jenis tafsir

12
MAKALAH TAFSIR AL-QUR’AN (Jenis, Tokoh, dan Syarat Penafsir) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag. Oleh: TSALIS FAHMI RAHARDIAN (B06213046) PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2013

Upload: nur-alfiyatur-rochmah

Post on 09-Dec-2014

131 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Jenis tafsir

TRANSCRIPT

Page 1: Jenis tafsir

MAKALAH

TAFSIR AL-QUR’AN

(Jenis, Tokoh, dan Syarat Penafsir)

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag.

Oleh:

TSALIS FAHMI RAHARDIAN

(B06213046)

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2013

Page 2: Jenis tafsir

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an diturunkan Allah dalam bahasa Arab yang amat tinggi

tingkat mutu sastranya. Dalil-dalilnya sangat sulit untuk dibantah ia mencakup

berbagai masalah bahkan sampai kepada persoalan yang sekecil-kecilnya dan

mengandung berbagai rahasia. Semua ini tidak mungkin ditangkap secara sama

oleh semua orang. Maka, muncul keperluan untuk menafsirkannya sebab

kandungan ayat-ayatnya masih membutuhkan penjelasan. Bagi Rasul,

memahami al-Qur’an bukanlah sesuatu yang sulit karena ia telah diberi

kemampuan oleh Allah untuk menghapal dan menjelaskan dalam

kedudukannya sebagai seorang utusan dan pemberi petunjuk.

Qur’anul karim adalah sumber tasyri’ pertama bagi umat Muhammad.

Dan kabahagiaan mereka bergantung pada pemahaman maknanya,

pengetahuan rahasia-rahasianya dan pengalaman apa yang terkandung di

dalamnya. Kemampuan setiap orang dalam memahami lafadz dan ungkapan

Qur’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikaian gamblang dan ayat-

ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar di antara mereka ini adalah

suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat

memahami makna-maknanya yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara

global. Sedangkan kalangan cerdik cendikia dan terpelajar akan dapat

menyimpulkan pula dari padanya makna-makna yang menarik. Dan di antara

kedua kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman. Maka

tidaklah mengherankan jika Qur’anmendapatkan perhatian besar dari umatnya

melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib

(aneh) atau menta’wilkan tarkib(susunan kalimat).

Page 3: Jenis tafsir

BAB II

PEMBAHASAN

1. JENIS-JENIS TAFSIR

Tafsir bila ditinjau secara umum, maka ia terbagi menjadi dua macam:

a. Tafsir bil ma’tsur

Tafsir bil ma’tsur ialah rangkaian keterangan yang terdapat dalam

Al-Qur’an, sunah, atau kata-kata sahabat sebagai penjelasan maksud

dari firman Allah, yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan As Sunah

Nabawiyah1.

Tafsir bi al-ma’tsur menurut sebagian pendapat adalah corak

tafsir Al-Quran yang dalam operasional penafsirannya mengutip dari

ayat-ayat Al-Quran sendiri dan apa-apa yang dikutip dari hadits Nabi,

pendapat sahabat dan tabi’in, namun bagi sebagian mufassir lainnya

tidak memasukkan pendapat tabi’in kepada tafsir bi al-matsur tetapi

sebagai tafsir bi al ra’yi.

Dari penjelasan di atas maka dapat dipertegas lagi, bahwa

penafsiran bil al-ma’tsur ialah: Penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan

ayat Al-Qur’an, penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan Hadits, dan

penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan Asar yang datang dari para

sahabat.

b. Tafsir bir ra’yu

Kata al ra’yu secara etimologis berarti keyakinan, qiyas dan

Ijtihad. Jadi, tafsir bi al ra’yu adalah penafsiran yang dilakukan dengan

cara Ijtihad. Yakni rasio yang dijadikan titik tolak penafsiran setelah

mufassir terlebih dahulu memahami bahasa Arab dan aspek-aspek

dilalah (pembuktian) nya dan mufasari juga menggunakan syair-syair

arab jahili sebagai pendukung, di samping memperhatikan asbab al-

nuzul, nasikh dan mansukh, qira’at dan lain-lain2.

1Mohammad Ali as-Sabuniy, Pengantar Study al-Qur’an, ahli bahasa Moch. Chudlo ri Umar, Matsna, (Bandung : Al Ma’arif, 1996), 205.

