ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam islam

23
Tuhan menetapkan, tapi Dia tidak kejam. (Albert Einstein)

Upload: fitrie-goesmayanti

Post on 05-Aug-2015

478 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Dalam penciptaan alam semesta ini, sebagaimana yang tersurat dalam ayat-ayat Al Quran, mulai dari proses penciptaan jagad raya, proses penciptaan manusia, dan lain sebagainya, semuanya mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian memberikan inspirasi kepada manusia sebagai makhluk yang dibekali akal pikiran untuk mengembangkan pengetahuan tersebut, sehingga menjadi cabang-cabang keilmuan yang bermanfaat bagi manusia di muka bumi.

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

Tuhan menetapkan,

tapi Dia tidak kejam.

(Albert Einstein)

Page 2: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan karunia kepada

manusia berupa ruh dan kecerdasan, sehingga dapat berkarya bagi sesama. Sholawat dan

salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga,

sahabat, dan orang-orang sholeh yang mengikutinya.

Ilmu merupakan bahan dasar untuk bertafakur. Ilmu diperoleh melalui

kesungguhan belajar. Seseorang sekalipun dianugerahi otak yang jenius, tetap saja

selamanya akan bodoh bila tidak mau belajar. Banyak sekali riwayat Rasulullah saw.

yang menerangkan keutamaan ilmu.

Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata “Barangsiapa sedang mencari ilmu, maka

sebenarnya ia sedang mencari surga. Dan barangsiapa mencari kemaksiatan, maka

sebenarnya dia sedang mencari neraka.” Jadi, siapapun yang menempuh suatu jalan

untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah memudahkan baginya untuk menuju surga.

Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua tercinta yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk mencari ilmu dan melanjutkan pendidikan,

untuk mencari surga. Terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala cinta dan kasih

sayang yang tercurah selama ini, juga kesabaran dan ridho-nya pada penulis.

Terima kasih kepada Bapak Drs. H. Moch. Dzuliman, M. Pd., selaku dosen mata

kuliah Pendidikan Agama dan Seminar Agama, atas segala ilmu yang telah diberikan

sehingga penulis dapat lebih memahami agama Islam, dan memperkuat keyakinan dan

ketakwaan kepada Allah SWT.

Tidak lupa, terima kasih kepada semua teman-teman mahasiswa STBA jurusan

Bahasa Inggris kelas Karyawan angkatan 2008, atas segala dukungan dan dorongannya

untuk terus bersama-sama belajar di tengah kesibukan masing-masing. Terima kasih

untuk persahabatan yang indah ini, teman!

Bandung, Februari 2009

Penulis

Page 3: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….. 1

1.2. Metode Penelitian……………………………………………………………..2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah…………………………………... 2

1.3.1. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………... 2

1.3.2. Manfaat Penulisan Makalah………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN LITERATUR……………………………………………… 4

2.1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi…………………………………………... 4

2.2. Seni……………………………………………………………………………. 5

BAB III ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM

ISLAM…………………………………………………………………. 8

3.1. IPTEK, Seni, dan Peradaban Islam………………………………………… 8

3.2. Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni…………………………………10

3.2.1. Iman, Islam, Ihsan, dan Ilmu……………………………………...10

3.2.2. Ilmu dan Taqwa…………………………………………………….11

3.3. Keutamaan Orang yang Berilmu……………………………………………13

3.4. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan……………………….. 16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... .18

4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………... 18

4.2. Saran…………………………………………………………………………...19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. . 20

Page 4: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam penciptaan alam semesta ini, sebagaimana yang tersurat dalam ayat-ayat

Al Quran, mulai dari proses penciptaan jagad raya, proses penciptaan manusia, dan lain

sebagainya, semuanya mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian

memberikan inspirasi kepada manusia sebagai makhluk yang dibekali akal pikiran untuk

mengembangkan pengetahuan tersebut, sehingga menjadi cabang-cabang keilmuan yang

bermanfaat bagi manusia di muka bumi.

Segala ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT, maka sudah selayaknya

manusia membangun ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kehendak Allah

SWT, yakni sesuai dengan aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk Allah SWT, baik yang

tersurat dalam Al Quran maupun yang tersirat di alam semesta. Namun seiring dengan

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pun semakin berkembang

pesat. Manusia tidak lagi menggunakan imu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai

dengan aturan agama, namun malah tersesat dalam menikmati segala pengetahuan,

teknologi, dan seni yang ada.

Pakar-pakar muslim terdahulu menggunakan ilmu pengetahuan sebagai media

untuk mendekatkan diri kepada Allah Sang Maha Pencipta. Namun yang terjadi akhir-

akhir ini, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni semakin menjauhkan manusia dengan

Tuhannya. Sekulerisme semakin jelas terlihat. Manusia tidak lagi memuja Tuhan, tapi

memuja kebenaran ilmu, kecanggihan teknologi, dan keindahan seni.

Segala sesuatu, walaupun itu baik, jika berada di tangan yang salah, bisa saja

menjadi tidak bermanfat, bahkan membawa petaka. Ilmu pengetahuan dan teknologi jika

dimanfaatkan dengan benar dapat meningkatkan martabat kehidupan manusia, tapi jika

salah memanfaatkannya, teknologi akan menjadi musuh manusia, bahkan menjadi senjata

pemusnah manusia itu sendiri.

Seni jika dinikmati dengan benar tentu akan membawa manusia pada rasa syukur

akan kebesaran Tuhan atas segala ciptaanNya yang indah, tapi mengatasnamakan seni

untuk mengumbar nafsu hanya akan menyebabkan degradasi moral. Disadari atau tidak,

Page 5: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

seni sudah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Perkembangan media

elektronik seperti radio, televisi, dan internet telah mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat. Sekarang seni dijadikan sebagai alat untuk mencari kesenangan dunia

belaka.

Banyaknya hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama Islam dalam penerapan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni itulah yang melatarbelakangi ditulisnya makalah

ini.

1.2. Metode Penelitian

Metode adalah sebuah cara untuk mengelola suatu teori dengan cara

mengaplikasikannya ke dalam data-data (Johari, 1985: 22), dan dalam penulisan makalah

ini menggunakan metode penelitian analitis deskriptif. Metode analitis deskriptif ini

disebut juga sebagai tipe yang paling umum, yang bertujuan untuk memeriksa apa yang

ada dan atau yang sudah ada (Coplin, 1992: 3). Metode ini berupaya membuat deskripsi

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan variabel yang

menjadi bagian penelitian (White, 1990: 20-24).

Pengumpulan data untuk menyusun makalah ini dilakukan dengan cara studi

kepustakaan (library research). Data-data yang digunakan bersumber pada buku-buku

yang relevan, serta artikel-artikel yang dipublikasikan melalui internet.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah

1.3.1. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini ditulis untuk mengidentifikasi, menggambarkan, dan menganalisis

ajaran Islam dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Makalah ini

berusaha untuk mendefinisikan apa itu ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, integrasi

antara ketiganya dengan iman, pentingnya ilmu bagi orang beriman, dan juga tanggung

jawab ilmuwan terhadap lingkungan.

1.3.2. Manfaat Penulisan Makalah

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar dapat berguna untuk para penstudi

lainnya dalam menambah pengetahuan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Page 6: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

dalam Islam. Makalah ini juga diharapkan menjadi referensi atau acuan bagi para

penstudi lain yang juga memiliki minat untuk menulis dan mengkaji tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni dalam Islam.

Makalah ini diharapkan dapat menggugah kesadaran public (public awareness)

dan pemerintah tentang pentingnya partisipasi semua pihak dalam menerapkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni yang sejalan dengan ajaran agama Islam demi

mencegah dan mengurangi penyimpangan moral masyarakat. Selain itu, diharapkan

makalah ini juga dapat menggagas jalan keluar untuk dari kontroversi yang ada di

masyarakat, mengenai apa yang dibolehkan dan tidak dibolehkan agama.

Page 7: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ayat pertama turun adalah Iqra’, yang artinya baca, dari QS. 96, Al ‘Alaq 1-5. Itu

artinya, membaca dan menulis adalah jendela ilmu pengetahuan. Dijelaskan, dengan

membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak

diketahui (‘allamal-insana maa lam ya’lam). Wahyu Allah ini berfungsi sebagai sinyal

dan dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca

setiap perubahan zaman dan pergantian masa.

Allah menurunkan wahyu yang pertama surat Al ‘Alaq, yang berbunyi “Bacalah

dengan nama Tuhan yang Mencipta..” Di sini Allah mengajak manusia membaca atas

namaNya. Dengan kata-kata lain yang lebih luas, Allah mengajak manusia untuk

menggunakan akal, mencari ilmu pengetahuan dan teknologi, maju, membangun, dan

berjuang menegakkan peradaban. Semua itu adalah untuk manusia, karena Allah

menginginkan keselamatan umat manusia. Allah memerintahkan manusia membuat apa

saja dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, karena dengan itulah

Allah akan memberi rahmat dan hidayahNya.

Menurut Prof. Dr. Hamka, ilmu adalah tiang untuk kesempurnaan akal.

Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah

sempit akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka.

Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, sains adalah ilmu pengetahuan

yang teratur (sistematik), yang bisa diuji atau dibuktikan kebenarannya. Ilmu

pengetahuan juga mempunyai cabang-cabang ilmu yang berdasarkan kebenaran,

misalnya fisika, kimia, biologi, astronomi, termasuk juga cabang-cabang yang lebih detil

lagi seperti hematologi (ilmu tentang darah), entomologi, zoologi, botani, kardiologi,

meteorologi (ilmu tentang kajian cuaca), geologi, geofisika, eksobiologi (ilmu tetang

kehidupan di angkasa luar), hidrologi (ilmu tentang aliran air), aerodinamika (ilmu

tentang aliran udara), dan lain-lain.

Sedangkan teknologi adalah aktifitas atau kajian yang menggunakan pengetahuan

sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, perobatan, perdagangan, dan lain-

Page 8: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

lain. Teknologi juga dapat didefinisikan sebagai kaedah atau proses menangani suatu

masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik maju seperti menggunakan peralatan

elektronik, proses kimia, manufaktur, permesinan yang canggih, dan lain-lain.

Menurut Bacharuddin Jusuf Habibie dalam Pidato Penerimaan Doctor Honoris

Causa yang disampaikannya di Universitas Hasanuddin, Makassar, ilmu pengetahuan

adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik, dan konsisten.

Hasil dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan

objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan

yang sifatnya supermakro, makro, dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-

ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.

Sedangkan teknologi adalah rangkuman beberapa disiplin ilmu pengetahuan yang

dapat digunakan untuk meningkatan nilai dari sesuatu, setelah memanfaatkan teknologi

tersebut secara tepat. Peningkatan nilai yang dimaksud adalah dalam arti yang luas, tidak

terbatas pada perangkat keras (hardware) saja, namun termasuk perangkat lunak

(software), dan perangkat otak (brainware).

Contoh perangkat keras, antara lain teknologi yang terkait dengan operasi jantung,

operasi ginjal, pembuatan mobil, pembuatan kapal, pembuatan pesawat terbang,

pembangunan gedung perumahan atau perkantoran, dan sebagainya. Contoh perangkat

lunak, antara lain teknologi yang dimanfaatkan untuk membuat software komputer,

menyusun program dan sistem kerja untuk pembuatan perangkat keras (hardware), dan

sebagainya. Contoh perangkat otak, antara lain teknologi dalam rangka menghasikan

teori baru, baik untuk pembuatan perangkat keras maupun pembuatan perangkat lunak

untuk dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

2.2. Seni

Allah menciptakan segala sesuatu di bumi tidak sembarangan. Allah menciptakan

makhluk-makhluknya, baik yang bernyawa atau tidak, dengan keindahan. Manusia

diciptakan dengan bentuk yang sedemikian rupa indahnya, tumbuh-tumbuhan yang

dibuat menjadi pemandangan indah, bahkan alam semesta dengan susunan planet-planet

dan benda-benda langit lainnya yang tersusun pada orbitnya, merupakan maha karya seni

yang luar biasa.

Page 9: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

Seni menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kecakapan membuat

(menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Sedangkan kata “seni” sendiri diambil

dari bahasa Inggris “art”, yang berakar pada bahasa Latin “ars”, yang berarti ketrampilan

yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan, atau proses belajar. Dari akar kata ini

kemudian berkembang pengertian yang diberikan oleh kamus Webster, yang

mendefinisikan seni sebagai penggunaan ketrampilan dan imajinasi secara kreatif dalam

menghasilkan benda-benda estetis. (Webster's Collegiate Dictionary, 1973: 63).

Pengertian lain diambil dari bahasa Belanda “kunst”, yang mempunyai definisi

sebagai suatu kesatuan secara struktural dari elemen-elemen estetis, kualitas-kualitas

teknis dan ekpresi simbolis, yang mempunyai arti tersendiri dan tidak membutuhkan lagi

pengesahan oleh unsur-unsur luar untuk pernyataan dirinya.(Winkler Prins: 427).

Plato mendefinisikan seni sebagai karya yang berasal dari peniruan bentuk alam

dengan segala segi-seginya atau mendekati bentuk alam (natural). Menurut Aristoteles,

seni adalah karya yang berasal dari alam, kemudian dibuat lebih indah sesuai ide dari

pencipta atau senimannya. Shubert Read mengartikan seni sebagai karya manusia yang

lebih mengutamakan segi kreativitas fisik dan psikologis.

Claire Holt dalam karyanya yang berjudul “Art in Indonesia”, menyatakan seni

adalah unsur budaya yang penting yang memberi nilai keindahan, keselarasan, dan

keseimbangan. Seni menurut Raymond William mencakup berbagai bidang seperti seni

halus (video, lukisan, arca), seni rupa, seni ukir, seni keramik, seni logam, seni tekstil,

seni sastra, seni pementasan, dan seni musik. Dr. Sidi Gazalba menyatakan bahwa seni

itu indah dan indah itu adalah baik. Seni memerlukan nilai kebaikan, kebenaran, dan

moral yang tinggi.

Sedangkan seni Islam, menurut Sayyid Husein Nasr, setidaknya mengandung tiga

hal:

1. Mencerminkan nilai-nilai religius, sehingga tidak ada yang disebut seni sekuler.

Tidak ada dikotomi religius dan sekuler dalam Islam. Apa yang disebut kekuatan

atau unsur sekuler dalam masyarakat Islam selalu memiliki pengertian religius

seperti halnya hukum Ilahi yang secara spesifik memiliki unsure-unsur religius.

2. Menjelaskan kualitas-kualitas spiritual yang bersifat santun akibat pengaruh nilai-

nilai sufisme.

Page 10: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

3. Ada hubungan yang halus dan saling melengkapi antara masjid dan istana, dalam

hal perlindungan, penggunaan, dan fungsi berbagai seni.

Karena itu, seni Islam, bagi Nasr, tidak hanya berkaitan dengan bahan-bahan

material yang digunakan tetapi juga unsur kesadaran religius kolektif yang menjiwai

bahan-bahan material tersebut.

Seni Islam bukan sekedar karena seni itu diciptakan oleh seorang muslim, tapi

lebih karena didasari oleh wahyu Ilahi. Seni Islam adalah buah dari spiritualitas Islam,

merupakan hasil dari pengejawentahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Seni

Islam merefleksikan kandungan Prinsip Keesaan Ilahi, kebergantungan seluruh

keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia, dan kualitas-kualitas positif

dari eksistensi kosmos. Namun demikian, menurut Nasr, meski seni Islam diilhami

spiritualias Islam secara langsung, wujudnya tetap saja dibentuk oleh karakter-karakter

sosial budaya yang meliputinya. Hanya saja, karakter-karakter tersebut tidak sampai

mengurangi kebenaran dan kandungan batin dan dimensi spiritual Islam yang menjadi

sumber seni Islam.

Page 11: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

BAB III

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI DALAM ISLAM

3.1. IPTEK, Seni, dan Peradaban Islam

Umat Islam melalui para pemimpin Islam, ulama, dan cendekiawan Muslim pada

akhir abad XIV telah mencanangkan abad XV sebagai Abad Kebangkitan Islam.

Kebangkitan Islam adalah merupakan respons dan sebagai bukti tanggung jawab para

ulama, cendekiawan muslim, dan para pemimpin Islam terhadap keadaan dunia yang

kacau balau. Ketidakadilan, penindasan, penjajahan, dan kebiadaban dalam berbagai

bentuk telah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mewarnai hampir seluruh

pelosok bumi. Penyebabnya adalah karena manusia mengikuti peradaban materi.

Maka para ulama, cendekiawan muslim, dan para pemimpin Islam telah

menggariskan era perjuangan besar, perjuangan membangun kemanusiaan, dengan

merumuskan bahwa tugas kebangkitan Islam adalah menggantikan peradaban materi

dengan peradaban nilai (Al-Islam wa Mustaqbal al-Hadlarah. Subkhi alSalih. Beirut,

1982). Kebangkitan Islam bukan berarti umat Islam akan menjajah umat atau bangsa lain.

Kebangkitan Islam hadir karena memang misi Islam adalah rahmatan lil’alamin

lil’alamin, mensejahterakan umat manusia, menyelamatkan manusia dunia dan

akhiratnya.

Namun sampai hari ini kekacauan dunia masih terus berlanjut, semakin kompleks,

canggih, dan bahkan semakin masif. Peran umat Islam sampai hari ini belumlah tampak

nyata, padahal abad XV H sudah melewati seperempatnya (1427H). Dunia Islam

sebagian besarnya sampai hari ini masih saja dalam keadaan terpuruk, masih jauh dari

kemandirian politik, ekonomi, militer, media masa, dan hampir di semua sisi kehidupan,

termasuk belum mandiri di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan yang lebih

menyedihkan adalah karena umat Islam hari ini juga sebagian besarnya masih tergiur

dengan kemilaunya dunia dan materi.

Hasilnya, kehidupan budayanya pun makin mengikuti budaya peradaban materi.

Budaya Islam menjadi asing bagi umat Islam sendiri karena sebagian besar muslim tidak

memahami substansi pokok yang menjadi tugas keilmuannya itu dari sisi akidah dan

akhlaq. Pada akhirnya yang maju adalah peradaban dan budaya Barat.

Page 12: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

Sejak kejatuhan politik dan peradaban Islam yang terjadi pada abad XIX Masehi,

politik Barat telah mempengaruhi dan menguasai umat Islam. Melalui pola dominasi

Barat di kalangan umat Islam tersebut maka tidak mengherankan bila pengaruh sosial

budaya Barat mulai menyusup ke tengah-tengah umat Islam, terutama pada masyarakat

Islam yang dijajah secara langsung oleh negara-negara Barat.

Sebagaimana diketahui, ciri khas peradaban Barat adalah sekulerisme. Mereka

memisahkan antara negara, kebudayaan dan adat istiadat bangsa, dengan agama.

Walaupun sekulerisme ini sangat bertentangan dengan ‘aqidah, kebudayaan, dan

peradaban Islam, namun nyatanya sistem ini telah tumbuh dan berkembang di kalangan

umat Islam. Pertumbuhan ini terjadi melalui akulturasi kebudayaan Barat dengan

kebudayaan Islam.

Negara-negara penjajah memang berhasil diusir oleh umat Islam, namun

kebudayaan dan peradaban Barat terus melekat. Proses sekulerisme pun masih berlanjut

di kalangan umat Islam sampai sepuluh tahun terakhir dari abad XX. Hal ini disebabkan

oleh adalahnya media massa dan lembaga-lembaga pendidikan yang berasaskan

sekulerisme.

Jatuhnya peradaban dan kebudayaan Islam setelah diakulturasikan dengan

kebudayaan Barat membuahkan sekulerisme dunia Islam. Karenanya tidak

mengherankan bila sekarang ini dapat ditemukan dengan mudah akibat-akibat yang

ditimbulkannya, antara lain sebagai berikut:

Kebudayaan yang diterapkan di dunia Islam sekarang ini telah tercemar dalam

kondisi cukup parah oleh kebudayaan Barat, dan lebih parahnya lagi kebudayaan itu

dijadikan sebagai konsepsi kebudayaan umat Islam.

Umat Islam telah menjauhi konsepsi masyarakat Islam yang dulu berdasarkan ‘aqidah,

ide-ide, jiwa, dan peraturan Islam, menjadi lebih mirip dengan masyarakat Eropa,

Amerika, Rusia, dan Cina.

Prinsip-prinsip sosial budaya yang dipratekkan oleh umat Islam telah jauh dari

prinsip-prinsip sosial budaya Islam, baik dari segi hubungan antara kaum pria dan wanita,

juga dari segi hiburan, kesenian, busana, ataupun bentuk-bentuk bangunan (arsitektur).

Dengan semakin giatnya akulturasi dalam bidang kesenian, seni umat Islam telah

Page 13: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

diwarnai oleh kesenian Barat yang sekularistik. Dengan demikian, semakin banyaklah

karya seni umat Islam saat ini yang berlawanan dengan konsepsi seni Islam.

3.2. Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni

3.2.1. Iman, Islam, Ihsan, dan Ilmu

Islam berarti “penyerahan diri”, maksudnya adalah penyerahan diri bulat-bulat

pada tujuan dan kehendak Sang Pencipta. Realisasi dari penyerahan diri ini adalah taat

kepadaNya. Dengan demikian, kata “Islam” mengandung dua pengertian fundamental,

yaitu mengakui Sang Pencipta (tauhid) dan taat atau patuh pada ajaran Islam secara

ikhlas. Inti ajaran Islam sendiri ada tiga, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

Iman adalah keyakinan manusia pada aqidah dasar (rukun iman) agar selamat dari

jalan yang sesat. Islam adalah pokok-pokok ibadah yang wajib dikerjakan. Ihsan adalah

cara mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan ilmu ibarat lampu yang menerangi

ketiganya dan menuntun seluruh tindakan serta amal ibadah di dalam kehidupan, lahir

dan batin, yang tersurat dan yang tersirat.

Rukun Iman pertama adalah yakin dan percaya pada Allah SWT. Rukun Iman

kedua adalah iman pada malaikat-malaikat Allah. Rukun Iman ketiga adalah beriman

pada kitab-kitabNya. Rukun Iman keempat adalah beriman pada Rasul-Rasul Allah.

Rukun Iman kelima adalah beriman pada hari akhir. Rukun Iman keenam adalah percaya

pada ketentuan atau takdir Allah. Namun hanya yakin dan percaya saja tidaklah cukup,

manusia harus mengenal Allah, malaikat, kitab suci, rasul, hari akhir, dan takdir Allah.

Karena itulah, untuk memahaminya, iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap.

Rukun Islam terdiri dari lima perkara. Barang siapa yang tidak mengerjakannya

maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna. Rukun Islam pertama yaitu

bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Rukun Islam kedua adalah shalat 5 waktu. Rukun Islam ketiga adalah puasa di bulan

Ramadhan. Rukun Islam keempat adalah membayar zakat. Rukun Islam kelima adalah

berhaji jika mampu.

Dalam menjalankan rukun Islam pun manusia harus dibekali ilmu. Bagaimana

bunyi kalimat syahadat, apa artinya, dan apa konsekuensi dari dua kalimat syahadat,

semuanya dapat dipelajari dengan memahami Al Quran dan Hadits yang sahih.

Page 14: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

Bagaimana menjalankan shalat dan bagaimana bacaannya, mengapa harus berpuasa di

bulan Ramadhan dan apa saja yang tidak diperbolehkan saat berpuasa, siapa yang wajib

berzakat dan siapa yang berhak menerima zakat, dan bagaimana pelaksanaan haji,

semuanya diperlukan ilmu untuk memahaminya. Tanpa ilmu, rukun yang dijalankan

tidak akan sesuai dengan kaidah, dan amal yang dilakukan tentu akan sia-sia.

Ihsan adalah cara agar manusia bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah.

Manusia beribadah seolah-olah melihat Allah. Jika tidak bisa, manusia harus yakin

bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat. Ihsan harus diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga jika berbuat baik, maka perbuatan itu selalu diniatkan

untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat untuk berbuat keburukan, manusia akan selalu

teringat pada hukum Allah sehingga tidak jadi melakukannya.

Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha

membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan

karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya. Dan manusia seperti itulah manusia

yang berilmu.

3.2.2. Ilmu dan Taqwa

Al Quran mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan suatu

gumpalan melalui firmanNya: “Tidakkah orang-orang kafir memperhatikan bahwa langit

dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan), kemudian Kami

memisahkannya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa

mereka tidak juga beriman?” (Q.S. Al Anbiya’: 30)

Al Quran tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa yang

dikemukakan di atas tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya dibenarkan

oleh observasi para ilmuwan.

Observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang raksasa pada

tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti alam semesta

berekspansi, bukannya statis seperti dugaan Einstein. Ekspansi itu menurut fisikawan

Rusia, George Gamow (1904-1968), melahirkan seratus miliar galaksi yang masing-

masing rata-rata memiliki 100 miliar bintang, Dan bila ditarik ke belakang, semuanya

Page 15: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpalan itulah yang meledak dan

dikenal dengan istilah Big Bang.

Allah berfirman dalam Al Quran “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan

bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (Kebesaran Allah)

bagi kalangan ulul albab. Yaitu mereka yang hatinya selalu bersama Allah di waktu

berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua

dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka perliharalah kami dari azab neraka.” (Q.S. Al

Imron: 190-191)

Dari ayat ini dapat dilihat bahwa melalui pengamatan, kajian, dan pengembangan

sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran,

kehebatan, dan keagunganNya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan

keluasannya pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha Hebat

lagi Allah yang menciptakannya. Tidak terbayangkan oleh akal pikiran dan perasaan

manusia Maha Hebatnya Allah.

Kalaulah alam semesta yang nampak secara lahiriah saja sudah begitu luas,

menurut kajian dengan menggunakan peralatan terkini yang canggih, yang diameternya

20 milyar tahun cahaya, terasa betapa besar dan agungnya Allah yang menciptakannya.

Ini alam lahiriah yang nampak dan dapat diukur secara lahiriah, belum lagi alam-alam

yang berbagai jenis yang tidak dapat dikaji dan diobservasi dengan peralatan lahiriah

buatan manusia, walau secanggih apapun. Maka melalui kajian ilmu pengetahuan dan

pengembangan teknologi, sepatutnya keimanan manusia meningkat.

Semua tanda-tanda di bumi dan alam semesta, yang juga tersurat dalam Al Quran

bermaksud agar umat Islam bertaqwa kepada Allah. Orang yang berilmu mengakui

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, seperti yang tersurat dalam Q.S. Ali ‘Imran: 18,

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang menegakkan

keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian

itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Taqwa adalah sumber ilmu pengetahuan. Islam sangat mendorong umatnya untuk

menuntut, mengkaji, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam sangat

menghargai dan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan

Page 16: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

seperti firman Allah yang berbunyi “Allah mengangkat mereka yang beriman di

kalangan kamu dan mereka yang diberi ilmu itu beberapa derajat.” (Q.S. Al Mujadalah:

11) Bila Allah yang mengajar manusia, segala ilmu yang Allah izinkan akan

dianugerahkan kepada manusia, sehingga manusia dapat menghasilkan karya-karya yang

unggul dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.3. Keutamaan Orang yang Berilmu

Firman Allah dalam Q.S. Ali ‘Imran: 110, artinya, “Kamu adalah umat yang

paling baik (khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia;

menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada

Allah. Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk

mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang jahat”.

Di sinilah terdapat tantangan, di samping peluang terhadap umat Islam sepanjang

masa dalam meniti setiap perubahan zaman. Khaira ummah menjadi identitas umat

Islam, ditandai sikap istiqamah atau konsisten, yaitu:

1. Tetap membawa, menyeru, mengajak umat kepada yang baik, atau amar makruf.

2. Melarang membuat salah, atau nahyun ‘anil munkar.

3. Tetap beriman kepada Allah.

Amar makruf dan nahyun ‘anil munkar, hanya terlaksana dengan ilmu

pengatahuan. Ketika manusia pertama diciptakan, diberikan beberapa perangkat ilmu,

diajarkan pertama kali pengenalan terhadap nama, sifat sesuatu dari alam, yang tidak

diberikan kepada makhluk lainnya termasuk malaikat. Hal itu tertera jelas dalam dialog

Allah dengan para malaikat ketika menciptakan manusia pertama (Adam), seperti tertera

dalam Q.S. Al Baqarah: 30-35, tujuannya adalah mengemban misi mulia, yaitu sebagai

khalifah di bumi.

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah

dan masyarakat. Al Quran memberi golongan ini dengan berbagai gelar mulia dan

terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi

Allah SWT dan makhlukNya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al ‘Imran:

7), “Ulul al-Ilmi” (Al ‘Imran: 18), “Ulul al-Bab” (Al ‘Imran: 190), “al-Basir” dan “as-

Page 17: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

Sami’” (Hud: 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut: 43), “al-Ulama” (Fatir: 28), “al-Ahya'”

(Fatir: 35), dan banyak nama baik dan gelar mulia lainnya.

Usaha untuk memperoleh ilmu melalui berbagai sumber dan pancaindera yang

dikaruniakan Allah SWT membimbing seseorang ke arah mengenal dan mengakui

ketauhidan Rabbul Jalil. Ini memberi satu isyarat dan petunjuk yang penting bahwa ilmu

mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan dasar akidah tauhid. Orang yang memiliki

ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui keesaan Allah SWT dan keagunganNya.

Hasilnya, orang yang berilmu akan tunduk, kerdil, dan hina berhadapan dengan

kekuasaan dan keagungan Allah SWT .

Sifat ikhlas, berani dan tegas, serta sentiasa istiqamah akan selalu ada dalam diri

orang yang berilmu. Mereka tidak mengharapkan ganjaran, sanjungan, dan pujian dari

manusia. Keikhlasan mereka adalah hasil dari perpaduan kecintaan dan keyakinan kepada

prinsip kebenaran yang menjadi tonggak pegangan mereka. Orang yang berilmu amat

menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Mereka tidak menafikan kebenaran dari pihak lain

dan tidak pula merasa kebenaran hanya mutlak ada pada dirinya. Berlapang dada dan

merendah hati adalah akhlak murni orang yang berilmu.

Keberanian orang yang berilmu adalah hasil keyakinan teguh kepada kekuatan

dan kekuasaan Allah. Firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di

antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu). Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Fathir: 28)

Orang-orang yang berilmu memiliki keyakinan bahwa hanya Allah yang Maha

Berkuasa atas semua makhlukNya. Kehinaan di sisi manusia karena mempertahankan

prinsip kebenaran dipandang lebih baik dan mulia daripada kehinaan di sisi Allah karena

menampik kebenaran hanya untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian manusia.

Mereka sangat yakin bahwa menyatakan kebenaran dan perkara hak adalah amanah dan

mereka pun mengetahui resikonya amat besar.

Orang yang berilmu harus mampu menyampaikan kebenaran ilmunya dan

mengamalkannya. Peringatan Allah dan Rasul sangat keras terhadap kalangan yang

menyembunyikan kebenaran dan ilmu, sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya orang-

orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-

keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia

Page 18: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang

dapat melaknati.” (Q.S. Al-Baqarah: 159)

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan

dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka.” (HR

Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Hakim. Al Hakim

dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)

Orang yang berilmu mengetahui bagaimana kerusakan yang akan timbul dari

amal yang tanpa ilmu, sebagaimana yang dikatakan khalifah Umar bin Abdul Aziz,

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia banyak merusak

daripada memperbaiki.”

Yang menjadi panutan orang-orang berilmu adalah Rasulullah SAW dan para

sahabat beliau yang mulia. Karena hanya dengan mengikuti jalan Rasulullah dan para

sahabatlah yang akan memasukkan seorang muslim ke dalam golongan yang selamat.

Sebagaimana sabda Rasulullah, “Semua golongan tersebut tempatnya di neraka, kecuali

satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti diatasnya.” (HR Tirmidzi)

Rasulullah menyatakan pentingnya bagi manusia untuk menuntut ilmu

sebagaimana sabdanya, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu di

dalamnya, maka Allah Azza wa Jalla akan menuntunnya menuju di antara jalan-jalan

menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat akan mengepakkan sayap-sayap mereka

untuk sang penuntut ilmu, karena ridho (terhadap apa yang mereka perbuat). Dan

sesungguhnya, orang yang berilmu itu akan dimohonkan ampun oleh seluruh penghuni

langit dan bumi serta ikan-ikan di perut laut. Dan sesungguhnya, keutamaan orang yang

berilmu dibandingkan dengan seorang ahli ibadah, adalah bagaikan keutamaan bulan di

malam purnama atas seluruh bintang-bintang di angkasa. Sesungguhnya para ahli ilmu

(ulama) adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya, para Nabi itu tidak mewariskan

dinar dan juga dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu semata. Maka

barangsiapa yang mengambilnya, sejatinya ia telah mengambil bagian yang banyak.”

(H.R. Imam Ahmad, dan Ashhab As-Sunan dari riwayat Abu Ad Darda’ ra.)

Umat pengamal wahyu Allah memiliki identitas atau ciri yang jelas, yaitu

menguasai ilmu pengetahuan. Mereka adalah inovator, memiliki daya saing, imajinasi,

kreatif, inisiatif, teguh dalam prinsip (istiqamah), berfikir objektif, dan mempunyai akal

Page 19: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

budi. Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah kepada seluruh manusia yang akan

bertambah bila terus diamalkan. Salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-

bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.

3.4. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan

Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di

bumi. Namun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang salah justru akan

menjadikannya sebagai musuh manusia.

Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman menyebabkan kondisi planet bumi

yang cuma satu-satunya ini sangat memprihatinkan. Kekhawatiran akan gejala perubahan

iklim yang lebih cepat dari perkiraan, dan gagalnya praktek-praktek penyelamatan

lingkungan konvensional dalam upaya menghambat laju kerusakan lingkungan dan

mencegah bencana, merupakan alasan yang kuat bahwa manusia tidak lagi mampu

mendekati alam dengan cara-cara dan perlakuan yang serba mekanistis, tapi juga harus

diikuti dengan unsur yang spiritualistis.

Fenomena kerusakan lingkungan disinyalir karena selama ini manusia tidak

mempedulikan ajaran lingkungan yang mereka miliki dan mematuhi ajaran universal

tersebut sebagaimana tercantum dalam kitab suci dan sunah Nabi Muhammad SAW.

Jelas, perilaku semacam ini sangat bertentangan dengan semangat Islam sesungguhnya

yang menyuruh berbuat kebaikan dan tidak membuat kerusakan (Q.S. Al A’raf: 35,56),

menghormati segala makhluk di bumi karena mereka juga umat seperti halnya manusia

(Q.S. Al An’am: 38), dan sebagai khalifah manusia telah sanggup menerima amanah,

sedangkan makhluk yang lain seperti langit, bumi, dan gunung-gunung enggan

menerimanya (Q.S. Al Ahzab: 72).

Untuk mencegah terus terjadinya kerusakan di muka bumi, diperlukan tanggung

jawab besar ilmuwan terhadap masa depan kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi.

Tanggung jawab ilmuwan itu di antaranya:

1. Tanggung jawab profesional terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan, dan

masyarakat, yaitu menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan

ilmiah yang dibuatnya secara formal.

Page 20: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

2. Tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakat yang

menyangkut asas moral dan etika.

3. Tanggung jawab lingkungan, yaitu tanggung jawab ilmuwan untuk menjaga

lingkungan, mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, dan mengatasi masalah-

masalah lingkungan yang timbul akibat teknologi itu sendiri.

