jejak wahdatul wujud

Upload: daswindra

Post on 02-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 JEJAK WAHDATUL WUJUD

    1/4

    JEJAK WAHDATUL WUJUD:

    DARI AL HALLAJ HINGGA SYEIKH SITI JENAR

    Al- Hallaj

    Nama lengkapnya adalah Abu al-Mughits al-Husain ibn Manshur ibn Muhammad al-Badawi. Beliau lahir

    di kota Thur, sebelah timur laut Baida, Persia atau sekarang dikenal dengan Iraq. Dilahirkan pada sekitar

    tahun 244 H (857 M) dan meninggal pada tahun 309 H (922 M). Seorang guru, sufi, yang sangat mashyur

    di zamannya, iaitu saat al-Hallaj berumur kurang lebih 20 tahun, adalah syeikh Amral al-Maliki. Dari

    Syekh ini al-Hallaj mulai mempelajari tasawuf. Beberapa tahun berguru pada syekh al-Maliki, al-Hallaj

    memilih untuk melanjutkan menuntutut ilmu kepada syekh selanjutnya, iaitu syekh al-Junaid al-

    Baghdadi.

    Dari syekh al-Maliki, al-Hallaj mengenal tasawuf dan zuhud dan kemudian melaksanakan kehidupan

    zuhud yang sesungguhnya, namun pemikiran politik yang berbeza antara al-Hallaj dan syekh al-Maliki

    membuat mereka harus berpisah. Yang memotivasikan al-Hallaj hingga menemui syekh al-Baghdadi diBaghdad adalah rasa kehampaan selama melaksanakan zuhud, al-Hallaj merasakan bahwa ada sesuatu

    yang belum dia temukan dan wajib untuk dicari. Melalui syekh al-Baghdadi, al-Hallaj menemukan jalan

    untuk melepaskan dahaga rohaninya, al-Baghdadi menyuruhnya untuk menunaikan ibadah haji. Disaat

    melaksanakan ibadah haji, al-Hallaj menemukan sebuah ilham, bukan inspirasi, yang membawanya pada

    kesadaran penyatuan antara dia dan Allah. Ilham itu sudah tentunya merupakan hal pribadi yang tak

    tersentuh oleh orang yang tidak mengalaminya.Intisari dari ilham yang dia temukan itulahyang disebut

    Wahdatul Wujud, untuk pertama kalinya.

    Dengan kata lain, Wahdatul Wujud lahir pertama kali di Tanah Suci, di saat al-Hallaj menunaikan ibadah

    haji. Sepulang dari ibadah haji, al-Hallaj mengemukakan pengalaman kerohaniannya, dalam sebuah

    konsep yang disebut dengan Hulul. Hulul eartinya bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri

    manusia ketika manusia itu mengalami Fana, sebuah proses peleburan indrawi basyariyah.Tanpa pemahaman apa-apa tentang hal ini, tanpa membuatperbincangan, golongan Mutazilah dan Syiah

    kemudian menggelar akbar bahwa al-Hallaj telah menyebarkan kesesatan terhadap umat Islam,

    khususnya tentang ketauhidan. Apa yang disampaikan oleh al-Hallaj merupakan apa yang dia ilhami dari

    proses tafakkurnya.

    Dan apa yang ditentang oleh kaum Mutazilah dan Syiah adalah bahwa tidak benar Tuhan menempati

    diri manusia; tentu saja, jika manusia masih dengan kesadarannya sebagai manusia, dan terutama karena

    mereka belum faham apa yang dimaksud oleh al-Hallaj.

    Lagi pula, menurut beberapa bacaaan, semua ini hanyalah sebuah alasan untuk mengeliminasi al-Hallaj

    dari pemunculan politik saat itu. Al-Hallaj dicurigai dan dituduhbersekongkol dengan sekelompok orang

    dalam upaya menjat uhakan pemerintah. Al-Hallaj merupakan pemerhati moral politik, suatu saat ada

    sekelompok besar yang melakukan demonstrasi menuntut adanya reformasi moral politik, dan masa inimengaku mendapatkan dukungan dari al-Hallaj, dan hal inimenyebabkan al-Hallaj dipenjara selama

    kurang lebih sembilan tahun.

    Al-Hallaj, pendek kata dipenjara karena alasan politik, al-Hallaj dianggap tokoh yang paling berbahaya

    karena berupaya menggulingkan pemerintahan; anehnya, al-Hallaj sebenarnya menghabiskan waktunya

    untuk zuhud dan berdakwah, dan tidak ada keuntungan baginya untuk menggulingkan kekuasaan

    siapapun karena dia tidak tergolong orang yang cinta dunia.

    Al-Hallaj kemudian dijatuhi hukuman mati, walaupun dari pihak kerajaan sudah meminta ampun untuk

    beliau, mengingat jasanya saat mengobati putra mahkota kerajaan. Pada tahun 922 M, al-Hallaj disalib

    dan dipukuli dengan batu hingga darahnya bercucuran dari kepala. Al-Hallaj dibiarkan separuh mati

    selama sehari, dan akhirnya al-Hallaj dipenggal kepalanya .Ajaran al-Hallaj dikenal dengan kata al-Hulul.

    Menurut al-Hallaj diantara hamba dan Tuhan terdapat garis pemisah yang menegaskan hakikatmasing-masing. Garis pemisah itu sangat dekat, yaitu yang menyembah dan yang disembah (al-Abid

    wal Mabud). Pada keadaan dimana ingatan hanya tertuju kepada Allah semata-mata, dan menolak selain

    Allah, termasuk diri sendiri, maka al-Abid pun lenyap, dan tinggallah al-Mabud. Kebaqaan al-Mabud

    merupakan hasil dari fananya al-Abid. Pada titik inilah garis pemisah dan pembeza hakikat pun hilang,

    sehingga pada hakikatnya yang menyembah dan yang disembah adalah satu.

    Hanya sahaja, orang tidak memahami bahwa yang dimaksud oleh al-Hallaj adalah al-Abid melebur

    masuk kedalam al-Mabud, dan bukan al-Mabud merasuki tubuh al-Abid . Jika kesadaran al-Abid

  • 7/27/2019 JEJAK WAHDATUL WUJUD

    2/4

    masih zahir, maka tidak fanalah dia, dan jika fana maka al-Mabud lahyang zahir dan al-Abid menjadi

    batin atau rahsia yang tersembunyi dibalik kebesaran Allah Swt.

    Ibnu Arabi

    Ibnu Arabi merupakan salah seorang sufi termasyhur di zamannya, di Andalusia (Spanyol). Beliau lahirdi kota Mursiyah pada tahun 560 H (1165 M) dan meninggal dunia pada tahun 1240 M. Nama asalnya

    adalah Abu Bakr Muhammad bin Ali, dan panggilan akrabnya adalah Ibnu Arabi.Hasil pencarian jati diri

    dan pengalaman mistiknya, menyimpulkan sebuah kesadaran kerohanian, yang kelak mendapatkan

    tantangan keras sebagaimana yang dialami oleh al-Hallaj, yakni tidak ada yang maujud selain Allah.

    Ibnu Arabi menegaskan bahwa Allah adalah kenyataan dari segala sesuatu. Hal ini kemudian ditafsirkan

    sebagai kekeliruan mistik, padahal yang dimaksud dengan Allah adalah kenyataan dari segala sesuatu

    adalah bahwaAllah yang menjadikan segala sesuatu itu nyata, sehingga Allah-lah kenyataan mutlak yang

    harus dfahami. Perumpamaan yang boleh diambil dari Wahdatul Wujud Ibnu Arabia dalah bahwa segala

    sesuatu ini dapat terindrai karena cahaya dan udara ,cahaya membuat segala sesuatu terlihat dan udara

    membuat segala sesuatu terdengar. Kita akan menolak bahwa cahaya dan udara merupakan kenyataan

    mutlak, namun kita tidak menolak bahwa keberadaan cahaya dan suara untuk menyatakan segalasesuatu adalah mutlak sifatnya. Begitu juga dengan Allah Swt, sudah barang tentu Allah Maha Nyata

    (Ad-Zaahir), mana kala keberadaanNya membuat nyata segala sesuatu (termasuk diri anda) maka apakah

    anda keberatan untuk menerima pandangan Ibnu Arabi di atas? Titik Wahdatul Wujud Ibnu Arabi terletak

    pada kemesraan Allah dan segala kewujudan yang ada di dunia ini.

    Hanya saja saya perlu meluruskan pandangan anda tentang hal ini, bahawa yang dimaksudkan dengan

    tidak ada yang maujud kecuali ujud Allah adalah bahwa Ujud Allah merupakan kemutlakan yang wajib

    untuk menyatakan segala yang maujud. Jika Allah tidak ada, maka kita tidak ada. Untuk mengatakan

    bahwa pepohonan merupakan Ujud Allah itu sangat naif, kesadaran kerohanian tidak demikian, tetapi

    sesungguhnya yang membuat pepohonan itu berwujud adalah adanya kewujud an Allah, sekaligus

    kewujudan dan kita yang mengamati dan menyaksikan kenyataan pepohonan tersebut. Ini bukanlah

    ramalan filsafat, ini merupakan misal-misal bagi anda yang suka salah faham dan salah tuduh.Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan misal tentang kekuasaan Allah, bagi orang-orang

    yang berfikir. Tidak benar bahwa Ibnu Arabi menemukan bahwa wujud selain Allah adalah wujud

    bayangan, karena sesungguhnya dengan Ujud Allah maka wujud selainnya menjadi berwujud,

    Bukankah segala sesuatu berasal dari kehendakNya? Sehingga yang ada itu hanya berasal dari kehendak

    dan kehendak berasal dari yang Berkehendak. Jika kita hanya wujud bayangan, maka tidak dikenakan

    hukum apapun, karena bayangan hanya mengikuti gerak Ujud Allah. Tetapi Wujud merupakan kenyataan

    Ujud. Alam semesta, termasuk manusia, merupakan kenyataan Ujud Allah; dengan kata lain, Wujud

    selain Allah merupakan bukti nyata Ujud Allah Ada pergerakan pemahaman Wahdatul Wujud antara al-

    Hallaj dan IbnuArabi,jika al-Hallaj menemukan bahwa Allah mengambil tempat pada diri manusia

    ketika manusia tersebut fana, maka Ibnu Arabi menemukan bahwa bukan hanya manusia, tetapi alam

    semesta. Namun Ibnu Arabi menegaskan pada aspek kenyataan dan bukan aspek penempatansebagaimana Hulul-nya al-Hallaj. Al-Hallaj menegaskan kesadaran , yaitukesadaran dalaman kerohanian

    seorang hamba dalam keadaan fana bahwa Allah adalah satu-satunya Ujud; sedangkan Ibnu Arabi

    menegaskan bahwa Ujud Allah merupakan kenyataan mutlak bagi Wujud selain Allah.

    Abu Yazid al-Busthami

    Nama beliau adalah Abu Yazid Taifur ibn Isa al-Bustami. Beliau dilahirkan di Bistam, Persia (Iraq) pada

    tahun 804 M. Menurut beberapali bacaan, Abu Yazid merupakan pencetus pertama konsep fana dan

    baqa. Salah satu teorinya adalah al-Ittihad. Abu Yazid berguru kepada salah seorang Syekh yang

    bernama Syekh Shaddiq yang mengajarkan beliau prinsip-prinsip dasar tasawuf. Dari Syekh Shaddiq,

    Abu Yazid mempelajari bahwa syariat dan hakikat merupakan pasangan yang tak terpisah antara satudan yang lain ;begitu pula sebaliknya, syariat dan hakikat.

    Persoalan fana dan baqa akan saya paparkan pada bagian kemudian secara ringkas. Ittihad, sebagaimana

    Hulul-nya al-Hallaj, merupakan kesadaran rohani bersatunya hakikat Allah dan hakikat hamba

    dalam prosesfana. Bahkan, penyatuan yang dimaksud bukanlah pernyatuan rohani, apalagi jasmani.

    Penyatuan yang dimaksud adalah peleburan hakikat hamba kepada hakikat Allah, laksana setetes air

    laut terjatuh ke dalam samudra; atau dengan kacamata Ibnu Arabi kenyataan hamba yang hanya

    merupakan titik melebur pada kenyataan Allah yang menyamudra.Pandangan Abu Yazid ini dianggap

  • 7/27/2019 JEJAK WAHDATUL WUJUD

    3/4

    menyesatkan, karena meniscayakanadanya penyatuan Allah dan hamba. Ini dianggap sebagai menrunkan

    derajatAllah yang maha Mulia; menganggap Allah sederajat dengan hamba merupakan pelecehan

    terhadap Allah.

    Disinilah kesalah tafsiran para ulama pada saat itu (hingga saat ini). Yang dimaksud dengan Hulul dan

    Ittihad bukanlah menyamakan derajat Allah dan hamba, melainkan justru meniadakan hamba sehingga

    yang ada hanyalah Allah semata. Diri sendiri merupakan sesuatu yang boleh menghalangi kitasampai kepada Allah, sehingga untuk menyatakan Ujud Allah, maka Wujud diri harus melebur,

    atau disebut dengan fana.

    Syekh Siti Jenar

    Biografi Syekh Siti Jenar masih merupakan kontroversi hingga saat ini, bahkan ada atau tidaknya beliau

    masih merupakan misteri. Sebuah bacaan menyebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 1426 M di Cirebon

    dan meninggal pada tahun 1517 M. Bapak beliau bernama Syekh Datuk Shaleh dan beliau masih

    tergolong keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib KW.

    Syekh Siti Jenar memiliki sejumlah nama (sebutan), beliau hampir memiliki satu nama di setiap tempat di

    mana beliau menjalankan dakwahnya. Nama yang sangat jelas, selain Siti Jenar, adalah Syekh Abdul Jalildan SyekhLemah Abang. Syekh Siti Jenar tumbuh remaja di sebuah rumha Giri AmparanJati, milik

    bapak saudaranya beliau. Rumah ini berada di atas Gunung Jati. Pada usia15 tahun, Syekh Siti Jenar

    berhasrat untuk turun gunung untuk melihatkeadaan luar.

    Disinilah perjalanan kerohanian Syekh Siti Jenar bermula. Syekh Siti Jenar berangkat ke Baghdad (Iraq)

    untuk memperdalam agama Islamnya. Dia berkenalan dengan seorang sufi masyhur, yang kemudian

    menjadi gurunya mengenai tasawuf, yakni Syekh Ahmad Tawalud. Syekh Ahmad memiliki puluhan

    kitab marifat yang merupakan peninggalan Syekh Abdul Mubdi al-Baghdadi.Syekh Siti Jenar

    diperbolehkan untuk tinggal di rumah Syekh Ahmad, dan dari sekian banyak kitab marifat yang ada di

    rumah itu, beberapa diantaranya adalah kitab milik al-Hallaj, yang dipelajari secara sangat hati-hati oleh

    Syekh Siti Jenar. Bukan hanya itu, kitab-kitab Ibnu Arabi dan al-Ghazali juga dipelajari sama hati-

    hatinya. Syekh Siti Jenar juga melaksanakan perjalanan menuntu ilmu di India, dan kembali ke Ceribonpada tahun 1463 M.

    Syekh Siti Jenar menjadikan Wahdatul Wujud sebagai pedomannya, namun sama sekali bukan sebuah

    keputusan yang benar bahwa beliau membelangkangkan syariat. Kembalinya dia ke Cirebon membawa

    dia kepada suatu posisi dalam Wali Songo, beliau menjadi salah satu penyebar agama Islam di Jawa, di

    Indonesia. Sebagai salah satu anggota penyebar Islam, Syekh Siti Jenar dipercayakan untuk mengajarkan

    Syahadat (Persaksian). Pemikiran Syekh Siti jenar yang didominasi oleh hakikat itu kemudian

    membawanya kepada sebuah penjelasan bagaimana mengalami hal tersebut, karena Syekh SitiJenar tahu

    betul bahwa santrinya masih baru .

    Ajaran Syekh Siti Jenar memang sangat kuat dengan hakikat dan tasawuf yang pada saat itu boleh dikira

    baru, karena para wali, meskipun menguasai hal yang sama, tetapi sama sekali tidak mengajarkan hal

    tersebut. Ini dapat dimaklumi, karena tugas yang diberikan adalah berbeza-beza. Apa yang harusdiajarkan lagi jika tugas yang diberikan adalah mengajarkan Syahadat? SebuahHadits menyebutkan

    bahwa Awal dari Agama adalah mengenal Allah. Dan ini merupakan titik tolak Syekh Siti Jenar,

    bahwa jika mereka tidak marifat maka mereka sebenarnya tidak menyembah Allah, melainkan

    menyembah budisemata. Menyadari hal ini, Syekh Siti Jenar kemudian mengajarkan kepada para

    santrinya tentang hakikat ketuhanan, baik dari sumber-sumber yang dipelajarinya, maupun dari hasil

    perjalanan kerohaniannya. Ini dikatakan oleh para wali dan pemerintah setempat sebagai upaya

    penyesatan, namun sekali lagi, ini tidak benar.

