ilmu matan hadits

Upload: laz-caliphs

Post on 21-Jul-2015

358 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ILMU KOLEKSI SAHIH BUKHARI SAHIH MUSLIM SUNAN AT-TERMIZI SUNAN AN-NASAI SUNAN IBNU MAJJAH SUNAN ABU DAUD

1 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 4258. aksudnya : "Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami, Sufyan memberitahukan kepada kami dari Amr bin Dinar dari Said bin Jubair, ia berkata : Saya berkata kepada ibnu Abbas : Sesungguhnya Nauf AI Bikali mengatakan bahawa Musa Nabinya Bani Israil itu bukan Musa yang menemani Nabi Khidir". Ibnu Abbas berkata :"Bohong musuh Allah. Saya mendengar Ubayyi bin Kaab berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda : Musa berkhutbah pada Bani Israil, beliau ditanya : Siapakah di antara manusia yang paling pandai ? maka Allah mencelanya, kerana beliau tidak mengembalikan kepandaian itu kepada Allah dan Allah memberi wahyu kepada Musa, bahawa salah satu hamba ku dipertemukan dua lautan, dia lebih pandai dari kamu. Musa berkata :"Ya Tuhan, bagaimana saya bisa menjumpainya ? Tuhan berfirman kepadanya :"Bawalah ikan dikantung, dan apabila ikan itu hilang, dia (Nabi Khidir) ada disitu. Dan berangkatlah Nabi Musa bersama temannya iaitu Yusa' bin Nun, Musa menaruh ikannya di kantung, berangkatlah dia dan temannya dengan jalan kaki, sehingga mereka sampai di batu besar, Musa dan temannya tertidur, ikan meloncat-loncat dari kantung dan keluar kemudian jatuh di laut. Rasulullah bersabda :"Kemudian Allah menahan mengalirnya air, seakan-akan air seperti lingkaran dinding yang ikan tadi bisa minum (dan lari), Musa dan temannya merasa hairan dan mereka meneruskan perjalanannya untuk siang hari dan malam seterusnya, teman Musa lupa untuk memberitahukan kepadanya, maka ketika pagi hari Musa berkata kepada temannya : (Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih kerana perjalanan ini) Rasulullah bersabda :"Musa tidak merasa letih sampai dia melalui tempat yang diperintahkannya; temannya berkata : (Tahukah kamu tidakkah kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang melupakan untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali) Musa berkata :(Itulah (tempat) yang kita cari; lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula) Rasulullah bersabda :"Keduanya mencari lagi jejaknya" Sufyan berkata :"Orang-orang mengatakan bahawa disamping batu besar itu ada sumber air yang bisa menghidupkan, orang mati yang terkena airnya bisa hidup kembali, Sufyan seraya berkata : Ikan itu sudah dimakannya (sebahagian) dan ketika ikan itu kena tetes air, ikan itu bisa hidup lagi, dan keduanya mencari jejak, sehingga keduanya sampai dibatu, Musa melihat seorang lelaki berkemul pakaian, dan Musa mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidir berkata :"Bagaimana bumi keselamatan mu". (Siapa dan dari mana kamu), saya Musa", Nabi Khidir berkata :"Musa Bani Israil ?", Musa menjawab :"Ya" Nabi Khidir berkata : Hai Musa ! sesungguhnya kamu pada ilmu, dari ilmu Allah yang telah diberikan kepada mu, saya tidak mengetahuinya dan saya pada ilmu dari ilmu Allah yang telah diberikan kepada saya, engkau tidak mengetahuinya". Musa berkata kepada Khidir : (Bolehkah aku mengikuti mu supaya kamu mengajarkan kepada ku ilmu yang benar, di antara ilmu-ilmu yang diajarkan kepada mu ?" Dia menjawab :"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama ku). (Dan bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ? Musa berkata :"Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentang mu dalam

sesuatu urusanpun) Khidir berkata pada Musa : (Jika kamu mengikuti ku, maka janganlah kamu menanyakan kepada ku tentang suatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepada mu) Musa menjawab :"Ya" Maka berangkatlah Khidir dan Musa berjalan kaki pada tepi laut dan lewat padanya perahu. Penumpang-penumpang perahu berkata padanya untuk mengangkut keduanya, mereka mengerti bahawa dia adalah Khidir maka mereka mengangkutnya dengan tanpa bayar, maka Khidir menuju pada papan perahu dan melubanginya, Nabi Musa berkata kepadanya, mereka telah mengangkut kami dengan tanpa bayar dan kamu bermaksud melubangi perahunya ? Yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya ? Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar". Khidir berkata : (Bukankah aku telah berkata :"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku, Musa berkata :"Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaan ku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusan ku.". Kemudian keduanya turun dari perahu dan ketika mereka berjalan di tepi laut, ada anak kecil bermainmain dengan anak-anak kecil lainnya, Khidhir memegang kepalanya, menariknya dan membunuhnya, Musa berkata kepadanya : (Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan kerana ia membunuh orang lain ? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar ?, Khidhir berkata :"Bukankah sudah ku katakan kepada mu, bahawa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersama ku ?"). Rasulullah bersabda :"Kejadian itu lebih besar dari yang pertama : (Musa berkata :"Jika aku bertanya kepada mu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertai mu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur pada ku". Maka keduanya berjalan, hingga tatkala keduanya sampai pada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh), rawi berkata :"Miring", dan Khidhir memberi isyarat dengan tangannya, begini, maka Khidhir menegakkan dinding itu, Musa berkata kepada Khidhir : Kita datang pada penduduk, mereka tidak mahu menjamunya, tidak mahu memberi makan kita. (Jikalau kamu mahu, nescaya kamu mengambil upah untuk itu". Khidhir berkata :"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu, aku akan memberitahukan kepada mu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya). Rasulullah SAW. bersabda :"Semoga Allah memberi belas kasih kepada Musa, kita akan senang kalau dia sabar sampai dia menceritakan kepada kita dari khabar keduanya". Ubayyi' berkata : Rasulullah SAW. bersabda : "Kejadian pertama adalah dari Musa ((kerana) ia lupa, Ubayyi berkata : "Datanglah burung pipit pada hujung perahu, kemudian mematuk air laut, Khidhir berkata kepada Musa: "Tidak akan mengurangi ilmu ku dan ilmu mu dari ilmu Allah, kecuali seperti berkurangnya burung pipit itu mematuk air laut". Said binJubair berkata :"Ibnu Abbas dia membaca : (kerana dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap perahu yang baik) dan Ibnu Abbas membaca : (Dan adapun anak muda itu, dia adalah anak kafir) Hadis ini hasan sahih, Abu Ishaq Al Hamdani telah meriwayatkan hadis ini dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubayyi bin Ka'ab dari Nabi SAW. Zuhri juga telah meriwayatkan hadis ini dari Ubaidillah bin Abdillah bin Uthbah dari Ibnu Abbas dari Ubayyi-bin Ka'ab dari Nabi SAW. Abu Muzahim As Samarqandi berkata : Berkata Ali bin Al Madini, "Saya pergi haji, tidak sengaja, saya mendengar Sufyan menyebut hadis ini, iaitu lafaz haddasana, ahbarona sampai saya mendengar : Telah menceritakan kepada kami Amr bin Dinar. Dan saya telah mendengar hadis ini dari Sufyan sebelum itu dan dia tidak menyebut : Haddasana, ahbarana".

2 Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 2519. Dari Shuhaib r.a. katanya Rasulullah saw. bercerita: "Pada zaman dahulu ada seorang raja mempunyai seorang tukang sihir. Ketika usia tukang sihir itu bertambah lanjut, dia berkata kepada raja, "Aku sudah tua. Kerana itu kirimlah kepada ku seorang pemuda supaya ku ajari dia ilmu sihir." Maka dikirimlah kepadanya oleh raja seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Di jalan yang dilalui si pemuda setiap hari hendak pergi belajar sihir ada seorang pendeta. Si pemuda selalu singah ke tempat pendeta tersebut dan menyemak ajaran-ajarannya. Ternyata ajaran pendeta tersebut sangat dikagumi si pemuda. Apabila dia terlambat sampai ke tempat tukang sihir, dia dipukul oleh tukang sihir. Hal itu diadukannya kepada pendeta. Kata pendeta, "Jika engkau takut dimarahi tukang sihir katakan kepadanya bahawa engkau terlambat kerana halangan keluarga. Dan jika engkau takut dimarahi keluargamu, katakan bahawa engkau terlambat pulang kerana tukang sihir." Sementara keadaan berjalan demikian rupa, pada suatu hari muncul seekor binatang besar menghambat orang ramai lalu lintas di jalan raya. Kata si pemuda, "Hari ini aku harus tahu, mana yang lebih ampuh ilmu tukang sihir dengan ilmu pendeta." Maka diambilnya batu lalu dia mendoa, "Wahai Allah! Jika ilmu pendeta yang lebih Engkau sukai dari ilmu tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini supaya orang ramai dapat lalu." Lalu dilemparnya binatang itu dan mati seketika itu juga, sehingga orang ramai dapat lalu. Si pemuda datang kepada pendeta menceritakan peristiwa yang baru dialaminya. Kata pendeta, "Hai anak ku! Mulai hari ini ternyata engkau lebih unggul daripada ku. Engkau telah mencapai sasaran yang ku duga. Tetapi engkau akan mendapat ujian. Jika engkau diuji, janganlah engkau mengatakan bahawa aku gurumu. Si pemuda sudah pandai mengubati orang bisu, mengubati penyakit kusta, dan mengubati berbagai penyakit orang banyak. Hal itu terdengar oleh seorang Menteri Raja yang buta matanya. Maka didatanginya si pemuda dengan membawa berbagai hadiah yang banyak. Katanya, "Jika engkau dapat menyembuhkan dari kebutaan, maka hadiah-hadiah ini ku berikan kepada mu." Jawab pemuda, Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan sesungguhnya hanya Allah. Anda mahu iman kepada Allah, aku akan mendoa semoga Dia berkenan menyembuhkan Anda." Maka imanlah dia kepada Allah, lalu Allah Ta'ala menyembuhkannya. Kemudian Menteri Raja datang ke majlis raja sebagaimana biasa. Sang Raja bertanya kepadanya, "Siapa yang mengembalikan penglihatanmu?" Jawab Menteri, "Tuhan ku!" Titah Raja, "Engkau punya Tuhan selain aku?" Jawab Menteri, "Tuhan ku dan Tuhan Anda ialah Allah!" Maka diseksanya Menteri tersebut, sehingga dia terpaksa menunjukkan pemuda yang mengubatinya. Maka diiringlah si pemuda ke hadapan raja. Titah Raja, "Hai anak ku! Sungguh hebat ilmu sihirmu. Engkau dapat menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penderita kusta, dan engkau telah berjasa begini dan begitu." Jawab pemuda "Aku tidak dapat menyembuhkan siapa pun. Sesungguhnya yang menyembuhkan hanya Allah Ta'ala semata-mata." Maka diseksanya lah si pemuda sehingga dia terpaksa menunjukkan pendeta. Maka digiring pula pendeta ke hadapan raja. Titah Raja, "Keluarlah (murtadlah) dari agamamu. Pendeta menolak perintah raja tersebut. Raja memerintahkan supaya mengambil gergaji dan diletakkan di tengah-tengah kepala pendeta. Lalu dibelah kepalanya sehingga kedua belahannya jatuh. Kemudian dihadapkan pula Menteri Raja. Maka diperintahkan kepadanya, "Keluarlah (murtadlah) kamu dari agamamu!" Menteri Raja menolak. Maka diletakkan gergaji di tengah-tengah kepalanya, lalu dibelah sehingga kepalanya jatuh. Kemudian dihadapkan si pemuda. Maka diperintahkan pula kepadanya, "Keluarlah