2 Ibid 213

Page 4: Jenis tafsir

Berdasarkan pengertian diatas tafsir bir ra’yu terbagi dalam dua

bagian:

I. Tafsir mahmud (terpuji)

Tafsir mahmud ialah tafsir yang sesuai dengan tujuan

syara’ jauh dari kejahilan dan kesesatan, sejalan dengan kaidah-

kaidah bahasa Arab serta berpegang pada uslub-uslubnya dalam

memahami teks Al-Qur’an. Atau Penafsiran dengan ijtihad yang

menggunakan kaidah dan persyaratan, sehingga jauh untuk

menyimpang.

II. Tafsir mazmum (tercela)

Tafsir mazmum ialah bila Al-Qur’an ditafsirkan tanpa ilmu

atau menurut sekehendak hatinya tanpa mengetahui dasar-dasar

bahasa dan syari’at, atau kalam Allah itu ditafsirkan menurut

pendapat yang salah dan sesat, serta Kalam Allah hanya

berdasarkan pengetahuan semata. Dan penafsirannya tidak

memenuhi beberpa persyaratan, sehingga ia berada dalam

kesesatan dan kejahilan

2. TOKOH-TOKOH TAFSIR

a. Ibnu Katsir

Ibnu katshir, ialah: imadudin Abdul fida-i Ismail ibn Al Chatib

abu Hafas Umar Al Qurasyi Ad dimasqy As Syafi’i. Dilahirkan pada

tahun 700 H, wafat pada tahun 774 H.

Ibnu Katsir tak ubahnya bagaikan gunung yang tinggi dan lautan

yang dalam, dalam berbagai ilmu pengetahuan, khususnya sejarah

hadits dan tafsir. Ia seorang Imam besar yang dapat menguasai uslub

tulisan dan karangan. Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa ia adalah

imam mufti, perawi hadits yang hebat, ahli fiqih yang kreatif, ahli tafsir

yang langsung mengutip dari sumbernya dan ia pun mempunyai

beberapa karangan.

b. Ibnu Djarir

Page 5: Jenis tafsir

Ibnu Djarir, ialah: Abu Dja’far Muhammad ibn Djarir ibn Jazid

Ath Thabary. Beliau dilahirkan pada tahun 224 H, dan wafat pada tahun

310 H. beliau terpandang seorang ‘ulama yang tidak ada bandinganya,

dalam segi ilmu, segi amal dan segi kedalaman pengetahuan mengenai

Al-Qur’an dan jalan-jalan riwayat, baik yang shahih, maupun yang

dha’if, serta keadaan-keadaan sahabat dan tabi’in.

c.Imam al-Baghawi

Imam al-Baghawi atau nama penuhnya al-Imam, al-Hafiz, al-

Faqih, al-Mujtahid, Muhyis Sunnah, Ruknuddin, Abu Muhammad al-

Husain bin Mas`ud bin Muhammad al-Farra’ al-Baghawi asy-Syafi`i

rahimahullah adalah seorang ulama besar bermazhab Syafi`i. Beliau

adalah seorang ulama yang mengabdikan dirinya untuk kitab al-Quran

yang mulia dan as-Sunnah an-Nabawiyyah, dengan mempelajari,

mengajar, menulis dan menyingkap perbendaharaan dan rahasia –

rahasia keduanya. Yaqut al-Hamawi dalam “Mu’jam al-Buldaan”

menyatakan bahawa Imam al-Baghawi dilahirkan pada tahun 433H,

namun az-Zarkali dalam “al-A’lam” menyebut tahun 436H sebagai

tahun kelahiran beliau.

d.Zamakhsyary

Zamakhsyary adalah Al-Qasim Mahmud bin Umar Al-

Zamakhsyary. Lahir pada bulan Rajab 467 H dan wafat pada tahun 538

H. Beliau melkukan perjalan ilmiahnya ke Baghdad, Khurasan dan

Quds.

Metode beliau adalah membawa penafsiran ayat-ayat aqidah ke

dalam payung Mu'tazilah. Orientasi linguistik merupakan orientasi

utama, melihat dan memperhatikan setiap mufradat suatu ayat untuk

mengetahui makna yang diinginkan.

Keistimewaan tafsirnya adalah memiliki keindahan bahasa,

sehingga menjadi rujukan dalam aspek linguistik Al-Qur'an, namun

adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib

al-Amali at-Tabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau at-Tabari.

Page 6: Jenis tafsir

beliau lebih fanatik terhadap madzhabnya Mu'tazilah, sehingga

mengklaim kitab tafsirnya sebagai kitab yang terbenar dibanding

lainnya serta lebih mengutamakan akal dan aqidahnya dari hadis shahih

dan qira'at mutawattir.

e.As-Samarqandi

As-Samarqandi adalah Nashr Ibnu Muhammad As-Samarqandi

yang panggilannya adalah Abu-Laits. Ia wafat pada tahun 373 H.

Kitabnya dinamai dengan Bahrul Ulum. Tafsir ini adalah Tafsir ma’sur.

Di dalamnya banyak memuat pendapat sahabat dan tabi’in. Namun

beliau tidak menyebutkan sanad-sanadnya. Kitab ini terdiri atas dua

jilid. Salah satu dari naskhanya masih ada di perpustakaan Al-Azhar.

3. SYARAT DAN KUALIFIKASI PENAFSIR

Untuk bisa menafsirkan al-Qur’an, seseorang harus memenuhi beberapa

kreteria diantaranya:

1) Beraqidah shahihah, karena aqidah sangat pengaruh dalam

menafsirkan al-Qur’an.

2) Tidak dengan hawa nafsu semata, Karena dengan hawa nafsu

seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat

dalil yang ada. Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk

memenangkan pendapat atau madzhabnya.

3) Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan al-Qur’an seperti penafsiran

dengan al-Qur’an, kemudian as-sunnah, perkataan para sahabat dan

perkataan para tabi’in.

4) Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya, karena al-Qur’an

turun dengan bahasa arab. Mujahid berkata; “Tidak bolehseorangpun

yang beriman kepada Allah danhari akhir, berbicara tentang

Kitabullah (al-Qur’an) jikalau tidak menguasai bahasa arab“.

5) Memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa mentaujih

(mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai

dengan nusus syari’ah.

6) Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan al-

Qur’an seperti ilmu nahwu (grammer), al-Isytiqoq (pecahan atau

Page 7: Jenis tafsir

perubahan dari suatu kata ke kata yang lainnya), al-ma’ani, al-bayan,

al-badi’, ilmu qiroat (macam-macam bacaan dalam al-Qur’an), aqidah

shaihah, ushul fiqih, asbabunnuzul, kisah kisah dalam islam,

mengetahui nasikh wal mansukh, fiqih, hadits, dan lainnya yang

dibutuhkan dalam menafsirkan.

Page 8: Jenis tafsir

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jenis-jenis tafsir terbagi menjadi dua, Tafsir bil ma’tsur dan tafsir

bir ra’yu .Tafsir bil ma’tsur ialah rangkaian keterangan yang terdapat

dalam Al-Qur’an, sunah, atau kata-kata sahabat sebagai penjelasan

maksud dari firman Allah, yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan As

Sunah Nabawiyah3. Sedangkan, tafsir bir ra’yu adalah penafsiran yang

dilakukan dengan cara Ijtihad4. Tafsir bir Ra’yu dibagi menjadi dua:

Tafsir Mahmud dan Tafsir Mazmum. Tokoh-tokoh penafsir antara

lain: Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Zamakhshary, At-Tabari, dan Imam Al

Baghawi. Dan syarat penafsir diantaranya: Beraqidah shahihah,

karena aqidah sangat pengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an, Tidak

dengan hawa nafsu semata, Karena dengan hawa nafsu seseorang akan

memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat dalil yang ada.

Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk memenangkan

pendapat atau madzhabnya, Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan

al-Qur’an seperti penafsiran dengan al-Qur’an, kemudian as-sunnah,

perkataan para sahabat dan perkataan para tabi’in.

DAFTAR PUSTAKA

3Mohammad Ali as-Sabuniy, Pengantar Study al-Qur’an, ahli bahasa Moch. Chudlo ri Umar, Matsna, (Bandung : Al Ma’arif, 1996), 205.

4Ibid 213

Page 9: Jenis tafsir

Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Lintera AntarNusa,

2011.

Moh. Ali Aziz M.Ag, mengenal tuntas Al-Qur’an,Surabaya : Imtiyaz, 2012

Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuuriy, Studi Ilmu Al-Qur’an, Bandung :

Pustaka Setia, 2008.

Prof. T. M.Hasbi Ash-Shiddeqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Jakarta, 1972.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, Surabaya :

SAP, 2011.

Wap.islami.com.