jenis-jenis plesetan serta hubungan makna antara leksem … · dan leksem termaksud dalam humor...
TRANSCRIPT
JENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENIS PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN SERTASERTASERTASERTAHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANMAKNAMAKNAMAKNAMAKNAANTARAANTARAANTARAANTARALEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERUCAPTERUCAPTERUCAPTERUCAP
DANDANDANDAN LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUDDALAMDALAMDALAMDALAMHUMORHUMORHUMORHUMOR PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN
DALAMDALAMDALAMDALAM BUKUBUKUBUKUBUKU PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN REPUBLIKREPUBLIKREPUBLIKREPUBLIK INDONESIAINDONESIAINDONESIAINDONESIAKARYAKARYAKARYAKARYAKELIKKELIKKELIKKELIK PELIPURPELIPURPELIPURPELIPUR LARALARALARALARA
Tugas AkhirDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
OlehWendy NugrohoNIM: 114114002
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIAJURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
JULI 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
JENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENIS PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN SERTASERTASERTASERTAHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANMAKNAMAKNAMAKNAMAKNAANTARAANTARAANTARAANTARALEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERUCAPTERUCAPTERUCAPTERUCAP
DANDANDANDAN LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUDDALAMDALAMDALAMDALAMHUMORHUMORHUMORHUMOR PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN
DALAMDALAMDALAMDALAM BUKUBUKUBUKUBUKU PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN REPUBLIKREPUBLIKREPUBLIKREPUBLIK INDONESIAINDONESIAINDONESIAINDONESIAKARYAKARYAKARYAKARYAKELIKKELIKKELIKKELIK PELIPURPELIPURPELIPURPELIPUR LARALARALARALARA
Tugas AkhirDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
OlehWendy NugrohoNIM: 114114002
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIAJURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
JULI 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
JENIS-JEMS PI.ESi'NIil SERTtr. HUBT]NGAI\IMAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP
DA]\I LEI(SEM TERIIIAI(,SUDDALAM HUMOR PLESETAN
DALAM B{IKU PLESEUN NEPADTIK TNDONESIAKARYA KELIKPELIPUR LARA
Oleh:
Wendy Nugroho
Nllvt ll4ll4002
Prof. I. Prapta$o Baryadi, M. Hum.a':
Tanggal:Z5funi 2015
.
'.:'
a---/Tanggal:25 Juni 2015Antonq M. Hum.
.
telah disetujui oleh:
,,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
JEIVIS-JENIS PI.ESE' TAN SERTA HTJBUNGANMAKNA AI\TTARA LEKSEM TERUCAP
DAII LEKSEIVI TERMAKSUDDALAM HT}MOR PLESETAN
DALAM BUKU PLESETAN REPUBTIX INDONESIAKARYA KELIK PELIPUR LARA
Dipersiapkan dan ditrlis olehWendy NugrohoNIM: I14114002
Tetah dipertahanl€n di depan Panitia PengujiPada?l Juli 2015
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
"--:Ketua
Sekretaris
Anggota
Drs. HeryAntono, M.Hum.
S.E. PeniAdjio S.S., M.Hum.
Dr. P.Ari Subagyo, M.Hum.
Dm. HeryAntono, M.Hum.
nof, pr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.
Sastra
31 Juli 2015
Sanata Dharma
ru
F.X. Siswadi, M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO
"Eyes can see, and a mind can think.
Insanity is just one step away."
~Simon Deimel~
">help"
~Interactive Fiction~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Juli 2015
Wendy Nugroho
Yogyakarta, 2l
Penulis
Z1'//'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v)
PERNYATAAN PERSETUJUAII PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAII AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, safr,olhurir*u Universitas Sanata Dharma:
Nama : Wendy Nugroho
NIM :114114002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Jenis-Jenis Plesetan
Serta Hubungan Makna Antara Leksem Terucap dan Leksem Tennaksud dalam
Hulnor Plesetan dalam Buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur
Lara" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma h'ak menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di intemet atau media
yang lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
, penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta -
Pada tanggal2I IuLi 2014
Yang menyatakan
,aWendy Nugroho I
vt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu membimbing dan
I -'- \
menuntun penulis dalam perjalanan pengerjaan skripsi ini, Sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan gelar sarjana di Fakultas Sastra,
Program Studi Sastra Indonesia" Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, skripsi
ini telah berhasil diselesaikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik yang terlibat secara
langsung, maupun yang tidak terlibat secara langsung. Oleh sebab itu, penulis
hendak rnengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut memberikan
bantuan dan dukungan, yaitu:
L Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pernbimbing i yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan memberi
dukungan, semangat, masukan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.
2. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing ,"rtu memberikan saran, masukan, perhatian, dan dorongan
mental.
Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia: Drs. B. Rahmanto,
M.Hum., Drs. F.X. Santoso, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., Dra. Fr.
Tjandrasih, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Yosepiapi Taum,
M.Hum., Prof Dr. I Dewa Putu Wijana, SU, MA., yang telah memberikan
bekal ilmupengeahrun-
Seluruh staf sfuid Fakultas sastra atas segala bentuk bantuan yang
telah diberilcm-
a
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
6.
7.
8.
=9.
10.
Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma _ yang telah
memberikan pelayanan untuk memperoleh sumber-sumber dan referensi.
Orangtua penulis, Oei Hok An yang tulus hati membiayai dan
mendoakan penulis dalam mqreqluh pendidikan hingga menyelesaikan
skripsi ini.
Gabriela Melati Putri sebagai orang spesial yang mendukung dan
mengingatkan penulis untuk menyel esaikan skrips i
Rafael Marion Galley yang telah membantu menerjemahkan abstrak
penelitian ini ke dalam bahasa Inggris.
Teman-teman sedarah-seperjuangan angkatan 20 1 1 Sastra Indonesia uSD
yang telah membagi waktu dan pengalamannya.
I
Seluruh Awak notos dan pemukim di Rumah nolqs, seluruh
teman-teman Sastra, teman-teman Jaksa, teman-teman Media Sastra.
Yogyakarta, 25 Juni 2015
,hPenulis
vllt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK
Nugroho,Nugroho,Nugroho,Nugroho,Wendy.Wendy.Wendy.Wendy. 2015.2015.2015.2015. "Jenis-Jenis"Jenis-Jenis"Jenis-Jenis"Jenis-Jenis PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan SertaSertaSertaSerta HubunganHubunganHubunganHubungan MaknaMaknaMaknaMaknaAntaraAntaraAntaraAntaraLeksemLeksemLeksemLeksem TerucapTerucapTerucapTerucap dandandandan LeksemLeksemLeksemLeksem TermaksudTermaksudTermaksudTermaksud dalamdalamdalamdalam HumorHumorHumorHumor PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan dalamdalamdalamdalamBukuBukuBukuBuku PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan RepublikRepublikRepublikRepublik IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia karyakaryakaryakarya KelikKelikKelikKelik PelipurPelipurPelipurPelipur LaraLaraLaraLara".".".". SkripsiSkripsiSkripsiSkripsiStrataStrataStrataStrata 1111 (S1).(S1).(S1).(S1). Yogyakarta:Yogyakarta:Yogyakarta:Yogyakarta: ProgramProgramProgramProgram StudiStudiStudiStudi SastraSastraSastraSastra Indonesia,Indonesia,Indonesia,Indonesia, FakultasFakultasFakultasFakultasSastra,Sastra,Sastra,Sastra, UniversitasUniversitasUniversitasUniversitas SanataSanataSanataSanata Dharma.Dharma.Dharma.Dharma.
Penelitian ini mengkaji hubungan makna antara leksem yang dimaksuddengan leksem terucap yang terdapat dalam wacana humor plesetan. Ada duamasalah yang diangkat dalam penelitian ini. Permasalahan yang pertama adalahjenis-jenis plesetan apa saja yang memiliki hubungan makna antara leksemterucap dan leksem termaksud. Permasalahan yang kedua adalah apa saja jenishubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Tujuan Penelitianini adalah mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan maknaantara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dan mendeskripsikanjenis-jenis hubungan makna yang terdapat dalam plesetan.
Objek dalam penelitian ini adalah hubungan makna antara leksem terucapdengan leksem termaksud. Sumber data dalam penelitian ini adalah plesetanbahasa. Data diperoleh dari sumber pustaka berupa buku karya Kelik Pelipur Larayang berjudul Plesetan Republik Indonesia. Data diperoleh menggunakan metodesimak. Teknik catat diterapkan dengan mencatat satuan-satuan lingual yangmemuat unsur plesetan. Tidak seluruh data dimasukkan ke dalam penelitian ini,penulis hanya menggunakan beberapa data yang representatif sebagai sampel.Data-data kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis menerapkanmetode padan. Ada beberapa sub-jenis metode padan yang digunakan, yaitumetode padan referensial, metode padan fonetis artikulatoris, metode padanortografis, dan metode padan translasional. Metode padan referensial, alatpenentunya adalah kenyataan atau referen bahasa. Metode padan fonetisartikulatoris, alat penentunya adalah organ wicara. Metode padan ortografis, alatpenentunya adalah tulisan. Metode padan translasional, alat penentunya adalahbahasa lain.
Berdasarkan penelitian ini, tidak semua jenis plesetan memiliki hubunganmakna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Hubungan makna tersebuthanya ditemui dalam jenis plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan ideologi,plesetan diskursi. Hubungan makna tidak ditemui dalam jenis plesetan morfemis,plesetan frasal, plesetan ekspresi. Berdasarkan hubungan makna antara leksemterucap dan leksem termaksud, plesetan dapat digolongkan menjadi (1) plesetanantonimi, (2) plesetan homonimi, (3) plesetan polisemi, (4) plesetan hiponimi, (5)plesetan metonimi, dan (6) plesetan asosiatif.
Kata kunci: plesetan, relasi makna, leksem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT
Nugroho,Nugroho,Nugroho,Nugroho, Wendy.Wendy.Wendy.Wendy. 2015.2015.2015.2015. ““““TypesTypesTypesTypes ofofofof PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan andandandand MeaningMeaningMeaningMeaning RelationRelationRelationRelation betweenbetweenbetweenbetweenSpokenSpokenSpokenSpoken andandandand MeantMeantMeantMeant LexemesLexemesLexemesLexemes inininin PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan HumorHumorHumorHumor inininin BookBookBookBook PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanRepublikRepublikRepublikRepublik IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia bybybyby KelikKelikKelikKelik PelipurPelipurPelipurPelipur LaraLaraLaraLara””””.... StrataStrataStrataStrata 1111 (S1)(S1)(S1)(S1) Thesis.Thesis.Thesis.Thesis.Yogyakarta:Yogyakarta:Yogyakarta:Yogyakarta: IndonesianIndonesianIndonesianIndonesian LiteratureLiteratureLiteratureLiterature StudyStudyStudyStudy Program,Program,Program,Program, FacultyFacultyFacultyFaculty ofofofofLiterature,Literature,Literature,Literature, SanataSanataSanataSanata DharmaDharmaDharmaDharma University.University.University.University.
This research investigated the meaning relation between meant lexemes andspoken lexemes in plesetan humor discourse. There were two problems discussedin this research. The first was what kinds of plesetan which had meaning relationbetween spoken and meant lexeme were. The second was what kinds of meaningrelation between spoken and meant lexemes. This research aimed to describe thetypes of plesetan which had meaning relation between spoken and meant lexemesand types of meaning relation in plesetan.
The object in this research was meaning relation between meant lexemes andspoken lexemes. The data in this research was language plesetan. The data wasobtained from literary resource in form of book written by Kelik Pelipur Laraentitled Plesetan Republik Indonesia. The data achieved by intensive reading.Notation technique was applied by noting lexicons which contains plesetan’selements. The researcher did not put the whole data; only the representative oneswere chosen as samples. Then, the data was classified into groups based on theirtypes.
To answer the formulated problems in this research, the researcher appliedmatching method. There were several sub-types of matching method used in thisresearch. They were referential, phonetic-articulatory, orthographic, andtranslational matching method. The determining instrument of referentialmatching method was reality or language referent. The determining instrument ofphonetic-articulatory matching method was phonetic articulation devices. Thedetermining instrument of orthographic matching method was script or writing.The determining instrument of translational matching method was otherlanguages.
Based on this research, not all plesetan had meaning relation between spokenand meant lexemes. The meaning relation was only found in phonologicalplesetan, graphic plesetan, ideological plesetan, and discourse plesetan. Themeaning relation was not found in morphemic plesetan, phrasal plesetan, andexpressional plesetan. Based on the meaning relation between spoken and meantlexeme, plesetan could have been classified into (1) antonymic plesetan, (2)homonymic plesetan, (3) polysemous plesetan, (4) hyponymy plesetan, (5)metonymic plesetan, and (6) associative plesetan.
Keywords: plesetan, meaning relation, lexeme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR BAGANBAGANBAGANBAGAN
Bagan 1: Ranah yang Dibahas dalam Pembahasan........................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTARTABELTABELTABELTABEL
Tabel 1: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Fonologis..............................................................................23
Tabel 2: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Grafis.................................................................................... 25
Tabel 3: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam PlesetanMorfemis.............................................................................. 27
Tabel 4: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Frasal.................................................................................... 29
Tabel 5: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Ekspresi................................................................................ 31
Tabel 6: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Ideologi.................................................................................34
Tabel 7: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Diskursi................................................................................ 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR ISIISIISIISI
HALAMANHALAMANHALAMANHALAMAN JUDULJUDULJUDULJUDUL ......................................................................... i
HALAMANHALAMANHALAMANHALAMAN PERSETUJUANPERSETUJUANPERSETUJUANPERSETUJUAN PEMBIMBINGPEMBIMBINGPEMBIMBINGPEMBIMBING ............................ ii
HALAMANHALAMANHALAMANHALAMAN PENGESAHANPENGESAHANPENGESAHANPENGESAHAN PENGUJIPENGUJIPENGUJIPENGUJI......................................... iii
MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO.............................................................................................. iv
PERNYATAANPERNYATAANPERNYATAANPERNYATAANKEASLIANKEASLIANKEASLIANKEASLIAN KARYAKARYAKARYAKARYA.............................................. v
LEMBARLEMBARLEMBARLEMBAR PERSETUJUANPERSETUJUANPERSETUJUANPERSETUJUAN PUBLIKASIPUBLIKASIPUBLIKASIPUBLIKASI....................................... vi
KATAKATAKATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR ....................................................................... vii
ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK ........................................................................................ ix
ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT ....................................................................................... x
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR BAGANBAGANBAGANBAGAN ............................................................................ xi
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTARTABELTABELTABELTABEL............................................................................... xii
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR ISIISIISIISI....................................................................................... xiii
BABBABBABBAB IIII PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
1.6 Landasan Teori ........................................................................... 8
1.7 Sumber Data ............................................................................... 16
1.8 Metode Penelitian ....................................................................... 16
1.9 Sistematika Penyajian ................................................................ 19
BABBABBABBAB IIIIIIII JENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENIS PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN YANGYANGYANGYANG MEMILIKIMEMILIKIMEMILIKIMEMILIKI HUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGAN
MAKNAMAKNAMAKNAMAKNA ANTARAANTARAANTARAANTARA LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEM TERUCAPTERUCAPTERUCAPTERUCAP DENGANDENGANDENGANDENGAN LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEM YANGYANGYANGYANG
DIMAKSUDDIMAKSUDDIMAKSUDDIMAKSUD
2.1 Pengantar .................................................................................... 20
2.2 Plesetan Fonologis ..................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.3 Plesetan Grafis ........................................................................... 23
2.4 PlesetanMorfemis ..................................................................... 26
2.5 Plesetan Frasal ........................................................................... 27
2.6 Plesetan Ekspresi ....................................................................... 29
2.7 Plesetan Ideologi ........................................................................ 32
2.8 Plesetan Diskursi ....................................................................... 34
BABBABBABBAB IIIIIIIIIIII HUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGAN MAKNAMAKNAMAKNAMAKNA ANTARAANTARAANTARAANTARA LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEM TERUCAPTERUCAPTERUCAPTERUCAP DENGANDENGANDENGANDENGAN
LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMYANGYANGYANGYANGDIMAKSUDDIMAKSUDDIMAKSUDDIMAKSUD DALAMDALAMDALAMDALAM PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN
3.1 Pengantar .................................................................................... 38
3.2 Plesetan Antonimi ...................................................................... 39
3.3 Plesetan Homonimi .................................................................... 44
3.4 Plesetan Polisemi ....................................................................... 50
3.5 Plesetan Hiponimi ...................................................................... 53
3.6 PlesetanMetonimi ..................................................................... 58
3.7 Plesetan Asosiatif ....................................................................... 61
BABBABBABBAB IVIVIVIV PENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 65
4.2 Saran ........................................................................................... 66
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA ........................................................................ 67
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN........................................................................................ 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BABBABBABBAB IIII
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
1.11.11.11.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakangMasalahMasalahMasalahMasalah
Plesetan cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 1970-an,
plesetan mulai banyak dipraktikkan oleh pelawak-pelawak Indonesia. Salah satu
pelawak tahun 1970-an yang sering menggunakan plesetan dalam lawakannya
adalah Basiyo, seorang pelawak dari Yogyakarta yang terkenal karena
plesetan-nya.
Namun, pada kenyataannya plesetan tidak hanya digunakan oleh para
pelawak saja. Plesetan sering muncul dalam perbincangan masyarakat pada
umumnya. Plesetan biasanya muncul pada situasi informal atau keseharian, tetapi
plesetan bisa juga muncul pada situasi yang formal. Karena sifatnya yang
menimbulkan gelak tawa, plesetan biasanya menjadi pelumas dalam komunikasi
dan sering dimanfaatkan untuk mencairkan suasana.
Mengutip tuturan Wijana (2004: 2) dalam bukunya yang berjudul Kartun:
Studi tentang Permainan Bahasa, humor adalah salah satu bentuk permainan.
Sebagai homo ludens1 manusia gemar bermain. Plesetan merupakan fenomena
yang tidak hanya dialami oleh masyarakat Indonesia. Sebagai homo ludens,
manusia di manapun mereka berada gemar bermain. Istilah swerving words
merupakan bukti bahwa plesetan juga ada dalam bentuk bahasa Inggris. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya sifat dasar suatu bahasa, yaitu arbitrer. Jadi, bahasa
memiliki fleksibilitas tergantung siapa yang menggunakannya.
1 Homo ludens berarti manusia adalah makhluk yang bermain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Karena plesetan telah menjadi semacam kebiasaan atau permainan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, plesetan dimanfaatkan pula dalam bidang
ekonomi. Di dunia hiburan, dijumpai Ketoprak Plesetan pada tahun 1990-an. Di
dunia perkausan, plesetan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kaus dan
pecinta plesetan. Dagadu adalah merk salah satu kaus plesetan yang berasal dari
kota Yogyakarta.
