JMS Vol. 2 No 2, Oktober 1997 53

    dalam plasma berlainan untuk tiap macam sediaan obat yang dicoba. Tablet FR-50

    memberikan lag-time yang singkat (antara 0,5 sampai 1 jam) sedangkan untuk tablet DR-50

    dan VR-50 lag-time yang teramati jauh lebih lambat (di atas 1 jam), dan yang paling lambatadalah yang diberikan oleh VR-50 (di atas 1,5 jam).

    Dilihat dari segi ketersediaan hayati, tablet VR-50 yang memiliki lag-time yang paling

    besar menghasilkan ketersediaan hayati yang paling kecil. Luas di bawah kurva (AUC) yang

    dihasilkan adalah 3,81 + 0,86, 3,87 + 0,89 dan 3,13 + 1,33, berturut-turut untuk DR-50, FR-

    50 dan VR-50. Dibandingkan dengan lag-time yang dihasilkan oleh masing-masing sediaan,

    rendahnya ketersediaan hayati yang diberikan oleh VR-50 kemungkinan disebabkan oleh

    adanya keterlambatan absorpsi akibat adanya keterlambatan pelepasan obat. Hal ini dapat

    dilihat dengan jelas pada tabel 3 untuk sukarelawan 4 di mana tablet VR-50 yang absorpsinya

    sangat lambat memberikan luas di bawah kurva yang sangat rendah.

    Pada tabel 4 dapat dilihat ketersediaan hayati relatif antara masing-masing tablet pada

    setiap sukarelawan serta selang kepercayaan untuk = 0,05. Jika memakai kriteria

    penerimaan bioekivalensi dengan selang kepercayaan ketersediaan hayati relatif antara 80%

    s/d 120%5)

    , dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet DR dapat dinyatakan

    bioekivalen dengan tablet FR, sedangkan tablet VR belum dapat dinyatakan apakah

    bioekivalen atau tidak bioekivalen dengan tablet DR dan FR karena meskipun harga rata-rata

    nilai ketersediaan hayati relatifnya jauh di luar rentang 80%-120% (132,8% dan 137,5%),

    tetapi karena variasinya yang sangat besar maka dengan jumlah sukarelawan yang terbatas (6

    sukarelawan) status bioekivalensi dari tablet VR terhadap 2 sediaan uji lainnya belum bisa

    dinyatakan secara tegas .

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    8/10

    54 JMS Vol. 2 No. 2, Oktober 1997

    Tabel 4. Ketersediaan hayati masing-masing sediaan relatif terhadap tablet VR-50

    Ketersediaan Hayati Relatif (%)

    Subyek DR vs. VR FR vs. VR DR vs. FR

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    140

    113

    97

    216

    102

    129

    112

    123

    90

    246

    112

    142

    125

    92

    108

    88

    91

    91

    Rata-rata

    S.D.

    132,8

    43,8

    137,5

    55,8

    99,2

    14,5

    Selang

    kepercayaan

    ( = 0,05)

    86,8 176,6 78,9 193,3 84,0 114,4

    Analisis statistik setiap parameter ketersediaan hayati dengan memakai paired t-test,

    yang hasilnya diperlihatkan pada tabel 5, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal

    harga parameter ketersediaan hayati natrium diklofenak yang dihasilkan oleh ketiga sediaan

    tablet yang dicoba. Dengan hanya memperhitungkan parameter AUC yang merupakan

    parameter ketersediaan hayati utama, terlihat bahwa tablet DR-50 bioekivalen dengan tablet

    FR-50, sedangkan tablet VR-50 memiliki ketersediaan hayati yang relatif lebih rendah

    dibandingkan dengan kedua sediaan lainnya. Meskipun harga rataan AUC tablet VR-50 jauh

    lebih kecil dibandingkan harga AUC tablet DR-50 dan FR-50, secara statistik perbedaan

    tersebut tidak bermakna karena harga variasi yang ada cukup besar.

    Jika memperhatikan parameter lag-time dan Tmaks, tablet FR-50 memperlihatkan

    kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan tablet DR-50, meskipun harga AUC keduanya

    sama. Untuk parameter Tmaks perbedaan yang ada cukup berarti (p

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    9/10

    JMS Vol. 2 No 2, Oktober 1997 55

    Tabel 5. Hasil uji statistik "paired t-test" tiap parameter ketersediaan hayati

    antara tiap sediaan

    Sediaan yang dibandingkan

    Parameter DR vs. FR DR vs. VR FR vs. VR

    Cmaks

    Tmaks

    AUC0-

    Lag-time

    p = 0,0591

    p = 0,0132

    p = 0,3925

    p = 0,1446

    p = 0,0265

    p = 0,2448

    p = 0,0428

    p = 0,2325

    p = 0,0120

    p = 0,0019

    p = 0,0610

    p = 0,0421

    4. Kesimpulan

    Dari hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal

    sebagai berikut :

    1. Ketiga sediaan yang dicoba memberikan lag-time di atas 0,5 jam, yang menunjukkan

    adanya hambatan pelepasan obat dari sediaannya akibat adanya salut enterik. Asam

    diklofenak diabsorpsi dengan cepat dari saluran cerna begitu lepas dari sediaan tabletnya.

    2. Terdapat perbedaan kecepatan dan efisiensi absorpsi asam diklofenak dari ketiga sediaan

    obat yang dicoba. Tablet DR-50 bioekivalen dengan tablet FR-50, tetapi asam diklofenak

    dapat diabsorpsi lebih cepat dari tablet FR-50. Tablet VR-50 dengan lag-time dan Tmaks

    paling lambat menghasilkan ketersediaan hayati yang relatif rendah.

    3. Penyalutan enterik dapat memberikan pengaruh keterlambatan absorpsi yang kemudian

    dapat menurunkan efisiensi absorpsi/ketersediaan hayati asam diklofenak dari sediaan

    tabletnya.

  • 7/30/2019 Ketersediiaan Hayati Na Diklofenak

    10/10

    56 JMS Vol. 2 No. 2, Oktober 1997

    Referensi :

    1. Reynolds, J.E.F. (Ed.), "Martindale The Extra Pharmacopoeia", 29th ed., The

    Pharmaceutical Press, London, 1989, p. 12.2. Loke, E. and Wee A. (Eds.), "Indonesia Index of Medical Specialities", MIMS Asia,

    Wanchai, Hongkong, 1996.

    3. Aiache, J.M., Devissaguet J.Ph., and Guyot-Hermann A.M. (Eds.), "Galenica 2.

    Biopharmacie", Technique et Documentation, Paris, 1978.

    4. Abdou, H., "Dissolution, Bioavailability and Bioequivalence", Mack Publ. Co., Easton,

    1989.

    5. Steinijans, V.W. and Diletti E., "Statistical analysis of bioavailability studies: parametric

    and non-parametric confidence intervals",Eur. J. Clin. Pharmacol., 24, 1983, 127-136.

    6. United States Pharmacopeial Convention, "The United States Pharmacopeia", 22nd rev.,

    United States Pharmacopeial Convention Inc., Rockville, 1990, p. 1795.

    7. Ditjen POM Depkes RI, "Farmakope Indonesia", ed. IV, Departemen Kesehatan RI,

    Jakarta, 1995, hlm. 1024.