Karena itu, penggalian secara komprehensif ajaran dan etika Islam tentang

lingkungan mutlak diperlukan, lalu diajarkan dan dipraktekkan sebagai nilai-nilai

universal sebagaimana halnya implementasi ubudiyah yang lain, termasuk dalam hal

transaksi ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi terhadap kerusakan lingkungan.

Untuk mencegah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyimpang

dan destruktif (merusak), ilmuwan wajib memelihara keteguhan dalam menghadapi

berbagai penetrasi budaya asing yang terjadi di sekeliling penerapan teknologi tersebut.

Dengan basis agama, budaya, dan ilmu pengetahuan, maka kemajuan atau perubahan

akan berhasil membawa umat Islam menjadi kuat tanpa harus merusak.

Yang mesti dijaga dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut

ajaran Islam, adalah terjalinnya hubungan baik antara sesama manusia (hablum minan-

nas), dan hubungan erat dengan aturan-aturan Allah (hablum minallah), serta hubungan

manusia dengan makhluk-makhluk Tuhan lainnya di bumi. Hal itu karena manusia

tidaklah hidup sendiri di bumi. Manusia mengambil banyak hal dari alam, karena itu

manusia harus memberi timbale balik pada alam dengan menjaga kelestariannya.

Page 21: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dalam menulis makalah, langkah akhir yang harus dilakukan adalah menarik

kesimpulan sebagai upaya untuk mengetahui keterhubungan antara pemahaman teoretis

dengan pemahaman yang lebis luas atas topik bahasan yang dikaji. Setelah melakukan

studi kepustakaan serta membahas masalah-masalah yang ada, maka dapat ditarik

beberapa hal sebagai kesimpulan dari makalah ini.

1. Orang yang sukses dalam hidup di dunia dan di akhirat bukanlah orang yang

berhasil mengumpulkan harta yang banyak atau meraih pangkat yang tinggi.

Orang yang sukses hidupnya adalah orang-orang yang berilmu. Sayidina Ali bin

Abi Thalib mengatakan, “Tiada kekayaan lebih utama daripada akal. Tiada

kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan. Tiada warisan yang lebih baik

daripada pendidikan.” Dan dalam Al Quran, Allah meninggikan derajat orang-

orang yang berilmu.

2. Dalam melaksanakan ajaran Islam, diperlukan pemahaman yang tinggi terhadap

keimanan, keislaman, dan keihsanan. Dalam memahami ajaran Islam itu

diperlukan juga ilmu pengetahuan, karena amal yang dikerjakan tanpa ilmu hanya

akan menjadi pekerjaan yang sia-sia.

3. Sumber dari ilmu pengetahuan adalah taqwa. Segala sesuatu yang ada di bumi

dan alam semesta sudah ditentukan oleh Allah. Proses terjadinya semesta,

susunan benda-benda langit, pergantian siang dan malam, deretan gunung-

gunung, semuanya merupakan ciptaan Tuhan yang merupakan aplikasi dari ilmu

pengetahuan dan teknologi Tuhan yang tidak terbatas, juga suatu maha karya seni

Tuhan yang luar biasa indah. Semua yang manusia lihat, dengar, rasakan, dan

nikmati, diciptakan agar manusia bertakwa.

4. Sebagai khalifah di bumi, manusia berkewajiban untuk mencari ilmu setinggi-

tingginya dan juga menyampaikan atau mengamalkannya. Sebagai khalifah,

manusia juga wajib mengembangkan teknologi demi kemajuan umat. Namun,

Page 22: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

manusia juga memiliki tanggung jawab besar untuk tidak merusak apa yang sudah

Tuhan ciptakan untuk manusia atas nama kemajuan zaman dan teknologi.

4.2. Saran

Teknologi hanyalah suatu keterampilan, merupakan hasil penerapan dari ilmu

pengetahuan. Teknologi tidak berarti apa-apa bila manusia yang berada di belakangnya

tidak berfungsi. Jadi, sebelum teknologi dihidupkan, kesadaran manusianya yang harus

terlebih dulu dihidupkan, agar hasilnya bermanfaat untuk hidup manusia. Untuk itu,

ilmuwan diharapkan dapat menciptakan teknologi yang bermanfaat, menyeluruh, global,

tidak merendahkan harkat manusia, tidak merusak lingkungan, namun tidak menyimpang

dari ajaran Islam. Selain itu, umat Islam diharapkan tidak terus-menerus terjajah oleh

budaya Barat, dan bisa bangkit dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seninya, seperti

pada zaman Kebangkitan Islam.

Page 23: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, Permadi. 2000: Bahan Renungan Kalbu: Penghantar Mencapai Pencerahan

Jiwa. Jakarta. Yayasan Mutiara Tauhid.

Effendi, Abdurrahman Riesdam dan Puspita, Gina. 2007: Membangun Sains dan

Teknologi Menurut Kehendak Tuhan. Jakarta. Giliran Timur.

Sholeh, A. Khudori. 2004: Konsep Seni Sayyid Husein Nasr. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar.

http://media-islam.or.id/2008/09/15/inti-ajaran-islam-iman-islam-dan-ihsan/

http://seni.musikdebu.com/

http://www.habibiecenter.or.id/download/PidatoDRHCUnhasIndonesia.pdf

http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=2&id=3527

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/10/28/Opini/krn.20081...

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg08822.html