Menurut Baryadi (2003: 37), plesetan dapat dimengerti sebagai tindak tutur
yang menggelincirkan satuan lingual yang secara konvensional telah memiliki
bentuk-makna tertentu ke satuan lingual yang memiliki bentuk-makna lain.
Berikut adalah salah satu contoh plesetan:
(1) Swedia payung sebelum hujan
Pada contoh tersebut dapat dimengerti bahwa plesetan tersebut merupakan
penggelinciran dari sebuah peribahasa yang sudah memiliki bentuk dan makna
tertentu, yaitu Sedia payung sebelum hujan. Contoh plesetan tersebut menjadi hal
yang lucu jika didengar oleh orang berbahasa Indonesia yang, tentu saja, mengerti
wujud konvensional peribahasa aslinya, yaitu yang seharusnya sedia digelincirkan
menjadi swedia.
Dalam dunia plesetan, nama Raden Kelik Sumaryoto sudah tidak asing lagi.
Pelawak yang lebih akrab dikenal dengan nama Kelik Pelipur Lara ini
menciptakan plesetan-plesetan yang bersifat mengkritik dan menyindir. Pria yang
memiliki julukan King of Plesetan ini telah membukukan lawakan plesetannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
meliputi: Please Edan, Plesetan dengan Kau, Plesetan Relublik Indonesia.
Ada faktor yang mempengaruhi kelucuan suatu plesetan. Faktor eksternal
berasal dari konteks yang dialami para pendengar atau pembaca. Faktor internal
berasal dari plesetan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah tinjauan
mengenai kelucuan tersebut.
Pada kasus ini, penulis tidak akan membahas mengenai konteks pendengar
atau pembaca suatu plesetan karena penelitian mengenai konteks penggunaan
telah banyak dilakukan.
Penulis lebih tertarik meneliti faktor struktural plesetan. Berdasarkan konsep
hubungan in absentia Saussure, dalam plesetan ditemui hubungan asosiatif antara
satuan lingual yang diucapkan dalam tuturan dengan satuan lingual lain yang tidak
hadir dalam tuturan. Hubungan tersebut dimungkinkan sebagai hubungan makna.
Hubungan makna yang dimaksud adalah hubungan semantis baik bentuk maupun
makna suatu satuan lingual dengan satuan lingual lain. Berikut adalah contoh
hubungan absensia pada plesetan:
(2) + Binatang apa yang paling kaya?
- Beruang
Dalam tuturan hadir leksem beruang yang bermakna 'binatang'. Leksem
tersebut mengasosiasikan satuan lingual lain yang tidak hadir dalam tuturan, yaitu
beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Dari kedua leksem tersebut,
dimungkinkan adanya hubungan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Secara semantis, sebenarnya kedua kata beruang tersebut memiliki makna
yang sangat berbeda. Beruang1 merupakan suatu bentuk dasar yang bermakna
'binatang', sedangkan beruang2 berasal dari kata uang yang mendapat awalan ber-
sehingga menjadi kata beruang yang secara tidak disengaja memiliki bentuk yang
sama dengan kata beruang yang bermakna 'binatang' tersebut. Karena kedua kata
tersebut memiliki susunan bunyi dan susunan ortografis yang sama, plesetan
tersebut merupakan plesetan homonimi.
Seperti pada contoh tersebut, suatu plesetan selalu berdasarkan bentuk satuan
lingual yang telah diakui secara konvensional. Keseluruhan atau sebagian dari
bentuk konvensional tersebut diganti dengan satuan lingual lain yang memiliki
kemiripan. Hal ini didukung dengan adanya asosiasi satuan lingual dengan satuan
lingual lain yang memiliki kemiripan bentuk atau makna. Atas dasar kemiripan
tersebut, dilakukanlah substitusi atas kedua satuan lingual tersebut untuk
memunculkan kelucuan. Penerapan prinsip ini dilakukan secara beragam sehingga
memunculkan jenis-jenis plesetan yang beragam pula.
Untuk memudahkan pembahasan mengenai konsep ini, penulis memilih
istilah leksem terucap sebagai sebutan untuk satuan kebahasaan yang
digelincirkan dan leksem yang dimaksud sebagai sebutan untuk bentuk
konvensional suatu plesetan.
Selain leksem terucap dan leksem yang dimaksud, sebenarnya ada maksud
atau tujuan plesetan. Namun, hal tersebut dibahas dalam ranah pragmatik,
misalnya adanya pelanggaran maksim pada leksem terucap sehingga menyindir
seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berikut adalah gambar mengenai hubungan antara tiga unsur plesetan:
A B
Bagan 1. Ranah yang Dibahas dalam Pembahasan
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai hubungan yang
ditunjukkan oleh huruf A pada gambar 1.1. Penulis tidak akan membahas
hubungan yang ditunjukkan oleh huruf B agar pembahasan lebih fokus dan sesuai
dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini.
Pada praktiknya tidak semua plesetan memiliki hubungan makna seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Berikut adalah contoh plesetan yang tidak memiliki
hubungan makna:
(3) + Makanan apa yang disukai anak-anak?
- Donat. Donat Bebek
Kata Donat pada contoh tersebut merupakan substitusi dari kata Donal. Hal
ini disebabkan oleh adanya kata Bebek yang secara konvensional diakui oleh
masyarakat sebagai Donal Bebek. Hubungan asosiatif pada kata Donat dengan
LeksemTerucap
Maksud/TujuanLeksem yangDimaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Donal memang terbukti ada, tetapi kedua kata tersebut tidak memiliki hubungan
makna sama sekali. Kedua kata tersebut hanya memiliki susunan bunyi dan
ortografis yang mirip.
Karena tidak semua plesetan memiliki hubungan makna, perlu dilakukan
tinjauan mengenai jenis plesetan yang memiliki hubungan makna.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan menggali keberadaan
hubungan makna yang terdapat dalam plesetan dan merumuskan jenis-jenis
plesetan berdasarkan hubungan makna yang teredapat di dalamnya. Hubungan
makna menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas karena hubungan makna
itulah yang secara tidak disadari membuat konkret kata "lucu" yang masih bersifat
relatif.
1.21.21.21.2 RumusanRumusanRumusanRumusanMasalahMasalahMasalahMasalah
Dari batasan masalah yang telah dijelaskan di Latar Belakang Masalah,
permasalahan bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam buku Plesetan
Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?
2. Apa saja hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang
dimaksud yang terdapat pada wacana humor plesetan dalam buku
Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.31.31.31.3 TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, penelitian ini bertujuan:
1.3.1 Mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna
antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam buku
Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara.
1.3.2 Mendeskripsikan berbagai jenis hubungan makna antara leksem terucap
dengan leksem yang dimaksud dalam beberapa wacana humor plesetan
dalam buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara.
1.41.41.41.4 ManfaatManfaatManfaatManfaat HasilHasilHasilHasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan teori dalam semantik berupa
hubungan makna yang terdapat dalam humor plesetan. Secara tidak langsung,
penelitian ini juga memberikan teori mengenai bagaimana hubungan makna
terbentuk dalam plesetan.
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam bidang
humor dan plesetan. Dengan melihat adanya hubungan makna dalam plesetan,
teori yang terdapat dalam penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
menciptakan plesetan-plesetan baru yang memiliki hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem yang dimaksud.
1.51.51.51.5 TinjauanTinjauanTinjauanTinjauan PustakaPustakaPustakaPustaka
Penulis menemukan sebuah penelitian dengan judul topik "Proses
Pembentukan dan Jenis-jenis Plesetan Satuan Lingual" oleh Rachmat Widodo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dalam tulisannya, dia meneliti bagaimana plesetan dalam satuan lingual itu
tertentuk dan apa saja jenisnya.
Purwanti, juga meneliti plesetan. Dalam tulisannya yang berjudul Analisis
Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik), Purwanti tidak
menggunakan pendekatan semantik, tetapi pragmatik. Dia lebih mengerucutkan
objeknya khusus plesetan yang ada pada kaus Dagadu Djokdja. Dia lebih melihat
fenomena pragmatik apa saja yang terjadi dalam plesetan pada kaus Dagadu,
teknik penciptaan, dan bagaimana bentuk tindak tuturnya.
Semantik saat ini belum banyak digunakan untuk dijadikan sebagai
persepktif dalam mengkaji plesetan. Rachmat Widodo memang pernah
mengangkat soal humor plesetan. Namun topik yang penulis angkat ini memiliki
kebaruan, yaitu tentang hubungan makna.
1.61.61.61.6 LandasanLandasanLandasanLandasan TeoriTeoriTeoriTeori
Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang menjadi landasan dalam
penelitian ini, yaitu (a) plesetan, (b) jenis-jenis plesetan, dan (c) relasi makna.
1.6.11.6.11.6.11.6.1 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan
Plesetan dapat digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan
atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan dan aneka
makna yang dimungkinkan oleh sifat sewenang-wenang pada kaitan
penanda-makna-realitas empirik (Heryanto 1996: 110).
Plesetan dapat dimengerti sebagai tindak tutur yang menggelincirkan satuan
lingual yang secara konvensional telah memiliki bentuk-makna tertentu ke satuan
lingual yang memiliki bentuk-makna lain (Baryadi 2003: 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Biasanya, dalam eksekusinya, plesetan menggelincirkan suatu makna dengan
mengubah bahasa dalam berbagai taraf. Ada plesetan yang hanya mengubah bunyi
suatu kata, tetapi ada juga plesetan yang mengubah atau menggelincirkan struktur
kebahasaan yang lebih rumit, seperti fungsi gramatik, kata atau frasa secara
keseluruhan, hingga satu wacana secara utuh.
Verhaar (1996: 385-386) menyebutkan bahwa fonem tidaklah membawa arti,
tetapi berperan sebagai pembeda makna. Jadi, jika alur logikanya ditarik ke dalam
konteks plesetan, perubahan fonem atau bunyi yang terjadi dalam plesetan sangat
berpotensi menyebabkan penggelinciran makna karena satupun bunyi berubah,
menimbulkan perubahan makna. Begitu pula dengan penggelinciran struktur
kebahasaan yang lebih rumit, potensi lahirnya plesetan pun semakin besar. Fonem,
sebagai satuan tingkat kebahasaan paling sederhana, adalah sarana paling mudah
untuk menciptakan plesetan. Itu sebabnya, plesetan dengan melibatkan perubahan
fonem sangat sering kita jumpai.
Plesetan jenis homonim—hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan tentang
jenis-jenis plesetan berdasarkan relasi makna—terkadang akan disalahartikan
sebagai metafora. Namun, Ratna (2009: 181) dalam bukunya yang berjudul
Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya menyatakan bahwa
metafora, secara luas atau umum, dapat dimengerti sebagai penggunaan bahasa
yang dianggap 'menyimpang' dari bahasa baku. Konsep penyimpangan dalam
metafora tersebut memiliki konsep yang sama dengan konsep penyimpangan
dalam plesetan. Jadi, pada konteks tertentu, metafora juga dapat dianggap sebagai
plesetan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.6.21.6.21.6.21.6.2 Jenis-JenisJenis-JenisJenis-JenisJenis-Jenis PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan
Berdasarkan tingkat kebahasaannya, Sibarani (2004 dalam Ni Made Dhianari,
2011: 15-16) mengelompokkan plesetan berdasarkan tingkat kebahasaannya
menjadi 7 jenis, yaitu plesetan fonologis (bunyi), plesetan grafis (huruf), plesetan
morfemis (leksikon), plesetan frasal (kelompok kata), plesetan kalimat (ekspresi),
plesetan ideologis (semantis), plesetan diskursi (wacana).
1.6.2.11.6.2.11.6.2.11.6.2.1 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan FonologisFonologisFonologisFonologis
Plesetan fonologis (bunyi) yaitu plesetan yang menggelincirkan fonem suatu
satuan lingual. Dhianari (2011: 15) menyebutkan bahwa plesetan fonologis pada
umumnya digunakan untuk memperolok-olok atau mengejek orang lain. Contoh:
Robert diplesetkan menjadi Robek.
1.6.2.21.6.2.21.6.2.21.6.2.2 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanGrafisGrafisGrafisGrafis
Perlu dipahami bahwa kata grafis di sini bukan bermakna gambar, melainkan
huruf. Plesetan jenis ini menggelincirkan setiap huruf pada suatu satuan lingual
dengan menganggapnya memiliki kepanjangannya masing-masing sehingga
satuan lingual tersebut menjadi sebuah singkatan.
Plesetan Grafis (huruf) yaitu plesetan gabungan huruf denganmenjadikannya sebagai singkatan. Contoh: ABCD diplesetkan menjadiABRI Bukan Cepak Doang. Hasil akhir plesetan ini hampir sama dengansingkatan atau akronim. Namun, perbedaannya terletak pada prosespembentukannya. Singkatan pada umumnya dibentuk setelah ada bentukyang panjangnya sehingga dibentuk menjadi singkatan atau akronim,contohnya: Sekolah Menengah Atas disingkat menjadi SMA. Namun,plesetan pada umumnya gabungan hurufnya telah lebih dahulu ada ataudiciptakan kemudian diberi kepanjangan. Misalnya MBA menjadiMarried By Accident. (Dhianari. 2011: 15-16)
1.6.2.31.6.2.31.6.2.31.6.2.3 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanMorfemisMorfemisMorfemisMorfemis
Hampir sama dengan plesetan grafis, plesetan morfemis juga memperlakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kata dengan menjadikan atau menganggapnya sebagai akronim. Berbeda dengan
plesetan grafis, plesetan morfemis menggelincirkan setiap morfem dari satuan
lingual dengan menganggapnya memiliki kepanjangan. Misalnya, nama Agus
diplesetkan menjadi Agak GUndul Sedikit.
1.6.2.41.6.2.41.6.2.41.6.2.4 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan FrasalFrasalFrasalFrasal
Plesetan frasal (kelompok kata) yaitu, seperti plesetan morfemis, plesetan
yang menggunakan frasa dan menganggapnya sebagai akronim. Bedanya, jika
plesetan frasal melibatkan frasa atau kelompok kata, plesetan morfemis
melibatkan morfem saja. Misalnya, frase Botol Lampu diplesetkan menjadi
BOdoh TOLol LAMbat PUla.
1.6.2.51.6.2.51.6.2.51.6.2.5 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan EkspresiEkspresiEkspresiEkspresi
Plesetan kalimat (ekspresi) yaitu plesetan sebuah kalimat dengan cara
mengubah kata-katanya sehingga mengubah baik secara parsial atau keseluruhan
makna sebuah kalimat tanpa mengubah struktur dan intonasi kalimat tersebut.
Misalnya, teks lagu “Ayo Maju Maju” diplesetkan menjadi “Tidak Maju Maju.”
1.6.2.61.6.2.61.6.2.61.6.2.6 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan IdeologisIdeologisIdeologisIdeologis
Plesetan ideologis (semantis) yaitu plesetan sebuah ide menjadi ide lain
dengan bentuk linguistik yang sama. Misalnya, hidup tak hidup, pandangan hidup,
pegangan hidup digelincirkan menjadi dipandang saja sudah hidup atau dipegang
baru hidup.
1.6.2.71.6.2.71.6.2.71.6.2.7 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan DiskursiDiskursiDiskursiDiskursi
Plesetan diskursi (wacana) yaitu plesetan dengan tingkat kerumitan paling
tinggi yang biasanya melibatkan sebuah cerita atau narasi, lalu memutarbalikkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
fakta, kenyataan, atau alur logika wacana yang sebenarnya. Misalnya: Andaikata
celana Anda terkena noda, so pasti akan mengurangi penampilan Anda. Nah,
untuk menghilangkan noda pada celana Anda sangatlah mudah untuk
mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlah celana Anda pada air hangat
selama 15 menit. Kedua peras dan jemurlah di depan pagar rumah Anda selama
24 jam. Dijamin sebelum 24 jam, noda yang menempel pada celana Anda akan
hilang seketika, berikut celananya. Contoh tersebut menggelincirkan sebuah
wacana menghilangkan noda pada celana menjadi menghilangkan noda beserta
celana.
1.6.31.6.31.6.31.6.3 RelasiRelasiRelasiRelasi MaknaMaknaMaknaMakna
Dalam semantik, satuan-satuan kebahasaan memiliki hubungan bentuk dan
makna dengan satuan kebahasaan yang lain. Selain itu, satuan-satuan kebahasaan
dimungkinkan memiliki berbagai makna (Wijana dan Rohmadi 2011: 19). Wijana
memberikan contoh kata putih. Kata putih memiliki beberapa hubungan. Kata
putih memiliki hubungan dengan kata suci. Kata putih memiliki hubungan dengan
hitam. Kata putih juga memiliki hubungan dengan kata kuning, biru, cokelat,
merah dan warna-warna lainnya.
Namun, ada juga satuan-satuan bahasa yang tidak memiliki hubungan makna,
tetapi secara kebetulan memiliki hubungan bentuk. Wijana memberikan contoh
binatang beruang memiliki hubungan bentuk secara tidak sengaja dengan kata
beruang 'memiliki uang' dan beruang 'memiliki ruang'.
Dari beberapa hubungan itu, Wijana menyimpulkan bahwa sinonimi,
antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan metonimi menjadi sentral di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
semantik (Wijana dan Rohmadi 2011: 20).
1.6.3.11.6.3.11.6.3.11.6.3.1 SinonimiSinonimiSinonimiSinonimi
Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Jadi, bentuk
kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan lain
(Wijana dan Rohmadi 2011: 20). Wijana mengatakan bahwa meskipun kata-kata
yang bersinonim memiliki kesamaan makna, itu pun tidak menyuruh. Kesamaan
menyeluruh (complete synonym) tidak pernah dijumpai (Wijana dan Rohmadi
2011: 20).
Setiap bentuk kebahasaan yang memiliki struktur fonemis yang berbeda dapat
dipastikan memiliki makna yang berbeda, betapa pun kecilnya (Bloomfield
1993: 145 dalam Wijana dan Rohmadi 2011: 20).
1.6.3.21.6.3.21.6.3.21.6.3.2 AntonimiAntonimiAntonimiAntonimi
Antonimi oleh Wijana disebut sebagai perlawanan kata. Antonimi bisa
dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada jumlah pasangan dan sifat
perlawanannya, yaitu antonimi biner dan antonimi nonbiner, antonimi bergradasi
dan antonimi tak bergradasi, antonimi ortogonal dan antipodal, antonimi
direksional dan antonimi relasional (Wijana 2011: 25).
