mengikut jejak kristus - buku renungan

Upload: melvin-nick

Post on 14-Oct-2015

409 views

Category:

Documents


77 download

DESCRIPTION

Mengikut Jejak Kristus adalah sebuah buku yang ditulis untuk memberikan kita refleksi dan inspirasi dalam hidup kita bersama Yesus Kristus.

TRANSCRIPT

  • Mengikuti Jejak Kristus Oleh: Thomas a Kempis

    Nasihat-nasihat untuk hidup rohani

    PASAL 1 HAL MENGIKUTI JEJAK KRISTUS DAN MENGABDIKAN SEGALA KESIA-SIAAN DUNIA

    1. Tuhan bersabda: Barangsiapa mengikuti Daku tiadalah ia berjalan di dalam

    kegelapan (Yoh. 8.12). Inilah sabda Kristus untuk menasehati kita supaya kita meniru hidup ketekunanNya,

    bila kita sungguh-sungguh ingin mendapat terang dan ingin dibebaskan daripada segala kebutaan hati.

    Karena itu hendaklah kita mengutamakan dan mencurahkan perhatian kita untuk merenungkan kehidupan Yesus Kristus.

    2. Ajaran Kristus jauh melebihi semua ajaran orang-orang Kudus; dan barangsiapa mempunyai semangat yang sejati, akan mendapat makna yang tersembunyi di dalamnya. Tetapi sering terjadi, bahwa banyak orang, meskipun telah berkali-kali mendengan Injil, rasa rindu mereka kepada Injil hanya kecil sekali, sebab mereka tidak memiliki semangat Kristus.

    Tetapi barangsiapa ingin memahami sedalam-dalamnya dan menikmati sepenuhnya kata-kata Kristus, hendaklah ia berusaha menyesuaikan hidupnya dengan hidup Kristus.

    3. Apakah faedahnya mengadakan perdebatan secara mendalam tentang Allah Tritunggal Maha Kudus, apabila kita tidak rendah hati, sehingga Tritunggal tidak berkenan akan kita?

    Bahwasanya: bukan kata yang muluk-muluk membuat orang menjadi suci dan adil, melainkan hidup yang bertakwalah membuat orang berkenan kepada Tuhan.

    Lebih baik hati kita merasa remuk redam dari pada mengerti segala seluk beluknya Seandainya kita hafal seluruh Kitab Suci dan ucapan-ucapan para ahli filsafat

    semuanya, apakah gunanya semua itu, apabila kita tidak memiliki cintakasih Allah dan rahmatNya?

    Kesia-sian, sungguh kesia-siaan dan segalanya adalah sia-sia belaka (Eccl.1.2.), kecuali cintakasih akan Allah dan mengabdi hanya kepadaNya.

    Inilah hikmat yang tertinggi: dengan menolak dunia menuju kepada kerajaan surga. 4. Maka kesia-sianlah mencari kekayaan yang fana dan menaruh pengharapan

    padanya. Kesia-siaan pula mengejar kehormatan dan membanggakan diri. Kesia-siaanlah, munuruti keinginan daging dan menginginkan segala sesuatu yang

    akhirnya harus mengakibatkan hukuman berat bagi kita. Kesia-siaanlah mengharapkan umur panjang, tetapi hanya sedikit mengindahkan hidup baik. Kesia-siaanlah mencintai segala yang lewat dengan cepat dan tiada mengejar kebahagiaan yang kekal.

    5. Hendaklah kita senantiasa ingat akan perkataan ini: bahwa mata tiada pernah puas melihat dan bahwa telinga tiada pernah puas mendengar (Eccl.1.1.8)

    Maka hendaklah kita berusaha mengelakkan hati kita dari cinta akan yang kelihatan dan mengarahkannya kepada apa yang tiada Nampak.

    Karena barangsiapa menuruti kenikmatan nafsu rasa, akan menodai hatinya dan kehilangan rahmat Allah.

  • PASAL II HAL RASA RENDAH HATI

    1. Ingin akan pengetahuan adalah koderat manusia, tetapi apakah gunanya

    pengetahuan jika kita tidak takut kepada Allah? Seorang petani yang rendah hati dan mengabdi kepada Tuhan, sungguh lebih baik

    daripada seorang ahli filsafat yang congkak, yang menyelidiki ilmu perbintangan, tetapi tiada memperdulikan keadaan jiwanya.

    Barangsiapa mengenal diri sendiri dengan baik, akan merasa hina dan tidak merasa gembira atas pujian orang.

    Andaikata saya mengetahui segala-galanya, tetapi jika saya tiada memiliki cintakasih, apakah gunanya semua itu bagi saya terhadap Allah yang akan mengadili saya sesuai dengan perbuatan saya?

    2. Hendaklah kita membuang segala keinginan akan pengetahuan yang melampaui batas, karena hal itu hanya menimbulkan banyak kebingunan dan kekecewaan saja.

    Mereka yang banyak pengetahuannya biasanya suka menjadi orang terkenal dan disebut orang pandai.

    Banyak pengetahuan yang hanya sedikit, bahkan sama sekali tidak bermanfaat bagi jiwa.

    Sungguh tidak bijaksana orang yang mengejar segala apa saja, kecuali yang berguna bagi keselamatan jiwanya.

    Banyak bicara tentang ilmu tidak memuaskan jiwa, tetapi hidup saleh akan menenangkan hati dan hati yang murni akan menjadikan hubungan kita dengan Allah lebih erat dan mesra.

    3. Semakin luas dan dalam pengetahuan kita, semakin keras kita akan diadili, jika hidup kita tidak menjadi semakin saleh seimbang dengan pengetahuan kita itu.

    Oleh sebab itu janganlah kita membanggakan diri atas kecakapan ataupun pengetahuan kita, tetapi lebih baik kita takut akan tanggungjawab atas pengetahuan yang diberikan kepada kita.

    Bila kita menyangka, bahwa kita tahu akan banyak hal dan merasa paham tentang soal-soal itu, ingatlah bahwa masih banyak hal lain yang tidak kita ketahui.

    Janganlah mempunyai anggapan tinggi tentang dirimu sendiri (Rom.11.20), melainkan akuilah, bahwa sesungguhnya kurang pengetahuan kita.

    Mengapa kita menganggap diri kita lebih tinggi daripada orang lain, sedangkan masih banyak orang lain yang lebih pandai dalam bidang kaidah-kaidah agama daripada kita?

    Apabila kita ingin mengetahui dan mempelajari apa yang berguna bagi kita, sebaiknya kita suka tetap tinggal tidak terkenal dan tidak diindahkan umum.

    Anjuran yang baik dan paling berguna ialah: sungguh-sungguh mengenal diri sendiri dan memandang diri sendiri sebagai orang lain.

    Tidak menyukai diri sendiri dan senantiasa beranggapan bahwa orang lain itu baik hati dan ramah, itu merupakan sifat tabiat yang sangat bijaksana dan sempurna.

    Biarpun kita melihat orang lain berbuat dosa, bahakan melakukan kejahatan yang besar, janganlah sekali-kali menganggap, bahwa diri kita lebih baik daripada orang itu. Sebab kita sendiri tidak tahu berapa lama kita masih akan tetap kuat dalam keadaan yang baik. Kita semua lemah, tetapi kita tidak boleh menganggap, bahwa orang lain lebih lemah daripada kita.

    PASAL III HAL AJARAN KEBENARAN

    1. Berbahagialah orang yang langsung diajari oleh Kebenaran, tidak oleh gambaran-

    gambaran dan kata-kata yang fana, melainkan oleh kebenaran yang sejat.

  • Pikiran dan perasaan kita sering menyesatkan kita dan hanya mampu membuka selubung kebenaran sedikit saja.

    Apakah gunanya banyak berdebat mengenai perlbagai soal yang tersembunyi dan gelap, padahal soal tersebut nantinya dalam pengadilan tidak akan dipertanggungjawabkan kepada kita, karena kita tidak mengetahui tentang hal itu?

    Bodoh sekalilah kiranya apabila kita melalaikan apa yang berfaedah dan sangat penting artinya, dengan lebih mengutamakan soal yang menarik hati kita tetapi yang sungguh berbahaya. Kita mempunyai mata tetapi tidak melihat.

    2. Dan mengapa kita meributkan bermacam-macam hal? Apabila Sabda yang kekal berbicara kepada kita, niscaya kita terlepas dari

    bermacam-macam faham. Daripada Sabda yang Esa berasal segalanya dan segalanya menjadi saksi tentang

    yang Esa ini; dan Sabda itulah yang pada permulaan juga berbicara kepada kita (Yoh. 8.25)

    Tanpa Dia tak seorangpun dapat memahami atau mempertimbangkan suatu soal dengan baik. Orang yang memahami, bahwa segala perkara itu adalah satu dan pula mengembalikan segalanya kepada satu itu dan segalanya dipandang dalam hubungannya dengan satu tadi, orang itu akan tenteram dalam hati dan dalam keadaan damai dengan Allah.

    Ya Allah yang bersifat Kebenaran, persatukanlah kami dengan Dikau dalam cintakasih yang kekal.

    Seringkali saya merasa menyesal karena saya banyak membaca dan mendengar. Pada Dikaulah terdapat segala-galanya yang saya cita-citakan dan saya inginkan.

    Buatlah meerka diam yang memberi hikmat manusia dan buatlah bisu semua makhluk dihadiratMu. Bersabdalah Engkau, ya Engkau sajalah kepada kami.

    3. Semakin banyak orang memperhatikan kebatinannya dan semakin bersatu keadaan batinnya, semakin banyak dan semakin luhur pula perkara yang dapat difahami dengan mudah; karena dari atas ia menerima penerangan untuk memahami segalanya itu. Jiwa yang murni, bersahaja dan teguh, tidak akan terganggu oleh pekerjaannya yang banyak; karena ia melakukan segalanya untuk kemuliaan Alah dan selalu diusahakannya dalam hati utnuk membuang segala keinginan mencari kepentigan diri sendiri. Tak ada rintangan yang lebih menyulitkan dan menyusahkan jalan kita daripada cita-cita hati kita yang tidak kita kendalikan.

    Orang yang baik dan takwa lebih dahulu akan memikirkan apa yang diperbuatnya, sebelum dia menyingsingkan lengan bajunya.

    Dengan jalan ini dia tidak akan terseret oleh keinginan-keinginan yang tidak teratur, melainkan dia sendirilah yang akan mengemudikan keinginan-keinginannya selaras dengan akal sehat.

    Tidak ada seorangpun yang berjuang lebih hebat daripada orang yang menundukkan dirinya sendiri.

    Dan inilah yang harus menjadi tugas kita: menundukkan diri sendiri dan tiap hari semakin menguasai diri kita dan semakin maju dalam kebaikan.

    4. Segala kesempurnaan dalam hidup ini biasanya masih mengandung hal-hal yang tidak sempurna; dan segala pandangan kita kebanyakan tentu masih berkabut.

    Tahu akan diri sendir dengan kerendahan hati dalah jalan lebih aman menuju Allah daripada pemeriksaan mendalam dan teliti berdasarkan ilmu pengetahuan.

    Sudah barang tentu kita tidak boleh mencela ilmu atau pengetahuan yang sederhana mengenai hal apapun juga yang pada hakekatnya adalah baik dan diatur oleh Tuhan, tetapi tidaklah dapat diingkari, bahwa suara hati yang baik dan hidup bertakwa adalah lebih baik daripada semuanya ini.

    Sebab justru oleh karena banyak orang lebih mengutamakan ilmu daripada hidup yang baik, maka seringkali mereka itu tersesat dari jalan yang benar dan pekerjaannya hanya menghasilkan buah sedikit, atau tidak berbuah sama sekali.

  • 5. Ah, seandainya mereka dalam membasmi kejahatannya dan menanam kebajikannya sama rajinnya seperti bila mereka mengemukakan soal-soal, alangkah kurangnya kejahatan dan batu sandungan dalam masyarakat, serta alangkah berkurangnya pula semangat lemah dalam biara-biara!

    Sungguh, pada hari kiamat tidak akan ditanyakan kepada kita, apakah yang telah kit abaca, melainkan apakah yang telah kita perbuat. Tidak akan ditanyakan apakah kita berbahasa yang indah, tetapi apakah kita hidup di dunia dengan baik.

    Coba katakanlah: di mana sekarang tuan-tuan besar dan orang-orang cerdik pandai yang semasa hidupnya kita kenal begitu baik, serta nama-nama kehormatan yang setinggi-tingginya.

    Orang-orang lain sudah merebut kedudukan dan menguasai kekayaan yang telah mereka tinggalkan namun saya tidak tahu apakah orang-orang lian itu masih ingat kepada tuan-tuan tadi.

    Selama masih hidup mereka itu seolah-olah merupakan orang istimewa, tetapi sekarang sesudah meninggal dunia tak seorangpun yang mempercakapkan mereka lagi.