kamu dari agamamu!" Tetapi si pemuda menolak lalu dia diserahkan kepada para pengawal raja. Titah Raja, "Bawa dia ke puncak-puncak gunung. Sampai di sana, jika dia mahu keluar dari agamanya, jangan diapa-apakan. Tetapi jika dia menolak, lemparkan ke jurang yang dalam. Maka berangkatlah mereka membawa si pemuda ke puncak gunung. Sementara itu si pemuda mendoa, "Wahai Allah, selamatkanlah aku dari kejahatan mereka dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki." Maka bergoncanglah (gempa) gunung, sehingga para pengawal raja jatuh semuanya ke jurang. Dan si pemuda pulang kembali ke istana raja dengan berjalan kaki. Raja bertanya, "Mana para pengawal, apa yang terjadi dengan mereka?" Jawab pemuda, "Allah menyelamatkan dari kejahatan mereka." Maka diserahkannya si pemuda kepada para pengawal yang lain dengan titahnya, "Bawa dia dengan perahu ke tengahtengah lautan. Jika dia mahu keluar dari agamanya, biarkan dia. Tetapi jika dia menolak, lemparkan dia ke laut. Maka berangkatlah mereka membawa si pemuda. Si Pemuda mendoa, "Wahai Allah! Selamatkanlah aku dari kejahatan mereka dengan cara bagaimanapun Engkau kehendaki." Maka terbaliklah perahu mereka sehingga para pengawal tenggelam semuanya. Si pemuda pulang kembali ke istana raja dengan berjalan kaki. Tanya Raja, "Ke mana para pengawal, apa yang terjadi?" Jawab pemuda, "Allah melindungi ku dari kejahatan mereka." Kata pemuda kepada raja, "Anda tidak akan dapat membunuh ku sebelum Anda lakukan perintah ku." Tanya Raja, "Apa itu?" Jawab pemuda, "Kumpulkan seluruh rakyat di suatu lapangan. Lalu salib aku di situ pada sebatang pohon. Kemudian ambil anak panah dari tempat panah ku dan letakkan di busur dengan membaca : Bismillahi rabbil ghulam (Dengan nama Allah, Tuhan Pemuda ini). Sesudah itu panahlah aku. Bila Anda lakukan seperti itu maka Anda akan berhasil membunuh ku." Maka dikumpulkannya lah seluruh rakyat di suatu lapangan. Lalu disalibnya si pemuda pada sebatang pohon. Kemudian di ambilnya panah lalu dipasangnya pada busur dengan membaca: Bismillahi rabbil ghulam. Maka dipanahnya lah si pemuda, kena pelipisnya. Si pemuda meletakkan tangannya di tempat yang kena panah lalu dia mati. Maka berkata orang banyak, "Kami iman dengan Tuhan si pemuda! Kami iman dengan Tuhan si pemuda! Kami iman dengan Tuhan si pemuda!" Pernyataan rakyat tersebut dikhabarkan orang kepada raja. Kata mereka, "Tahukah Anda, bahawa apa yang Anda takutkan selama ini sungguh telah terjadi. Rakyat telah menyatakan iman kepada Allah." Maka diperintahkan oleh raja supaya membuat parit di pintu-pintu jalan utama, lalu dibuat orang parit yang di dalamnya dinyalakan api. Titah raja, "Siapa tidak keluar dari agamanya, lemparkan dan bakar mereka dalam parit." Maka dilaksanakanlah perintah raja tersebut. Pada giliran seorang wanita yang sedang menggendong bayi, wanita itu mundur maju akan masuk ke dalam parit. Maka berkata bayinya, "Wahai ibu! Tabahkanlah hati ibu kerana ibu berada dalam kebenaran. " 3 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 4. Hadis Nombor 4228. Mewartakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan 'Ali bin Muhammad, keduanya berkata: Mewartakan kepada kami Waki'; mewartakan kepada kami AlA'masy, dari Salim bin Abul-Ja'di, dari Abu Kabsyah Al-Anmariy, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan umat ini adalah seperti empat tipe orang: 1. Seseorang yang dikurniai Allah ilmu dan harta, dan bia mengamalkan hartanya itu dengan ilmunya, yaitu dengan mempergunakan harta tersebut sebagaimana mestinya 2. Seseorang yang dikurniai Allah ilmu namun tidak dikurniai harta, dan dia berkata: "Seandainya aku mempunyai harta seperti orang itu, pasti aku akan beramal seperti apa yang dia kerjakan". Lalu Rasulullah saw. bersabda: "Maka kedua orang tersebut

pahalanya sama". 3. Seseorang yang dikurniai Allah harta, namun tidak dikurniai ilmu, dan dia mengurus hartanya itu dengan tanpa pedoman, yaitu dengan mempergunakan harta tersebut tidak sebagaimana mestinya. 4. Seseorang yang tidak dikurniai Allah ilmu maupun harta, dan dia berkata: "Seandainya aku mempunyai harta seperti orang itu, pasti aku akan beramal seperti apa yang dia kerjakan." Lalu Rasulullah saw. bersabda: "Maka kedua orang tersebut dosanya sama". Mewartakan kepada kami Ishaq bin Manshur Al-Marwaziy; mewartakan kepada kami 'Abdurrazzaq; memberitakan kepada kami Ma'mar (Mu'ammar), dari Manshur, dari Salim bin 'Abdul-Ja'di dari Ibnu Abu kabsyah, dari ayahnya, dari Nabi saw. Mewartakan kepada kami Muhammad bin Isma'il bin Samurah; mewartakan kepada kami Abu usamah, dari Mufadhdhal, dari Manshur, dari Salim bin Abul- Ja'di, dari Ibnu Abu Kabsyah, dari ayahnya, dari Nabi saw., seperti hadis di atas. 4 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0128. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Aqadi menceritakan kepada kami, Zuhair bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Muhammads bin Aqil dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah dari pamannya, Imran bin Thalhah dari ibunya, Hamnah binti Jahsy berkata: "Saya haid dengan yang banyak dan keras. Lalu saya datang kepada Nabi saw saya minta fatwa dan memberi berita kepadanya saya mendapatkan beliau di rumah saudara perempuan ku zainab binti Jahsy saya berkata: "Wahai Rasulullah sesungguhnya saya istihadhah dengan banyak dan keras. Apakah yang engkau peritahkan kepada ku tentangnya di mana saya terhalang dari puasa dan solat?" Beliau bersabda: "Saya mensifatkan kapas untukmu sesungguhnya kapas itu menghilangkan darah". Ia berkata: "Itu lebih banyak dari yang demikian itu". Beliau bersabda: "Halangilah". Ia berkata: "Itu lebih banyak dari pada yang demikian itu". Beliau bersabda: "Ambillah kain" Ia berkata: "Itu (darah) lebih banyak dari pada yang demikian itu. Saya benarbenar mengalir (darah istihadhah ku.". Maka Nabi saw bersabda: "Saya akan memerintahkan kamu dengan dua perintah. Mana di antara keduanya yang kamu lakukan maka hal itu cukup bagi mu. Jika kamu kuat atas keduanya maka kamu lebih mengetahui". Lalu beliau bersabda: "Istihadhah adalah goyangan dari syaitan, maka berhaidlah kamu enam atau tujuh hari dalam ilmu Allah. Kemudian mandilah kamu. Apabila kamu melihat bahawa kamu telah bersih dan kamu menganggapnya suci maka solatlah dua puluh malam atau dua puluh tiga siang dan malamnya. Puasalah kamu dan solatlah maka hal itu cukup bagi mu. Demikianlah maka lakukanlah sebagaimana wanita itu haid dan sebagaimana wanita bersuci untuk waktu-waktu haid dan suci mereka. Jika kamu kuat untuk mengakhirkan Maghrib dan mensegerakan Isyak kemudian kamu mandi dan menjamak antara dua solat maka kerjakanlah. Kamu mandi di waktu Subuh dan kamu solat. Demikianlah maka lakukanlah, dan puasalah jika kamu kuat atas hal itu maka Rasulullah saw bersabda: "Itulah di antara dua hal yang paling menarik bagi ku." Abu Isa berkata: "Ini adalah hadis hasan sahih." Ubaidullah bin Amr Ar Raqqi, Ibnu Juraij dan Syarik meriwayatkannya dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah dari pamannya, Imran, dari ibunya, Hamnah hanya saja anak laki-laki Juraij berkata: Umar bin Thalhah padahal yang sahih adalah Imran bin Thalhah. Ia berkata: "Saya bertanya kepada Muhammad tentang hadis ini maka Muhammad berkata: "Itu adalah hadis hasan shahih!" Demikianlah Ahmad bin Hambal berkata: "Itu adalah hadis hasan sahih." Ahmad dan Ishaq berkata: "Tentang wanita yang istihadhah: "Apabila ia mengetahui haidnya dengan datang dan berlalunya darah. Datangnya darah adalah

darah itu hitam dan, berlalu darah adalah iaitu berubah kekuning-kuningan. Hukum bagi wanita itu adalah menurut hadis Fathimah binti Abi Hubasy. Jika wanita yang istihadhah itu mempunyai hari-hari yang diketahui sebelum ia istihadhah maka wanita itu meninggalkan solat pada hari-hari haidnya. Kemudian ia mandi dan berwuduk bagi setiap solat dan ia melakukan solat. Apabila darah itu terus menerus padanya dan ia tidak mempunyai hari-hari yang tidak diketahui dan ia tidak mengetahui haidh dengan datang dan berlalunya darah. Maka hukum baginya adalah menurut hadis Hamnah bin Jahsy. Demikian juga Abu Ubaid berkata. Asy Syafi'i berkata: "Wanita yang istihadhah itu apabila darah terus menerus padanya pada awal darah yang ia lihat dan ia terus menerus atas hal itu maka ia meninggalkan solat waktu antaranya dan lima belas hari. Apabila ia suci dalam lima belas hari atau sebelum itu maka hari-hari haid. Apabila wanita itu melihat darah lebih banyak dari pada lima belas hari maka ia mengqadha empat belas hari. Kemudian setelah itu ia meninggalkan solat sedikit-dikit waktu yang mana wanita itu haid iaitu sehari semalam. Abu Isa berkata: "Ahli ilmu berbeza pendapat tentang sedikit-dikit haid dan sebanyak-banyaknya haid (waktunya). Sebahagian ahli ilmu berkata: "Sedikit-dikitnya haid itu tiga hari dan sebanyakbanyaknya adalah sepuluh hari". Itu adalah pendapat Sufyan Ats Tsauri dan penduduk Kuffah. Dan dengannya Ibnul Mubarak mengambil pendapat, dan diriwayatkan dari padanya akan pendapat yang berbeza dengan ini. Sebagai ahli ilmu antara lain Atha' bin Abi Rabah berkata: "Sedikit-dikitnya haid adalah sehari semalam dan sebanyak-banyaknya adalah lima belas hari". Itu adalah pendapat Malik, Al Auza'i, Asy Syafi'i, Ahmad, Ishaq dan Abu Ubaid. 5 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0231. Mewartakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, mewartakan kepada kami ayahku -yakni Abdullah bin Numair, pnt.- dari Muhammad bin Ishaq, dari Abdus-Salam, dari Az-Zuhriy, dari Muhammad bin Jubair bin Muthiim, dari ayahnya. Dia berkata: Nabi berdiri di tanah yang tinggi di Mina. Rasulullah SAW. bersabda: "Semoga Allah mengelokkan rupa seseorang yang mendengar ucapanku, kemudian menyampaikannya. Maka dari itu, banyak orang yang membawakan ilmu, justeru tidak ahli ilmu. Dan banyak orang yang membawakan ilmu kepada orang yang justeru lebih berilmu daripadanya." Mewartakan kepada kami Ali Bin Muhammad, mewartakan kepada kami pakcik -saudara ibu- ku, yaitu Yaala. Mewartakan kepada kami Hisyam bin Ammar, mewartakan kepada kami said bin Yahya, mereka berdua yakni: Yaala dan Said bin Yahya- berkata: Mewartakan kepada kami Muhammad bin Ishak, dari Az-Zuhriy, dari Muhammad bin Jubair bin Muth'im, dari ayahnya, dari Nabi SAW. seperti hadis di atas. 6 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 5. Hadis Nombor 3398. Mahmud bin Ghailan dan Abd bin Humaid menceritakan kepada kami dengan erti yang sama mereka berkata: "Abdur Razaq memberitahukan kepada kami dari Ma'mar dari Tsabit Al-Bunnani dari Abdur Rahman bin Abi Laila dari Shuhaib berkata: "Rasulullah SAW jika melakukan solat Asar beliau berbisik. Alhams menurut sebahagian ahli hadis adalah menggerakkan kedua bibirnya seolah-olah berbicara. Maka dikatakan kepada beliau: "Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, apabila solat Asar maka engkau berbisik". Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya seorang Nabi dari para nabi mengagumi akan banyaknya ummatnya. Dia berkata: "Siapa yang dapat membandingi mereka". Kemudian Allah memerintahkan kepadanya agar

menyuruh ummatnya untuk memilih antara Aku menyeksa mereka dan antara Aku menyerahkan musuh-musuh mereka menguasai mereka, lalu mereka memilih siksaan. Kemudian Allah menurunkan kematian menguasai mereka lalu setiap hari meninggal tujuh puluh ribu orang". Rawi berkata: "Dan Shuhaib jika menceritakan hadis ini juga menceritakan hadis yang selain ini. Dia berkata: "Konon ada seorang tukang tenung yang melakukan tenung baginya lalu ia berkata kepada sang raja: "Lihatlah kepada ku anak yang cerdas lalu aku mengajarkan ilmu ini kepadanya, kerana aku takut kalau aku mati maka terputuslah ilmu ini dari kamu dan tidak ada di antara kamu orang yang mengetahuinya". Rawi berkata: "Lalu mereka melihat baginya anak yang sesuai dengan ketentuannya. Mereka memerintahkan kepada anak itu untuk menghadap tukang tenung itu dan memerintahkan kepadanya agar sering datang kepadanya. Dalam perjalanan anak itu ke tukang tenung itu ada seorang pendeta di gereja. Ma'mar berkata: "Aku menyangka bahawa para penghuni gereja itu pada waktu itu adalah orang-orang muslim." Rawi berkata: "Lalu si anak itu bertanya kepada pendeta itu setiap melewatinya dan sentiasa ia bertanya kepadanya sehingga pendeta memberitahu kepadanya dan ia berkata: "Sesungguhnya aku menyembah Allah", Rawi berkata: "Lalu anak itu diam di tempat pendeta dan jarang-jarang datang ke tukang tenung. Kemudian si tukang tenung mengutus seseorang untuk memberitahu keluarga anak itu bahawa ia hampir tidak pernah mendatangi ku. Kemudian anak itu memberitahukan hal itu kepada pendeta, lalu dia berkata: "Jika tukang tenung bertanya kepada mu di mana kamu, maka jawablah "aku berada di tempat keluarga ku", dan jika keluargamu berkata kepada mu "di mana kamu", maka beritahukanlah kepada mereka: "Aku berada di tempat tukang tenung itu". Rawi berkata: "Ketika anak itu berbuat seperti yang dianjurkan pendeta itu tiba-tiba ia melalui satu rombongan orang yang telah ditahan oleh haiwan lalu sebahagian mereka berkata: "Sesungguhnya haiwan itu adalah harimau, kemudian anak itu mengambil batu dan berkata: "Wahai Tuhan kalau apa yang dikatakan pendeta itu benar maka aku memohon kepada mu, agar engkau dapat membunuhnya." Kemudian orang-orang itu berkata: "Siapa yang membunuhnya." Mereka berkata: "Anak itu." Maka orangorang itu terperanjat dan berkata: "Anak itu telah mengetahui suatu ilmu yang tidak diketahui orang lain, "Rawi berkata: "Kemudian seorang buta mendengar mengenai anak itu lalu berkata kepadanya: "Kalau kamu dapat mengembalikan penglihatan ku maka kamu berhak ini dan ini." Dia berkata: "Aku tidak menginginkan apa-apa darimu tetapi bagaimana pendapatmu kalau penglihatanmu kembali kepada mu apakah kamu mahu beriman kepada Tuhan yang telah mengembalikan penglihatanmu kepadamu?" Dia menjawab: "Ya." Rawi berkata: "Lalu dia berdoa kepada Allah kemudian Allah mengembalikan penglihatannya kepadanya." lalu orang buta itu beriman. Kejadian mereka sampai kepada raja lalu raja mengutus seseorang untuk menghadapkan mereka kepadanya, kemudian mereka dihadapkan dan raja berkata: "Sungguh aku akan membunuh setiap orang dari kamu dengan cara yang tidak sama dengan cara aku membunuh temannya. Lalu ia memerintahkan membunuh pendeta dan orang yang dahulu buta kemudian dia meletakkan gergaji pada belah rambut kepala salah satu dari pada mereka berdua dan membunuh yang lain dengan cara yang lain. Kemudian menyuruh membunuh anak itu dan raja berkata: "Bawalah dia ke gunung itu dan itu lalu lemparkan ia dari kepalanya". Mereka pergi dengan membawanya ke gunung itu. Ketika mereka sampai pada tempat yang mereka kehendaki untuk melemparnya, mereka berterbangan dari gunung itu dan jatuh sehingga tidak tersisa dari mereka selain anak itu," Rawi berkata: "Kemudian ia kembali lalu raja memerintah untuk membawanya ke laut lalu melemparkannya ke dalamnya. Maka ia dibawa pergi ke laut lalu Allah menenggelamkan orang-orang yang

pergi bersama dengannya dan ia menyelamatkannya, lalu anak itu berkata kepada raja: "Sesungguhnya kamu tidak bisa membunuh ku sehingga kamu menyalib ku dan memanah ku dan berkata ketika memanah ku dengan nama Allah Tuhan anak ini". Rawi berkata: "Lalu raja memerintah untuk membunuhnya kemudian dia disalib dan raja memanahnya seraya berkata: "Dengan nama Allah Tuhan anak ini". Rawi berkata: lalu anak itu meletakkan tangannya pada pelipisnya ketika dipanah kemudian meninggal dunia. Lalu orang-orang berkata: "Sungguh anak ini mengetahui suatu ilmu yang tidak diketahui oleh orang lain. Sesungguhnya kami beriman kepada Tuhan anak ini". Rawi berkata: "Lalu diucapkan kepada raja" apakah kamu berkeluh kesah kerana kamu ditentang oleh tiga orang padahal orang-orang ini semuanya telah menentangmu. Maka dia membuat parit-parit kemudian dia lemparkan ke dalamnya kayu bakar dan api lalu berkata: "Barang siapa kembali ke agamanya, maka aku biarkan ia dan barang siapa tidak kembali, maka aku lemparkan ia ke api itu. Rawi berkata: "Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman mengenai cerita itu: (Telah dibinasakan orang-orang yang membuat parit iaitu api yang mempunyai kayu bakar, ketika mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman, dan mereka tidak menyeksa orang-orang mukmin melainkan kerana orangorang itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Terpuji) Al-Buruj: 48. Rawi berkata: "Ada pun anak itu dikebumikan, Rawi berkata: "Diceritakan bahawa anak itu pernah dikeluarkan pada masa Umar sedangkan jarinya berada pada pelipisnya sebagaimana dahulu ia meletakkannya ketika dibunuh." Hadis ini adalah Hasan Sahih. 7 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 2823. aksudnya : Mahmud bin Khidasy Al-Baghdadi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yazid Al-Wasithi memberitahukan kepada kami, Ashim bin Raja' bin Haiwah memberitahukan kepada kami, dari Qais bin Katsir berkata :"Seseorang dari Madinah datang kepada Abu Darda' sedangkan dia berada di Damasqus lalu dia berkata :"Apakah yang mendorong kamu datang kemari hai saudara ku ?" Dia menjawab :"hadis yang sampai kepada ku bahawa kamu menceritakannya dari Rasulullah SAW". Abu Darda' bertanya :"Apakah kamu datang untuk keperluan lain ?" Dia menjawab :"Tidak", Abu Darda' bertanya :"Apakah kamu datang untuk perdagangan ?" Dia menjawab :"Tidak", Dia berkata :"Aku tidak datang selain untuk mencari hadis ini". Abu Darda' berkata :"Sesungguhnya aku mendengar Rasululiah SAW bersabda :"Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan jalan baginya jalan ke syurga. Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya kerana redha terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang pandai dimintakan ampun oleh apa (siapa) yang berada dilangit dan dibumi, sehingga ikan-ikan di air. Keutamaan orang pandai atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambil ilmu, maka dia telah mengambil bahagian yang sempurna". Kami tidak mengetahui hadis ini selain dari hadis 'Ashim bin Raja' bin Hayawah, dan sanadnya yang ada pada ku bersambung seperti ini, iaitu Mahmud bin Khidasy menceritakan kepada kami hadis ini, tetapi hadis ini diriwayatkan dari 'Ashim bin Raja' bin Hayawah, dari Dawud bin Jamil, dari Katsir bin Qais dari Abid Darda' dari Nabi SAW dan hadis ini lebih sahih daripada hadis Mahmud bin Khidasy.

8 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 4024. aksudnya :"Abdu bin Humaid menceritakan kepada katni, Habban bin Hillal menceritakan kepada kami, Suhail bin Abdullah memberitahukan kepada kami, ia adalah Ibnu Abi Hazm saudaranya Hazm Al Quthai Abu Imran Al Jauni menceritakan kepada kami dari Jundub bin Abdillah berkata : Rasulullah SAW. bersabda :"Barang siapa berkata tentang Al Quran dengan pendapatnya sendiri dan tepat, maka (tetap) salah". Hadis ini gharib sebahagian ahli hadis membicarakan Suhail bin Abi Hazm. Dan demikianlah diriwayatkan dari sebahagian ahli ilmu dari sahabat-sahabat Nabi dan yang lainnya, mereka memperberat orang yang menafsirkan Al Quran dengan tanpa pengertian, adapun yang diriwayatkan dari Mujahid dan Qatadah dan yang lainnya, dari orang-orang yang ahli ilmu, bahawasanya mereka juga menafsirkan Al Quran (tetapi) kita tidak buruk sangka bahawasanya mereka mengatakan atau menafsirkan Al Quran dengan tanpa ilmu (pengertian) atau dari pendapatnya sendiri. Dan diriwayatkan dari mereka (Mujahid dan Qatadah) yang memperkuat perkataan kita, bahawasanya mereka tidak mengucapkan Al Quran dengan tanpa ilmu atau dari pendapatnya sendiri (iaitu hadis ini). 9 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0230. Mewartakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, dan Ali bin Muhammad, mereka berkata: Mewartakan kepada kami Muhammad bin Fudhail, mewartakan kepada kami Laits bin Abu Salim, dari Yahya bin Abbad, yaitu Abu Hubairah Al-Anshariy dari ayahnya, dari Zaid bin Tsabit, dia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Semoga Allah mengelokkan rupa seseorang yang mendengar ucapanku, kemudian menyampaikannya. Maka dari itu, banyak orang yang membawakan ilmu yang tidak ahli ilmu. Dan banyak orang yang membawakan ilmu kepada orang yang justeru lebih berilmu daripadanya.'' Ali bin Muhammad menambah keterangan dalam hadis ini: "Ada tiga hal yang tidak menjadi dengki hati seorang muslim: (1). Ikhlas beramal kepada Allah (2). memberi nasihat kepada pemimpin-pemimpin umat Islam, dan (3). menetapi jamaah kepada mereka." 10 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 2791. aksudnya : Abdullah bin Abdur Rahman menceritakan kepada kami, Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, Mu'awiyah bin Shalih menceritakan kepada ku, dari Abdur Rahman bin Jubair bin Nufair dari Abu Darda' berkata :"Kami bersama Nabi SAW, lalu beliau mengangkat pandangannya ke langit, kemudian beliau bersabda :"Ini adalah waktu ilmu diambil dari manusia, sehingga mereka tidak mampu memperoleh ilmu sedikitpun". Ziyad bin Labid Al-Anshari berkata :"Bagaimana ilmu dapat diambil dari kita, dan sungguh kita membaca Al-Quran, demi Allah kami membacanya dan kami membacakannya kepada isteri-isteri dan anak-anak kami ?" Abu Darda' berkata :"Celaka kamu hai Ziyad, jika aku menganggapmu termasuk ahli fiqih Madinah; Kitab Taurat dan Injil ini ada di sisi orang-orang Yahudi dan Nashara, apakah berguna bagi mereka ?" Jubair berkata :"Lalu aku menjumpai Ubadah bin Ash Shamit dan aku berkata : "Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh saudara mu Abu Darda'?" Ubaidah berkata :"Abu Darda' benar. Jika kamu ingin tentu aku ceritakan kepada mu tentang ilmu yang pertama yang di angkat dari manusia: iaitu khusyu', hampir-hampir kamu masuk ke masjid jamek maka kamu

tidak menjumpai didalamnya orang yang khusyu. Ini hadis hasan gharib, dan Muawiyah bin Shalih adalah orang yang terpercaya menurut para ahli hadis. Dan kami tidak mengetahui orang yang membicarakannya selain Yahya bin Sa'id Al-Qaththan. Dan sungguh diriwayatkan dari Muawiyah bin Shalih seperti hadis ini, dan sebahagian ahli hadis meriwayatkan hadis ini dari Abdur Rahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya, dari Auf bin Malik, dari Nabi SAW. 11 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0257. Mewartakan kepada kami Ali bin Muhammad dan Al-Husain bin Abdur-Rahman, mereka berkata: Mewartakan kepada kami Abdullah bin Numair, dari Mu'awiyah AnNashriy, dari Nahsyal, dari Adh-Dhahhak, dari Al-Aswad bin Yazid dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata: Kalau sekiranya ahli ilmu memelihara ilmunya dan meletakkannya kepada ahlinya juga, tentu mereka akan menjadi mulia di zamannya sebab ilmunya. Akan tetapi mereka justru menyerahkannya kepada pemegang dunia buat memperoleh kemewahan dunia kerana ilmunya, maka mereka menjadi hina. Saya -Abdullah bin Mas'ud- mendengar Nabimu SAW. bersabda: "Barangsiapa yang menjadikan segala cita-citanya meninggal pada cita-cita akhiratnya, maka Allah akan mencukupi cita-cita dunianya. Dan barangsiapa yang bercabang-cabang minatnya dalam tujuan-tujuan dunia, maka Allah tidak memperdulikan ia binasa di jurang dunia manapun". Abul-Hasan berkata: Mewartakan kepada kami Hazim bin Yahya, mewartakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Abdullah bin Numair, mereka berkata: Mewartakan kepada kami Ibnu Numair, dari Muawiyah An-Nashriy, beliau ini adalah orang terpercaya, kemudian menuturkan hadis seperti di atas dengan isnadnya. Dalam Az-Zawaid: Isnad hadis ini daif. Di dalamnya ada yang bernama Nahsyal bin Said. Menurut suatu pendapat, bahawa diriwayatkan beberapa hadis munkar/tidak dikenal. Bahkan ada yang mengatakan, dia meriwayatkan hadisi mauduk. 12 Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 2261. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a. katanya: "Seorang perempuan datang kepada Nabi saw. lalu dia berkata: Kaum lelaki telah belajar mengaji kepada Anda. Sediakan pulalah waktu bagi kami satu hari, supaya kami dapat mendatangi Anda pada hari itu, mempelajari ilmu yang diajarkan Allah kepada Anda." Jawab Nabi saw., "Berkumpullah pada hari-hari itu dan itu!" Maka berkumpullah mereka pada harihari yang ditentukan beliau, lalu beliau datang mengajar mereka ilmu-ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya (ilmu agama). Antara lain beliau bersabda: "Tidak seorang jua pun para wanita di antara kamu sekalian yang anaknya lebih dahulu meninggal sampai tiga orang, melainkan anak-anak itu menjadi dinding baginya dari api neraka." Lalu bertanya seorang wanita, "Bagaimana kalau dua orang, dua orang, dua orang?" Maka jawab Rasulullah saw., "Ya, dua orang, dua orang, dua orang." 13 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0236. Mewartakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim Ad-Dimasyqiy, mewartakan kepada kami Mubassyir bin Ismail Al-Halabiy, dari Mu'an bin Rifaah, dari AbdulWahhab bin Buthtin Al-Makkiy, dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Semoga Allah mengelokkan rupa seseorang yang mendengar ucapanku,