Antonimi biner adalah perlawanan yang hanya beranggotakan dua buah
leksem. Dalam antonimi biner tidak bisa ditemui anggota lain selain kedua
anggota tersebut, contohnya antonimi biner antara kata hidup dan mati tidak
memiliki anggota selain kedua itu.
Antonimi nonbiner adalah antonimi, yang anggotanya lebih dati dua. Wijana
mencontohkan bahwa selain dingin dan panas ada anggota-anggota lain seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
hangat dan sejuk. Menurut Wijana dan Rohmadi, nama-nama bulan dianggap
sebaai pasangan antonimi nonbiner karena selain Januari dan Desember ada
anggota-anggota yang lain, seperti Februari, Maret, Juli, dan lain-lain.
Antonimi bergradasi adalah perlawanan yang berjenjang atau bertingkat
(gradable opposite) sehubungan dengan sifat-sifat relatif makna kata-kata yang
berlawanan itu (Wijana dan Rohmadi 2011: 28). Dalam antonimi bergradasi,
sangat dimungkinkan anggotanya dilekati oleh kata-kata seperti lebih, kurang,
agak, dan lainnya.
Menurut Wijana dan Rohmadi (2011: 29) antonimi yang tak bergradasi adalah
perlawanan tak bertingkat atau tak berjenjang (ungradable opposite). Biasanya
anggotanya berupa kata-kata yang tidak bersifat relatif, jadi tidak dijumpai
kata-kata seperti lebih, kurang, agak, dan lainnya.
Antonomi ortogonal adalah perlawanan yang oposisinya tidak bersifat
diametrik. Utara secara ortogonal bisa berantonim dengan semua arah mata angin
kecuali Selatan. Utara secara antipodal hanya berlawanan dengan Selatan saja.
Antonimi direksional adalah perlawanan makna yang oposisinya ditentukan
berdasarkan gerak menjauhi dam mendekati suatu tempat. Wijana mencontohkan
kata pulang dan pergi, ke sana dan ke mari, datang dan pergi merupakan pasangan
antonimi yang bersifat direksional. Sedangkan antonimi relasional menurut
Wijana dan Rohmadi adalah perlawanan yang oposisinya bersifat kebalikan.
1.6.3.31.6.3.31.6.3.31.6.3.3 PolisemiPolisemiPolisemiPolisemi
Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam
makna. Perbedaan antara makna yang satu dengan makna yang lain dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
ditelururi atau dirunut hingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa makna-makna
itu berasal dari sumber yang sama (Wijana dan Rohmadi 2011: 31). Suatu kata
bisa memiliki lebih dari satu makna dan kesamaan-kesamaan itu selalu memiliki
garis merah berupa kesamaan konsep kata-kata yang berpolisemi tersebut.
1.6.3.41.6.3.41.6.3.41.6.3.4 HomonimiHomonimiHomonimiHomonimi
Berbeda dengan polisemi, meskipun merupakan hubungan dua kata atau lebih
yang memiliki bentuk yang sama, homonimi ada atas dasar ketidaksengajaan.
Wijana mencontohkan kata beruang 'binatang' secara kebetulan memiliki bentuk
yang sama dengan beruang 'memiliki ruang' dan beruang 'memiliki uang'.
Homonimi secara umum adalah hubungan bentuk dua kata atau lebih yang
tulisan dan bunyinya sama persis. Hubungan bentuk yang hanya tulisannya saja
yang sama disebut homografi, sedangakan hubungan bentuk yang hanya bunyinya
saja yang sama disebut homofoni.
1.6.3.51.6.3.51.6.3.51.6.3.5 HiponimiHiponimiHiponimiHiponimi
Hiponimi adalah hubungan semantik antara makna spesifik dan makna
generik, atau anggota taksonomi dengan nama taksonomi (Kridalaksana, 1993: 74
dalam Wijana 2011: 53).
1.6.3.61.6.3.61.6.3.61.6.3.6 MetonimiMetonimiMetonimiMetonimi
Metonimi adalah kata atau leksem yang memiliki hubungan asosiatif dengan
kata atau leksem lain. Suatu kata terkadang dapat mengasosiasikan pendengarnya
kepada hal lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1.71.71.71.7 SumberSumberSumberSumber DataDataDataData
Dalam penelitian ini sumber telah ditentukan pada satu buku saja karena buku
tersebut merupakan buku yang penuh dengan plesetan. Berikut adalah informasi
mengenai sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
Judul buku : Plesetan Republik Indonesia 2004 - 2009 gerr sama
Kelik Pelipur Lara
Pengarang : Kelik Kelipur Lara
Penerbit : Pink Books
Kota terbit : Yogyakarta
Tahun terbit : 2005 (cetakan kedua)
Tebal buku : 169 halaman
1.81.81.81.8 MetodeMetodeMetodeMetode PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Berikut akan dijelaskan metode dalam pengerjaan penelitian ini mulai dari
metode pengumpulan data, metode analisis data, hingga metode penyajian hasil
analisis data.
1.8.11.8.11.8.11.8.1 MetodeMetodeMetodeMetode PengumpulanPengumpulanPengumpulanPengumpulan DataDataDataData
Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Objek data dari
penelitian ini adalah plesetan yang bersumber dari sumber pustaka berupa buku
Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara yang akan dibahas lebih
detail pada poin selanjutnya. Penulis terlebih dahulu membaca buku Plesetan
Republik Indonesia, lalu mencatat contoh-contoh yang representatif dan unik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Karena penelitian ini bukan merupakan penelitian kuantitatif, melainkan
penelitian kualitatif, penulis mengambil beberapa data sebagai sampel yang
representatif untuk masuk ke tahap klasifikasi.
1.8.21.8.21.8.21.8.2 MetodeMetodeMetodeMetodeAnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData
Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan
masalah. Masalah yang pertama adalah "Apa saja jenis-jenis plesetan yang
memiliki hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud dalam
buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?". Untuk menjawab
masalah tersebut, diterapkan metode padan refensial. Menurut Sudaryanto (1993:
12) metode padan refernsial adalah sub-jenis pertama metode padan yang alat
penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa.
Masalah kedua adalah "Apa saja hubungan makna antara leksem terucap
dengan leksem yang dimaksud yang terdapat pada wacana humor plesetan?".
Untuk menjawab masalah tersebut, diterapkan pula metode padan refensial.
Misalnya, untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan makna antara leksem
terucap dengan leksem termaksud dalam sebuah plesetan yang berbunyi kamu
bakal ketemu sama teman lama, tentunya yang sudah meninggal dunia, status
teman yang sudah meninggal dunia tetap bisa dianggap sebagai teman. Kata lama
berhubungan dengan waktu, begitu pula dengan frasa meninggal dunia. Jadi
terdapat hubungan makna anatara teman lama dan (teman yang) sudah meninggal.
Selain penerapan metode padan referensial, diterapkan pula metode padan
fonetis artikulatoris, metode padan translasional, dan metode padan ortografis.
Metode padan fonetis artikulatoris digunakan untuk menentukan identitas suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
satuan lingual dengan membandingkan bunyinya. Misalnya, dengan
mengidentifikasi bunyi kata Meriam pada Meriam Belina, dapat diketahui bahwa
terdapat dua leksem yang memiliki tulisan yang sama, tetapi memiliki bunyi yang
berbeda.
Metode padan translasional digunakan untuk mengidentifikasi satuan
kebahasaan dalam bahasa tertentu berdasarkan satuan kebahasaan dalam bahasa
lain, hal ini terkait dengan sangat dimungkinkannya terjadinya relasi makna yang
terbentuk karena adanya pengaruh bahasa asing dalam proses pembentukan
plesetan. Berikut adalah contoh penggunaan metode padan translational yang
digunakan dalam penelitan ini. Pada contoh yang membahas mengenai nama artis
yang membawa senjata, muncul nama Broery Peso Lima. Kata peso dalam bahasa
Indonesia tidak memiliki makna, tetapi dalam bahasa Jawa kata peso bermakna
senjata tajam untuk memotong benda lain. Jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia, kata peso bermakna pisau yang bermakna senjata tajam.
Metode padan ortografis digunakan untuk mengidentifikasi identitas kata
homofon, hal ini terkait dengan banyaknya kasus homofon dalam humor plesetan.
Berikut adalah contoh penggunaan metode padan ortografis dalam penelitian ini.
Pada contoh yang membahas mengenai nama artis (tunggal) yang jumlahnya lebih
dari satu, muncul nama Nia Daniati. Nama tersebut dianggap sebagai plesetan
mengenai nama orang tunggal yang jumlahnya lebih dari satu karena jika ditinjau
dari segi ortografis, terdapat susunan huruf d, a, dan n pada bagian nama Daniati.
Ketiga huruf tersebut jika disusun akan menjadi kata dan yang bermakna kata
hubung yang menghubungkan antara dua hal atau lebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Metode-metode tersebut diterapkan dalam memperoleh identifikasi data yang
kemudian data-data tersebut akan diklasifikasi berdasarkan masing-masing
masalah yang dibahas. Klasifikasi pada masalah pertama adalah klasifikasi jenis
plesetan menurut Sibarani. Klasifikasi masalah kedua adalah klasifikasi jenis
plesetan berdasarkan hubungan makna antara leksem terucap dan leksem
termaksud.
1.8.31.8.31.8.31.8.3 MetodeMetodeMetodeMetode PenyajianPenyajianPenyajianPenyajian HasilHasilHasilHasilAnalisisAnalisisAnalisisAnalisis DataDataDataData
Hasil data yang telah dianalisis kemudian disajikan menggunakan metode
informal dan formal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan dengan
melalui penjabaran kasus demi kasus dalam bentuk ulasan yang disusun dalam
paragraf-paragraf. Selain itu, penulis juga menampilkan beberapa gambar atau
tabel untuk memudahkan pembaca dalam memahami objek kajian.
1.91.91.91.9 SistematikaSistematikaSistematikaSistematika PenyajianPenyajianPenyajianPenyajian
Penyajian penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa bab. Bab I
merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metodologi
penelitian. Bab II merupakan analisis mengenai jenis-jenis plesetan yang
mengandung relasi makna. Bab III merupakan pembahasan mengenai hubungan
makna yang terdapat dalam plesetan. Bab IV, yaitu bab penutup, berisi
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BABBABBABBAB IIIIIIII
JENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENISJENIS-JENIS PLESETANPLESETANPLESETANPLESETANYANGYANGYANGYANGMEMILIKIMEMILIKIMEMILIKIMEMILIKI HUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANMAKNAMAKNAMAKNAMAKNA
ANTARAANTARAANTARAANTARALEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERUCAPTERUCAPTERUCAPTERUCAPDANDANDANDAN LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUD
2.12.12.12.1 PengantarPengantarPengantarPengantar
Sampel data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tujuh jenis plesetan
menurut Sibarani. Dari setiap data, perlu ditentukan terlebih dahulu leksem
terucap dan leksem termaksudnya. Namun, tidak semua jenis plesetan memiliki
hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud.
Hubungan makna anatara leksem terucap dan leksem termaksud hanya
dijumpai dalam (a) plesetan fonologis, (b) plesetan grafis, (c) plesetan ideologi,
dan (d) plesetan diskursi. Hubungan makna tidak dijumpai dalam (a) plesetan
morfemis, (b) plesetan frasal, dan (c) plesetan ekspresi.
Ada sebuah pola yang dapat dirumuskan mengenai kedudukan plesetan
diskursi terhadap plesetan jenis lainnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh.
Plesetan diskursi biasaya memuat plesetan jenis lainnya. Dalam sebuah plesetan
diskursi terkadang dijumpai plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan eskpresi,
dan lain-lain.
2.22.22.22.2 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan FonologisFonologisFonologisFonologis
Potensi adanya hubungan antara leksem terucap dengan leksem termaksud
dalam plesetan fonologis dapat dinilai tinggi. Verhaar (1996: 385-386)
menyebutkan bahwa fonem tidaklah membawa arti, tetapi berperan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pembeda makna. Jadi, dengan adanya perubahan fonem pada suatu satuan lingual
yang telah memiliki bentuk konvensional menjadi satuan lingual lain, dalam hal
ini bunyi, munculnya hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem
termaksud sangat mungkin terjadi.
Berikut adalah beberapa contoh plesetan yang tergolong dalam plesetan
fonologis:
(4) Swedia payung sebelum hujan.
(5) Makanan apa yang disukai anak-anak? (Jawab: Donat. Donat Bebek)
(6) Binatang apa yang paling kaya? (Jawab: Beruang)
(7) Burung yang paling kaya? (Jawab: Belibis)
Dari keempat contoh yang disebutkan, semua contoh yang telah disebutkan di
atas merupakan plesetan fonologis karena terdapat penggelinciran fonem. Pada
contoh (4) terjadi perubahan bunyi, ada berubahan bunyi berupa penambahan
fonem berupa penambahan fonem /w/ dan perubahan fonem /é/ menjadi fonem /ə/
pada kata sedia menjadi swedia. Pada contoh (5) terjadi perubahan fonem berupa
perubahan fonem /l/ menjadi /k/ pada kata Donat menjadi Donal.
Secara auditori, contoh (6) dan (7) tidak mengalami perubahan fonem, tetapi
sesungguhnya terdapat permainan fonem pada kedua contoh tersebut. Contoh (6)
merupakan plesetan fonologis karena memanfaatkan dua buah kata yang
kebetulan memiliki susuanan fonemis yang sama, yaitu beruang yang bermakan
'binatang' dengan beruang yang bemakna 'memiliki uang'. Contoh (7) juga
merupakan plesetan fonologis karena memanfaatkan bunyi yang sama antara frasa
beli (membeli) bus dengan kata belibis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dari keempat contoh tersebut dapat diidentifikasi mengenai keberadaan
hubungan makna antara leksem termaksud dengan leksem terucap. Pada contoh
(4), kata Swedia merupakan leksem terucap, sedangkan leksem termaksud penutur
adalah kata sedia. Kedua kata tersebut, Swedia dan sedia tidak berhubungan.
Begitu pula dengan contoh (5), kata yang diucapkan oleh penutur adalah kata
donat, sedangkan yang leksem termaksud oleh penutur adalah frasa yang
mengikutinya, yaitu Donat Bebek. Kata donat dan frasa Donal Bebek sebenarnya
tidak memiliki hubungan makna. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dari
contoh (6) dan (7) tidak dijumpai hubungan makna antara leksem terucap dengan
leksem termaksud.
Namun, ditemui hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem
termaksud dalam beberapa contoh berikut ini. Pada contoh (6), terdapat kata
beruang yang bermakna 'binatang' yang berkedudukan sebagai sebagai leksem
terucap, sedangkan leksem termaksud secara kebetulan memiliki susunan huruf
dan fonem yang sama, yaitu beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Hubungan
antara leksem terucap dengan leksem termaksud pada contoh (6) disebut sebagai
homonimi yang akan dibahas lebih dalam pada bab III. Hal serupa juga dijumpai
pada contoh (7), leksem beli (membeli) bus dengan leksem belibis memiliki bunyi
yang sama. Kedua leksem tersebut memiliki hubungan homofoni.
Berikut adalah tabel mengenai keberadaan hubungan makna antara leksem
terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan fonologis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel 1: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Fonologis
Contoh LeksemTerucap
LeksemTermaksud
Ada/Tidak adahubungan
Swedia payung sebelumhujan. swedia sedia _
Makanan apa yang disukaianak-anak? (Jawab: Donat.Donat Bebek)
donat donal _
Binatang apa yang palingkaya? (Jawab: Beruang) beruang beruang +
Burung yang paling kaya?(Jawab: Belibis) belibis beli (membeli)
bus +
Berdasarkan keempat contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan makna antara leksem yang dimaskud dengan leksem terucap dalam
jenis plesetan fonologis meskipun tidak semua contoh plesetan fonologis
memiliki hubungan tersebut.
2.32.32.32.3 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanGrafisGrafisGrafisGrafis
Pada praktiknya hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem
termaksud tidak dijumpai pada contoh-contoh plesetan grafis. Namun, hubungan
yang ada merupakan hubungan antara leksem terucap dengan tujuan plesetan1.
Berikut adalah beberapa contoh plesetan grafis yang dijadikan sampel untuk
dianalisis:
(8) STPDN: Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan)(9) SARS: Sakit Akibat Rindu Seks(10)TVRI: Televisi Verlu Raih Iklan
Contoh (8) tergolong plesetan grafis karena melibatkan penggelinciran setiap
1 Lihat penjelasan mengenai hubungan leksem terucap, leksem termaksud, dengan sasaran atau maksud padabab I, bagian latar belakang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
huruf pada bentuk konvensional singkatan STPDN. STPDN yang sebenarnya
adalah Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri digelincirkan menjadi
Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma. Ditinjau dari segi makna, dijumpai pokok
frasa yang sama antara Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dengan
Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma, yakni sekolah.
Pada tahun 2000-an—hampir bersamaan dengan buku Plesetan Republik
Indonesia ini ditulis—STPDN sedang ramai diberitakan tentang kasus terkait
tindakan yang melanggar norma perikemanusiaan. Munculnya kata norma pada
plesetan tersebut menumbulkan adanya hubungan antara leksem terucap (plesetan
STPDN) dengan kejadian yang dialami STPDN pada masa itu. Selain itu, kata
sekolah pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dan kata sekolah pada
Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan).menunjuk pada referen
yang sama, yaitu bangunan atau gedung yang digunakan untuk menuntut ilmu.
Contoh (9) tergolong plesetan grafis karena menggelincirkan huruf dari
singkatan yang sudah ada, yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
menjadi Sakit Akibat Rindu Seks. Pada kasus ini, kedua leksem tersebut memiliki
hubungan makna karena kedua frasa tersebut menunjukkan atau bermakna suatu
penyakit. Kata sakit pada Sakit Akibat Rinsu Seks memiliki makna yang sama
dengan kata syndrome dalam Severe Acute Respiratory Syndrome. Keduanya
berkeduduakan sebagai pokok pembentuk frasa.
Contoh (10) tergolong plesetan grafis karena menggelincirkan huruf dari
singkatan yang sudah ada, yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia) menjadi
Televisi Verlu Raih Iklan. Pada contoh tersebut, terdapat plesetan fonologis pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kata perlu menjadi verlu yang secara semantis juga tidak memiliki hubungan
makna. Televisi Republik Indonesia berkedudukan sebagai leksem termaksud,
sedangkan Televisi Verlu Raih Iklan berkedudukan sebagai leksem terucap.