    Sunan Kalijaga sendiri memahami apa yang diajarkan oleh SyekhSiti Jenar, hanya saja Sunan Kalijaga

    keberatan jika manunggaling Kawula Gusti diwejang kepada para santri yang masuh bodoh itu. Syekh

    Siti Jenar menolak apa yang disebut-sebut oleh para wali sebagaisesat itu. Karena dia tahu benar bahwa

    apa yang dia ajarkan itu penting, demi benarnya arah peribadatan para santri. Lucunya, apa yang dialamioleh al-Hallaj kembali terulang, dengan alasan politik, Syekh Siti Jenar akhirnya dihukum penggal.

    Misteri kematiannya juga sampai saat ini belum terlerai dengan jelas.

    Para pejabat kerajaan Demak Bintoro menjadi gelisah, mereka khawatir jika ajaran Syekh Siti Jenar ini

    menimbulkan pemberontakan terhadap pemerintah. Salah satu murid Syekh Siti jenar adalah Ki Ageng

    Pengging yang Wahdatul Wujud Sebagai Kesadaran kerohanian dan Bukan Spekulasi Filsafat

    Dari apa yang telah dipaparkan secara singkat diatas, sudah barang tentu Wahdatul Wujud merupakan

    salah satu kesadaran kerohanian yang ditemukan atau terangkat ke permukaan hati melalui perjalanan

  • 7/27/2019 JEJAK WAHDATUL WUJUD

    4/4

    kerohanian, dan bukan hasil pemikiran semata-mata. Adapun upaya untuk menjabarkannya dengan kata-

    kata dan fikiran bukanlah sebuah alasan untuk mengatakan bahwa Wahdatul Wujud adalah spekulasi

    filsafat. Meskipun demikian, memangnya apa yang salah jika para filsuf (baik muslim maupun yang

    non-muslim) menemukan sesuatu yang sama melalui pemikiran? Bukankah ilmu dan akal mereka juga

    merupakan rahmat Allah? Bukankah Allah memerintahkan kepada manusia untuk merenungi,

    memikirkan, mentafakkuri apa yang ada di langit dan di bumi? Dan Allah tidak mendegradasi merekayang non-muslim; surat al-Maidah ayat 69 menyatakan hal tersebut. Hanya saja, keimanan merupakan

    faktor yang menyebabkan pertolakan antara kita dan mereka, tetapi persoalan ilmu lain lagi ceritanya,

    ilmu, amal dan iman tidak dapat disamakan. Mereka memiliki ilmu,namun tidak memiliki iman dan amal,

    maka ilmunya bermanfaat. Yang penting untuk saya sampaikan bahwa Wahdatul Wujud bukan

    merupakan hasil spekulasi para sufi dengan filsafat Yunani tentang kewujudan. Wahdatul Wujud

    merupakan hasil atau buah dari perjalanan kerohanian, dan bila perlu saya akan mengatakan bahwa para

    sufi seperti al-Hallaj, Ibnu Arabi, AbuYazid al-Busthami, Syekh Siti Jenar, al-Ghazali, dan lain-lainnya,

    merupakan para filsuf Islam yang dalam istilah kita disebut mutakallimin (pakar ilmu kalam). Hasil

    pemikiran mereka merupakan ilmu, namun sekali lagi, WahdatulWujud bukan ditemukan lewat

    berfilsafat tetapi berhakikat dan bertarikat.Adapun istilah yang nantinya dirumuskan seperti Fana,

    Baqa, Ittihad, Hulul, Manunggaling kawula lan Gusti, merupakan istilah untuk mengidentifikasi apayang mereka alami; pengistilahan dan pengkonsepan itu menjadi penting karena jika tidak maka tidak ada

    cara lain untuk mengajarkannya kepada ummat.

    Akan tetapi kenyataan jadi lain, ketika para pembaca dan peneliti Wahdatul Wujud lebih menitik

    beratkan pada proses konsepsinya yang terkesanfilosofis, mereka tidak memperhatikan dan tidak

    menyadari bahwa konsep-konsep tersebut merupakan upaya untuk pengalaman kerohanian para sufi

    tersebut. Ibaratnya mereka tidak melihat plot cerita dengan baik, sehingga mereka hanya menyalahkan

    seorang pendakwah dengan filsafatnya tanpa melihat asal-usulnya sebagai sebuah kesadaran

    kerohanian. Sangat penting untuk disadari bahwa mula-mula para sufi melakukanapa yang diistilahkan

    dengan takhalli atau penyucian jiwa, sebahagian menyebutnya tazkiyatunnafs. Kemudian tahalli, yakni

    menghiasi diri dengan amal shalih. Takhalli bagi para sufi adalah zuhud dan tahalli adalah bertarikat.

    Bertarikat dan berzuhud merupakan esensi dari kehidupan sufi. Mereka berzuhud demi menolak segalasesuatu selain Allah, dan bertarikat demi mendekatkan diri kepada Allah, dengan melalui amal shalih

    tentunya. Akan tetapi tingkatan beramal mereka bukan pada tataran menggugurkan kewajiban semata,

    melainkan karena cinta dan kerinduan kepada Allah. Sebagai hasilnya adalah tahalli, atau marifat.

    Apa susahnya bagi Allah untuk mengilhami sebuah pertemuan manis bagi hambaNya yang melakukan

    pekerjaan berat dan getir ini? Para sufi Wahdatul Wujud, termasuk saya sendiri, mengalami hal ini

    dengan awal lumpuhnya segala ilmu bahkan diri sendiri sirna, dengan kata lain terlempar pada tataran

    bawah sadar lebih ke bawah lagi dimana kesadaran insaniyah sirna dan kesadaran ilahiyah menjadi

    nyata. Bagaimana menjelaskannya jika kita tidak merumuskan apa yang dirasakan dalam sebuah konsep?

    Celakanya, banyak orang di dunia ini hanya melihat konsep yang miripfilsafat dan tidak

    mempertimbangkan asal-usul dan alasan untuk pengkonsepkantersebut. Memang benar bahwa anda harus

    mengalaminya barulah anda memahami konsep tersebut, jika tidak kami sampaikan maka itu akanmenjadi ilmu yang tidak kami amalkan.

    Hilangnya kesadaran insaniyah bukan serta merta mengupgrade status kita dari hamba menjadi Tuhan,

    tetapi merasa hadirnya Tuhan di dalam diri dan bukan di luar diri. Ingatlah, bahwa Tuhan memilih hati

    hambaNya sebagai tempat bersemayam; dengan catatan sudah bersih dari segala sesuatu selain dia.

    Akan tetapi persemayaman ini sifatnya time release, atau sistem lepas. Maksudsaya adalah kesadaran

    ilahiyah ini menjadi nyata saat kesadaran insaniyah lebur, hilang. Ketika sang sufi kembali kepada

    kesadaran insaniyahnya, maka kesadaran ilahiyah itu pun segera ghaib. Dengan demikian, Wahdatul

    Wujud bukanlah hasil spekulasi filsafati, seperti yang dilakukan oleh para filsuf Yunani yang berfikir

    keras tentang eksistensi seperti postulat Cartesian cogito ergo sum, tetapi Wahdatul Wujud merupakan

    hasil pergumulan upaya hamba dan kasih sayang Tuhan. Tidak selalu sempurna dalam menjelaskan

    fenomena Wahdatul Wujud, karena hanya pengalamanlah yang akan menjadi penjelas sejati.Pada bahagian ini, saya harap anda sudah memiliki gambaran dan secerah cahaya kesiapan untuk

    melanjutkan pada kajian Wahdatul Wujud yang akan saya sampaikan. Saya harapkan anda geser sedikit

    saja pedang anda dan duduk tenang untuk merenungi apa yang akan saya sampaikan, saya memohon

    ampunan kepada Allah dan rahmatNya agar kita semua boleh mendapatkan pencerahan sejati.

    Kesimpulan akan selalu berada di tangan anda sebagai pembaca.