kemudian memeliharanya, lalu menyampaikannya dariku. Maka banyak orang yang membawa ilmu yang tidak berilmu. Dan banyak orang yang membawa ilmu kepada orang yang justeru lebih berilmu daripadanya." As-Sindiy berkata: DaJam Az-Zawaid diperbincangkan sebahagian hadis (dan nombor 230 s.d. 236), hanya saja teks hadisnya ada pada imam-imam hadis. 14 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 3. Hadis Nombor 2400. Qutaibah menceritakan kepada kami, Marwan bin Muawiyah Al-Fazari memberitahukan kepada kami dari Yazid bin Ziyad Ad-Dimasyqi dari Az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah berkata: "Rasulullah saw bersabda: ".Tidak diperbolehkan persaksian orang yang khianat baik laki-laki maupun perempuan, tidak pula persaksian orang yang terkena dera kerana hak baik laki-laki maupun perempuan, tidak pula persaksian orang yang mempunyai permusuhan kerana dengki, tidak pula persaksian orang yang pernah dusta dalam persaksian, tidak pula persaksian pelayan (pembantu) rumah tangga terhadap keluarga mereka (yang diikuti) dan tidak pula persaksian orang yang tertuduh dalam wala' (hubungan antara bekas tuan dan bekas budaknya) dan kerabat." Al-Fazari berkata: Al-Qani' ertinya orang yang ikut. Hadis ini adalah gharib, kami tidak mengetahuinya selain dari hadis Yazid bin Ziyad AdDimasyqi. Yazid dianggap lemah dalam meriwayatkan hadis, dan hadis ini tidak diketahui dari hadis Az Zuhri selain hadis Ziyad. Dalam bab ini terdapat hadis dari Abdillah bin Amr dan kami tidak mengetahui erti hadis ini dan ia tidak sahih menurut pendapat kami dari segi sanadnya dan pendapat para ahli ilmu dalam hal ini adalah bahawa persaksian kerabat itu boleh terhadap kerabatnya. Para ahli ilmu berbeza pendapat tentang persaksian orang tua terhadap anak dan persaksian anak terhadap orang tua. Kebanyakan ahli ilmu tidak memperbolehkan persaksian anak terhadap orang tua dan tidak pula orang tua terhadap anak. Sebahagian ahli ilmu berkata jika dia adil maka persaksian orang tua terhadap anak diperbolehkan dan demikian pula persaksian anak diperbolehkan dan demikian pula persaksian anak terhadap orang tua, dan mereka tidak berbeza pendapat dalam persaksian saudara terhadap saudaranya bahawa ia diperbolehkan dan demikian pula persaksian kerabat kepada kerabatnya. Imam Syafi'i berkata: "Tidak diperbolekan persaksian seseorang atas orang lain biarpun dia adil jika antara mereka berdua terdapat permusuhan" dan dia berdasarkan hadis Abdur Rahman Al- Akraj dari Rasulullah yang diriwayatkan secara mursal: "Tidak diperbolehkan persaksian orang yang mempunyai permusuhan", ertinya orang yang mempunyai permusuhan. Demikian pula erti hadis ini di mana dia berkata: "Tidak diperbolehkan persaksian orang yang mempunyai ghimr" maksudnya mempunyai permusuhan. 15 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 3. Hadis Nombor 2719. Mewartakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizamiy, mewartakan kepada kami Hafsh bin 'Umar bin Abul Ithaf, mewartakan kepada kami Abuz-zinad, dari AlA'raj, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Wahai Abu Hurairah, belajarlah kamu sekalian Ilmu Fara-idh, serta mengajarkannya. Sebab sesungguhnya ilmu Faraid adalah separoh ilmu. Dia itu dilupakan. Dan dia itu pertama kali sesuatu" ilmu- yang dicabut dari umatku". Dalam Az-Zawa-id: Saya berkata: Hadis ini dikeluarkan oleh Al- Hakim daiam kitab Al-Mustadrak. Dia berkata: Hadis itu sahih isnadnya. 'Komentar Al-Hakim ada penyelidikan. Karena Hafsh bin 'Umar tersebut itu didaifkan oleh Ibnu Ma'in, Al-Bukhariy, An- Nasa-iy dan Abu Hatim. Ibnu

Hibban berkata: Tidak boleh digunakan hujjah dengan kondisi apapun. Ibnu 'Adiy berkata: Dia itu kecil hadisnya. Sedangkan hadisnya itu, menurut Al-Bukhariy, adalah munkar. 16 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 2. Hadis Nombor 1083. Al Qasim bin Dinar Al Kufi menceritakan kepada kami, Ismail bin Aban Al Waraq memberitahukan kepada kami dari Yahya bin Ya'la Al Aslami dari Abu Farwah Yazid bin Sinan dari Zaid bin Abu Unaisah dari Az Zuhri dari Said bin Al Mussayyab dari Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah saw takbir untuk jenazah, beliau mengangkat kedua tangannya di awal takbirnya dan meletakkan tangan kanannya di atas yang kiri. Abu Isa berkata: "Hadis ini gharib, saya tidak mengetahui hadis ini kecuali dari sanad ini. Para ahli ilmu berbeza pendapat di dalam hadis ini, kebanyakan orang-orang ahli ilmu dari sahabat-sahabat Nabi saw dan yang lainnya berpendapat, hendaknya seseorang mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir pada jenazah, iaitu pendapat Ibnu Mubaarak, Syafie Ahmad dan Ishaq." Sebahagian ahli ilmu berkata: "Tidak mengangkat kedua tangannya kecuali pada permulaan takbir iaitu ucapan As Tsauri dan ahli Kufah." Disebutkan dari Ibnu Mubaarak bahawasanya dia berkata: "Didalam solat jenazah tangan kanan tidak menggenggam tangan kiri." Sebahagian ahli ilmu berpendapat; hendaknya tangan kanan menggenggam tangan kiri seperti mengerjakan solat. Abu Isa berkata: "Menggenggam itulah yang lebih saya sukai." 17 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0248. Mewartakan kepada kami Abdullah bin Amir bin Zurarah, mewartakan kepada kami Al-Muaalla bin Hilal, dari Ismail, dia berkata: Kami mengunjungi Al-Hasan seraya mengulangi mengunjunginya, sehingga kami memenuhi rumah, maka dia melipat kedua kakinya, kemudian dia berkata: Kami mengunjungi Abu Hurairah seraya mengulangi mengunjunginya, sehingga kami memenuhi rumah, maka dia melipat kedua kakinya, kemudian berkata: Kami mengunjungi Rasulullah SAW. sehingga kami memenuhi rumah. Beliau sedang tidur mereng. Maka tatkala melihat kami, beliau melipat kedua kakinya, kemudian berkata: "Bahawasanya akan datang kepada kamu sekalian sekelompok kaum sepeninggal aku, mereka pada mencari ilmu. Maka dari itu, ucapkahlah selamat untuk mereka, hormatilah mereka dan ajarkanlah mereka." AlHasan Al-Bashriy berkata: Demi Allah, kami menjumpai sekelompok kaum. Mereka tidak mengucapkan selamat, tidak menghormati dan tidak mengajari ilmu kepada kami, kecuali setelah kamu pergi mendatangi mereka. Tapi malah mereka membenci kami. Dalam Az-Zawa-id; Isnad hadis ini Daif. Sebab Al-Muaalla dianggap pendusta oleh Ahmad, Ibnu Main dll. Dan tidak hanya seorang yang menuduhnya sebagai pembuat hadis palsu/hadis mauduk. Ismail, yaitu Ibnu Muslim, yang para ulama sepakat mendaifkannya. Dia hanya menyajikan hadis dari Abu Said saja. At-Tirmidziy mengomentarinya: Saya tidak mengetahui Ismail kecuali dari hadis Abu Harun dari Abu Said. Sedangkan Abu Harun Al-Abdiy adalah daif, dengan sepakat ulama. (Kata Muhammad Fuad Abdul-Baqiy, pentahqiq kitab ini, bahawa Al-Hasan Al-Bashriy seakan-akan melaporkan perihal orang-orang yang mengangkat dirinya sebagai pengajar ilmu. Mereka sombong dan tidak mahu mengajarkan ilmu kepada orang fakir dan miskin. Keadaan semacam ini tidak terjadi kecuali setelah masa sahabat RA.). 18

Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0223. Mewartakan kepada kami Nashr bin Ali Al-Jahdhamiy, mewartakan kepada kami Abdullah bin Dawud, dari Ashim bin Raja' bin Haiwah dari Dawud bin Jamil, dari Katsir bin Qais, dia berkata: Saya duduk di sebelah Abud-Darda' di masjid Dimaskus, maka datanglah seorang lelaki kepadanya, lalu berkata: "Wahai Abud-Darda', aku datang kepadamu dari kota Madinah, kota Rasulullah SAW. untuk keperluan hadis yang sampai kepadaku, bahawasanya engkau mewartakannya dari Nabi SAW. AbudDarda' berkata: "Apakah kamu datang berniat dagang?" Dia menjawab: "Tidak". Abud-Darda' berkata: "Apakah kamu datang berniat lainnya itu?" Dia menjawab: "Tidak". Abud-Darda' berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW. mengatakan: 'Barangsiapa yang melalui jalan seraya mencari ilmu, maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan ke syurga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapsayapnya kerana senang kepada orang yang mencari ilmu. Sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan dimintakan ampunan oleh orang ada di langit dan bumi sehingga ikan-ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim dibanding abid tekun ibadah- adalah seperti keutamaan/kelebihan bulan terhadap segala bintang. Sesungguhnya seorang ulama/alim adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, hanyasanya mereka itu mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya maka dia mengambil suatu bahagian yang sempurna." 19 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 4234. aksudnya : "Muhammad bin Ismail menceritakan kepada kami, Ahmad bin Abu Thayyib memberitahukan kepada kami, Musab bin Salam memberitahukan kepada kami dari Amr bin Qais dari Athiyyah dari Abu Said Al Khudzri, ia berkata : Rasulullah SAW. bersabda :"Takutlah pada ilmu firasatnya orang mukmin, kerana sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah kemudian beliau membaca : (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda)" Hadis ini gharib, saya tidak mengetahui hadis ini kecuali dari sanad ini. Telah diriwayatkan dari sebahagian ahli ilmu dalam menjelaskan ayat ini; Iaitu bagi orang-orang yang mempunyai ilmu firasat". 20 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 4016. aksudnya : "Ubaid bin Asbath bin Muhammad Al Quraisy menceritakan kepada kami, ia berkata : Ayahku menceritakan kepada ku dari Mutharif dari Abu Ishaq dari Abi Burdah dari Abdillah bin Amr ia berkata :"Saya bertanya : "Hai Rasulullah, dalam beberapa hari saya (menyelesaikan) membaca Al Quran ?", Rasulullah SAW, bersabda :"Khatamkanlah dalam sebulan". Saya berkata :"Saya kuat lebih dari itu", Rasulullah SAW. bersabda : "Khatamkanlah (Al Quran) dalam lima belas hari". Saya berkata :"Saya kuat Lebih dari itu" Rasulullah SAW. bersabda :"Khatamkanlah (Al Quran) dalam sepuluh hari". Saya berkata :"Saya kuat lebih dari itu", Rasulullah SAW. bersabda :"Khatamkanlah (Al Quran) dalam lima hari". Saya berkata :"Saya kuat lebih dari itu", Abdullah Amr berkata :"Maka Rasulullah tidak memberi keringanan lebih dari itu.". Hadis ini hasan sahih gharib, dianggap gharib dari hadisnya Abi Burdah dari Abdullah bin Amr hadis ini diriwayatkan dari beberapa rawi dari Abdullah bin Amr, Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Amr dari Nabi SAW. bersabda :"Tidak (kurang) faham orang yang menyelesaikan membaca Al Quran

kurang dari tiga hari". Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, sesungguhnya nabi SAW. bersabda kepadanya :"Bacalah Al Quran di dalam waktu empat puluh hari". Ishaq bin Ibrahim berkata :"Saya tidak senang pada seorang lelaki yang mengkhatamkan Al Quran lebih dari empat puluh hari, dan dia membaca Al Quran tidak berdasar dengan hadis ini. Sebahagian ahli ilmu berkata :"Jangan mengkhatamkan Al Quran kurang dari tiga hari dengan berdasar hadis yang diriwayatkan dari Nabi SAW, tetapi sebahagian ahli ilmu juga ada yang memperbolehkan. Dan diriwayatkan dari Utsman bin Affan, bahawasanya beliau mengkhatamkan membaca Al Quran dalam satu rakaat solat witirnya. Diriwayatkan lagi dari Said bin Jubair, bahawasanya beliau membaca Al Quran khatam dalam satu rakaat di dalam Kaabah, tetapi membaca tartil (teliti) di dalam bacaan Al Quran lebih disenangi oleh orang-orang ahli ilmu. 21 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 3. Hadis Nombor 2190. Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Az Zuhri menceritakan kami, seperti hadis Said bin Abdur Rahman. Dalam bab ini terdapat hadis dari Jabir dan Abdillah bin Amr. Hadis ini adalah hasan sahih. Demikian pula Maamar dan tidak hanya seorang meriwayatkannya dari Az Zuhri seperti ini. Malik meriwayatkan dari Az Zuhri dari Ali bin Husain dari Umar bin Utsman dari Usamah bin Zaid dari Rasulullah SAW seperti hadis Sufyan, dan hadis Malik terdapat kesalahan yang mana Malik berbuat kesalahan di dalamnya dan sebahagian rawi meriwayatkan dari Malik lalu dia berkata dari Amr bin Utsman dan kebanyakan sahabat Malik berkata dari Malik dari Umar bin Utsman. Adapun Amr bin Utsman bin Affan adalah terkenal dari keturunan Utsman dan kami tidak mengetahui Umar bin Utsman. Dan boleb mengamalkan hadis ini menurut para ahli ilmu. Para ahli ilmu berbeza pendapat tentang harta pusaka orang yang murtad. Sebahagian ahli ilmu dari kalangan sahabat Rasulullah dan lainnya menyerahkan harta pusaka kepada para pewarisnya yang muslim dan sebahagian mereka berkata: "Pewarisnya yang muslim tidak bisa mewarisinya dan mereka menggunakan dasar hadis: "Seorang muslim tidak boleh mewarisi harta pusaka orang kafir". Dan ini adalah pendapat Syafii. 22 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 2790. aksudnya :Harun bin Ishaq Al-Hamdani menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Abdullah bin AI-'Ash berkata :"Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia, tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para Ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang 'alim maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka dari arang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, kemudian mereka sesat dan menyesatkan".Dan dalam bab ini terdapat hadis dari Aisyah, dan Ziyad bin Labid.Ini hadis hasan sahih, dan Az Zuhri meriwayatkan hadis ini dari Urwah dari Abdillah bin Amr, dan dari Urwah dari Aisyah dari Nabi SAW seperti hadis ini. 23 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 2794. aksudnya : Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Abu Dawud memberitahukan kepada kami, Syu'bah memberitahukan kepada kami, Umar bin

Sulaiman memberitahukan kepada kami, dari Ibnu bin Khaththab berkata : "Aku mendengar Abdur Rahman bin Aban bin Utsman menceritakan dari ayahnya berkata :"Zaid bin Tsabit keluar dari sisi Marwan pada tengahan hari, aku berkata : Zaid tidak datang kepada Marwan pada jam ini melainkan kerana sesuatu yang dia tanyakan kepadanya", kemudian kami berdiri, lalu kami bertanya kepadanya maka dia menjawab :"Ya, aku bertanya tentang beberapa hal yang kami mendengarnya dari Rasulullah SAW, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :"Allah mengelokkan rupa seseorang yang mendengar hadis dari ku lalu ia menjaganya sehingga menyampaikannya kepada orang lain. Banyak pembawa ilmu menyampaikannya kepada orang lebih pandai daripadanya, dan banyak pembawa ilmu, namun ia bukan orang yang berilmu" Dan dalam bab ini terdapat hadis dari Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Jubair bin Muth'im, dan Abid Darda', dan Anas. Hadis Zaid bin Tsabit adalah hadis hasan. 24 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0361. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Husyaim memberitahukan kepada kami, Ibnu Abi Laila memberitahukan kepada kami dari Asy Syi'bi berkata: "Al Mughirah bin Syu'bah melakukan solat dengan kami lalu dia berdiri pada dua rakaat kemudian kami menbaca tasbih untuk mengingatkannya agar kembali duduk untuk tasyahhud pertama. Dan dia membaca tasbih mengingatkan mereka agar mereka berdiri lalu ketika dia telah menyelesaikan solatnya kemudian sujud dua kali sujud sahwi (sujud kerana lupa tasyahhud pertama) sedang dia duduk kemudian dia menceritakan kepada mereka bahawa Rasulullah saw berbuat dengan mereka seperti apa yang dia perbuat. Dalam bab ini terdapat hadis dari Uqbah bin Amir, Saad dan Abdillah bin Buhainah. Abu Isa berkata: "Hadis Al-Mughirah bin Syu'bah benar-benar diriwayatkan dengan sanad lain dari Al-Mughirah bin Syu'bah". Sebahagian para ahli ilmu membicarakan tentang Ibnu Abi Laila dari segi hafalannya. Ahmad berkata: "Hadis Ibnu Abi Laila tidak bisa dipakai hujah (dasar hukum.". Muhammad bin Ismail berkata: "Ibnu bin Abi Laila adalah orang jujur dan aku tidak meriwayatkan satu hadis pun daripadanya kerana tidak diketahui hadisnya yang sahih dari pada hadisnya yang daif dan setiap orang seperti ini aku tidak meriwayatkan satu hadis pun dari padanya." Hadis ini diriwayatkan dengan tidak hanya satu sanad dari Al Mughirah bin Syu'bah. Dan Sufyan juga meriwayatkan dari Jabir dari Al-Mughirah bin Syubail dari Qais bin Abi Hazim dari Al-Mughirah bin Syu'bah. Jabir Al Ja'fi dianggap lemah oleh sebahagian para ahli ilmu dan dia ditinggalkan oleh Yahya bin Said, Abdur Rahman bin Mahdi dan lain-lainnya. Kandungan hadis ini menurut para ahli ilmu bahawa seseorang apabila berdiri setelah dua rakaat tanpa tasyahhud pertama maka dia melangsungkan solatnya dan bersujud dua kali, di antara mereka ada yang berpendapat sebelum mengucapkan salam dan ada yang berpendapat sesudah mengucapkan salam dan orang yang berpendapat sebelum mengucapkan salam adalah hadisnya lebih sahih kerana diriwayatkan oleh Az Zuhri, Yahya bin Said Al-Anshari dari Abdur Rahman Al-A'raj dari Abdillah bin Buhainah. 25 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0198. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Abu Ahmad Az Zubairi menceritakan kepada kami, Abu Israil menceritakan kepada kami dari Al Hakam dari Abdur Rahman bin Qilabah dari bilal berkata:"Rasulullah saw bersabda kepada ku :"Jangan kamu bertatswib (membawa ash shalaatu khairum minan naum = solat adalah lebih

baik daripada tidur) pada sesuatu solat-solat kecuali solat Subuh." Ia berkata: "Di dalam bab ini terdapat hadis dari Abu Mahdzurah". Abu Isa berkata: "Hadis Bilal tidak kami ketahui kecuali dari hadis Abu Israil Al Mula-i". Sedangkan Abu Israil tidak mendengar hadis ini dari Al Hakam bin Utaibah. Ia berkata: "Ia hanyalah meriwayatkannya dari Al Hussain bin 'Umarah dari Al Hakam bin Utaibah". Abu Israil, namanya adalah Isma'il bin Ishaq, dia tidaklah sedemikian kuat menurut ahli hadis. Ahli ilmu berbeza pendapat mengenai tafsir tatswib. Sebahagian dari mereka berkata: "Tatswib adalah muadzdzin mengatakan dalam azan Subuh "ash shalaatu khairum minan naum" (solat itu lebih baik dari pada tidur). Itu pendapat Ibnul Mubarak dan Ahmad. Ishaq berkata mengenai tatswib lain dari ini. Ia berkata: "Tatswib yang makruh adalah sesuatu yang diada-adakan oleh manusia setelah Nabi saw, iaitu apabila muadzdzin azan lalu kaum itu minta dilambat-lambatkan. Ia berkata antara azan dan iqamah "qad qaamatish shalaatu. Hayya 'alash solati, hayya 'alal falah". Ia berkata: "Inilah yang dikatakan oleh Ishaq iaitu tatswib yang telah dibenci (dimakruhkan) oleh ahli ilmu dan sesuatu yang diada-adakan sesudah Nabi saw." Sesuatu yang ditafsirkan oleh Ibnul Mubarak dan Ahmad adalah bahawa tatswib itu adalah muadzdzin dalam azan solat Subuh mengucapkan "ash shaalaatu khairum minan naum" (solat itu adalah lebih baik dari pada tidur). Itu adalah pendapat yang benar. Dan itu disebut tatswib juga. Itulah pendapat yang dipilih oleh ahli ilmu dan diriwayatkan dari Abdullah bin Umar dan azan telah selesai. Kami ingin solat di dalamnya. Lalu muadzdzin bertatswib maka Abdullah bin Umar keluar dari masjid sambil berkata: "Keluarlah bersama kami dari orang yang berbuat bid'ah ini!", dan ia tidak solat padanya. Ia berkata: "Abdullah membenci tatswib yang diada-adakan oleh manusia setelah (Nabi). 26 Hadis Sahih Bukhari Jilid 4. Hadis Nombor 1964. Dari Urwah r.a. katanya: Abdullah bin Umar naik haji bersama dengan kami, dan kami dengar dia berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil (menghilangkan) ilmu sekaligus sesudah diberikanNya, melainkan mengambil itu dengan mengambil (mewafatkan) ahli ilmu (Ulama) bersama ilmunya. Maka tinggallah orang-orang bodoh. Mereka diminta fatwanya, lalu mereka berfatwa menurut kemahuan sendiri. Sebab itu, mereka menyesatkan dan sesat." 27 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0201. Yahya menceritakan kepada kami, Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata: Abu Hurairah berkata: "Tidaklah memanggil untuk solat kecuali orang yang wuduk." Abu Isa berkata: "Ini adalah lebih sahih dari pada hadis yang pertama." Abu Isa berkata: "Hadis Abu Hurairah tidak dimarfu'kan oleh Ibnu Wahb, pada hal hadis itu lebih sahih dari pada hadis Al Walid bin Muslim." Sedangkan Az Zuhri tidak mendengar dari Abu Hurairah. Ahli ilmu berbeza pendapat mengenai azan dengan tidak berwuduk. Sebahagian ahli ilmu memakruhkannya, dan dengannya Asy Syafi'i dan Ishaq berpendapat. Sedangkan sebahagian ahli ilmu meringankan hal itu. Dengannya Sufyan Ats Tsauri. Ibnul Mubarak dan Ahmad berpendapat. 28 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0113.

Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Hammad bin Khalid Al Khayyath menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Umar, dia adalah Al Umari dari Ubaidullah bin Umar dari Al Qasim bin Muhammad dari Aisyah berkata: "Rasulullah saw ditanya tentang seseorang yang mendapatkan basah-basah namun ia tidak ingat mimpi, maka beliau bersabda: "Ia mandi". (Dan ditanya) tentang seorang laki-laki yang melihat bahawa ia telah mimpi (bersetubuh) namun ia tidak mendapatkan basahbasah (air mani) maka beliau bersabda: "Tidak wajib mandi atasnya." Ummu Salamah berkata: "Wahai Rasulullah, apakah wajib mandi atas wanita yang melihat itu?" Beliau bersabda: "Ya, sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki." Abu Isa berkata: "Abdullah bin Umar meriwayatkan hadis ini hanyalah dari Ubaidullah bin Umar akan hadis Aisyah tentang seorang laki-laki yang mendapatkan basah-basah (air mani) dan ia tidak ingat mimpi. Sedangkan Abdullah bin Umar dianggap lemah oleh Yahya bin Sa'id dari sisi hafalannya da1am hadis. Itu pendapat tidak hanya seorang dari ahli ilmu dari para sahabat Nabi saw dan tabi'in iaitu apabila seorang laki-laki bangun tidur lalu ia melihat kebasahan maka ia mandi. Itu pendapat Sufyan Ats Tsauri dan Ahmad. Sebahagian ahli ilmu dari kalangan tabi'in berkata: "Wajib mandi atasnya itu adalah hanya apabila kebasahan itu adalah basahnya air mani." ltu adalah pendapat Asy Syafi'i dan Ishaq. Apabila ia mimpi dan ia tidak melihat kebasahan maka tidak wajib atasnya menurut umumnya ahli ilmu. 29 Hadis Sunan An-Nasai Jilid 3. Hadis Nombor 2997. Dari Sulaiman ibnu Yasar berkata: "Ketika orang-orang bubar dari majlis Abu Hurairah, tiba-tiba ada seorang dari Syam berkata padanya;"Wahai Syaikh, sampaikan kepadaku suatu hadis yang pernah kau dengar dari Rasulullah saw." Jawab Abu Hurairah: "Baiklah, aku telah mendengar Rasulullah saw, bersabda:"Pada hari kiamat kelak, yang pertama diadili ada tiga orang: Pertama orang yang mati syahid, maka ia akan didatangkan dihadapan Allah, dan ketika disebutkan nikmat-nikmat Allah yang telah diterimanya, ia pun mengakui, Tanya tuhan:"Kamu pergunakan untuk apa nikmat itu?" Jawabnya:"Aku pergunakan untuk berjuang di jalan.Mu hingga aku mati syahid " Kata Tuhan:" Kamu berdusta, sebenarnya kamu berjuang, hanya kerana kamu ingin dikenal sebagai pemberani; dan itu sudah kamu peroleh ketika kamu di dunia." Kemudian Tuhan memerintahkan malaikat menyeret orang tersebut dan mencampakkannya ke dalam neraka. Kedua, seorang yang mencari ilmu dan mengajarkannya dan pandai membaca Al Quran, ketika ia akan dihadapkan pada Allah, lalu disebutkan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan padanya, maka ia pun mengakuinya. Tanya Tuhan: "Kamu pergunakan untuk apa semua nikmat itu?" Jawabnya: "Aku pergunakan untuk mencari ilmu dan mengajarkannya, dan aku telah membaca Al Quran kerana-Mu". Kata Tuhan: "Kamu berdusta, kamu mencari ilmu semata-mata supaya dikatakan bahawa kamu seorang pandai; dan kamu membaca Al Quran hanya ingin dikenal, bahawa kamu pandai membacanya. Dan apa yang kamu inginkan itu telah kamu dapatkan ketika kamu di dunia." Setelah itu ia diseret dan dicampakkan ke dalam neraka. Ketiga, seorang yang dilapangkan rezekinya oleh Allah.ia diberi bermacam-macam kekayaan. Maka ketika ia dihadapkan kepada Allah, lalu disebutkan padanya bermacam-macam nikmat Allah yang telah diterimanya, ia pun mengakuinya. Tanya Tuhan; "Kamu pergunakan untuk apa semua nikmat itu?" Jawabnya: "Tiada saya belanjakan harta itu, melainkan dijalan yang kau redhai". Kata Tuhan: "Kamu berdusta, sebenarnya kamu membelanjakannya semata-mata supaya kamu dikenal, bahawa kamu adalah seorang dermawan. Dan keinginanmu itu

telah kamu dapatkan ketika kamu di dunia". Kemudian ia diseret dan dicampakkan ke neraka. ' i-S 30 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 4. Hadis Nombor 3726. Mewartakan kepada kami Abu Bakr; mewartakan kepada kami Yahya bin Sa'id, dari 'Ubaidullah bin Al-Akhnas, dari Al-Walid bin 'Abdullah, dari Yusuf bin Mahik, dari Ibnu 'Abbas, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa mengambil ilmu dari bintang (belajar astrologi), maka dia benar-benar mengambil sebuah cabang dari sihir." Beliau bertambah-tambah dalam memburukkan ilmu nujum seperti halnya memburukkan ilmu sihir" 31 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 3. Hadis Nombor 2192. Qutaibah menceritakan kepada kami, Al- Laits memberitahukan kepada kami, dari Ishaq bin Abdillah dari Az Zuhri dari Humaid bin Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW bersabda: "Pembunuh itu tidak dapat mewarisi". Hadis ini adalah tidak sahih yang tidak diketahui selain dari sanad ini. Ishaq bin Abdillah bin Abi Farwah adalah orang yang ditinggalkan (matruk) oleh sebahagian ahli ilmu diantara mereka adalah Ahmad bin Malik. Berdasarkan hadis ini menurut para ahli ilmu bahawa pembunuh tidak dapat mewarisi baik pembunuhan itu dengan tidak sengaja maupun sengaja. Sebahagian ahli ilmu berkata: Jika pembunuhan itu dengan tidak sengaja, maka dia mewarisi ini adalah pendapat Malik. 32 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0203. Qutaibah menceritakan kepada kami, Al Laits menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Salim dari ayahnya bahawasanya Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Bilal azan di malam hari (belum terbit fajar = pent) maka makanan dan minuman sehingga kamu mendengar azan Ummi Maktum." Abu Isa berkata: "Di dalam bab ini terdapat hadis dari Ibnu Mas'ud, Aisyah, Anisah, Anas, Abu Dzarr dan Samurah. Abu Isa berkata: "Hadis Ibnu Umar adalah hadis hasan sahih. "Ahli ilmu berbeza pendapat mengenai azan di malam hari (sebelum terbit fajar). Sebahaginya ahli ilmu berkata: "Apabila muadzdzin azan di malam hari (sebelum terbit fajar) maka hal itu telah cukup dan tidak mengulanginya. Itu adalah pendapat Malik, Ibnul Muabarak, Ahmad dan Ishaq. Sebahagian ahli ilmu berkata: "Apabila ia azan di malam hari maka ia mengulanginya. Dengan Sufyan Ats Tsauri berpendapat. Hammad bin Salamah meriwayatkan dari Ayub dari Nafi' dari Ibnu Umar bahawasanya Bilal azan di malam hari lalu Nabi saw memerintahnya untuk azan lagi kerana hamba (manusia) sedang tidur. Abu Isa berkata: "Ini adalah hadis tidak mahfuzh." Yang benar adalah apa yang diriwayatkan oleh Ubaidullah bin Umar dan yang lainnya, dari Nafi' bin Umar bahawasanya Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Bilal azan di malam hari maka makan dan minumlah kamu sehingga Ibnu Ummi Maktum azan." Ia berkata: "Abdul Aziz bin Abi Rawwad meriwayatkan dari Nafi' bahawasanya muadzdzin Umar itu azan di malam hari, lalu Umar memerintahkan untuk mengulangi azan." Ini tidak sahih juga, kerana hadis itu dari Nafi' dari Umar adalah munqathi'. Barangkali Hammad bin Salamah menghendaki hadis ini. Yang sahih adalah riwayat Ubaidullah dan Ghairu Wahid dari Nafi' dari Ibnu Umar dan Az Zuhri dari Salim dari Ibnu Umar bahawasanya Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Bilal itu azan di malam hari." Abu

Isa berkata: "Seandainya hadis Hammad itu sahih maka hadis ini tidak mempunyai erti kerana Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya bilal itu azan di malam hari". Beliau perintah kepada mereka pada apa yang dihadapi. Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya Bilal azan di malam hari". Seandainya beliau memerintahkan kepadanya untuk mengulangi azan ketika ia azan sebelum terbit fajar nescaya beliau tidak bersabda: "Sesungguhnya Bilal azan di malam hari". Ali Al Madini berkata: "Hadis Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi saw adalah tidak terpelihara, padanya Hammad bin Ibnu Salamah itu salah." 33 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0369. Hannad menceritakan hadis itu kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami dari Ibrahim bin Thahman dari Husain Al-Muallim dengan sanad ini. Abu Isa berkata: "Kami tidak mengetahui seseorang yang meriwayatkan dari Hussain Al-Muallim seperti riwayat Ibrahim bin Thahman dan Abu Usamah dan lain-lainnya juga meriwayatkan dari Husain Al-Muallim seperti riwayat Isa bin Yunus dan pengertian hadis ini menurut sebahagian para ahli ilmu adalah dalam solat sunat. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Adi memberitahukan kepada kami dari Asy-ats bin Abdul Malik dari Al-Hasan berkata: "Kalau seseorang hendak melakukan solat sunat, maka boleh melakukan solat dengan berdiri, duduk dan berbaring". Para ahli ilmu berbeza pendapat tentang solat orang sakit apabila tidak mampu solat dengan duduk lalu sebahagian ahli ilmu berkata: "Dia solat dengan berbaring di atas rusuknya yang kanan" dan sebahagian mereka berkata: "Dia solat dengan terlentang di atas tengkuknya dan kedua kakinya menghadap qiblat". Sufyan Ats Tsauri berkata tentang hadis ini: "Barangsiapa melakukan solat dengan duduk maka dia memperoleh setengah pahala orang yang solat dengan berdiri" Dia berkata: "Demikian ini bagi orang yang sihat dan bagi orang yang tidak berhalangan. Adapun barangsiapa berhalangan kerana sakit atau lainnya lalu dia melakukan solat dengan duduk maka dia memperoleh seperti pahala orang yang solat dengan berdiri seperti pendapat Sufyan Ats Tsauri. 34 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0184. Qutaibah menceritakan kepada kami, Jabir menceritakan kepada kami dari'Atha' bin Sa'ib dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas berkata:Nabi saw hanyalah solat dua rakaat setelah solat asar kerana diaturkan harta lalu beliau sibuk [sehingga beliau tidak mengerjakan ]dua rakaat setelah zohor lalu beliau mengerjakan dua rakaat itu setelah solat Asar.Kemudian beliau tidak mengulanginya". Di dalam bab ini terdapat hadis dari Aisyah,Ummu Salamah,Maimunah, dan Abu Musa.Abu Isa berkata : "Hadis Ibnu Abbas adalah hadis hasan".tidak hanya seorang telah meriwayatkan dari Nabi saw bahawasanya beliau solat dua rakaat setelah solat Asar.Ini adalah perbezaan apa yang diriwayatkan dari beliau melarang solat setelah solat Asar sehingga terbenam matahari.Hadis Ibnu Abbas lebih sahih di mana ia berkata :Beliau tidak mengulanginya:. Telah diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit seperti hadis Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan Aisyah di dalam bab ini,iaitu: Diriwayatkan daripadanya bahawasanya Nabi saw tidak masuk kepadanya setelah Asar kecuali beliau solat dua rakaat. Dan diriwayatkan dari padanya dari Ummu Salamah dari Nabi saw bahawasanya beliau melarang solat setelah solat Asar sehingga terbenam matahari, dan setelah solat Subuh sehingga terbit matahari. Sesuatu yang disepakati oleh sebahagian besar ahli ilmu adalah makruhnya solat setelah Asar sehingga terbenam matahari, dan

setelah solat subuh sehingga terbitnya matahari kecuali sesuatu yang dikecualikan dari yang demikian itu, seperti solat di Mekah setelah solat Asar sampai terbenam matahari, dan setelah solat Subuh sehingga terbit fajar setelah tawaf. Kerana telah diriwayatkan keringanan (rukhsah) mengenai hal itu dari Nabi saw. Suatu kaum dari ahli ilmu dari kalangan para sahabat Nabi saw dan orang-orang yang sesudah mereka berpendapat demikian. Dan juga Asy Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Suatu kaum dari ahli ilmu dari kalangan para sahabat Nabi saw dan orang-orang setelah mereka juga memakruhkan solat di Mekah setelah solat Asar dan Subuh. Dengannya Sufyan Ats Tsauri, Malik bin Anas dan sebahagian penduduk Kufah berpendapat. 35 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0468. Hannad menceritakan kepada kami, Mulazim bin Amr memberitahukan kepada kami, dia berkata: "Abdullah bin Badar menceritakan kepada ku dari Qais bin Thalq bin Ali dari ayahnya berkata: "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada dua solat witir di dalam satu malam." Abu Isa berkata: "Hadis ini hasan gharib." Ahli ilmu berbeza pendapat mas'alah witir di awal malam, kemudian witir lagi di akhir malam. Sebahagian ahli ilmu dari sahabat-sahabat Nabi saw dan orang-orang sesudahnya menganggap batal witir pertamanya dan mereka berkata: "Hendaknya dia menambah lagi satu rakaat kemudian mengerjakan solat yang belum dia kerjakan, dan di akhir solatnya ditutup dengan witir, kerana tidak ada solat dua witir di dalam satu malam". Seperti inilah Ishaq sependapat. Sebahagian ahli ilmu dari sahabat-sahabat Nabi dan yang lainnya berkata: "Ketika dia sudah mengerjakan witir di awal malam lalu ia tidur dan bangun di akhir malam, maka ia boleh mengerjakan solat apa yang ia kehendaki dan tidak membatalkan solat witirnya. Seperti inilah pendapat Sofyan Ats Tsauri Malik bin Anas, Ahmad dan Ibnu Mubarak, hadis ini lebih ashah, kerana diriwayatkan dari beberapa rawi, bahawasanya Nabi saw mengerjakan solat sesudah mengerjakan solat witir. 36 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0144. Abu Hafsh Amr bin Ali Al Fallas menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai' menceritakan kepada kami, Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Azrah dari Sa'id bin Abdullah Rahman bin Abza dari ayahnya dari Ammar bin Yasin bahawasanya Nabi saw memerintahnya untuk tayammum bagi muka dan dua telapak tangan. Ia berkata: "Di dalam bab ini terdapat hadis dari Aisyah dan Ibnu Abbas." Abu Isa berkata: "Hadis Ammar adalah hadis hasan sahih. Dan telah diriwayatkan dari Ammar dari jalan lain. Itu adalah pendapat tidak hanya seorang dari ahli ilmu dari para sahabat Nabi saw antara lain Ali, Ammar, Ibnu Abbas dan hanya seorang dari tabi'in antara lain Asy Sya'bi, Atha' dan Mak-hul. Mereka berkata: "Tayammum itu satu pukulan (ke debu) untuk muka dan ke dua telapak tangan. Dengan Ahmad dan Ishaq berpendapat. Sebagian ahli ilmu antara lain Ibnu Umar, Jabir, Ibrahim, dan Al Hasan berkata: "Tayammum itu satu pukulan untuk muka dan satu pukulan lagi untuk ke dua tangan sampai ke siku." Dan dengannya Sufyan Ats Tsauri, Malik, Ibnul Mubarak dan Asy Syafi'i berpendapat. Hadis ini telah diriwayatkan dari Ammar mengenai tayammum bahawasanya beliau bersabda: "Untuk muka dan ke dua telapak tangan" tanpa jalan lain. Telah diriwayatkan dari Ammar bahawasanya ia berkata: "Kami tayammum bersama Nabi saw sampai ke pundak dan ketiak". Sebahagian Ahli ilmu melemahkan hadis Ammar dari Nabi saw mengenai tayammum bagi muka dan ke dua telapak tangan ketika dari padanya diriwayatkan pundak dan ketiaknya. Ishaq bin

Ibrahim bin Makhlad Al Hanzhali berkata: "Hadis Ammar tentang tayammum bagi muka dan telapak tangan adalah hadis hasan sahih sedangkan hadis Ammar "Kami tayammum bersama Nabi saw sampai ke pundak dan ketiak" Tidaklah berlawanan terhadap hadis tayammum bagi muka dan telapak tangan kerana Ammar tidak menyebutkan bahawasanya Nabi saw memerintah mereka untuk demikian itu. Namun dia berkata: "Kami melakukan demikian dan demikian". Ketika ia tanya kepada Nabi saw maka beliau memerintahkannya untuk (mengusap) muka dan telapak tangan maka berakhirlah kepada apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw iaitu muka dan dua telapak tangan. Dalilnya adalah apa yang difatwakan oleh Ammar setelah Nabi saw mengenai tayammum bahawasanya beliau bersabda: "Muka dan dua telapak tangan". Maka di dalam hal ini terdapat dalil bahawasanya hal itu berakhir kepada apa yang diajarkan oleh Nabi saw maka ia mengajarkannya sampai kemuka dan dua telapak tangan. Ia berkata: "Saya mendengar Abu Zur'ah berkata: "Affan bin Muslim meriwayatkan dari Amr bin Ali akan suatu hadis." 37 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0188. Abu Salamh Yahya bin Khalaf Al Bashri menceritakan kepada kami, Al Mu'tamir bin Sulaimn menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Hanasy dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari Nabi saw bersabda: "barangsiapa menjama' (mengumpulkan) antara dua solat tanpa uzur (halangan) maka ia telah mendatangi satu pintu dari beberapa pintu dosa-dosa besar." Abu isa berkata: "Hanasy ini adalah Abu Ali Ar Rahabi, dia adalah Husain bin Qais, dia adalah lemah menurut ahli hadis. Ia dilemahkan oleh Ahmad dan lainnya. Pengamalan hadis ini menurut ahli ilmu adalah untuk tidak menjama' antara dua solat kecuali dalam perjalanan atau di 'Arafah". Sebahagian ahli ilmu dari kalangan tabi'in meringankan dalam menjama' antara dua solat bagi orang sakit. Dan dengannya Ahmad dan Ishaq berpendapat. Sebahagian ahli ilmu berkata: "Seseorang boleh menjama' antara dua solat kerana hujan". Dan dengannya Asy Syafi'i, Ahmad dan Ishaq berpendapat. Asy Syafi'i berpendapat bahawa orang yang sakit itu tidak boleh untuk menjama'antara dua solat." 38 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0138. Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainab menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Urwah dari Fathimah binti Mundzir dari Asmak binti Abi Bakar bahawasanya seorang bertanya kepada Nabi saw tentang yang terkenal darah haid maka Rasulullah saw bersabda: "Hilangkanlah (gosoklah) kain itu kemudian gosokgosoklah dengan air kemudian percikan air padanya dan solatlah padanya. Ia berkata: "Di dalam bab ini terdapat hadis dari Abu Hurairah, dan Ummu Qais binti Mihshan. Abu Isa berkata: "Hadis Asmak mengenai mencuci darah adalah hadis hasan sahih." Ahli ilmu telah berbeza pendapat mengenai darah yang ada pada kain lalu ia solat padanya sebelum ia mencucinya. Sebahagian ahli ilmu dari tabi'in berkata: "Apabila darah itu seukuran dirham ia tidak mencucinya dan ia solat padanya maka ia mengulangi solat. Dan sebahagian dari mereka berkata: "Apabila darah itu lebih banyak dari pada ukuran satu dirham maka ia mengulangi solat. Itu pendapat Sufyan Ats Tsauri dan Ibnu Mubarak. Sebahagian dari ahli ilmu dari tabi'in dan lainnya tidak mewajibkan untuk mengulangi solat meskipun darah itu lebih banyak dari pada ukuran satu dirham. Dan dengannya Ahmad dan Isahaq berpendapat. Asy Syafi'i berpendapat berkata: "Wajib atasnya mencuci meskipun darah itu kurang dari ukuran satu dirham". Dan ia mengeraskan dalam hal itu.

39 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 4. Hadis Nombor 4015. Mewartakan kepada kami Al-'Abbas bin Al-Walid AdDimasyqiy, mewartakan kepada kami Zaid bin Yahya bin 'Ubaid AlKhaza'iy, mewartakan kepada kami Al-Haitsam bin Humaid, mewartakan kepada kami Mu'aid, yaitu Hafsh bin Ghailan Ar-Rii'ainiy, dari Mak-hul, dari Anas bin Malik, dia berkata: Ditanyakan kepada Rasulullah saw.: "Wahai Rasulullah, bila kami meninggalkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar.". Beliau menjawab: "Yaitu, ketika telah terjadi di tengah-tengah kalian sebagaimana apa yang pernah terjadi pada umat-umat sebelum kalian". Kami berkata: "Wahai Rasulullah, apa yang pernah terjadi pada umat-umat sebelum kami.". Beliau menjawab: "Yaitu, kalau ada raja kalian kecil (atau: bodoh), perbuatan keji/perzinaan telah merata sampai orang besar di antara kalian dan ilmu pengetahuan dipegang orang-orang yang lemah - hina di antara kalian". Zaid berkata: Penjelasan pengertian sabda Nabi saw. 'Al-Ilmu fi Rudzalatikum", yaitu bila ilmu pengetahuan dipegang oleh orang- orang yang fasik. Dalam Az-Zawa-id: Isnad hadisnya sahih, dan para perawinya terpercaya. 40 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0087. Abu Ubaidah bin Abis Safar menceritakan kepada kami, dia adalah Ahmad bin Abdillah Al Hamdani Al Kufi dan (menceritakan juga) Ishaq bin Manshur, Abu Ubaidah berkata: "Ia menceritakan kepada kami." Ishaq berkata: "Abdush Shamad bin Abdil Warits" memberitahukan kepada kami, ayahku menceritakan kepada ku dari Husain Al Mu'allim dari Yahya bin Abi Katsir, ia berkata: "Abdur Rahman bin Amr Al Auza'i menceritakan kepada ku dari Ya'isy bin Al Walid Al Makhzumi dari ayahnya dari Ma'dan bin Abi Thalhah dari Abud Dar'da' bahawasanya Rasulullah saw. muntah lalu beliau berbuka dan wuduk. Saya ketemu Tsauban di masjid Damaskus lalu saya menyebutkan hal itu kepadanya maka ia berkata: "Benar, saya meluangkan air wudhunya kepadanya." Abu Isa berkata: "Ishaq bin Manshur berkata: "Ma'dan bin ThaIhah". Abu Isa berkata: "Sedang Ibnu Abi Thalhah itu lebih sahih". Abu Isa berkata: "Tidak hanya seorang dari ahli ilmu dari para sahabat Nabi saw. berpendapat dan juga orang lain dari kalangan tabi'in bahawa wuduk itu kerana muntah-muntah dan darah. Iaitu adalah pendapat Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarak Ahmad dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu berkata: "Dalam untahan dan darah yang keluar dari hidung tidak ada wuduk". Itu pendapat Malik dan Asy Syafi'i. Husain Al Muallim membaikkan hadis ini. Hadis Husain adalah sesuatu yang paling sahih dalam bab ini. Ma'mar meriwayatkan hadis ini dari Yahya bin Abi Katsir lalu ia berbuat kesalahan padanya, ia berkata: "Dari Ya'is bin Al Walid dari Khalid bin Ma'dan dari Abu Darda'." Padanya ia tidak menyebut Al Auza'i dan Ia berkata: "Dari Khalid bin Ma'dan". Namun dia adalah Ma'dan bin Abi Thalbah. 41 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 5. Hadis Nombor 3919. Ibrahim bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Zaid bin AlHubab memberitahukan kepada kami, Maimum-Abi Abdillah memberitahukan kepada kami, Tsabit AlBunnani memberitahukan kepada kami dia berkata: Anas bin Malik berkata kepada ku: "Hai Tsabit! ambillah ilmu dari ku kerana sesungguhnya kamu tidak akan mengambil ilmu dari seseorang yang lebih bisa dipercaya dari ku sesungguhnya aku

mengambilnya dari Rasulullah SAW dan mengambilnya dari Malaikat Jibril dan Malaikat Jibril mengambilnya dari Allah Yang Maha Agung dan Mulia." 42 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0169. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al'Amsy dari Ibrahim dari Alqamah dari Umar bin Al Khaththab berkata: "Rasulullah saw adalah bercerita bersama Abu Bakar dalam satu urusan kaum muslimin dan saya bersama keduanya." Di dalam bab ini terdapat hadis dari Abdullah bin Amr, Aus bin Hudzaifah, dan Imran Hushain. Abu Isa berkata: "Hadis Umar adalah hadis hassan. Al Hassan bin Ubaidillah meriwayatkan hadis ini dari Ibrahim dari Alqamah dari seseorang laki-laki dari suku Ju'fi yang bernama Qayas atau Ibnu Qabas dari Umar bin Nabi saw akan hadis ini dalam kisah yang panjang. Ahli ilmu dari para sahabat Nabi saw, tabi'in dan orang-orang yang setelah mereka berbeza pendapat mengenai cerita setelah salat Isyak yang akhir (Isya'). Suatu kaum dari mereka membenci cerita setelah solat Isyak. Dan sebahagian mereka meringankan apabila dalam pengertian ilmu dan sesuatu yang tidak boleh tidak dari beberapa hajat. Sebahagian hadis menunjukkan keringanan. Telah diriwayatkan dari Nabi saw bersabda: " Tidak ada cerita kecuali bagi orang yang solat atau musafir. 43 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 5. Hadis Nombor 3330. Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami, Sufyan memberitahukan kepada kami dari Sufyan bin Malik bin Mi'wal dari Thalhah bin Musharraf dari Murrah dari Ibnu Mas'ud berkata: "Ketika Rasulullah SAW. sampai di Sidradulmuntaha beliau bersabda: "Berakhir padanya sesuatu yang naik dari bumi (perbuatan yang baik dan ruh) dan batas akhir yang turun dari atas (wahyu). Allah memberi kepada beliau di tempat itu tiga perkara yang belum pernah Dia berikan kepada seorang Nabi sebelumnya iaitu pertama diwajibkan atas beliau solat lima kali dan kedua beliau diberi ayat-ayat akhir surat Al-Baqarah dan ketiga Allah mengampuni bagi ummat beliau dosa-dosa yang besar selama mereka tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah. Ibnu Mas'ud membaca ayat:(Ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya). An Najm: 16.Dia berkata Sidratulmuntaha berada di langit keenam.Sufyan berkata dalam menafsiri sesuatu yang meliputinya, rama-rama dari emas dan Sufyan berisyarat dengan tangannya lalu menggetarkannya. Selain Malik bin Mighwal berkata: "Sampai di Sidratulmuntaha batas akhir ilmu makhluk, mereka tidak memperoleh ilmu lebih dari pada itu." Hadis ini adalah hadis hasan sahih. 44 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0420. Bundar menceritakan kepada kami, Abu Amir memberitahukan kepada kami, Sofyan memberitahukan kepada kami dari Abu Ishaq dari 'Ashim bin Dhamrah dari Ali berkata: "Nabi saw melakukan solat sunat sebelum Zohor empat rakaat dan sesudah Zohor dua rakaat." Di dalam bab ini terdapat hadis dari Aisyah dan Ummi Habibah. Abu Isa berkata: "Hadis Ali adalah hadis hasan". Abu Bakar Al 'Atthar telah menceritakan kepada kami, ia berkata: "Ali bin Abdillah berkata, ia dari Yahya bin Sa'id dari Sofyan berkata: "Kita mengetahui keutamaan 'Ashim bin Dzamrah dibanding hadis al Harits". Melaksanakan hadis ini menurut kebanyakkan ahli ilmu dari sahabat-sahabat Nabi saw dan orang-orang sesudahnya, mereka lebih senang untuk melaksanakan solat sunat sebelum Zohor empat rakaat, seperti inilah pendapat

Sofyan As Tsauri, Ibnu Mubarak dan Ishaq. Sebahagian ahli ilmu berkata: "Solat diwaktu siang dan malam adalah dua rakaat, mereka berpendapat untuk memisahkan setiap dua rakaat dua rakaat, seperti inilah Syafi'i dan Ahmad sependapat." 45 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0164. Qutaibah menceritakan kepada kami, Hatim bin Ismail menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abi Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' berkata: "Rasulullah saw selalu solat Maghrib apabila matahari terbenam dan matahari tertutup dengan tirai." Ia berkata: "Dia dalam bab ini terdapat hadis dari Jabir, Ash Shunabihi, Zaid bin Khalid, Anas, Rafi' bin Khadij, Abu Ayyub, Ummu Habibah, Abbas bin Abdil Muththalib dan Ibnu Abbas". Hadis Abbas telah diriwayatkan dengan mauquf dari padanya, dan itu lebih sahih. Sedang Ash Shanabihi tidak mendengar dari Nabi saw, dia adalah teman Abu Bakr ra. Abu Isa berkata: "Hadis Salamah bin Al Akwa' adalah hadis hasan sahih. Dan itu adalah pendapat sebahagian besar ahli ilmu dari para sahabat Nabi saw dan orang-orang yang sesudah mereka dari para tabi'in. Mereka memilih mensegerakan solat Maghrib dan mereka membenci mengakhirkannya, sehingga sebahagian ahli ilmu berkata: "Tidak ada solat Maghrib kecuali satu waktu. Dan mereka berpendapat kepada hadis Nabi saw di mana Jibril solat dengannya (waktu tsb). Itu adalah pendapat Ibnul Mubarak dan Asy Syafi'i. 46 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 2. Hadis Nombor 1440. Isa bin Ahmad menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab menceritakan kepada kami dari Usamah bin Zaid dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari datuknya: "Bahawasanya Rasulullah saw bersabda: "Tidak boleh dibunuh orang muslim yang membunuh orang kafir." Dan dengan sanad ini dari Nabi saw bersabda: "Diyat dendanya orang kafir adalah separuh dendanya orang mukmin." Hadisnya Abdullah bin Amr didalam bab ini adalah hasan. Ahli ilmu berbeza pendapat didalam diyatnya orang Yahudi dan Nasrani, sebahagian ahli ilmu berpendapat kepada hadis yang telah diriwayatkan dari Nabi saw. Umar bin Abdul Aziz berkata: "Diyatnya orang Yahudi dan Nasrani adalah separuh diyatnya orang muslim dan dengan hadis inilah Ahmad bin Hambal sependapat. Dan diriwayatkan dari Umar bin Khattab, bahawasanya dia telah berkata: "Diyatnya orang Yahudi dan Nasrani adalah empat ribu (dirham) dan diyatnya orang Majusi adalah lapan ratus (dirham.". Dengan sanad inilah Malik, Syafi'i dan Ishaq sependapat. Sebahagian ulama' berpendapat, diyatnya orang Yahudi dan Nasrani adalah sama dengan diyatnya orang muslim, dan inilah Sufyan Ats Tsauri dari ahli Kufah. 47 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 1. Hadis Nombor 0224. Mewartakan kepada kami Hisyam bin Ammar, mewartakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman, mewartakan kepada kami Katsir bin Syinzhir, dari Muhammad bin Sirin, dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: "Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam. Dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas." Dalam Az-Zawaid: Isnad hadis ini Daif, kerana daifnya Hafsh bin Sulaiman.AsSuyuthiy berkata: Muhyid-Din An-Nawawiy RHM. ditanyai tentang hadis ini. Beliau berkata: Hadis ini Daif, yakni sanadnya, meskipun sahih, yakni pengertiannya. Murid An-Nawawiy yang bernama Jamalud-Din Al-Mizziy berkata: Hadis ini diriwayatkan

dari jalan yang, mencapai derajat Hasan, demikian kira-kira pertanyaan. Kerana itu, saya melihat hadis ini mempunyai 50 jalan dan saya sudah mengumpulkannya dalam satu juz. Sekian komentar Imam As-Suyuthiy. 48 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0397. Qutaibah dan Muhammad bin Al-Mutsanna menceritakan kepada kami, mereka berkata: "Muhammad bin Ja'far memberitahu kepada kami dari Syu'bah dari Amr bin Murrah dari Ibnu Abi Laila dari Al-Bara' bin Azib bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut diwaktu solat Subuh dan Maghrib. Dalam bab ini terdapat hadis Ali, Anas, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Khufaf bin Aima bin Rahadhah Al Ghifari. Abu Isa berkata: "Hadis Al Bara' adalah hasan sahih." Para ahli ilmu berbeza pendapat tentang doa qunut, di waktu solat Subuh lalu sebahagian ahli ilmu dari para sahabat Rasulullah saw dan lainnya. Boleh membaca doa qunut di waktu solat Subuh dan ini adalah pendapat Asy Syafi'i. Ahmad dan Ishaq berkata: "Tidak boleh membaca doa qunut di waktu solat Subuh kecuali ketika terjadi bahaya menimpa kaum muslimin apabila bahaya terjadi maka imam boleh berdoa bagi tentera kaum muslimin." 49 Hadis Sunan Ibnu Majjah Jilid 4. Hadis Nombor 3466. Mewartakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar dan Rasyid bin Sa'id Ar- Ramliy, mereka berkata: Mewartakan kepada kami AlWalid bin Muslim, mewartakan kepada kami Ibnu Juraij dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang melakukan ilmu pengubatan, sementara ilmu pengubatannya tidak diketahui "secara baik:-- sebelum itu, maka dia adalah yang bertanggungjawab". 50 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0358. Qutaibah menceritakan kepada kami, Al Laits memberitahukan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik berkata: "Rasulullah saw jatuh dari kuda lalu terkoyak kulitnya kemudian beliau solat dengan kami dan duduk lalu kami solat beserta beliau dengan duduk kemudian akan pulang lalu bersabda: "Sesungguhnya imam - atau beliau bersabda -sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti apabila dia takbir maka takbirlah dan apabila di rukuk maka rukuklah dan apabila mengangkat maka angkatlah dan apabila mengucapkan sami' Allahu liman hamidah (semoga Allah mendengar orang yang memujiNya). Maka ucapkanlah: Rabbana wa lakal hamdu (Wahai Tuhan kami, bagiMu-lah segala janji). Dan apabila sujud maka sujudlah dan apabila solat dengan duduk maka solatlah dengan duduk semuanya". Dalam bab ini terdapat hadis dari Aisyah, Abu Hurairah, Jabir, Ibnu Umar dan Muawwiyah. Abu Isa berkata: "Hadis Anas bahawa Rasulullah saw jatuh dari kuda lalu terkoyak kulitnya adalah hadis hasan sahih." Sebahagian para ahli ilmu benarbenar berpegang dengan hadis ini di antara mereka adalah Jabir bin Abdillah, Usaid bin Hudhair, Abu Hurairah dan lain-lainnya dan hadis ini dipakai dasar oleh Nahmad dan Ishaq. Sebahagian ahli ilmu berkata: "Apabila imam solat dengan duduk maka orang yang dibelakangnya tidak boleh solat kecuali dengan berdiri, kalau mereka solat dengan duduk maka tidak sah solat mereka, ia adalah pendapat Sufyan Ats Tsauri, Malik bin Anas, Ibnu Mubarak dan Asy Syafi'i.

51 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 4. Hadis Nombor 2793. aksudnya :Ali bin Nashr bin AIi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abbad Al-Huna'i memberitahukan kepada kami, Ali bin Al-Mubarak memberitahukan kepada kami, dari Ayyub Assakhtiyani, dari Khalid bin Duraik dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW bersabda :"Barang siapa belajar ilmu kerana selain Allah atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka". 52 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0379. Ahmad bin Abdah Adh Dhabi menceritakan kepada kami, Hammah bin Zaid memberitahukan kepada kami, dari Maimun Abi Hamzah dengan sanad ini seperti hadis Abbad bin Maimun dan dia berkata: "Hamba sahaya kami dipanggil Rabah". Abu Isa berkata: "Hadis Ummi Salamah sanadnya tidak kuat dan Maimun Abu Hamzah dianggap lemah para ahli ilmu". Para ahli ilmu berbeza pendapat tentang hukum meniup di waktu solat, sebahagian mereka berkata: "Kalau seseorang meniup di waktu solat, maka dia harus memulai solatnya", dan ini pendapat Sufyan Ats Tsauri dan penduduk Kufah. Dan sebahagian mereka memakruhkan meniup diwaktu solat dan kalau meniup di waktu solat maka tidak rosak solatnya dan ini pendapat Ahmad dan Ishaq. 53 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0088. Hannad menceritakan kepada kami, Syarik menceritakan kepada kami dari Abu Fazarah dari Abi Zaid dari Abdullah bin Mas'ud berkata: "Nabi saw. bertanya kepada ku: "Apakah yang ada di dalam kantong kulitmu?" Lalu saya menjawab: "Nira". Maka beliau bersabda: "Kurma yang baik dan air yang suci". Ia berkata: "Maka beliau berwuduk karenanya." Abu Isa berkata: "Hadis ini hanyalah diriwayatkan dari Abu Zaid dari Abdullah dari Nabi saw. Sedangkan Abu Zaid adalah seorang laki-laki yang tidak dikenal (majbul) menurut ahli hadis, Ia tidak dikenal riwayatnya selain hadis ini. Sebagian ahli ilmu berpendapat boleh wuduk dengan nira, dan di antara mereka adalah sufyan Ats Tsauri dan lainnya. Dan sebahagian ahli ilmu lagi berpendapat bahawa tidak wuduk dengan nira. Itu adalah pendapat Asy Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Ishaq berkata: "Apabila seseorang mengetahui hal ini lalu ia wuduk dengan nira dan ia tayammum maka itu lebih disukai. Abu Isa berkata: "Pendapat orang yang mengatakan 'tidak boleh wuduk dengan nira' adalah lebih mendekati kepada Al Quran, dan lebih sesuai kerana Allah ta'ala berfirman: "Lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayammumlah dengan tanah yang baik(bersih) (Al Maidah : 7) 54 Hadis Sunan At-Termizi Jilid 1. Hadis Nombor 0387. Qutaibah menceritakan kepada kami, Al Laits memberitahukan kepada kami, dari Abdur Rahman Al A'raj dari Abdillah bin Buhainah Al Asadi orang yang ada perjanjian dengan Bani Abdil Muththalib bahawa Rasulullah saw berdiri di waktu solat Zohor padahal seharusnya beliau duduk lalu ketika beliau menyelesaikan solatnya, maka beliau bersujud dua kali sujud sahwi, beliau bertakbir pada setiap sujud dengan duduk sebelum mengucapkan salam dan manusia ikut bersujud dua kali sujud sahwi bersama beliau sebagai pengganti duduk yang beliau lupa. Dalam bab ini

terdapat hadis dari Abdur Rahman bin Auf. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abdul 'Ala dan Abu Dawud memberitahukan kepada kami mereka berkata: "Hisyam memberitahu