Hubungan makna yang dimiliki contoh ini terletak pada kata televisi pada Televisi
Verlu Raih Iklan dengan kata televisi pada Televisi Republik Indonesia. Kedua
kata televisi tersebut mengacu pada referen yang sama, yaitu sistem penyiaran
gambar disertai bunyi.
Berikut adalah tabel untuk memudahkan mencari hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan grafis:
Tabel 2: Hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam
plesetan grafis
Contoh Leksem Terucap Leksem Termaksud Ada/Tidak adahubungan
STPDN Sekolah Tanpa PeraturanDan Norma
(peikemanusiaan)
Sekolah TinggiPemerintahan Dalam
Negeri+
SARS Sakit Akibat Rindu Seks Severe AcuteRespiratory Syndrome +
TVRI Televisi Verlu Raih Iklan Televisi RepublikIndonesia +
Berdasarkan beberapa contoh sampel plesetan grafis, dijumpai plesetan grafis
yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud.
Namun, hubungan yang terdapat pada plesetan grafis lebih mengarah ke
hubungan antara plesetan dengan sasaran atau maksud dari plesetan tersebut yang
dipengaruhi oleh konteks seperti munculnya kata norma pada contoh (10) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
bermaksud menyindir.
2.42.42.42.4 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanMorfemisMorfemisMorfemisMorfemis
Dalam buku Plesetan Republik Indonesia, ditemukan beberapa contoh yang
digolongkan secara utuh dalam plesetan morfemis.
(11) HONDA: HObinya Nongkrongi janDA(12) SPRITE: Sungguh PRIbadinya TEnang(13) KAWASAKI: suKAWAnita, SAyang Ketahuan Istri
Contoh (11) tergolong plesetan morfemis karena menganggap
morfem-morfem pada nama HONDA memiliki kepanjangan. HONDA yang
merupakan merk kendaraan bermotor berkedudukan sebagai leksem termaksud.
Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Hobinya
Nongkrongi Janda. Kedua leksem tersebut secara semantis tidak berhubungan.
Contoh (12) tergolong plesetan morfemis karena menganggap
morfem-morfem pada nama SPRITE memiliki kepanjangan. SPRITE yang
merupakan merk minuman ringan berkedudukan sebagai leksem termaksud.
Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Sungguh
Pribadinya Tenang. Dari kedua leksem tersebut tidak dijumpai hubungan makna.
Contoh (13) juga termasuk plesetan morfemis karena menganggap setiap
morfem pada nama KAWASAKI memiliki kepanjangan. KAWASAKI yang
merupakan merk kendaraan bermotor berkedudukan sebagai leksem termaksud.
Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Suka Wanita,
Sayang Ketahuan Istri. Kedua leksem tersebut tidak memiliki hubungan makna.
Berikut adalah tabel untuk memudahkan mencari hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan morfemis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel 3: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam PlesetanMorfemis
Contoh Leksem Terucap Leksem Termaksud Ada/Tidak adahubungan
HONDA Hobinya NongkrongiJanda HONDA _
SPRITE Sungguh PribadinyaTenang SPRITE _
KAWASAKI Suka Wanita, SayangKetahuan Istri KAWASAKI _
Jadi, seperti yang terjadi pada plesetan grafis, tidak dijumpai hubungan
makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan morfemis.
2.52.52.52.5 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan FrasalFrasalFrasalFrasal
Dari beberapa contoh yang ditemui dalam buku Plesetan Republik Indonesia,
plesetan yang tergolong dalam plesetan frasal tidak banyak dijumpai. Dalam buku
tersebut tidak ditemui plesetan frasal yang memiliki hubungan makna. Berikut
adalah contoh plesetan frasal:
(14) JARUM SUPER: Janda Rumantis Suka Pergi(15) GUDANG GARAM: Lugu, Sedang, tapi Garang dan Seram(16) SUSUKI KATANA: Sungguh-sungguh Lelaki Kalem tapi
mempesona(17) SUPER KIJANG: Suka Perempuan Berkaki Panjang
Contoh-contoh tersebut memilih frasa yang merupakan nama merk-merk atau
jenis suatu produk. Contoh (14) tergolong plesetan frasal karena menganggap
sebuah frasa JARUM SUPER sebagai akronim. JARUM SUPER yang merupakan
sebuah merk berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut
digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Janda Rumantis Suka Pergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Contoh (15) termasuk plesetan frasal karena menganggap frasa GUDANG
GARAM sebagai akronim. GUDANG GARAM berkedudukan sebagai leksem
termaksud dan merupakan merk. Leksem GUDANG GARAM digelincirkan
menjadi Lugu, Sedang, tapi Garang dan Seram. Kedua leksem tersebut tidak
memiliki hubungan makna.
Contoh (16) juga termasuk plesetan frasal karena menganggap frasa SUSUKI
KATANA sebagai akronim. SUSUKI KATANA—ejaan yang benar adalah
SUZUKI KATANA—merupakan merk sekaligus jenis kendaraan bermotor yang
berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut digelincirkan menjadi
Sungguh-sungguh Lelaki Kalem tapi mempesona. Kedua leksem tersebut tidak
memiliki hubungan makna.
Sama seperti contoh-contoh sebelumnya, contoh (17) juga merupakan
plesetan karena menganggap frasa SUPER KIJANG sebagai akronim. SUPER
KIJANG berkedudukan sebagai leksem termaksud dan merupakan nama jenis
kendaraan roda empat. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap,
yaitu Suka Perempuan Berkaki Panjang. Kedua leksem tersebut tidak memiliki
hubungan makna.
Berikut adalah tabel untuk memudahkan mencari hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan morfemis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 4: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Frasal
Contoh Leksem Terucap Leksem Termaksud Ada/Tidak adahubungan
JARUMSUPER
Janda Rumantis SukaPergi JARUM SUPER: _
GUDANGGARAM
Lugu, Sedang, tapiGarang dan Seram
GUDANGGARAM: _
SUSUKIKATANA
Sungguh-sungguh LelakiKalem tapi mempesona SUSUKI KATANA _
SUPERKIJANG
Suka Perempuan BerkakiPanjang SUPER KIJANG _
Jadi, berdasarkan sampel yang telah diambil, tidak ditemukan hubungan
makna antara leksem termaksud dengan leksem terucap pada beberapa contoh
plesetan grafis.
2.62.62.62.6 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan EkspresiEkspresiEkspresiEkspresi
Dalam buku Plesetan Republik Indonesia, ditemukan beberapa contoh
plesetan ekspresi. Berikut adalah beberapa contoh plesetan ekspresi yang
ditemukan dalam buku Plesetan Republik Indonesia:
(18)Lempar batu sembunyi di taman.
(19)Tong gosong terbukti garing.
(20)Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun tresno, Cut Wuri njaluk
rabi.
Contoh (18) dapat digolongkan ke dalam plesetan ekspresi karena terdapat
penggelinciran kalimat dengan mengikuti intonasi dan struktur kalimat lempar
batu sembunyi tangan menjadi lempar batu sembunyi di taman. Jika dilihat
berdasarkan kedudukannya, lempar batu sembunyi di taman merupakan leksem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
terucap, sedangkan lempar batu sembunyi tangan meruapak leksem termaksud.
Pada contoh tersebut, perubahan terjadi secara parsial. Karena adanya perubahan
tersebut, terjadi penggelinciran makna pula pada frasa sembunyi tangan.
Frasa sembunyi tangan pada peribahasa yang sesungguhnya berarti tidak
bertanggung jawab, sedangkan sembunyi di taman memiliki makna bersembunyi
di taman karena telah melemparkan batu. Pada peribahasa yang sesungguhnya
memang daapat dirasakan bahwa ada motif bersembunyi pada frasa sembunyi
tangan, hanya saja tindakan sembunyi dilakukan dengan tidak bertanggung jawab.
Pada perbandingan tersebut, keduanya menerangkan satu kata yang sama, yaitu
"sembunyi" yang memiliki makna yang sama, maka ada hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem termaksud pada contoh plesetan (18) tersebut.
Pada contoh (19), peribahasa yang seharusnya berbunyi tong kosong berbunyi
nyaring digelincirkan menjadi tong gosong terbukti garing. Karena leksem
terucap pada plesetan tersebut—tong gosong terbukti garing—mengikuti struktur
dan intonasi dari leksem termaksud, yaitu peribahasa yang berbunyi tong kosong
berbunyi nyaring. Pada kasus ini hampir seluruh bagian pada peribahsa yang asli
mengalami perubahan, tetapi intonasi kalimat tersebut masih berbunyi sama.
Hubungan makna tidak ditemui antara kedua leksem tersebut.
Pada contoh berikutnya, yaitu contoh (20), terjadi perubahan pada sebuah
peribahasa dalam bahasa Jawa. Perubahan tersebut melibatkan separuh bagian
dari peribahasa tersebut. Leksem termaksud pada contoh (20) adalah peribahasa
dalam bahasa Jawa yang berbunyi Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
berupa ekspresi Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun tresno, Cut Wuri
njaluk rabi. Perubahan terjadi pada bagian kedua yang dipisahkan oleh tanda
koma pertama dan bagian ketiga yang dipisahkan oleh tanda koma kedua. Dari
segi makna, perubahan pada bagian kedua memungkinkan adanya hubungan
makna antara karsa yang bermakna 'semangat' dengan tresno yang bermakna
'cinta'. Namun, pada bagian ketiga, Cut Wuri yang merupakan nama seseorang
yang ingin menikah tidak ada hubungannya dengan tut wuri handayani yang
bermakna 'yang di belakang memberikan dorongan'.
Jadi, dari beberapa contoh plesetan jenis ini, tidak dijumpai hubungan makna
antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Hubungan makna tersebut
sebenarnya bisa saja muncul karena adanya proses pembentukan pola sebuah
kalimat; hal ini berkaitan dengan hubungan sintaktik antara unsur-unsur
pembentuk kalimat, frasa, ataupun kata yang mengalami perubahan dalam suatu
plesetan ekspresi.
Berikut adalah tabel mengenai hubungan makna dalam plesetan ekspresi.
Tabel 5: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Ekspresi
Leksem Terucap Leksem Dimaksud HubunganLempar batu sembunyi di taman. Lempar batu sembunyi tangan _Tong gosong terbukti garing. Tong kosong berbunyi nyaring _Ing ngarsa sung tulada, ingmadya mbangun tresno, CutWuri njaluk rabi.
Ing ngarsa sung tuladha, inmadya mangun karsa, tut wurihandhayani
_
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.72.72.72.7 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan IdeologiIdeologiIdeologiIdeologi
Plesetan ideologi atau plesetan semantis sangat banyak ditemui dalam buku
Plesetan Republik Indonesia. Plesetan ideologi tidak selalu ditemui dalam bentuk
yang berdiri sendiri. Ada beberapa contoh plesetan ideologi yang ditemukan
tergabung dalam jenis plesetan wacana atau diskursi. Berikut adalah beberapa
contoh plesetan ideologis yang ditemukan dalam buku Plesetan Republik
Indonesia:
(21) Meski sedikit uang, tapi penuh arti. Artinya, ya miskin!(22) Kamu bakal ketemu sama teman lama, tentunya yang sudah
meninggal dunia.(23) Cinta itu ibarat kentut. Artinya kalo ditahan terasa sakit, tapi
kalo dikeluarin malu-maluin.
Contoh (21) merupakan plesetan ideologi karena terdapat sebuah
penggelinciran ide meski sedikit uang, tapi penuh arti menjadi ide lain dengan
bentuk linguistik yang sama. Ide yang sebenarnya adalah bahwa meski hanya
memiliki uang, tetapi (kehidupan) penuh arti. Namun, pada contoh ini ide tersebut
digelincirkan dengan penambahan kata-kata berupa "Artinya, ya miskin!". Pada
contoh tersebut, kelucuan muncul karena adanya penggelinciran ide yang
seharusnya berkonotasi positif menjadi berkonotasi negatif. Konotasi positif
tersebut terdapat pada frasa "penuh arti", tetapi menjadi negatif dengan
penggelinciran menjadi "Artinya, ya miskin!". Dari contoh tersebut dapat
diketahui bahwa secara semantis terdapat hubungan makna antara ide dari "penuh
arti" dengan "artinya, ya miskin!". Makna leksem terucap dengan leksem
termaksud dalam contoh ini bersifat bertentangan.
Contoh (22) merupakan contoh plesetan ideologis karena terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
penggelinciran ide Kamu bakal ketemu sama teman lama menjadi ide lain dengan
bentuk linguistik yang sama. Kamu bakal ketemu sama teman lama adalah leksem
termaksud. Leksem tersebut kemudian digelincirkan menjadi leksem terucap
berupa kalimat yang lebih lengkap Kamu bakal ketemu sama teman lama,
tentunya yang sudah meninggal dunia. Hubungan tersebut tidak dapat dilihat
begitu saja dari bentuk kedua leksem. Hubungan tersebut akan muncul apabila
makna kedua leksem tersebut ditentukan terlebih dahulu. Ide tentang teman lama
adalah orang yang dahulu merupakan teman yang tidak dijumpai selama beberapa
bulan, entah tahun, atau dengan jangka waktu yang relatif lama. Tetapi ide itu
digelincirkan dengan adanya tuturan tambahan yang menerangkan bahwa teman
lama termaksud adalah teman yang, saking lamanya tidak berjumpa, telah
meninggal dunia. Secara leksikal lama dan mati tidak memiliki hubungan makna,
tetapi secara gramatikal (terkait kumpulan kata pada kedua leksem) benang merah
yang mengikat antara ide lama dengan ide mati.
Contoh (23) termasuk plesetan ideologi karena adanya penggelinciran leksem
termaksud berupa ide cinta yang ditahan menimbulkan rasa sakit, tetapi cinta jika
dikeluarkan atau disampaikan menimbulkan rasa malu menjadi ide lain yang
bentuk linguistiknya sama. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap
berupa Cinta itu ibarat kentut. Artinya kalo ditahan terasa sakit, tapi kalo
dikeluarin malu-maluin. Kedua leksem tersebut membicarakan dua ide yang
maknanya berjauhan, yaitu cinta dan kentut. Namun, kedua ide tersebut
sebenarnya terikat dalam satu benang merah dengan adanya deskripsi mengenai
sifat dari keduanya yang sama sehingga dimunculkanlah analogi kentut untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menggambarkan cinta pada contoh tersebut. Pada contoh ini ditemukan hubungan
antara leksem terucap dengan leksem termaksud.
Dari beberapa contoh yang dijumpai, sesuai dengan namannya, plesetan
semantis atau ideologis sangat berpotensi memiliki hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem termaksud.
Berikut adalah table mengenai adanya hubungan makna antara leksem
terucap dan leksem termaksud dalam plesetan.
Tabel 6: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Ideologi
Leksem Terucap Leksem Dimaksud HubunganMeski sedikit uang, tapi penuharti.
Meski sedikit uang, tapipenuh arti. Artinya, yamiskin!
+
Kamu bakal ketemu samateman lama, ...
Kamu bakal ketemu samateman lama, tentunya yangsudah meninggal dunia.
+
Cinta itu ibarat kentut. Artinyakalo ditahan terasa sakit, tapikalo dikeluarin malu-maluin.
Cinta itu ibarat kentut.Artinya kalo ditahan terasasakit, tapi kalo dikeluarinmalu-maluin.
+
Keuangan: Cukup.Maksudnya, cukup susah...Hihihi!
Keuangan: Cukup.Maksudnya, cukup susah...Hihihi!
+
2.82.82.82.8 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan DiskursiDiskursiDiskursiDiskursi
Berdasarkan hasil pengolahan data, plesetan diskursi adalah jenis plesetan
dengan tingkat kebahasaan tertinggi. Plesetan jenis ini melibatkan satuan-satuan
kebahasaan yang lebih kecil mulai dari fonem hingga kalimat. Jadi, boleh
dikatakan bahwa sangatlah mungkin terdapat plesetan jenis lain seperti plesetan
fonologis, plesetan morfemis, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Berdasarkan data yang diperoleh, kerumitan yang terdapat pada plesetan
dikursi ditandai dengan adanya plesetan jenis lain yang berada dalam satu wacana.
Fakta dari sebuah wacana biasanya digelincirkan dengan cara memanfaatkan
keberadaan plesetan jenis lain atau plesetan dengan bentuk yang lebih sederhana.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh berikut:
(24) Berikut akan saya sampaikan tentang Ramalan Cuaca untuk daerahYogyakarta dan sekitarnya. Untuk Bogem Berawan, Pakem TidakBerawan, sedang Sarkem Tidak Perawan.
(25) Nah, sekarang kalo Anda merasa terganggu dengan ulah kecoa-kecoanakal di rumah Anda. Ada tips menarik untuk mengusirnya. Caranyamudah, tunjuk salah satu kecoa yang Anda anggap paling senior, lalujadikan beliau sebagai 'Kecoa Panitia' nya. So pasti kecoa tersebutbangga dengan jabatannya, kontan apa yang kita inginkan pasti akandisampaikan pada seluruh anggotanya. Apalagi cuma mengusir?!
(26) Sementara hingga berita ini diturunkan teryata masih menyisakannama seorang artis gaek yang artinya kebetulan sama dengan profesiistrinya sebagai penyanyi dangdut. Artis yang dimaksud adalah EDISUD yang artinya Eh, Dia Istrinya Suka Dangdut.
(27) Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, makabanyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengan namasenjata. Di antaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima (alm), TioPaku Sadewa, dan Meriam Belina.
Keempat contoh tersebut digolongkan dalam plesetan wacana karena plesetan
tersebut hadir dalam bentuk narasi dan ada fakta yang diputarbalikkan. Untuk
mengetahui leksem termaksud dan leksem terucap pada jenis plesetan ini perlu
pengidentifikasian lebih dalam pada satuan lingual yang lebih kecil dari wacana.
Dari data yang diperoleh, plesetan diskursi lebih berperan sebagai wadah bagi
jenis plesetan. Contoh (24) merupakan sebuah narasi yang menceritakan tentang
ramalan cuaca. Dalam contoh tersebut ditemukan adanya plesetan fonologis yang
tidak memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud.
Plesetan fonologis dalam contoh (24) adalah plesetan kata berawan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
perawan. Pada contoh tersebut, leksem termaksud dan leksem terucap hanya
memiliki kemiripan bunyi dan maknanya tidak berhubungan.
Pada contoh (25), terdapat narasi yang menggiring pembaca untuk
mengetahui cara mengusir kecoa. Namun, alur logika dari wacana tersebut
bergeser dengan munculnya "kecoa panitia". Hal tersebut merupaka plesetan
fonologis yang menjadi kunci penggeseran alur logika wacana tersebut.
Sebenarnya tidak ada hubungan secara semantis antara leksem "kecoa panitia"
dengan leksem "ketua panitia". Oleh sebab itu, contoh ini bukan merupakan
plesetan yang berhubungan makna.
