ii. tinjauan pustaka 2.1. jagung manis (zea mays l.)
TRANSCRIPT
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jagung Manis (Zea mays L.)
Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk
dalam keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea
mays L. Jagung manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji
tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut. Produk utama
jagung manis adalah buah/tongkolnya, biji jagung manis mempunyai bentuk,
warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya, biji
jagung manis terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm
dan embrio (Koswara, 2009).
Gambar 1. Jagung Manis (Zea mays L.) (Diambil, 17 Juli 2019)
Menurut Koswara (2009), klasifikasi jagung manis adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Diviso : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyldone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
6
Pemanfaatan jagung manis di Indonesia masih sangat terbatas sehingga
perlu ada suatu usaha untuk menambah nilai ekonomis jagung manis. Salah satu
alternatif pemanfaatan jagung manis adalah dengan mengolahnya menjadi produk
yang memiliki nilai ekonomi dan gizi tinggi yaitu menjadi kefir sari jagung manis
manis. Jagung manis merupakan salah satu varian jagung yang telah diolah dalam
berbagai bentuk, seperti jagung manis pipil dalam kaleng, jagung manis pipil beku
dan aneka makanan dari olahan jagung manis. Salah satu cara untuk
mengoptimalkan pemanfaatan jagung manis adalah mengolah jagung manis
menjadi kefir. Jagung manis mempunyai nilai gizi yang berbeda tergantung dari
varietasnya dan ukuran, struktur serta komposisi dar butir-butir jagung manis
tersebut. Departemen Kesehatan RI (2009), menyebutkan jagung manis
mempunyai kandungan gizi per 100 gram bahan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Jagung Manis per 100 gram Bahan
Zat Gizi Kandungan
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Ferrum
Vitamin A
Vitamin B1
Air
355 kalori
9,2 gram
3,9 gram
73,7 gram
10 mg
256 mg
2,4 mg
510 SI
0,38 mg
12 gram
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009
Dalam 100 gram jagung manis mengandung karbohidrat sebesar 73,7
gram, protein 9,2 gram, dengan sukrosa 11% yang membuatnya berpotensi
digunakan sebagai bahan baku minuman fermentasi. Jagung manis digunakan
7
sebagai sumber karbohidrat sedangkan sumber laktosa dapat diperoleh dengan
penambahan susu skim (Supavititpatana dkk,, 2007).
2.2. Kefir
Kefir merupakan hasil fermentasi susu kambing atau sapi menggunakan
starter butiran kefir (kefir grain). Kefir grain yang ditambahkan mengandung
sejumlah mikroflora berbeda-beda termasuk yeast disamping bakteri asam laktat
(Wahyudi dan Sri, 2008). Kefir dibuat melalui proses fermentasi dengan
menggunakan starter granula kefir (Safitri dan Swarastuti, 2011). Kefir tergolong
dalam kelompok pangan fungsional simbiotik (Suhartanti dan Iqbal, 2014). Istilah
pangan fungsional yaitu pangan yang memiliki khasiat lebih dari nutrisi yang
dikandungnya. Sementara itu, simbiotik adalah perpaduan antara probiotik atau
mikroflora yang bermanfaat dan prebiotik yang merupakan bahan yang
menyediakan nutrisi bagi mikroflora tersebut. Kefir mengandung alkohol
sebanyak 0,5 – 1,0% dan asam laktat 0,9 – 1,11%. Kefir juga mengandung CO2,
diasetil, asetaldehid dan hidrogen peroksida serta bakteriosin yaitu senyawa
protein yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri sejenis (Surono
dan Akzos, 2004). Komposisi kimiawi kefir tergantung pada susu yang digunakan
sebagai bahan bakunya, yaitu protein 3,91%, laktosa 2,88%, lemak 2,57% dan
etanol 0,94% serta kefir memiliki pH 3,77 – 4,19 dengan derajat keasaman 1%
(Sawitri, 2012).