    6. Ah, alangkah cepatnya kemegahan dunia ini berlalu! Seandainya hidup mereka sesuai dengan pengetahuannya, niscaya mereka akan belajar dan memberikan pelajaran dengan baik. Betapa banyaknya orang yang hanya sedikit mementingkan pengabdiannya kepada Allah dan hanyut dalam dunia ini kaerna ilmunya yang sia-sia. Lagi pula karena mereka lebih suka menjadi orang yang ternama daripada orang yang rendah hati, maka mereka menjadi kegila-gilaan dalam pikirannya. Sungguh mulia orang yang memiliki cinta kasih yang besar. Sungguh mulia orang yang merasa tiada berarti dalam pandangannya sendiri dan tiada menghargai kehormatan yang setinggi-tingginya. Sungguh bijaksanalah orang yang menganggap segala barang duniawi sebagai sampah (Phil. 3.8) agar mereka dapat memperoleh Kristus. Dan sungguh mahir-cerdiklah ia, yang menjalankan kehendak Allah dan menyampingkan kehendaknya sendiri.

    PASAL IV HAL BIJAKSANA DALAM TINGKAH LAKU

    1. Janganlah kita percaya kepada setiap perkataan ataupun dorongan; tetapi

    pertimbangkanlah tiap-tiap perkara dengan tenang dan seksama apakah itu sesuai dengan kehendak Allah.

    Tetapi sayang, seringkali kita lebih percaya akan keburukan orang lain daripada akan kebaikannya dan lebih mudah membicarakan keburukannya daripada kebaikannya; begitu lemahlah kita.

    Tetapi orang yang sempurna tiada begitu lekas percaya kepada ceritera sembarang orang, karena ia mengetahui kelemahan manusia yang cenderung kepada kejahatan dan yang sangat mudah tergelincir dalam kata-katanya.

    2. Sungguh sangat bijaksana, apabila kita tidak tergesa-gesa berbuat dan tidak mempertahankan pendapat sendiri dengan keras kepala.

    Juga bijaksana apabila kita tidak mempercayai setiap perkataan orang dan tidak segera menceriterakan kepada orang lain apa yang kita dengar atau yang kita anggap benar.

    Hendaklah kita minta nasihat kepada orang yang bijaksana dan yang mempunyai tanggungjawab; lebih baik kita diberi penerangan oleh orang yang lebih banyk pengalamannya daripada menurut pandangan sendiri.

    Hidup yang baik akan membuat manusia bijaksana di hadapan Allah dan paham dalam banyak hal.

  • Semakin rendah hati seseorang dalam batinnya dan semakin tunduk ia kepada Allah, maka semakin bijaksana dan semakin tenanglah ia dalam segala hal.

    PASAL V HAL MEMBACA KITAB SUCI

    1. Di dalam Kitab Suci kita harus mencari kebenaran dan bukanlah kata-kata yang

    indah. Kitab Suci seluruhnya hendaknya dibaca dalam jiwa, seperti kitab tersebut ditulis. Lebih baik di dalam Kitab Suci kita mencari apa yang berfaedah bagi kita daripada

    mencari keindahan bahasa. Kesukaan membaca kitab-kitab keagamaan dan bersahaja hendaknya sama dengan

    kesukaan kita membaca kitab-kitab yang luhur-luhur dan dalam-dalam isinya. Janganlah kita perdulikan, apakah penulisnya itu banyak ilmunya ataupun sedikit;

    hanya cinta kepada kebenaranlah hendaknya yang mendorong kita untuk membaca. Janganlah kita bertanya, siapa yang mengatakan, tetapi perhatikanlah apa yang

    dikatakan. 2. Manusia itu berlalu, tetapi Kebenaran Tuhan tetap tinggal selama-lamanya (Ps.

    116,2). Dengan pelbagai cara Tuhan bersabda kepada kita tanpa memandang keadaan diri kita. Keinginan kita untuk mengetahui segala-galanya seringkali merupakan rintangan pada waktu kita membaca Kitab Suce, karena kita sengaja mau mengetahui apa yang mestinya lebih baik kita lampaui beitu saja.

    Apabila kita ingin mengambil faedah dari apa yang kit abaca hendaklah kita membaca dengan rendah hati, bersahaja dan setia, dan janganlah menginginkan agar mendapat nama sebagai orang berilmu.

    Hendaklah suka bertanya dan dengarkanlah dengan tenang kata-kata orang-orang suci. Janganlah kita tersentuh pada teladan-teladan para bapa-penulis kita; karena ada juga sebabnya mengapa perkara-perkara itu tercantum dalam Kitab Suci.

    PASAL VI HAL KEINGINAN HATI YANG TERATUR

    1. Berulangkali hati kita menjadi tidak tenteram apabila kita menginginkan sesuatu

    secara tidak teratur. Orang yang sombong dan yang kikir tidak pernah tenteram hatinya; tetapi orang

    yang berjiwa miskin serta rendah hati hidup dalam damai sepenuhnya. Orang yang belum dapat menyangkal dirinya sendiri dengan sungguh-sungguh, akan

    segera tergoda dan terkalahkan dalam hal-hal yang kecil dan tak berarti. Barangsiapa masih lemah dalam hal kerohanian dan masih agak lekat kepada

    kenikmatan daging serta masih cenderung kepadanya, akan sukar melepaskan diri daripada keinginan-keinginan duniawi.

    Oleh karena itu akibatnya ia akan merasa susah, bilamana ia harus melepaskan barang sesuatu, dan perasaannyapun akan mudah tersinggung apabila seseorang merintanginya.

    2. Tetapi jika ia telah memperoleh apa yang diinginkan, maka ia akan merasa menyesal; karena ia telah menuruti hawa nafsu, yang tidak mendekatkannya kepada perdamaian hati yang dirindukan setiap orang. Maka ketenteraman hati yang sebenarnya tidaklah diperoleh dengan menuruti keinginan hawa nafsu, melainkan dengan menentang desakannya.

    Oleh karena itu ketenteraman hati tidaklah terdapat pada orang yang masih lekat pada kenikmatan daging, juga tidak pada mereka yang sangat mementingkan hal-hal

  • lahiriah, melainkan pada mereka yang rajin dan bersemangat di dalam perkara-perkara rohani.

    PASAL VI HAL KEINGINAN HATI YANG TERATUR

    1. Sungguh bodohlah orang yang menaruh harapannya kepada sesame manusia atau

    makhluk Tuhan lainnya Baiklah kita jangan merasa malu melayani orang lain demi cintaksih akan Yesus

    Kristus dan dipandang sebagai orang miskin di dunia ini. Janganlah kita bersandar atas diri sendiri, melainkan taruhlah harapan kita hanya

    kepada Allah. Apabila kita bekerja sebaik-baiknya dengan segala tenaga yang ada pada kita,

    niscaya Tuhan membantu kemauan kita yang baik itu. Janganlah kita terlalu percaya akan pengetahuan kita atau akan kecerdasan orang,

    tetapi letakkanlah kepercayaan kita kepada rahmat Allah. Allah membantu mereka yang rendah hati, tetapi merendahkan mereka yang meninggikan dirinya.

    2. Hendaknya kita jangan membanggakan diri atas kekayaan jika kita memilikinya, dan janganlah merasa bangga akan sahabat-sahabat yang berkuasa, berpangkat dan sebagainya, melainkan banggalah akan Tuhan yang memberikan segala kebutuhan kita, kecuali itu bahakan masih menganugerahkan diriNya sendiri kepada kita.

    Janganlah kita membanggakan kekuatan atau keelokan badan kita yang karena penyakit sedikit saja mudah menjadi rusak dan jelek.

    Hendaknya kita juga tidak suka merasa puas atas kecakapan atau kepandaian yang ada pada kita. Kepuasan serupa itu menyebabkan kita kurang berkenan di mata Tuhan, yang memang menjadi sumber segala baik yang ada pada kita.

    3. Janganlan beranggakan bahwa diri kita lebih baik daripada diri orang lain, agar supaya kita dalam pandangan Tuhan, yang mengetahui segala yang ada di dalam hati sanubari manusia, tidak lebih jelek daripada orang-orang lain.

    Jangalah kita menyombongkan diri atas pekerjaan kita yang baik, sebab pertimbangan Tuhan berlainan dengan pertimbangan orang. Seringkali terjadi, bahwa sesuatu yang disukai orang tiada berkenan kepada Allah.

    Andaikata kita memiliki suatu kebaikan, hendaklah kita pikirkan, bahwa orang lain memiliki kebaikan lebih banyak. Jadi dengan demikian kita tetap rendah hati.

    Tidak ada jeleknya, apabila kita menganggap diri kita lebih rendah daripada orang lain. Sebaliknya sangatlah merugikan, apabila kita menempatkan diri kita meskipun hanya di atas satu orang lain saja.

    Ketentraman hati selalu ada pada orang yang rendah hati. Tetapi di dalam dada seorang yang congkak seringkali membara rasa irihati, dengki dan sakit hati.

    PASAL VIII HAL MENGHINDARI PERGAULAN YANG TERLAMPAU RAMAH

    1. Janganlah membuka isi hatimu terhadap setiap orang (Eccl.8, 22)., melainkan

    rundingkanlah kesulitan hatimu dengan orang yang budiman lagi saleh. Batasilah pergaulanmu dengan orang-orang muda dan mereka yang belum kau ketahui siapakah mereka itu. Hendaknya janganlah kita merayu orang-orang kaya, dan janganlah kita suka bergaul dengan orang-orang berpangkat, atau berkedudukan tinggi. Tetapi eratkanlah hubunganmu dengan orang-orang yang tertib dan bertakwa. Bicarakanlah dengan mereka soal-soal yang bermanfaat untuk perbaikan.

    Janganlah terlalu akrab dengan seorang wanita satupun juga, melainkan serahkan wanita-wanita utama kepada Tuhan supaya diberkatiNya. Hanya dengan Allah dan

  • para MalaekatNya sajalah hendaknya kita bergaul dengan bebas dan ramah, dan baiklah kita hindari pergaulan di kalangan orang banyak.

    2. Kita harus menaruh cintakasih kepada setiap orang, tetapi terlalu akrab dengan mereka tidaklah berguna. Kadang-kadang terjadi, bahwa seorang yang tidak kita kenal, telah mempunyai nama baik yang gilang-gemilang, tetapi segera kita berhadapan dengan orang tersebut dan berkenalan dengan dia, maka lenyaplah kegemilangan namanya itu.

    Kadang-kadang kita menyangka, bahwa pergaulan kita sangat menyenangkan orang-orang lain. Padahal sesungguhnya kita sangat membosankan mereka, disebabkan oleh tingkah laku kita yang mereka anggap salah dan tidak sesuai dengan kehendak mereka.

    PASAL IX HAL TAAT DAN PATUH

    1. Sungguh sangat luhur, bila kita mau menurut hidup di bawah perintah dan tidak

    hidup bebas tanpa diperintah. Sungguh lebih aman menjadi orang bawahan, daripada menjadi orang atasan yang

    harus memberi perintah. Kebanyakan orang mau menjadi orang bawahan, bukan karena rasa cinta,

    melainkan karena terpaksa. Oleh karena itu mereka merasa berat dan mudah bersungut-sungut. Dengan jalan itu mereka tidak memperoleh kemerdekaan rohani, kecuali apabila mereka dengan segenap hati tunduk kepada atasan karena cintanya akan Allah.

    Kemampuan kita pergi, tiadalah kita akan memperoleh ketenteraman hati sebelum kita tunduk kepada kekuasaan yang lebih tinggi. Senantiasa ikhtiar untuk pindah tempat dan kedudukan telah mengecewakan banyak orang.

    2. Sudah tentu tiap orang suka melakukan kehendaknya sendiri dan paling tertarik kepada mereka yang sepaham dengan dia sendiri. Tetapi bila Allah berada di tengah-tengah kita, kadang-kadang perlu kita mengesampingkan pendapat kita sendiri untuk mendapat perdamaian. Siapakah yang begitu berhikmat, sehingga ia dapat mengetahui segala-galanya? Oleh karena itu baiklah kita jangan terlalu mempertahankan pendapat kita sendir, melainkan kita pertimbangkanlah sedalam-dalamnya pendapat-pendapat orang lain.

    Meskipun kita merasa bahwa pendapat kita itu benar, namun bila kita bersedia mengikuti pendapat orang lain demi cinta kita kepada Tuhan, maka kelak akibatnya hal ini akan lebih berfaedah bagi kita.

    3. Sebab barangkali telah kita dengar, bahwa lebih aman mendengarkan dan menerima nasihat daripada memberikannya. Mungkin juga, bahwa pendapat yang satu, maupun yang lain, kedua-duanya adalah benar. Tetapi apabila kita tidak bersedia menyetujui pendapat orang lain tadi, meskipun pikiran sehat atau alasan cukup menghendaki, supaya kita menyetujuinya, maka hal itu adalah suatu tanda, bahwa kita sombong dan keras kepala.