Contoh (26) merupakan contoh plesetan wacana yang melibatkan plesetan
frasal untuk mengubah alur logika dari sebuah wacana. Wacana yang sebenarnya
menggiring pembaca untuk mengetahui siapa yang dibicarakan oleh penutur.
Setelah pembaca mengetahui bahwa artis yang dimaskud adalah EDI SUD,
penutur menggelincirkan EDI SUD menjadi sebuah frasa yang dianggap sebagai
akronim dari "Eh, Dia Istrinya Suka Dangdut". Leksem EDI SUD yang
merupakan nama tidak memiliki hubungan makna dengan leksem Eh, Dia Istrinya
Suka Dangdut.
Contoh (27) merupakan narasi yang menyebutkan nama-nama artis yang
namanya merupakan nama senjata. Pada contoh (27), ditemukan beberapa
plesetan fonologis dalam contoh plesetan diskursi tersebut, yaitu Keris Dayanti,
Broery Peso Lima, Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina. Leksem yang digaris
bawah tersebut merupakan leksem terucap, sedangkan leksem termaksud adalah
keris, peso (pisau), paku, dan meriam yang keempat pasang leksem tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
memiliki kesamaan bunyi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Plesetan Republik Indonesia,
plesetan diskursi lebih banyak memanfaatkan jenis plesetan lain dalam suatu
diskursi atau wacana. Hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem
yang dinaksud pada plesetan jenis lain yang terdapat dalam plesetan diskursi
terkadang mendukung hubungan-hubungan lainnya, termasuk hubungan plesetan
dengan sasaran atau tujuan atau maksud plesetan tersebut.
Berikut adalah tabel mengenai keberadaan hubungan makna antara leksem
terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan.
Tabel 7: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksuddalam Plesetan Diskursi
Plesetan HubunganHindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya,Berikut akan saya sampaikan tentang Ramalan Cuaca untukdaerah Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk Bogem Berawan,Pakem Tidak Berawan, sedang Sarkem Tidak Perawan.
_
Nah, sekarang kalo Anda merasa terganggu dengan ulahkecoa-kecoa nakal di rumah Anda. Ada tips menarik untukmengusirnya. Caranyya mudah, tunjuk salah satu kecoa yangAnda anggap paling senior, lalu jadikan beliau sebagai 'KecoaPanitia' nya. So pasti kecoa tersebut bangga dengan jabatannya,kontan apa yang kita inginkan pasti akan disampaikan padaseluruh anggotanya. Apalagi cuma mengusir?!
_
Sementara hingga berita ini diturunkan teryata masihmenyisakan nama seorang artis gaek yang artinya kebetulansama dengan profesi istrinya sebagai penyanyi dangdut. Artisyang dimaksud adalah EDI SUD yang artinya Eh, Dia IstrinyaSuka Dangdut.
_
Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, makabanyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengannama senjata. Diantaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima(alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina.
+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BABBABBABBAB IIIIIIIIIIII
HUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANMAKNAMAKNAMAKNAMAKNAANTARAANTARAANTARAANTARALEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERUCAPTERUCAPTERUCAPTERUCAP
DANDANDANDAN LEKSEMLEKSEMLEKSEMLEKSEMTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUDTERMAKSUD DALAMDALAMDALAMDALAM PLESETANPLESETANPLESETANPLESETAN
3.13.13.13.1 PengantarPengantarPengantarPengantar
Dalam buku Pengantar Linguistik Umum karya Ferdinand de Saussure,
dijelaskan tentang adanya hubungan in praesentia dan hubungan in absentia.
Hubungan in praesentia adalah hubungan antara unsur-unsur yang hadir dalam
sebuah mata rantai ujaran, sedangkan hubungan in absentia adalah hubungan
antara butir-butir yang ada pada suatu ujaran dengan butir-butir lain yang tidak
hadir dalam suatu ujaran dan bersifat asosiatif (Saussure 1998: 16).
Hal ini yang menjadi kunci tentang adanya hubungan, baik bentuk maupun
makna gejala-gejala kebahasaan, salah satunya plesetan. Hubungan dapat berupa
hubungan sintagmatis, yaitu hubungan linier atau horizontal pada suatu ujaran.
Hubungan dapat pula berupa hubungan paradigmatis, yaitu hubungan yang
bersifat vertikal antar ujaran. Maka, hubungan makna suatu plesetan dapat muncul
akibat adanya faktor sintagmatis maupun paradigmatis.
Dalam plesetan, terdapat dua leksem yang menjadi kunci mengenai suatu
plesetan, yaitu leksem terucap (said) dan leksem tidak terucap (unsaid). Leksem
yang terucap bukanlah hal yang sebenarnya dimaksudkan oleh penutur. Namun,
leksem yang terucap itu dapat menggantikan referen yang ada di dalam pikiran
pendengar atau mitra bicara dengan hal yang dimaksudkan oleh penutur.
Hubungan antara apa yang dimaksud dengan apa yang terucap inililah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
disebut dengan hubungan in absentia, yaitu hubungan dengan unsur yang ada,
tetapi tidak hadir dalam ujaran—dalam hal ini plesetan.
Bertumpu pada pemahaman tersebut, plesetan dapat dibedakan berdasarkan
jenis hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Oleh
sebab itu, pada bab ini akan dijelaskan hubungan-hubungan makna pada plesetan
yang terdapat dalam buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara,
meliputi (a) plesetan antonimi, (b) plesetan homonimi, (c) plesetan polisemi, (d)
plesetan hiponimi, (e) plesetan metonimi, dan (f) plesetan asosiatif.
3.23.23.23.2 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanAntonimiAntonimiAntonimiAntonimi
Secara semantis, Verhaar (1978) mendefinisikan antonimi sebagai: ungkapan
(biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain (Verhaar dalam Chaer,
1990: 91). Dari pernyataan tersebut dapat digarisbawahi bahwa hubungan
antonimi tidak terpaku pada suatu kata saja, tetapi hubungan tersebut dapat terjadi
pada satuan kebahasaan yang lebih luas. Hubungan antonimi dapat terjadi pada
hubungan antara kata dengan kata, kata dengan frasa, frasa dengan kata, kata
dengan kalimat, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Dari beberapa contoh yang terdapat dalam buku Plesetan Republik Indonesia,
ditemui hubungan antonimi dari suatu kata, frasa, klausa, bahkan suatu ide.
Berikut adalah contoh-contoh plesetan yang memiliki hubungan antonimi dalam
bentuk yang beragam pula:
(28) Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah... Hihihi!(29) Keuangan: Lumayan. Maksudnya, lumayan bokek... Hek!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(30) Beras Kasihan: Sementara untuk menyiasati agar tidak terjadinyakelangkaan beras di peredaran. Maka pemerintah telah melakukanoperasi pasar, dengan menginstruksikan pedagang beras, agar penjualanberas tidak dijual perkilo melainkan per butir.
(31) Masih dari dunia hiburan. Seorang pesulap handal Deddy Corbuzier,tahun lalu sempat menghebohkan warga Ibu Kota Jakarta, lantaran iaberhasil menghilangkan sebuah mobil saat mendemonstrasikan sulapnya.Namun itu belum seberapa dibandingkan dengan Edy Tanzil, yanghingga kini mampu menghilang dan tak kembali lagi.
Contoh (28) dan contoh (29) merupakan plesetan yang memiliki hubungan
makna antonimi. Tidak seperti plesetan yang hanya memunculkan leksem terucap,
contoh plesetan ini menghadirkan pula leksem yang dimaksud oleh penutur.
Pada contoh (28), dapat dijumpai leksem terucap yang hadir dalam tuturan,
yaitu cukup. Selain itu, leksem termaksud dihadirkan pula dalam wacana tersebut,
yaitu cukup susah. Hubungan makna pada contoh ini terdapat antara kata dan
frasa, yaitu kata cukup dan frasa cukup susah.
Kata cukup dalam kehidupan sehari memiliki konotasi yang mengarah ke
keadaan atau sifat yang positif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata cukup berarti 1111 jumlahnya memenuhi kebutuhan; tidak kurang; 2222 genap; 3333
lumayan; sedang. Kata cukup juga dapat bermakna 'agak'. Oleh sebab itu,
sejatinya kata cukup pada contoh, sebagai leksem terucap, mengarahkan pembaca
kepada pemahaman bahwa keuangan seseorang adalah cukup yang berkonotasi
positif. Namun, pada contoh (28), kata cukup tersebut diteruskan rantai
kalimatnya menjadi sebuah frasa cukup susah. Pada taraf ini penutur
menghadirkan leksem termaksud untuk menjelaskan bahwa yang dimaksudkan
dalam plesetannya adalah cukup susah.
Berlawanan dengan kata cukup yang berkonotasi positif, frasa cukup susah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
justru memberikan konotasi yang negatif. Nilai emotif yang terdapat pada kedua
leksem tersebut memiliki sifat yang berlawanan tetapi tidak mutlak. Maksudnya,
makna 'cukup' di sini tidak selalu berlawanan dengan 'cukup susah'. Pengukuran
tingkat kecukupan ini sebenarnya memiliki gradasi yang jumlahnya tidak
terhitung, yang bisa diwakili dengan kata agak menjadi agak cukup. Dalam hal
keuangan, lebih atau kurang sepeser pun telah bergeser dari titik gradasinya.
Berkenaan dengan keuangan, jika meminjam kata kaya dan miskin, terdapat
gradasi antara kedua kutub tersebut yang dapat diukur setiap peser dari seseorang.
Oleh sebab itu, contoh (28) merupakan plesetan antonimi. Karena makna
yang bertentangan tidak mutlak dan bergradasi, secara spesifik hubungan makna
yang terdapat dalam contoh tersebut adalah antonimi kutub atau antonimi polar.
Hal serupa juga dijumpai pada contoh (29). Kasusnya sama dengan contoh
(28). Leksem yang terucap pada contoh ini adalah kata lumayan dan leksem
termaksud adalah frasa lumayan bokek. Leksem termaksud sengaja dihadirkan
penutur dalam tuturannya untuk menunjukkan leksem yang dimaksudkan oleh
penutur karena jika mitra bicara tidak dapat menangkap maksud penutur jika
leksem termaksud tidak diharirkan.
Kata lumayan dalam KBBI memiliki dua arti, yaitu 1111 agak banyak; sedang;
cukup jugs, 2222 agak baik; sedang (cantik, pandai, dsb). Kata lumayan meskipun
memiliki kecenderungan mengarah ke konotasi negatif, tetapi dalam kamus lebih
mengarah ke konotasi positif. Lalu, kata lumayan itu digelincirkan menjadi frasa
lumayan bokek yang artinya tidak punya uang.
Kedua leksem tersebut memiliki dua kutub, karena konteksnya masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
membicarakan soal keuangan, yaitu kaya (memiliki banyak uang) dan bokek
(tidak memiliki uang). Kata lumayan sendiri berada di antara kedua kutub tersebut.
Karena posisinya yang berada di tengah-tengah, kata lumayan sudah tidak
mungkin berlawanan secara mutlak dengan kata sifat lainnya, yang pasti makna
kata lumayan pada contoh memiliki makna yang berlawanan dengan frasa
lumayan bokek yang juga terdapat di antara kedua kutub tadi. Jadi, contoh (29)
juga merupakan contoh plesetan antonimi. Karena kedua leksem tidak secara
mutlak berlawanan dan memiliki gradasi, contoh (29) tergolong dalam plesetan
antonimi kutub atau polar.
Pada contoh (30) pembaca diajak mengikuti sebuah narasi dalam sebuah
wacana yang bercerita tentang distribusi beras. Dalam wacana tersebut dibahas
tentang distribusi beras yang penjualannya dihitung berdasarkan satuan hitung
tertentu; satuan hitung yang digunakan dalam penjualan beras dalam wacana
tersebut adalah kilogram. Namun, terdapat permasalahan kelangkaan beras yang
mendesak pemerintah untuk mengubah cara penjualan beras tersebut berdasarkan
satuan hitung yang lain.
Sampai di sini pembaca memahami bahwa dalam wacana tersebut ada satuan
hitung yang lain, tetapi itu masih berupa ide abstrak. Ide tersebut jika ditarik dari
segi fungsinya dapat digolongkan sebagai leksem termaksud meskipun tidak
secara langsung diucapkan. Keberadaan ide tentang satuan hitung yang akan
menggantikan satuan hitung kilogram itu merupakan leksem terucap.
Terdapat penggelinciran terhadap ide tentang satuan hitung tertentu itu
menjadi satuan hitung yang tidak wajar dalam menghitung beras, yaitu butir. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sinilah titik kelucuan yang terdapat dalam contoh plesetan (30), bahwa tidaklah
lazim dan tidaklah efisien jika penjualan beras dihitung setiap butirnya.
Kata butir dalam konteks wacana tersebut dimaknai sebagai salah satu satuan
hitung yang disetarakan dengan kata kilogram. Jadi, butir dan satuan hitung yang
berada dalam satu jajaran dengan kilogram memiliki hubungan antonimi
hierarkial. Chaer (1990: 95) mengatakan makna kata-kata yang beroposisi
hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Oleh karena itu
kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan
ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama
jenjang kepangkatan, dan sebagainya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
ditarik simpulan bahwa kilogram adalah salah satu bagian dari satuan hitung
massa yang tentu saja memiliki pebanding lain berupa satuan hitung massa lain
yang bernilai lebih tinggi atau lebih rendah.
Pada contoh (31), tidak dapat diidentifikasikan secara jelas mana yang
merupakan leksem terucap dan leksem dimaksud. Leksem termaksud dan leksem
terucap pada contoh ini bersifat abstrak. Oleh sebab itu, dua ekstraksi ide berikut
mewakili kedua leksem tersebut. Leksem termaksud adalah ide tentang
'menghilangkan', sedangkan leksem terucap adalah ide mengenai 'menghilang'.
Kedua kata tersebut meskipun berasal dari kata asal yang sama, yaitu hilang,
tetapi maknanya menjadi berbeda setelah melalui proses morfologis. Kata
menghilang berarti kegiatan melenyapkan diri atau membuat dirinya tidak ada lagi.
Biasanya dalam sintaksis kata menghilang disebut sebagai kata kerja intransitif
karena tidak perlu diikuti dengan objek. Berbalikan dari sifat tersebut, kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menghilangkan bermakna kegiatan yang membuat atau menyebabkan benda lain
lenyap atau tidak ada lagi. Berdasarkan logika tersebut, kata menghilangkan
merupakan kata kerja transitif karena harus diikuti objek.
Antonimi yang terdapat dalam bentuk ini disebut khas karena antonimi ini
muncul secara morfologis walaupun bentuk dasarya sama (Parera, 1990: 56-57).
Berdasarkan sifat kedua kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa menghilang dan
menghilangkan memiliki hubungan antonimi yang secara spesifik digolongkan
oleh Parera sebagai pertentangan khas.
3.33.33.33.3 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanHomonimiHomonimiHomonimiHomonimi
Plesetan homonimi juga mencakup homografi dan homofoni. Beberapa ahli
meletakkan homografi dan homofoni dalam satu poin bersama homonimi. Chaer
(1990: 97) mengutip perkataan Edi Subroto bahwa homonimi, homografi,
homofoni sebenarnya tidak terlalu tepat dibicarakan di bawah judul 'relasi makna'.
Alasannya karena di antara leksem-leksem yang dibicarakan di sini tidak terdapat
relasi makna. Namun demikian, istilah-istilah itu secara tradisional dibicarakan
bersama dengan polisemi, antonimi, hiponimi. Chaer (1990: 97) mendefinisikan
homonimi sebagai ungkapan yang bentukbentukbentukbentuknya sama dengan ungkapan lain.
Hubungan antara leksem-leksem yang ditemui dalam contoh-contoh yang terdapat
di buku Plesetan Republik Indonesia juga bukan merupakan hubungan makna,
melainkan berupa hubungan bentuk. Namun, dalam konteks hubungan makna,
secara turun-temurun, hingga sekarang, homonimi yang juga mencakup
homografi dan homofoni tetap manjadi sentral dalam pembahasan mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
hubungan makna.
Berikut adalah beberapa contoh plesetan yang mengandung hubungan
homonimi, baik itu homografi, homofoni, maupun homonimi sendiri:
(32) Dewasa ini untuk meraih popularitas banyak seorang penyanyiIndonesia yang suka menggunakan 2 nama untuk dijadikan satu. Sepertimisalnya: Nia dan Niati, Ham dan ATT, serta tak mau ketinggalanpenyanyi yang cukup beken di kalangan remaja yaitu, Ahmad dan I.
(33) Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, maka banyakartis Indonesia yang menggunakan namanya dengan nama senjata. Diantaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, danMeriam Belina.
(34) Binatang apa yang paling kaya? Beruang(35) Makanan yang paling seram? Terancam(36) Cara menutup obat yang benar: Bagaimana menutup obat yang benar
dan aman? Carannya sangat mudah. Pertama-tama buatlah undanganrapat di rumah Anda sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepadatetangga, kerabat, dan sodara-sodara lainnya. Kedua ajaklah mereka rapatdi rumah Anda untuk membahas tentang cara menutup obat yang benardan aman, karena sesuai dengan anjuran dokter yang tertulis padakemasan obat yang berbunyi, "Tutuplah obat ini dengan rapat!"
Pada contoh (32), penutur menggelincirkan beberapa nama orang. Secara
auditori, plesetan tersebut tidak akan dengan mudah ditangkap mitra bicara.
Melalui tulisanlah plesetan itu lebih mudah ditangkap. Dalam wacana tersebut,
dapat diketahui beberapa leksem yang menjadi kunci dari plesetan yang ingin
disampaikan penutur. Kunci tersebut adalah Nia Daniati, Hamdan ATT, dan
Ahmad Dani. Ketiga leksem tersebut merupakan leksem terucap. Berhubungan
ketiga leksem tersebut adalah nama, tentu saja tidak dapat diketahui arti dari
ketiganya, maka ketiga leksem tersebut cukup dipahami sebagai nama. Mitra
bicara atau pembaca yang mengenali bunyi yang ditimbulkan dari leksem tersebut
jika dibaca atau dibacakan akan mudah menangkap leksem yang dimaksud oleh
penutur. Leksem termaksud penutur adalah Nia dan Niati, Ham dan ATT, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ahmad dan I.
Wacana tersebut berbicara mengenai nama artis yang menggabungkan dua
nama menjadi satu. Nama-nama tersebut dituliskan kembali menjadi sebuah frasa
yang terdiri atas dua nama yang mengapit kata "dan". Pembicaraan tidak akan
terlalu membahas menganai makna dan, tetapi sebagai pemahaman bersama,
bunyi dan yang secara kebetulan terdapat pada ketiga nama tersebut dianggap
sebagai kata.