Kefir diyakini sebagai minuman yang berkhasiat multiguna, BAL dalam
kefir berfungsi sebagai probiotik yang bermanfaat menjaga
keseimbanganmikroorganisme saluran pencernaan, menurunkan produksi racun
seperti, fenol, ammonia dan nitrosamin.6 Sebagai minuman fungsional, kefir
diduga bisamenurunkan kolesterol, menurunkan risiko timbulnya kanker dan
8
penyakitjantung koroner. Kandungan protein kefir lebih mudah dicerna dan
mengandungasam amino tryptophan yang memiliki efek menenangkan saraf
(relaksasi). Efek penenang kefir pada sistem saraf bermanfaat mengatasi masalah
insomnia, stress, depresi dan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).
Berikut komposisi kimia kefir menurut Health Secret of Kefir (2008),
Tabel 2. Komposisi Kimia Kefir
Komponen Kadar
CO2
Protein
Lemak
Laktosa
Etanol
Asam Laktat
0,65-1,33 g/l
3,16-3,18%
3,07-3,17%
1,8-3,8%
0,5-1,5%
0,7-1,0%
Sumber: Pangkalan Ide, Health Secret of Kefir, 2008
2.3. Proses Fermentasi Kefir
Menurut Hidayat et al (2006), fermentasi adalah suatu proses metabolism
untuk merombak senyawa organik kompleks menjadi lebih sederhana. Menurut
Bahar (2008), saat proses fermentasi kefir berlangsung, bakteri asam laktat akan
menguraikan laktosa menjadi asam laktat. Asam laktat menyebabkan penurunan
pH sehingga kefir bercita rasa asam. Disamping penguraian laktosa, terjadi juga
penguraian protein susu menjadi komponen yang lebih kecil yaitu asam amino.
Asam amino juga berkontribusi menurunkan pH. Dengan demikian, semakin lama
proses fermentasi semakin asam cita rasa kefir.
Selama proses fermentasi kefir, bakteri asam laktat berperan menghasilkan
asam laktat. Khamir menghasilkan karbon dioksida dan sedikit alkohol.
Kombinasi karbon dioksida dan sedikit alkohol menciptakan rasa alkohol dan
soda sehingga memunculkan karakter mendesis pada saat kefir dirasakan dalam
rongga mulut (Usmiati, 2007).
9
Fermentasi yang telah diinokulasikan dengan biji kefir berlangsung kira-
kira 24 jam. Selama waktu berlangsungnya fermentasi, bakteri asam laktat
homofermentatif tumbuh dengan cepat ditandai dengan turunnya pH. Rendahnya
pH membantu pertumbuhan Lactobacilli, akan tetapi menyebabkan pertumbuhan
bakteri Streptococcus yang menghasilkan aroma. Dengan kata lain pertumbuhan
bakteri asam laktat disokong oleh khamir dan bakteri asam asetat (Muchtadi,
1989).
Proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Fakotr-faktor yang
mempengaruhi fermentasi adalah:
1. Substrat (Medium)
Substrat/medium fermentasi menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh
mikroba untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan
biosintesa produk-produk metabolism. Bermacam-macam substrat dapat dipakai
untuk melangsungkan fermentasi yaitu serealia, pati, laktosa, glukosa dan sukrosa
sebagai sumber karbon, sedangkan asam amino, protein, nitrat, garam ammonium,
tepung kedelai dan sisa fermentasi sebagai sumber nitrogen. Selain untuk
memenuhi pertumbuhan sel dan pembentukan produk fermentasi, medium yang
digunakan akan berpengaruh terhaap pH (Rahman, 1989).
2. Suhu
Suhu fermentasi menentukan jenis mikroba yang dominan selama
fermentasi. Contohnya Lactobacillus bulgaricus yang termasuk dalam kelompok
Bakteri Asam Laktat, pada umumnya suhu pertumbuhan optimum 40°C - 45°C,
sedangkan khamir mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 20°C - 30°C
mempuyai pertumbuhan optimum fermentasi pada pembuatan sayur asin sangat
sensitif terhadap perubahan suhu. Jika konsentrasi asalm yang diinginkan telah
10
tercapai, maka suhu dapat dinaikkan untuk menghentikan fermentasi (Rahman,
1989).