    PASAL X HAL MENGHINDARI PERCAKAPAN YANG TIDAK PERLU

    1. Hendaklah kita sedapat mungkin mengundurkan diri dari keributan suasana di

    sekitar kita. Sebab banyak mempercakapkan kejadian-kejadian dunia itu pengaruhnya sangat merugikan, sekalipun maksud kita itu baik. Dalam sekejap mata saja hati kita akan terpengaruh dan terjerat dalam hal-hal tak berguna.

  • Bukankah kita seringkali telah merasa menyesal atas pembicaraan kita yang berlebih-lebihan, dan menyesal juga, bahwa kita terlampau banyak berkumpul dengan orang banyak?

    Tetapi mengapa kita suka sekali berbicara yang satu dengan yang lain, meskipun sesudah berbicara-bicara itu kita jarang sekali kembali dengan hati tentram?

    Adapun sebabnya ialah karena dengan percakapan itu kita mencari hiburan dan ingin membuka hati kita yang tertekan oleh bermacam-macam pikiran. Dan terutama kita gemar membicarakan dan memikirkan hal-hal yang kita sukai, atau yang kita ingini, ataupun yang berlawanan dengan keinginan kita.

    2. Tetapi sayang! Semuanya itu seringkali tak berfaedah dan tak berguna. Sebab hiburan lahir semacam itu tidak sedikit mengurangi hiburan batin dari Tuhan.

    Karenanya baiklah kita berjada dan berdoa, agar waktu kita tidak liwat tanpa hasil apa-apa.

    Jika kita boleh berbicara dan ada gunanya untuk berbicara, baiklah kita pergunakan pembicaraan itu untuk membangun.

    Kebiasaan kita yang salah dan kelalaian kita atas kemajuan dalam kehidupan rohani itulah yang banyak menyebabkan kita tak menjaga mulut kita lagi.

    Untuk pertumbuhan yang sehat bagi kehidupan rohani, adalah baik bila kadang-kadang kita mengadakan pembicaraan tentang soal-soal kerohanian; lebih-lebih bila orang-orang yang mengambil bagian pada pembicaraan itu sehati dan sejiwa, serta merasa bersatu di dalam Allah.

    PASAL XI HAL MEMPEROLEH KETENTRAMAN HATI SERTA PERKEMBANGAN ROHANI

    1. Sesungguhnya kita dapat merasa lebih tenteram, asal kita tidak mau

    memperdulikan perkataan dan perbuatan orang lain, yang tiada berurusan dengan kita. Bagaimana orang dapat tenteram hatinya, bila dia mencampuri urusan orang lain?

    Bila dia mencari kesenangan di luar dan jarang atau tidak pernah merenung di dalam hati?

    Bahagialah sekalian orang yang bersahaja, karena mereka akan merasakan ketenteraman yang besar.

    2. Mengapa beberapa orang suci dapat mencapai kesempurnaan yang begitu tinggi dan mencapai sinar terang di dalam pikirannya?

    Karena mereka telah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan segala keinginan duniawi di dalam dirinya; dan oleh karena itu dapatlah mereka dengan segenap hati mencapai hubungan yang sangat erat dengan Tuhan dan dengan tanpa gangguan dapatlah mereka memurnikan hatinya.

    Sebaliknya kita terlalu banyak dipegaruhi oleh hawa nafsu kita sendir dan sangat mudah terpengaruh pula oleh perkara-perkara yang lalu melintas.

    Juga jarang kita dapat sama sekali mengalahkan satu kejahatan saja yang ada pada kita dan kita tiada berusaha sungguh-sungguh untuk maju setiap hari. Itulah sebabnya maka kita tetap dingin dan acuh tak acuh.

    3. Jika kita telah benar-benar mematikan diri kita, dan bila hati kita tidak terlibat di dalam perkara-perkara duniawi, niscaya kita sudah dapat mengenyam kenikmatan Ilahi dan telah dapat sedikit mengetahui sinar cahaya kebahagiaan.

    Satu-satunya rintangan serta halangan yang terbesar ialah, karena kita tidak terlepas dari hawa nafsu serta keinginan-keinginan kita dan tidak mencoba melalui jalan yang sempurna seperti orang-orang suci.

    Lagi pula jika kita sedikit saja mengalami kegagalan atau merasa kecewa, kita lekas putus asa dan pergi mencari hiburan pada sesama manusia.

    4. Jikalau kita berusaha seperti perwira yang kuat, untuk tetap berdiri dalam perjuangan, niscaya kita akan melihat pertolongan Tuhan dari surga.

  • Karena Allah selalu bersedia membantu orang-orang yang sedang berjuang dan yang mengharapkan rahmatNya. Memang Tuhan sendirilah yang memberi kesempatan keapda kita untuk berjuan agar kita dapat mencapai kemenangan.

    Jikalau memenuhi kejawiban-kewajiban lahir saja sudah kita anggap sebagai kemajuan rohani, maka akan lekas padamlah semangat kita.

    Karenanya hendaklah kita menaruh kampak pada akarnya, supaya kita sesudah dibersihkan dari hawa nafsu, dapat memperoleh ketentraman hati.

    5. Jika tiap tahun kita berhasil memberantas satu kejahatan saja di dalam diri kita, maka dalam waktu singkat kita akan menjadi orang-orang yang sempurna.

    Tetapi sekarang dengan menyesal kita seringkali mengalami, bahwa kita pada waktu baru bertobat, lebih baik dan lebih murni keadaan jiwa kita daripada sesudah hidup membiara bertahun-tahun lamanya.

    Mestinya kerajinan serta kemajuan kita tiap hari harus makin bertambah, tetapi sekarang sudah dipandang sebagai suatu keistimewaan, bila orang masih mempunyai sebagian saja dari kegiatannya semula.

    Bilamana pada permulaan kita mau bertindak sedikit keras terhadap diri kita sendiri, niscaya di kemudian hari kita dapat menjalankan kesemuanya dengan mudah dan gembira.

    6. Meninggalkan kebiasaan yang lama memang berat; tetapi yang lebih berat lagi ialah: menentang kehendak diri sendir.

    Padahal jika kita tidak mampu mengalahkan diri kita sendiri dalam hal yang kecil-kecil, bagaimana kita dapat menundukkan diri kita dalam kesukaran-kesukaran yang sungguh-sungguh besar?

    Ah, alangkah baiknya kalau kita insyaf, bahwa kita dapat memberi damai kepada diri kita sendir dan menyediakan suka cita kepada orang lain, apabila kita mau mengendalikan diri kita sendir. Maka saya percaya, bahwa kita akan lebih memperhatikan kemajuan kita di bidang kerohanian.

    PASAL XII HAL FAEDAH KESUSAHAN

    1. Sungguh berguna apabila kita pada suatu ketika mengalami kesulitan, kegagalan,

    ataupun penderitaan karena hal itu sering membuat hati manusia menjadi sadar, bahwa ia masih hidup di dalam pembuangan dan agar supaya ia tidak menaruh harapannya di atas salah satu barang duniawi.

    Ada baiknya, kalau perkataan kita sekali-sekali dibantah orang dan bilaman orang-orang menyangka yang jahat serta salah tentang kita, walaupun sebenarnya kita berbuat baik dan dengan tujuan baik pula.

    Semua itu sering berguna untuk membuat kita rendah hati dan menjaga kita terhadap sikap sombong yang hampa.

    Dengan demikian kita akan lebih banyak mencari Allah, yang menjadi saksi atas keadaan jiwa kita, bila orang-orang menghina kita dan sedikitpun tidak mempunyai anggapan baik terhadap diri kita.

    2. Oleh sebab itu hendaknya orang teguh berakar dalam Tuhan agar ia tidak perlu mencari hiburan pada orang lain.

    Apabila orang yang berkendak baik tersiksa atau tergoda, ataupun terganggu oleh pikiran-pikiran yang jahat, maka ia akan merasa, betapa ia membutuhkan Allah dan insyaflah ia bahwa ia tidak dapat berbuat baik sedikitpun juga, bila Tuhan tidak menyertainya.

    Maka ia akan merasa sedih, mengeluh dan berdoa, disebabkan karena keadaannya yang menderita. Maka ia merasa jemu hidup lebih lama lagi dan ingin mati, supaya dapat bebas dan bersatu dengan Kristus (Phil. 1.22).

  • Demikianlah ia akan mengerti dengan jelas, bahwa ketenangan hati yang sempurna dan ketentraman yang tak dapat di goncongkan tidak mungkin diketemukan di dunia ini.

    PASAL XIII HAL MONOLAK GODAAN

    1. Selama kita hidup di dunia ini, tak mungkin kita luput atau bebas dari penderitaan

    dan godaan. Oleh sebab itu tertulislah dalam kitab Ajub: Percobaan adalah hidup manusia di

    atas dunia (Ajub 7.1). Oleh karena itu setiap orang wajib waspada terhadap godaan-godaan dan berjaga-

    jaga serta berdoa, agar supaya setan yang tidak pernah tidur melainkan berkeliling serta mencari siapa yang dapat ditelannya (I Petr. 5,8) tidak mendapat kesempatan untuk memperdayakannya.

    Tak ada seorangpun yang sempurna dan suci, sehingga dia tidak pernah digoda. Tak mungkin kita terlepas sama sekali daripada godaan.

    2. Tetapi godaan-godaan itu biarpun sukar dan berat, seringkali sangatlah berguna bagi manusia sebab karena semua itu manusia menjadi rendah hati, bersih, lagi pula menerima pelajaran.

    Semua orang kudus telah mengalami banyak percobaan serta godaan dan oleh karena itu mereka memperoleh perkembangan rohani. Mereka yang tidak kuat mengadakan perlawanan terhadap godaan telah terbuang dan hanyut.

    Tak ada satupun ordo (konggregasi) yang begitu suci, atau tempat yang begitu terpencil dan sunyi, sehingga di situ orang bebas dari godaan dan kesushan hidup.

    3. Selama manusia hidup di dunia ini, selama itu tiada pernah dia bebas dari godaan. Sebab godaan itu bersumber di dalam diri kita sendir: karena manusia dilahirkan di dalam keinginan daging.

    Baru saja godaan yang satu berlalu, maka sudah muncullah percobaan yang lain, dan begitu terus-menerus ada-ada saja yang kita alami, karena hak menikmati keadaan bahagia yang mula kita miliki sudah lenyap.

    Banyak orang yang berusaha menghindari percobaan-percobaan itu, tetapi akibatnya dia justru malah jatuh lebih dalam tertimpa godaan-godaan tersebut.

    Dengan jalan menghindar saja, kita tak akan menang. Tetapi dengan sabar dan rendah hati yang sesungguhnya kita akan menguasai semua musuh kita.

    4. Barangsiapa hanya lahirnya saja menyingkirkan kejahatan, tetapi tidak memberantasnya sampai ke akar-akarnya, maka dia hanya sedikit mencapai kemajuan, malahan godaan akan lebih cepat menyerangnya kembali dan dia akan merasa lebih menderita.

    Dengan perlahan-lahan, dengan penuh kesabaran dan ketenangan hati, serta dengan pertolongan Allah, kita akan lebih mudah dapat mengalahkan musuh-musuh kita, daripada dengan kekerasan dan kebengisan terhadap diri kita sendiri.

    Hendaklah kita seringkali minta nasihat, bila kita sedang di serang godaan-godaan dan janganlah kita bertindak keras terhadap mereka yang sedang mengalami percobaan, tetapi hiburlah mereka itu seperti kita sendir ingin diperlakukan oleh orang lain.

    5. Pangkal segala kejahatan pada godaan itu terletak pada ketidak tentraman batin kita dan pada kurang kepercayaan kita akan Tuhan.

    Sebab ibarat sebuah kapal yang tak berkemudi terombang-ambing oleh gelombang kesana-kemari, demikian pulalah orang yang lemah dan kurang tenang, serta tidak sanggup meneruskan maksudnya, terjerat dalam pelbagai godaan.

    Api menguji besi dan godaan menguji orang yang saleh.

  • Kita tidak mengetahui kekuatan kita, tetapi percobaan menunjukkan sampai dimanakah kesanggupan kita.

    Oleh karena itu kita harus waspada, lebih-lebih pada permulaan godaan. Sebab demikian musuh akan lebih mudah dikalahkan, bila ia sama sekali tidak kita perbolehkan memasuki pintu gerbang jiwa kita, tetapi segera kita usir ketika dia mengetuk pintu.

    Seorang pujangga pernah menulis sebagai berikut: Dari awal adakanlah perlawanan yang pesat, sebab datangnya obat akan terlambat bila karena terlalu lengah penyakit telah menjadi payah (Ovid. De Remed. II, 91).

    Mula-mula di dalam hati kita memang hanya timbul sebuah pikiran biasa saja, kemudian dengan giat muncullah angan-angan kita, selanjutnya rasa lezat, lalu keinginan jahat, dan pada akhirnya persetujuan kita.

    Demikianlah lambat-laun musuh yang jahat itu akan menguasai jiwa kita seluruhnya, jika pada permulaan dia tidak segera kita lawan. Dan makin lama orang melalaikan perlawanan, semakin lemahlah keadaan batinnya, sebaliknya semakin kuatlah kedudukan si musuh.

    6. Sementara orang menderita godaan paling hebat pada waktu permulaan bertobatnya kepada Tuhan, sedangkan orang lain pada akhir hidupnya. Orang lain lagi selama hidupnya seakan-akan selalu mengalami penderitaan digoda dan dicoba.

    Tetapi ada juga orang yang hanya mengalami percobaan yang ringan. Itu semua sesuai dengan kebijaksanaan dan keadilan Tuhan. Sebab Tuhanlah yang menimbang-nimbang kekuatan dan jasa masing-masing orang dan mengatur semuanya, untuk kebahagiaan orang-orang yang dipilihNya.

    7. Karena itu tak usalah kita putus asa, bila kita mendapat percobaan; tetapi hendaklah kita lebih giat berdoa kehadirat Tuhan, agar Tuhan sudi membantu kita dalam sebala cobaan. Sebab menurut kata-kata St. Paulus: Dengan adanya godaan Ia juga akan memberi jalan untuk keluar (1 Kor. 10.13), hingga kita tetap dapat berdiri.

    Hendaklah kita merendahkan diri kita di bawah pimpinan Tuhan, bila kita menderita godaan dan percobaan: sebab Tuhan akan menolong mereka yang rendah hati dan memuliakanNya.

    8. Dalam godaan dan cobaan orang diuji sampai di mana ia telah mencapai kemajuan, karena itu ia mendapat lebih banyak anugerah dan tampak lebih terang kebajikannya.

    Bukanlah hal yang luar biasa, bila seorang tinggal saleh dan bernyala-nyala kerajinannya selama ia tidak mengalami kesukaran-kesukaran, tetapi apabila di dalam waktu percobaan ia tetap tinggal sabar, maka sungguh ada harapan baginya, bahwa ia akan mengalami pertumbuhan rohani yang subur.

    Sementara orang terhindar dari godaan-godaan yang besar, tetapi seringkali mereka itu mengalami kekalahan dalam perkara yang kecil-kecil dalam hidupnya sehari-hari. Hal ini maksudnya agar dalam menghadapi hal-hal yang kecil itu mereka tetap rendah hati dan dalam mengalami soal yang besar-besar mereka sekali-sekali tidak akan percaya kepada kekuatan diri sendir, sebab dalam yang yang kecil-kecil saja telah terbukti, bahwa mereka mengalami kekalahan.

    PASAL XIV HAL MENGHINDARI PENILAIAN YANG KURANG BIJAKSANA

    1. Arahkan pandanganmu kepada dirimu sendiri dan janganlah menjatuhkan penilaian

    atas perbuatan-perbuatan orang lain. Menilai perbuatan orang lain adalah pekerjaan yang tak berguna, sebab seringkali kita telah salah kira dan mudah berdosa. Sebaliknya menilai dan mawas diri sendiri itulah perbuatan yang sangat lebih berfaedah.

  • Seringkali kita menilai suatu perkara sesuai dengan kepentingan diri kita sendiri, sebab ukuran-ukuran yang adil sering kita lalaikan karena kesayangan akan diri kita sendiri.

    Seandainya Tuhan yang selalu menjadi satu-satunya tujuan dan keinginan kita, niscaya tidak mudah kita akan merasa tersinggung oleh perlawanan batin kita.

    2. Tetapi seringkali di dalam hati kita tersembunyi, atau dari luar masuk barang suatu yang juga menarik keinginan kita.

    Sebab seringkali banyak orang yang mencari dirinya sendiri dalam pekerjaannya, meskipun tanpa diketahuinya.

    Juga nampak pula, bahwa mereka itu berada dalam keadaan tenteram dan aman, selama segala sesuatu berjalan menurut kehendak dan keinginan mereka. Tetapi begitu sesuatu berlangsung tidak sesuai dengan kehendak mereka, maka pikirannya lalu menjadi kacau dan hatinya sedih.

    Perselisihan pendapat dan perbedaan paham sudah sering merenggangkan hubungan antara sahabat dan tetangga, antara para saudara, orang-orang saleh dan para biarawan.

    3. Menanggalkan kebiasaan lama itu memang sulit; dan tak seorangpun dengan suka hati meninggalkan pendapatnya sendiri.

    Apabila kita suka bersandar atas pikiran dan perhitungan kita sendiri daripada tunduk kepada kekuasaan Yesus Kristus, maka kemajuan kita di bidang kebijaksanaan rohani akan hanya berjalan lamban, mungkin malah tidak aka nada kemajuan sama sekali.

    Sebab Tuhan menghendaki supaya kita tanpa syarat menyerahkan diri kepadaNya, dan agar kita karena cinta kasih yang menyala-nyala dapat mengatasi pertimbangan akal budi.

    PASAL XV HAL PERBUATAN-PERBUATAN CINTAKASIH

    1. Kita tidak boleh menjalankan suatu hal yang jahat, meskipun untuk memperoleh

    barang sesuatu, atau demi cintakasih akan seseorang. Tetapi untuk menolong orang yang membutuhkan, kadang-kadang boleh kita tunda perbuatan yang baik, atau kita ganti dengan yang lebih baik.

    Sebab dengan demikian pekerjaan yang baik tadi tidak ditiadakan, tetapi dirubah menjadi lebih baik.

    Tanpa cintakasih suatu pekerjaan lahir tidak ada gunanya. Sebaliknya sesuatu yang dilakukan berdasarkan cintakasih, bagaimanapun kecil dan kurang berartinya usaha tersebut, akan ternyata besar faedahnya, sebab Tuhan lebih menilai keadaan batin orang yang melakukan suatu pekerjaan, daripada besarnya pekerjaan yang dilakukan.

    2. Orang yang besar cintakasihnya, itulah yang berbuat banyak. Orang yang berbuat banyak, ialah orang yang berbuat baik. Sedang orang yang berbuat baik itu, ialah orang yang lebih mengabdi kepada

    kepentingan masyarakat daripada kepada kemauan sendiri. Suatu perbuatan nampaknya sering seperti penuh cintakasih, padahal sebenarnya

    semata-mata bersifat kenikmatan daging saja. Sebab memang jarang ada orang yang bebas daripada kecenderungan kodrati, kemauan sendiri, dari harapan atas balas jasa atau ganjaran dan dari nafsu memperoleh keuntungan.

    3. Barangsiapa mempunyai cintakasih yang sebenarnya dan sempurna, maka dalam segala hal ia tidak akan mencari dirinya sendiri. Harapannya tidak lain, kecuali agar Tuhan di mana-mana dan dalam segala hal dimuliakan. Ia tidak iri hati terhadap siapapun juga, karena ia tidak mencari kepuasan dirinya sendiri.

    Pun tidak dicarinya kesenangan pada diri sendiri, tetapi yang diinginkannya ialah kebahagian di dalam Tuhan di atas segala benda yang fana ini.

  • Oh, seandainya orang memiliki sepercik cinta sejati saja, tentu akan insyaflah ia, bahwa segala duniawi ini hampa dan sia-sia belaka.

    PASAL XVI SABAR TERHADAP KEKURANGAN ORANG LAIN

    1. Bila kita tidak dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada kita

    sendiri atau pada orang lain, kita wajib bersabar, sampai Tuhan memutuskan lain. Hendaklah kita ingat, bahwa barangkali lebih baik demikian, untuk mencoba dan

    melatih kesabaran kita. Sebab tanpa percobaan-percobaan serupa itu, maka jasa-jasa kita tidak seberapa artinya.

    Tetapi dalam kesukaran semacam itu, hendaklah kita dengan semangat berdoa kepada Allah, supaya Tuhan berkenan memberi bantuan kepada kita untuk menerima kesukaran itu dengan hati rela.

    2. Bila telah satu atau dua kali kita memperingatkan orang dan ternyata bahwa ia tidak mengacuhkannya, baiklah kita jangan bertengkar dengan orang itu. Kita serahkan saja hal itu kepada Allah, mudah-mudahan terjadilah kehendakNya dan diluhurkanlah namaNya oleh hamba-hambaNya.

    Marilah kita berusaha supaya kita tetap sabar dalam menghadapi kekurangan dan kelemahan orang lain; sebab orang-orang lain harus pula menderita karena kekurangan-kekurangan kita yang banyak jumlahnya.

    Apabila kita tidak mampu merubah diri kita sesuai dengan kehendak kita sendiri, bagaimana kita akan dapat menginginkan supaya orang lain merubah sipatnya seperti yang kita kehendaki?

    Kita menginginkan supaya orang-orang lain sempurna, tetapi kita sendir tidak bersedia membuang kekurangan-kekurangan kita.

    3. Kita mengharapkan supaya orang lain ditegur dengan keras, tetapi kita sendiri tidak mau menerima peringatan.

    Kita berkeberatan bila orang lain diberi keleluasaan, tetapi kita sendiri ingin agar apa saja yang kita kehendaki diluluskan.

    Kita menghendaki supaya orang lain dikendalikan dengan pelbagai peraturan, tetapi kita sendiri tidak mau dibatas-batasi dengan peraturan-peraturan.

    Demikian teranglah, betapa jarangnya kita menggunakan ukuran yang sama terhadap diri kita sendiri dan terhadap diri orang lain.

    Seandainya semua orang itu sempurna hidupnya, penderitaan apakah kiranya yang harus kita alami dari orang lain untuk Tuhan?

    Tetapi memang sudah menjadi kodrat Illahi, bahwa kita harus belajar yang satu memikul bebas yang lain (Gal. 6.2). Sebab tak seorangpun tanpa kekurangan, tak seorangpun tanpa beban, tak seorangpun mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan tak seorangpun mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitannya sendiri.

    Oleh sebab itu kita wajib bantu-membantu, saling menghibur dan tolong menolong, saling memberi nasehat dan saling memberi penerangan.

    Justru dalam menghadapi keadaan untung malang, maka tampaklah betapa besar kekuatan orang. Sebab keadaan itu tidak membuat orang menjadi lemah, tetapi akan menunjukkan kekuatan orang yang sebenarnya.

    PASAL XVII HAL HIDUP MEMBIARA

    1. Sungguh sangat penting, bahwa dalam banyak hal kita harus belajar mengalah,

    apabila kita ingin hidup rukun dan damai dengan orang lain.

  • Sungguh tidak kecil artinya hidup di dalam biara atau di dalam persekutuan bersama orang lain, tanpa keluh kesah, rukun dan damai serta setia sampai mati.

    Sungguh bahagialah orang yang telah hidup di kalangan itu dengan baik dan tetap bahagia sampai saat terakhir,

    Apabila kita ingin tetap berdiri dan maju, sebaiknya kita selalu ingat, bahwa di dunia ini kita adalah sebagai orang buangan dan perantau. Kita harus menjadi orang bodoh sebab Kristus (1 Kor. 4.10) bila kita ingin hidup membiara.

    2. Pakaian biara dan pangkas rambut tonsure hanya sedikit gunanya. Tetapi memperbaiki kelakuan dan mengendalikan hawa nafsu dengan sempurna itulah membuat kita menjadi orang pertapa yang sesungguhnya.

    Barangsiapa ingin mencari sesuatu di luar Tuhan atau mencari lain daripada kebahagian jiwanya sendiri, niscaya ia akan hanya menemukan kesukaran dan kesusahan belaka.

    Juga tak akan lama ia merasakan hidup puas, jika ia tidak berusaha menjadi yang paling hina dan paling rendah di antara semua orang.

    3. Kita hidup dengan tugas untuk mengabdi, bukan untuk memerintah. Baiklah kita ketahui, bahwa kita dipanggil untuk bekerja dan menderita sengsara, bukan untuk menganggur dan ngobrol-ngobrol.

    Di sinilah orang diuji laksana emas di dalam perapian (Keb. 3.6). Di sini orang tak akan dapat bertahan, kecuali dia dengan segenap hatinya mau merendahkan diri karena Tuhan.

    PASAL XVII HAL TELADAN PARA BAPA KUDUS

    1. Baiklah kita memandang teladan para bapa kudus yang menyinarkan kesempurnaan

    dan semangat berjuang yang sebenarnya. Demikianlah kita akan melihat betapa kecil, bahkan hamper tak ada artinya sama sekali semua yang kita kerjakan.

    Ah, apakah arti hidup kita ini bila dibandingkan dengan hidup mereka? Orang-orang suci dan sahabat-sahabat Kristus itu telah mengabdi Tuhan dalam

    kelaparan dan dahaga, dalam kedinginan dan kekurangan pakaian, dalam bekerja keras dan kelelahan, dalam puasa dan kurang tidur, dalam doa dan renungan, dalam pengejaran dan berbagai hinaan.

    2. Ah, betapa berat dan banyak percobaan yang telah diderita oleh para Rasul, para martir, para saksi iman, para perawan dan lain orang yang ingin mengikuti jejak Kristus. Mereka telah membenci hidup mereka di dunia sini untuk mendapatkan hidup yang kekal (Yoh. 12.25).

    Ah, betapa kerasnya para bapa kudus telah hidup di padang belantara! Betapa lamanya dan beratnya godaan-godaan yang telah mereka derita. Seringkali mereka diganggu musuh-musuh mereka. Betapa banyak dan tekunnya mereka memanjatkan doa ke hadapan hadirat Tuhan.

    Mereka menjalankan puasa sangat keras dan sangat rajin berusaha menyempurnakan hidup rohani mereka. Mereka tidak lupa dengan sekuat tenaga berusaha menundukkan hawa nafsu mereka. Dengan tulus ikhlas segala-galanya mereka tujukan kepada Tuhan.

    Pada siang hari mereka bekerja keras dan pada waktu malam mereka berdoa sampai lama, meskipun pada siang hari selama bekerja mereka tidak lapa berdoa dalam hati.

    3. Segenap waktu mereka pergunakan sebaik-baiknya. Waktu-waktu yang mereka sediakan untuk bergaul dengan Tuhan mereka rasakan terlalu pendek. Pergaulan dengan Tuhan sangat menarik bagi mereka dan sangat mereka pentingkan, sehingga mereka sering lupa akan makan dan minum.

  • Mereka telah meninggalkan kekayaan, pangkat, kehormatan, para sahabat dan handai taulan. Mereka sedikitpun tak ingin akan barang duniawi. Hal-hal yang diperlukan badan untuk hidup, hampir-hampir tidak mereka perdulikan. Memenuhi kebutuhan badan, meskipun hal itu mutlak perlu, mereka pandang sebagai rintangan.

    Mereka memang miskin akan harta benda dunia, namun mereka kaya sekali akan rahmat Tuhan dan keutamaan.

    Dilihat dari luar mekeka nampaknya menderita kekurangan, tetapi dari dalam para bapa itu merasa segar terhibur karena rahmat dan bantuan Tuhan.

    4. Mereka memang terasing di dunia ini, tetapi sungguh erat hubungan mereka dengan Allah dan sahabat-sahabat yang baik dan setia.

    Mereka memandang diri mereka sendiri hina, dan dalam pandangan dunia mereka itu rendah, tetapi di mata Tuhan mereka itu tinggi derajatnya dan terkasih.

    Dengan rendah hati yang sungguh-sungguh mereka tetap berdiri dengan ketaatan yang sederhana, lagi pula dengan cinta kasih dan kesabaran mereka hidup sehari-hari. Itulah yang menyebabkan mereka memperoleh kemajuan rohani setiap hari dan banyak rahmat dari Tuhan.

    Mereka merupakan teladan bagi semua orang dan hendaknya kita terdorong lebih kuat oleh teladan itu, untuk maju dalam hidup kerohanian, daripada menyontoh teladan orang yang lemah.

    5. Ah, betapa rajinnya para biarawan pada waktu permulaan biara mereka dibangun. Betapa tekun doa-doa mereka! Mereka berlomba-lomba dalam olah keutamaan.

    Mereka sangat taat dan mengindahkan peraturan-peraturan yang sangat keras. Dengan hormat, rendah hati dan taat mereka semua tunduk terhadap pimpinan atasan mereka.

    Sampai sekarang masih terbukti, bahwa hidup mereka itu benar-benar suci dan sempurna, yang dengan berjuang penuh keberanian telah menginjak-injak dunia.

    Tetapi jaman sekarang orang sudah dipandang besar, jika dia tidak melanggar peraturan dan apabila dia sudah berusaha menjalankan tugas yang diterimanya dengan sabar.

    6. Ah, betapa kita sudah menjadi lemah dan lalai dalam jabatan kita, sehingga kita cepat menyimpang dari semangat jiwa kita semula. Lagi pula kita telah menyusahkan hidup kita sendiri, karena kelemahan dan kemalasan kita.

    Semoga kita selalu tetap rajin mengejar olah keutamaan, setelah kita melihat demikian banyak teladan para suci dan orang saleh.

    PASAL XIX HAL LATIHAN-LATIHAN BIARAWAN YANG BAIK

    1. Kehidupan seorang biarawan yang baik harus dihiasi dengan segala macam

    keutamaan, agar keadaan batin mereka sesuai dengan apa yang kelihatan dari luar. Malah sewajarnyalah, bahwa keadaan batin kita harus lebih baik daripada yang

    kelihatan di luar. Sebab yang melihat kita sampai ke dalam adalah Tuhan sendiri, yang harus kita hormati lebih daripada segala-galanya. Dalam pandangan Tuhan hendaknya kita murni bagaikan malaikat.

    Hendaklah setiap hari kita membaharui niat kita yang baik dan tak henti-hentinya mendorong diri kita, untuk menempa semangat kita, seolah-olah kita baru saja memasuki hidup yang kita pilih sekarang ini, sambil memanjatkan doa: Tuhan Allahku, tolonglah aku, agar aku senantiasa mempunyai niat yang baik dan dapat mengabdi Dikau dengan sebaik-baiknya. Bantulah aku agar hari ini juga aku dapat mulai dengan baik, sebab apa yang sampai sekarang telah kukerjakan itu sebenarnya belum seberapa artinya.

    2. Kemajuan kita tergantung pada niat kita. Dan siapa ingin maju dengan baik, memerlukan kerajinan yang tidak sedikit pula.

  • Sedang orang yang mempunyai niat yang kuat masih juga seringkali menjalankan kesalahan-kesalahan, apalagi orang yang kurang teguh niatnya yang kurang kuat kemauannya.

    Sebab seringkali niat kita kita batalkan, dan suatu kelalaian dalam latihan-latihan, bagaimanapun kecilnya, jarang tidak menimbulkan kerugian.

    Orang yang takwa lebih menyandarkan niatnya atas rahmat Tuhan daripada atas kebijaksanaan sendiri. Dalam segala perbuatannya orang tadi menaruh kepercayaan dan harapan kepada Tuhan. Sebab manusia itu merancang, tetapi Tuhanlah yang menentukan jalannya sendiri (Yer. 10.23)

    3. Bilamana kita kadang-kadang meninggalkan latihan demi Tuhan atau untuk membantu sesame manusia, maka nantinya hal ini masih mudah dikejar kembali.

    Tetapi jika mengabaikan sesuatu karena rasa segan atau karena tak perduli, maka besarlah kesalahan kita dan kita akan menderita kerugian.

    Maka hendaklah kita senantiasa mengerahkan segenap tenaga kita; tetapi sekalipun demikian, kita akan masih juga melakukan banyak kesalahan.

    Hendaknya kita senantiasa berniat untuk berbuat sesuatu yang tertentu, lebih-lebih memperhatikan hal-hal yang merupakan rintangan bagi kita.

    Hendaklah kita menyelidiki dan mengatur perbuatan kita baik yang lahir maupun yang batin, karena kedua-duanya berguna bagi kemajuan kita.

    4. Bila kita tidak mungkin dapat berdoa terus menerus sepanjang hari, hendaklah setidak-tidaknya kadang-kadang kita melakukannya. Dan sekurang-kurangnya sekali sehari, yaitu pada waktu pagi ataupun pada malam hari.

    Pada pagi hari hendaknya kita membangun niat dan pada malam hari kita selidiki bagaimana kelakuan kita pada hari yang telah lampau, baik dalam kata-kata, dalam pikiran, maupun dalam pekerjaan. Sebab dalam hal-hal itulah mungkin sekali kita sudah berbuat kesalahan-kesalahan, baik terhadap Tuhan, maupun terhadap sesame kita.

    Baiklah kita persenjatai diri kita bagaikan seorang satria terhadap tipu muslihat iblis yang jahat. Kita kendalikanlah keserakahan kita, agar kita lebih mudah dapat menundukkan hawa nafsu kita yang cenderung pada kenikmatan daging.

    Janganlah kita suka nganggur, tanpa kerja sama sekali. Tetapi baiklah kita usahakan, agar kita mengerjakan sesuatu, misalnya membaca, menulis, berdoa atau merenung, ataupun berbuat sesuatu yang berguna bagi orang lain.

    Latihan-latihan yang ada sangkut pautnya dengan gerakan badan, hendaknya dilakukan secara sederhana dan dalam hal itu janganlah setiap orang dipandang sama kekuatannya.

    5. Segala sesuatu yang tidak bersifat umum hendaknya jangan dilakukan di muka umum, karena latihan yang sifatnya istimewa lebih baik dilakukan sendirian, secara perseorangan.

    Sungguh tidak baiklah kiranya jika kita segan dan malas menjalankan latihan-latihan umum bersama, tetapi lebih senang melakukan latihan-latihan sendirian.

    Kita selesaikan lebih dahulu tugas kewajiban yang diletakkan di atas pundak kita dengan teliti dan sempurna, sesudah itu, jika masih ada waktu terluang barulah kita boleh mengundurkan diri dalam kesunyian dan melakukan sesuatu, yang sesuai dengan cinta-bakti kita.

    Tidak semua macam latihan cocok buat setiap orang. Masing-masing orang mempunyai kecocokan latihan sendiri-sendiri. Demikian pula halnya tidak semua latihan cocok untuk dilakukan setiap hari. Ada latihan yang sebaiknya dijalankan pada hari-hari besar, dan ada latihan yang cocok untuk diselenggarakan pada hari-hari biasa. Maka baiklah latihan-latihan itu disesuaikan dengan pergantian waktu dan keadaan.

    Pada waktu mengalami godaan orang membutuhkan latihan lain daripada waktu tenang dan tenteram. Dalam waktu menderita kesusahan dan keresahan hati kita sebaiknya menjalankan renungan-renungan. Sedang pada waktu berada dalam keadaan riang gembira kita membutuhkan latihan lain lagi.

  • 6. Pada hari-hari raya yang terpenting hendaklah kita membaharui semangat kita untuk dengan rajin menjalankan latihan-latihan dan lebih banyak minta bantuan kepada para suci. Dalam masa antara hari raya yang satu dengan hari raya yang lain, sebaiknya kita pikirkan, bahwa kita seakan-akan hendak meninggalkan dunia ini, untuk merayakan pesta yang abadi.

    Oleh sebab itu, bila kita menghadapi hari-hari yang suci itu, hendaklah kita persiapkan diri kita sebaik-baiknya serta memberi teladan lebih baik lagi dalam pergaulan kita, lagi pula lebih teliti dan hati-hati menjalankan peraturan-peraturan, sehingga seakan-akan tak lama lagi kita akan menerima ganjaran dari Tuhan bagi pekerjaan kita.

    7. Jika saat pemberian ganjaran itu belum juga tiba, baiklah hal itu kita pandang sebagai pertanda, bahwa kita belum siap serta belum patut memperoleh kemuliaan yang akan diberikan kepada kita (Rom. 8.18) pada saat yang telah ditentukan. Maka itu hendaknya kita lebih mempersiapkan diri lagi untuk menghadapi kematian kita.

    Santo Lukas dalam kitab Injilnya telah menulis: Bahagia hamba yang terdapat tidak tidur, waktu tuannya datang. Sungguh kataku kepadamu, ia akan ditetapkan untuk mengurus segala miliknya (Luk. 12.37).

    PASAL XX HAL CINTA AKAN KESUNYIAN DAN KETENANGAN

    1. Hendaklah kita mencari waktu yang baik, untuk meneliti keadaan diri kita sendiri

    dan seringkali merenungkan kebajikan Tuhan. Baiklah kita jauhkan segalanya yang hanya memenuhi keinginan kita untuk

    mengetahui saja. Tetapi hendaknya kita pilih bacaan-bacaan yang lebih menggugah rasa menyesal atas kesalahan-kesalahan kita dan bukan sekedar pengisi waktu belaka.

    Bila kita mau menghindari percakapan-percakapan yang tak perlu, berjalan kian kemari tanpa berbuat sesuatu dan tidak mencari berita dan kabar angina saja, tentu kita akan menemukan banyak dan cukup waktu untuk merenungkan hal-hal yang baik dan berfaedah.

    Orang-orang suci yang terkemuka sedapat mungkin menghindari pergaulan dengan orang banyak. Mereka lebih suka mengabdi Tuhan di tempat sunyi.

    2. Seorang penulis pernah berkata: Setiap kali sesudah bergaul dengan orang banya, saya selalu meresa menjadi kurang kepribadian saya (Seneca Ep. 7). Hal itu juga kita alami sendiri, yaitu setiap kali setelah kita beromong-omong lama.

    Sunggung lebih mudah diam sama sekali, daripada menjaga supaya jangan sampai berbicara kelewat batas.

    Lebih mudah tetap tinggal di rumah saja, daripada hati-hati menjaga diri di luar rumah.

    Oleh sebab itu barangsiapa mau memperleh hidup kebatinan dan kerohanian, dia harus bersama-sama Yesus mengundurkan diri dari pergaulan dengan orang banyak.

    Hanya dia yang suka hidup dalam tempat sunyi dapat aman tampil di muka orang banyak.

    Hanya dia yang suka berdiam diri, dapat berbicara dengan lancer dan bebas. Hanya dia yang suka mengabdi, akan dapat menjadi pembesar yang baik. Tak seorangpun dapat memegang pimpinan dengan baik, kecuali dia yang telah

    belajar dan biasa tunduk kepada pimpinan. 3. Tak seorangpun dapat merasa tenteram dan sungguh gembira, kecuali yang berhati

    bersih. Namun ketenteraman hati para suci itu penuh rasa hormat dan kasih akan Tuhan.

    Mereka tetap waspada dan rendah hati, meskipun mereka itu sudah tinggi tingkat kesuciannya dan sangat dilimpahi rahmat Allah.

  • Dalam pada itu ketenteraman orang-orang jahat itu dasarnya hati sombong dan watak congkak yang akhirnya tentu akan mengecewakan hati.

    Selama hidup di dunia ini janganlah kita mengharapkan keamanan dan ketenteraman, meskipun nampaknya kita adalah biarawan yang baik ataupun orang pertapa yang mursyid.

    4. Seringkali terjadi, bahwa orang yang dalam pandangan umum sangat baik, sesungguhnya berada dalam keadaan bahaya besar, karena ia terlalu percaya kepada dirinya sendiri.

    Oleh sebab itu pada umumnya lebih baik, bahwa orang itu tidak terhindar sama sekali dari godaan-godaan, agar dengan demikian ia tidak merasa terlalu aman dan karenanya mungkin lalu menjadi congkak serta akan mencari hiburan di luar.

    Ah, alangkah murninya suara hati kita, jika kita tak pernah mencari kenikmatan-kenikmatan yang fana dan tak usah berurusan dengan dunia ini.

    Ah, alangkah damai dan tenteram hati kita, jika kita dapat menjauhkan kesusahan hati yang sia-sia, hingga hanya memikirkan hal-hal yang ada hubungannya dengan Tuhan serta menaruh kepercayaan kepadanya.

    5. Tak seorangpun patut memperoleh hiburan dari surga, kecuali ia yang tekun membiasakan diri menyesali kesalahan-kesalahannya.

    Jika kita sungguh-sungguh sampai ke dalam hati ingin bertobat, baiklah kita masuk ke dalam kamar kita ; kita tinggalkan segala keramaian dunia, seperti telah tertulis : Bertobatlah di atas tempat tidurmu (Mas. 4,5)

    Di dalam kamar kita akan menemukan apa yang sering akan kita lepaskan di luar. Jika kita setia mengundurkan diri di dalam kamar, maka kita akan sayang

    kepadanya, sedang jika kita sering ke luar meninggalkannya, maka kamar kita itu akan membosankan kita.

    Jika kita pada awal hidup membiara setia mendiami dan memelihara kamar kita, niscaya kamar kita itu akan merupakan sahabat kita yang akrab dan penghibur hati yang sangat menyenangkan.

    6. Di tempat yang sunyi dan tenang jiwa yang mursyid akan mencapai kemajuan dan belajar memahami rahasia-rahasia yang terpendam di dalam kitab suci.

    Di situ ia akan dapat mencucurkan banyak air mata untuk memberihkan dan memurnikan dirinya setiap malam, agar hubungannya dengan Tuhan, Penciptanya, bertambah erat, selaras dengan jiwa mursyid itu menjauhkan diri dari keramaian dunia.

    Jadi barangsiapa menjauhkan diri dari pada kenalan dan sahabatnya, maka Tuhan dan para malaikatNya yang kudus akan mendekatinya.

    Lebih baik mengasingkan diri tetapi tidak lupa akan keselamatan jiwanya, daripada berbuat mukjijat-mukjijat tetapi tanpa memperdulikan keadaan jiwanya.

    Sungguh terpujilah seorang biarawan yang jarang pergi ke luar, jarang menampakkan diri di muka orang banyak, serta tidak ingin terkenal di kalangan masyarakat.

    7. Apa gunanya melihat sesuatu yang tidak boleh kita miliki? Dunia beserta kenikmatannya akan hilang lenyap (1 Yoh. 2:17).

    Keinginan hawa nafsu kita sering mendorong kita berjalan-jalan ke luar. Tetapi apa pula yang kita bawa pulang kembali? Tak lain kecuali hati resah dan pikiran binggung.

    Pergi ke luar dengan hati gembira dan muka berseri-seri, tetapi pulang kembali dengan hati susah dan muram. Senang-senang bergembira sampai larut malam, pagi-pagi bangun dengan pikiran kalut.

    Demikianlah segala kesenangan danging itu mula-mula rasanya nikmat, tetapi akhirnya terasa pahit dan menyedihkan.

    Apakah kiranya yang dapat kita lihat di tempat lain, yang sesungguhnya tidak dapat kita lihat di sini ? Cobalah kita pandang langit dan bumi beserta dengan segala unsur-unsurnya ! Bukankah semuanya itu berasal daripadanya ?

  • 8. Pernahkah kita melihat sesuatu yang dapat bertahan lama di bawah matahari ? Mungkin kita mengira dapat memperoleh sesuatu yang dapat memberi kepuasan, tetapi hal itu tidaklah akan terjadi.

    Seandainya semesta alam ini terbuka bagi pandangan kita, bukankah itu hanya merupakan pandangan hampa belaka ?

    Arahkanlah pandangan kita kepada Tuhan yang maha tinggi dan marilah kita berdoa agar diampunilah semua dosa dan kelalaian kita.

    Kita serahkan segala benda yang hampa kepada dunia ini dan kita perhatikan yang dikehendaki Tuhan terhadap kita.

    Tutuplah pintu kamar kita dan berdoalah agar sahabat kita, Yesus Kristus, yang tercinta, berkenan datang mengunjuki kita. Hendaklah kita tetap tinggal bersama Dia di dalam kamar kita, karena di tempat lain kita tak akan merasakan ketenteraman yang begitu besar.

    Andaikata kita waktu yang lalu tidak pergi ke luar dan tidak mendengar kabar berita duniawi, niscaya akan lebih mudah kita menyimpan ketenteraman yang baik itu.

    Sejak kita mulai suka mendengar bermacam-macam kabar, pada saat itulah hati kita mulai goncang.

    PASAL XXI HAL HATI REMUK REDAM

    1. Jika kita ingin sedikit maju dalam hal kerohanian, hendaklah kita tetap takut akan

    Allah dan janganlah kita terlalu bebas; melainkan hendaklah kita mengendalikan keinginan kita dan janganlah kita terlalu girang secara kurang wajar.

    Jika kita mempunyai hati yang remuk redam, maka kita akan mendapat bakti yang sebenarnya.

    Hati yang hancur mendapatkan banyak barang yang berharga yang biasanya hilang pula karena hidup yang kacau.

    Maka sungguh mengherankan, bahwa masih ada orang yang selam hidup di dunia ini masih juga dapat bergembira sepenuhnya, kalau kita ingat, bahwa kita masih hidup dalam pembuangan dan bahwa banyak bahaya yang mengancam jiwa kita.

    2. Karena kita lalai dalam hati dan tidak ingat akan kekurangan-kekurangan kita, maka kita tidak merasakan kesusahan jiwa kita. Tanpa piker kita sering tertawa, justru pada saat yang kita harus menangis.

    Tak ada kebebasan yang sungguh-sungguh, tak ada pula kegembiraan yang sebenar-benarnya, kecuali jika kita cinta akan Allah berdasarkan hati yang murni.

    Bahagialah orang yang dapat mencerminkan dan memberatkan suara hatinya. Hendaklah kita berjuang bagaikan seorang satriya; kebiasaan yang satu dapat

    dikalahkan oleh kebiasaan yang lain. 3. Apabila kita dapat membiarkan orang lain dengan urusannya sendiri, maka orang

    lainpun tidak akan mencampuri urusan kita. Janganlah kita suka ikut mengurusi perkara orang lain, demikian pula janganlah

    kita merisaukan urusan para pembesar kita. Arahkanlah perhatian kita terlebih dahulu kepada diri kita sendiri dan bangkitkan

    semangat kita sendiri lebih dahulu daripada semangat mereka yang kita cintai. Jikalau kita tidak disukai orang, janganlah hendaknya bersusah hati karenanya.

    Sebaliknya kita harus merasa menyesal, bahwa kita tidak berkelakuan baik, selaras dengan kedudukan kita sebagai hamba Tuhan dan seorang biarawan yang saleh.

    Seringkali lebih berguna dan lebih aman jika kita selama hidup di dunia ini tidak memperoleh banyak hiburan, lebih-lebih hiburan jasmani.

    Bahwa sebaliknya seringkali kita tidak atau jarang memperoleh hiburan Ilahi, maka hal itu adalah karena kesalahan kita sendiri. Sebab kita tidak mencari kesalahan-kesalahan kita sendiri dan menyesalinya, tetapi sebaliknya kita malah tidak sama

  • sekali menolak tetapi sebaliknya kita malah tidak sama sekali menolak hiburan dari luar.

    4. Baiklah kita mengakui, bahwa kita tidak pantas menerima hiburan Tuhan, sebaliknya bahwa patutnya kita menerima bermacam-macam percobaan.

    Jikalau kita sungguh-sungguh mempunyai hati yang remuk redam, maka dunia seluruhnya hanya merupakan kepahitan belaka. Orang yang baik hati akan menginsyafi, bahwa ada cukup alasan untuk bersedih dan mencucurkan air mata.

    Sebab baik pada waktu orang tersebut mawas diri sendiri, maupun pada saat dia memperhatikan orang lain, tentulah dia akan mengetahui, bahwa tak seorangpun hidup di dunia ini tanpa penderitaan. Makin dalam orang tadi mawas dirinya sendiri, makin sedihlah rasanya.

    Adapun yang menimbulkan rasa sedih dan menyesal yang selayaknya itu ialah dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita. Justru dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan kita itulah yang menjerat kita, sehingga kita tidak mampu lagi memikirkan hal-hal surgawi.

    5. Jika kita lebih sering memikirkan ajal kita daripada berkhayal tentang umur panjang, niscaya kita akan lebih giat berusaha supaya dapat maju.

    Bilamana kita mau memikirkan lebih dalam hukuman-hukuman neraka atau api penyucian yang nantinya akan datang, maka saya percaya, bahwa kita dengan suka hati akan menerima segala kesukaran dan kesakitan serta tidak akan mundur jika menghadapi kekerasan.

    Tetapi karena pikiran-pikiran itu kurang meresap di dalam hati kita, dank arena kita masih suka dipuji dan disanjung-sanjung, maka kita tetap dingin dan lemah dalam hal kerohanian.

    6. Biasanya kekurangan tenaga jiwa itulah yang menyebabkan badan kita yang malang ini mudah mengeluh.

    Oleh sebab itu marilah kita dengan segala rendah hati berdoa kehadirat Tuhan agar Tuhan memberi semangat dan rasa menyesal kepada kita, dan marilah kita bersama-sama sang nabi berseru: Berilah saya, ya Tuhan, roti berdukacita dan basahilah saya dengan air mata (Mas. 80.6).

    PASAL XXII HAL PANDANGAN TENTANG PENDERITAAN MANUSIA

    1. Di manapun kita berada dan kemanapun kita pergi, kita akan sengsara, jika tidak

    bertobat kepada Tuhan. Mengapa kita marah dalam hati bila sesuatu hal tidak berjalan sesuai dengan

    kehendak dan keinginan kita? Tak seorangpun di dunia ini yang dapat mengharapkan akan selalu mencapai

    keinginannya: Saya tidak, engkaupun tidak. Tak seorangpun di dunia ini bebas dari gangguan ataupun kesusahan, sekalipun dia

    itu seorang raja atau seorang santo bapa. Maka siapakah yang boleh dikatakan beruntung? Tentu dia yang mau menderita

    sengsara karena Allah. 2. Banyak orang yang tidak berfikir lagi pula lemah mengatakan: Lihatlah, alangkah

    senang hidup orang itu; kaya, mulia, kuasa, pangkatnya tinggi. Tetapi hendaklah kita perhatikan kekayaan surgawi, maka kita akan melihat, bahwa semua benda dunia itu tak ada harganya sama sekali. Benda-benda dunia itu tidak tetap, malahan merupakan rintangan besar, karena barangsiapa yang memilikinya selalu merasa takut dan khawatir.

    Kebahagiaan orang tidak terletak pada memiliki kekayaan yang melimpah-limpah; cukup seperlunya saja.

    Hidup di dunia ini sungguh penuh derita.

  • Makin dalam perhatian kita terhadap hidup kerohanian, maka sadarlah kita akan pahitnya hidup ini, karena kita lalu lebih menginsyafi dan lebih merasakan jahatnya sifat manusia.

    Sebab makan, minum, berjada, tidur, istirahat dan bekerja, serta harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya itu sungguh merupakan beban berat bagi seorang mursyid yang ingin bebas dari semuanya itu dan juga ingin bersih dari segala dosa.

    3. Bagi orang yang sungguh-sungguh mengutamakan hidup kebatinan, maka kebutuhan-kebutuhan hidup badani di dunia ini benar-benar merupakan beban berat.

    Oleh karena itu sang nabi dengan sangat berdoa, apakah tidak mungkin dirinya dibebaskan dari semuanya itu dengan kata-kata: Ya Tuhan, lepaskanlah saya daripada segala beban-beban saya (Masm. 25.17).

    Tetapi celakalah mereka yang tidak insyaf akan kesengsaraannya! Lebih celaka lagi mereka, yang masih senang akan hidup yang terkutuk dan tidak kekal ini.

    Sebab sementara orang nampaknya sudah demikian lekat pada hidup ini, sehingga mereka (meskipun dengan susah payah atau hanya dengan jalan minta-minta saja mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka) sama sekali tidak mau mengindahkan kerajaan Allah, asal saja mereka dapat tinggal hidup di dunia ini.

    4. Oh, benar-benar bodoh dan tak mempunyai kesetiaan di dalam hatinyalah orang, yang demikian lekat kepada barang-barang duniawi, sehingga ia hanya gemar akan kenikmatan daging saja.

    Sungguh kasihan orang semacam itu, yang akhirnya akan mengalami betapa remeh dan tak bernilai sama sekali barang-barang yang disayanginya itu.

    Sebaliknya orang-orang suci dan orang-orang saleh, para sahabat Kristus. Mereka tidak menghiraukan apa saja yang merupakan kenikmatan daging dan kemewahan duniawi, tetapi seluruh harapan dan kerinduan mereka arahkan kepada benda-benda yang kekal.

    Seluruh keinginan selalu mereka tujukan ke atas, ke barang-barang yang tetap dan tidak Nampak, agar mereka tidak tertarik ke bawah karena cinta mereka terhadap apa yang kelihatan mata.

    Maka Saudaraku, semoga harapan untuk maju dalam kehidupan rohani jangan hilang daripadamu. Saudara masih ada waktu dan kesempatan.

    5. Mengapa akan kita tunggu sampai lain waktu. Marilah kita bangkit dan mulai berbuat sekarang juga seraya berkata: Sekaranglah waktunya untuk bekerja, sekaranglah saatnya untuk berjuang, sekaranglah waktunya yang tepat bagi saya untuk memperbaiki hidup saya.

    Bila keadaan kita buruk dan baru menderita percobaan, maka saat-saat itulah yang justru merupakan kesempatan baik untuk memperoleh ganjaran.

    Kita harus melalu api dan air, sebelum kita memperoleh kekkuatan yang segar. Jika kita tidak bersikap keras terhadap diri kita, tak mungkin kita akan dapat

    mengatasi kekurangan-kekurangan kita. Selama kita masih hidup dalam tubuh yang rapuh ini, selama itu kita tidak akan

    dapat bersih dari dosa dan tidak akan dapat bebas dari kesusahan dan kesengsaraan. Betapa ingin kita mencapai istirahat dan sama sekali lepas daripada segala

    kesusahan ini. Tetapi karena kita oleh dosa telah kehilangan keadaan murni bersih kita, maka kitapun telah kehilangan pula kebahagiaan yang sejati.

    Oleh sebab itu kita harus sabar dan menunggu rahmat Tuhan, hingga saatnya kesukaran ini telah berlalu, dan yang fana dalam hidup ini dihilangkan oleh yang Baka (2 Kor. 5.4).

    6. Ah, sungguh lemahlah sifat kodrat manusia, yang selalu cenderung kepada kejahatan!

    Hari ini kita mengakukan dosa-dosa kita, besok kita sudah menjalankan dosa-dosa yang baru saja kita akukan itu.

  • Pada waktu sekarang kita berniat, berniat untuk berhati-hati dan waspada, tetapi satu jam kemudian saja kita sudah berbuat seakan-akan tidak pernah berniat baik sedikitpun juga.

    Maka banyaklah hal yang menyebabkan kita harus merendahkan diri kita atau akan sombong, karena sifat kita memang sangat lemah dan selalu goyah.

    Ah, dalam sekejap mata saja dapat hilang lenyap segala apa yang dengan susah payah telah kita peroleh atas pertolongan Tuhan.

    7. Apakah kesudahan kita akhirnya nanti, apabila belum-belum kita sudah mulai patah semangat?

    Celakalah kita, jika kita begitu suka beristirahat , seakan-akan kita sudah menikmati waktu damai dan aman, padahal sedikitpun belum ada tanda-tanda, bahwa pergaulan kita sudah berubah menjadi saleh.

    Ada baiknya kita mulai lagi dididik dari permulaan secara baik kea rah hidup kesusilaan yang sungguh-sungguh. Barangkali masih ada harapan akan perbaikan di kemudian hari dan kemajuan yang lebih besar dalam hidup rohani.

    PASAL XXIII HAL MERENUNGKAN KEMATIAN

    1. Tak lama lagi akan tamatlah riwayat hidup kita di dunia ini; maka baiklah kita

    selidiki, bagaimana keadaan kita. Hari ini orang masih hidup, tetapi besok dia sudah tidak ada lagi! Padahal jika orang sudah lenyap dari muka pandangan umum, maka biasanya juga

    lekas lenyap pula dari ingatan orang banyak. Oh, alangkah bodoh dan kerasnya hati kita, yang hanya memikirkan keadaan

    sekarang saja dan tidak bersiap-siap menghadapi waktu yang akan datang. Dalam segala perbuatan hendaknya kita bersikap seakan-akan hari ini juga akan

    meninggal dunia. Jika kita mempunyai suara hati yang bersih, apakah kiranya besok pagi kita akan

    siap? Besok merupakan hari yang tidak tentu, dan bagaimanakah kita tahu, bahwa kita

    masih akan mengalami hari besok? 2. Apakah gunanya mencapai umur panjang, jika kita tidak cukup memperbaiki hidup

    kita? Ah, umur panjang tidak selalu membawa perbaikan, bahkan seringkali malahan

    menambah banyaknya kesalahan saja. Alangkah bahagia kita, seandainya kita dapat hidup baik sehari saja di dunia ini; Banyak orang menghitung-hitung tahun sesudah mereka bertobat, tetapi sering

    tidak terdapat banyak perbaikan dalam hidup mereka. Jika mati itu kita pandang menakut-nakuti, maka umur panjang mungkin lebih

    berbahaya. Bahagialah orang yang selalu ingat akan saat kematiannya, dan setiap hari

    mempersiapkan diri untuk menghadapi mati. Apakah kita sudah pernah melihat orang pada saat ia akan meninggal dunia?

    Baiklah kita ingat, bahwa jalan yang sama itu akan kita lalui juga. 3. Waktu pagi-pagi, janganlah kita berani menentukan, bahwa kita akan mengalami

    waktu malam. Bila kita mencapai waktu malam, janganlah kita berani pula menentukan, bahwa

    kita masih akan mengalami waktu pagi. Kita harus selalu siap sedia dan hidup kita hendaknya demikian, hingga maut tidak

    menemui kita dalam keadaan tidak siap. Banyak orang meninggal sekonyong-sekonyong dan mendadak. Sebab pada waktu

    yang tidak disangka-sangka, Putera Manusia akan datang (Mat 14.42. Luk 12.40).

  • Bilamana saat-saat terakhir itu telah tiba, maka pandangan kita terhadap waktu yang telah lewat tentu akan sangat berlainan sekali. Dan kita tentu akan sangat merasa menyesal, karena kita telah hidup sembrono dan tidak hati-hati.

    4. Alangkah bijaksana dan bahagianya orang yang dalam hidupnya sekarang berhaluan, seperti harapannya pada waktu ia akan menemui ajalnya.

    Kita sungguh bolehmengharapkan ajal yang bahagia, bila kita sudah mengabaikan barang duniawi sama sekali mempuyai keinginan yang bernyala-nyala untuk maju dalam kebajikan, cinta akan peraturan biara, benar-benar bertapa dengan sekuat tenaga, taat dengan segala suka hati, menyangkal diri sendiri lagi pula menerima dengan sabar segala kesukaran demi cinta kasih akan Kristus.

    Selama kita dalam keadaan sehat, kita dapat berbuat banyak kebaikan, tetapi kita tidak tahu, apakah yang masih dapat kita lakukan, bila kita jatuh sakit.

    Tidak banyak orang yang menjadi lebih baik dalam hatinya karena menderita sakat. Demikian pula tidak banyak jumlahnya orang yang menjadi saleh karena sering berziarah ke tempat-tempat suci.

    5. Janganlah kita banyak menaruh harapan kepada sahabat dan kaum keluarga kita dan janganlah menunda usaha kita untuk keselamatan jiwa kita. Sebab orang akan lebih cepat melupakan kita daripada y ang kita duga.

    Lebih baik sekarang ini kita berjaga-jaga dan mengumpulkan pekerjaan baik (sedia paying sebelum hujan), untuk waktu yang akan datang, daripada mengharapkan bantuan orang lain.

    Bila sekarang kita tidak memperhatikan kepentingan kita, siapakah yang akan memperhatikan kita di kemudian hari?

    Waktu sekarang sungguh sangat berharga. Sekaranglah saat yang bahagia; sekaranglah saat yang diperkenan Allah (@ Kor. 6.2).

    Tetapi alangkah sayangnya, bahwa waktu ini tidak kita pergunakan lebih baik, sedang mestinya saat ini adalah kesempatan untuk memperoleh harta yang kekal.

    Sekali datanglah saatnya, bahwa kita ingin benar mengalami satu hari, bahkan satu jam saja, untuk memperbaiki diri kita; dan kita tidak tahu, apakah kesempatan itu akan kita peroleh.

    6. Lihatlah sahabatku, kita akan terlepas dari bahaya dan ketakutan yang besar, jika sekarang sudah selalu memperhatikan keadaan kita dan selalu ingat akan dipanggil Tuhan.

    Oleh Karena itu, baiklah kita berusaha hidup demikian rupa, hingga pada saat meninggal dunia kita lebih merasa gembira daripada merasa takut.

    Baiklah mulai sekarang kita belajar mati bagi dunia, supaya dengan demikian kita dapat hidup bersama Kristus.

    Siksalah badan kita dengan puasa dan matiraga, agar kita dapat teguh dalam harapan kita.

    7. Hai orang dungu, mengapa kita mengira akan hidup lama, sedangkan kini kita tidak tentu akan satu hari saja!

    Berapa banyaknya orang yang tertipu dan sekonyong-konyong meninggal dunia? Tidakkah kita sering mendengan orang berkata: Ia mati ditusuk pedang, ia mati

    tenggelam, ia jatuh dari atas dan patah lehernya; yang lain mati sedang makan dan yang lain lagi sedang bermain? Itu mati terbakar, orang ini mati karena senjata, yang satu karena penyakit pes dan yang lain karena dibunuh orang. Demikianlah semua orang akhirnya mati dan hidup manusia berlalu sebagai bayangan.

    8. Siapakah yang masih akan ingat kepada kita jika kita sudah mati? Dan siapa yang akan berdoa untuk kita?

    Maka, Saudara yang tercinta, marilah kita kerjakan sekarang apa yang dapat kita kerjakan. Sebab kita tidak tahu, kapan kita akan mati dan kita tidak tahu apa yang akan kita alami sesudah mati.

    Marilah kita kumpulkan harta yang tidak dapat binasa, selama kita masih mempunyai kesempatan. Janganlah kita memikirkan bermacam-macam hal, selain

  • kebahagiaan kita, dan hendaklah kita hanya memikirkan hal-hal bertalian dengan Allah.

    Carilah sekarang sahabat-sahabat dengan menghormati orang-orang kudus dan menyontoh perbuatan mereka, agar kita bila telah meninggal dunia dapat diterima dalam kemah-kemah yang abadi (Luk. 16.9)

    9. Hendaklah di dunia ini kita berhaluan seperti orang yang sedang bepergian dan sebagai orang asing, yang tak mempunyai sangkut paut dengan soal-soal duniawi.

    Kita bebaskanlah hati kita hendaknya dan kita arahkan kepada Tuhan, karena kita di sini tidak mempunyai tempat tinggal yang kekal (Ibr. 13.14).

    Panjatkanlah doa dan permohonan kita setiap hari disertai dengan cucuran air mata ke hadirat Tuhan, agar jiwa kita setelah meninggal dunia layak menerima anugerah Tuhan. Demikianlah hendaknya.

    PASAL XXIV HAL PENGADILAN TERAKHIR DAN HUKUMAN DOSA

    1. Dalam segala hal hendaklah kita melihat akhirnya dan kita renungkan bagaimana

    kita nanti akan berdiri di muka Hakim yang Mahatinggi, yang tahu akan segala-galanya, yang tak dapat diberi suap dan yang tak akan menerima alasan-alasan yang tak sah. Tetapi yang akan menjatuhkan pengadilan yang seadil-adilnya (Is. 11.4).

    Ah, orang berdosa yang celaka! Apakah jawabanmu kepada Tuhan yang mengetahui semua kejahatanmu, sedangkan kamu sudah gemetar, karena takut terhadap seorang manusia yang sedang marah-marah?

    Mengapa kita tidak bersiap-siap menghadapi hari pengadilan tersebut, di mana kita tidak akan dapat dibela serta dibebaskan oleh orang lain, melainkan kita sendiri harus memikul tanggung jawab kita masing-masing?

    Sekarang jerih payah kita masih dapat membawa hasil, waktu sekarang air mata kita masih diterima dan keluhan kita masih didengarkan; pada waktu ini kesusahan kita masih dapat merupakan pemulihan dan dapat membersihkan hati.

    2. Orang yang mengalami penderitaan dari orang lain dan oleh karenanya lebih menyesal atas kesalahan orang lain daripada atas ketidak adilan yang diterimanya sendiri, maka orang itu di dunia ini boleh dikata sudah menderita siksaan api penyucian yang berat, tetapi bahagia baginya.

    Demikian pula adanya dengan orang yang suka berdoa bagi mereka yang merintangi pekerjaannya, dan dengan segala senang hati mau memberi maaf kepada mereka; yang tidak ragu-ragu pula minta maaf kepada orang lain dan yang lebih cenderung kepada rasa belas kasihan daripada rasa marah.

    Demikian juga halnya dengan orang yang seringkali bersikap keras terhadap diri sendiri dan berusaha agar hawa nafsunya tunduk kepada jiwanya.

    Lebih baik kita sekarang membersihkan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kita, daripada harus menderita hukuman di kemudian hari.

    Sungguh, kita menipu diri sendiri, bila cinta kita terhadap badan kita tidak teratur. 3. Apakah yang akan dimakan api neraka, kalau bukan dosa-dosa kita? Semakin banyak kita menuruti kehendak badan kita, semakin besar hukuman yang

    nantinya harus kita jalani dan semakin banyak bahan baker yang kita timbun. Kita akan dihukum berat, sepdan dengan jenis dosa yang pernah kita lakukan.

    Orang yang lemah (lembam dan suam) akan ditusuk dengan tusukan-tusukan yang mendidih panas dan orang yang menyembah akan disiksa dengan rasa lapar dan dahaga yang sangat besar.

    Orang yang selalu mencari kenikmatan daging akan disiram dengan lemak yang mendidih dan belerang yang berbau busuk; dan mereka yang suka marah-marah akan meraung-raung seperti anjing gila yang kesakitan.

    4. Tak ada kejahatan satupun yang tidak akan disiksa.

  • Orang yang sombong akan menderita penghinaan, dan yang kikir akan merasakan kekurangan hebat.

    Di sana satu jam siksaan akan terasa lebih berat daripada menjalankan hidup bertapa paling berat selama seratus tahun di dunia ini.

    Di sana tak ada istirahat, tak ada penghiburan bagi yang terhukum. Di dunia ini dalam pekerjaan yang berat kadang-kadang masih ada waktu untuk menarik nafas dan masih ada teman-teman yang memberi penghiburan.

    Maka hendaklah kita sekarang prihatin dan menyesal atas dosa-dosa kita; agar supaya pada hari kiamat kita beserta orang-orang yang telah bahagia tak akan merasa takut.

    Sebab pada saatu itu orang-orang yang baik akan berdiri dengan penuh kepercayaan berhadapan dengan mereka yang dahulu pernah menindas mereka (Keb. 5.1.).

    Pada saat itu orang yang sekarang dengan rendah hati tunduk kepada pertimbangan-pertimbangan orang lain, akan berdiri untuk mengadili.

    Orang-orang yang miskin dan rendah hati akan mempunyai harapan yang besar, sedangkan orang-orang yang sombong akan takut dalam segala hal.

    5. Nantinya akan ternyata, bahwa mereka di dunia ini sungguh bijaksana, yang telah belajar diejek dan dihina karena Kristus.

    Di sana akan bergembiralah orang yang di dunia ini telah mengalami cobaan-cobaan dengan sabar dan segala kejahatan akan dihentikan. (Mas. 107.42).

    Pada waktu itu tiap orang saleh akan bergembira, sedangkan orang yant tak perduli akan Tuhan akan merasa sedih.

    Badan yang sekarang menderita oleh matiraga, nantinya akan merasakan kennikmatan yang lebih besar daripada yang disayang-sayang dengan kemewahan.

    Pakaian sederhana orang miskin akan bersinar, sedangkan pakaian halus orang kaya akan menjadi suram.

    Rumah gubug akan lebih dipuji-puji daripada istana emas yang berkilau-kilauan. Kesabaran yang tekun akan lebih berguna daripada segala kekuasaan dunia. Ketaatan yang sederhana akan dijunjung lebih tinggi daripada segala kecerdikan

    duniawi. 6. Hati bersih suci akan memberi kegembiraan yang lebih besar daripada segala

    macam ilmu dan hikmat. Mereka yang dalam masa hidupnya meremehkan kekayaan akan lebih dihargai

    daripada orang yang serakah mengumpulkan harta duniawi. Maka kita akan lebih merasakan hiburan karena berdoa serta puasa dan matiraga,

    daripada karena makanan yang terpilih dan paling lezat. Maka kita akan lebih bergembira karena waktu diam telah kita jalankan dengan

    sebaik-baiknya, daripada karena kita telah banyak bicara. Maka pekerjaan baik dan dihargai lebih tinggi daripada kata-kata banyak yang

    bagus. Maka hidup keras dan suka menderita serta laku tobat yang berat akan lebih

    dihargai daripada segala macam kenikmatan duniawi. Baiklah kita sekarang belajar sedikit menderita, agar di kemudian hari kita dapat

    terlepas daripada kesengsaraan yang lebih berat. Hendaklah sekarang kita coba, yang nantinya mungkin dapat minimpa kita. Jika sekarang kita sudah sukar menahan sesuatu, bagaimanakah kiranya kelak kita

    dapat menahan hukuman abadi? Bila kesusahan yang sangat kecil saja sekarang sudah membuat kita kurang sabar,

    bagaimana nanti keadaan kita jika api neraka menimpa kita? Ingatlah, bahwa tidak mungkin kita dapat menikmati dua macam surga: kenikmatan

    hidup di dunia ini dan kelak duduk di sisi Kristus. 7. Apabila hingga saat ini kita selalu hidup disanjung-sanjung dan penuh kenikmatan,

    apakah gunanya semua itu, andaikata pada saat ini juga kita harus meninggal dunia?

  • Sungguh, semuanya adalah sia-sia, kecuali cinta kepada Tuhan dan hanya mengabdi kepadaNya.

    Sebab barangsiapa cinta akan Allah dengan sepenuh hati, ia tidak akan takut mati, hukuman, pengadilan, maupun neraka; karena cinta yang sempurna merupakan jalan yang aman menuju Tuhan.

    Sebaiknya orang yang masih melekat pada dosa, tentu takut mati dan pengadilan Tuhan.

    Tetapi baik jugalah kiranya, bahwa setidak-tidaknya rasa takut akan siksaan api neraka mampu menahan kita dari perbuatan jahat, apabila cinta kita pada Tuhan belum cukup untuk menahan kita dari perbuatan dosa.

    Tetapi barangsiapa menyingkirkan segala rasa takut kepada Tuhan, maka ia tidak akan lama dapat tinggal baik, melainkan dalam waktu singkat ia kan jatuh terjerat dalam perangkap setan.

    PASAL XXV HAL RAJIN MEMPERBAIKI HIDUP KITA SENDIRI

    1. Haraplah waspada lagi rajin dalam berbakti kepada Tuhan dan ingatlah seringkali:

    Apakah tujuanmu di sini dan mengapakah engkau telah meinggalkan dunia? Bukankah untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan dan agar menjadi orang yang

    mementingkan soal-soal kerohania? Oleh sebab itu marilah kita sungguh-sungguh rajin berusaha mencapai kemajuan,

    karena tak berapa lama lagi kita akan menerima ganjaran bagi segala jerih payah kita. Maka selanjutnya tak aka nada rasa takut ataupun susah lagi bagi kita.

    Sekarang kita harus bekerja sebentar saja, sesudah itu akan memperoleh istirahat lama, bahkan kenikmatan kekal.

    Apabila kita rajin bekerja dan selalu setia, niscaya Tuhan akan membalasnya dengan setia pula dan murah hati.

    Kita memang harus mempunyai harapan besar, bahwa kita akan memperoleh kemenangan. Tetapi kemenangan itu janganlah kita pastikan, agar supaya kita tidak menjadi kurang rajin ataupun sombong.

    2. Pada suatu peristiwa ada orang yang selalu merasa terombang-ambing antara khawatir dan pengharapan. Sewaktu orang tersebut merasa sangat gelisah dalam hatinya, maka berlututlah ia di dalam gereja di muka altar dan berdoa dengan khidmad, pikirnya: O, seandainya saya tahu, bahwa saya akan tetap setia bertahan sampai akhir! Segera orang itu mendengan jawaban Tuhan di dalam hatinya: Seandainya engkau tahu akan hal itu, apakah yang akan engkau perbuat? Jalankanlah sekarang apa yang akan engkau perbuat itu, dan engkau tentu akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman di dalam hatimu. Segera orang tersebut merasa terhibur dan mendapat kekuatan. Dia menyerahkan dirinya kepada kehendak Tuhan dan lenyaplah rasa bimbang dan khawatirnya.

    Dan seterusny orang tersebut tidak ingin mencari-cari atau meneliti lagi, apakah yang akan terjadi dengan dirinya di kemudian hari, tetapi yang lebih diutamakan ialah: memahami yang menjadi kehendak Tuhan yang sempurna yang berkenan kepadaNya (Rom 12.2), agar dengan semangat itu dimulainya dan disudahinya semua pekerjaan yang baik.

    3. Percayalah kepada Tuhan dan berbuatlah kebaikan (kata Nabi), dan diamilah muka bumi maka engkau akan mendapat makanan dari kekayaannya. (Masm. 37.3).

    Ada satu hal yang merupakan penghalang bagi orang banyak untuk maju dan mengusahakan perbaikan hidupnya, yaitu takut menghadapi kesulitan, atu kurang berusaha menentang lawan.

  • Padahal justru mereka yang dengan gagah beranni berusaha mengalahkan apa yang dirasakannya sangat berat, atu yang sungguh tidak mereka sukai, itulah yang pertama-tama mencapai kemajuan dalam perkembangan hidup rohani.

    Kita akan makin maju dan makin banyak memperoleh rahmat, apabila kita makin banyak berolah matiraga.

    4. Tetapi apa yang harus dikalahkan dan sifat buruk yang harus dimatikan itu memang tidak sama bagi setiap orang. Namun demikian, orang yang rajin dan bersemangat, meskipun ia itu mempunyai lebih banyak hawa nafsu, tentu akan lebih maju di jalan keutamaan, daripada orang yang berwatak baik, tetapi kurang rajin dan kurang bersemangat untuk mengejar kesempurnaan.

    Teristimewa ada dua hal yang dapat membantu kita dalam mencapai kemajuan besar, yaitu: dengan sekuat tenaga berpaling dari yang tidak baik, karena kita memang mudah tertarik olehnya; dan keduanya dengan terus menerus mengejar yang baik, yang memang benar-benar kita butuhkan.

    Haraplah berusaha untuk menghindari dan mengatasi segala sesuatu, yang kita tidak suka melihat pada orang lain.

    5. Pergunakanlah segala kesempatan untuk mencapai kemajuan dalam perkembangan rohani, hingga tiap contoh baik yang kit