Antara Nia Daniati dengan Nia dan Niati, Hamdan ATT dengan Ham dan
ATT, Ahmad Dani dengan Ahmad dan I, terdapat kesamaan bunyi. Secara bentuk,
hal ketiga pasang tersebut dapat digolongkan dalam hubungan homofoni.
Suku kata pertama dan kedua pada Hamdan dipisahkan menjadi dua.
Pembagian suku kata juga terjadi pada kata Ahmad dan Daniati. Hanya Daniati
yang mengalami penambahan huruf n sebelum huruf i pada kata baru iati.
Meskipun secara tertulis ketiga pasang leksem tersebut berbeda, tetapi karena
ketiganya memiliki kesamaan bunyi, ketiga pasang leksem tersebut memiliki
hubungan homofoni.
Seperti yang terjadi pada contoh (32), contoh (33) juga melibatkan beberapa
nama orang. Wacana pada contoh (33) membicarakan beberapa artis yang,
dinarasikan, bersenjata. Leksem termaksud dalam plesetan tersebut sekaligus
berkedudukan sebagai leksem terucap, hanya saja leksem termaksud adalah salah
sebagian dari kelompok kata yang tersusun sebagai nama.
Pada nama Krisdayanti yang dalam buku dituliskan dengan Keris Dayanti,
dua suku pertama dari nama tersebut memiliki kesamaan bunyi dengan keris yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bermakna 'senjata tajam'. Karena adanya kemiripan bunyi yang terdapat pada dua
suku kata pertama pada leksem termaksud (Krisdayanti) dengan leksem terucap
(kata Keris pada Keris Dayanti), kedua leksem tersebut memiliki hubungan
homofoni.
Berbeda dengan kasus pada nama Krisdayanti, pada nama Broery Peso Lima
terdapat kata Peso yang bunyi dan (terlepas dengan keberadaan huruf kapital)
tulisannya sama dengan kata peso dalam bahasa Jawa yang berarti 'pisau' dalam
bahasa Indonesia. Secara kebetulan kedua leksem tersebut memiliki susunan huruf
dan bunyi yang sama. Oleh sebab itu, leksem Peso memiliki hubungan homonimi
dengan kata peso (Jawa).
Masih berbicara soal homonimi, secara kebetulan kata Paku pada nama Tio
Paku Sadewa memiliki kesamaan baik bunyi maupun susunan huruf terhadap kata
paku dalam bahasa Indonesia yang bermakna 'benda bulat tajam yang terbuat dari
logam dan memiliki ujung runcing'. Karena kesamaan bunyi dan susunan huruf
tersebut, kedua leksem tersebut memiliki hubungan homonimi.
Berbeda dari ketiga nama yang telah dibahas pada contoh (33), kata meriam
pada nama Meriam Belina secara tidak sengaja memiliki kesamaan huruf dengan
kata meriam dalam bahasa Indonesia yang bermakna 'senjata api yang berat,
berlaras panjang, dan pelurunya besar'. Yang berbeda antara kedua leksem
tersebut adalah bunyi pengucapannya. Jika huruf e Meriam pada nama Meriam
Belina diucapkan dengan bunyi /é/. Huruf e pada kata meriam yang bermakna
'senjata api' diucapkan dengan bunyi /ə/. Oleh sebab itu, kedua leksem tersebut
memiliki hubungan homografi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pada contoh (34) dan (35) terdapat kasus yang serupa. Keduanya memiliki
pasangan leksem yang memiliki kesamaan baik bunyi maupun susunan hurufnya.
Secara kebetulan, leksem terucap berupa kata beruang pada contoh (34) memiliki
susunan huruf dan bunyi yang sama dengan leksem yang dimaksud oleh penutur,
yaitu kata beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Pada awalnya, pembaca atau
mitra bicara akan menangkap leksem terucap tersebut sebagai kata beruang yang
bermakna 'binatang' karena kata beruang yang bermakna 'memiliki uang' jarang
digunakan dalam kegiatan sehari-hari; yang lebih sering digunakan adalah frasa
"punya uang" atau "memunyai uang" atau "memiliki uang".
Kesamaan bentuk dan bunyi tersebut terjadi karena adanya proses morfologi
pada kata uang yang mengalami afiksasi dengan awalan ber-, yang menghasilkan
kata turunan berupa beruang. Bunyi dari kedua leksem tersebut juga sama.
Keduanya dibaca dengan bunyi /b/.
Sama dengan kasus pada contoh (34), pada contoh (35) juga dijumpai
kesamaan bunyi dan kesamaan susunan huruf pada leksem terucap dan leksem
termaksud. Kedua leksem tersebut adalah terancam yang bermakna 'salah satu
jenis sayur' dan terancam yang bermakna 'diancam oleh'. Kedua leksem tersebut
menjadi dua kata yang memiliki bentuk dan bunyi yang sama. Kesamaan bentuk
dan bnyi tersebut terjadi karena adanya proses morfologi pada kata ancam yang
mendapat awalan ter- menjadi kata turunan terancam. Oleh sebab itu, contoh (34)
dan contoh (35) sama-sama memiliki hubungan homonimi.
Pada contoh (36) ditemukan sebuah kasus yang cukup unik. Contoh tersebut
merupakan sebuah wacana yang memunculkan leksem terucap dan leksem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
termaksud penutur dalam tuturan. Leksem terucap dalam wacana tersebut berupa
kata rapat yang bermakna 'sidang atau pertemuan untuk membahas sesuatu',
sedangkan leksem termaksud penutur adalah 'hampir tidak berantara atau derap
sekali'. Uniknya, dalam wacana tersebut penutur memunculkan leksem terucap
hingga tiga kali. Dua kemunculan yang pertama, yaitu pada "Pertama-tama
buatlah undangan rapatrapatrapatrapat di rumah Anda ..." dan "Kedua ajaklah mereka rapatrapatrapatrapat di
rumah Anda ...", belum memunculkan kelucuan karena kata tersebut digunakan
pada konteks yang tepat. Namun, pada akhir wacana, leksem tersebut muncul
untuk yang ketiga kalinya sebagai penggelinciran penggunaan sebuah ekspresi
"Tutuplah obat ini dengan rapatrapatrapatrapat!".
Hubungan kedua leksem tersebut bisa dibilang agak rumit karena leksem
tersebut tidak berdiri sebagai kata yang disandingkan begitu saja dengan leksem
dimaksud oleh penutur. Namun, kedua leksem tersebut terdapat dalam dua wacana
terpisah yang dijadikan satu. Wacana pertama membahas tentang cara
mengadakan rapat yang bermakna 'pertemuan', sedangkan wacana kedua, yang
berupa ekspresi atau kalimat perintah "Tutuplah obat ini dengan rapat!" pada
kemasan obat. Karena adanya hubungan sintagmatik yang dialami kedua kata
tersebut dalam jajaran rantai kalimat masing-masing, kedua kata tersebut memiliki
dua makna yang berbeda. Kata rapat yang muncul dua kali pada konteks
kemunculan pertama bermakna 'sidang atau pertemuan untuk membahas sesuatu',
sedangkan kata rapat pada ekspresi mengenai cara menutup obat bermakna
'hampir tidak berantara atau derap sekali'.
Kedua kata berbeda makna tersebut memiliki susunan huruf yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Keduanya juga diucapkan dengan bunyi yang sama. Oleh sebab itu, kedua leksem
tersebut memiliki hubungan homonimi.
3.43.43.43.4 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetan PolisemiPolisemiPolisemiPolisemi
Seperti yang telah dibahas pada landasan teori, polisemi merupakan satuan
kebahasaan yang memiliki makna lebih dari satu. Suatu kata dapat memiliki
makna ganda karena biasanya bergabung dengan kata lain menjadi frasa atau
satuan kebahasaan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Kata tersebut selalu
memiliki beberapa unsur atau komponen makna. Komponen makna tersebut yang
nantinya akan menjadi benang merah satuan kebahasaan turunannya karena
makna-makna tersebutlah yang menjadi dasar pemaknaan satuan kebahasaan
turunannya. Oleh sebab itu, sangat penting adanya pembahasan mengenai
komponen makna dari beberapa contoh yang ditemukan dalam buku Plesetan
Republik Indonesia berikut untuk meengetahui hubungan makna antara leksem
yang terucap dengan leksem termaksud:
(37) Buah apa yang selalu melambai-lambai? Buah dada(38) Setelah diadakan lomba debat dengan para pejabat ternyata yang
dinobatkan sebagai pemenang adalah atlit silat. Terbukti selain pandaibersilat ia juga lihai bersilat lidah.
(39) Pihak Pemda Jogjakarta baru-baru ini telah mengeluarkan keputusanbaru, bahwasanya bagi para pelajar Jogja mulai sekarang ini dilarangmenonton bioskop memakai seragam sekolah, melainkan diwajibkanmemakai duit!
Sayangnya tidak dapat dijumpai lebih banyak contoh lagi untuk membahas
polisemi dalam buku Plesetan Republik Indonesia. Pada contoh (37) dijumpai
frasa buah dada yang menjadi jawaban atas sebuah pertanyaan mengenai salah
satu jenis buah. Pertanyaan tersebut sebenarnya bertanya mengenai salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
jenis buah, tetapi jawabannya merupakan leksem terucap berupa buah dada. Frasa
buah dada tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada
contoh ini leksem termaksud masih bersifat abstrak dan tidak dapat ditentukan.
Namun, dapat diketahui bahwa leksem termaksud dalam contoh ini merupakan
buah yang jenisnya tidak disebutkan secara spesifik.
Jika dilihat dari bentuk wacana yang ada, penutur bermaksud menyebut buah
dada untuk mengatakan sesuatu yang memiliki sifat melambai-lambai; sifat
melambai-lambai mengacu pada sifat feminin dari manusia, hal ini merujuk pada
perempuan. Sifat tersebut berkaitan dengan kata buah yang nantinya akan
diturunkan menjadi frasa buah dada.
Kata buah di sini memiliki komponen makna yang mangikat hubungan kata
buah sendiri dengan buah dada. Kata buah pada umumnya bersifat menggantung
pada pohon, bentuknya dominan bulat atau tidak kubistis. Komponen makna
tersebut juga berlaku pada frasa buah dada meskipun tidak seratis persen persis.
Sifat-sifat tersebutlah yang membuat ide mengenai buah dalam pertanyaan pada
contoh (37) berpolisemi dengan frasa buah dada.
Contoh (38) juga merupakan plesetan wacana yang memanfaatkan hubungan
polisemi. Hubungan tersebut terdapat pada kata bersilat, kegiatan yang dilakukan
oleh seorang pesilat, yang disandingkan dengan frasa bersilat lidah.
Penggelinciran pada plesetan ini sebenarnya bukan pada kata bersilat,
melainkan penggunaan frasa bersilat lidah pada konteks wacana tersebut yang
menyatakan bahwa pemenang lomba debat adalah seorang atlet silat karena atlet
silat dalam wacana tersebut ahli dalam bersilat lidah. Dapat dilihat bahwa frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bersilat lidah yang berkedudukan sebagai leksem terucap memiliki hubungan
dengan kata silat dan kegiatan debat yang berkedudukan sebagai leksem
termaksud. Kegiatan debat memiliki keterkaitan makna dengan kegiatan yang
mengandalkan serangan dan juga pertahanan. Kegiatan debat tersebut memiliki
kemiripan dengam kegiatan silat, hanya saja silat merupakan salah satu cabang
olahraga. Dari situ dapat ditemui sebuah komponen makna dari kata silat, yaitu
silat merupakan sebuah kegiatan, silat mengandung unsur menyerang dan
bertahan. Kata silat tersebut berkembang menjadi frasa bersliat lidah yang kurang
lebih mengandung komponen makna yang serupa dengan komponen makna yang
dimiliki kata silat, yaitu bersilat lidah bermakna bersilat kata atau beradu mulut.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kata silat berpolisemi dengan frasa bersilat
lidah.
Contoh (39) sedikit berbeda dengan kedua contoh yang lain. Dalam wacana
tersebut dapat ditemui gabungan kata memakai seragam dan gabungan kata
memakai duit. Sebenarnya kata memakai tersebut masih bersifat umum. Kata
memakai bisa bermakna mengenakan atau mempergunakan. Karena faktor
sintagmatis yang dialami masing-masing kata tersebut, makna memakai pada
masing-masing leksem menjadi lebih spesifik. Kata memakai yang pertama
menjadi bermakna mengenakan karena diikuti oleh objek seragam sekolah,
sedangkan kata memakai yang kedua menjadi bermakna memakai karena diikuti
oleh objek duit atau uang. Oleh sebab itu leksem terucap bukan frasa memakai
duit, melainkan kata memakai yang diikuti kata duit, sedangkan leksem termaksud
adalah kata memakai yang diikuti kata seragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pada kasus ini tidak dapat dikatakan bahwa kata memakai dan memakai
berhubungan homonimi karena keduanya adalah kata yang sama, bukan kata yang
sama tetapi maknanya berbeda. Kata tersebut secara unik, setelah diikuti objek
yang berbeda, menjadi memiliki maknanya sendiri-sendiri. Sebenarnya
mempergunakan dan mengenakan memiliki kemiripan dari segi penggunaan
barang. Keduanya merupakan tindakan yang dilakukan terhadap suatu objek
tertentu, tetapi caranya yang berbeda. Maka, dapat disimpulkan bahwa kata
memakai dalam contoh (39) dapat bermakna mempergunakan atau mengenakan.
3.53.53.53.5 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanHiponimiHiponimiHiponimiHiponimi
Pada poin ini, selain membicarakan hubungan hiponimi, akan dibahas pula
hipernimi dan kohiponim untuk memperluas cakupan dalam pembahasan
beberapa contoh plesetan yang akan dibahas. Verhaar (1978: 137) dalam Chaer
(1990: 102) menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi
kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna suatu ungkapan lain. Kebalikan dari hiponimi, hipernimi
merupakan ungkapan yang maknanya dianggap merangkul ungkapan-ungkapan
lain di bawahnya. Hubungan antara ungkapan yang sama-sama merupakan bagian
dari ungkapan lain disebut kohiponim.
Berikut akan dibahas beberapa contoh plesetan yang memiliki leksem terucap
dan leksem termaksud yang berhubungan baik homonimi, hipernimi, maupun
kohiponim:
(40) Tabrakan Medali: Tabrakan segitiga yang terjadi di Jalan Tol Jagorawikemaren, antara mobil angkot, sedan dan metromini cukup banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
memakan korban. Diantaranya: 7 Tewas, 4 Perak dan 3 Perunggu.(41) Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya, soto...
campur koyok, terus bakso campur rheumason, dll.(42) Jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung minyak.
Misalnya, Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng, apalagiMinyak Jinggo. Ho-oh, tho!
(43) Banyak penyanyi kondang Indonesia yang membubuhkan merkkendaraan baik di depan maupun di belakang namanya untuk meraihpopularitasnya. Misalnya, Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa.
Contoh (40) adalah sebuah wacana yang berupa paragraf. Wacana tersebut
bercerita tentang adanya kecelakaan antara angkot, sedan, dan metromini yang
terjadi di jalan tol Jagorawi. Diceritakan dalam wacana teresebut bahwa
kecelakaan tersebut memakan beberapa korban. Hingga bagian ini, pembaca atau
mitra bicara diajak menyimak sebuah berita. Biasanya, ketika mendengar soal
kecelakaan dan korban, akan muncul beberapa kata yang secara kolokatif
menjelaskan kondisi dari korban tersebut. Keadaan tersebut biasanya adalah
meninggal, luka parah, luka ringan, terkadang ada juga belum ditemukan.
Ungkapan tersebut sebenarnya tidak tertulis dalam wacana, tetapi pada wacana
yang lebih luas biasanya ungkapan tersebut muncul.
Sebelum membahas mengenai keadaan korban, penutur menggelincirkan
kelompok kata tersebut dengan kelompok kata "7 Tewas, 4 Perak dan 3
Perunggu". Pada ungkapan tersebut, hanya disebut bahwa ada nominal 7 yang
menunjukkan jumlah korban dalam keadaan tewas, sedangkan dua nominal
lainnya, digelincirkan sedemikian rupa sehingga bukannya membicarakan
keadaan korban, melainkan membicarakan jenis medali.
Untuk mempermudah melihat hubungan antara tewas, perak, dan perunggu,
lupakan angka-angka yang diikuti ketiga kata tersebut. Jika mengacu pada judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
wacana "Tabrakan Medali", kata perak dan perunggu saling berkohiponim,
sedangkan tewas tidak berkohiponim dengan perak dan perunggu, bahkan tidak
berhubungan sama sekali.
Leksem tewas sebenarnya menggantikan kata emas dalam ungkapan "7 Tewas,
4 Perak dan 3 Perunggu". Seharusnya leksem tewas berkohiponim dengan
kondisi atau keadaan korban seperti "luka ringan" atau "luka parah". Sedangkan
perak dan perunggu berkohiponim dengan emas yang sengaja tidak dihadirkan
oleh penutur. Jadi, dalam contoh plesetan (40) terdapat penggelinciran yang
menukar posisi leksem yang tidak hadir, yaitu emas, dengan leksem yang hadir,
yaitu tewas. Perspektif dapat juga dibalik, jika pembaca menganggap wacana
tersebut sebagai kabar atau berita tentang kecelakaan yang memakan korban,
leksem perak dan perunggu lah yang menukar leksem lain berupa keadaan korban
yang entah itu luka ringan atau luka parah yang tidak hadir dalam wacana.
Contoh (41) merupakan sebuah ekspresi atau lebih tepatnya perintah bagi
pembaca untuk tidak terlalu banyak memakan makanan yang pedas. Namun,
terjadi penggelinciran pada penyebutan makanan-makanan yang pedas. Yang
dihadirkan dalam wacana tersebut justru penambahan benda pedas (bukan
makanan) pada beberapa makanan.
Pada contoh tersebut, disebutkan dua leksem, yaitu soto dan bakso, yang
merupakan hiponim dari jenis-jenis makanan. Dalam hal ini dapat dibenarkan
bahwa kedua leksem tersebut merupakan makanan. Namun makanan tersebut
masih bersifat netral atau tidak pedas karena sebenarnya yang memberikan rasa
pedas adalah bahan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada wacana tersebut, seperti yang telah disinggung tadi, muncul benda pedas
yang bukan merupakan makanan menjadi campuran dari makanan tadi sebagai
pemberi rasa pedas. Benda-benda tersebut diwakili oleh leksem rheumason dan
koyok yang memang bersifat pedas, tetapi pedas yang dirasakan kulit, bukan
indera pencecap.