3. Asam
Makanan yang mengandung asam pada umumnya dapat bertahan lama.
Beberapa hasil fermentasi terutama asam dapat mencegah pertumbuhan mikroba
yang beracun di dalam makanan misalnya Colistridium botulinum yang pada pH
dibawah 4,6 tidak dapat tumbuh dan membentuk toksin. Tetapi jika oksigen
cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus,
maka daya awet asam tersebut akan hilang. Pada keadaan ini mikroba proteoilitik
dan lipolitik dapat berkembang biak (Rahman, 1989).
Salah satu contohnya pada proses fermentasi susu. Susu segar pada
umumnya akan terkontaminasi dengan beberapa macam mikroba dan yang
dominan yaitu Streptococcus lactcs, sehingga dapat menghasilkan asam laktat.
Tetapi pertumbuhan selanjutnya bakteri ini akan terhambat oleh keasaman yang
dihasilkannya sendiri. Oleh karena itu, bakteri tersebut akan menjadi inaktif
sehingga kemudian akan tumbuh bakteri jenis Lactobacillus yang lebih toleran
terhadap asam daripada Streptococcus. Lactobacillus akan menghasilkan asam
lebih banyak sampai jumlah tertentu yang dapat menghambat pertumbuhannya,
karena pada keasaman yang tinggi Lactobacillus akan mati, kemudian tumbuh
khamir yang lebih toleran terhadap asam (Uun, 2008).
4. Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi diatur untuk memperbanyak atau
menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba memerlukan oksigen
yang jumlahnya berbeda pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru, dan untuk
fermentasi. Misalnya ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) akan tumbuh lebih baik
11
pada keadaan aerobik, tetapi akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih
cepat pada keadaan anaerobik. Candida kefir merupakan salah satu khamir yang
melakukan fermentasi secara anaerob, sedangkan Lactobacillus bulgaricus
merupakan bakteri yang bersifat fakultatif anaerob (Winarno et al, 1980).
5. Mikroba
Proses fermentasi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan kultur
murni. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya
kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak
digunakan kultur murni untuk fermentasi, tetapi menggunakan starter (Winarno et
al, 1980). Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi kefir antara lain
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan khamir Candida kefir.
Mekanisme fermentasi pada kefir, yaitu mikroorganisme dalam biji kefir
akan menghidrolisa laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dengna bantuan enzim
laktosa. Unit-unit monosakarida ini akan mengalami proses glikolisis menjadi
piruvat. Piruvat kemudian direduksi oleh bakteri asam laktat dengan enzim
Lactose dehidroginase menjadi asam laktat, sedangkan khamir akan mereduksi
asam piruvat menjadi alkohol (Ferdiaz, 1997). Mekanisme perubahan laktosa
menjadi asam laktat selama fermentasi dapa dilihat pada reaksi berikut (Winarno
et al, 1980),
C12H12O11 + H2O C12H12O6 + C12H12O6
2C6H12O6 4CH3COCOOH
Laktase
Laktosa Air Glukosa Glukosa
Glikolisis
Glukosa Asam Piruvat
12
4CH3COCOOH 4CH3CHOCOOH + ATP
Sedangkan mekanisme perubahan glukosa menajdi alkohol dan CO2 oleh
khamir pada fermentasi kefir dapat dilihat pada reaksi berikut (Scott, 1996)
C6H12O6 (aq) 2C2H5OH(aq) + 2CO2
Glukosa Alkohol dan Karbondioksida
2.4. Kefir grains
Kefir grains atau yang disebut dengan bibit kefir merupakan starter yang
digunakan dalam proses fermentasi susu menjadi kefir. Kefir grains memiliki
bentuk granula yang tidak beraturan dan berukuran 2 – 3 cm atau seperti biji
gandum dan berwarna keputih-putihan atau kekuningan (Wood, 1998). Struktur
kefir grains yaitu berlipat-lipat pada bagian permukaannya, dan merupakan hasil
penebalan berbagai mikroorganisme (Sawitri, 2011).
Kefir grains terdiri dari BAL dan khamir yang meliputi Lactobacillus
lactic dan Lactobacillus kefirgranum yang keduanya berperan dalam
pembentukan asam laktat, Lactobacillus kefiranofaciens yang merupakan bakteri
penyebab penggumpalan atau koagulasi, Leuconostoc merupakan pembentuk
diasetil, dan Candida berperan dalam pembentukan etanol dan CO2 (Susilorini
dan Sawitri, 2005). Di dalam Standar Codex No. 243 (Codex, 2003) dinyatakan
bahwa kefir grains mengandung Lactobacillus kefiri, spesies dari genus
Leuconostoc, Lactococcus dan Acetobacter yang tumbuh dengan hubungan yang
Asam Laktat Asam Piruvat
Enzim Lactate dehidrogenase
Khamir
13
kuat dan spesifik, selain mengandung bakteri tersebut, kefir grains juga
mengandung khamir yang berperan memfermentasi laktosa yaitu Kluyveromyces
marxianus maupun khamir yang tidak dapat memfermentasi laktosa seperti
Saccharomyces unisporus, Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces
exiguus. Koloni bakteri yang terdapat di dalam kefir grains dapat memproduksi
beberapa vitamin yang sangat diperlukan tubuh, seperti asam folat, asam
pantotenat, asam nikotinat, biotin, vitamin B6 dan B12, serta memiliki
kemampuan dalam menurunkan kadar lemak dalam produk susu fermentasi
(Edwin, 2012).
2.5. Bentuk dan Ukuran Sel Bakteri
Bentuk dan ukuran sel bakteri bervariasi, ukurannya berkisar 0,4 – 2,0µm.
Bentuk sel bakteri dapat terlihat di bawah mikroskop cahaya, dapat berbentuk
kokus (bulat), basil (batang), dan spiral. Bentuk sel kokus terdapat sebagai sel
bulat tunggal, berpasangan (diplokokkus), berantai (streptokokkus), atau
tergantung bidang pembelahan, dalam empat atau dalam kelompok seperti buah
anggur (stafilokokkus). Bentuk sel serupa batang biasanya bervariasi, memiliki
panjang mulai dari batang pendek sampai batang panjang yang melebihi beberapa
kali diameternya. Ujung sel bakteri serupa batang dapat berupa lingkaran halus,
seperti pada bakteri enterik Salmonella typhosa, atau berbentuk kotak seperti pada
Bacillus anthracis. Bentuk batang serupa benang panjang yang tidak dapat
dipisahkan menjadi sel tunggal diketahui sebagai filamen. Bentuk batang
fusiform, meruncing pada kedua ujungnya ditemukan pada bebebrapa bakteri
rongga mulut dan lambung. Bakteri batang melengkung bervariasi mulai dari
yang kecil, bentuk koma, atau sedikit uliran dengan suatu lengkungan tunggal,
14
seperti Vibrio cholerae, sampai bentuk spiroket panjang, seperti Borrelia,
Treponema dan Leptospira, yang memiliki banyak uliran.
Gambar 2. Bentuk umum sel dan rangkaian sel bakteri (Sumber: Milton R.J.
Salton dan Kwang-Shin Kim, 2001)
Beberapa bakteri memiliki bentuk yang berbeda dari bentuk umumnya
bakteri seperti di atas, tetapi lebih mirip dengan struktur hifa dari jamur (fungi).
Struktrur bakteri dalam kelompok ini dimasukan dalam kelompok aktinomiset
yang tubuhnya serupa hifa atau filamen dan menghasilkan spora. Bakteri
kelompok aktinomiset terkenal karena dapat menghasilkan senyawa antimikroba
berupa antibiotika, seperti: Streptomyces menghasilkan antibiotik streptomisin.
2.6. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat adalah bakteri yang bermanfaat untuk peningkatan
kualitas dan keamanan bahan pangan melalui penghambatan secara alami
terhadap mikroorganisme yang bersifat patogen. Bakteri asam laktat sebab ia
menghasilkan beberapa komponen antimikrobia yaitu asam organik,
karbondioksida, hidrogen peroksida, diasetil, reuterin, dan bakteriosin (Amezquita
dan Brashears, 2002). Menurut Jenie dkk., (2002) sebagian dari senyawa-senyawa
tersebut memperlihatkan aktivitas antimikrobia terhadap banyak mikroorganisme
perusak dan patogen makanan seperti Bacillus cereus, Clostridiumbotulinum,
15
Clostridium perfringens, Pseudomonas, Alcaligenes, dan lain-lain. Asam organik
yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat adalah asam laktat dan asam asetat.
Asam laktat merupakan metabolit utama bakteri asam laktat. Efek penghambatan
terjadi karena molekul asam organik masuk ke dalam membran sel dan
menurunkan pH sitoplasma (Mishra dan Lambert, 1996).
Salah satu BAL adalah Lactobacillus, menurut Sheeladevi dan
Ramanathan (2011) Lactobacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang, non-
motile, Gram-positif, dan bersifat negatif pada uji katalase dan oksidase.
Lactobacillus banyak terdapat dalam makanan fermentasi, susu, keju dan
beberapa Lactobacillus ternyata ditemukan di beberapa buah-buahan.
Lactobacillus sering disebut juga kelompok bakteri asam laktat. Hal ini
disebabkan kemampuannya dalam mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi
asam laktat.
2.7. Khamir
Khamir merupakan mikrorganisme kemoor-ganotrop karena menggunakan
senyawa organik sebagai sumber energi dan tidak memerlukan sinar untuk
pertumbuhannya. Khamir besifat kemoorganotrop karena khamir menggunakan
senyawa organik sebagai sumber energi. Nutrisi karbon didapatkan dari gula
heksosa seperti glukosa dan fruktosa, atau disakarida seperti sukrosa dan maltosa.
Khamir juga menyebar luas di alam serta sangat sering ditemukan pada produk
pangan dengan kadar gula tinggi. Menurut Frazier dan Westhoff (2003), ada enam
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas khamir diantaranya:
kelembaban, konsentrasi oksigen, suhu, nutrien, pH, dan ada tidaknya senyawa
penghambat. Khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5, namun
kebanyakan khamir lebih cocok tumbuh pada kondisi asam, yaitu pada pH 4-4.5.
16
Suhu lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30°C dan
suhu maksimum 35-47°C. Khamir tumbuh baik pada kondisi aerobik, tetapi
khamir fermentatif dapat tumbuh secara anaerobik meskipun lambat. Khamir
hanya sedikit resisten terhadap pemanasan, dimana kebanyakan khamir dapat
terbunuh pada suhu 60°C (Barnett dan Pankhurst, 2000).
Beberapa khamir yang telah diketahui mampu memfermentasi glukosa dan
menghasilkan etanol serta karbon dioksida adalah Kluyveromyces,
Saccharomyces, dan Zygosaccharomyces (Yarrow, 1998). Dalam proses
fermentasi yang melibatkan beberapa mikroba, khamir memiliki peran secara
tidak langsung menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba
lain seperti asam amino dan vitamin, mengkondisikan pH, memproduksi etanol,
dan CO2 yang dihasilkan dalam proses metabolisme. Kemampuan khamir
memetabolisme asam piruvat menjadi alkohol sangat penting dalam proses
fermentasi kefir. Alkohol yang terbentuk selama proses fermentasi adalah salah
satu ciri khas kefir yang membedakan kefir dengan yoghurt. (Julianto ddk., 2016).
2.8. Fermentasi Kefir
Fermentasi bahan pangan merupakan salah satu proses pengolahan bahan
pangan yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme selama pengolahannya
(Widodo, 2002). Kefir adalah produk susu yang diolah melalui proses fermentasi
menggunakan starter biji kefir (kefir grains/kefir granul) yang merupakan butiran
putih atau cream dari kumpulan beberapa jenis bakteri dan khamir. Bakteri dalam
proses fermentasi berperan dalam menghasilkan asam laktat, sedangkan khamir
berperan dalam menghasilkan gas asam arang atau karbon dioksida dan sedikit
alkohol (Usmiati, 2007). Selama proses fermentasi, koloni bakteri yang terdapat
di dalam kefir grains akan memproduksi beberapa vitamin yang penting bagi
17
kesehatan seperti asam pantotenat, asam nikotinat, asam folat, biotin, vitamin B6
dan vitamin B12, serta mampu menurunkan kadar lemak di dalam produk
fermentasi (Edwin, 2012). Bakteri asam laktat (BAL) yang dalam kefir akan
menguraikan laktosa susu menjadi senyawa yang sederhana seperti asam laktat
dan meningkatkan tingkat keasaman pada kefir (Safitri dan Swarastuti, 2011).
2.9. Susu Skim
Susu skim adalah susu yang kadar lemaknya telah dikurangi hingga berada
dibawah batas minimal yang telah ditetapkan. Susu skim merupakan bagian susu
yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim
mengandung zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin – vitamin yang
larut dalam lemak. Berikut adalah komposisi yang terkandung dalam susu skim
pada Tabel 2.
Tabel 3. Komposisi Kimia Susu Skim
Komponen Jumlah
Protein (%)
Lemak (%)
Laktosa (%)
Abu (%)
Air (%)
3,7
0,1
5,0
0,8
90,4
Sumber: (Muchtadi, 2009)
Susu skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan kalori rendah
dalam makanannya, karena susu skim hanya mengandung 55% dari seluruh energi
susu dan susu juga digunakan dalam pembuatan keju dan yoghurt dengan kadar
lemak rendah (Buckle, et al., 1987).
Susu skim mengandung laktosa 5%, protein susu 3,5% dan mineral antara
lain potasium, kalsium, fosfor, klorida dan sodium (Adnan, 1984). Penambahan
susu skim berfungsi sebagai sumber laktosa dan nutrisi bagi bakteri asam laktat.
18
Disamping itu penambahan susu skim juga berperan dalam meningkatkan
kekentalan dan keasaman (Mulyani, 2010).
Proses fermentasi minuman probiotik BAL akan menggunakan sumber
nutrisi untuk pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan susu skim sebagai
sumber nutrisi pertumbuhan BAL. Protein pada susu skim akan di manfaatkan
oleh BAL untuk menyusun sel baru. Protein merupakan sumber organik protein
yang akan digunakan dalam proses fermentasi. Mikroorganisme akan mampu
tumbuh dengan cepat dengan adanya organik nitrogen (Riadi, 2007). Selain itu,
BAL akan memanfaatkan gula (laktosa) pada susu skim sebagai sumber energi
dalam kelangsungan hidupnya. Gula ini akan dihidrolisis selama proses
fermentasi manjadi asam laktat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan
konsentrasi susu skim yang mampu menghasilkan minuman probiotik susu jagung
dengan kualitas terbaik. Menurut Selamat (1992), penambahan susu skim kira-
kira sebanyak 10% akan membentuk gumpalan atau curd yang baik, karena jika
ditambahkan sekitar 5-7% susu fermentasi yang dihasilkan akan encer dan
menurut Setyaningsih (1992), penambahan susu skim 10% paling disukai oleh
panelis memiliki nilai organoleptik paling tinggi. Selain itu Yulianis (2004)
menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa kombinasi penambahan susu skim
yang terlalu tinggi yaitu sekitar 20% akan menghasilkan bentuk curd yang padat
dan pecah. Hal ini diasumsikan karena penggumpalan yang terjadi terlalu banyak
sehingga aroma asam yang dihasilkan juga berlebihan (over fermented).