Oleh sebab itu, terdapat hubungan hiponimi dan hipernimi secara sintagmatik
antara sifat pedas dengan leksem rheumason dan koyok. Hubungan hipernimi juga
dimiliki leksem soto dan bakso terhadap ungkapan jenis-jenis makanan yang
secara eksplisit diungkapkan penutur. Jadi, boleh dikatakan bahwa hubungan, baik
hiponimi, hipernimi, maupun kohiponim dalam contoh (41) tidak bersifat
paradigmatis. Yang jelas hubungan hiponimi, hipernimi, dan kohiponim muncul
akibat faktor sintagmatik dalam contoh plesetan (14).
Tidak jauh berbeda dari contoh (41), contoh (42) juga merupakan sebuah
plesetan wacana yang berupa larangan bagi pembaca untuk tidak memakan
makanan yang mengandung minyak. Namun, terdapat penggelinciran pada
penyebutan makanan yang mengandung minyak. Bukannya jenis-jenis makanan
yang disebut dalam ungkapan tersebut, melainkan jenis-jenis minyak.
Leksem yang hadir adalah Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng,
Minyak Jinggo. Dalam pembahasan kali ini lupakan leksem minyak jinggo karena
leksem tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali baik terhadap minyak,
maupun makanan. Leksem minyak tanah, minyak wangi, dan minyak goreng
merupakan kelompok leksem yang merupakan bagian (dalam hal ini jenis)
minyak. Oleh sebab itu, seperti pada kasus-kasus sebelumnya, hubungan hiponimi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
hipernimi, maupun kohiponim dalam contoh ini lebih bersifat sintagmatik.
Yang jelas, sebenarnya terdapat kelompok leksem lain yang tidak dihadirkan
oleh penutur yaitu jenis-jenis makanan mengandung minyak yang keberadaannya
telah digantikan oleh kelompok leksem jenis-jenis minyak tadi.
Contoh (43) sebenarnya juga mengalami kasus yang tidak jauh berbeda
dengan contoh lainnya. Contoh (43) merupakan plesetan wacana yang membahas
soal nama artis yang mencantumkan merk kendaraan. Sebenarnya contoh plesetan
ini tergolong plesetan homonimi karena antara beberapa leksem termaksud
dengan leksem terucap memiliki bentuk atau susunan huruf berbeda dan tersusun
atas deretan bunyi yang sama.
Namun, berhubung poin ini membahas mengenai hiponimi, hipernimi, dan
kohiponim, yang disoroti pada contoh ini adalah hubungan antara nama-nama
artis dengan leksem Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa. Leksem-leksem
tersebut juga memiliki hubungan dengan merk-merk kendaraan.
Hubungan-hubungan tersebut merupakan hubungan sintagmatik dalam sebuah
wacana. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Titik Vespa adalah plesetan dari
nama Titik Puspa. Selain nama itu, Atik CB dan Nicky Astrea memang merupakan
nama artis di Indonesia, maka jelas bahwa ada hubungan kohiponim di antara
ketiga leksem tersebut. Mereka berhiponim dengan ungkapan nama-nama artis
Indonesia yang tidak hadir dalam wacana.
Selain nama-nama artis tersebut, ada bagian-bagian dari leksem-leksem
tersebut yang berhiponim dengan merk kendaraan. CB pada leksem Atik CB,
Astrea pada leksem Nicky Astrea, dan Vespa pada Titik Vespa, saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
berkohiponim dan sekaligus berhiponim dengan ungkapan merk kendaraan yang
tidak hadir dalam wacana.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa contoh di atas, hiponimi,
hipernimi, kohiponim tidak dijumpai dalam hubungan paradigmatis yang terdapat
dalam buku Plesetan Republik Indonesia. Hubungan-hubungan tersebut terdapat
pada ranah sintagmatis dalam suatu deret kata, frasa, dan kalimat-kalimat pada
beberapa contoh yang telah dibahas.
3.63.63.63.6 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanMetonimiMetonimiMetonimiMetonimi
Perlu dikatahui bahwa tidak semua plesetan yang memiliki hubungan
metonimi antara leksem terucap dengan leksem termaksud dapat digolongkan ke
dalam plesetan metonimi. Dalam hubungan metonimi, sebutan atau satuan
kebahasaan lain merujuk secara langsung kepada referen yang sama. Jadi, asosiasi
yang merujuk pada referen yang berbeda tidak dapat digolongkan ke dalam
metonimia.
Untuk lebih jelasnya, telah ditemukan beberapa contoh plesetan yang
memiliki hubungan metonimi antara leksem terucap dengan leksem termaksud
dalam buku Republik Plesetan Indonesia. Berikut ada contoh-contoh plesetan
metonimi:
(44) Andaikata celana Anda terkena noda, so pasti akan mengurangipenampilan Anda. Nah, untuk menghilangkan noda pada celana Andasangatlah mudah untuk mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlahcelana Anda pada air hangat selama 15 menit. Kedua peras dan jemurlahdi depan pagar rumah Anda selama 24 jam. Dijamin sebelum 24 jam,noda yang menempel pada celana Anda akan hilang seketika, berikutcelananya.
(45) Warga Jogja baru-baru ini dihebohkan oleh adanya berita tentang Polisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Jogja yang kini telah mendapat penghargaan dari MURI alias MuseumRekor Indonesia. Adapun penghargaan tersebut diterima, karena terbuktibahwa Polisi di kota Jogja ternyata postur tubuhnya paling tinggi di dunia.Hal ini terbukti dengan adanya tulisan terpampang di dekat kantor-kantorPolisi yang menyebutkan: "Polisi 100 meter."
(46) Sementara di Jogja baru saja dihebohkan dengan adanya berita bahwaSate Terpanjang di dunia ada di kota Jogja. Maka tak heran apabila salahsatu warung sate di kota Jogja juga mendapat penghargaan dari MURIatau Museum Rekor Indonesia. Hal ini juga terbukti dengan adanyatulisan yang terpampang di dekat warung sate tersebut, yangmenyebutkan: "Sate 50 meter."
Contoh (44) merupakan sebuah wacana yang membahas mengenai cara
menghilangkan noda pada celana. Wacana eksposisi tersebut menggiring
pemahaman pembaca atau mitra bicara untuk percaya bahwa nantinya noda pada
celana akan benar-benar hilang. Namun, terdapat penggelinciran ide pada wacana
tersebut. Noda pada celana itu benar-benar hilang, tetapi disebutkan pula oleh
penutur bahwa yang hilang bukan hanya nodanya saja, melainkan berikut
celananya.
Dalam hubungan metonimi, dikenal adanya penyebutan salah satu bagian dari
suatu ungkapan untuk menyatakan keseluruhan referen yang diacu. Hal tersebut
biasa disebut dengan pars pro toto. Pada contoh (44), wacana tersebut berbicara
bahwa untuk menghilangkan noda pada celana perlu dilakukan pencucian celana
tersebut, lalu celana dijemur hingga nodanya hilang.
Dari awal hingga menjelang akhir, pembaca digiring untuk memahami bahwa
yang akan hilang adalah salah satu bagian dari celana yang dicuci, yaitu noda.
Namun, pada akhir paragraf, disebutkan bahwa ternyata cara yang dianjurkan oleh
penutur tersebut mencoba menghilangkan celana secara keseluruhan. Dari kasus
tersebut, dapat diidentifikasi bahwa leksem noda pada celana adalah leksem yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
terucap, sedangkan leksem yang dimaksudkan oleh penutur adalah celana secara
keseluruhan yang dihadirkan pula pada akhir wacana.
Karena leksem noda pada celana pada wacana tersebut sebenarnya merujuk
pada referen berupa celana pada utuhnya, dapat ditentukan bahwa ada hubungan
metonimi berupa penyebuan sebagian untuk mengacu pada keseluruhan objek.
Pada contoh (45), terdapat sebuah wacana yang sebenarnya menceritakan
bahwa postur tubuh polisi di Jogja paling tinggi di seluruh dunia. Yang menjadi
alasan penutur menyatakan berita tersebut karena tinggi polisi di Jogja mencapai
100 meter. Hal ini tentu saja tidak mungkin karena sebenarnya terjadi sebuah
penggelinciran tentang leksem termaksud dengan kehadiran leksem terucap.
Leksem Polisi 100 meter berkedudukan sebagai leksem terucap. Leksem tersebut
sebenarnya merupakan sebutan bagi keseluruhan suatu benda yang lebih utuh,
yaitu sebuah papan petunjuk yang mengandung informasi berupa tulisan "Polisi
100 meter" yang biasanya dilengkapi dengan tanda panah. Makna 100 meter pada
tersebut sebenarnya mengacu pada jarak papan hingga kantor polisi terdekat.
Bentuk papan secara utuh beserta informasi tersebut memang tidak hadir dalam
wacana, tetapi ia berkududkan sebagai leksem termaksud.
Karena leksem terucap "Polisi 100 meter" merupakan salah satu bagian dari
keseluruhan benda lain, yaitu leksem termaksud dalam wacana tersebut, contoh
plesetan metonimi penyebutan sebagian dari keseluruhan.
Hampir sama dengan contoh (45), contoh (46) juga dapat digolongkan dalam
plesetan metonimi. Wacana pada contoh (46) bercerita bahwa warung sate
terpanjang di dunia terdapat di Jogja. Hal tersebut ditandai dengan munculnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
leksem terucap, yaitu Sate 50 meter. Leksem tersebut sebenarnya juga merupakan
sebuah penggelinciran. Sebenarnya Sate 50 meter tersebut tidak menunjuk pada
warung sate yang panjangnya mencapai 50 meter. Sate 50 meter tersebut hanyalah
bagian dari sebuah papan petunjuk yang mengandung informasi berupa tulisan
Sate 50 meter. Sebenarnya Sate 50 meter bermakna jarak menuju warung sate
terdekat. Oleh sebab itu, karena leksem Sate 50 meter merupakan bagian dari
keseluruhan papan pentunjuk warung sate, ada hubungan metonimi penyebutan
bagian dari keseluruhan.
3.73.73.73.7 PlesetanPlesetanPlesetanPlesetanAsosiatifAsosiatifAsosiatifAsosiatif
Dari contoh-contoh yang telah dibahas dalam beberapa poin mengenai
hubungan metonimi, masih ada hubungan yang bersifat asosiatif yang tidak dapat
digolongkan ke dalam hubungan metonimi atas berbagai pertimbangan. Terlepas
dari jenis hubungan yang seperti apa, hubungan asosiatif itu ada dalam setiap
rangkaian wicara. Berikut adalah kutipan dari sebuah pengantar berjudul
"MONGIN-FERDINAND DE SAUSSURE (1857-1913) BAPAK LINGUISTIK
MODERN DAN PELOPOR STRUKTURALISME" oleh Harimurti Kridalaksana
dalam buku Pengantar Linguistik Umum karya Ferdinand de Saussure:
Setiap mata rantai dalam rangkaian wicara mengingatkan orang pada
satuan bahasa lain karena satuan itu serupa atau berbeda dari yang lain
dalam bentuk dan makna. Inilah yang disebutnya hubungan-hubungan
asosiatif. Hubungan ini disebut hubungan in absentia kaerna butir-butir
yang dihubungan itu ada yang muncul, ada yang tidak tidak ada dalam
ujaran (Saussure 1988: 16).
Berdasarkan pemahaman di atas, ada beberapa hal yang patut diperhatikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Bentuk ungkapan, baik itu kata, frasa, kalimat, hingga wacana, pada kondisi
tertentu akan mengingatkan seseorang pada ungkapan lain yang memiliki bentuk
atau makna yang sama atau berbeda. Apa yang diingat orang ketika berhadapan
pada suatu ungkapan biasanya tidak hadir dalam tuturan atau ujaran. Hal tersebut
memiliki formula yang serupa dengan plesetan pada umumnya. Dalam kutipan
tersebut yang menjadi kunci suatu ungkapan mengasosiasikan kepada hal lain
adalah bentuk atau makna yang sama atau berbeda. Itulah yang telah ditemui dari
beberapa poin yang telah dibahas sebelumnya.
Namun, ditemui beberapa contoh yang memiliki hubungan, tetapi tidak
tergolong ke dalam jenis-jenis plesetan yang telah dibahas sebelumnya. Itu
sebabnya dibuatlah poin ini (plesetan asosiasi). Berikut adalah beberapa contoh
plesetan yang dimaksud:
(47)Berikut ini akan disampaikan mengenai harga-harga sembako aliassembilan bahan pokok. Untuk harga susu makin hari makin menonjol.Dikarenakan susu makin menonjol, maka mengakibatkan untuk hargapisang naik turun. Sementara untuk kacang hingga kini masih menjepit.
(48)STPDN: Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan)
Pada contoh (47) terdapat tiga leksem yang berpotensi berhubungan asosiasi
dengan hal lain. Leksem tersebut adalah susu, pisang, dan kacang. Pada wacana
tersebut, kata susu dirangkaikan dengan kata menonjol. Konteksnya, wacana
tersebut membicarakan harga sembilan bahan pokok. Tentu saja harusnya kata
susu bermakna 'bahan minuman yang berupa cairan atau bubuk'. Namun, karena
adanya faktor sintagmatis, yaitu kata susu yang disandingkan dengan kata
menonjol, pembaca dapat mengasosiasikan susu tersebut sebagai 'organ tubuh
yang menempel di dada'. Hubungan leksem susu dan susu dapat diterima juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sebagai hubungan homonimi, hanya saja fokus pembicaraan pada poin ini adalah
asosiasinya.
Dalam wacana yang sama, muncul leksem pisang yang disandingkan dengan
frasa naik turun. Inilah yang sebenarnya menjadi inti pembicaraan mengapa
hubungan pada leksem pisang ini tidak dapat digolongkan ke dalam jenis plesetan
yang lainnya.
Kata pisang tentu saja bermakna 'jenis tanaman' atau 'jenis buah'. Namun,
dalam wacana tersebut, terdapat penggelinciran yang dilakukan penutur dengan
cara meletakkan kata pisang dengan menyandingkannya dengan frasa naik turun
dan sebelumnya telah dibahas mengenai susu. Setelah berada pada konteks
tersebut, leksem pisang dapat berasosiasi ke hal lain, yaitu bagian tubuh laki-laki
yang dianggap tabu.
Antara bagian tubuh laki-laki dengan pisang sebenarnya tidak ada hubungan .
Namun, perlu diketahui bahwa ada hubungan asosiasi pada kedua leksem tersebut.
Jika digolongkan dalam plesetan metonimi, tentu saja leksem pisang tidak
memenuhi syarat karena asosiasi pisang tidak mengacu benda yang sama,
melainkan referen lain yang memiliki bentuk serupa.
Begitu pula dengan leksem kacang pada wacana mengenai harga sembako.
Karena sebelumnya telah dibahas mengenai susu dan pisang, pembaca akan lebih
mudah menangkap bahwa pembicaraan menjurus ke arah pembicaraan tabu.
Hampir sama dengan asosiasi yang terjadi pada leksem pisang, leksem kacang
mengasosiasikan pembaca kepada organ tubuh wanita yang dianggap tabu. Tentu
saja tidak ada hubungan antara keduanya. Namun, kacang dapat menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
asosiasi bagi pembaca. Karena pisang dan kacang tidak mengacu pada referen
yang sama, itu sebabnya plesetan ini tidak dapat digolongkan dalam plesetan
metonimi.
Pada contoh (48), asosiasi muncul karena adanya penggelinciran leksem
STPDN yang dianggap merupakan singkatan dari Sekolah Tanpa Peraturan Dan
Norma (perikemanusiaan). Munculnya leksem norma (perikemanusiaan) tersebut
menyebabkan asosiasi mengarah ke kasus yang pernah dialami oleh Sekolah
Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), yaitu adanya kejadian yang
memakan korban jiwa atas cara senior memperlakakukan juniornya.
Secara bentuk Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan) tidak
beruhungan dengan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, tetapi pada
konteks tertenu, leksem Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan)
dapat menimbulkan asosiasi mengenai kejadian seputar STPDN yang tidak hadir
dalam tuturan.
Hubungan juga terdapat pada unsur pokok pada pembentuk frasa kedua
leksem, yaitu sekolah. Kata sekolah pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri dan kata sekolah pada Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma
(perikemanusiaan).menunjuk pada referen yang sama, yaitu bangunan atau
gedung yang digunakan untuk menuntut ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BABBABBABBAB IVIVIVIV
PENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP
4.14.14.14.1 KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak semua plesetan
memiliki hubungan makna.
Pada bab II, berdasarkan jenis-jenis plesetan menurut Sibarani, dalam buku
Plesetan Republik Indonesia ditemui jenis plesetan fonologis, plesetan grafis,
plesetan morfemis, plesetan frasal, plesetan ekspresi, plesetan ideologi, dan
plesetan diskursi. Namun, tidak semua jenis plesetan tersebut memiliki hubungan
makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud, meskipun
sebenarnya semuanya berpotensi menjadi plesetan yang memiliki hubungan
makna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak semua contoh dari setiap jenis
plesetan merupakan plesetan yang berhubungan makna.
Pada bab III, berdasarkan jenis hubungan makna plesetan yang terdapat
dalam buku Plesetan Republik Indonesia dapat digolongkan menjadi plesetan
antonimi, plesetan homonimi, plesetan polisemi, plesetan hiponimi, plesetan
metonimi, dan plesetan asosiatif.
Dari penelitian ini, dapat diperoleh juga sebuah fakta bahwa plesetan secara
lebih luas dapat dibedakan menjadi plesetan yang mengandung hubungan makna
dan plesetan yang tidak mengandung hubungan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4.24.24.24.2 SaranSaranSaranSaran
Plesetan sudah cukup banyak diteliti. Telah banyak penelitian yang
mengangkat plesetan sebagai objek kajiannya. Banyak yang menggunakan
pendekata pragmatik. Banyak pula yang menggunakan pendekatan morfologis
untuk menganalisis bentuk-bentuk plesetan. Namun, jarang sekali peneliti yang
meneliti hubungan makna yang terdapat di dalam suatu plesetan.
Hubungan makna dalam plesetan merupakan cerminan dari kreatifitas dan
kompleksitas manusia dalam menggunakan bahasa. Plesetan dapat dikatakan
produktif dalam pengembangan manusia dalam hal berbahasa. Plesetan, terlepas
dari adanya hubungan makna yang terkandung di dalamnya, mampu memancing
tawa bagi pendengarnya. Adanya hubungan makna di dalam plesetan, tentu akan
menambah rasa lucu bagi pendengarnya. Oleh sebab itu, hubungan makna dalam
plesetan menjadi sangat penting baik untuk diteliti maupun untuk diterapkan.
Penelitian ini sangat jauh dari sempurna. Data yang diperoleh penulis masih
sangat terbatas. Masih ada buku dan pelawak lain yang mampu melahirkan
plesetan-plesetan yang lebih beragam lagi yang belum diteliti. Dapat didalami
pula hubungan-hubungan makna yang terdapat di dalamnya yang sampai sekarang
belum diteliti. Masih ada jenis-jenis hubungan makna yang lain yang belum dapat
ditemukan oleh penulis. Oleh sebab itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih
mendalam mengenai hubungan makna dalam plesetan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DDDDAFTARAFTARAFTARAFTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
Baryadi, I. Praptomo. 2003. "Plesetan: Gejala Dekonstruksi Berbahasa?" DalamJurnal Ilmiah Kebudayaan Sintesis, Vol.1, No.1, Oktober 2003, hlm. 37-51.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PenerbitRineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dhianari, Ni Made. 2011. "Ragam Bahasa Kaskus". Thesis. Program Pascasarjana,Universitas Udayana, Denpasar.
Heryanto, Ariel. 1996. "Pelecehan dan Kesewenang-wenangan Berbahasa:Plesetan dalam Kajian Berbahasa dan Politik Indonesia". Dalam PELLBA9: Linguistik Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.
Parera, Jos Daniel. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga
Purwanti. 2006. "Analisis Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokja (KajianPragmatik)." Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UniversitasSebelas Maret, Surakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, danBudaya. Yogyakarta: Pusta Pelajar.
Saussure, Ferdinand de. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: GajahMada University Press
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: DutaWacana University Press.
Verhaar, J. W. M. 1998. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press
Widodo, Rachmat. 2011. "Proses Pembentukan dan Jenis-Jenis Plesetan SatuanLingual". Skripsi. Program Studi Sastra Indoensia, Universitas SanataDharma, Yogyakarta.
Wijana, I Dewa Putu. 2004. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Semantik Teori danAnalisis. Surakarta: Yuma Pustaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
LampiranLampiranLampiranLampiran 1:1:1:1: KeberadaanKeberadaanKeberadaanKeberadaan HubunganHubunganHubunganHubunganMaknaMaknaMaknaMakna antaraantaraantaraantara LeksemLeksemLeksemLeksemTerucapTerucapTerucapTerucap dandandandan LeksemLeksemLeksemLeksem
TermaksudTermaksudTermaksudTermaksud
Plesetan fonologis:
PlesetanLeksem
Terucap
Leksem
TermaksudHubungan
Swedia payung sebelum hujan swedia sedia_
Makanan apa yang disukai anak-anak? (Jawab:Donat. Donat Bebek)
donat donal_
Binatang apa yang paling kaya? (Jawab:Beruang)
beruang'binatang'
beruang'memilikiuang'
+
Burung yang paling kaya? (Jawab: Belibis) belibis'burung'
beli(membeli)bus
_
Makanan yang paling seram? Terancam terancam'sayur'
terancam'mendapatancaman'
+
Burung apa yang menakutkan? Camar. CamarMayat
camar kamar_
Buah yang tak pernah dingin? Nanas nanas panas_
Ikan yang pinter masak? Koki koki 'ikan' koki 'jurumasak' +
Ikan yang kalo dipencet berhenti? Pause pause paus+
Negara yang paling sukses? Brasil brasil berhasil_
Buah apa yang selalu melambai-lambai?Buah dada
buah dada buah?+
Plesetan GrafisPlesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Hubungan
STPDN Sekolah Tanpa Peraturan DanNorma (perikemanusiaan)
Sekolah TinggiPemerintahan DalamNegeri
+
SARSSakit Akibat Rindu Seks Severe Acute
Respiratory Syndrome +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud HubunganTVRI
Televisi Verlu Raih Iklan Televisi RepublikIndonesia +
ITBInstitut Pertanian, Bog! Institut Teknologi
Bandung +
UPNUsaha Plat Nomor Universitas
Pembangunan Negeri _
BEMBadan Eksekusi Mahasiswa Badan Eksekutif
Mahasiswa _
STNKSemester Tiga Nekat Kawin Surat Tanda Nomor
Kendaraan _
PlesetanMorfemis
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Hubungan
HONDA Hobinya Nongkrongi Janda HONDA _
SPRITE Sungguh Pribadinya Tenang SPRITE _
KAWASAKI Suka Wanita, Sayang KetahuanIstri KAWASAKI _
FANTA Fantasinya Tabu FANTA _
JATAYU Jejaka Tampak Layu JATAYU _
PUMA Pujaan Mahasiswa PUMA _
MENTARI Demen Tahan Sehari MENTARI _
SAGITARIUS Sayang Gigi Tak Terurus SAGITARIUS _
Plesetan Frasal
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Hubungan
JARUMSUPER Janda Rumantis Suka Pergi JARUM SUPER: _
GUDANGGARAM
Lugu, Sedang, tapi Garangdan Seram GUDANG GARAM: _
SUSUKIKATANA
Sungguh-sungguh LelakiKalem tapi mempesona SUSUKI KATANA _
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Hubungan
SUPERKIJANG
Suka Perempuan BerkakiPanjang SUPER KIJANG _
SUSUKIVITARA
Sungguh-sungguh LelakiVitalitasnya Tiada Tara SUSUKI VITARA _
DERAPHUKUM
Demi Rayu PerempuanHutangku Menumpuk DERAP HUKUM _
JEJAKKASUS
Jelajahi Aku Kalo SudahSiap JEJAK KASUS _
Plesetan EkspresiLeksem Terucap Leksem Termaksud HubunganLempar batu sembunyi di taman. Lempar batu sembunyi tangan _Tong gosong terbukti garing. Tong kosong berbunyi nyaring _Ing ngarsa sung tulada, ing madyambangun tresno, Cut Wuri njalukrabi.
Ing ngarsa sung tuladha, in madyamangun karsa, tut wuri handhayani _
Swedia Payung Sebelum Hujan Sedia payung sebelum hujan _"Beruang kali, aku mebcoba" (lagu) Berulang kali, aku mencoba _"Kaulah Serigalanya bagiku" (lagu) Kaulah segalanya bagiku _
Plesetan ideologiLeksem Terucap Leksem Termaksud Hubungan KeteranganMeski sedikituang, tapi penuharti.
Meski sedikit uang,tapi penuh arti.Artinya, ya miskin! +
Ide sebagai leksemterucapberhubungandengan ide leksemyang dimaksud
Kamu bakalketemu samateman lama, ...
Kamu bakal ketemusama teman lama,tentunya yang sudahmeninggal dunia.
+
Ide sebagai leksemterucapberhubungandengan ide leksemyang dimaksud
Cinta itu ibaratkentut. Artinyakalo ditahan terasasakit, tapi kalodikeluarinmalu-maluin.
Cinta itu ibaratkentut. Artinya kaloditahan terasa sakit,tapi kalo dikeluarinmalu-maluin.
+
Ide sebagai leksemterucapberhubungandengan ide leksemyang dimaksud
Keuangan: Cukup.Maksudnya,cukup susah...
Keuangan: Cukup.Maksudnya, cukupsusah... Hihihi!
+Ide sebagai leksemterucapberhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Hihihi! dengan ide leksemyang dimaksud
Keuangan:Lumayan.Maksudnya,lumayan bokek...Hek!
Keuangan: Lumayan.Maksudnya, lumayanbokek... Hek! +
Ide sebagai leksemterucapberhubungandengan ide leksemyang dimaksud
Plesetan DiskursiPlesetan HubunganCara menutup obat yang benar: Bagaimana menutup obat yangbenar dan aman? Carannya sangat mudah. Pertama-tamabuatlah undangan rapat di rumah Anda sebanyak-banyaknyauntuk dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan sodara-sodaralainnya. Kedua ajaklah mereka rapat di rumah Anda untukmembahas tentang cara menutup obat yang benar dan aman,karena sesuai dengan anjuran dokter yang tertulis padakemasan obat yang berbunyi, "Tutuplah obat ini dengan rapat!"
+ (fonologis)
Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, makabanyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengannama senjata. Diantaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima(alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina.
+ (fonologis)
Dewasa ini untuk meraih popularitas banyak seorang penyanyiIndonesia yang suka menggunakan 2 nama untuk dijadikansatu. Seperti misalnya: Nia dan Niati, Ham dan ATT, serta takmau ketinggalan penyanyi yang cukup beken di kalanganremaja yaitu, Ahmad dan I.
+ (fonologis)
Masih dari dunia hiburan. Seorang pesulap handal DeddyCorbuzier, tahun lalu sempat menghebohkan warga Ibu KotaJakarta, lantaran ia berhasil menghilangkan sebuah mobil saatmendemonstrasikan sulapnya. Namun itu belum seberapadibandingkan dengan Edy Tanzil, yang hingga kini mampumenghilang dan tak kembali lagi.
+
Beras Kasihan: Sementara untuk menyiasati agar tidakterjadinya kelangkaan beras di peredaran. Maka pemerintahtelah melakukan operasi pasar, dengan menginstruksikanpedagang beras, agar penjualan beras tidak dijual perkilomelainkan per butir.
+
Pihak Pemda Jogjakarta baru-baru ini telah mengeluarkankeputusan baru, bahwasanya bagi para pelajar Jogja mulaisekarang ini dilarang menonton bioskop memakai seragamsekolah, melainkan diwajibkan memakai duit!
+
Warga Jogja baru-baru ini dihebohkan oleh adanya beritatentang Polisi Jogja yang kini telah mendapat penghargaan dariMURI alias Museum Rekor Indonesia. Adapun penghargaantersebut diterima, karena terbukti bahwa Polisi di kota Jogja
+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Plesetan Hubunganternyata postur tubuhnya paling tinggi di dunia. Hal ini terbuktidengan adanya tulisan terpampang di dekat kantor-kantorPolisi yang menyebutkan: "Polisi 100 meter."Setelah diadakan lomba debat dengan para pejabat ternyatayang dinobatkan sebagai pemenang adalah atlit silat. Terbuktiselain pandai bersilat ia juga lihai bersilat lidah.
+
Nah, sekarang kalo Anda merasa terganggu dengan ulahkecoa-kecoa nakal di rumah Anda. Ada tips menarik untukmengusirnya. Caranyya mudah, tunjuk salah satu kecoa yangAnda anggap paling senior, lalu jadikan beliau sebagai 'KecoaPanitia' nya. So pasti kecoa tersebut bangga dengan jabatannya,kontan apa yang kita inginkan pasti akan disampaikan padaseluruh anggotanya. Apalagi cuma mengusir?!
- (asosiatif)
Seorang calon Atlit pembawa obor untuk PON (PekanOlahraga Nih, yee...) mendatang yang diselenggarakan di kotaPalembang, kini harus berurusan dengan pihak yang berwajibsaat melakukan latihannya. Hal ini terjadi lantaraan saatmelakukan latihan ternyata terbukti banyak rumah yangterbakar.
- (asosiatif)
Berikut ini akan disampaikan mengenai harga-harga sembakoalias sembilan bahan pokok. Untuk harga susu makin harimakin menonjol. Dikarenakan susu makin menonjol, makamengakibatkan untuk harga pisang naik turun. Sementarauntuk kacang hingga kini masih menjepit.
+
Sementara di Jogja baru saja dihebohkan dengan adanya beritabahwa Sate Terpanjang di dunia ada di kota Jogja. Maka takheran apabila salah satu warung sate di kota Jogja jugamendapat penghargaan dari MURI atau Museum RekorIndonesia. Hal ini juga terbukti dengan adanya tulisan yangterpampang di dekat warung sate tersebut, yang menyebutkan:"Sate 50 meter."
+
Jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandungminyak. Misalnya, Minyak Tanah, Minyak Wangi, MinyakGoreng, apalagi Minyak Jinggo. Ho-oh, tho!
+
Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya,soto... campur koyok, terus bakso campur rheumason, dll. +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
LampiranLampiranLampiranLampiran 2:2:2:2: Jenis-JenisJenis-JenisJenis-JenisJenis-Jenis HubunganHubunganHubunganHubunganMaknaMaknaMaknaMakna antaraantaraantaraantara LeksemLeksemLeksemLeksem TerucapTerucapTerucapTerucap dandandandan LeksemLeksemLeksemLeksem TermaksudTermaksudTermaksudTermaksud
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Jenis HubunganMakna
Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah... Hihihi! cukup cukup susah antonimiKeuangan: Lumayan. Maksudnya, lumayan bokek...Hek!
lumayan lumayan bokek antonimi
Beras Kasihan: Sementara untuk menyiasati agar tidakterjadinya kelangkaan beras di peredaran. Makapemerintah telah melakukan operasi pasar, denganmenginstruksikan pedagang beras, agar penjualan berastidak dijual perkilo melainkan per butir.
kilo butir antonimihierarkial
Masih dari dunia hiburan. Seorang pesulap handalDeddy Corbuzier, tahun lalu sempat menghebohkanwarga Ibu Kota Jakarta, lantaran ia berhasilmenghilangkan sebuah mobil saat mendemonstrasikansulapnya. Namun itu belum seberapa dibandingkandengan Edy Tanzil, yang hingga kini mampu menghilangdan tak kembali lagi.
menghilang menghilangkan antonimi khas
Meski sedikit uang, tapi penuh arti. Artinya, ya miskin! Penuh arti Artinya, ya miskin! antonimiDewasa ini untuk meraih popularitas banyak seorangpenyanyi Indonesia yang suka menggunakan 2 namauntuk dijadikan satu. Seperti misalnya: Nia dan Niati,Ham dan ATT, serta tak mau ketinggalan penyanyi yangcukup beken di kalangan remaja yaitu, Ahmad dan I.
Nia dan Niati Nia Daniati homofoni
Ham dan ATT Hamdan ATT homofoni
Ahmad dan I Ahmad Dani homofoni
Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan,maka banyak artis Indonesia yang menggunakannamanya dengan nama senjata. Diantaranya Keris
Keris Dayanti Krisdayanti homofoniBroery Peso Lima Broery Peso Lima homonimiTio Paku Sadewa Tio Paku Sadewa homonimi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Jenis HubunganMakna
Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, danMeriam Belina.
Meriam Belina Meriam Belina homografi
Cara menutup obat yang benar: Bagaimana menutupobat yang benar dan aman? Carannya sangat mudah.Pertama-tama buatlah undangan rapat di rumah Andasebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada tetangga,kerabat, dan sodara-sodara lainnya. Kedua ajaklahmereka rapat di rumah Anda untuk membahas tentangcara menutup obat yang benar dan aman, karena sesuaidengan anjuran dokter yang tertulis pada kemasan obatyang berbunyi, "Tutuplah obat ini dengan rapat!"
rapat (sidang) rapat (derap) homonimi
Makanan yang paling seram? Terancam terancam (sayur) terancam (mendapatancaman)
homonimi
Ikan yang pinter masak? Koki koki 'ikan' koki 'juru masak' homonimiIkan yang kalo dipencet berhenti? Pause pause paus homofoniBuah apa yang selalu melambai-lambai? Buah dada Buah dada buah polisemiSetelah diadakan lomba debat dengan para pejabatternyata yang dinobatkan sebagai pemenang adalah atlitsilat. Terbukti selain pandai bersilat ia juga lihai bersilatlidah
silat lidah silat polisemi
Pihak Pemda Jogjakarta baru-baru ini telahmengeluarkan keputusan baru, bahwasanya bagi parapelajar Jogja mulai sekarang ini dilarang menontonbioskop memakai seragam sekolah, melainkandiwajibkan memakai duit!
memakai(mengenakan)
memakai(menggunakan)
polisemi
Tabrakan Medali: Tabrakan segitiga yang terjadi di JalanTol Jagorawi kemaren, antara mobil angkot, sedan dan
7 tewas, 4 perak, 3perunggu
Keadaan korbantabrakan/jenis-jenis
hiponimi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Jenis HubunganMakna
metromini cukup banyak memakan korban. Diantaranya:7 Tewas, 4 Perak dan 3 Perunggu
medali
Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Sepertimisalnya, soto... campur koyok, terus bakso campurrheumason, dll.
Soto campur koyok,bakso campurrheumason
Makanan yangbersifat pedas
hiponimi
Jangan terlalu banyak makan makanan yangmengandung minyak. Misalnya, Minyak Tanah, MinyakWangi, Minyak Goreng, apalagi Minyak Jinggo. Ho-oh,tho!
Minyak Tanah,Minyak Wangi,Minyak Goreng,apalagi MinyakJinggo. Ho-oh, tho!
Jenis-jenis minyakyang berbahaya bagikesehatan
hiponimi
Banyak penyanyi kondang Indonesia yangmembubuhkan merk kendaraan baik di depan maupun dibelakang namanya untuk meraih popularitasnya.Misalnya, Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa.
Atik CB, NickyAstrea, dan TitikVespa.
Honda CB, Astrea,Vespa
hiponimi
Andaikata celana Anda terkena noda, so pasti akanmengurangi penampilan Anda. Nah, untukmenghilangkan noda pada celana Anda sangatlah mudahuntuk mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlahcelana Anda pada air hangat selama 15 menit. Keduaperas dan jemurlah di depan pagar rumah Anda selama24 jam. Dijamin sebelum 24 jam, noda yang menempelpada celana Anda akan hilang seketika, berikutcelananya.
noda noda besertacelananya
metonimia
Warga Jogja baru-baru ini dihebohkan oleh adanya beritatentang Polisi Jogja yang kini telah mendapatpenghargaan dari MURI alias Museum Rekor Indonesia.Adapun penghargaan tersebut diterima, karena terbukti
Polisi 100 meter Papan kantor polisiyang memuat tulisan"polisi 100 meter"
metonimia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Plesetan Leksem Terucap Leksem Termaksud Jenis HubunganMakna
bahwa Polisi di kota Jogja ternyata postur tubuhnyapaling tinggi di dunia. Hal ini terbukti dengan adanyatulisan terpampang di dekat kantor-kantor Polisi yangmenyebutkan: "Polisi 100 meter."Sementara di Jogja baru saja dihebohkan dengan adanyaberita bahwa Sate Terpanjang di dunia ada di kota Jogja.Maka tak heran apabila salah satu warung sate di kotaJogja juga mendapat penghargaan dari MURI atauMuseum Rekor Indonesia. Hal ini juga terbukti denganadanya tulisan yang terpampang di dekat warung satetersebut, yang menyebutkan: "Sate 50 meter."
Sate 50 meter Spanduk atau papanyang memuat tulisan"sate 50 meter"
metonimia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI