atapusfatja.lapan.go.id/upload/profil/lakin_pusfatja_2019.pdfi k ata p engantar assalamu’alaikum...

167

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ProFas
Rectangle

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sejahtera bagi kita semua

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmat-Nya, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

(Pusfatja) LAPAN dapat menyelesaikan Laporan

Kinerja (LAKIN) Tahun Anggaran 2019. Laporan ini

merupakan wujud transparansi, akuntabilitas, dan

pertanggungjawaban Pusfatja dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya berdasarkan penetapan kinerja pada tahun anggaran 2019.

Laporan ini memaparkan data dan analisis secara komprehensif terhadap hasil kinerja

yang telah dicapai Pusfatja pada Tahun Anggaran 2019 atau tahun terakhir dari Rencana

Strategis (Renstra) Pusfatja Tahun 2015-2019. Laporan disusun secara sistematis berdasarkan

capaian sasaran dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan melalui program dan

kegiatan yang dijabarkan dalam DIPA Pusfatja tahun 2019 untuk menghasilkan akuntabilitas

kinerja. Penyajian laporan ini disusun secara berurutan mulai dari uraian tugas dan fungsi

serta organisasi Pusfatja, kemudian perencanaan kinerja yang meliputi rencana strategis

tahun 2015-2019 dan penetapan kinerja tahun 2019, serta akuntabilitas kinerja tahun 2019

meliputi capaian kinerja Pusfatja beserta analisisnya dan realisasi anggaran yang digunakan

untuk mewujudkan kinerja Pusfatja tahun 2019. Sebagai penutup laporan, dipaparkan

simpulan umum atas capaian kinerja Pusfatja. Pada laporan ini juga dilampirkan data-data

pendukung berupa Rencana Strategis Pusfatja 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Tahun 2019, Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019, untuk memperkuat informasi yang dijelaskan

dalam laporan. LAKIN Pusfatja tahun 2019 ini diharapkan dapat memberikan gambaran

ii

kinerja Pusfatja yang terkait dengan PK 2019 atau capaian tahun 2019 berdasarkan Renstra

PUSFATJA tahun 2015-2019 dan Keputusan Kepala No 251 Tahun 2015 tentang Indikator

Kinerja Utama Satuan Kerja di Lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh. Selain itu, LAKIN

tahun 2019 dapat dijadikan acuan yang berkesinambungan dalam perencanaan serta

pelaksanaan program dan kegiatan yang lebih terarah dan bermanfaat pada perencanaan

kerja periode 2015-2019 sekaligus sebagai modal dasar untuk menambah semangat dan

motivasi untuk berbuat lebih baik dan lebih baik terus menerus. Akhir kata, kepada pihak yang

telah terlibat dalam proses pembuatan LAKIN ini, baik dalam kontribusi data, penulisan

laporan maupun analisisnya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Januari 2020

Dr. M. Rokhis Khomarudin, M.Si

NIP. 19740722 199903 1 006

iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagaimana tercantum dalam pedoman implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) di lingkungan LAPAN, dasar kerja Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

(Pusfatja) mengacu pada hasil Pengukuran Kinerja, Laporan Kinerja, dan Evaluasi Kinerja tahun

2019, Rencana Strategis PUSFATJA 2015-2019, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2019, dan

Penetapan Kinerja (PK) tahun 2019. Penetapan Kinerja yang dituangkan dalam perjanjian

kinerja antara Kepala Pusfatja dan Deputi Bidang Penginderaan Jauh digunakan sebagai

pedoman pencapaian target Pusfatja 2019. Penetapan kinerja tidak hanya dilakukan antara

Kepala Pusat dengan Deputi, namun juga antara Kepala Pusat dengan Kepala Bidang dan

Kepala Bagian, serta antara Kepala Bidang dan Kepala Bagian dengan anggotanya dalam

bentuk Perjanjian Kinerja Individu yang menyantumkan Indikator Kinerja Individu sebagai

target kinerja dan dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Sasaran

Kerja Pegawai (SKP).

Laporan Kinerja Pusfatja berisi pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam

Rencana Strategis Pusfatja 2015-2019. Secara umum pelaksanaan pencapaian sasaran

strategis tesebut di atas berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dengan

melaksanakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Pusfatja yang tertuang dalam Keputusan Kepala

No 251 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Satuan Kerja di Lingkungan Deputi Bidang

Penginderaan Jauh. Hasil pelaksanaan program penelitian dan pengembangan pemanfaatan

penginderaan jauh telah dihasilkan dan dimanfaatkan oleh beberapa instansi pemerintah dan

swasta, antara lain:

iv

a. Dihasilkannya 19 model, 1 prototipe dan 7 pedoman pemanfaatan penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasI

bencana dan perubahan iklim (tercapai 128%)

b. Dihasilkannya 22 makalah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh (tercapai 104%)

c. Dihasilkannya 11 makalah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh (tercapai 220%)

d. Dihasilkannya 2 judul HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh

(tercapai 200%)

e. Tercapainya pelayanan terhadap 184 instansi pengguna yang memanfaatkan layanan

informasi penginderaan jauh (tercapai 193%)

f. Pelayanan hasil litbangyasa iptek penerbangan dan antariksa yang memuaskan dengan

nilai Indek Kepuasan Masyarakat 84,77 (tercapai 103%)

Walaupun ada penyesuaian anggaran, rata-rata capaian kinerja Pusfatja tahun 2019 adalah

158%, dengan kata lain bahwa pada tahun 2019, Pusfatja telah berhasil mencapai bahkan

melampaui target dari tiap-tiap sasaran strategis yang telah ditetapkan pada PK 2019. Capaian

kinerja yang belum optimal akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program dan

kegiatan tahun berikutnya, yang disusun dalam rencana aksi kinerja Pusfatja.

Jakarta, Januari 2020

Dr. M. Rokhis Khomarudin, M.Si

NIP. 19740722 199903 1 006

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................i

IKHTISAR EKSEKUTIF ....................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2. Aspek Strategis Lembaga .....................................................................................................3

1.3. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Fasilitas ..........................................................................7

1.4. Gedung dan Bangunan ...................................................................................................... 10

1.5. Peralatan Pengolahan Data ............................................................................................... 14

1.6. Sistematika Penyajian Laporan .......................................................................................... 21

BAB II RENCANA STRATEGIS 2015-2019 ............................................................................................ 23

2.1. Rencana Strategis 2015-2019 ............................................................................................ 23

2.1.1. Visi ................................................................................................................................ 23

2.1.2. Misi ............................................................................................................................... 23

2.1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 23

2.1.4. Sasaran Strategis ........................................................................................................... 24

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2019 ................................................................................ 28

vi

2.3. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019 .................................................................................... 29

2.4. Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja ............................................................................. 35

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2019 ............................................................................................... 37

3.1. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2019 ................................................................................. 37

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh yang maju. ...................................................................................................... 40

3.2. Capaian Triwulan ............................................................................................................ 109

3.3. Pengukuran Pencapaian Sasaran dan IKU Pusfatja Tahun 2019........................................ 122

3.4. Capaian di luar IKU .......................................................................................................... 125

3.5. Akuntabilitas Keuangan ................................................................................................... 130

3.6. Valuasi Ekonomi .............................................................................................................. 131

BAB IV INISIATIF PENINGKATAN KINERJA 2019 ............................................................................... 129

4.1. Tindak Lanjut Atas Evaluasi SAKIP .................................................................................... 129

4.2. Program Peningkatan Integritas ...................................................................................... 130

4.3. Penguatan Program Reformasi Birokrasi ......................................................................... 130

BAB V PENUTUP ............................................................................................................................. 133

vii

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Foto bersama pimpinan dan seluruh staf Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh ...........2

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh ............................................5

Gambar 1.3. Komposisi SDM PNS Pusfatja berdasarkan Usia ..............................................................8

Gambar 1.4. Komposisi SDM PNS Pusfatja berdasarkan jabatan fungsional ........................................9

Gambar 1.5. SDM PUSFATJA berdasarkan pendidikan ........................................................................9

Gambar 1.6. SDM Pegawai Tidak Tetap di PUSFATJA ........................................................................ 10

Gambar 1.7. Kantor PUSFATJA terbaru, berlokasi di Jl. Kalisari No 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta

Timur 13710 ..................................................................................................................................... 12

Gambar 1.8. Renovasi pada ruang auditorium gedung D .................................................................. 13

Gambar 1.9. Pengembangan area parkir kendaraan mobil dan sepeda motor .................................. 13

Gambar 1.10. Renovasi ruang produksi lantai 2 gedung C................................................................. 13

Gambar 1.11. Renovasi ruang server gedung C ................................................................................. 14

Gambar 1.12. Penambahan nilai gedung berupa jockey pump sebagai sistem pemadam kebakaran 14

Gambar 1.13 Jaringan existing di Pusfatja 2018 ................................................................................ 16

Gambar 1.14. Mesin storage ............................................................................................................ 17

Gambar 1.15. Server Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) HPE Proliant DL380 Gen10 (Xeon

Gold 6130, 256GB Dual Rank, 80TB SAS) ........................................................................................... 17

Gambar 1.16. Mesin HPE StoreEasy 1660 SAS Storage ...................................................................... 17

Gambar 1.17. Mesin HP Proliant DL380 Gen10 (Xeon Gold 6148, 256GB Dual Rank, 48TB) ............... 18

Gambar 1.18. Pengembangan perangkat software SPBN – upgrade software Arcgis dan Erdas

Imagine Profesional 2018 ................................................................................................................. 18

Gambar 1.19. Pengembangan Perangkat Software SPBN - Server MIKE ............................................ 18

Gambar 1.20. Laptop Dell Rugged Latitude....................................................................................... 19

Gambar 1.21. Visualisasi beberapa contoh peralatan Pendukung Survei Litbang dan tempat

penyimpanan di Pusfatja .................................................................................................................. 19

viii

Gambar 1.22. Visualisasi beberapa contoh peralatan Spektral .......................................................... 20

Gambar 1.24.Salah satu kegiatan video conference antara Pusfatja LAPAN dengan Stakeholder ...... 21

Gambar 2.1 Peta Strategi Balance Score Card (BSC) Level 2 PUSFATJA .............................................. 25

Gambar 2.2. SOP mekanisme pengumpulan data kinerja .................................................................. 36

Gambar 3.1 Variasi temporal nilai radar backscatter coefficient (σ0) C- band pada polarisasi (a) VH

dan (b) VV (Lestari and Kushardono, 2018) ....................................................................................... 42

Gambar 3.2 Kedalaman relatif menggunakan rasio band biru dan hijau............................................ 44

Gambar 3.3 Grafik hubungan kedalaman pengukuran dengan kedalaman estimasi seluruh data (kiri)

dan hingga kedalaman 15 m (kanan) ................................................................................................ 45

Gambar 3.4. Estimasi kedalaman di Nusa Lembongan ...................................................................... 46

Gambar 3.5 Informasi Lokasi Kesesuaian Kerapu .............................................................................. 47

Gambar 3.6 Lokasi Kesesuaian Rumput Laut Provinsi Kalimantan Utara ........................................... 47

Gambar 3.7. Model MPT untuk kawasan pesisir Bali ......................................................................... 48

Gambar 3.8 Model MPT untuk kawasan muara / DAS Bali ................................................................ 49

Gambar 3.9. Citra nilai NDVI Kawasan Mangrove Bali Barat .............................................................. 50

Gambar 3.10. Citra nilai GNDVI Kawasan Mangrove Bali Barat ......................................................... 50

Gambar 3.11. Citra nilai OSAVI Kawasan Mangrove Bali Barat .......................................................... 50

Gambar 3.12. Hasil Ekstraksi Model Maximum Likelihood di Pulau Nusa Lembongan ....................... 52

Gambar 3.13. Hasil Ekstraksi Objek Base Model Decision Tree di Pulau Nusa Lembongan ................ 52

Gambar 3.14. Penggunaan Lahan DAS Brantas Tahun 2002, 2014, dan 2019 .................................... 53

Gambar 3.15. Gambar perubahan lahan ........................................................................................... 54

Gambar 3.16. Tinggi Vegetasi Tahun 2000 ........................................................................................ 55

Gambar 3.17. Informasi spasial aktivitas eksploitasi dan reklamasi tahun 2017 - 2018...................... 56

Gambar 3.18. Hasil Klasifikasi dengan Metode OBIA ......................................................................... 57

Gambar 3.19. Informasi Sebaran Umur Kelapa Sawit di Sulawesi Barat Tahun 2019 ......................... 58

Gambar 3.20. Citra NTI hasil otomatisasi .......................................................................................... 59

Gambar 3.21. Informasi suhu puncak Gunung Agung: Bali ................................................................ 60

Gambar 3.21. Komposit RGB citra GCOM-C ...................................................................................... 61

Gambar 3.22. Hasil deteksi tumpahan minyak di perairan Batam dan Bintan 12 Maret, 22 Maret, dan

6 April 2019 ...................................................................................................................................... 62

Gambar 3.23. Informasi rata-rata bulanan klorofil-a tahun 2004 - 2018............................................ 63

Gambar 3.24. Informasi ZPPI Pesisir di Perairan Nias (a) Bulan September 2018 (b) Bulan September

2019 ................................................................................................................................................. 65

ix

Gambar 3.25. (a) Tampilan basemap Google Terrain pada aplikasi GeoNode. (b) Contoh tampilan

Map pada sistem GeoNode SPBN Pusfatja LAPAN ............................................................................ 65

Gambar 3.26. Tampilan Map pada Argis Server mengenai Fire Danger Rating System ...................... 66

Gambar 3.27 Grafik tujuan pelayanan Pusfatja terhadap instansi pengguna ................................... 107

Gambar 3.28 Grafik sektor kegiatan pengguna layanan Pusfatja tahun 2019 .................................. 107

Gambar 3.29 Grafik kategori instansi pengguna layanan Pusfatja tahun 2019 ................................ 108

Gambar 3.29 Pencapaian IKU dari Tahun 2015 – 2019 .................................................................... 125

Gambar 3.30 Hasil Pusat Unggulan Iptek (PUI) ............................................................................... 126

Gambar 3.31 Sertifikat ISO ............................................................................................................. 127

Gambar 3.32 Sertifikat Penghargaan Mapin ................................................................................... 127

Gambar 3.34 Tampilan Aplikasi SIPANDORA ................................................................................... 128

Gambar 3.35 Sertifikasi Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan ..................................... 129

Gambar 3.36 UN-SPIDER Regional Support Office in Indonesia ....................................................... 129

Gambar 4.1 Tampilan Sistem Informasi Check-in Check-out Pegawai ............................................. 130

Gambar 4.2 Tampilan Aplikasi Display Kepegawaian dan Keuangan................................................ 131

Gambar 4.3 Tampilan Sistem Informasi Elektronik Fasilitas ............................................................ 132

Gambar 4.4 Tampilan Sistem Informasi Naskah Dinas .................................................................... 132

x

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja, dan Target Tahun 2019 .................................. 24

Tabel 2.2. Sasaran Strategis, IKU dan Target PUSFATJA 2015-2019 ...................................... 25

Tabel 2.3 Rencana Kinerja Tahunan 2019 ............................................................................ 28

Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja PUSFATJA Tahun 2018 ............................................................. 30

Tabel 3.1 Capaian Tahun 2019 Berdasarkan Perjanjian Kinerja 2019 ................................... 38

Tabel 3.2 Capaian Sasaran Strategis 1 dan Target IKU 1 PUFATJA Tahun 2019 ..................... 41

Tabel 3.3 Perbandingan Capaian IKU 1 dengan Tahun Sebelumnya ..................................... 41

Tabel 3.4 Rata-rata akurasi model klasifikasi berbasis data sampel ..................................... 43

Tabel 3.5 Analisis ketelitian berdasarkan Standar IHO S44 .................................................. 45

Tabel 3.7 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 2 PUFATJA Tahun 2019 ..................... 67

Tabel 3.8 Perbandingan Capaian IKU 2 dengan Tahun Sebelumnya ..................................... 67

Tabel 3. 9 Daftar makalah publikasi nasional yang diterbitkan tahun 2019 .......................... 68

Tabel 3.10 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 3 PUFATJA Tahun 2019 ................... 79

Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IKU 3 dengan Tahun Sebelumnya ................................... 79

Tabel 3. 12 Daftar makalah publikasi Internasional yang diterbitkan tahun 2019 ................ 80

Tabel 3.13 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 4 PUFATJA Tahun 2019 ................... 85

Tabel 3.14 Perbandingan capaian IKU 4 Pusfatja dengan tahun sebelumnya ....................... 85

Tabel 3.15 Daftar HKI yang disulkan Pusfatja Tahun 2019 ................................................... 86

Tabel 3.16 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 5 PUFATJA Tahun 2019 ................... 86

Tabel 3.17 Perbandingan Capaian IKU 5 dengan Tahun Sebelumnya ................................... 86

xi

Tabel 3.18 Merupakan daftar pengguna yang memanfaatkan informasi penginderaan jauh

untuk masing-masing tema kegiatan ................................................................................... 87

Tabel 3.19 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 6 PUFATJA Tahun 2019 ................. 108

Tabel 3.20 Perbandingan Capaian IKU 6 dengan Tahun Sebelumnya ................................. 109

Tabel 3.21 Perbandingan Realisasi Target Triwulan tahun 2019 ........................................ 117

Tabel 3.22 Pengukuran target dan realisasi tahun 2019 .................................................... 123

Tabel 3. 23 Perbandingan realisasi target Pusfatja tahun 2015 – 2019 berdasarkan IKU .... 124

Tabel 3.25. Realisasi Anggaran Berdasarkan Akun Belanja TA 2019 ................................... 130

Tabel 3.26 Realisasi Anggaran Berdasarkan IKU TA. 2019 .................................................. 130

Tabel 3.27 Pagu Anggaran Beserta Realisasinya Dari Setiap Keluaran Pada Satker Pusat

Pemanfaatan Penginderaan Jauh Berdasarkan PMK 249/2011 .......................................... 131

Tabel 3.28 Valuasi Ekonomi ............................................................................................... 131

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan sistem kepemerintahan yang baik (good governance) dalam

pengelolaan administrasi publik dan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah adalah wujud tanggung jawab pemerintah terhadap tuntutan dan aspirasi

masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara. Dalam

rangka itu, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban

yang tepat dan jelas sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung

secara efektif dan efisien, bersih, dan bertanggung jawab serta bebas dari praktik

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan asas akuntabilitas yang

dirumuskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,

bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dalam rangka itu, pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor

7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Instruksi Presiden

2

tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara

untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi, serta kewenangan

dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan kepadanya

berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan.

Dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban tersebut, setiap instansi

pemerintah secara periodik wajib mengkomunikasikan pencapaian tujuan dan sasaran

strategis organisasi kepada para pemangku kepentingan, yang dituangkan di dalam

Laporan Kinerja (LAKIN). Berdasarkan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah

(SAKIP), penyusunan LAKIN dilakukan melalui proses penyusunan Rencana Strategis

(Renstra), penyusunan Rencana Kinerja, Penetapan Kinerja (PK), dan Pengukuran

Kinerja.

Gambar 1.1 Foto bersama pimpinan dan seluruh staf Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh

Sejalan dengan itu, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA)

melaporkan kinerjanya sebagai bentuk pertanggungjawaban selama tahun anggaran

2019 sebagaimana Instruksi Presiden tersebut di atas. Laporan Kinerja (LAKIN) di

PUSFATJA tahun 2019 ini disusun untuk memenuhi ketentuan tentang pelaporan

kinerja tahunan sekaligus merupakan catatan tentang langkah-langkah kegiatan yang

telah dilaksanakan pada tahun 2018 lalu. Kegiatan tahun 2019 secara umum

merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, khususnya kelanjutan

3

dari kegiatan tahun 2018 yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan dan

sasaran strategis tahun 2015 – 2019. Namun pelaksanaan kegiatan tahun 2019

Pusfatja tidak hanya melaksanakan kegiatan sebagaimana biasanya, tapi didorong

oleh suatu kemauan dan komitmen para pihak di Pusfatja, pejabat struktural,

fungsional untuk dapat mempertahankan predikat “Pusat Unggulan IPTEK di Bidang

Pemanfaatan dan Diseminasi Informasi Penginderaan Jauh” oleh kementerian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti). Tahun 2019 juga, menjadi tahun yang

penting karena merupakan tahun terakhir dari Renstra Pusfatja 2015-2019 sekaligus

sebagai waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Renstra Pusfatja

dan melakukan tinjauan manajemen atas hasil-hasil yang telah dicapai dan melakukan

pengendalian, penyesuaian-penyesuaian sasaran dan target-target disesuaikan

dengan perkembangan-perkembangan terakhir dari perkembangan penginderaan

jauh dan tantangan dalam penguasaan dan pemanfaatannya (Gambar 1.1). Selain itu,

Pusfatja menjadikan tahun 2019, sebagai tahun “penguatan mutu” untuk semua

bidang, penelitian, pelayanan dan sebagainya. Pusfatja menetapkan kebijakan dan

sasaran mutu serta menerapakan sistem manajemen mutu dari ISO 9001:2015 dan

KNAPPP 02:2017.

1.2. Aspek Strategis Lembaga

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA) merupakan salah satu unit

kerja di Deputi Bidang Penginderaan Jauh yang berkedudukan di Jl. Kalisari No. 8

Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13710. Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional No. 8 Tahun 2015 dan No. 8 Tahun 2017 Pusat

Pemanfaatan Penginderaan Jauh mempunyai tugas melaksanakan penelitian,

pengembangan, dan perekayasaan, serta penyelenggaraan keantariksaan di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh.

Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh;

b. Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh;

4

c. Penelitian, pengembangan, dan perekayasaan di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh;

d. Pengelolaan fasilitas penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan

pemanfaatan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh;

e. Pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil penelitian, pengembangan, dan

perekayasaan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh;

f. Pengolahan data dengan klasifikasi dan deteksi parameter geo-bio-fisik;

g. Penyiapan bahan penetapan metode dan kualitas pengolahan data;

h. Penyiapan bahan penyusunan pedoman pemanfaatan data dan diseminasi

informasi;

i. Pengelolaan dan pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional;

j. Pembinaan dan pemberian bimbingan teknis di bidang penelitian,

pengembangan, dan perekayasaan pemanfaatan penginderaan jauh;

k. Pelaksanaan kerja sama teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh;

l. Pelaksanaan administrasi keuangan, penatausahaan Barang Milik Negara,

pengelolaan rumah tangga, sumber daya manusia aparatur, dan tata usaha

pusat.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, PUSFATJA memiliki struktur organisasi

terdiri atas (Gambar 1.2):

a. Bagian Administrasi;

b. Bidang Program dan Fasilitas;

c. Bidang Diseminasi; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

5

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Bagian Administrasi

Bagian Administrasi mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,

penatausahaan Barang Milik Negara, pengelolaan rumah tangga, mengelola sumber

daya manusia aparatur dan melaksanakan urusan ketatausahaan. Bagian

Administrasi terdiri atas:

a. Subbagian Keuangan dan Barang Milik Negara;

b. Subbagian Sumber Daya Manusia dan Tata Usaha.

Bidang Program dan Fasilitas

Bidang Program dan Fasilitas mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

rencana program, kegiatan, dan anggaran, pengelolaan fasilitas penelitian,

pengembangan, perekayasaan serta pemantauan dan pelaporan kinerja pusat.

Bidang Diseminasi

Bidang Diseminasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan informasi

Sistem Pemantauan Bumi Nasional, pembinaan, pembimbingan teknis, dan

pelayanan, dokumentasi dan diseminasi hasil penelitian, pengembangan, dan

perekayasaan, serta penyiapan bahan pelaksanaan kerja sama teknis di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh.

Berdasarkan pengalaman pelaksanaan tugas dan fungsi PUSFATJA dalam

kurun 2010-2014 serta kaitannya dengan UU No 21 tahun 2013, terdapat beberapa

isu strategis dalam kurun 2015-2019, yaitu:

a. Standardisasi metode pengolahan dan produk informasi,

6

b. Pedoman pengolahan klasifikasi dan deteksi parameter geo-bio-fisik,

c. Pedoman diseminasi,

d. Memberi masukan kepada pemerintah terkait dengan pemanfaatan data

penginderaan jauh untuk mendukung pembangunan nasional

e. Memberikan supervisi pemanfaatan data penginderaan jauh khususnya data

penginderaan jauh satelit kepada Kementrian, Lembaga, Pemerintah Provinsi,

kabupaten, dan Kota

f. Penyediaan Informasi decision support system (DSS) untuk peringatan dini

bencana

g. Operasi Sistem Pemantauan Bumi Nasional dalam menyediakan informasi

berbasis penginderaan jauh real time untuk mendukung pembangunan, yaitu:

kemaritiman, ekonomi, energi, ketahanan pangan, pertahanan keamanan,

pengembangan daerah perbatasan, lingkungan, mitigasi bencana, dan

penataan ruang.

h. Hilirisasi dan alih teknologi (penjalaran teknologi) hasil litbangyasa

Berdasarkan kondisi pada tahun 2019, adapun kekuatan, kelemahan, peluang,

dan tantangan dalam menyusun rencana kegiatan tahun 2020-2024 sebagai berikut:

Kekuatan Kelemahan

a. SDM yang kompeten, professional dan inovatif

b. Hasil penelitian digunakan oleh K/L/Pemda

c. Kepercayaan dari mitra nasional dan internasional terhadap kompetensi PUSFATJA terutama dalam pengembangan model pemanfaatan untuk mitigasi bencana dan inventarisasi potensi sumberdaya alam

d. Kerjasama dengan berbagai instansi lain- “stackholder”

e. Fasilitas pengolahan data f. Efisien dalam penggunaan anggaran (dari

pengalaman bertahun-tahun capaian kinerja senantiasa melampaui target dengan realisasi anggaran di bawah nilai pagu)

a. Belum tersedianya pedoman pemanfaatan dan standar metode pengolahan dan sebagainya untuk yang diamanatkan UU no 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan

b. Perlengkapan fasilitas penelitian dan pengembangan (termasuk fasilitas alat ukur dan survey) masih kurang memadai dibandingkan dengan lembaga keantariksaan Negara lain.

c. Pengelolaan Teknologi Informasi (TI) belum menerapkan Service Level Agreement (SLA).

d. Belum tersedianya fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis dalam rangka pelayanan publik.

e. Orang-orang yang bergerak dalam satu bidang tertentu cenderung untuk mementingkan fungsinya saja sehingga koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dijalankan dan oleh karenanya sukar untuk menggerakkan organisasi sebagai satu total sistem.

7

Peluang Tantangan

a. Adanya isu perubahan iklim, meningkatkan kebutuhan informasi penginderaan jauh untuk keperluan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

b. Meningkatnya kebutuhan akan hasil pengkajian kebijakan yang berkualitas oleh pengambil kebijakan (policy driven research) yang dapat menjawab isu-isu strategis terkini di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

c. Banyak tawaran kerjasama dan permintaan bimbingan dan bantuan teknis kepada PUSFATJA

d. Kebutuhan informasi berbasis satelit penginderaan jauh yang sangat besar untuk berbagai keperluan ini, memberikan peluang untuk LAPAN untuk semakin berkiprah dalam pembangunan nasional.

e. Banyaknya permintaan informasi berbasis data penginderaan jauh dan meningkatnya permintaan stakeholder akurasi dari informasi tersebut. agar metode yang dibangun lebih akurat. Peluang lain adalah adanya tawaran kerjasama pengembangan metodologi dari instansi lain baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan kerjasama dengan instansi litbang baik dalam maupun luar negeri akan meningkatkan kualitas metode yang akan dibangun.

a. Anggaran untuk Iptek masih rendah, sedangkan fokus RPJMN tahap 3 mengarahkan perekonomian berbasis SDA dengan mengutamakan Iptek. Dengan peluang pemanfaatan data yang sangat besar, tantangan utama dalam penyelenggaraan penginderaan jauh adalah pemenuhan terhadap standard baik dalam metoda maupun produknya. Pemenuhan terhadap standard ini yang akan menjamin legalitas produk ketika akan dijadikan bahan untuk kebijakan publik. Pemenuhan standard ini meliputi kecepatan penyampaian data kepada pengguna, ketepatan data baik dalam sisi geometrik maupun radiometrik. Tuntutan untuk melakukan standardisasi kualitas produk dan sertifikasi harus dilaksanakan demi kepuasan pengguna.

b. Tantangan lain berkaitan dengan ketergantungan pada teknologi asing. Penyelenggaraan kegiatan penginderaan jauh nasional masih bergantung pada satelit-satelit yang dibuat dan dioperasikan oleh negara-negara maju.

1.3. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Fasilitas

Sumber Daya Manusia (SDM) di Pusfatja pada tahun 2019 berjumlah 141 orang,

yang terdiri dari 86 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 14 orang Calon Pegawai Negeri

Sipil (CPNS), 13 orang Tenaga Teknis Strategis, 11 orang Satuan Pengamanan, 5

orang Pengemudi, dan 12 orang Pramubakti. Secara umum Distribusi PNS

berdasarkan usia kurang dari 30 Tahun 24 orang, 30 Tahun sampai 39 Tahun 19

orang, 40 tahun sampai 49 Tahun 18 orang serta usia lebih dari 50 tahun berjumlah

39 orang (Gambar 1.3).

8

Gambar 1.3. Komposisi SDM PNS Pusfatja berdasarkan Usia

Komposisi SDM sudah memenuhi kaidah organisasi litbangyasa dimana jumlah

komposisi SDM administrasi sebesar 35% dan SDM teknis sebesar 65%. Gambar 1.4.

menunjukkan komposisi SDM berdasarkan jabatan struktural dan fungsional Pusfatja

pada tahun 2019. SDM Fungsional Peneliti Pusfatja tersebar dalam kelompok Peneliti

Utama 2 orang, Peneliti Madya 15 orang, Peneliti Muda 19 orang dan Penelilti Pertama

4 orang. Begitu pula SDM Fungsional Perekayasa Pusfatja tersebar dalam kelompok

Perekayasa Madya 4 orang, Perekayasa Muda 3 orang dan Perekayasa Pertama 2

orang.

SDM Pusfatja berdasarkan pendidikan memiliki komposisi yang cukup baik,

namun masih sangat dirasakan kurang untuk SDM yang memiliki jenjang pendidikan

S3. Hanya terdapat 7 orang yang memiliki jejang pendidikan S3 tersebut. Idealnya,

sebagai lembaga riset yang menangani teknologi spesifik ini setidaknya memiliki 15-

20% SDM yang berpendidikan S3. Potensi pengembangannya sangat dimungkinkan

karena memiliki 35 orang yang berpendidikan S2, dan 42 orang yang berpendidikan

S1. Selebihnya adalah pegawai administrasi yang memiliki pendidikan kurang atau

sama dengan D3 adalah sebanyak 16 orang.

9

Gambar 1.4. Komposisi SDM PNS Pusfatja berdasarkan jabatan fungsional

Secara umum, komposisi SDM Pusfatja ini tergolong baik karena potensi

pengembangannya sangat tinggi. Gambar 1.5, diperlihatkan secara lengkap

komposisi SDM berdasarkan jenjang pendidikan. Selain jenjang formal, pendidikan

dan pelatihan untuk penambahan kapasitas SDM di bidang teknis dilakukan dengan

mengirimkan SDM ke luar negeri seperti Asian Institute of Technology, ITC Nederland,

dan berbagai negara lainnya.

Gambar 1.5. SDM PUSFATJA berdasarkan pendidikan

10

Dari gambaran SDM tersebut di atas, SDM Pusfatja, masih perlu dikembangkan

tenaga peneliti dan perekayasa dan pengembangan SDM dengan pendidikan S-3.

Selain itu, SDM Pusfatja saat ini, belum banyak yang terlibat dalam kegiatan

internasional, diminta sebagai tenaga ahli, narasumber, atau pembicara kunci pada

seminar internasional dan masih sangat kurang SDM yang diminta sebagai mitra

bestari (viewer) pada Jurnal internasional Penginderaan Jauh. Untuk Komposisi

Pegawai Tidak Tetap terdiri dari 13 orang Tenaga Teknis Strategis, 11 orang Satuan

Pengamanan, 5 orang Pengemudi, dan 12 orang Pramubakti (Gambar 1.6).

Gambar 1.6. SDM Pegawai Tidak Tetap di PUSFATJA

1.4. Gedung dan Bangunan

Sejak adanya kebijakan Kepala LAPAN terdahulu bahwa setiap satuan kerja

teknis mengelola gedung/bangunan sendiri, maka sejak tahun 2011, Pusfatja

mengelola pengelolaan mandiri terhadap gedung/bangunan yang diberikan sesuai

dengan kebijakan Kepala LAPAN. Saat ini Pusfatja mulai membenahi bangunan yang

ada dengan membangun Gedung D yaitu gedung baru 4 lantai yang digunakan

sebagai gedung para peneliti dan perekayasa. Pada tahun 2017 Pusfatja telah

memiliki 4 Gedung, yaitu Gedung A, Gedung B, Gedung C dan Gedung D (Gambar

1.7). Gedung A digunakan untuk Bagian Administrasi, maka Gedung A ditempati oleh

Kepala Pusfatja, Kepala Bagian Administrasi, Kasubbag Keu dan BMN, Kasubbag

SDM dan TU, Bendahara dan seluruh Staf Administrasi. Hal ini untuk memudahkan

11

komunikasi administrasi pimpinan dengan administrasi peneliti dan perekayasa. Di

Gedung A juga dilengkapi dengan Ruang Front Office, Ruang PPID, Ruang Display

serta RuangTraining. Namun Gedung B pada tahun 2017 di hapuskan untuk

digunakan menjadi Taman Pusfatja. Gedung C digunakan untuk Bidang Diseminasi

dan Kelompok Kegiatan Perekayasa, maka Gedung C ditempati oleh Kepala Bidang

Diseminasi, Kepala Kelompok Kegiatan Perekayasa, Staf Bidang Diseminasi, anggota

Kelompok Kegiatan Perekayasa dan ruang pengolahan data para Tenaga Tekhnis

Strategis. Di Gedung C juga dilengkapi dengan Ruang RSO, Ruang PNBP, Ruang

SIMBA serta ruang Server.

Gedung D digunakan untuk Bidang Program dan Fasilitas, dan Kelompok

Kegiatan Penelitian. Gedung D terdiri dari 4 lantai, dilantai 3 dan 4 Gedung D

disediakan2 ruang rapat kecil dengan daya tampung 10 orang dan 1 ruang rapat besar

dengan daya tampung 25 orang. Pada lantai 2 digunakan oleh Bidang Program dan

Fasilitas yang dilengkapi oleh ruang Kepala Bidang dan ruang stafnya, selain itu juga

terdapat Ruang Auditorium. Gedung D diperuntukan khusus untuk para peneliti.

Penataan jaringan internet ditata ulang sehingga komunikasi dan sisteminformasi

manajemen akan berlangsung dengan baik. Saat ini semua peneliti sudahmenempati

Gedung D sehingga bisa meningkatkan produktivitasnya.

Gedung dan bangunan di Pusfatja dikondisikan agar para peneliti dan

perekayasa bisa berkarya dengan baik. Para peneliti dan perekayasa menempati

tempat kerja (working station) lebih luas dibandingkan ukuran normalnya. Jika

normalnya berukuran 1.2 m x 1.2 m maka ruang kerja akan dibuat dengan luas 1.8 m

x 1.8 m. Setiap kepala kelompok baik kelompok peneliti maupun perekayasa akan

menempati ruangan sendiri dengan ukuran lebih dari 3 m x 3 m. Untuk memudahkan

diskusi, setiap lantai di gedung baru disediakan 2 ruang rapat kecil dengan daya

tampung 10 orang dan 1 ruang rapat besar dengan daya tampung 25 orang. Pada

lantai 2 terdapat suatu ruangan yang digunakan untuk pertemuan-pertemuan besar

sehingga jika ada informasi umum yang akan disampaikan bisa lebih mudah.

Untuk bagian administrasi, setelah adanya gedung baru ini atau gedung (D),

maka gedung depan (A) akan sepenuhnya ditempati oleh bagian administrasi dan

ruangan pimpinan satuan kerja. Hal ini untuk memudahkan komunikasi dalam hal

dukungan keadministrasian. Sedang para Fungsional teknis (Peneliti, Perekayasa,

12

Pranata Komputer, Litkayasa) menempati gedung D dan Gedung C. Sebagai fasilitator

administrasi untuk setiap lantai dari gedung dan bangunan telah ditugasikan 1 orang

sebagai fungsi penghubung administasi. Dalam rangka meningkatkan layanan tata

kelola litbangyasa baik secara fungsi administrasi maupun komunikasi pengolahan

data saat ini Pusfatja sedang mengembangan sistem jaringan internet terpadu.

Gambar 1.7. Kantor PUSFATJA terbaru, berlokasi di Jl. Kalisari No 8 Pekayon,

Pasar Rebo, Jakarta Timur 13710

Pada tahun 2019 terdapat beberapa renovasi pada gedung dan bangunan di

lingkungan kantor Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh yaitu adanya renovasi

pada ruang auditorium gedung D (Gambar 1.8), pengembangan area parkir

kendaraan (Gambar 1.9), pekerjaan renovasi ruang produksi lantai 2 gedung C

(Gambar 1.10), pekerjaan renovasi ruang server gedung C (Gambar 1.11), dan

penambahan nilai gedung berupa jockey pump sebagai sistem pemadam kebakaran

(Gambar 1.12).

13

Gambar 1.8. Renovasi pada ruang auditorium gedung D

Gambar 1.9. Pengembangan area parkir kendaraan mobil dan sepeda motor

Gambar 1.10. Renovasi ruang produksi lantai 2 gedung C

14

Gambar 1.11. Renovasi ruang server gedung C

Gambar 1.12. Penambahan nilai gedung berupa jockey pump sebagai sistem

pemadam kebakaran

1.5. Peralatan Pengolahan Data

Selain gedung/bangunan, fasilitas lain adalah komputer pengolah data yang saat

ini setiap peneliti/perekayasa memegang satu komputer sendiri. Fasilitas software

pengolahan data memang masih belum memadai namun Pusfatja memiliki software

pengolahan data berlisensi seperti ERDAS Imagine, ER MAPPER, Global Mapper,

ARCGIS, Definiens, ENVI, ECOGNITION dan beberapa software kecil lainnya.

Software tersebut merupakan software standard dan tersertifikasi yang dapat

15

digunakan untuk membantu pekerjaan pengolahan data dan kegiatan litbangyasa di

Pusfatja.

Selain software dan peralatan (hardware) pengolah data Pusfatja juga memiliki

beberapa peralatan instrumentasi ukur untuk kebutuhan survei lapangan dalam

rangka kegiatan validasi dan verifikasi, seperti: Spektrofotometer, TRIOS Ramses,

GPS baik handheld maupun geodetic, pengukur suhu udara, dan peralatan survei

lapangan lainnya. Pemanfaaatan terhadap peralatan yang dimiliki Pusfatja tersebut

di atas tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan penelitian LAPAN saja tapi juga

untuk mendukung pelayanan pemanfaatan kerjasama dengan kementerian, lembaga

dan pemerintah daerah serta dimanfaatkan atau dipinjam pakai oleh berbagai instansi

seperti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP), Badan Informasi Geospasial (BIG). Peralatan survei lapangan yang

dimiliki Pusfatja masih belum cukup memadai untuk kegiatan validasi dan verifikasi di

lapangan. Kekurangan peralatan tersebut, saat ini diatasi dengan pinjam pakai ke

instansi lain seperti Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology (Seameo

Biotrop), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan sebagainya. Namun,

walaupun peralatan tertentu yang dibutuhkan tidak dimiliki oleh instansi lain sehingga

ke depan harus tetap diadakan oleh Pusfatja. Untuk jaringan dan akses informasi, saat

ini seluruh komputer yang ada di Pusfatja terkoneksi dengan internet dan terhubung

dalam satu jaringan. Pusfatja memiliki server storage tersendiri.

Kondisi jaringan yang ada sekarang masih sederhana dan merupakan desain

yang collapse, di mana Core untuk jaringan LAN atau kantor masih menjadi satu

dengan Core untuk Data Center. Selain itu dari sisi security juga masih belum ada

pemisahan antara traffic untuk LAN atau kantor dengan Data Center maupun koneksi

ke Pusat Teknologi Data yang secara operational berbeda entity atau perusahaan.

Dari sisi high availability juga masih belum merupakan desain yang redundant. Selain

itu untuk pengembangan ke depan, akan dibangun bangunan baru untuk user, maka

diperlukan juga penyediaan jaringan LAN untuk gedung baru tersebut. Sebagai

tambahan untuk meningkatkan mobility dan kemudahan akses bagi user atau

pengguna, diperlukan juga Wireless Fidelity (WiFi) akses. Berikut ini adalah topologi

jaringan yang ada di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Gambar 1.13).

16

Gambar 1.13 Jaringan existing di Pusfatja 2018

Fasilitas tersebut diatas, membantu peneliti/perekayasa untuk dapat mengakses

informasi dari luar baik literature dalam google scholar maupun putaka (literature)

jurnal yang bersifat gratis. Fasilitas lainnya adalah akses jurnal science direct yang

difasilitasi oleh Biro Kerjasama, Humas dan Umum (KSHU).

Terminal yang digunakan sebagian besar menggunakan PC dan sebagian lagi

menggunakan laptop. Sistem operasi yang digunakan saat ini menggunakan system

operasi windows dan menggunakan open source Linux. Didukung dengan aplikasi

pengolahan citra seperti Ermapper, Envi, Ecognation, Arcview, Arcgis, Erdas, Qgis,

dan lain sebagainya.

Pada tahun 2019 Pusfatja melakukan beberapa pengadaan terkait dukungan

litbangyasa yaitu berupa penambahan mesin storage, belanja modal peralatan dan

mesin server Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) HPE Proliant DL380 Gen10

(Xeon Gold 6130, 256GB Dual Rank, 80TB SAS), belanja modal peralatan dan mesin

HPE StoreEasy 1660 SAS Storage, belanja modal peralatan dan mesin HP Proliant

DL380 Gen10 (Xeon Gold 6148, 256GB Dual Rank, 48TB), pengembangan perangkat

software SPBN – upgrade software Arcgis, pekerjaan belanja modal lainnya

17

Pengembangan Perangkat Software SPBN Berupa Software Erdas Imagine

Profesional 2018 dan Mike Profesional, dan belanja modal pengadaan server MIKE

dan Laptop Dell Rugged Latitude.

Gambar 1.14. Mesin storage

Gambar 1.15. Server Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) HPE Proliant

DL380 Gen10 (Xeon Gold 6130, 256GB Dual Rank, 80TB SAS)

Gambar 1.16. Mesin HPE StoreEasy 1660 SAS Storage

18

Gambar 1.17. Mesin HP Proliant DL380 Gen10 (Xeon Gold 6148, 256GB Dual

Rank, 48TB)

Gambar 1.18. Pengembangan perangkat software SPBN – upgrade software Arcgis

dan Erdas Imagine Profesional 2018

Gambar 1.19. Pengembangan Perangkat Software SPBN - Server MIKE

19

Gambar 1.20. Laptop Dell Rugged Latitude

⮚ Peralatan Pendukung Survei Litbang

Fasilitas lain yang dimiliki Pusfatja yakni Peralatan Pendukung Survei Litbang.

Peralatan ini digunakan untuk melakukan validasi dan mengetahui kondisi atau

karakteristik in situ / lapangan yang akan atau sedang diteliti lokasinya. Penggunaan

alat ini biasanya digunakan saat kegiatan penelitian dilakukan pada pertengahan

semester atau/dan di akhir tahun anggaran berjalan. Setiap kelompok pemanfaatan

dan pengembangan peneltian terlebih dahulu, sudah merencanakan kegiatan survei

di awal tahun anggaran berjalan.

Gambar 1.21. Visualisasi beberapa contoh peralatan Pendukung Survei Litbang

dan tempat penyimpanan di Pusfatja

20

Penggunaan WISP-3

Penggunaan ASD Handheld

Gambar 1.22. Visualisasi beberapa contoh peralatan Spektral

Setiap kelompok penelitian mempunyai kesempatan sebanyak dua kali

melakukan survei lapangan. Peralatan Pendukung Survei Litbang yang dimiliki oleh

Pusfatja, LAPAN, diantaranya: GPS trimble, GPS Garmin, Anemometer, thermocam,

Spektrofotometer, Thermometer Laser IR Fluke, Thermometer Laser IR krisbow,

Humidity meter, Kamera Cannon, Power inverter, Laptop Toshiba, Laptop HP,

Meteran, Handy talky, Digital Voice Recorder Sony ICD- UX 533F, LCD Proyektor

INFOCUS In 3914, Fishfinder GPS, Depthmare Portable Sounder, GARMIN Fishfinder

GPSMAP 2108+Garmin GA30 Antena+Tranducer, Spectroradiometer, GNSS

Geodetik, Digital voice recorder Sony ICD-UX523F, dan sebagianya.

21

Peralatan Pendukung Survei Litbang ini juga, dapat digunakan oleh kegiatan

penelitian di luar Pusfatja LAPAN. namun demikian perlu dijadualkan atau

direncanakan usulan penggunaan dari Pengguna Peralatan Pendukung Survei

Litbang. Pengguna Peralatan Pendukung Survei Litbang yang melakukan

peminjaman, adalah, Badan Informasi geospasial (BIG), Badan Nasional

Penanggulangan Benana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG), Pusat Hidro-Oseanographi (Pushidros) TNI AL, Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP), Pemerintah Daerah, lembaga pendidikan/ universitas, dan

sebagainya.

Laboratorium Audio Visual Litbang

Fasilitas pendukung litbang lainnya adalah Laroratorium audio visual.

Laboratorium ini berfungsi sebagai media komunikasi dua arah baik audio maupun

visual antara stakeholder nasional (BIG, BMKG, BNPB, Akademisi/Universitas, dan

Pemerintah daerah) maupun internasional (JAXA, Sentinel Asia, RSO UNSPIDER,

DLR, NASA dan sebagainya). Berikut Gambar 1.15, terkait dokumentasi kegiatan

yang telah dilakukan dalam kegiatan video conferenceantara Pusfatja LAPAN dengan

DLR German.

Gambar 1.24.Salah satu kegiatan video conference antara Pusfatja LAPAN

dengan Stakeholder

1.6. Sistematika Penyajian Laporan

LAKIN ini menyajikan capaian kinerja PUSFATJA sepanjang tahun 2019. Capaian

kinerja diukur dengan membandingkan realisasi terhadap target dalam Penetapan

Kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun 2019 sebagai tolok ukur keberhasilan

PUSFATJA. Pada LAKIN ini akan disajikan analisis atas capaian kinerja terhadap

22

rencana kinerja ini memungkinkan pemetaan sejumlah celah kinerja sebagai landasan

untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus pada tahun berikutnya. LAKIN

PUSFATJA tahun 2019 ini disajikan dengan urutan berikut:

a. Ringkasan Eksekutif yang menyajikan ringkasan pencapaian kinerja

PUSFATJA tahun 2019 serta capaian Renstra PUSFATJA 2015-2019;

b. Bab I. Pendahuluan yang menjelaskan secara ringkas latar belakang

penyusunan

c. laporan, tugas dan fungsi, serta sumber daya PUSFATJA;

d. Bab II. Rencana Strategis Tahun 2015-2019 yang menjelaskan visi, misi, dan

arah

e. kebijakan program PUSFATJA periode 2015-2019 serta rencana kinerja dan

f. penetapan kinerja yang akan dicapai pada tahun 2019;

g. Bab III. Akuntabilitas Kinerja Tahun 2018 yang menjelaskan pencapaian kinerja

h. berdasarkan sasaran strategis dan IKU PUSFATJA tahun 2019;

i. Bab IV. Inisiatif peningkatan akuntabilitas PUSFATJA

j. Bab V. Penutup yang menjelaskan kesimpulan menyeluruh dari LAKIN

PUSFATJA tahun 2019 dan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan

kinerja dimasa yang akan datang;

k. LAMPIRAN yang menyajikan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2019,

Perjanjian Kinerja Tahun 2019, Pengukuran Kinerja Tahun 2019, dan

Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2019

23

BAB II RENCANA STRATEGIS 2015-2019

2.1. Rencana Strategis 2015-2019

Dengan mengacu kepada Peraturan Kepala LAPAN Nomor 8 Tahun 2015

Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional

serta Keputusan Kepala No 251 Tahun 2015 tentang Indikator Utama Satuan Kerja di

Lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh, telah ditetapkan Visi, Misi, Tujuan dan

Sasaran Strategis PUSFATJA

2.1.1. Visi

Pusat unggulan dalam bidang pemanfaatan penginderaan jauh untuk

mewujudkan Indonesia maju dan mandiri.

2.1.2. Misi

a. Meningkatkan kualitas litbang pemanfaatan penginderaan jauh,

b. Meningkatkan kualitas pedoman dan informasi penginderaan jauh,

c. Melaksanakan dan mengelola Sistem Pemantauan Bumi Nasional.

2.1.3. Tujuan

a. Terwujudnya layanan prima di bidang pemanfaatan penginderaan jauh bagi

masyarakat,

24

b. Terwujudnya Sistem Pemantauan Bumi Nasional yang memenuhi kepatuhan

standard dan prosedur.

2.1.4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis yang disiapkan oleh PUSFATJA dalam kurun waktu 2015-

2019 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh yang maju,

b. Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan penginderaan

jauh yang prima.

2.1.5. Target Sasaran Strategis Tahun 2019 dari Pembangunan Jangka

Menengah PUSFATJA 2015-2020

PUSFATJA menetapkan pada tahun 2018 ini target capaian dari Sasaran Kinerja

tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja, dan Target Tahun 2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju

IKU 1 Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasI bencana dan perubahan iklim

16 Model 1 Prototype 5 Pedoman

IKU 2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh

21

IKU 3 Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan penginderaan jauh

5

IKU 4 Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh

1

2. Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang prima

IKU 5 Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh.

95

IKU 6 Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh.

82

Penentuan IKU PUSFATJA sebagaimana yang telah dijabarkan dalam

Rencana Strategis (Renstra) PUSFATJA tahun 2015-2019 juga dibuat berdasarkan

pada Peta Strategi Balance Score Card (BSC).

25

a. Peta Strategi

Berikut adalah Peta Strategi 2015-2019 dengan Balance Score Card (BSC)

Level 2 PUSFATJA.

Gambar 2.1 Peta Strategi Balance Score Card (BSC) Level 2 PUSFATJA

b. Sasaran Strategis, IKU dan Target

Pada tabel berikut dijabarkan target dari sasaran strategis dan indikator kinerja

utama PUSFATJA 2015-2019 yang tertuang pada Renstra Pusfatja 2015-2019.

Tabel 2.2. Sasaran Strategis, IKU dan Target PUSFATJA 2015-2019

Sasaran Strategis

IKU Target

2015 2016 2017 2018 2019

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

SS1

Meningkatnya

penguasaan dan

kemandirian iptek di

bidang pemanfaatan

penginderaan jauh

yang maju

1

Jumlah model,

pedoman, modul dan

prototipe di bidang

penginderaan jauh

untuk pemantauan

sumberdaya alam

(SDA), lingkungan,

serta mitigasi

bencana dan

perubahan iklim

17 18 18 17 22

26

2

Jumlah publikasi

nasional terakreditasi

di bidang

pemanfaatan

penginderaan jauh

17 18 19 20 21

3

Jumlah publikasi

internasional yang

terindeks di bidang

pemanfaatan

penginderaan jauh

3 4 5 5 5

4

Jumlah HKI yang

diusulkan di bidang

pemanfaatan

penginderaan jauh

0 0 1 1 1

CUSTOMER PERSPECTIVE

SS2

Meningkatnya layanan

data dan informasi di

bidang pemanfaatan

penginderaan jauh

yang prima

5

Jumlah instansi

pengguna yang

memanfaatkan

layanan informasi

penginderaan jauh

45 45 50 90 95

6

Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM)

atas layanan

informasi

penginderan jauh

80 81 81 82 82

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

SS3

Terselenggaranya

Sistem Pemantauan

Bumi Nasional sesuai

standar ISO

7

Persentase kesiapan

Sistem Pemantauan

Bumi Nasional

terhadap ISO 9001

dan ISO 27001.

50 75 75 100 100

SS4 Peningkatan kapasitas

litbang pemanfaatan

penginderaan jauh.

8

Jumlah kerjasama

internasional yang

meningkatkan

kualitas SDM dan

fasilitas litbang

pemanfaatan

penginderaan jauh.

10 12 12 12 15

27

9

Prosentase

pemenuhan kriteria

pusat unggulan di

bidang pemanfaatan

penginderaan jauh.

20 30 50 75 100

10

Persentase

ketersediaan fasilitas

litbangyasa

pemanfaatan

penginderaan jauh

dibandingkan total

kebutuhan

10 10 10 10

SS5

Tersedianya sub-

sistem DSS untuk

mitigasi bencana alam

dan perubahan iklim

berbasis

penginderaan jauh

11

Jumlah sub-sistem

DSS lintas sektoral

terkait mitigasi

bencana dan

perubahan iklim

berbasis

penginderaan jauh.

1 1 1 1 1

SS6

Tersedianya metode

pengolahan

(klasifikasi dan

deteksi parameter

geobiofisik), pedoman

pemanfaatan data,

dan diseminasi

informasi

penginderaan jauh.

12

Jumlah pedoman

pemanfaatan

penginderaan jauh

yang sudah

ditetapkan menjadi

standar.

10 8 8 8 8

LEARN & GROWTH PERSPECTIVE

SS7

Meningkatnya

Kapasitas dan

kompetensi SDM

Aparatur lingkup

Pusfatja

13

Persentase SDM

Pusfatja yang sudah

memenuhi

kompetensi

25% 25% 25% 25%

SS8 Meningkatnya

akuntabilitas kinerja

dan anggaran Pusfatja

14 Nilai implementasi SAKIP Pusfatja 88 88 88 88 88

15

Persentase

Penyerapan

Anggaran Pusfatja

100 100 100 100 100

28

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2019

Proses penyusunan dan pengusulan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2019

dilakukan pada awal tahun 2019 sebagai masukan untuk penyusunan Rencana

Kinerja Pemerintah (RKP) tahun 2019. RKT 2019 Pusfatja disusun berdasarkan pada

Renstra PUSFATJA tahun 2015-2019 dan disesuaikan dengan Penetapan Kinerja

tahun 2017 serta disesuaikan dengan perubahan sasaran strategis dan IKU LAPAN

yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala LAPAN Nomor 150 Tahun 2015 Tentang

Penetapan Indikator Kinerja Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

dan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 151 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja

Utama Unit Organisasi Eselon I di Lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional, Keputusan Kepala LAPAN Nomor 251 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja

Utama Satuan Kerja di Lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Jauh, serta

pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan perkembangan penginderaan jauh

nasional terutama terkait dengan pelaksanaan UU No 21 Tahun 2013 tentang

Keantariksaan. Berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan Rencana Kinerja Tahunan

(RKT) PUSFATJA tahun 2019, sebagaimana tercantum dalam Tabel Rencana Kinerja

Tahunan 2019 yang disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Rencana Kinerja Tahunan 2019

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1.

Meningkatnya Penguasaan dan

Kemandirian iptek di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh yang maju

IKU 1

Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan

jauh yang operasional untuk pemantauan sumberdaya alam,

lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim

16 Model 1 Prototype 5 Pedoman

IKU 2 Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan

jauh 21 Makalah

IKU 3 Jumlah publikasi internasional yang

terindeks di bidang pemanfaatan penginderaan jauh

5 makalah

IKU 4 Jumlah HKI yang diusulkan di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh 1 Usulan Judul

2.

Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan

Penginderaan jauh yang prima

IKU 5 Jumlah instansi pengguna yang

memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh.

95 Instansi

IKU 6 Indeks Kepuasan Masyarakat atas

layanan informasi penginderaan jauh. 82

29

Sasaran strategis 1 menunjukkan bahwa PUSFATJA bermaksud

menindaklanjuti dan melaksanakan amanat UU No 21 Tahun 2013 tentang

Keantariksaan terutama terkait dengan pengaturan penyelenggaraan tata cara

penginderaan jauh nasional, berupa Peraturan Pemerintah, bahan-bahan kebijakan

di Bidang Penginderaan jauh sebagai implementasi Peraturan Presiden No.45 Tahun

2017 tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040

maupun bahan kebijakan untuk pedoman pemanfaatan penginderaan jauh, berupa

Peraturan Kepala, termasuk di dalamnya pengaturan untuk penyelenggaraan

penginderaan jauh. Pada tahun 2019, PUSFATJA juga fokus untuk Penguasaan dan

Kemandirian iptek di bidang pemanfaatan penginderaan melalui pengembangan

model, prototipe dan bahan pedoman aplikasi penginderaan jauh yang operasional

untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasi bencana dan

perubahan iklim, publikasi ilmiah internasional terindeks dan jurnal nasional

terakreditasi.

Sasaran strategis 2 memperlihatkan bahwa PUSFATJA fokus untuk melakukan

pelayanan kepada berbagai pihak (pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat) dalam

upaya melaksanakan pembinaan sebagaimana diamanatkan UU No. 21 Tahun 2013

Tentang Keantariksaan melalui bimbingan dan bantuan teknis, konsultansi, dan

supervisi pemanfaatan penginderaan jauh untuk meningkatkan kemampuan nasional

dalam pemanfaatan penginderaan jauh sehingga dapat berkontribusi nyata dalam

pelaksanaan pembangunan nasional untuk mencapai Indonesia maju dan mandiri

sesuai dengan visi pemerintah.

Kedua sasaran strategis tersebut menunjukkan keinginan kuat untuk

mewujudkan Pusfatja yang unggul, maju, mandiri, bermanfaat dan bereputasi

internasional sebagaimana diamanatkan dalam Renstra PUSFATJA tahun 2015-2019

yang dapat selaras dan mengacu pada Renstra LAPAN 2015-2019.

2.3. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019

Berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) PUSFATJA tahun 2019 dan

Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKAKL) tahun 2019

ditetapkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019 yang merupakan perjanjian kinerja

PUSFATJA pada tahun 2019. Pelaksanaan Perjanjian Kinerja Tahun 2019,

PUSFATJA terikat dengan perjanjian kinerja antara Deputi Bidang Penginderaan Jauh

30

dengan Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Selain perjanjian kinerja

antara Deputi dengan Kepala Pusat, perjanjian kinerja juga dilakukan antara Kepala

Pusat dengan Kepala Bidang dan juga antara Kepala Bidang dengan peneliti dan

perekayasanya melalui penetapan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) 2019. Perjanjian

Kinerja (PK) PUSFATJA antara Deputi Penginderaan Jauh dengan Kepala

PUSFATJA Tahun 2019 diuraikan pada Tabel 2.4.

Perjanjian Kinerja PUSFATJA diturunkan menjadi rencana aksi yang beirisi

penjabaran kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk menjapai IKU yang sudah

ditetapkan. Rencana aksi dibagi dalam Triwulan I, Triwulan II, Triwulan III, dan

Triwulan IV dimana setiap triwulan memiliki rencana capaian target serta kegiatannya.

Begitu pula untuk Perjanjian Kinerja setiap pegawai memiliki SKP yang diturunkan

menjadi Target Kinerja Triwulanan. Dalam Target Kinerja Triwulanan terdapat

rencana capaian dan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, monitoring kinerja dapat

mengacu pada rencana aksi atau target kinerja triwulanan yang telah dibuat. Selain

itu, penilaian kinerja juga dijadikan dasar dalam memberikan penghargaan (reward)

dan sanksi (punishment).

Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja PUSFATJA Tahun 2019

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Waktu Penyelesaian

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju.

IKU 1

Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh yang operasional untuk pemantauan sumberdaya alam, lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim.

16 Model 1

Prototype 5

Pedoman

12 bulan

IKU 2

Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

21 Makalah

12 bulan

IKU 3

Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

5 Makalah 12 bulan

31

IKU 4

Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

1 Usulan Judul

12 bulan

2. Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang prima.

IKU 5

Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh.

95 Instansi

12 bulan

IKU 6

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh.

82 12 bulan

Dari tabel 2.3 Rencana Kinerja Tahun 2019 dan Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja

2018 di atas, tidak terdapat perubahan target kinerja pada IKU 1, "Jumlah model,

prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh yang operasional

untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasi bencana, dan

perubahan iklim" dari Sasaran 1 yaitu "Meningkatnya penguasaan dan kemandirian

iptek di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju". Target yang ditetapkan

pada Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sesuai IKU 1 hingga 6 yaitu 16 model dan 1

prototipe, 5 Pedoman, 21 makalah nasional, 5 makalah internasional, 1 usulan judul

HKI, pelayanan 95 instansi, dan 82 IKM atas layanan informasi penginderaan jauh.

Pertimbangan lain adalah bahwa dari masing-masing model aplikasi yang

dikembangkan dan telah dapat dioperasionalisasikan tersebut dapat dikembangkan

pedoman pemanfaatan terkait untuk menjadi bahan kebijakan penetapan kepala

LAPAN terkait dengan amanat UU No 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan bahwa

pemanfaatan penginderaan jauh wajib mengikuti pedoman pemanfaatan

penginderaan Jauh dan metode pengolahan dan kualitas pengolahan penginderaan

jauh, metode klasifikasi, dan deteksi parameter bio-geo-fisik yang ditetapkan oleh

Kepala LAPAN.

Untuk Sasaran Strategis Utama (SSU) 1:

Meningkatnya Penguasaan dan kemandirian iptek di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh yang maju.

Berikut penjelasan secara detail terhadap beberapa Indikator Kinerja Utama dari

Sasaran Strategis Utama 1, yakni:

32

IKU 1. Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta

mitigasi bencana, dan perubahan iklim.

Definisi indikator IKU 1, yakni Model pemanfaatan penginderaan jauh

representasi atau diskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep yang

merupakan penyederhanaan atau idealisasi di bidang pemanfaatan penginderaan

jauh. Prototipe merupakan model yang dapat diimplementasikan untuk operasional.

Bahan pedoman adalah bahan petunjuk untuk melaksanakan operasional model

pemanfaatan penginderaan jauh.

Perhitungan target IKU 1, adalah dengan menghitung jumlah model, prototipe,

bahan pedoman, metode ataupun doktek di bidang penginderaan jauh yang

opersional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan serta mitigasi bencana,

dan perubahan iklim dengan nilai TRL tertentu.

Rincian target IKU 1 yaitu 16 model dan 1 prototipe di bidang penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumberdaya alam, lingkungan, serta mitigasi

bencana dan perubahan iklim.

Rencana aksi di Triwulan I sebesar 25% dengan target hasil yaitu review

modalitas, kajian state of the art, riset desain, rencana kerja penelitian, pengumpulan

data, monev triwulan I untuk 16 model, dan penyiapan prototipe dan infrastrukturnya

sejumlah 1 prototipe. Pada triwulan II rencana aksi ditargetkan mencapai 50% berupa

pengumpulan data, pengolahan awal, pembuatan model, monev Triwulan II untuk 16

model, serta ujicoba 1 prototipe. Triwulan III target diharapkan mencapai 75% dengan

hasil yaitu pengolahan data lanjut, verifikasi, model, analisis, monev Triwulan III untuk

16 model, serta ujicoba dan verifikasi hasil 1 prototipe. Pada Triwulan IV target

capaian 100% dengan hasil analisis, pembuatan laporan akhir, penulisan KTI,

kolokium akhir untuk 16 model, dan operasionalisasi 1 prototipe.

IKU 2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan

jauh

Definisi indikator IKU 2, yakni publikasi nasional yang terakreditasi adalah karya

tulis ilmiah hasil litbangyasa di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang

terakreditasi berdasarkan kriteria LIPI dan/atau DIKTI.

33

Perhitungan target IKU 2, adalah dengan menghitung jumlah makalah publikasi

ilmiah nasional di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang terbit pada jurnal

terakreditasi LIPI dan DIKTI. Rincian target IKU 2, terdiri atas 21 makalah di bidang

pemanfatan penginderaan jauh.

Rincian target IKU 2 yaitu 21 makalah publikasi ilmiah nasional di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang terbit pada jurnal terakreditasi LIPI dan DIKTI.

Rencana aksi IKU 2 terbagi dalam Triwulan I, Triwulan II, Triwulan III, dan

Triwulan IV. Triwulan I hingga IV ditargetkan mencapai 0%, 25%, 55%, dan 100%

berupa pendataan, analisis dan proses penulisan, dan submitted jurnal untuk dapat

dicapai 21 makalah diterima untuk diterbitkan pada jurnal yang terakreditasi LIPI dan

DIKTI.

IKU 3. Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh

Definisi indikator IKU 3, yakni publikasi internasional yang terindeks adalah karya

tulis ilmiah hasil litbangyasa di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang telah

diterbitkan di jurnal internasional dengan indeks SCOPUS.

Perhitungan target IKU 3, adalah dengan menghitung jumlah makalah publikasi

ilmiah internasional di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang terbit pada jurnal

terindeks SCOPUS. Rincian target IKU 3, terdiri atas 5 makalah publikasi ilmiah

internasional. Rencana aksi Triwulan I, II, III, dan IV ditargetkan mencapai 0%, 25%,

75% dan 100% yang berupa kegiatan pendataan, analisis, proses penulisan,

submitted jurnal hingga penerbitan 5 makalah.

IKU 4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

Pengertian HKI yang terdapat dalam IKU 4 merupakan hasil karya di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh untuk memperoleh hak eksklusif yang diberikan

negara bagi pencipta suatu karya untuk mendapatkan kekuatan hukum. Perhitungan

target IKU 4 dilakukan dengan menghitung jumlah HKI di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh yang telah terdaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM. Target

IKU 4 yakni terdiri dari 1 usulan judul HKI.

34

Sasaran Strategis Utama (SSU) 1 memiliki 4 IKU dan menjadi kinerja dari Kepala

Bidang Program dan Fasilitas (Kabid Profas), Kepala Bidang Diseminasi (Kabid

Diseminasi, serta Kepala Bagian Administrasi (Kabag Administrasi) yang dituangkan

dalam Perjanjian Kinerja tahun 2019. Perjanjian kinerja tersebut ditanda tangani

antara Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Kabid Profas, Kabid

Diseminasi, serta Kabag Administrasi yang kemudian diturunkan menjadi kinerja dari

Kepala-Kepala Kelompok Pemanfaatan/ Kerekayasaan serta diturunkan ke dalam

SKP individu peneliti, perekayasa, dan perencana. Kelompok Penelitian &

Kerekayasaan di Pusfatja terdiri dari Kelompok Informasi Fase Pertumbuhan Padi,

kelompok Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan, Kelompok Informasi Areal

Budidaya Ikan, Kelompok Informasi Potensi Rawan Bencana serta Mitigasinya,

Kelompok Informasi Perkebunan Kelapa Sawit Berbasis Penginderaan Jauh,

Kelompok Informasi Penginderaan Jauh untuk Mendukung SDA dan Lingkungan

serta Kelompok Informasi Potensi Bencana Berbasis Satelit Multitemporal.

Untuk Sasaran Strategis Utama (SSU) 2:

Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan penginderaan

jauh yang prima.

Penjelasan secara detail terhadap beberapa Indikator Kinerja Utama dari

Sasaran Strategis Utama 2, yakni:

IKU 5. Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi

penginderaan jauh

Instansi pengguna yang dimaksud dalam IKU 5 meliputi masyarakat umum,

masyarakat ilmiah, perguruan tinggi, pemerintah pusat dan daerah, serta swasta yang

memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh.

Perhitungan target IKU 5 dilakukan dengan menghitung jumlah instansi pengguna

yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh. Rincian target IKU 5

sebanyak 95 instansi.

IKU 6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam IKU 6 merupakan tingkat kepuasan

masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif atas pendapat

35

masyarakat dalam memperoleh pelayanan di bidang pemanfaatan penginderaan

jauh.

Perhitungan target IKU 6 dilakukan dengan menghitung rata-rata Indeks Kepuasan

Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh yang dilakukan melalui

diseminasi kuisioner kepada pengguna pemanfaatan penginderaan jauh. Traget nilai

IKM tersebut dalam IKU adalah sebesar 82.

Indikator Tujuan

Untuk melihat keberhasilan dari capaian Pusfatja tahun 2015-2019, Pusfatja

menetapkan indikator tujuan, yakni:

1. Terwujudnya pelayanan prima dibidang pemanfaatan penginderaan jauh bagi

masyarakat.

2. Terwujudnya operasional SPBN yang memenuhi standard dan prosedur (ISO

9000 dan KNAPPP 02:2017).

3. Tercapainya Pusfatja ditetapkan sebagai Pusat Unggulan IPTEK di bidang

Pemanfaatan dan Diseminasi Informasi Penginderaan Jauh.

2.4. Mekanisme Pengumpulan Data Kinerja

Perjanjian kinerja Pusfatja tahun 2019 yang ditandatangani oleh Kepala Pusat

dengan Deputi Bidang Penginderaan Jauh dan sasaran strategis Pusfatja dalam

Renstra Pusfatja tahun 2015-2019 diturunkan menjadi perjanjian kinerja Kepala

Bidang yang ditanda tangani bersama antara Kepala Pusat, Kabid Profas, Kabid

Diseminasi, Kabag Administrasi, dan Kepala Kelompok Pemanfaatan

Litbang/Kerekayasaan (Kapokfat/Kapokyasa). Perjanjian Kinerja Kabid Profas dan

Kabid Diseminasi diturunkan menjadi SKP kinerja fungsional tertentu non peneliti,

perekayasa, dan fungsional umum. Perjanjian Kinerja Kapokfat/Kapokyasa diturunkan

menjadi Perjanjian Kinerja Principal Investigator (PI) dan Group Leader. Kinerja PI dan

Group Leader diturunkan menjadi SKP Peneliti dan Perekayasa. Perjanjian Kabag

Administrasi diturunkan menjadi SKP Kepala Sub Bagian SDM dan Ketatausahaan,

Kepala Sub Bagian Keuangan dan BMN, serta SKP Staf Fungsional selain Peneliti

dan Perekayasa.

Penilaian terhadap kinerja di lingkungan Pusfatja dilakukan berdasarkan

Pedoman Pengelolaan Kinerja PUSFATJA dimana penilaian kinerja tersebut

36

dilakukan secara berjenjang. Penilaian kinerja dilakukan langsung oleh Kepala Pusat

atas usulan Kabid Profas bagi fungsional peneliti dan perekayasa hingga tingkat di

atasnya. Sedangkan, penilaian kinerja untuk pejabat fungsional peneliti dan

perekayasa dari tingkat pertama sampai dengan muda dilakukan oleh Kabid Profas

atas usulan dari Kapokfat/Kapokyasa. Untuk fungsional lainnya, penilaian kinerja

dilakukan oleh atasan langsung dari pejabat fungsional.

Gambar 2.2. SOP mekanisme pengumpulan data kinerja

Kegiatan pemantauan kinerja eselon III, eselon IV, Kapokfat, Kapokyasa dan

pegawai dilakukan melalui laporan teknis yang wajib dibuat oleh masing-masing pihak

dan disampaikan kepada Kabid Profas. Kabid Profas kemudian melaporkannya

kepada Kepala Pusat. Selain pemantauan melalui laporan teknis bulanan, dilakukan

pula pemantauan terhadap target triwulanan melalui laporan triwulan (Gambar 2.2.).

Untuk pemantauan pelaksanaan kegiatan penelitian dan kerekayasaan

dilakukan evaluasi laporan kemajuan per triwulan dan atau per semester. Evaluasi

laporan triwulan dan atau semester dilakukan dengan melibatkan para pihak

pemangku kepentingan atau pengguna melalui forum diskusi kelompok serta

Kolokium. Pengaturan evaluasi tersebut diatur dalam Pedoman Perencanaan,

Pelaksanaan Pemantauan Evaluasi Kegiatan, dan Pelaporan di Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh.

37

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2019

Pada pelaksanaan kegiatan di tahun 2018 kinerja PUSFATJA mencapai capaian

kinerja untuk setiap IKU yang telah ditetapkan yang dilaporkan dalam LAKIN PUSFATJA.

Laporan kinerja harus dapat dan mudah diukur sehingga dapat menggambarkan atau

menjelaskan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan hasil perumusan

yang dituangkan pada Renstra 2015-2019. Bentuk laporan kinerja tersebut merupakan

akuntabilitas kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja suatu organisasi

kepada para pihak yang mempunyai hak atau kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban.

3.1. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2019

Pada pelaksanaan kegiatan di tahun 2019 sebagaimana tersebut dalam Penetapan

Kinerja, Pusfatja mencapai hasil seperti disajikan pada Tabel 3.1. Capaian kinerja untuk

tiap IKU di atas 100%, bahkan untuk beberapa IKU jauh melebihi target, antara lain:

jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh, jumlah

HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh, jumlah instansi pengguna

yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh, dan Indeks Kepuasan

Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh.

38

Tabel 3.1 Capaian Tahun 2019 Berdasarkan Perjanjian Kinerja 2019

Sasaran Strategis Utama

Indikator Kinerja Target Capaian

(1) (2) (3) (4)

1 Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju

IKU 1 IKU 2 IKU 3 IKU 4

Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh yang operasional untuk pemantauan sumberdaya alam, lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim. Jumlah publikasi nasional terakreditasi dibidang pemanfaatan penginderaan jauh. Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang pemanfaatan penginderaan jauh. Jumlah HKI yang diusulkan dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

16 Model / 1 Prototipe / 5

Pedoman

21 Makalah

5 makalah

1 judul

19 Model / 1 Prototipe / 7 Pedoman (128%)

22 makalah (104%)

11 makalah (220%)

2 judul (200%)

2 Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang prima.

IKU 5 IKU 6

Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh. Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh.

95 Instansi

82

184 instansi (193%)

84,77 (103 %)

Capaian ini diperoleh dengan dukungan kegiatan riset yang telah dilakukan oleh

Pusfatja pada tahun 2019. Dari kegiatan tersebut, diperoleh 19 model, 1 prototipe dan 7

Pedoman yang mencukupi kualitasnya untuk dijadikan pedoman pemanfaatan

penginderaan jauh. Model-model yang dibangun tersebut disajikan dalam penjelasan

berikutnya.

Dalam hal publikasi ilmiah nasional, Pusfatja mempublikasikan 22 judul karya tulis

ilmiah. Hal ini berarti bahwa kinerja publikasi ilmiah telah mencapai 22 jumlah judul karya

39

tulis ilmiah yang ditargetkan (104%). Indikator kinerja ini dicapai karena adanya dukungan

2 jurnal ilmiah nasional penginderaan jauh yang dikelola oleh LAPAN, dan keaktifan

peneliti/perekayasa dalam mempublikasikan ke jurnal nasional di luar LAPAN seperti

Jurnal Ilmu Lingkungan yang diterbitkan oleh Universitas Diponegoro, serta keaktifan

peneliti dalam membimbing mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di Pusfatja

yang menghasilkan produk karya ilmiah. Peran Seminar Nasional Penginderaan Jauh

sangat tinggi karena mendorong peneliti/perekayasa menuliskan hasil penelitiannya

dengan lebih baik. Sinas Inderaja juga membawa pengaruh terhadap komunikasi ilmiah

secara nasional dengan para ahli penginderaan jauh di luar LAPAN dan stakeholder

lainnya. Judul-judul publikasi ilmiah pemanfaatan penginderaan jauh sebagaimana

tersebut pada tabel di atas dapat dilihat pada Lampiran 4.

Publikasi internasional terindeks di bidang pemanfaatan penginderaan jauh

mencapai 220%, yaitu 11 judul karya tulis ilmiah internasional dari 5 publikasi target yang

ditetapkan. Target publikasi ini tercapai karena keaktifan peneliti/perekayasa di dalam

kegiatan-kegiatan seminar internasional yang langsung mempublikasikan karya tulis

ilmiah yang dipersentasikan dalam publikasi ilmiah internasional terindeks.

Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan

jauh seperti bimbingan teknis, bantuan teknis, supervisi/konsultansi kepada berbagai

pihak (kementerian, lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan

pemerintah kota serta dunia usaha-swasta dan masyarakat-LSM) yang mencapai 193%

dari target 95 instansi dapat terlayani sebanyak 184 instansi setingkat eselon II. Capaian

kinerja ini dicapai karena keaktifan bidang diseminasi dalam menjalankan tugas yang

bersinergi dengan kelompok pemanfaatan. Selain itu, terdapat suatu program bimtek

secara regular yang dilakukan setiap bulan bersama dengan Pusat Teknologi dan Data

Penginderaan Jauh. Permintaan-permintaan khusus juga datang dari instansi terkait

penegakan hukum seperti dengan Badan Narkotika Nasional, Komisi Pemberantasan

Korupsi, Badan Reserse dan Kriminal POLRI.

Rata-rata capaian kinerja Pusfatja dengan asumsi bahwa bobot tiap IKU adalah

sama maka berdasarkan Tabel 3.1, secara keseluruhan capaian kinerja Pusfatja sebesar

158%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019, Pusfatja telah berhasil mencapai

bahkan melampaui target yang telah ditetapkan pada PK 2019. Untuk masing masing

sasaran strategis 1 dan strategis 2, capaian pada tahun 2019 adalah: 163% dan 148%.

40

Capaian Pusfatja sebagaimana tersebut di atas tidak terlepas dari upaya Pusfatja

melakukan pembenahan tata kelola penyelenggaraan atau pelaksanaan program atau

kegiatan di Pusfatja serta pengelolaan kinerja. Pelaksanaan kegiatan penelitian,

pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) di Pusfatja dilakukan oleh kelompok

litbangyasa. Dimana tiap kelompok didukung oleh sub-sub kelompok tematik litbangysa.

Masing-masing sub kelompok tersebut menyusun rencana penelitian dan target capaian

selama 5 tahun (2015-2019). Namun, rencana penelitian tersebut senantiasa dapat

disesuaikan dengan melihat hasil yang telah dicapai, kebutuhan pengguna dan prioritas

LAPAN. Rencana pelaksanaan kegiatan dari masing-masing kelompok selalu

dikomunikasi dengan pengguna melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) dan melibatkan

pakar dari perguruan tinggi. Pelaksanaan kegiatan litbangyasa sejak perencanaan

sampai evaluasi serta pelaporan tersebut dikoordinasikan oleh Bidang Program dan

Fasilitas (Profas).

Setiap bulan masing-masing ketua kelompok melaporkan semua capaian atau

proses kegiatan yang dilakukan oleh semua sub kelompok di bawahnya dan setiap

triwulan dilakukan penilaian (evaluasi). Selain laporan triwulan dilakukan pula evaluasi

semester dimana pada laporan semester senantiasa melibatkan pengguna atau pakar

dari perguruan tinggi. Kepala Bidang Profas setiap bulan senantiasa melaporkan hasil

monitoring kegiatan yang dilaporkan setiap kelompok kepada Kapusfatja dan kepala

kelompok dengan memberikan catatan (notifikasi) terhadap laporan kelompok. Selain itu,

terdapat forum konfirmasi antara Kabid Profas dengan ketua-ketua kelompok litbangyasa

untuk klarifikasi dan “update” (revisi) terhadap laporan yang telah disampaikan. Dengan

proses sebagaimana tersebut di atas, kinerja kelompok dan target-target capaian yang

telah ditetapkan pada perjanjian kinerja Pusfatja dapat senantiasa dipantau dan

dilakukan tindak lanjut untuk menjaga setiap kelompok dapat memenuhi target

kinerjanya.

Berdasarkan capaian kinerja Pusfatja seperti yang tertera dalam Tabel 3.1 dapat

diuraikan penjelasannya sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang maju.

Pada sasaran strategis 1 terdapat 4 IKU, yakni:

41

IKU 1: Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh

untuk pemanfaatan penginderaan jauh untuk pemantauan sumber daya

alam (SDA), lingkungan, serta mitigasi bencana, dan perubahan iklim.

Output yang dihasilkan pada IKU 1 berupa 19 model, 1 prototipe dan 7 pedoman

pemanfaatan penginderaan jauh/ prototipe sistem perekayasaa. (Tabel 3.2). Dan

Perbandingan capaian IKU 1 dengan tahun sebelumnya tertera pada Tabel.3.3

Tabel 3.2 Capaian Sasaran Strategis 1 dan Target IKU 1 PUFATJA Tahun 2019

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

IKU 1: Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemanfaatan penginderaan jauh untuk pemantauan sumber daya alam (sda), lingkungan, serta mitigasi bencana, dan perubahan iklim.

16 model 1 prototipe 5 Pedoman

19 model 1 prototipe 7 pedoman

128%

Tabel 3.3 Perbandingan Capaian IKU 1 dengan Tahun Sebelumnya

IKU 1 2015 2016 2017 2018 2019 Target Renstra

2019 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Capaian

Jumlah model, pedoman, modul, dan prototipe di bidang penginderaan jauh untuk pemanfaatan penginderaan jauh untuk pemantauan sumber daya alam (sda), lingkungan, serta mitigasi bencana, dan perubahan iklim.

18 20 21 17 22 27 128% 22

Pada tahun 2019 model pemanfaatan penginderaan jauh yang telah dihasilkan oleh

Pusfatja adalah sebanyak 16 model dengan rincian sebagai berikut:

42

(1) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk Memantau dan Menganalisis

Fase Pertumbuhan Tanaman Padi

Pusfatja LAPAN melakukan penelitian terkait pemanfaatan data C-band

Sentinel-1 multi-temporal pada varietas Ciherang di daerah lumbung padi

Kabupaten Subang untuk pemantauan fase pertumbuhan padi. Melalui penelitian

tersebut, variasi nilai radar backscatter coefficient (σ0) pada polarisasi VH terhadap

umur padi yang diperoleh dari beberapa blok padi dapat lebih merepresentasikan

kondisi fase pertumbuhan padi dibandingkan polarisasi VV. Hal ini terjadi

dikarenakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CESBIO, polarisasi VH

lebih berkorelasi terhadap perubahan ketinggian tanaman. Sedangkan polarisasi VV

lebih sensitif terhadap kelembaban tanah dan indeks luasan daun dimana nilai radar

backscatter pada polarisasi VV akan menurun seiring peningkatan indeks luasan

daun (Bousbih et al., 2017).

Regresi logaritmik yang diperoleh melalui korelasi antara nilai radar

backscatter coefficient (σ0) pada polarisasi VH dan umur padi setelah tanam

menunjukan nilai korelasi yang sangat tinggi melalui indikator R2 = 0.93 dengan

kesalahan relatif di bawah 7% pada uji model (Lestari and Kushardono, 2018). Hal

ini menunjukan kesesuaian nilai radar backscatter coefficient (σ0) antara model

regresi dengan nilai radar backscatter coefficient (σ0) pada blok padi yang berbeda

cukup tinggi.

Gambar 3.1 Variasi temporal nilai radar backscatter coefficient (σ0) C- band pada

polarisasi (a) VH dan (b) VV (Lestari and Kushardono, 2018)

43

(2) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk Klasifikasi Lahan Sawah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model klasifikasi lahan sawah

berbasis indeks citra Landsat multitemporal yang mempunyai akurasi tertinggi

adalah model klasifikasi 3 parameter dengan threshold disesuaikan dengan akurasi

94,75% dan kappa 0,71. Dari sisi target keluaran model telah menghasilkan 1 (satu)

model terverifikasi/tervalidasi klasifikasi lahan sawah berbasis threshold indeks citra

Landsat multiwaktu.

Capaian dari sisi keluaran/publikasi, pada tahun 2019 menghasilkan 1 (satu)

publikasi nasional di Jurnal Inderaja No 1 edisi Juni 2019, dua publikasi IOP,

sedangkan target 1 (satu) publikasi internasional (submited) sedang dalam proses

penyelesaian untuk kemudian akan dilakukan proofreading melalui “Britannia

Proofreading Service” dan direncanakan akan di-submetted ke Jurnal Telkomnika.

Publikasi lain adalah prosiding internasional melalui kegiatan tahunan ICOIRS 2019

di Bandung 7-20 September 2019. Oleh karena itu dalam waktu yang masih tersisa

akan dilakukan berbagai upaya untuk mempercepat finalisasi draft jurnal agar target

keluaran dapat dicapai.

Tabel 3.4 Rata-rata akurasi model klasifikasi berbasis data sampel

BERBASIS DATA SAMPEL RATA-RATA JABAR DAN SULSEL

MODEL KLASIFIKASI 1 2 3 4

EVI_(mean, max, min) 1.0 stdev 74.84 90.30 0.52 85.85

EVI_(mean, max, min) 1.5 stdev 81.50 91.50 0.69 93.60

EVI_(mean, max, min, range) 1.0 stdev 75.89 86.98 0.54 86.60

EVI_(mean, max, min, range) 1.5 stdev 85.84 87.47 0.73 94.11

EVI_(mean, max, min), threshold

disesuaikan 82.78 92.12 0.71 94.75

EVI_(mean, max, min, renge), threshold

disesuaikan 81.47 91.37 0.68 93.78

Keterangan: 1) user accuracy, 2) producer accuracy, 3) kappa, 4) total accuracy

44

(3) Pengembangan Model Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Batimetri

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menerapkan metode-metode

penentuan batimetri dari data Sentinel-2. Estimasi kedalaman perairan dengan

mengunakan data Sentinel-2 di Nusa Lembongan dilakukan menggunakan metode

Stumpf. Pada Gambar 3.2 dapat dilihat kedalaman relatif hasil ekstraksi

menggunakan data Sentinel-2. Kedalaman relatif diperoleh melalui hubungan rasio

antara kanal biru dan hijau atau yang sering disebut dengan persamaan Stumpf.

Warna hijau menunjukan keterbatasan citra dalam mengektraksi kedalaman

di zona yang lebih dalam sedangkan warna merah dan kuning menunjukkan

perairan dangkal yang mampu ditembus oleh panjang gelombang citra Sentinel-2.

Untuk mengetahui nilai kedalaman yang mampu ditembus oleh citra maka dilakukan

pengolahan lebih lanjut berupa regresi linier antara kedalaman pengukuran dengan

kedalaman estimasi untuk mendapatkan algoritma untuk diaplikasikan pada

kedalaman relatif sehingga didapatkan kedalaman estimasi.

Gambar 3.2 Kedalaman relatif menggunakan rasio band biru dan hijau

Hubungan antara kedalaman lapangan dengan kedalaman relatif akan

menghasilkan sebuah algoritma. Gambar 3.3 menunjukkan perbandingan

hubungan kedalaman pengukuran dengan kedalaman relative estimasi pada

seluruh sampel data (kiri) dan dengan sampel data hingga kedalaman 15 m (kanan).

Dari grafik untuk seluruh kedalaman, terlihat maksimum penetrasi hingga 15 m.

Hasil perbandingan menunjukan bahwa dapat dilihat bahwa kedalaman lapangan

dengan kedalaman relatif menunjukkan hasil yang baik yang ditandai banyaknya

45

data yang mendekati garis linier. Semakin banyak data yang memiliki perseberan

dekat dengan garis, maka memiliki koefisien determinasi yang semakin tinggi.

Dari hubungan antara kedalaman lapangan dengan kedalaman relative

diperoleh persamaan regresi untuk kedalaman estimasi persamaan berikut:

x = (-83,722*z) + 86,026………………...(4)

dengan:

x = kedalaman estimasi

z = kedalaman relatif

Gambar 3.3 Grafik hubungan kedalaman pengukuran dengan kedalaman estimasi

seluruh data (kiri) dan hingga kedalaman 15 m (kanan)

Untuk menganalisis ketelitian dari kedalaman estimasi yang telah diperoleh

dilakukan analisis ketelitian berdasarkan standar IHO S44 (Tabel 3) dengan interval

kedalaman dibagi menjadi 0 – 2 m; 2,1 – 5 m; 5,1 – 10 m; <10 m.

Tabel 3.5 Analisis ketelitian berdasarkan Standar IHO S44

Kedalaman

(m)

Jumlah

Titik

RSME

(m)

R2 Orde

Spesial

(%)

Orde

1A/1B

(%)

Orde

2 (%)

Exclude

(%)

0 – 2 15 1,704 0,353 20 13,33 20 46,67

2,1 – 5 53 2,644 0,713 15,09 7,55 18,87 58,49

5,1 – 10 80 2,569 0,337 10 10 20 60

10,1 - 15 35 7,428 0,630 0 0 8,57 91,43

0 - 15 183 1,857 0,848 10,38 7,66 17,48 64,48

46

Pada kedalaman <10 m memiliki ketelitian yang lebih baik. Nilai koefisien

determinasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah 0,8048 yang menunjukkan

bahwa hubungan antara kedalaman estimasi dan kedalaman lapangan sangat

dekat dan nilai RSME adalah 1,857 m.

Dengan persamaan 4 yang diperoleh maka dapat dilakukan estimasi

kedalaman perairan dangkal di Nusa Lembongan (Gambar 3.4).

Gambar 3.4. Estimasi kedalaman di Nusa Lembongan

(4) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Informasi Areal Budidaya Ikan

Ikan kerapu atau dikenal dengan nama grouper, trout, atau coral reef fish

adalah jenis ikan yang hidup pada perairan yang terdapat terumbu karang. Berikut

sampel informasi spasial lokasi budidaya kerapu (Gambar 3.5).

47

Gambar 3.5 Informasi Lokasi Kesesuaian Kerapu

Rumput laut (seaweed) adalah salah satu anggota alga yang terdiri dari satu

atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang

dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan

biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras

lainnya, baik terbentuk secara alamiah atau buatan (artificial).

Gambar 3.6 Lokasi Kesesuaian Rumput Laut Provinsi Kalimantan Utara

48

Di Indonesia terdapat 555 jenis rumput. Rumput laut adalah komoditas laut yang

diunggulkan dan telah dikembangkan secara luas. Untuk mendukung hal

tersebut,maka diperlukan adanya informasi lokasi yang sesuai untuk budidaya

rumput laut. Berikut lokasi kesesuaian budidaya rumput laut pada 16 provinsi

prioritas (Gambar 3.6).

(5) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Ekstraksi Informasi Kualitas

Perairan

Beberapa literatur terkait pengembangan model ekstraksi informasi MPT

masih mengandalkan pendekatan empiris yang menekankan pada kebutuhan data

lapang yang cukup yang dipasangkan dengan reflektan dari citra yang digunakan.

Antara lain yang dilakukan oleh Doxaran et al. 2002a menggunakan reflectance

band ratio. Doxaran et al. (2002b), van der Woerd dan Pasterkamp (2004), dan

Trisakti et al. (2004) menggunakan single band analisis pada band hijau. Budhiman

(2004) dan van der Pasterkamp (2002) menggunakan single band analisis (dynamic

range band). Zhou (2009) dan Olet (2010) menggunakan regresi antara reflektansi

citra dengan konsentrasi muatan padatan tersuspensi.

Untuk tahun 2019 ini, model yang dibangun dicoba dari yang paling

sederhana, yaitu bentuk linier sederhana sampai ke bentuk yang agak kompleks

untuk memilih nilai dengan R2 terbaik. Berdasarkan sifat fisis yang berbeda antara

DAS, pesisir dan laut lepas, maka kegiatan litbang tahun ini dilakukan

pengelompokkan berdasarkan area, yaitu sepanjang DAS, disekitar pesisir atau

muara dan gabungan semua titik pengamatan sepanjang DAS sampai pesisir.

Gambar 3.7. Model MPT untuk kawasan pesisir Bali

49

Gambar 3.8 Model MPT untuk kawasan muara / DAS Bali

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemisahan data-data berdasarkan

area menghasilkan model dengan tingkat korelasi yang lebih baik dibandingkan

penggabungan semua data. Model ekstraksi yang diambil dibatasi hanya sampai

linier tingkat dua.

(6) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Ekstraksi Informasi Ekosistem

Mangrove

Dari hasil penelitian 2019 diperoleh diperoleh hasil korelasi yang meningkat

dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan prosedur

pengambilan data tutupan kanopi dengan metode kamera spherical dimana sesuai

dengan Dharmawan and Pramudji (2017) dalam 1 plot minimal 4 foto dan lebih jika

tidak homogen dan jarang. Sehingga bisa diketahui bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi korelasi adalah akurasi dari pengukuran di lapangan. Kemudian ada

fenomena saturasi nilai NDVI dimana pada LAI tinggi, kemungkinan kenaikan

tutupan kanopi tidak menaikkan nilai NDVI atau sebaliknya. Dari hasil survey ke

Taman Nasional Sembilang, karakter dari daun mempengaruhi nilai NDVI (Gambar

3.9-3.11)

50

Gambar 3.9. Citra nilai NDVI Kawasan Mangrove Bali Barat

Gambar 3.10. Citra nilai GNDVI Kawasan Mangrove Bali Barat

Gambar 3.11. Citra nilai OSAVI Kawasan Mangrove Bali Barat

51

Dari hasil analisa penyebab rendahnya nilai korelasi maka dilakukan

perbaikan pada prosedur pengambilan data dan pengolahan. Untuk pengolahan

mengunakan perangkat lunak Can Eye dimana ada kalibrasi terhadap kamera yang

digunakan. Jadi setiap beda kamera yang digunakan dilakukan kalibrasi lagi,

sehingga akan menghasilkan informasi yang sama. Kemudian dalam survey juga

diidentifikasi jenis dominan sehingga bisa diketahui jenis-jenis penyumbang nilai

NDVI rendah serta saturasi terjadi atau tidak.

Pengolahan data tutupan kanopi (Fcover) dari foto fish eye menggunakan

perangkat lunak Can Eye telah dilakukan. Salah satu parameter yang bisa diekstrak

dari foto fish eye dengan perangkat lunak ini adalah Fcover atau persen tutupan

kanopi. Selain itu juga bisa dihitung LAI (leaf area index), ALA (Average Leac

Inclination Angle), FAPAR (Fraction of Absorbed Photosynthetically Active

Radiation) dan Bidirectional gap fraction. Awalnya hanya akan digunakan Fcover

saja tetapi ada kemungkinan menggunakan yang lainnya jika korelasi dengan

Fcover dengan indeks vegetasi tidak signifikan.

(7) Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Terumbu Karang sebagai Parameter

Pendukung Informasi Budidaya Ikan

Hasil klasifikasi piksel base model maksimum likelihood data SPOT 7

identifikasi habitat dasar perairan laut dangkal dari algoritma Lyzenga 2006 dibuat

dalam empat kelas yaitu karang, lamun, makroalaga dan substrat. Hasil Klasifikasi

habitat dasar perairan laut dangkal di Pulau Nusa Lembongan ditampilkan pada

Gambar 3.12. Berdasarkan Gambar tersebut di atas sebaran lamun hampir merata

di sepanjang lokasi penelitian, kemudian sebaran kelas karang berada disepanjang

daerah tubir yang dibatasi pada daerah reefcrast, kelas makroalga dijumpai

dibeberapa bagian yang bercampur dengan lamun. Sedangkan kelas substrat

banyak dijumpai pada bagian tengah dari lokasi penelitian.

52

Gambar 3.12. Hasil Ekstraksi Model Maximum Likelihood di Pulau Nusa

Lembongan

Klasifikasi dengan objek base model decision tree data SPOT 7 untuk

mengidentifikasi habitat dasar perairan laut dangkal dari algoritma Lyzenga 2006

dibuat dalam empat kelas yaitu karang, lamun, makroalaga dan substrat. Hasil

Klasifikasi habitat dasar perairan laut dangkal di Pulau Nusa Lembongan

ditampilkan pada Gambar 3.13. Sebaran habitat dasar perairan laut dangkal hampir

merata di sepanjang lokasi penelitian, kemudian sebaran kelas karang berada lebih

dominan pada wilayah utara kelas makroalga dijumpai dibeberapa bagian yang

bercampur dengan lamun. Sedangkan kelas substrat banyak dijumpai pada bagian

barat dan selatan Pulau Nusa Lembongan.

Gambar 3.13. Hasil Ekstraksi Objek Base Model Decision Tree di Pulau Nusa

Lembongan

53

(8) Pemanfaatan dan Diseminasi Informasi Perubahan DAS dan Vegetasi

menggunakan Data Penginderaan Jauh

DAS Brantas terletak di Propinsi Jawa Timur pada 110°30' BT sampai 112°55'

BT dan 7°01' LS sampai 8°15' LS dengan panjang sungai ± 320 km dan memiliki

luas wilayah sungai ± 14.103 km2 1. Luas DAS Brantas adalah 1.188.564,63 ha,

yang meliputi kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk,

Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, kota Batu, kota Malang, kota Blitar, kota Kediri, kota

Mojokerto dan kota Surabaya. Penggunaan lahan di DAS Brantas terbagi dalam 11

kelas yaitu hutan, Ladang/Tegalan, Lahan pertanian Basah (sawah), lahan

terbangun (permukiman dan infrastruktur), lahan terbuka, perkebunan,

semak/belukar, tambak, dan tubuh air (laut, sungai, danau, waduk, situ).

Gambar 3.14. Penggunaan Lahan DAS Brantas Tahun 2002, 2014, dan 2019

Berdasarkan hasil klasifikasi penutup lahan, terjadi perubahan/alih fungsi

lahan dari tahun 2002-2019 yang didominasi oleh kelas hutan yaitu sebanyak

53,36%. Hal ini dikarenakan tingginya kerusakan akibat banyaknya penebangan

pohon yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan konservasi

(deforestasi) yang mengakibatkan sedimentasi, dan berdampak pada kelangsungan

sumber air di aliran sungai maupun waduk. Penurunan kondisi air dan degradasi

54

dasar sungai berpengaruh terhadap suplai air di waduk dan kondisi

jembatanmenjadi turun (ambles), sehingga jembatan menjadi miring. Alih fungsi

lahan hutan banyak digunakan untuk perkebunan dan ladang/tegalan. (Gambar

3.14).

(9) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Klasifikasi Lahan Gambut

Data penginderaan jauh dapat digunakan untuk aplikasi perubahan penutup

lahan, deteksi tinggi vegetasi, dan pembuatan model tinggi serta geodinamika di

lahan gambut. Perubahan lahan ini menggunakan citra Landsat dengan metode

threshold NBR. Untuk menganalisis perubahan tutupan vegetasi digunakan

algoritma NBR-max- 70 yang diperoleh dari mosaik Landsat-8. Algoritma NBR yang

digunakan adalah:

NBR = (NIR-SWIR)/(NIR+SWIR)

Gambar 3.15. Gambar perubahan lahan

Tinggi vegetasi dapat dideteksi dengan metode differential DEM

menggunakan data LiDAR, SRTM C, dan X SAR Metode untuk menghitung tinggi

vegetasi menggunakan metode DEM Diferensial. Secara sederhana, metode ini

mengurangi ketinggian pada DSM dengan DTM. Tinggi vegetasi 2000 diperoleh dari

DSM2000 dikurangi dengan DTM2000. Demikian juga, ketinggian vegetasi 2018

diperoleh dari pengurangan DSM2018 dengan DTM2018. Perubahan ketinggian

vegetasi dari 2000 hingga 2018 diperoleh sebagai hasil dari pengurangan tinggi

vegetasi pada 2018 dengan tinggi vegetasi 2000. Tinggi hasil vegetasi kemudian

55

diperiksa untuk pengujian akurasi. Ada tiga metode yang digunakan, yaitu uji profil

silang, uji perbedaan tinggi, dan uji perbandingan dengan data pengukuran tinggi

untuk vegetasi di lapangan.

Gambar 3.16. Tinggi Vegetasi Tahun 2000

(10) Model pemantauan reklamasi lahan tambang menggunakan data

penginderaan jauh satelit multitemporal resolusi mengenah sentinel-2

Data Sentinel-2 yang memiliki temporal dan spasial yang memadai dapat

digunakan untuk memantau indikasi adanya aktivitas ekspoitasi dan reklamasi

vegetasi di pertambangan. Pemantauan ekspoloitasi dan reklamasi vegetasi

menggunakan deteksi parameter geobiofik tanah, vegetasi dan air yang diekstraksi

dari data citra penginderaan jauh. Parameter geobiofisik yang diekstraksi berupa

spektral band diubah menjadi citra indeks tanah, vegetasi dan air dengan

menggunakan NBR, NDVI dan NDWI. Indikasi Aktivitas eksploitasi pada tahun

2017-2018 menggunakan persyaratan ambang batas NDVI <-0,08857 dan NBR

>0,02926 serta NDVI. Indikasi aktivitas reklamasi vegetasi pada tahun 2017-2018

menggunakan persyaratan ambang batas NDVI >-0,08857 dan NBR <-0.08433,

serta NDVI tahun 2017 >=0,5. Lahan yang mengalamai indikasi ekspoloitasi dan

reklamasi sebelum tahun 2017 NDVI = -0,08857 sampai 0,03277 dan NBR = -

0,08433 sampai 0,02926 duntuk reklamasi NDVI tahun 2017 >=0,5 sedangkan

untuk eksploitasi NDVI tahun 2017 < 0,5.

56

Gambar 3.17. Informasi spasial aktivitas eksploitasi dan reklamasi tahun 2017 - 2018

(11) Model klasifikasi lahan kelapa sawit dan non kelapa sawit

Klasifikasi kelapa sawit dapat dilakukan dengan metode OBIA dengan Level:

3, Scale Parameter : 50, Shape : 0.3 dan Compactness : 0.7 yang menghasilkan

5.814 objek. Kemudian dilakukan klasifikasi, dan diperoleh hasil seperti pada

gambar 11, dimana objek dapat dikelaskan menjadi :9 kelas, dan kelapa sawit dapat

terpisahkan dari objek karet. Dari hasil dengan metode OBIA dan parameter

tersebut, maka selanjutnya dapat digunakan untuk memisahkan objek kelapa sawit,

dimana selanjutnya objek kelapa sawit akan dipantau dan dibuat petanya

berdasarkan umur.

57

Gambar 3.18. Hasil Klasifikasi dengan Metode OBIA

(12) Model pertumbuhan kelapa sawit berdasarkan umur

Pertumbuhan kelapa sawit dapat dpantau dengan menggunakan pola

petumbuhannya, dengan menggunakan NDVI untuk data Optic dan back scatter

untuk data SAR. Untuk setiap daerah di Indonesia, baik dengan manggunakan dat

Optic menghasilkan model pertumbuhan yang berbeda, namun dengan pola yang

sama, yakni model lon untuk kanal L SAR (PALSAR), model kuadratik untuk kanal

C SaR (Sentinel 1) dan untuk data Landsat dan Sentinel 2. Model pertumbuhan

dengan menggunakan data optic Landsat memberikan R2 sekitar 80%, sehingga

dapat digunakan untuk membuat peta informasi kelapa sawit berdaasarkan umur.

Telah dihasilkan peta informasi sebaran kelapa sawit berdasarkan umur untuk 10

propinsi Salah satu contohnya ditunjukan pada gambar 3.19.

58

Gambar 3.19. Informasi Sebaran Umur Kelapa Sawit di Sulawesi Barat Tahun

2019

(13) Model pemanfaatan penginderaan jauh untuk mitigasi bencana banjir dan

longsor

Telah dihasilkan skrip untuk program otomatisasi potensi banjir yang dapat

mendeteksi banjir setiap data Himawari 8 masuk (10 menit). Sebagai batasan/

threshold yang digunakan adalah 7.5 mm dengan 3 klas jenis potensi banjir.

Berpotensi banjir bila akumulasi curah hujan mencapa 135 mm per jam termasuk

kelas potensi rendah. Nilai akumulasi curah hujan 270 – 540 mm per jam berpotensi

banjir sedang. Sedangkan akumulasi curah hujan lebih dari 540 mm per jam

berpotensi banjir besar. Identifikasi bekas genangan banjir dengan menggunakan

dua cara yaitu dual polarizasion (VH dan VV) serta single polarizasion (VH) dengan

mengkombinasikan data citra SAR sebelum dan sesudah kejadian. Identifikasi

bekas genangan banjir menggunakan klasifikasi supervise (dual polarizasi) memiliki

akurasi tertinggi, sedangkan pada single polarisasi metode threshold Kitler yang

memiliki akurasi tertinggi.

59

(14) Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk monitoring gunungapi

Monitoring gunungapi dilakukan dengan pembagunan otomatisasi berupa citra

NTI dalam bentuk raster (.tiff) dan data NTI pada setiap titik lokasi gunung api dalam

bentuk vektor (.shp).

Gambar 3.20. Citra NTI hasil otomatisasi

Pada tahun 2019, dilakukan kegiatan pemanfaatan data Sentinel – 3 untuk

identifikasi suhu puncak Gunung Agung, Bali. Citra level 2 suhu permukaan citra

Sentinel – 3 sudah bisa didapatkan langsung melalui website Copernicus. Langkah

awal yang perlu dilakukan adalah koreksi geomterik citra tersebut menggunakan

software SNAP dan kemudian dilakukan ekstraksi nilai suhu pada piksel puncak

yang kemudian dikonversi menjadi informasi suhu dalam bentuk Celcius. Nilai

temperature yang didapatkan sangat rendah untuk kondisi gunung berapi aktif,

sehingga seharusnya nilai tempertur tersebut dikoreksi dengan suatu factor koreksi

dengan algoritma yang sesuai dengan tempat penelitian.

Dari grafik hasil, grafik anomali pada Sentinel lebih menggambarkan kondisi

gunung berapi aktif jika dibandingkan dengan MODIS. Tren grafik terus naik hingga

hari kejadian erupsi, dan setelah erupsi, tren grafik menurun, serta scara spasial,

anomaly gunung berapi terlihat jelas dari perbedaan warna piksel yang signifikan

antara kawah gunung Agung dengan sekitarnya.

60

Gambar 3.21. Informasi suhu puncak Gunung Agung: Bali

Sistem dari SENTINEL 3 secara otomatis mengeliminasi objek yang “diduga”

sebagai awan. Piksel dari satu objek yang tertutup oleh awan panas dihilangkan

oleh sistem SENTINEL secara otomatis karena dianggap sebagai awan.

(15) Pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk deteksi

kekeringan

Data yang dibutuhkan untuk perhitungan indeks kekeringan TKV adalah data

EVI MODIS bulanan. Data dari satelit, baik Terra maupun Aqua yang bersumber

dari satelit MODIS dipergunakan dengan mempertimbangkan ketersediaan serta

kelengkapan data.

Penentuan klasifikasi atau pembagian kelas tingkat kekeringan mengikuti

aturan seperti dijelaskan pada Tabel 4. Tahap akhir dilakukan proses layout peta

sehingga menjadi suatu produk informasi potensi kekeringan.

Selain informasi TKV, pada tahun ini informasi yang dihasilkan juga mencakup

tabel luas TKV untuk masing-masing kelas seperti diringkas pada Tabel 15.1 untuk

masing-masing provinsi. Perhitungan luasan dilakukan menggunakan model

processing yang sifatnya semi-otomatis sehingga dapat memudahkan serta

mempersingkat waktu pengolahan data.

61

Tabel 3.6 Klasifikasi tingkat kekeringan berdasarkan TKV

Kelas Range Nilai Piksel Citra EVI (faktor skala 10000)

Range TKV

Awan/air < 2000 < 0,2

Sangat rendah 2000 – 4000 0,2 – 0,4

Rendah 4000 – 5000 0,4 – 0,5

Sedang 5000 – 7000 0,5 – 0,7

Tinggi 7000 – 8000 0,7 – 0,8

Sangat tinggi > 8000 > 0,8

Nilai luas area tiap kelas tingkat kehijauan vegetasi dihitung sebagai salah satu

parameter potensi kekeringan. Informasi luas area tiap kelas akan disajikan dalam

bentuk tabel.

(16) Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk kebakaran hutan dan lahan

Gambar 3.21. Komposit RGB citra GCOM-C

Deteksi asap menggunakan gambar komposit diterapkan dalam penelitian ini.

Kombinasi komposit band ditunjukkan pada gambar diatas. Gambar 6a adalah

komposit RGB dari VN8-SW3-VN8. Asap memiliki warna putih-ungu tetapi memiliki

warna yang sama dengan awan lapisan tinggi. Gambar 6b menunjukkan RGB

62

komposit SW3-VN8-VN8. Komposit ini menunjukkan asap sebagai warna putih-biru

tetapi masih memiliki warna yang sama dengan cloud lapisan tinggi. Pada

kombinasi ketiga, dimana thermal band digunakan sebagai komposit. Gambar 6c

menunjukkan gambar RGB komposit VN8-SW3-T01. Komposit ini memiliki asap api

dengan warna putih-ungu dan memiliki penampilan yang berbeda dengan awan

lapisan tinggi. Awan lapisan tinggi berwarna oranye karena awan memiliki suhu

lebih rendah daripada api asap yang terdeteksi oleh band termal.

(17) Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Deteksi Tumpahan Minyak

Deteksi tumpahan minyak menggunakan Object-Based Image Analysis

dilakukan menggunakan perangkat lunak eCognition. Untuk perairan Batam dan

Bintan, pengolahan dilakukan dengan quick map eCognition sedangkan untuk

perairan Karawang menggunakan rule set. Seperti terlihat pada Gambar 1, hasil

deteksi menggunakan quick map eCognition untuk perairan Batam dan Bintan

menunjukkan hasil yang over estimated. Hal ini dapat disebabkan oleh proses

segmentasi yang hanya satu level dan klasifikasi dengan training sampel dimana

hanya memperhitungkan fitur warna.

Gambar 3.22. Hasil deteksi tumpahan minyak di perairan Batam dan Bintan 12

Maret, 22 Maret, dan 6 April 2019

63

(18) Model Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Parameter Klorofil-A Di Pesisir

Untuk Mendukung Informasi ZPPI

Klorofil-a adalah parameter oseanografi yang bersifat dinamis dan mempunyai

peranan penting dalam biota laut. Klorofil-a merupakan sumber makanan bagi ikan-

ikan pelagis sehingga sering digunakan dalam mendeteksi wilayah yang potensial

sebagai daerah penangkapan ikan. Sebagian riset mengkombinasikan antara suhu

permukaan laut dan klorofil-a dalam menentukan zona yang potensial untuk

penangkapan ikan. Pada bagian ini klorofil-a sebagai informasi pendukung untuk

informasi ZPPI-P untuk perairan Nias Utara dan sekitarnya. Gambar 18.1 adalah

sebaran klorofil-a (rata-rata bulanan) dari tahun 2004 sampai 2018 (5 tahun) dari

satelit Himawari-8. Nilai konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,1 mg/m3 sampai 3

mg/m3.

Gambar 3.23. Informasi rata-rata bulanan klorofil-a tahun 2004 - 2018

Terjadi variasi klorofil-a secara spasial maupun temporal. Hasil menunjukan

secara spasial konsentrasi klorofil-a lebih tinggi sepanjang tahun di wilayah pesisir

64

bagian barat dan utara dibandingkan di bagian timur perairan Nias Utara. Hal ini

kemungkinan akibat pengaruh dinamika perairan Samudera Hindia di sebelah barat

yang terhubung langsung dengan pesisir bagian barat dan utara lokasi kajian.

Sedangkan di bagian timur dinamika oseannya relatif lebih kecil karena merupakan

perairan yang menghubugkan Pulau Nias dengan Pulau Sumatera. Secara

temporal, konsentrasi klorofil-a terendah terjadi pada bulan April dan September

dan konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember. Hal

ini diduga akibat pengaruh perubahan musim yang terjadi secara periodik. Untuk

daerah ekuator, puncak musim hujan terjadi dua kali dalam setahun yaitu bulan

April-Mei dan bulan September-Oktober. Perairan Nias Utara terletak di dekat

ekuator sehingga saat musim hujan terjadi penurunan klorofil-a.

(19) Klasifikasi Area Tropik Dari Klorofil-A Untuk Model ZPPI Pesisir Berbasis Data

Penginderaan Jauh

Penggunaan parameter SPL dari citra SNPP-VIIRS dan data SPL GHRSST,

serta penambahan parameter klorofil-a dari citra Aqua-MODIS cukup optimal

sebagai parameter masukan dalam analisis daerah potensi penangkapan ikan dan

mendukung penyediaan informasi ZPPI Pesisir di Perairan Nias dan sekitarnya

(WPPNRI 572). Penggunaan data citra GHRSST mampu melengkapi kekosongan

informasi ZPPI harian akibat beberapa kekurangan yang dimiliki oleh data citra

SNPP VIIRS (tutupan awan). Berdasarkan penambahan parameter SPL GHRSST

dan Klorofil-a dapat dihasilkan informasi ZPPI Pesisir di Perairan Nias dengan 2

(dua) kategori yaitu ZPPI HP (High Potential) dan ZPPI LP (Low Potential). Batas

informasi ZPPI Pesisir berada pada radius 4 – 12 mil laut dari garis pantai.

Model yang telah dikembangkan perlu ditingkatkan dengan menggunakan

citra alternatif dari sensor satelit lain (Klorofil-a dari SNPP-VIIRS, JPSS-VIIRS,

Himawari-8/AHI). Selain itu, perlu ditambahkan parameter lain yaitu produktivitas

primer perairan, SSHA (Sea Surface High Anomaly) untuk mengkonfirmasi area

mesotropik dan kesuburan perairan serta hasil deteksi termal front dari parameter

SPL. Model ini perlu diujicobakan dan divalidasi pada area kajian dengan

melibatkan nelayan sampel, serta mengujicobakan model pada area kajian lain

yang memiliki karakteristik perairan relatif sama dengan lokasi kajian (perairan Nias

yaitu dalam WPPNRI 572).

65

Gambar 3.24. Informasi ZPPI Pesisir di Perairan Nias (a) Bulan September 2018

(b) Bulan September 2019

Output prototipe sistem perekayasaan pemanfaatan penginderaan jauh yang telah

dihasilkan oleh Pusfatja pada tahun 2019 adalah 1 prototipe yaitu prototype

Pengembangan Prototipe Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) dengan aplikasi

Geonode versi 2.6 dan Arcgis Server versi 10.6.

Gambar 3.25. (a) Tampilan basemap Google Terrain pada aplikasi GeoNode. (b)

Contoh tampilan Map pada sistem GeoNode SPBN Pusfatja LAPAN

Penerapan sistem GeoNode versi 2.6 dan Arcgis Server Versi 10.6 dalam

membangun Geoportal SPBN di Pusfatja LAPAN telah berhasil mendiseminasikan

informasi spasial dan tekstual hasil-hasil pemanfaatan penginderaan jauh yang

dilaksanakan oleh Pusfatja LAPAN dengan lebih informatif. Sistem SPBN ini bisa

berperan sebagai Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decission Support

System) dalam instansi LAPAN maupun intansi pemerintah lainnya (Gambar 3.25)

(a) (b)

66

Gambar 3.26. Tampilan Map pada Argis Server mengenai Fire Danger Rating System

Di tahun 2019 PUSFATJA menghasilkan 6 pedoman pemanfaatan penginderaan

jauh, dengan rincian sebagai berikut:

1. Pedoman Pengolahan Klasifikasi Lahan Sawan Menggunakan Data Google Earth

Engine

2. Pedoman Pengolahan Fase Pertumbuhan Padi Menggunakan Data Penginderaan

Jauh Resolusi Rendah

3. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Berbasis

Data Penginderaan Jauh

4. Pengolahan data penginderaan jauh - Deteksi Area Terbakar Menggunakan Citra

Optik Resolusi Menengah

5. Pedoman Teknik Pengolahan Data Penginderaan Jauh Landsat 8 untuk Informasi

Kesesuaian Budidaya Perikanan

6. Pedoman Teknik Pengolahan Data Penginderaan Jauh Landsat 8 untuk Pembuatan

Model Pemetaan Kelapa Sawit Berdasarkan Umur

67

7. Pedoman Pembuatan Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan Berbasis

Data Satelit Penginderaan Jauh

IKU 2 : Jumlah Publikasi Nasional Terakreditasi Dibidang Pemanfaatan

Penginderaan Jauh

Pada tahun 2019, target publikasi ilmiah nasional terakreditasi sebanyak 21

makalah. Capaian Pusfatja untuk publikasi ilmiah nasional terakreditasi sebanyak 22

makalah atau mencapai 104% dari target (Tabel 3.6).

Tabel 3.7 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 2 PUSFATJA Tahun 2019

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

IKU 2 : Jumlah publikasi Nasional yang terakreditasi dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

21 22 104%

Tabel 3.8 Perbandingan Capaian IKU 2 dengan Tahun Sebelumnya

IKU 2 2015 2016 2017 2018 2019 Target Renstra

2019 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Capaian

Jumlah publikasi nasional yang terakreditasi dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

7 19 21 20 21 22 104% 21

Tabel 3.7 Menunjukan perbandingan capaian IKU 2 dengan tahun sebelumnya.

Secara umum, jumlah publikasi yang dihasilkan oleh peneliti dan perekayasa di

PUSFATJA naik dari tahun 2015 – 2019. Peningkatan jumlah publikasi pada tahun 2019

dibandingkan dengan tahun 2015 adalah sebesar 214%. Daftar rincian jurnal nasional

yang diterima atau diterbitkan pada tahun 2019 dapat dilihat di table 3.8

68

Tabel 3. 9 Daftar makalah publikasi nasional yang diterbitkan tahun 2019

No Judul

Publikasi Nama

Peneliti

Nama Jurnal Ilmiah

Nasional Terakreditasi

Volume / Tahun

Keterangan (Accepted/ Published)

Akreditasi

1

Pengembangan Metode Klasifikasi Lahan Sawah Berbasis Indek Citra Landsat Multiwaktu

Made Parsa, Dede Dirgahayu, Sri Harini

Jurnal Inderaja Volume 16 No. 1 Tahun 2019

Published No. 21/E/KPT/201

8

Penelitian pengembangan model klasifikasi lahan sawah berbasis citra penginderaan jauh Landsat bertujuan untuk memperoleh model klasifikasi lahan sawah secara cepat. Penelitian ini menggunakan input citra Landsat (p/r 122064) multiwaktu tahun 2017, informasi spasial lahan baku sawah 2017 skala detil (BIG) dan data hasil suvei lapangan. Penelitian dilaksanakan di salahsatu sentra produksi beras Jawa Barat yaitu di Kabupaten Subang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode threshold (ambang batas) terhadap indek citra Landsat multiwaktu. Sebagai referensi digunakan informasi spasial lahan sawah skala detil yang dilengkapi dengan data hasil survei lapangan menggunakan drone. Pertama dilakukan koreksi atmosfer terhadap citra Landsat, kemudian dilakukan ekstrak/konversi ke beberapa indek (EVI, NDWI, NDBI). Untuk citra-citra yang berawan maka indeksnya diisi dengan teknik interpolasi dari nilai indek sebelum dan setelahnya. Tahap berikutnya adalah smoothing indek dan analisis statistik untuk memperoleh nilai minimum, maksimum, mean, median, range, EVI_tanam, EVI_panen, mean_tanam-panen, mean_veg, mean_generatif, NDWI_tanam, NDWI_panen, NDBI_tanam dan NDBI_panen. Akurasi klasifikasi dihitung dengan teknik confusion matrix (matrik kesalahan) menggunakan referensi informasi spasial skala detil. Berdasarkan analisis dan uji akurasi yang telah dilakukan terhadap beberapa model, akurasi yang paling tinggi dihasilkan oleh model ambang batas tiga indek (EVI_min, EVI, Max, EVI_range) dengan akurasi 90,4% dan nilai kappa 0,80.

2

Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bandara Internasional Jawa Barat Terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian Melalui Citra Satelit Resolusi Tinggi

Nurwita Mustika Sari, Dony Kushardono

Jurnal Geografi

Volume 11, No 2 Tahun 2019

Published 23/E/KPT/2019

Pembangunan infrastruktur seperti bandara akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan pada area tersebut dan sekitarnya. Perubahan ini, terutama jika wilayah bandara berada pada wilayah yang dominan dengan lahan pertanian maka akan berpotensi mengubah fungsi lahan pertanian tersebut menjadi lahan non pertanian. Pembangunan infrastruktur bandara termasuk aksesnya akan mendorong pertumbuhan wilayah dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mendeteksi perubahan penggunaan lahan di wilayah Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati khususnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Metode yang diusulkan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan pada area kajian menggunakan data SPOT multitemporal dimana dilakukan klasifikasi perpaduan antara segmentasi objek secara digital menggunakan metode multiresolution segmentation dan penentuan kelas penggunaan lahan secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan luasan

69

sejak 2013 hingga 2018 di wilayah kajian yaitu dari 5.822,80 ha pada tahun 2013 menjadi 5.347,30 ha selama kurun waktu 2013-2018.

3 The use of C-band Synthetic Aperture Radar (SAR) data for rice growth phase identification

Anugrah Indah Lestari, Dony Kushardono

Jurnal IJReSES

Vol. 16 No. 1 Tahun 2019

Published No. 774/AU3/P2MI-LIPI/08/2017

Identification of the rice plant growth phase is an important step in estimating the harvest season and predicting rice production. It is undertaken to support the provision of information on national food availability. Indonesia’s high cloud coverage throughout the year means it is not possible to make optimal use of optical remote sensing satellite systems. However, the Synthetic Aperture Radar (SAR) remote sensing satellite system is a promising alternative technology for identifying the rice plant growth phase since it is not influenced by cloud cover and the weather. This study uses multi-temporal C-Band SAR satellite data for the period May–September 2016. VH and VV polarisation were observed to identify the rice plant growth phase of the Ciherang variety, which is commonly planted by farmers in West Java. Development of the rice plant growth phase model was optimized by obtaining samples spatially from a rice paddy block in PT Sang Hyang Seri, Subang, in order to acquire representative radar backscatter values from the SAR data on the age of certain rice plants. The Normalised Difference Polarisation Index (NDPI) and texture features, namely entropy, homogeneity and the Grey-Level Cooccurrence Matrix (GLCM) mean, were included as the samples. The results show that the radar backscatter value (σ0) of VH polarisation without the texture feature, with the entropy texture feature and GLCM mean texture feature respectively exhibit similar trends and demonstrate potential for use in identifying and monitoring the rice plant growth phase. The rice plant growth phase model without texture feature on VH polarisation is revealed as the most suitable model since it has the smallest average error.

4

Detection of true mangrove in Indonesia using satellite remote sensing

Nanin Anggraini, Syifa W.A, Atriyon Julzarika

Journal of Environmental Analysis and Progress

Volume 04 No. 03 Tahun 2019

Published

Mangrove existence is necessary to protect the coastal. One method that can be used to keep mangrove existence were using satellite imagery monitoring. The number of bands in the imagery led to the selection for the RGB composite bands was difficult because of many combinations to try. One technique that can be done to get the best RGB combination of an object is to use Optimum Index Factor (OIF). OIF is a statistical technique for selecting three combinations of imagery bands to visualize the image display to the fullest. It is based on the value of total variance and the correlation coefficient between the bands. Landsat 8 has seven bands with 30 m resolution, one panchromatic band with 15 m resolution, and two bands with 100 m resolution. The purpose of this study was to detect true mangrove using three bands from OIF value of Landsat 8. The results of the processing from 6 bands (2-3-4-5-6-7) obtained 20 bands combinations with the highest value of OIF is 0,168, i.e., bands 2-5-6 (Blue, NIR, SWIR-1). Based on the combination, the next step was the unsupervised classification process for true mangrove identification (Rizhopora, Brugueira, Avicennia and Soneratia). The best classification using band combination 2-3-4-5-6-7 with true mangrove reached 4.041 ha.

5

The Examination of The Satellite Image-Based Growth Curve Model Within

I Nengah Surati Jaya, M Buce Saleh, Dwi Noventasari, Nitya Ade

Jurnal Manajemen Hutan Tropika

Volume 25 No. 1 Tahun 2019

Published No. 23a/ DIKTI /Kep/2004

70

Mangrove Forest

Santi, Nanin Anggraini, Dewayany Sutrisno, Zhang Yuxing, Wang Xuenjun, Liu Qian

Developing growth curve for forest and environmental management is a crucial activity in forestry planning. This paper describes a proposed technique for developing a growth curve based on the SPOT 6 satellite imageries. The most critical step in developing a model is on pre-processing the images, particularly during performing the radiometric correction such as reducing the thin cloud. The pre-processing includes geometric correction, radiometric correction with image regression, and index calculation, while the processing technique include training area selection, growth curve development, and selection. The study found that the image regression offered good correction to the haze-distorted digital number. The corrected digital number was successfully implemented to evaluate the most accurate growth-curve for predicting mangrove. Of the four growth curve models, i.e., Standard classical, Richards, Gompertz, and Weibull models, it was found that the Richards is the most accurate model in predicting the mean annual increment and current annual increment. The study concluded that the growth curve model developed using high-resolution satellite image provides comparable accuracy compared to the terrestrial method. The model derived using remote sensing has about 9.16% standard of error, better than those from terrestrial data with 15.45% standard of error.

6

Analisis Hubungan Konstanta Atenuasi Dengan Konstituen Air Pada Perairan Pelabuhan Karimunjawa

Muhammad Ulin Nuha, Abdul Basith, Wikanti Asriningrum, Gathot Winarso, Kuncoro Teguh Kurniawan

Jurnal Nasional Elipsoida

Volume 02 No. 01 Tahun 2019

Published

Satellite-derived bathymetry (SDB) is one of the techniques in remote sensing for extraction of ocean depth by utilizing optical imagery. Spectral data from the water column is needed for SDB process. One of SDB method is an analytical method requiring field spectral data, water attenuation, and water constituents for depth estimation processes. Spectral data and attenuation were acquired by TriOS Ramses spectrometer. Water constituents are taken from filtered water samples to be tested at the laboratory. The water constituents tested were chlorophyll, CDOM, TSS, and TOM. The depth value of bathymetry extraction is strongly influenced by light penetration behavior. This is influenced by the condition of water constituents. Water constituents affect the attenuation of water. The study gives results from 4 stations of attenuation measurement having a positive correlation with chlorophyll constituents. Chlorophyll has a positive correlation with other constituents (TOM, CDOM, and TSS). From the value of water attenuation, the water classification around Karimunjawa Port are clear water of type III and 1 which have a value of (PAR) is 0.111 m-1.

71

7

Bathymetry Extraction From SPOT 7 Satellite Imagery Using Non Linear Method

Kuncoro Teguh Setiawan, Nana Suwargana, Devica Natalia Br. Ginting, Masita Dwi Mandini Manessa, Nanin Anggraini, Surahman Surahman, Syamsu Rosid, A. Harsono Supardjo

Jurnal IJReSES

Volume 16 No. 1 Tahun 2019

Published

No. 774/AU3/P2MI-LIPI/08/2017

The scope of this research is the application of the random forest method to SPOT 7 data to produce bathymetry information for shallow waters in Indonesia. The study aimed to analyze the effect of base objects in shallow marine habitats on estimating bathymetry from SPOT 7 satellite imagery. SPOT 7 satellite imagery of the shallow sea waters of Gili Matra, West Nusa Tenggara Province was used in this research. The estimation of bathymetry was carried out using two in-situ depth-data modifications, in the form of a random forest algorithm used both without and with benthic habitats (coral reefs, seagrass, macroalgae, and substrates). For bathymetry estimation from SPOT 7 data, the first modification (without benthic habitats) resulted in a 90.2% coefficient of determination (R2) and 1.57 RMSE, while the second modification (with benthic habitats) resulted in an 85.3% coefficient of determination (R2) and 2.48 RMSE. This research showed that the first modification achieved slightly better results than the second modification; thus, the benthic habitat did not significantly influence bathymetry estimation from SPOT 7 imagery.

8

Identification Of Mangrove Forests Using Multi-Resolution Satellite Imagery

Anang Dwi Purwanto dan Wikanti Asriningrum

Jurnal IJReSES

Volume 16 No. 1 Tahun 2019

Published No. 774/AU3/P2MI-LIPI/08/2017

The visual identification of mangrove forests is greatly constrained by combinations of RGB composite. This research aims to determine the best combination of RGB composite for identifyingmangrove forest in Segara Anakan, Cilacap using the Optimum Index Factor (OIF) method. The OIF method uses the standard deviation value and correlation coefficient from a combination of three image bands. The image data comprise Landsat 8 imagery acquired on 30 May 2013, Sentinel 2A imagery acquired on 18 March 2018 and images from SPOT 6 acquired on 10 January 2015. The results show that the band composites of 564 (NIR+SWIR+Red) from Landsat 8 and 8a114 (Vegetation Red Edge+SWIR+Red) from Sentinel 2A are the best RGB composites for identifying mangrove forest, in addition to those of 341 (Red+NIR+Blue) from SPOT 6. The near-infrared (NIR) and short-wave infrared (SWIR) bands play an important role in determining mangrove forests. The properties of vegetation are reflected strongly at the NIR wavelength and the SWIR band is very sensitive to evaporation and the identification of wetlands.

72

9

Deteksi Awal Habitat Perairan Laut Dangkal Menggunakan Teknik Optimum Index Factor Pada Citra Spot 7 Dan Landsat 8

Anang Dwi Purwanto dan Kuncoro Teguh Setiawan

Jurnal Enggano

Volume 4, No. 2 Tahun 2019

Published

Informasi keberadaan habitat perairan laut dangkal semakin dibutuhkan terutama dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan monitoring di wilayah pesisir. Komponen penyusun ekosistem habitat dasar perairan laut dangkal di antaranya terumbu karang dan lamun dimana lokasi keberadaan obyek habitat ini cenderung berdekatan. Dalam interpretasi ekosistem habitat dasar perairan laut dangkal terkendala oleh lokasi keberadaan ekosistem yang berasosiasi dengan obyek lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kombinasi komposit kanal terbaik dalam mengidentifikasi obyek habitat dasar perairan laut dangkal di Pantai Pemuteran, Bali. Data citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra SPOT 7 akuisisi tanggal 11 April 2018 dan citra Landsat 8 akuisisi tanggal 14 April 2018, sedangkan data terkait informasi sebaran habitat dasar perairan laut dangkal diperoleh berdasarkan hasil survei lapangan yang telah dilakukan pada tanggal 7-13 April 2018 di Pantai Pemuteran, Bali. Data citra satelit diperoleh dari Pusat Teknologi dan Data LAPAN. Untuk menentukan kombinasi dari 3 (tiga) kanal terbaik dalam interpretasi habitat dasar perairan laut dangkal digunakan metode Optimum Index Factor (OIF) dimana metode ini menggunakan nilai standar deviasi dan koefisien korelasi dari kombinasi 3 (tiga) kanal citra yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi komposit 2 (hijau), 3 (merah) dan 4 (NIR) mempunyai nilai OIF tertinggi untuk citra SPOT 7, sedangkan kombinasi komposit 2 (biru), 4 (merah) dan 6 (SWIR 1) Mempunyai nilai OIF tertinggi untuk citra Landsat 8. Interpretasi sebaran habitat dasar perairan laut dangkal dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan citra komposit RGB 423 untuk citra SPOT 7 dan RGB 642 untuk citra Landsat 8.

10

Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Ekstraksi Habitat Perairan Laut Dangkal di Pantai Pemuteran, Bali, Indonesia

Anang Dwi Purwanto, Kuncoro Teguh Setiawan, Devica Natalia Br. Ginting

Jurnal Kelautan Tropis

Volume 22, No. 2 Tahun 2019

Published No.: 30/E/KPT/2018

Indonesia had a large diversity of coastal ecosystems. One part of the them is the coral reef. The concept of mapping coral reef ecosystems has been outlined in the RSNI document about the mapping of shallow marine waters. The aim of this study is to map shallow marine waters using the 1981 and 2006 lyzenga methods. The mapping was made based on three classes including coral reef, mixed seagrass and macroalgae, and substrate. The location of the study was conducted at Pemuteran Beach, Bali. The data used were Landsat 8 imagery acquisition on 14 April 2018. Stages of data processing include atmospheric correction, radiometric correction, pansharpening, masking, cropping, and water column correction and classification. Water column correction used the Lyzenga 1981 and 2006. Classification methods to distinguish objects of shallow marine waters using the unsupervised method. The results showed differences in the results of extraction of shallow marine waters information using the Lyzenga 1981 with the 2006 Lyzenga method. The extraction results with the Lyzenga 2006 method provide more detailed information in identifying the three classes of shallow marine waters.

73

11

Pemetaan Habitat Dasar Perairan Dangkal Menggunakan 1 Citra Satelit SPOT-7 di Pulau Nusa Lembongan, Bali

I Dewa Made Krisna Putra Astaman, I Wayan Gede Astawa Karang, I Gede Hendrawan, Kuncoro Teguh Setiawan

Journal of Marine and Aquatic Sciences

Accepted Nomor 21/E/KPT/2018

Shallow water habitat is one of the regions that has high dynamics and has an important role are ecologically and economically. The high dynamics of the ideal shallow water habitat is always followed by updating information so that an overview of the area is obtained in accordance with reality. Remote sensing technology is one of the technologies that can be used for mapping natural resource studies such as mapping of shallow water habitats with the satellite imagery. This study aims to map the distribution of shallow water habitats using SPOT-7 satellite imagery on Nusa Lembongan Island, Bali and test the level of accuracy. The method used true color composite and DII (Depth Invariant Index) transformation and uses the maximum likelihood classification. The classification scheme used 6 classes, namely sand, seagrass, macro algae, rubble, live coral, and dead coral. The results of this study indicate the distribution of shallow water habitat on Nusa Lembongan Island, Bali spread equally based on the level of water depth with a total area of shallow water habitat of 453.41 ha. The results of mapping accuracy test showed the overall accuracy of the DII transformation classification results is better than the composite image classification results with an overall accuracy of 75.43% and a kappa coefficient is 0.71. So from these results can be said that used of a water column correction with the DII method can improve image accuracy in mapping shallow water habitats.

12

Pemanfaatan Citra VIIRS untuk Deteksi Asap Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Any Zubaidah, Sayidah Sulma, Suwarsono, Indah Prasasti

Journal of Natural Resources and Environmental Management

Volume 9 No. 4 Tahun 2019

Published

The observation of smoke because of land and forest fires in some regions in Indonesia mostly use the composite image visually. This study aims to develop the detection model of forest and land fire smoke using a digital analysis, which will be faster in supporting spatial information on emergency response in monitoring forest and land fire smoke. The method used is multi-threshold method and compare it with the existing model that is by modification of method Li et al. (2015). The data used is Suomi NPP-VIIRS satellite imagery. The results concluded that the VIIRS image can be used to detect the smoke and smoke distribution of forest fire and digital smoke. The multi-threshold model uses reflectance data obtained from the M4 visible channel, and the brightness temperature data obtained from the LWIR VIIRS M14 channel, with an average accuracy of 82.2% with a Commision error of 9.8% and an Ommision error of 10%. While the model of modification Li is based only on reflectance of visible-channel data i.e. channel M1, M2, M3, and SWIR VIIRS M11 channel, which has an average accuracy of 72.3% with a Commision error of 0.3% and an Ommision error of 27.4%. The multi-threshold model is a model that has the potential to be applied to detect forest and land fire smoke.

13

Deteksi Tumpahan Minyak menggunakan Metode Adaptive Threshold dan

Sayidah Sulma, Khalifah I.N.R., Nur Febrianti, Jansen S.

Majalah Globe

Volume 21 No.1 Tahun 2019

Published 30/E/KPT/2018

74

Analisis Tekstur pada Data SAR

Metode untuk deteksi tumpahan minyak menggunakan data SAR telah berkembang dari metode manual hingga metode otomatis. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode analisis tekstur dan adaptive threshold untuk deteksi tumpahan minyak menggunakan citra SAR Sentinel 1. Wilayah kajian meliputi perairan utara Bintan yang hampir rutin terjadi kasus tumpahan minyak khususnya pada musim barat/utara, serta perairan Teluk Balikpapan yang mengalami kejadian tumpahan minyak yang cukup besar pada akhir Maret 2018. Tahap awal dilakukan koreksi data meliputi koreksi atau kalibrasi radiometrik, filtering dan land masking. Tahap selanjutnya adalah deteksi dark spot yang dilakukan menggunakan dua pendekatan dan dibandingkan metode yang memberikan hasil terbaik. Metode pertama adalah analisis tekstur menggunakan Grey Level co-occurrence matrix (GLCM) dengan perhitungan homogenity, entropi dan Angular Second Moment (ASM), kemudian dilakukan klasifikasi menggunakan Maximum Likelihood, sedangkan pendekatan kedua adalah menggunakan adaptive threshold. Hasil kajian menunjukkan bahwa metode tekstur analisis GLCM dan adaptive threshold pada citra SAR Sentinel 1 memberikan hasil yang cukup baik untuk area tumpahan minyak yang cukup tebal. Namun untuk area tumpahan minyak yang tipis atau pada wilayah pencampuran air, metode adaptive threshold memberikan hasil yang lebih baik. Modifikasi berupa masking kapal (atau objek dengan backscatter tinggi) sebelum diterapkan metode adaptive threshold dapat mengurangi kesalahan seperti terdeteksinya objek minyak di sekitar kapal.

14

Pengaruh Tinggi Muka Air Gambut Sebagai Indikator Peringatan Dini Bahaya Kebakaran Di Sungai Jangkang - Sungai Liong

Nur Febrianti, Kukuh Murtilaksono, Baba Barus

Jurnal Inderaja

Volume 21 No.1 Tahun 2019

Published No. 21/E/KPT/2018

Disasters of forest and land fires are increasingly concerned. The nature of peat soil which is easy to lose water and high organic matter content causes peat soils to be very sensitive to fire. Therefore it is necessary to know indicators for early warning of fires on peatlands. The purpose of this study is to determine the critical groundwater level (GWL) as an indicator of peatland fires on the Jangkang River - Sungai Liong. Determination of the critical point of peatland fires as a fire early warning is done by calculating the difference from the value of the undefined TMA with a range of possible errors. The TMA value is obtained from the estimation of several methods, namely data on the physical properties of the soil, the drought index, and a combination of both. The TMA estimation of the physical properties of the soil has a range of fires at depths of 74.3 - 107 cm. In estimating TMA using a drought index, potential fires occur in TMA ranging from 27 - 101 cm. While the combined estimates of the physical properties of the soil and the drought index ranged from 66.8 - 98.8 cm the occurrence of fires on peatland. The results of this study show that the estimated TMA from a combination of field data and drought index provides fairly good accuracy. Thus TMA can be an early warning indicator of the danger of peatland fires. This TMA estimation can give faster results and pretty good accuracy. But this estimation model for TMA does not necessarily apply directly to other research locations. The critical point of peat soil water depth ranges from 27 to 74 cm. The depth of the peatland surface should be maintained less than the critical point, if not then the potential for peatland fires will increase.

15

Detecting Deformation Due To The 2018 Merapi Volcano

Suwarsono Suwarsono, Indah Prasasti, Jalu Tejo

IJReSES

Vol 16, No 1. Tahun 2019

Published No. 774/AU3/P2MI-LIPI/08/2017

75

Eruption Using Interferometric Synthetic Aperture Radar (INSAR) From Sentinel-1 TOPS

Nugroho, Jansen Sitorus, Rahmat Arief, Khalifah Insan Nur Rahmi, Djoko Triyono

This paper describes the application of Sentinel-1 TOPS (Terrain Observation with Progressive Scans), the latest generation of SAR satellite imagery, to detect displacement of the Merapi volcano due to the May–June 2018 eruption. Deformation was detected by measuring the vertical displacement of the surface topography around the eruption centre. The Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) technique was used to measure the vertical displacement. Furthermore, several Landsat-8 Thermal Infra Red Sensor (TIRS) imageries were used to confirm that the displacement was generated by the volcanic eruption. The increasing temperature of the crater was the main parameter derived using the Landsat-8 TIRS, in order to determine the increase in volcanic activity. To understand this phenomenon, we used Landsat-8 TIRS acquisition dates before, during and after the eruption. The results show that the eruption in the May–June 2018 period led to a small negative vertical displacement. This vertical displacement occurred in the peak of volcano range from - 0.260 to -0.063 m. The crater, centre of eruption and upper slope of the volcano experienced negative vertical displacement. The results of the analysis from Landsat-8 TIRS in the form of an increase in temperature during the 2018 eruption confirmed that the displacement detected by Sentinel-1 TOPS SAR was due to the impact of volcanic activity. Based on the results of this analysis, it can be seen that the integration of SAR and thermal optical data can be very useful in understanding whether deformation is certain to have been caused by volcanic activity.

16

Identifikasi Kawasan Pertambangan Timah Menggunakan Data Satelit Sentinel-1 dengan Metode Object Based Image Analysis

Udhi Catur Nugroho, Dony Kushardono, Esthi Kurnia Dewi

Jurnal Ilmu Lingkungan

Volume 17 Issue 1 Tahun 2019

Published SK No. 48a / KPT / 2017

Berdasarkan data Pendapatan Nasional Indonesia 2017, sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peran penting bagi Indonesia. Sektor ini menyumbangkan 7,57% pada produk domestik bruto Indonesia di tahun 2017 . Salah satu sektor pertambangan yang potensial di Indonesia adalah pertambangan mineral Timah di Pulau Bangka dan Belitung. Namun kegiatan pertambangan ini banyak menimbulkan dampak negatif dari sisi lingkungan. Salah satu upaya awal untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan adalah melakukan identifikasi kawasan pertambangan timah secara spasial. Teknologi yang dapat membantu untuk hal ini salah satunya adalah teknologi penginderaan jauh radar. Penelitian ini menggunakan data satelit radar sentinel-1 yang diluncurkan oleh European Space Agency (ESA). Tujuan penelitian ini adalah pemanfaatan data radar Sentinel-1 untuk identifikasi kawasan pertambangan menggunakan metode Object-Base Image Analysis (OBIA). Data sentinel-1 disegmentasi menggunakan algorithma multiresolution segmentation kemudian di klasifikasi menggunakan algorithma nearest neighbor. Masukan data yang digunakan untuk proses klasifikasi dibuat menjadi dua variasi, yang pertama adalah data standar deviasi, mean, dan brightness pada masing – masing segmen di tiap band, kemudian variasi kedua adalah penambahan data tekstur berupa nilai grey level coocurance matrix (GLCM). Hasil klasifikasi menunjukan bahwa masukan data yang menggunakan data tekstur GLCM mempunyai akurasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa data tekstur GLCM. Secara statisktik Hasil klasifikasi dengan

76

type satu menunjukan bahwa total akurasi nya adalah sebesar 89,0 %, dengan nilai kappa sebesar 0,48 sedangkan untuk type dua menunjukan bahwa total akurasinya adalah 89,3%, dengan kappa sebesar 0,50. Hasil klasifikasi kawasan pertambangan dapat digunakan sebagai masukan awal dalam rangka identifikasi spasial kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan.

17

Karakteristik Pola Spektral pada Lahan Tambang Timah

Nanik Suryo H, Hana Listi F., Iskandar Effendy

Majalah Globe

Volume 21 No.1 Tahun 2019

Published 30/E/KPT/2018

Rote Island is one of the islands in southern of Indonesia. This region experiences very high geological and geodynamic processes. This is evidenced by the abundance of seabed rising, and there is a dead sea lake area that has a higher salinity than the sea. Biodiversity on Rote Island has endemic and unique flora and fauna. This study aims to create an integrated system of inland waters resources on Rote Island with a multidisciplinary approach. Inland water resources on Rote Island number more than 80 lakes and ponds. An inland water resource on Rote Island is a saltwater environment. The extraction of geobiophysical information on inland water resources is needed by studying various aspects of multidisciplinary. The aspects studied are limnology, water quality, conservation of forest resources, geology, geodynamics, water resources, geodesy and geomatics engineering. All geobiophysical information needs to be integrated into an integration system. This is useful for efficiency and effectiveness in the utilization of data and information. This integration system (geovisualization) is in the form of WebGIS and storytelling maps. This integration system is dynamic so it can update its latest spatial information. This integration system can be used to promote Rote island tourism. This integration system can be accessed via the website geopark4rote.com. This integration system can be applied in other regions so reached one map policy and a system for inland water resources will be realized in Indonesia

18

Study of aquatic plants and ecological- physics Tempe Lake, Sulawesi Selatan

Media Fitri Isma Nugraha, Atriyon Julzarika, Alias Radjamuddin, Reflinur Reflinur, Rossa Yunita, Wening Enggarini, Hessy Novita

Journal of fisheries and marine science

Volume 2 Nomor 2, Tahun 2019.

Published 10/E/KPT/2019

Aquatic plants are an indicator of the fertility of an aquatic region. The waters of Lake Tempe are the largest waters of the lake area in South Sulawesi. Lake Tempe is located in the western part of Wajo District, precisely in Tempe District, about 7 km from Sengkang City towards the banks of the Walanae River in southern Sulawesi. The area is about 13,000 ha with a maximum depth of 5.5 m and can reach more than 30,000 ha during floods, and during the dry season, the inundation area reaches only 1,000 ha with a maximum depth of 1 m, located above the continental and Australian and Asian plates. This lake is one of the tectonic lakes in Indonesia. Every year silting the lake occurs. The Tempe hydro vegetation and eco-physical research were carried out in October 2017. The purpose of this study was to record aquatic plant species that live in Tempe Lake and observe ecological changes and physical properties of Lake Tempe. Aquatic plants are expected to be able to filter lake water. The results obtained are physical conditions of sharp-smelling water, unpleasant taste, dark brown, and cloudy color. Chemical indicators of NH3-N waters (0.2976-0.0634), PO4-P (0.0172- 0.0844) NO2-N (undetectable), NO3-N (1.7131-1.9335), Sulphate (27.761900 - 37.047620), DO (6.88-7.18) and pH (7.88-8.02). There are 14 species of aquatic plants found in these waters. The

77

most dominant species is water hyacinth. In the case of Tempe lake water vegetation results in siltation of the lake area.

19

Identification Of Aquatic Plant Species From Bantimurung Waterfall And Their Phytochemical Compounds Analysis

Media Fitri Isma Nugraha, Fasya Hadaina Maharani, Hessy Novita, Muh Alias L Rajamuddin, Rossa Yunita, Reflinur Reflinur, Wening Enggarini, Atriyon Julzarika, Berna Elya Elya

Annales Bogorienses

Volume 23, No 1 Tahun 2019

Published 21/E/KPT/2018

A total of 21 aquatic plant species were collected from Bantimurung waterfall areas, South Sulawesi, Indonesia, in October 2017. These plant materials were subjected to both species and phytochemicals identification. The aims of this study were to determine the species or taxonomic rank of Indonesian aquatic plants collected from Bantimurung waterfall, South Sulawesi, Indonesia and to identify their chemical compounds (phytochemicals) as a candidate for new herbal medicine. Plant genetic materials used in this study were collected from Bantimurung Bulusaraung waterfall and were then identified based on standard botanical techniques for species identification in the Herbarium Bogoriense, Research center for Biology Indonesian Institute of Science (LIPI), Cibinong, West Java. The samples were subjected to the phytochemistry screening such as alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, glycosides, terpenoids and anthraquinone followed the procedures of Indonesian Materia Medika and Harborne. Results showed that all collected aquatic plant samples were able to be identified, including their species names. Phytochemical screening of each sample revealed the presence of glycoside in all of the tested species. However, no alkaloids, anthraquinones, and terpenoids were observed in those tested plant samples. Of the total 21 aquatic plants, 14 species contained flavonoids, 8 species contained phenol compound, and 10 species contained saponins. Among these species Donnax canniformis possessed good antioxidant activity, which correlated to its total phenolic and flavonoid contents. Our results would be beneficial for any future effort in the

development of new herbal drugs derived from aquatic plants.

20

Identifikasi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kramat Jati Kodya Jakarta Timur Menggunakan Citra Pleiades

Mukhoriyah Mukhoriyah, Nurwita Mustika Sari, Maya Sharika, Lidya Nur Hanifati

Jurnal Planologi

Vol 16, No 2 Tahun 2019

Published No. SK: 3/E/KPT/2019

78

Perkembangan kota-kota besar di Indonesia khususnya Kota Jakarta yang berkembang dengan sangat pesat ditandai perkembangan pembangunan fisik yang cepat, Sehingga mempengaruhi semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pemanfaatan lahan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah tutupan vegetasi. Permasalahan utama keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Jakarta adalah semakin berkurangnya/keterbatasan lahan dan ketidak konsisten dalam menerapkan tata ruang. Berkurangnya RTH disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan yang relatif signifikan sehingga RTH Jakarta belum memenuhi target 30% dari total luas wilayahnya terutama di Kecamatan Kramatjati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung kebutuhan RTH dalam satu lingkup kecamatan. Metode yang digunakan adalah pengolahan data awal (koreksi radiometrik, pansharpen, mozaik, cropping) dan perhitungan nilai kerapatan vegetasi berdasarkan Normalized Defference Vegetation Indeks (NDVI). Berdasarkan hasil perhitungan NDVI dengan menggunakan data Citra Pleiades Tahun 2015, bahwa di Kecamatan Kramat Jati terdapat 225,17 ha merupakan daerah vegetasi, sedangkan 918,93 ha adalah daerah non vegetasi. Hasil perhitungan tersebut kemudian di bagi dalam tingkat kerapatan yaitu kerapatan jarang sebesar 48.595 ha, kerapatan menengah sebesar 34.446 ha, dan kerapatan tinggi sebesar 160.609 ha. Kesimpulan yang diperoleh adalah RTH di Kecamatan Kramat Jati direncanakan seluas 12,38 % dari seluruh wilayah Kramat Jati. Namun, berdasarkan hasil NDVI, RTH di Kramatjati sudah mencapai 19,68% dari seluruh luas kecamatan dan dari segi kuantitas, maka jumlah RTH telah terpenuhi.

21

Teknik Identifikasi Saluran Irigasi pada Citra Satelit Resolusi Tinggi dengan Penggabungan Komposit RGB, Indeks Saluran, dan Interpretasi Visual

Bambang Trisakti, Udhi Catur Nugroho, Hanhan Ahmad Sofiyuddin, Naufal Syauqi

Jurnal Irigasi

Vol 14, No 2 Tahun 2019

Published No. 21/E/KPT/2018

Salah satu program penting untuk mendukung program nasional ketahanan pangan adalah pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur jaringan irigasi yang mengalami kerusakan. Data spasial mengenai lokasi jaringan irigasi yang ada saat ini menjadi informasi yang sangat penting untuk kebijakan perluasan daerah irigasi dan pemantauan kerusakan infrastruktur jaringan irigasi. Citra satelit resolusi spasial tinggi seperti SPOT 7 dan Pleiades mampu memperlihatkan secara visual objek-objek permukaan bumi, seperti jalan, sungai dan juga saluran irigasi. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan teknik identifikasi saluran irigasi dengan menggunakan citra resolusi tinggi. Teknik identifikasi dilakukan dengan menggabungkan antara citra komposit RGB dengan warna semu, indeks saluran, dan interpretasi visual dengan mengenali karakteristik saluran irigasi. Pembuatan komposit RGB dan indeks saluran dilakukan berdasarkan perbedaan pola spektral dari saluran irigasi dengan pola spektral dari beberapa objek yang mirip. Citra komposit RGB dikombinasikan dengan indeks saluran dapat memperjelas dan memisahkan saluran irigasi dari objek sekitarnya, walaupun dengan kendala terkait lebar saluran dan bayangan tanaman. Teknik intepretasi citra dapat lebih memastikan ketepatan identifikasi dan membedakan saluran irigasi dengan bayangan tanaman. Citra SPOT 6/7 dapat dimanfaatkan untuk identifikasi saluran dengan lebar lebih dari 4 m, dan citra Pleaides untuk saluran kurang dari 4 m. Akurasi total hasil identifikasi saluran irigasi menggunakan citra Pleaides adalah berkisar 82%.

22

Informasi Sebaran Titik Panas Berbasis WebGIS untuk Pemantauan Kebakaran Hutan dan

Taufik Hidayat, Muhammad Priyatna, Ahmad Sutanto, Aby Alkhudri,

Jurnal Teknologi Lingkungan

Vol 20, No 1 Tahun 2019

Published No 21/E/KPT/2018

79

Lahan di Indonesia

Rokhis Khomarudin

Pusat Pemanfaatan Pengideraan Jauh-LAPAN telah menghasilkan informasi sebaran titik panas. Ketersediaan informasi pemantauan sebaran titik panas terkini yang cepat, tepat dan akurat dapat meningkatkan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya kehutanan dan membangun sistem pemantauan yang akuntabel dan dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan sekaligus ikut serta dalam pengelolaan, menjaga keselamatan serta kelestarian sumber daya alam Indonesia yang berkelanjutan. Mengingat pentingnya informasi dan komunikasi dalam penanggulangan krisis akibat bencana, maka upaya memudahkan pelaksanaan penyebarluasan informasi sebaran titik panas masyarakat luas dengan baik perlu diwujudkan. Salah satu pengaplikasiannya adalah dengan mengembangkan sistem diseminasi berbasis Web Sistem Informasi Geografis dengan aplikasi Geonode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purwarupa dengan teknologi terbuka. Geonode dapat mengintegrasikan informasi tersebut dalam layer-layer sistem pemetaan web dan internet. Geonode merupakan sebuah sistem geoportal opensource gabungan antaran framework Django dan bahasa pemograman Python yang mampu menyajikan visualisasi spasial dinamis secara interaktif dan terhubung ke jaringan informasi elektronik lainnya. Sistem diseminasi ini dapat dipakai untuk pengambilan keputusan dalam persiapan perencanaan, pembangunan, pengawasan, dan respon terhadap keadaan darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, serta sebagai referensi dibidang teknologi inovatif dan penerapan informasi Geopasial.

IKU 3 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang pemanfaatan

penginderaan jauh

Tahun 2019, Peneliti-peneliti Pusfatja telah berhasil menerbitkan karya ilmiah

internasional terindeks, pada jurnal internasional terindeks dan pada media publikasi

lainnya seperti prosiding internasional terindeks. Publikasi internasional terindeks di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh mencapai mencapai 11 makalah atau 220% dari

target 5 publikasi ilmiah terindeks (Tabel 3.9). Publikasi ilmiah pada Jurnal internasional

terindeks yang dipublikasikan merupakan hasil kegiatan penelitian tahun 2019. Tabel

3.10 menunjukkan perbandingan capaian IKU 3 dengan tahun sebelumnya. Publikasi

internasional yang telah diterbitkan pada publikasi internasional terindeks (Tabel 3.11).

Tabel 3.10 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 3 PUFATJA Tahun 2019

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

IKU 3 : Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang pemanfaatan penginderaan jauh.

5 11 220%

Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IKU 3 dengan Tahun Sebelumnya

IKU 3 2015 2016 2017 2018 2019 Target Renstra

2019 Realisasi Realisasi Realisasi Realsasi Target Realisasi Capaian

80

Jumlah publikasi internasional yang terindeks dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

4 10 5 6 5 11 220% 5

Tabel 3. 12 Daftar makalah publikasi Internasional yang diterbitkan tahun 2019

No JUDUL PUBLIKASI NAMA PENELITI

NAMA JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL

VOLUME/ TAHUN

KETERANGAN (Accepted/Published)

1

Detection and Validation of Tropical Peatland Flaming and Smouldering Using Landsat-8 SWIR and TIRS Bands.

Parwati Sofan, David Bruce, Eriita Jones and Jackie Marsden

Remote Sens 2019, 11, 465

Published

A Tropical Peatland Combustion Algorithm (ToPeCAl) was first established from Landsat-8 images acquired in 2015, which were used to detect peatland combustion in flaming and smouldering stages. Detection of smouldering combustion from space remains a challenge due to its low temperature and generally small spatial extent. The ToPeCAl consists of the Shortwave Infrared Combustion Index based on reflectance (SICIρ), and Top of Atmosphere (TOA) reflectance in Shortwave Infrared band-7 (SWIR-2), TOA brightness temperature of Thermal Infrared band-10 (TIR-1), and TOA reflectance of band-1, the Landsat-8 aerosol band. The implementation of ToPeCAl was then validated using terrestrial and aerial images (helicopter and drone) collected during fieldwork in Central Kalimantan, Indonesia in the 2018 fire season, on the same day as Landsat-8 overpasses. The overall accuracy of ToPeCAl was found to be 82% with omission errors in a small area (less than 30 m × 30 m) from mixtures of smouldering and vegetation pixels, and commission errors (with minimum area of 30 m x 30 m) on high reflective building rooftops in urban areas. These errors were further reduced by masking and removing urban areas prior to analysis using landuse Geographic Information System (GIS) data; improving the overall mapping accuracy to 93%. For comparison, the day and night-time VIIRS (375 m) active fire product (VNP14IMG) was utilised, obtaining a lower probability of fire detection of 71% compared to ground truth, and 57–72% agreement in a buffer distance of 375 m to 1500 m when compared to the Landsat-8 ToPeCAl results. The night-time data of VNP14IMG was found to have a better correspondence with ToPeCAl results from Landsat 8 than day-time data. This finding could lead to a potential merger of ToPeCAl with VNP14IMG to fill the temporal gaps of peatland fire information when using Landsat. However, the VNP14IMG product exhibited overestimation compared with the results of ToPeCAl applied to Landsat-8.

2

Fire Frequency and Related Land-Use and Land-Cover Changes in Indonesia’s Peatlands

Yenni Vetrita, Mark A. Cochrane

MDPI

Volume 12 Issue 1 10.3390/rs12010005

Published

Indonesia’s converted peatland areas have a well-established fire problem, but limited studies have examined the frequency with which they are burning. Here, we quantify fire frequency in Indonesia’s two largest peatland regions, Sumatra and Kalimantan, during 2001–2018. We report, annual areas burned, total peatland area affected by fires, amount of recurrent burning and associations with land-use and land-cover (LULC) change. We based these analyses on Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Terra/Aqua combined burned area and three Landsat-derived LULC maps (1990, 2007, and 2015) and explored relationships between burning and land-cover types. Cumulative areas burned

81

amounted nearly half of the surface areas of Sumatra and Kalimantan but were concentrated in only ~25% of the land areas. Although peatlands cover only 13% of Sumatra and Kalimantan, annual percentage of area burning in these areas was almost five times greater than in non-peatlands (2.8% vs. 0.6%) from 2001 to 2018. Recurrent burning was more prominent in Kalimantan than Sumatra. Average fire-return intervals (FRI) in peatlands of both regions were short, 28 and 45 years for Kalimantan and Sumatra, respectively. On average, forest FRI were less than 50 years. In non-forest areas, Kalimantan had shorter average FRI than Sumatra (13 years vs. 40 years), with ferns/low shrub areas burning most frequently. Our findings highlight the significant influence of LULC change in altering fire regimes. If prevalent rates of burning in Indonesia’s peatlands are not greatly reduced, peat swamp forest will disappear from Sumatra and Kalimantan in the coming decades.

3

Algorithm for Detecting Deforestation and Forest Degradation using Vegetation Indices

M. Buce Saleh, I Nengah Surati Jaya, Nitya Ade Santi, Dewayany Sutrisno, Ita Carolita, Zhang Yuxing, Wang Xuejun, Liu Qian

TELKOMNIKA

Vol.17, No.5, October 2019

Published

In forestry sector, the remote sensing technology hold a key role on forest inventory and monitoring their changes. This paper describes the algorithm for detecting deforestation and forest degradation using high resolution satellite imageries with knowledge-based approach. The main objective of the study is to develop a practical technique for monitoring deforestation and forest degradation occurred within the mangrove and swamp forest ecosystem. The SPOT 4, 5, and 6 images acquired in 2007, 2012 and 2014 were transformed into three vegetation indices, i.e., Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Green-Normalized Difference Vegetation index (GNDVI) and Normalized Green-Red Vegetation index (NRGI). The study found that deforestation was well detected and identified using the NDVI and GNDVI, however the forest degradation could be well detected using NRGI, better than NDVI and GNDVI. The study concludes that the strategy for monitoring deforestation, biomass-based forest degradation as well as forest growth could be done by combining the use of NDVI, GNDVI and NRGI respectively.

4

Improving the accuracy and reliability of land use/land cover simulation by the integration of Markov cellular automata and landform-based models __ a case study in the upstream Citarum watershed, West Java, Indonesia

Fajar Yulianto, Suwarsono, Sayidah Sulma

JOURNAL OF DEGRADED AND MINING LANDS MANAGEMENT

Volume 6, Number 2 (January 2019):1675-1696

Published

Land use/land cover (LULC) is one of the important variables affecting human life and the physical environment. Modelling of change in LULC is an important tool for environmental management and for supporting spatial planning in environmentally important areas. In this study, a new approach was proposed to improve the accuracy and reliability of LULC simulation by integrating Markov cellular automata (Markov-CA) and landform-based models. Landform characteristics, positions and patterns influence LULC changes

82

that are important in understanding the effects of environmental change and other physical factors. The results of this study showed that integration of Markov-CA and landform-based models increased correct rejection as a component of agreement and reduced incorrect hits and false alarms as components of disagreement for the percentage of the study area in each resolution (multiple of native pixel size). Correctly simulated hits as a component of agreement change also increased, even though nine of the 18 pairs of three-map comparisons showed a decline in this aspect. Meanwhile, misses as a component of disagreement change simulated as persistence also increased, although six of the 18 pairs of data showed a decline. Based on the overall three-map comparison analysis, there was an increase in the figure of merit (FOM) values after the Markov-CA and landform-based models were integrated, although six of the 18 pairs of data indicated a decrease in FOM values. This indicates improved results after integration of Markov-CA and landform-based models.

5

Land changes detection on Rote Island using harmonic modelling Method

Atriyon Julzarika, Nanin Anggraini, Kayat, Mutiaraning Pertiwi

JOURNAL OF DEGRADED AND MINING LANDS MANAGEMENT

Vol 6, No 3 (2019)

Published

Rote Island is one of the islands in East Nusa Tenggara. In this island, land changes occur significantly. This land changes can be detected by Landsat images. These images are obtained from the big data engine. The big data engine used is the Google Earth Engine. This study aimed to detect land changes with harmonic modelling using multitemporal Landsat images from the big data engine. Harmonic modelling is used in monitoring changes in Normalized Difference Vegetation Index values in a multitemporal manner from Landsat images. Processing is done using the Geomatics approach. Land changes on Rote Island generally occur on coastal and savanna. Land changes on land generally have vertical deformation on its movement and horizontal on the savanna. The land changes accuracy result is 95% in 1,96σ. This method can be used for rapid mapping of land changes monitoring.

6

The dynamics of shoreline change analysis based on the integration of remote sensing and geographic information system (GIS) techniques in Pekalongan coastal area, Central Java, Indonesia

Fajar Yulianto, Suwarsono, Taufik Maulana, and Muhammad Rokhis Khomarudin

Journal of Degraded and Mining Lands Management

Vol 6, No 3 (2019)

Published

Coastal areas are found in the dynamic zone at the interface between the three major natural systems of the Earth's surface. The phenomenon of shoreline change is one of the most frequent problems encountered in the coastal environment and is caused by natural processes that result in dynamic changes in the coastal area. Coastal area change can affect the vulnerability of the coastal environment and its properties, such as shoreline stabilization, flood control, sediment retention, natural protection and others. The method of integrating remote sensing data with geographic information system (GIS) techniques has been widely used to monitor and analyze the dynamics of shoreline change in coastal areas. The purpose of this study is to map and analyze the dynamics of shoreline change from 1978 to 2017 in the study area. An approach combining spectral value index and visual interpretation of Landsat images was used and proposed to indicate the separation of land and water bodies, for shoreline extraction. The normalized difference water index (NDWI) can be used as a spectral value index approach for differentiating land and water bodies. Furthermore, the analysis of shoreline changes was performed using the digital shoreline analysis system (DSAS). Based on calculations made using DSAS, it can be seen that the pattern of coastline change tends to be dominated by offshore erosion. The results of this study may also be important as input data for coastal hazard assessment as part of the effort to overcome the problem of flood tides

83

7

Analysis of the dynamics of coastal landform change based on the integration of remote sensing and GIS technique: implications for tidal flooding impact in Pekalongan, Central Java, Indonesia

Fajar Yulianto, Suwarsono, Taufik Maulana, M. Rokhis Khomarudin.

Quaestiones Geographicae

2019, Volume 38: Issue 3

Published

Coastal landforms are located in the interface zone between atmosphere, ocean and land surface systems formed by the geomorphic process of erosion, depositional, and subsidence. Studying the dynamics of coastal landform change is important for tracing the relationship between coastal landform changes and tidal flooding in the coastal areas of Pekalongan, Indonesia. The method of integrating remote sensing data with geographic information system (GIS) techniques has been widely used to monitor and analyze the dynamics of morphology change in coastal landform areas. The purpose of this study is to map the dynamics of landform change in the study area from 1978 to 2017 and to analyze its implications for the impact of tidal flooding. The results of the mapping and change analysis associated with coastal landforms can be classified into four landform types: beach, beach ridge, backswamp and alluvial plain. Changes in coastal morphology and landform topography affected by land subsidence and changes in land use/ land cover have contributed to the occurrence of tidal flooding in the study area. Beach ridges perform an important role as natural levees which hold back and prevent the entry of seawater at high tide in coastal areas. A limitation of this study is that, as it focuses only on the physical aspects of coastal landform characteristics for one of the factors causing tidal flooding.

8

DEM classifications: opportunities and potential of its applications

Atriyon Julzarika, Djurdjani

Journal of Degraded and Mining Lands Management

Vol 6, No 4 (2019)

Published

Rote Island has long been known as a tourism destination, especially for its beaches and small islands which are well known surfing spots. However, many other aspects of Rote Island, such as its inland waters, left unexplored and are unknown to tourists or stakeholders. The lack of infrastructure is one of the factors causing underdevelopment in these area. This paper reports the outcome of an expedition set to uncover the uniqueness of Rote Island’s tourism potential, especially on its inland waters. The expedition involves researcher from some of Indonesian institutions related to inland waters, such as LAPAN, LIPI, PUPERA, KLHK and KKP to conduct some preliminary research on Rote Island’s saltwater lake. Mobile devices equipped with GIS software were used to obtain data during the survey. Some of the findings including the misleading toponyms found in online sources of the lakes, the biogeophysical condition of the lakes, as well as vegetations and wildlife of the area. The Rote Island Snake-necked Turtle (Chelodina Mccordi) is one of the near-extinct species which habitat needs to be identified and well-preserved, thus tourism should take into account natural preservation in the lakes and its surroundings. Based on the results we suggest that a Geopark should be initialized in and around Rote Island’s lakes. These findings are presented as a storytelling map, both to attract tourism and to emphasize the geospatial aspects of the lakes. A WebGIS is also developed to integrate data from different institutions to aide decision making. The result is geopark4rote.com, which present the storytelling map and WebGIS to be used by tourist and decision makers alike to explore the richness of Rote Island through geospatial data.

9

Integration of remote sensing, GIS and Shannon's Entropy approach to conduct trend analysis of the dynamics change in urban/built-up areas in the Upper Citarum

Fajar Yulianto, Hana Listi Fitriana, Kusumaning Ayu Diah Sukowati

Modelling Earth Systems and Environment

Published

84

River Basis, West Java, Indonesia

Spatial demand will increase when the population growth in an area. For sufficient space will occupy the surrounding land (periphery). This condition is known as urban sprawl. Urban sprawl is a complex phenomenon, as it affects social life and becomes a serious environmental problem. Environmental problems that occur because of the change in the land function of agriculture and forests into residential areas and commercial purposes. This study aims to conduct trend analysis of the spatial and temporal dynamics of urban/built-up areas during the periods 1990–2016. Integration of remote sensing, GIS, and Shannon’s entropy statistical approach was used to obtain information regarding dynamics change in the areas. The results of the trend entropy value analysis show that urban/built-up development is tending to spread, with increases in entropy values based on the region’s urban/built-up sub-watershed areas during the 1990–2016 periods of 1.464 and 1.597, respectively. Meanwhile, based on the radial distance from Bandung city, these are 1.511 and 1.737, respectively. The results of the relative entropy are equal to 0.151 in 1990, with an increase to 0.156 in 2016, based on the region’s urban/built-up area of the sub-watershed. Meanwhile, based on the radial distance from Bandung city, the values were 0.156 in 1990 and 0.170 in 2016. This study can be used as important benchmarks for planners, policymakers, and researchers regarding spatial planning in the study area. The results could also provide important inputs for sustainable land use plans and strategies to reduce disasters and flood hazards, as well as flood disaster vulnerability analysis of residential areas.

10

Expedition Oe: A Visual-Storytelling Map on Rote Island’s Lakes

Dany Laksono, Atriyon Julzarika, Luki Subehi, Hanhan A. Sofiyuddin4,Esthi K. Dewi, Kayat , Media Fitri Isma N.

Journal of Geospatial Information Science and Engineering

Vol 1, No 2

Published

Rote Island has long been known as a tourism destination, especially for its beaches and small islands which are well known surfing spots. However, many other aspects of Rote Island, such as its inland waters, left unexplored and are unknown to tourists or stakeholders. The lack of infrastructure is one of the factors causing underdevelopment in these area. This paper reports the outcome of an expedition set to uncover the uniqueness of Rote Island’s tourism potential, especially on its inland waters. The expedition involves researcher from some of Indonesian institutions related to inland waters, such as LAPAN, LIPI, PUPERA, KLHK and KKP to conduct some preliminary research on Rote Island’s saltwater lake. Mobile devices equipped with GIS software were used to obtain data during the survey. Some of the findings including the misleading toponyms found in online sources of the lakes, the biogeophysical condition of the lakes, as well as vegetations and wildlife of the area. The Rote Island Snake-necked Turtle (Chelodina Mccordi) is one of the near-extinct species which habitat needs to be identified and well-preserved, thus tourism should take into account natural preservation in the lakes and its surroundings. Based on the results we suggest that a Geopark should be initialized in and around Rote Island’s lakes. These findings are presented as a storytelling map, both to attract tourism and to emphasize the geospatial aspects of the lakes. A WebGIS is also developed to integrate data from different institutions to aide decision making. The result is geopark4rote.com, which present the storytelling map and WebGIS to be used by tourist and decision

makers alike to explore the richness of Rote Island through geospatial data.

11

Complex hazard cascade culminating in the Anak Krakatau sector collapse

Walter et al. Co-Authors (Rokhis KHomarudin)

Nature Communications

Nature Communications volume 10, Article number:

Published

85

4339 (2019)

Flank instability and sector collapses, which pose major threats, are common on volcanic islands. On 22 Dec 2018, a sector collapse event occurred at Anak Krakatau volcano in the Sunda Strait, triggering a deadly tsunami. Here we use multiparametric ground-based and space-borne data to show that prior to its collapse, the volcano exhibited an elevated state of activity, including precursory thermal anomalies, an increase in the island’s surface area, and a gradual seaward motion of its southwestern flank on a dipping décollement. Two minutes after a small earthquake, seismic signals characterize the collapse of the volcano’s flank at 13:55 UTC. This sector collapse decapitated the cone-shaped edifice and triggered a tsunami that caused 430 fatalities. We discuss the nature of the precursor processes underpinning the collapse that culminated in a complex hazard cascade with important implications for the early detection of potential flank instability at other volcanoes.

IKU 4 : Jumlah HKI yang diusulkan dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

Pada tahun 2019 telah diusulkan 1 judul HKI dibidang Pemanfaatan Penginderaan

Jauh. Terkait dengan peningkatan perolehan paten dan rezim HKI lainnya, pada tahun

ini Pusfatja sudah mengusulkan 2 HKI. Tabel 3.13 menunjukkan perbandingan capaian

IKU 4 dengan tahun sebelumnya.

Tabel 3.13 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 4 PUFATJA Tahun 2019

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

IKU 4 : Jumlah HKI yang diusulkan dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

1 2 200%

Tabel 3.14 Perbandingan capaian IKU 4 Pusfatja dengan tahun sebelumnya

IKU 4 2015 2016 2017 2018 2019 Target Renstra

2019

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Capaian

Jumlah HKI yang diusulkan dibidang pemanfaatan penginderaan jauh

0 0 3

1 1 2 200% 1

86

Tabel 3.15 Daftar HKI yang disulkan Pusfatja Tahun 2019

No Judul HKI Nama Peneliti/Perekayasa

1. Metode Pemanfaatan Data Satelit Radar C-Band Menggunakan Sampel Spasial Untuk Identifikasi Fase Pertumbuhan Padi

Dr. Dony Kushardono dan Anugrah Indah Lestari, S.Si

2.

Penentuan Parameter Untuk Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Di Pesisir

Dr. Dra. Wikanti Asriningrum, M.Si, Anang Dwi Purwanto, S.T., M.Si, Teguh Prayogo, S.T., M.Si, Sartono Marpaung, S.Si, Rizky Faristyawan, S.Si

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang prima

Pada sasaran strategis 2 terdapat 2 IKU yakni:

IKU 5: Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi

penginderaan jauh

Pada tahun 2019 instansi pengguna (masyarakat umum, masyarakat ilmiah,

perguruan tinggi, pemerintah pusat dan daerah, serta swasta) yang telah memanfaatkan

layanan informasi penginderaan jauh sebanyak 184 instansi pengguna dari target 95

instansi pengguna. Tabel 3.18 Merupakan daftar pengguna yang memanfaatkan

informasi penginderaan jauh untuk masing-masing tema kegiatan.

Tabel 3.16 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 5 PUFATJA Tahun 2019

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

IKU 5 : Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh

95 184 193%

Tabel 3.17 Perbandingan Capaian IKU 5 dengan Tahun Sebelumnya

IKU 5 2015 2016 2017 2018 2019 Target Renstra

2019

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Capaian

Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan

72 115 110 123 95 184 193% 95

87

layanan informasi penginderaan jauh

Tabel 3.18 Merupakan daftar pengguna yang memanfaatkan informasi penginderaan jauh

untuk masing-masing tema kegiatan

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

1. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan RISTEK Dikti

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

RISTEK Dikti

2. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan WWF -

Indonesia

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

WWF - Indonesia

3. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan IPB

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

IPB

4. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan KKP

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

KKP

5. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan WRI - Indonesia

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

WRI - Indonesia

6. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan MAPIN

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

MAPIN

88

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

7. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan KKP

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

KKP

8. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan WWF -

Indonesia

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

WWF - Indonesia

9. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BPPT

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BPPT

10. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Kemen Bidang

Kemaritiman

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Kemen Bidang

Kemaritiman

11. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Pushidrosal

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Pushidrosal

12. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BIG

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BIG

13. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan LIPI

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

LIPI

14. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan ESDM

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

ESDM

89

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

15. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan

Kemenkokemaritiman

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Kemenkokemaritiman

16. Sosialisas hasil kegiatan

dan bimtek dengan

Kemenkoperekonomian

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Kemenkoperekono

mian

17. Sosialisas hasil kegiatan

dan bimtek dengan

BPPT

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BPPT

18. Sosialisas hasil kegiatan

dan bimtek dengan BRG

(Badan Restorasi

Gambut)

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BRG (Badan

Restorasi Gambut)

19.

Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Sekolah

Tinggi Perikanan

(STP) Jakarta

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Sekolah Tinggi

Perikanan (STP)

Jakarta

20. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan WRI - Indonesia

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

WRI - Indonesia

21. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Pushidros AL

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Pushidros AL

22. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BMKG

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

BMKG

90

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

23. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BRG (Badan

Restorasi Gambut)

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BRG (Badan

Restorasi Gambut)

24. Sosialisas hasil kegiatan

dan bimtek dengan ADB

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

ADB

25. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BPPT

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BPPT

26. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BIG

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BIG

27. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Posco Daewoo

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Posco Daewoo

28. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Kejaksaan

Agung

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Kejaksaan Agung

29. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BIG

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BIG

91

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

30. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan BIG

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

BIG

31. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan UNDIP

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

UNDIP

32. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Pemerintah

Kab. Bogor

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Kab. Bogor

33. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan KLHK

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

KLHK

34. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan KKP

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

KKP

35. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan IPB

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

IPB

36. Sosialisasi hasil

kegiatan dan bimtek

dengan Kemenko

Perekonomian

Kegiatan Kerjasama Dengan Pemerintah Provinsi,

sosialisasi hasil kegiatan dan bimtek Penyediaan

dan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh

untuk mendukung percepatan pembangunan

daerah

Kemenko

Perekonomian

37. bimtek Pemerintah

daerah Provinsi Jawa

Tengah

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Dinas Pertanian

Ketahanan

Pangan &

Perikanan -

Klaten

Jateng

92

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

38. bimtek Pemerintah

daerah Provinsi

Sumatera Barat

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Dinas

Perumahan &

Kawasan

Permukiman -

Solok Sumbar

39. bimtek Pemerintah

daerah Provinsi

Sumatera Barat

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Dinas

Lingkungan

Hidup -

Pariaman

Sumbar

40. bimtek Pemerintah

daerah Kabupaten Solok

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Kab. Solok

41. bimtek Pemerintah

daerah Provinsi Jawa

Barat

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Dinas Ketahanan

Pangan &

Perikanan -

Sukabumi Jabar

42. bimtek Pemerintah

daerah PemKab Rawas

Utara

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Dinas Lingkungan

Hidup &

Pertanahan -

Rawas Utara

43. bimtek Pemerintah

Dinas Kehutanan

Sumsel

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Sumsel

44. bimtek PDAM - Tirta Pali

Sumsel

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

PDAM - Tirta Pali

Sumsel

45. bimtek BIN Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

BIN

46. bimtek Bareskrim POLRI Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Bareskrim POLRI

93

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

47. bimtek PT. KAI Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

PT. KAI

48. bimtek PT. KAI -

Bandung Jabar

Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

PT. KAI - Bandung

Jabar

49. bimtek KLHK Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

KLHK

50. bimtek Jejak In Bimbingan Teknis Pemanfaatan Data

Penginderaan Jauh

Jejak In

51. Koordinasi Data Inderja

untuk PASCO

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PASCO

52. Koordinasi Data Inderja

untuk KPK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KPK

53. Koordinasi Data Inderja

untuk KLHK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KLHK

54. Koordinasi Data Inderja

untuk PASCO

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PASCO

55. Koordinasi Data Inderja

untuk PT. KAI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PT. KAI

56. Koordinasi Data Inderja

untuk BPK - RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BPK - RI

57. Koordinasi Data Inderja

untuk BPK - RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BPK - RI

94

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

58. Koordinasi Data Inderja

untuk Bapelitbangda

Talaud

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Bapelitbangda

Talaud

59. Koordinasi Data Inderja

untuk PT. Marlin

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PT. Marlin

60. Koordinasi Data Inderja

untuk KMTG (Keluarga

Mahasiswa Teknik

Geodesi) UGM

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KMTG (Keluarga

Mahasiswa Teknik

Geodesi) UGM

61. Koordinasi Data Inderja

untuk DPRD Kab. Wajo

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

DPRD Kab. Wajo

62. Koordinasi Data Inderja

untuk KLHK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KLHK

63. Koordinasi Data Inderja

untuk IPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

IPB

64. Koordinasi Data Inderja

untuk ITB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

ITB

65. Koordinasi Data Inderja

untuk University of

Tokyo

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

University of Tokyo

66. Koordinasi Data Inderja

untuk ITENAS

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

ITENAS

67. Koordinasi Data Inderja

untuk Anggota DPR

Kab. Penajam Paser

Utara, Kaltim.

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Anggota DPR Kab.

Penajam Paser

Utara, Kaltim.

95

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

68. Koordinasi Data Inderja

untuk KKP

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KKP

69. Koordinasi Data Inderja

Kejaksaan Agung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Agung

70. Koordinasi Data Inderja

untuk Konsultan

Lingkungan Hidup

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Konsultan

Lingkungan Hidup

71. Koordinasi Data Inderja

untuk IPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

IPB

72. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

73. Koordinasi Data Inderja

untuk Brawijaya

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Brawijaya

74. Koordinasi Data Inderja

untuk BPDASHL

Citarum, Ciliwung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BPDASHL

Citarum, Ciliwung

75. Koordinasi Data Inderja

untuk Mabes TNI AL

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Mabes TNI AL

76. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Agung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Agung

77. Koordinasi Data Inderja

untuk Polda Aceh

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Polda Aceh

78. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Kemaritiman

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Kemaritiman

96

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

79. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Agung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Agung

80. Koordinasi Data Inderja

untuk Dinas Perumahan

& Kawasan Permukiman

- Solok Sumbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Perumahan

& Kawasan

Permukiman -

Solok Sumbar

81. Koordinasi Data Inderja

untuk IPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

IPB

82. Koordinasi Data Inderja

untuk KKP

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KKP

83. Koordinasi Data Inderja

untuk CSIS (Centre for

Strategic and

International Studies)

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

CSIS (Centre for

Strategic and

International

Studies)

84. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemen PU & PR

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemen PU & PR

85. Koordinasi Data Inderja

untuk Jejak In

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Jejak In

86. Koordinasi Data Inderja

untuk Dinas Pertanian

Ketahanan Pangan &

Perikanan - Klaten

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Pertanian

Ketahanan Pangan

& Perikanan -

Klaten

87. Koordinasi Data Inderja

untuk BIN

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BIN

88. Koordinasi Data Inderja

untuk Dinas Perumahan

& Kawasan Permukiman

- Solok Sumbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Perumahan

& Kawasan

Permukiman -

Solok Sumbar

97

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

89. Koordinasi Data Inderja

untuk Dinas Lingkungan

Hidup - Pariaman

Sumbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Lingkungan

Hidup - Pariaman

Sumbar

90. Koordinasi Data Inderja

untuk Dinas Ketahanan

Pangan & Perikanan -

Sukabumi Jabar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Ketahanan

Pangan &

Perikanan -

Sukabumi Jabar

91. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkomar

Dinas Lingkungan Hidup

& Pertanahan - Rawas

Utara Sumsel

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Lingkungan

Hidup &

Pertanahan -

Rawas Utara

Sumsel

92. Koordinasi Data Inderja

untuk KKP

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KKP

93. Koordinasi Data Inderja

untuk Kementan

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kementan

94. Koordinasi Data Inderja

untuk Bareskrim POLRI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Bareskrim POLRI

95. Koordinasi Data Inderja

untuk PT. KAI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PT. KAI

96. Koordinasi Data Inderja

untuk PT. KAI -

Bandung Jabar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PT. KAI - Bandung

Jabar

97. Koordinasi Data Inderja

untuk STTAL

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

STTAL

98. Koordinasi Data Inderja

untuk DPR - RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

DPR - RI

98

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

99. Koordinasi Data Inderja

BPK-RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BPK-RI

100. Koordinasi Data Inderja

untuk Setda Sulawesi

Barat

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Setda Sulawesi

Barat

101. Koordinasi Data Inderja

untuk Universitas

Indonesia

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Universitas

Indonesia

102. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Agung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Agung

103. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

104. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

105. Koordinasi Data Inderja

untuk Kab. Tana Tidung,

Kalimantan Utara

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kab. Tana Tidung,

Kalimantan Utara

106. Koordinasi Data Inderja

untuk Kab. Panajam

Paser Utara, Kaltim

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kab. Panajam

Paser Utara,

Kaltim

107. Koordinasi Data Inderja

untuk KPK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KPK

108. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejagung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejagung

99

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

109. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkes

Kejaksaan Tinggi Negeri

Kalbar

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Tinggi

Negeri Kalbar

110. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Agung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Agung

111. Koordinasi Data Inderja

untuk BPK - RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BPK - RI

112. Koordinasi Data Inderja

untuk Kejaksaan Agung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kejaksaan Agung

113. Koordinasi Data Inderja

untuk BPPT

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BPPT

114. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Kemaritiman

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Kemaritiman

115. Koordinasi Data Inderja

untuk BNPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

116. Koordinasi Data Inderja

untuk Kementerian PU &

PR

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kementerian PU &

PR

117. Koordinasi Data Inderja

untuk RISTEK Dikti

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

RISTEK Dikti

118. Koordinasi Data Inderja

untuk KLHK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KLHK

119. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkes

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

100

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

120. Koordinasi Data Inderja

untuk BNPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

121. Koordinasi Data Inderja

untuk PT. LEICA

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PT. LEICA

122. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Perekonomian

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Perekonomian

123. Koordinasi Data Inderja

untuk PUSHIDROSAL

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

PUSHIDROSAL

124. Koordinasi Data Inderja

untuk BNPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

125. Koordinasi Data Inderja

untuk BRG (Badan

Restorasi Gambut)

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BRG (Badan

Restorasi Gambut)

126. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkes

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

127. Koordinasi Data Inderja

untuk RISTEK Dikti

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

RISTEK Dikti

128. Koordinasi Data Inderja

untuk KLHK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KLHK

129. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Kemaritiman

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Kemaritiman

130. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemhan - RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemhan - RI

101

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

131. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemlu - RI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemlu - RI

132. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Perekonomian

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Perekonomian

133. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkes

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

ADB (Indonesia

Resident Mission)

134. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkes

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

135. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenkes

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

RISTEK Dikti

136. Koordinasi Data Inderja

untuk BNN

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNN

137. Koordinasi Data Inderja

untuk KKP

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KKP

138. Koordinasi Data Inderja

untuk BNPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

139. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemen PU & PR

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemen PU & PR

140. Koordinasi Data Inderja

untuk BRG (Badan

Restorasi Gambut)

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BRG (Badan

Restorasi Gambut)

141. Koordinasi Data Inderja

untuk KLHK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KLHK

102

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

142. Koordinasi Data Inderja

untuk BAKAMLA

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BAKAMLA

143. Koordinasi Data Inderja

untuk Bupati BOGOR

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Bupati BOGOR

144. Koordinasi Data Inderja

untuk UPI Bandung

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

UPI Bandung

145. Koordinasi Data Inderja

untuk Dinas Lingkungan

Hidup DKI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Dinas Lingkungan

Hidup DKI

146. Koordinasi Data Inderja

untuk ITENAS

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

ITENAS

147. Koordinasi Data Inderja

untuk Kementerian

Pertanian

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kementerian

Pertanian

148. Koordinasi Data Inderja

untuk Kementerian

Pertanian

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kementerian

Pertanian

149. Koordinasi Data Inderja

untuk LIPI

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

LIPI

150. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenristekdikti

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenristekdikti

151. Koordinasi Data Inderja

untuk BNPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

152. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenristekdikti

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenristekdikti

103

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

153. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenristekdikti

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenristekdikti

154. Koordinasi Data Inderja

untuk BRG

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BRG

155. Koordinasi Data Inderja

untuk Kementerian PU &

PR

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kementerian PU &

PR

156. Koordinasi Data Inderja

untuk KLHK

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

KLHK

157. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Perekonomian

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Perekonomian

158. Koordinasi Data Inderja

untuk Bakamla

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Bakamla

159. Koordinasi Data Inderja

untuk Kementerian

Pertanian

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kementerian

Pertanian

160. Koordinasi Data Inderja

untuk Kemenko

Kemaritiman

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Kemenko

Kemaritiman

161. Koordinasi Data Inderja

untuk Jasindo

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

Jasindo

162. Koordinasi Data Inderja

untuk BNPB

Konsultasi dan Koordinasi terkait Pemanfaatan

Data Penginderaan Jauh

BNPB

163. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa UNPAD

104

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

Inderaja untuk

Universitas

164. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa UNDIP

165. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Indonesia

166. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa UNDIP

167. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas Jember

168. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Sultan Ageng

Tirtayasa

169. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas Riau

170. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Udayana

171. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa UGM

105

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

Inderaja untuk

Universitas

172. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Indonesia

173. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa IPB

174. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Mulawarman

175. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa UNSOED

176. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa IPB

177. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Singaperbangsa -

Karawang

178. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Indonesia

179. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas Sultan

Ageng

106

No. Tema Kegiatan Deskripsi Singkat Pengguna

Inderaja untuk

Universitas

180. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Tirtayasa

181. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa UGM

182. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa IPB

183. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa Universitas

Brawijaya

184. Pembimbingan

Pemanfaatan data

Inderaja untuk

Universitas

Pembinaan dan Pembimbingan Mahasiswa SMK Bina Dharma

Selama tahun 2019, Pusfatja telah melaksanakan 9 tujuan pelayanan dengan total

frekuensi 532 kali, 17 kategori kegiatan dengan total frekuensi 617 kegiatan, dan 8

kategori pengguna dengan total 184 instansi pengguna. Tujuan pengguna layanan yang

paling tinggi ialah menghadiri rapat, untuk kategori kegiatan tertinggi

107

Gambar 3.27 Grafik tujuan pelayanan Pusfatja terhadap instansi pengguna

Gambar 3.28 Grafik sektor kegiatan pengguna layanan Pusfatja tahun 2019

191

7339

15

60 57

4

61

134

20

200

400Jenis Layanan Kunjungan

Menghadiri Rapat KonsultasiDiskusi Kerjasama RisetPermohonan/pemberian informasi Workshop/SeminarSupervisi Bimbingan Teknis

39 39

46

3

34 3531

62

52

19

51 50

1

103

16

5

31

0

20

40

60

80

100

120

Sektor Kegiatan Pengguna

Pertanian

Perkebunan

Kehutanan

ESDM

Sumberdaya Air

Tata Ruang

Ekosistem Pesisir

Sumberdaya Kelautan

Lingkungan

Banjir/longsor

Kekeringan/Kebakaran hutan/lahan

Bencana Geologi (Gn Api, Tsunami)

Wahana Baru

Multisektor

Pertahanan Keamanan

Pertambangan

Lainnya

108

Gambar 3.29 Grafik kategori instansi pengguna layanan Pusfatja tahun 2019

IKU 6: Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh

merupakan IKU 6 dari sasaran strategis 2. Indeks ini merupakan Indeks Kepuasan

Masyarakat Per Responden dan dihitung berdasarkan Per Ruang Lingkup Pelayanan

(Perhitungan ini dilakukan pada triwulan I, II, III dan IV tahun anggaran 2019, melalui

pengumpulan data dengan “kuisioner”. Jumlah responden yang terdiri dari berbagai pihak

yang telah mendapatkan pelayanan dari Pusfatja, seperti pembimbingan teknis

(mahasiswa), bantuan teknis (instansi pemerintah Pusat dan daerah), pemberian

informasi terkait dengan mitigasi bencana, informasi strategis untuk keperluan khusus

yang diminta Kantor Staf Kepresidenan dan instansi penegak hukum dengan ruang

lingkup pelayanan. Tabel 3.19 menunjukkan perbandingan capaian IKU 6 dengan tahun

sebelumnya.

Tabel 3.19 Capaian Sasaran Strategis 2 dan Target IKU 6 PUFATJA Tahun 2019

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

IKU 6 : Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh

82 84,77 103%

275

75

14 16

90

3015

30

50

100

150

200

250

300

Kategori Institusi Pengguna

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Swasta

LSM Perguruan Tinggi/SMA/SMK Internasional

TNI/POLRI Lainnya

109

Tabel 3.20 Perbandingan Capaian IKU 6 dengan Tahun Sebelumnya

IKU 6 2015 2016 2017 2018 2019 Target Renstra

2019 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Capaian

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh

81,2 87.07 82,13 85,75 82 84,77 103% 82

3.2. Capaian Triwulan

Monitoring dan evaluasi juga dilakukan secara triwulan yang disampaikan dalam LAKIN

Pusftaja per-triwulan. Laporan Kinerja Triwulan juga mengevaluasi capaian kinerja

hingga efisiensi pencapaian keluaran terhadap realisasi anggaran dengan mengacu PMK

No. 249 tahun 2011.

LAKIN TRIWULAN I Tahun 2019

Pada Triwulan I Tahun 2019 telah tercapai:

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah model, prototipe dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasi

bencana dan perubahan iklim telah tercapai adalah inventarisasi requirement,

study literatur, rencana kerja penelitian, pengumpulan data, perancangan

penyusunan engineering estimate, penyiapan prototipe dan infrastruktur.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju. dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

telah tercapai adalah 2 makalah dari 21 makalah yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh. Telah tercapai adalah 3 makalah dari 5 makalah yang

ditargetkan.

110

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah

tercapai adalah inventarisasi requirement dan study literatur dari 1 usulan HKI

yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang prima dengan indikator kinerja yaitu Jumlah

instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh

telah tercapai adalah 36 instansi dari 90 instansi yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh telah

tercapai adalah 82,49 dari 82 nilai yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Terselenggaranya Sistem Pemantauan Bumi Nasional

sesuai standar ISO dengan indikator kinerja yaitu Persentase kesiapan Sistem

Pemantauan Bumi Nasional terhadap ISO 9001 dan KNAPPP telah tercapai

adalah 0 % dan 25 % dari 75% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Jumlah kerjasama internasional

yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang pemanfaatan penginderaan

jauh telah tercapai 4 dari 12 kerjasama yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Prosentase pemenuhan kriteria

pusat unggulan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah tercapai 10% dari

30% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Persentase ketersediaan fasilitas

litbangyasa pemanfaatan penginderaan jauh dibandingkan total kebutuhan telah

tercapai 5% dari 15% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya Kapasitas dan kompetensi SDM Aparatur

lingkup Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase SDM Pusfatja yang

sudah memenuhi kompetensi telah tercapai 10% dari 25% yang dtargetkan

111

⮚ Sasaran strategis dalam Tersedianya sub-sistem DSS untuk mitigasi bencana

alam dan perubahan iklim berbasis penginderaan jauh dengan indikator kinerja

yaitu Jumlah sub-sistem DSS lintas sektoral terkait mitigasi bencana dan

perubahan iklim berbasis penginderaan jauh telah tercapai 1 sub sistem dari 1 sub

sistem yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan anggaran

Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase Penyerapan Anggaran Pusfatja

telah tercapai 17,37% dari 100% yang ditargetkan.

LAKIN TRIWULAN II Tahun 2019

Pada Triwulan II Tahun 2019 telah tercapai:

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah model, prototipe dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasi

bencana dan perubahan iklim telah tercapai adalah inventarisasi requirement,

study literatur, rencana kerja penelitian, pengumpulan data, perancangan

penyususnan engineering estimate, penyiapan prototipe dan infrastruktur.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju. dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

telah tercapai adalah 11 makalah dari 21 makalah yang diargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh telah tercapai adalah 6 makalah dari 5 makalah yang

ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah

tercapai adalah 1 HKI yang sudah diusulkan dari 1 HKI usulan yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang prima dengan indikator kinerja yaitu Jumlah

112

instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh

telah tercapai adalah 75 instansi dari 95 instansi yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh telah

tercapai adalah 83,72 dari 82 nilai yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Terselenggaranya Sistem Pemantauan Bumi Nasional

sesuai standar ISO dengan indikator kinerja yaitu Persentase kesiapan Sistem

Pemantauan Bumi Nasional terhadap ISO 9001 dan KNAPPP telah tercapai

adalah 25 % dan 50 % dari 75% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Jumlah kerjasama internasional

yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang pemanfaatan penginderaan

jauh telah tercapai 11 kerjasama dari 12 kerjasama yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Prosentase pemenuhan kriteria

pusat unggulan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah tercapai 25% dari

30% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Persentase ketersediaan fasilitas

litbangyasa pemanfaatan penginderaan jauh dibandingkan total kebutuhan telah

tercapai 9% dari 15% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya Kapasitas dan kompetensi SDM Aparatur

lingkup Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase SDM Pusfatja yang

sudah memenuhi kompetensi telah tercapai 25% dari 25% yang dtargetkan

⮚ Sasaran strategis dalam Tersedianya sub-sistem DSS untuk mitigasi bencana

alam dan perubahan iklim berbasis penginderaan jauh dengan indikator kinerja

yaitu Jumlah sub-sistem DSS lintas sektoral terkait mitigasi bencana dan

perubahan iklim berbasis penginderaan jauh telah tercapai 1 sub sistem dari 1 sub

sistem yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya Kapasitas dan kompetensi SDM Aparatur

lingkup Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase SDM Pusfatja yang

sudah memenuhi kompetensi telah tercapai 25% dari 25% yang ditargetkan.

113

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan anggaran

Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase Penyerapan Anggaran Pusfatja

telah tercapai 46% dari 100% yang ditargetkan.

LAKIN TRIWULAN III Tahun 2019

Pada Triwulan III Tahun 2019 telah tercapai:

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah model, prototipe dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasi

bencana dan perubahan iklim telah tercapai adalah inventarisasi requirement,

study literatur, rencana kerja penelitian, pengumpulan data, perancangan

penyususnan engineering estimate, penyiapan prototipe dan infrastruktur.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju. dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

telah tercapai adalah 20 makalah dari 21 makalah yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju..dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh telah tercapai adalah 7 makalah dari 5 makalah yang

ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah

tercapai adalah 1 HKI yang sudah diusulkan dari 1 usulan HKI yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang prima dengan indikator kinerja yaitu Jumlah

instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh

telah tercapai adalah 85 instansi dari 95 instansi yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

114

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh telah

tercapai adalah 84,91 dari 82 nilai yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Terselenggaranya Sistem Pemantauan Bumi Nasional

sesuai standar ISO dengan indikator kinerja yaitu Persentase kesiapan Sistem

Pemantauan Bumi Nasional terhadap ISO 9001 dan KNAPPP telah tercapai

adalah 75% dan 75% dari 75 % yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Jumlah kerjasama internasional

yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang pemanfaatan penginderaan

jauh telah tercapai 14 kerjasama dari 12 kerjasama yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Prosentase pemenuhan kriteria

pusat unggulan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah tercapai 30% dari

30% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Persentase ketersediaan fasilitas

litbangyasa pemanfaatan penginderaan jauh dibandingkan total kebutuhan telah

tercapai 11% dari 15% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Tersedianya sub-sistem DSS untuk mitigasi bencana

alam dan perubahan iklim berbasis penginderaan jauh dengan indikator kinerja

yaitu Jumlah sub-sistem DSS lintas sektoral terkait mitigasi bencana dan

perubahan iklim berbasis penginderaan jauh telah tercapai 1 sub sistem dari 1 sub

sistem yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya Kapasitas dan kompetensi SDM Aparatur

lingkup Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase SDM Pusfatja yang

sudah memenuhi kompetensi telah tercapai 25% dari 25% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan anggaran

Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase Penyerapan Anggaran Pusfatja

telah tercapai 68,27% dari 100% yang ditargetkan.

LAKIN TRIWULAN IV Tahun 2019

Pada Triwulan IV Tahun 2019 telah tercapai:

115

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah model, prototipe dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh

yang operasional untuk pemantauan sumber daya alam, lingkungan, serta mitigasi

bencana dan perubahan iklim telah tercapai adalah 19 model, 1 prototipe dan 7

pedoman dari 16 model, 1 prototipe dan 5 pedoman yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju. dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

telah tercapai adalah 22 makalah dari 21 makalah yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh telah tercapai adalah 11 makalah dari 5 makalah yang

ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah

tercapai adalah 2 HKI yang diusulkan dari 1 usulan HKI yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek di

bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju dengan indikator kinerja yaitu

Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh telah

tercapai adalah 84,77 dari 82 nilai yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh yang prima dengan indikator kinerja yaitu Jumlah

instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh

telah tercapai adalah 184 instansi dari 95 instansi yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Terselenggaranya Sistem Pemantauan Bumi Nasional

sesuai standar ISO dengan indikator kinerja yaitu Persentase kesiapan Sistem

Pemantauan Bumi Nasional terhadap ISO 9001 dan KNAPPP telah tercapai

adalah 100% dan 100% dari 75% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Jumlah kerjasama internasional

116

yang meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas litbang pemanfaatan penginderaan

jauh telah tercapai 17 kerjasama dari 12 kerjasama yang diitargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Prosentase pemenuhan kriteria

pusat unggulan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh telah tercapai 100%

dari 30% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Peningkatan kapasitas litbang pemanfaatan

penginderaan jauh dengan indikator kinerja yaitu Persentase ketersediaan fasilitas

litbangyasa pemanfaatan penginderaan jauh dibandingkan total kebutuhan telah

tercapai 15% dari 15% yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Tersedianya sub-sistem DSS untuk mitigasi bencana

alam dan perubahan iklim berbasis penginderaan jauh dengan indikator kinerja

yaitu Jumlah sub-sistem DSS lintas sektoral terkait mitigasi bencana dan

perubahan iklim berbasis penginderaan jauh telah tercapai 1 sub sistem dari 1 sub

sistem yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya Kapasitas dan kompetensi SDM Aparatur

lingkup Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase SDM Pusfatja yang

sudah memenuhi kompetensi telah tercapai 25% dari 25% yang dtargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan anggaran

Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Nilai implementasi SAKIP Pusfatja telah

tercapai 90,49 dari 88 yang ditargetkan.

⮚ Sasaran strategis dalam Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan anggaran

Pusfatja dengan indikator kinerja yaitu Persentase Penyerapan Anggaran Pusfatja

telah tercapai 96,34% dari 100% yang ditargetkan.

117

Tabel 3.21 Perbandingan Realisasi Target Triwulan tahun 2019

No Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

Realisasi Target

Target Akhir Tahun

Realisasi Target TW I

Realisasi Target TW II

Realisasi Target TW III

Realisasi Target TW IV

1 Meningkatnya

penguasaan

dan

kemandirian

Iptek di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

maju.

Jumlah model,

prototipe dan

bahan

pedoman

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

operasional

untuk

pemantauan

sumber daya

alam,

lingkungan,

serta mitigasi

bencana dan

perubahan

iklim.

16 model;

1

prototipe;

5

pedoman

0

dokumen

0

dokumen

0 dokumen 19 model

1

prototipe

7

pedoman

2 Meningkatnya

penguasaan

dan

kemandirian

Iptek di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

maju.

Jumlah

publikasi

nasional

terakreditasi di

bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh.

21

makalah

2

makalah

11

makalah

20 makalah 22

makalah

3 Meningkatnya

penguasaan

dan

kemandirian

Iptek di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

maju.

Jumlah

publikasi

internasional

yang terindeks

di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh.

5

makalah

3

makalah

6

makalah

7 makalah 11

makalah

118

4 Meningkatnya

penguasaan

dan

kemandirian

Iptek di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

maju.

Jumlah HKI

yang diusulkan

di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh.

1

usulan

judul

0

usulan

judul

1

usulan

judul

1

usulan

judul

2

usulan

judul

6 Meningkatnya

penguasaan

dan

kemandirian

Iptek di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

maju.

Indeks

Kepuasan

Masyarakat

atas layanan

informasi

penginderaan

jauh.

82 82,49 83,72 84,91 84,7

5 Meningkatnya

layanan data

dan informasi

di bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

prima.

Jumlah

instansi

pengguna

yang

memanfaatkan

layanan

informasi

penginderaan

jauh.

95

instansi

36

instansi

75

instansi

85 instansi 184

instansi

7 Terselenggara

nya Sistem

Pemantauan

Bumi Nasional

sesuai standar

ISO

Persentase

kesiapan

Sistem

Pemantauan

Bumi Nasional

terhadap ISO

9001 dan

KNAPPP

75% 25% 50% 75% 100%

8 Peningkatan

kapasitas

litbang

pemanfaatan

penginderaan

jauh

Jumlah

kerjasama

internasional

yang

meningkatkan

kualitas SDM

dan fasilitas

litbang

pemanfaatan

penginderaan

jauh

12

Kerja

sama

4

Kerja

sama

11

Kerja

sama

14

Kerja sama

17

Kerja

sama

119

9 Peningkatan

kapasitas

litbang

pemanfaatan

penginderaan

jauh

Prosentase

pemenuhan

kriteria pusat

unggulan di

bidang

pemanfaatan

penginderaan

jauh.

30% 10% 25% 30% 100%

10 Peningkatan

kapasitas

litbang

pemanfaatan

penginderaan

jauh

Persentase

ketersediaan

fasilitas

litbangyasa

pemanfaatan

penginderaan

jauh

dibandingkan

total

kebutuhan

15% 5% 9% 11% 15%

11 Tersedianya

sub-sistem

DSS untuk

mitigasi

bencana alam

dan

perubahan

iklim berbasis

penginderaan

jauh

Jumlah sub-

sistem DSS

lintas sektoral

terkait mitigasi

bencana dan

perubahan

iklim berbasis

penginderaan

jauh

1

sub-

sistem

1

sub-

sistem

1

sub-

sistem

1

sub- sistem

1

sub-

sistem

12 Tersedianya

metode

pengolahan

(klasifikasi dan

deteksi

parameter

geobiofisik),

pedoman

pemanfaatan

data, dan

diseminasi

informasi

penginderaan

jauh.

Jumlah

pedoman

pemanfaatan

penginderaan

jauh yang

dihasilkan

8

pedoman

0

pedoman

0

pedoman

0 pedoman 7

pedoman

13 Meningkatnya

Kapasitas dan

kompetensi

SDM Aparatur

lingkup

Pusfatja

Persentase

SDM Pusfatja

yang sudah

memenuhi

kompetensi

25% 10% 25% 25% 25%

120

14 Meningkatnya

akuntabilitas

kinerja dan

anggaran

Pusfatja

Nilai

implementasi

SAKIP

Pusfatja

88 90.49

15 Meningkatnya

akuntabilitas

kinerja dan

anggaran

Pusfatja

Persentase

Penyerapan

Anggaran

Pusfatja

100% 17,32% 46% 68,27% 96,34%

3.2.1 Evaluasi Kinerja Individu

Hasil kinerja PUSFATJA merupakan hasil akumulasi dari capaian kinerja

individu yang dikelompokan dalam kelompok pemanfaatan yang dibentuk. Hasil

capaian kinerja individu tertuang dalam formulir Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)

yang dievaluasi setiap triwulan. Pengumpulan data kinerja dan evaluasi kinerja

dilakukan setiap bulan, kemudian diakumulasi menjadi laporan triwulan dan laporan

tahunan. Tim ini terdiri dari semua pejabat struktural PUSFATJA, Manajer Teknis,

Manajer Publikasi dari setiap Kelompok Pemanfaatan PUSFATJA.

Setiap bulan tim ini melakukan pemantauan pada presensi dan laporan

bulanan individu setiap pegawai, dan memberi penilaian terhadap kinerja pegawai

tersebut. Tim ini juga bertugas untuk membuat usulan apresiasi pada individu

pegawai dan tim kerja yang berprestasi menunjang keberhasilan pencapaian kinerja

PUSFATJA pada tingkat satker, serta membuat rekomendasi pejabat-pejabat

fungsional yang berprestasi dan berdedikasi tinggi. Pemberian apresiasi pegawai

dan tim kerja berprestasi dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk menambah

semangat kerja bagi para pegawai.

3.2.2 Efisiensi Kinerja

Dalam rangka menghitung efisiensi kinerja yang tertuang dalam PMK 249

Tahun 2011 PUSFATJA melaksanakan monitoring dan evaluasi yang tertuang

dalam laporan kinerja triwulan. Efisiensi PUSFATJA yang dihasilkan sampai

triwulan IV adalah 76,15 % . Nilai tersebut dihitung berdasarkan persamaan dari

PMK No.249 Tahun 2011 yaitu:

121

Dimana:

NE : Nilai Efisiensi

E : Efisiensi

Sesuai dengan evaluasi kinerja tahunan yang dicapai, hingga tahun 2018

beberapa target tahun 2019 telah berhasil dilakukan percepatan pencapaian

diantaranya dalah penetapan PUSFATJA sebagai PUI. Dari hasil ini dapat

menggambarkan efektivitas capaian kinerja PUSFATJA dalam mencapai target 5

tahunan. Sekaligus menggambarkan kesiapan PUSFATJA mampu melayani dalam

skala nasional yang dimungkinkan untuk melayani internasional/regional. Pada

tahun 2019 nilai rupiah yang berhasil diefisiensikan sebesar Rp 406.350.487,- untuk

belanja barang dalam rangka capaian kinerja melebihi tahun sebelumnya dan untuk

belanja modal nilai yang berhasil diefisiensikan sebesar Rp 277.480.224,- dalam

bentuk optimalisasi dari sisa anggaran belanja modal pada Tahun 2019.

3.2.3 Reward dan Punishment

Reward dan punishment dilakukan dalam rangka memotivasi setiap pegawai

dalam rangka mencapai sasaran kinerja pegawai yang telah ditetapkan. PUSFATJA

telah melakukan kedua sistem tersebut dalam rangka peningkatan monev yang

dilakukan secara dinamis dan berkala. Penerapan program reward dan punishment

dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Kepala LAPAN No. 2 Tahun 2017

tentang Perubahan atas Perraturan Kepala LAPAN nomor 1 tahun 2016 tentang

Pemberian Tunjangan Kinerja, setiap pegawai berhak mendapatkan reward dalam

bentuk kenaikan tunjangan kinerja sebesar 50% dari selisih Tukin 1 grade di atas,

jika hasil evaluasi kinerjanya mendapatkan kategori sangat baik.

Reward

Pada Tahun 2019 pegawai PUSFATJA mendapat reward dari Kepala LAPAN

sebagai :

1. Peneliti terbaik, Nur Febrianti M.Si.

2. Pegawai berprestasi, Fajar Yulianto M.Si.

3. Pegawai berdedikasi tinggi, Kusumaning Ayu Dyah Sukowati M.Si.

122

Pada Tahun 2019 KAPUSFATJA memberikan reward kepada:

⮚ Tim Evaluasi Kinerja

⮚ Tim SAKIP

⮚ Tim PUI

⮚ Tim ISO 9001:2015

⮚ Tim KNAPPP 02:2017

⮚ Tim Quick Respon Bencana

⮚ Tim Kerjasama

⮚ Fungsional berprestasi dengan mengikuti kegiatan pelatihan di luar negeri

Punishment

Hukuman yang telah dilakukan PUSFATJA mengacu kepada kedisiplinan pegawai

yang dilakukan dengan mengacu kepada absensi kehadiran. Selain dari absensi juga

dilakukan berdasarkan pengumpulan laporan bulanan baik individu mauapun tim

kegiatan. Hukuman diberikan dengan melakukan pemotongan TUKIN sebesar 10% bila

melakuakn keterlambatan dalam pengumpulan pelaoporan tersebut.

3.3. Pengukuran Pencapaian Sasaran dan IKU Pusfatja Tahun 2019

Tahun 2019, Pusat Pemanfaatan Penginderaan jauh 6 indikator kerja yaitu 16

model, 1 prototipe dan 5 pedoman pemanfaatan penginderaan jauh, 21 publikasi nasional

terakreditasi, 5 publikasi internasional yang terindeks, 1 HKI, 95 instansi pengguna yang

memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh, dan Indeks Kepuasan Masyarakat

atas layanan informasi penginderaan jauh bernilai 82. Berdasarkan capaian kinerja 2019,

Pusfatja telah melakukan percepatan dengan mencapai persentase yang cukup

signifikan dan melebihi target yang sudah ditetapkan.

Capaian sasaran strategis ke 1 berupa peningkatan penguasaan dan kemandirian

iptek di bidang pemanfaatan penginderaan jauh sudak dilakukan dengan hasil yang

sesuai target seperti 19 model/1 prototipe, 7 pedoman pemanfaatan penginderaan jauh,

22 publikasi nasional terakreditasi, 11 publikasi internasional yang terindeks, dan 2 HKI.

Adapun persentase dari masing-masing capaian adalah 128% model/prototipe, 104%

publikasi nasional, 220% publikasi internasional, dan 200% HKI. Peningkatan juga

ditunjukan pada strategis 2 berupa peningkatan layanan data dan informasi di bidang

pemanfaatan penginderaan jauh. Peningkatan ini menunjukan tingkat kepuasan penguna

123

yang semakin tinggi atas hasil keinerja yang diberikan oleh PUSFATJA. Peningkatan ini

tidak terlepas dari kerjasama dan upaya untuk terus mempertahankan predikat sebagai

Pusat Unggulan Iptek.

Tabel 3.22 Pengukuran target dan realisasi tahun 2019

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian iptek di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang maju.

1. Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh yang operasional untuk pemantauan sumberdaya alam, lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim.

16 Model/ 1

Prototipe

5 Pedoman

19 Model/ 1 Prototipe

7 Pedoman

128%

2. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

21 Makalah

22 Makalah 104%

3. Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

5 Makalah

11 Makalah 220%

4. Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

1 Usulan Judul

2 Usulan Judul

200%

2. Meningkatnya layanan data dan informasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh yang prima.

5. Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh.

90 Instansi

184 Instansi 193%

6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh.

82 84,77 103%

124

Tabel 3. 23 Perbandingan realisasi target Pusfatja tahun 2015 – 2019 berdasarkan IKU

Indikator Kinerja Utama (IKU)

Realisasi Renstra 2015 - 2019

2015 2016 2017 2018 2019

IKU 1: Jumlah model, prototipe, dan bahan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh yang operasional untuk pemantauan sumberdaya alam, lingkungan, serta mitigasi bencana dan perubahan iklim.

18 Model/ Prototipe/ Pedoman

20 Model/ Prototipe/ Pedoman

21 Model/ Prototipe/ Pedoman

16 Model/ 1Prototipe/

19 Model/1Prototipe

/7 Pedoma

n

IKU 2: Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

7 Makalah 19 Makalah

21 Makalah

20 Makalah 22 Makalah

IKU 3: Jumlah publikasi internasional yang terindeks di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

4 Makalah 10 Makalah

5 Makalah 6 Makalah 11 Makalah

IKU 4: Jumlah HKI yang diusulkan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh.

0 Usulan Judul

0 Usulan Judul

3 Judul HKI 3

Copyright

1 Usulan Judul

2 Usulan Judul

IKU 5: Jumlah instansi pengguna yang memanfaatkan layanan informasi penginderaan jauh.

72 Instansi 115 Instansi

110 Instansi

123 Instansi

184 Instansi

IKU 6: Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi penginderaan jauh.

81,2 87,07 82,13 85,75 84,77

Berdasarkan kondisi capaian dari tahun 2015 – 2019 pada masing-masing

indikator kerja PUSFATJA dapat dilihat peningkatan dari masing-masing IKU.

Peningkatan ini menunjukkan komitmen PUSFATJA dalam memberikan kontribusi untuk

Indonesia. Pada IKU 1 peningkatan hasil berupa model/prototype/pedoman dapat dilihat

trend yang meningkat dari tahun pertahun. Hal ini menunjukan komitmen PUSFATJA

untuk menghasilkan suatiu produk pemanfaatan yang berguna. IKU 2 dan 3 berupa

publikasi Nasional dan internasional menunjukkan trend yang meningkat. Trend ini

menunjukan komitmen pusfatja sebagai lembaga litbangyasa yang memperoleh

penghargaan sebagai Pusat Unggulan Iptek. IKU 4 tidak meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya namun sudah mencapai persentase 200% dibandingkan target yang

ditentukan pada 2018. Penurunan dibandingkan pada tahun sebelumnya dikarena

125

sebagaian besar hasil HKI telah diterbitkan pada tahun 2018. Pelayanan Pusfatja

menunjukkan trend yang meningkat yang ditandai dengan peningkatan penguna dari

tahun ke tahun (IKU5). Peningkatan penguna juga diikuti dengan peningkatan indeks

kepuasan masyarakat (IKU 6). Hal ini menunjukkan keseriusan PUSFATJA dalam

memberikan pelayanan yang prima.

Gambar 3.29 Pencapaian IKU dari Tahun 2015 – 2019

3.4. Capaian di luar IKU

Selain kinerja yang telah disebutkan di atas, pada tahun 2019 PUSFATJA memiliki

beberapa capaian lain, antara lain:

1. Mempertahankan status sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) dengan nilai 9,4

(skor 937,6/1000). Detail penilaian dapat dilihat pada Gambar 3.30. Selain itu,

PUSFATJA juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang juga

memiliki sertifikasi PUI.

18 20 21 21 27

719 21 20 22

4 10 5 6 110 0 6 1 2

72

115 110123

184

81.2 87.07 82.13 85.75 84.77

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2015 2016 2017 2018 2019

Perbandingan Pencapaian IKU dari Tahun 2015 -2019

IKU 1: Model/Prototipe IKU 2: Publikasi Nasional IKU 3: Publikas Internasional

IKU 4: HKI IKU 5: Instansi Pengguna IKU 6: Indeks Kepuasan Masyarakat

126

Gambar 3.30 Hasil Pusat Unggulan Iptek (PUI)

2. Mempertahankan sertifikasi ISO 9001:2015 mengenai sistem manajemen mutu

(Quality Management System) untuk manajemen penelitian, pengembangan, dan

perekayasaan. Dipertahankannya sertifikasi ini menunjukkan bahwa produksi

informasi yang dihasilkan oleh PUSFATJA telah dan masih memenuhi standar

internasional.

127

Gambar 3.31 Sertifikat ISO

3. Penghargaan “Adhyasta Bumi Award” dari Masyarakat Penginderaan Jauh

Indonesia (MAPIN) sebagai instansi yang berperan aktif dalam pemanfaatan

penginderaan jauh Indonesia.

Gambar 3.32 Sertifikat Penghargaan Mapin

128

4. PUSFATJA telah berhasil melakukan perjanjian lisensi dengan PT. Marlin untuk

implementasi prototipe litbang ZPPI.

5. PUSFATJA telah membangun web services dalam rangka mendiseminasikan

informasi tanggap bencana berbasis data penginderaan jauh.

Gambar 3.33 web services informasi tanggap bencana

6. PUSFATJA mampu memperkuat infrastruktur, antara lain piranti keras dan lunak

pengolah data, perbaikan bangunan bengkel dan pos penjagaan, tiga perangkat

baru peralatan survei, dan peralatan pendukung lainnya seperti jaringan internet,

catudaya, dan catudaya darurat.

7. PUSFATJA membangun sistem SPBN berbasis android (SIPANDORA) untuk

memudahkan pengguna memanfaatkan data yang ada di dalam SPBN.

Gambar 3.34 Tampilan Aplikasi SIPANDORA

129

8. PUSFATJA telah memperoleh akreditasi dari Komite Nasional Akreditasi Pranata

Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) dari Ristekdikti. Dengan ini, mutu dan

efektivitas kegiatan penelitian di PUSFATJA telah dipantau dan diawasi, juga

dapat memperoleh pembinaan yang dilakukan secara terus menerus dan berkala

berdasarkan pedoman yang berlaku oleh Ristekdikti.

Gambar 3.35 Sertifikasi Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan

9. Pusfatja, LAPAN juga mendapat penghargaan dari United Nations Office For Outer Space Affairs (UNOOUSA) karena telah menjadi Regional Support Office (RSO) yang membantu penangan kegiatan kebencanaan yang ada.

Gambar 3.36 UN-SPIDER Regional Support Office in Indonesia

130

3.5. Akuntabilitas Keuangan

Rincian realisasi PAGU anggaran tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.25 dan

rincian realisasi anggaran berdasarkan IKU tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.26.

Tabel 3.25. Realisasi Anggaran Berdasarkan Akun Belanja TA 2019

Uraian Pagu Anggaran Realisasi Persentase

Belanja Pegawai (51) 17.943.839.000 17.371.475.004 96.81%

Belanja Barang (52) 10.891.955.000 10.485.604.513 96.27%

Belanja Modal (53) 10.855.045.000 10.577.564.776 97.44%

Total 39.690.839.000 38.434.644.293 96.84%

Tabel 3.26 Realisasi Anggaran Berdasarkan IKU TA. 2019

IKU Anggaran Realisasi Persentase

Jumlah model, pedoman, modul,

dan prototipe di bidang

penginderaan jauh untuk

pemantauan sumberdaya alam

(SDA), lingkungan, serta mitigasi

bencana dan perubahan iklim.

6.476.277.000 6.085.515.731 93.96%

Jumlah publikasi nasional

terakreditasi di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh.

80.000.000 62.491.354 78.11%

Jumlah publikasi internasional yang

terindeks di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh.

589.600.000 589.094.250 99.91%

Jumlah HKI yang diusulkan di

bidang pemanfaatan penginderaan

jauh.

- - -

Jumlah instansi pengguna yang

memanfaatkan layanan informasi

penginderaan jauh

744.723.000 734.673.535 98.65%

Indeks Kepuasan Masyarakat atas

layanan informasi penginderaan

jauh

- - -

TOTAL 7.890.600.000 7.471.774.870 94.69%

131

Adapun Pagu anggaran beserta realisasinya dari setiap keluaran pada satker Pusat

Pemanfaatan Penginderaan Jauh berdasarkan PMK 249/2011 tertera pada tabel 3.27.

Tabel 3.27 Pagu Anggaran Beserta Realisasinya Dari Setiap Keluaran Pada Satker

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Berdasarkan PMK 249/2011

Keluaran Volume Anggaran

Target

(TVK)

Realisasi

(RVK) Pagu (PAK) Realisasi (RAK)

Keluaran 1 (orang) 100 100 17.943.839.000 17.371.475.004

Keluaran 2 (laporan) 22 27 10.891.955.000 10.485.604.513

Keluaran 3 (Sistem) 1 1 6.498.276.000 6.455.338.252

3.6. Valuasi Ekonomi

Kegiatan layanan PUSFATJA yang dilakukan selama tahun 2019 yang dibagikan dalam

rangkaian kegiatan yaitu Litbangyasa, pelayanan, produksi informasi, dan belanja modal

bila dikonversikan dalam rupiah akan memberikan dampak keuntungan secara ekonomi.

Adapun besaran dampak keuntungan yang diberikan adalah sebesar 14.951.979.707

(masih angka perkiraan, valuasi income dihitung dari output yang dihasilkan tahun 2019

termasuk kegiatan pelayanan)

Tabel 3.28 Valuasi Ekonomi

No. Kegiatan Pengeluaran Valuasi (“income”)

1. Kegiatan Pusfatja tahun 2019

38.434.644.293 (96.84%)

2. Litbangyasa 5.098.111.000

3. Pelayanan 24.139.192.000

4. Produksi informasi 13.294.276.000

5. Belanja modal 10.855.045.000

38.434.644.293 53.386.624.000

Valuasi (“keuntungan’) 14.951.979.707

133

BAB IV INISIATIF PENINGKATAN KINERJA 2019

Pusfatja terus berbenah dalam upayanya meningkatkan akuntabilitas kinerja

secara optimal dan berkesinambungan. Untuk mendukung hal tersebut, Pusfatja

menyusun inisiatif strategis sebagai bentuk respons terhadap hasil evaluasi internal

dari Inspektorat Utama, arahan pimpinan LAPAN, dan agenda program Reformasi

Birokrasi

4.1. Tindak Lanjut Atas Evaluasi SAKIP

Berdasarkan hasil evaluasi internal oleh Inspektorat dan rekomendasi yang

disampaikan, maka telah dirumuskan dan dilaksanakan beberapa pembenahan untuk

peningkatan kinerja Pusfatja, yaitu:

a. Penyempurnaan cascading kinerja dari level eselon 2 hingga level individu

Pelaksanaan cascading kinerja sudah dilakukan sampai level individu, sehinga

masing-masing individu sudah menandatangani Perjanjian KInerja Individu yang

didalamnya tercantum Indikator Kinerja Individu. Selain itu juga sudah dibuat Kisi-

Kisi penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) di lingkungan Pusfatja

berdasarkan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang dimilikinya. Sistem reward

dan punishment juga sudah mengikuti peraturan yang ada.

134

b. Pelaksanaan pemantauan secara berkala kinerja

Sesuai arahan pimpinan LAPAN melalui Surat Edaran No 1 Tahun 2018 terkait

dengan tunjangan KInerja Pegawai LAPAN, maka telah dilaksanakan

pemantauan secara berkala pelaporan kinerja Individu bulanan, pelaporan kinerja

litbang bulanan dan pelaporan kemajuan persentase bulanan.

4.2. Program Peningkatan Integritas

Pada tahun 2019, Pusfatja sudah mengarah kepada Pembangunan Zona

Integritas unit kerja menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih

dan Melayani (WBBM). Pada penilaian internal oleh Inspektorat, Pusfatja sudah

dianggap mencukup untuk diusulkan menjadi satker menuju Wilayah Bebas Korupsi

(WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Hanya saja penilaian

eksternal belum mencukupi penilaian tersebut. Tetapi Pusfatja optimis di tahun 2019

akan menjadi satker Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan

Melayani (WBBM).

4.3. Penguatan Program Reformasi Birokrasi

Pusfatja terus melakukan inovasi untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja dan

mendukung Reformasi Birokrasi. Untuk mendukung hal tersebut, Pusfatja

membangun beberapa aplikasi untuk meningkatkan efetifitas dan efisiensi pegawai

dalam bekerja.

1. SICeCeP (Sistem Informasi Check-in Check-out Pegawai)

Gambar 4.1 Tampilan Sistem Informasi Check-in Check-out Pegawai

135

Sistem ini dibuat untuk mempermudah kinerja bagian administrasi dalam

memonitoring pegawai yang pergi dan kembali disaat jam kerja dan memudahkan

pegawai bagian administrasi dalam menghitung waktu pegawai yang pergi dan

kembali disaat jam kerja. Adapun manfaat dari sistem ini agar pegawai lebih efektif

dan efisien dalam bekerja. Informasi yang dihasilkan sistem informasi check-in check-

out (sicecep) dapat digunakan untuk kebutuhan bagian administrasi.

2. Aplikasi Dashboard Pusfatja (Aplikasi Display Kepegawaian dan Keuangan)

Gambar 4.2 Tampilan Aplikasi Display Kepegawaian dan Keuangan

Aplikasi dashboard Pusfatja dibuat untuk mempermudah monitoring data

kepegawaian, keuangan, BMN, dan PPID secara transparan pegawai bagian

administrasi dan keuangan lebih efektif dan efisien dalam bekerja. Informasi yang

dihasilkan berupa data kepegawaian dan keuangan yang dapat dilihat oleh seluruh

pegawai di Pusfatja.

3. E-Fasilitas Pusfatja (Sistem Informasi Elektronik Fasilitas)

E-fasilitas Pusfatja dibuat untuk mempermudah monitoring pemakaian dan

perawatan alat yang terdapat di bidang profas (program dan fasilitas). Informasi yang

dihasilkan sistem informasi e-fasilitas Pusfatja dapat digunakan untuk kebutuhan

monitoring pemakaian dan perawatan alat.

136

Gambar 4.3 Tampilan Sistem Informasi Elektronik Fasilitas

4. SINADIN (Sistem Informasi Naskah Dinas)

Manfaat dari Aplikasi Sistem Informasi Naskah Dinas (SINaDin) dibangun untuk

pembuatan Naskah Dinas agar lebih efektif dan efisien dengan berpedoman pada

Tata Naskah Dinas yang berlaku di LAPAN Pembangunan aplikasi ini dapat

mendukung reformasi birokrasi LAPAN khususnya di lingkungan Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh.

Gambar 4.4 Tampilan Sistem Informasi Naskah Dinas

137

BAB V PENUTUP

Laporan Kinerja PUSFATJA merupakan laporan pertanggungjawaban terkait

pencapaian target yang mengacu pada Rencana Strategis PUSFATJA 2015-2019.

Laporan Kinerja ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan Presiden Republik

indonesia Nomor 29 tahun 2014 tentang sistem Akuntabilitas kinerja instansi

Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian kinerja, Pelaporan

kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan kinerja Instansi Pemerintah.

Secara umum seluruh target dari setiap sasaran strategis Pusfatja telah berhasil

dicapai sesuai dengan rencana kinerja dari sasaran strategis yang tertuang pada PK

2019 dan sasaran strategis yang tertuang pada Renstra Pusfatja tahun 2015-2019.

Rata-rata capaian kinerja kegiatan PUSFATJA pada tahun 2019 berdasarkan PK

tahun 2019 mencapai 158%. Semua capaian kinerja mencapai lebih dari 100% dan

dapat dikategorikan Sangat Berhasil.

Capaian tahun 2019 baik berdasarkan PK tahun 2019 ataupun target sasaran

kinerja tahun 2019 dari Renstra Pusfatja tahun 2015-2019 untuk menjadi “Pusat

138

Unggulan dalam bidang pemanfaatan penginderaan jauh untuk mewujudkan

Indonesia maju dan mandiri” telah berhasil mencapai bahkan melampaui target kinerja

dan dapat dijadikan sebagai acuan meningkatkan prestasi pada tahun-tahun

mendatang untuk mencapai sasaran strategis dari Renstra 2015-2019. Pada tahun

2019 ini Pusfatja berhasil mempertahankan Pusat Unggulan IPTEK oleh Ristekdikti

sehingga diharapkan dapat menjadi rujukan nasional di bidang Pemanfaatan dan

Diseminasi Penginderaan Jauh.

Pelaksanaan kegiatan Pusfatja di tahun 2019 dilaksanakan melalui peran

Kelompok Pemanfaatan dan Kelompok Perekayasa atau keduanya disingkat sebagai

Pokfatyasa atau Kelompok Jabatan Fungsional sesuai dengan struktur organisasi

pada Peraturan Kepala No 8 Tahun 2015. Sementara peran bidang lebih berperan

sebagai fasilitator, koordinator terutama terkait dengan penguatan diseminasi dan

penguatan fasilitas (infrastruktur) dan program. Untuk mempertahankan capaian yang

telah dihasilkan di tahun 2019, Pusfatja pada awal tahun 2020 telah melakukan rapat

kerja untuk menyamakan persepsi terhadap perubahan pelaksanaan kegiatan

khususnya kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan serta akan

membangun dan menyepakati mekanisme koordinasi dan hubungan kerja antara

Kepala Bidang–Pokfatyasa dan Kepala Bagian Administrasi, dan Prosedur Operasi

Standard untuk perencanaan, pelaksanaan kegiatan litbangyasa, diseminasi,

pembinaan/ pembimbingan/ bantuan teknis, kerjasama dalam dan luar negeri,

pengembangan sumber daya manusia untuk mengikuti kegiatan ilmiah (seminar,

pelatihan, dan sebagainya) penerbitan makalah ilmiah pada jurnal internasional dan

lain-lain yang diperlukan.

Upaya mendorong peningkatan kinerja dan menghadapi tantangan ke depan,

antara lain:

a. Peningkatan kapasitas SDM dan akuntabilitas kinerja organisasi, melalui : (I)

peran aktif pimpinan untuk melibatkan secara aktif seluruh struktur dibawahnya

dalam pelaksanaan RB, (II) menetapkan ukuran kinerja individu dan melakukan

penilaian kinerja individu sebagai dasar pemberian tunjangan kinerja (III)

membangun sistem informasi kinerja pegawai secara menyeluruh dari level

kepala s.d level Individu yang dapat diakses terbuka (IV) melakukan

139

pengembangan kompetensi pegawai (V) penyempurnaan proses bisnis dan

SOP pelaksanaan kegiatan di organisasi.

b. Pemerintah yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN)

melalui implementasi menyeluruh terhadap kebijakan pengawasan serta

melakukan monitor dan dievaluasi secara berkala. Peningkatan layanan publik

melalui (I) menerapkan teknologi informasi secara menyeluruh (II)

pengembangan pelayanan prima (III) menetapkan rewards and punishment

pemberi dan penerima layanan terbaik.

Laporan kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi yang kredibel,

akuntabel dan transparan kepada stakeholders PUSFATJA. Laporan ini juga menjadi

bahan evaluasi untuk meningkatkan pengelolaan kinerja PUSFATJA. Akhir kata,

PUSFATJA berharap dapat terus memberikan kontribusi di bidang pemanfaatan

penginderaan jauh sebagai Pusat Unggulan dalam bidang pemanfaatan

penginderaan jauh untuk mewujudkan Indonesia maju dan mandiri.

LAMPIRAN

/,

,/ '/I.APAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUHLEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

Jl Kalisari No. 8, Pekayon, PasarRebo, Jakarta 13710Telp. (021) 871 0065, Fax.(021) A722T3g

www. p usfatja. lapan. go. id

//I.APAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan

akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Jabatan : Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

selanjutnya disebut Pihak Pertama

Nama : Dr. Orbita Roswintiarti, M.Sc.

Jabatan : Deputi Bidang Penginderaan Jauh

selaku atasan langsung pihak per[ama, selanjutnya disebut Pihak Kedua

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan yang seharusnya

sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka

menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan

dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Pihak Kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan

evaluasi terhadap capaian kinerja dari'perjanjian ini dan mengambil tindakan yang

diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Pihak Kedua

Jakarta, Januari 2019

Pihak Pertama

Dr. Orbita Roswintiarti, M.Sc.e

Dr. M. Rokhis Khomarudin, S.Si, M.Si.

PER,JANJIAN KINER^IA TAHUN 2OL9

PUSAT PEMAIiIFAATAN PENGINDERAAN JAUH

Jumlah Pagu Anggaran 2Ol9: Rp. 35.322.000.000,00Program Pengembangan Teknolo gi Penerbangan dan Antariksa

Jakarta, Jamari 2Ol9

Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh,

Dr. Orbita Roswintiarti, M.Sc. Dr. M. Rokhis Khomarudin, S.Si, M.Si.

No Sasaran Stratesis Indikator Kineria Targettll tzt (3t t4t (sl1. Meningkatnya

penguasaan dankemandirian iptek dibidang pemanfaatanpenginderaan jauhyang maju.

1. Jumlah model, prototipe, danbahan pedoman pemanfaatanpenginderaan jauh yangoperasional untuk pemantauansumberdaya alam, lingkungan,serta mitigasi bencana danperubahan iklim.

16 Model1 Prototipe5 Pedoman

2. Jumlah publikasi nasionalterakreditasi di bidangpemanfaatan penginderaaniauh.

21 Makalah

3. Jumlah publikasi internasionalyang terindeks di bidangpemanfaatan penginderaaniauh.

5 Makalah

4. Jum1ah HKI yang diusulkan dibidang pemanfaatanpensinderaan iauh.

1 Usulan Judul

2. Meningkatnya layanandata dan informasi dibidang pemanfaatan

5. Jumlah instansi pengguna yangmemanfaatkan layananinformasi pensinderaan iauh.

95 Instansi

penginderaan jauhyang prima.

6. Indeks Kepuasan Masyarakatatas layanan informasipeneinderaan iauh.

82

o.IT<bl-t

EEE*E*sE # l\ e

f;HE$ +A* '-3'HEE fr8 *g d.s Y+E

=

g1'$

f E$g rf;?*u EZ !q A ^=-4tri=>8f;3?gH$lsb< dhm.9Et

3ME

Hr{JJ

hrJ

z

ufrln2t{(,zfrlAzF,.

{fr{,z

=frl&Ei

al^tJT

or{oNztJFIH<E{

bg,HaFIxzt{'h

JzbfrfrlAl-laM

<zo2'frlM

zE

\:

\

()E

6

ta -crs-E

8:6.!IEH.E-oES5Ei,{o€EN ,r4NOEoE-ioltrr,EEiEb0(,gEdEe5!trc{, {,AA9?tr

E-:Eek!t€Estr85IO-E!o.ii tr!6rEsE90,{, +.1boGEE,i:!

E2!xaYfub

d

ood

dE

od,l(

sA

6d#dE(,Ao

oEHHNkdEoil

al6,Ed(,)

#(,u!kdF

aa

p xaYda d

oodkoI

d

o6

sAddIdEE(,AE(,E

oE

u)

k.dEoII

6dAdo(,b0

dt{

TI

dd6oIofr

(|rld

EI

o\

cH eF(!M,^C$H

ETE E E(d -= - c 6 !M.! i: ! id b0:b!;.i9pcq5U (g StsHd6iE06Hd6triEB: E fi 5 H.$ s$scdi*-(hfibnhbn.e q,z E I z ! o.J. > '}(

t€ c ri ci

b0

6ni

EBE!!o 66t ;rH 2 g s_.ijo .lo!€E HE E!! L!vloo ooNa-o a o.c

-d

EM'=b, SS i

EX EEE 8.3E'd OdiEE CEE-s.- ;=ac id=trb O o b:'i -o !.- o

Eme Ei€s BHHi: ts o J o (d F ir= !;ES E8*E EEE0- .:.o p. o. tr .= z o.:

6l

cdItgI

g

dtsdd>& 66& E 96 a6 6 - 6 tLa=LA<d.o:dH6 intrb!- H b!i:.4

9P; PE; P?,6 A $EHg-q*sEE:s!Hs:^'P X eo? i= S^E i 5n trE F E E E E H HE E I.:.Lqatrcztr!trzc-o

^.)

EtrL!o.= (6 6--t2 h hd9b bEEq^ 6dZs- a=19cdn 4!!tr!X=et<d! l.5-C!bn ESCdU!LLiOd OOtr

t

':bo !!v2Y v o;=!-di(u9* 6 KF?! O a I o -O:P A tr P ?-c A.i:do jYddSFE SA?Fc U E. C i* Q

I!t

!l

F

d6 dri.116.1t6:e ! !e=(E o c6!bod bo!lur: 9P E qP, d

HB-UE-!sE>': o *.!L o a C"

f f; F'! E r g H>c: EJ1z! AEoVLa€ d .o

6

: ft-Eo.n 6 (!d0L>qE ,hH^5dA i' oH-6iri 5,'Xdd! != !

;," H;O

cc zea.ord ooo0. > a o.E

tr(g

!-

!l =eH X S S?8.t 6E ErI o iri L l'1 -oP A tr H b'-r'A.i:do) i:,^6diYFo .:!odF

il:6 6E!:0-.! ! o- o. tr.=

o!06Fado!u

a .^ : O!; o o.r9do

FHN(o

edB-HOEU.!d

oA

c$-q f = =g .F^n-EF*H*E I€ F^3dEE:Eih.9 :i HF3€EiE E,iui Ff *$e EEsa.a! o.:o f cIo 6= o! q=

-7M G att = E,^d SE? .ed

= EH'E E--'=-.dcq E^.9dd Ei'iih??*r:3.= >-;:!

-c r-b.='6 a E"=! i !!;.>.4tr ai c! q.98.=:J

e F S^"o7 t'i X l4o ts,H 2'E-?6 Xi!Edii flEEETEEE$;!EE

0uck

e o o

odJ'€I&aEoA

(r)

'iil c <.(g S- i = a= S-f;; =-$*s=E-HtE:ing.EEH.;5EHills=teeiEtg;

EE i# a $fiEe $iE E ;"E *e{ti*+'e-i 2 h? 9';ri $;101E<.Tpstg EE! [fl E& E ti liEaE k

^^uEH 9on$ !- d- 6.d FE?Eg, EIE.=!_v !.; d t.- -' 5d't= - i = cHE.eSilii$;dHih!3!!x

Uri-=c=H€9mS i c-HJ ! C ^ *= xH.= i!;:! du L'6kssEE: E9 S# tr'd *.Esj.cd H.:vr - (d Ft'9 t.- ^'n * L t lEEiEE H! Ef Cd,)l'j',9ofi8€Ui eFrfi:^;si!;F"-+!EEYPrq=tri:r:E,, irl dE Ul = ii U tr o

iotEB#eteHEr

N,

X : aaa -!L - "di3 -EE sxElaEli+=:!ds I:(ija&.:;e€HgEqpE=EA0=E=EE 6: a i dne I: trr !! i)E EEEiEiSEE=,!SEEE*

6(SE, q,-ad X

EE Bti s*

<dd+'Ididd.- o,^! il,; r tr !la'iYYdV' cd -!l

iE HE +;'E i qpi E Fs

ra-ot!!iHo6

t

k: a ,

ild Y5 -^Y'I m :!J: is;

Zr<DFI<DbDz

rt=oH=zg

EEF(5t2g3

;I3iztaEA

oE

od

E9'= s=lda

c!

!o

aCd

.E

!o

lI

!tId()IoE

oI!,

E

bnooct!!ay oE- Haa l),t dHO F50 6bb zao. s

u0C)

(!L

Eo

E!Ooo

\o

cr);(s

66o

sdF

LUd

q E cd=s Eo=t H 5 )TE;EgSh o= 6 tr F

ffEPEt.o# H E E! "iv

^: a.!E

J O t)O O O

cd

b!b0

oq+CI

-c(ddd

Gx

bo

d

cd

h0b!O

do

.dc/)cojjb0LdF

VJ

C: d.e-9in: H

UE'r.1 E

'n box

ci'E 9S C\@

vcd

bn

oj

(f)

ilao

oo.oh

o

o\C'cr)jj

b0H

.c!I

N

I6

B

00

b0aoc!H oEI( A

E

l.o I==

g) 9 O-U b U V

d-dHH 6E Eg €E.u F.q d&

d 4!i -@F""{!sf;Exxccc.i:(g*=d d (s d Fm6 ! 9!.9t,>-o -o.- d.i^ 9tltrtrutrco.: o o;-i o o o>6AY^^u

bt Pd= H=!ual-a

:*Eata

:€ as,>: G6Y:'E

ad,EI

F

boOOC!o

6si p.

q.

a= .n

H: d)e 6ud z

:t

Od

!!i d'i <IE"^Ed&6 O d H'-q! 6.: I d C

PH.eEi-:mE I c Et -rh€ s fr tiH; o t)o o oe oiY J4 old

r90 E6-b06= |

IZtr-a-:

:n MYadxat 9&i

ot0dtadgcil

+N

!d

HsE5oA

|o

Pu S EHE'l:-^9d A!d

H'i E esES H.d>@ tr13 h 5i! tr:1 i?S=iX.doaJ+rj

sM :!,i dH d:C .:B! .- cd d tr og.)-6ld<d6'U€^* E sE f i F.gE"iSYEIcE4-cotroho!lqYH5

M !6 O

.a ( H* 9.r a U

F,E e E F s € E.EL-iE: fo o ! q!<'orari{dci!.VHj>gEgEE€.EB..q

ot!6t

e o N6

odJ'tH

nIE0A

!

=co il

!! $ !! o;i-! !'o H d !e

9]l tr iq Jr.C= A* A c

hd i: o'E-- NX u o

'&qPc.!ottr

a ii cd,- " hrj i

E*iEEE*EeHilL R I5 4 diE = -sxht?sEsiE1E E [B H;i3; H9.; ,.H .rE E qEHi E* E" 1H F 5^

EE d E F E ryEE H

o=ol e !

Edtr! iAiiLdtr tr}:ia- 5 = ci.5 d di* d! H

t-tdd60S d o !!d.!i=d d o, c d ts

X6EEtri!E< I9So 6'Evodo!::

odEuo

ud

!,

iE#ecoHE

N

aAt6dd

dd F lc'a E cEtd d i,^6 C tr

E*$FIe"r

ds cda! -6 ds 199a 9l eS P E!: N se tr.Eol,A'a6!9P!EgEH.U.EE.q

EShotgdt!ofr

btEs! =mhE H.X EON

>s€ E.g

o&

CdrJ

=aar!Ld

I

t-tdl6r

l8EI 6.8lbsItrEiEgIEE

IEillNsl6l-jEl9-IEE

l!E)-tE$ I

l$& I

I E'Alrf IAEIordg*

lei I

&c l.: o? |

J EE I

dH,E IID; Fil -l i

E $H i

$.Fi I*f 9 I$,0: I

E !E iLAE

trcd

13

F,a

-aa

I

I

l

I

l

Ilo)old

clrl6lr

oldIIl!

Elctd lid I

dllE I

lE Ilo Ial-lolEIttolElrl^tHI

NII

dlEl'oliltel6ldt&ldIrJl-l{, Ib0tktdlt-l

cd

ca

P-aq!!!Nx0.h.

I

I

I

I

I

ld-.1 olol.cttItlotfttl.cId

IEt:loldlJ(l!t, iIo" I

lc Itd Ild I

td I

iE I

IE I

lo I

Ie Ilc IIo IlE Il! IlJ IolElil

I

tDtFI.dlElrl,,1cidl.!lcl.t!dlol-l{rlbot!t!dlF.

l

o,!{

I!,g

&

|o

IaEI

v)ddLLup;

E b a 4 s N.s6 > cil! :y i: b0EEE:E€!O\Yd'=)i-

tr.S'656809!: b0Ci4 e C H

e -E € & 8 8.5 =cidd

5ddJ

'A!dOr=P

6i-C Ytrcd!?5tr(gd iE:YOiil

dJ c o

0. og, o

"-i:dB!-q'=ats=

il !':(!-5)?iJ h o.e (!-f, !- C4H I d

dYa9.!iY69

O. O.! cd

lr)

I6

a@

A6

uol E d g E H iiC!: -Fi! d !iEa6EtiEt.!E:!gAdoE;!;'t.v-(6MM;

> tsfl-v€& E E E,

ddd

dO

=i EP g

t.aae^

X a='d ocdi!Xo!H H A'Eo=6d5p. o.E c! o

EO

*s vc i 9^

cd =.: o=d2ai.aidl.; A nd-O o! -a- i C ai!

\t

tr

N

cao (d5i6H!!=6

cd l-q u 'd -'

r:ES ! H H! a E it d trf.Y d o.6. ai"trd=nmdeMU

=EH€qEE.ts.):r!!o

-OG!

CLUE

-:; A e-

X a-15 o! !v: U!c6J !: a

o5(dd5

O

-- Ic't 9^H,:: OE5 c= 6 o'-! \!

H9AiEH\ia=5

a- X tr iai!

o!!0,kEd(,E

H

::do

.:690E^^-

FiN6

|o

It0..5gE5o&

6

-^: G A d

!3*FryE SE Fh3:E;=iE; Ii $EEiEosp n^a'iii E; i =:6j5 -

'E!i=Q;EEEATE:.H> 18 d.:t= a;tE;;38

-L

: -.-- E iis4* JoP!s/=:E+-^E! j u _ - Mi:! s o quNa;:5ii->.-;-.JcE57.!! i ii cP! t:;5.-EEgEESE"'=iEiEz.=q q= c.o o.+:.dyJ $aE ee .E SEif,E

o!06F

$ o o

od*tq

acoa

o

E= c d.s.: -*- i - :.- EAi =-+**=E-t*;I=iis

EEx;;iEigi;iEEFEgIIi* 3e : 3i EE::t EE'E s.s EE

Efl€ ETi aE HEE [5 ilig5E i

il*gEtrnHix!:!ih -q

o 9.;!.: L

!oi-odr.:sfi i gsgEd x E b! 9 d xI tr - g!tr ts o:ET BE $*fi:F b SE q b E-G

:! o -^d J

tr ".!n a t.=vluaJ-r!4,^!+58 !! !5.c.-jqi:!o:ir'-Eao!?':i.:cdAEh!E.=-

l! 9Ha-iE mS.H &s ! rS-: H! 11 jl | |a X.E = 6.P.1i

6!5ir5*sELloHE

*

N

j

i'sI ri:ESs,li;ditra5dcitri,g1=trco

E;;;EraF==r:li;;8.E eE 8..qg.erEgE B.=

=.inoa

i: !!: @ h^:i!= ! h;f.:ii.;* e spi==:

i:d E -

.*.9*iiY; E E

tgS"E.EEP € {EoEEEsP{F EYU -Ei: i= I E E ! N i.:', -'a !

-66U&od9addlrQa

F.

u6 != _^9

E 9- E+ E lor> Ed!.sE &.9

ZHsiDF)EzE{FdolHHaR=z9HE

= rEl

"f!-?a4MA<E(-2l-<DOAzlaQQil

oA

cd

lq

laqX0.f&

Cd d

oo

&Ic!doco&

oId

El

eo

G

a

otu

(t

oE

o

!d

\o

;Cd

(dp.(noob0

,6

icH6

di: dn.=:'i: d df!d'u=p1-tE;i!9Sho'=6cFil;* ?E eYd Y LU L^^

U d: EE*^>-o c Xi Ei9g E hb b b'a oiY & o.,ld

6-b!bo

C)a00$

dE6

d6

M(d

d

bn

oq(d

ol

rl6:ltslbolLCNFi-l

vi!

oo cCi cdo-b0:Et E

.}ltr-

-oc6x

a.u I bdNco

6bo

o!oil

oo

oo

d

o\

jjo00!

F

'oc6

o!g

cd!

6

a

oo-

6-d

n 66 dd

.q N.q d6E eb '"S$,;: E E 8.

H'HHeH-e*"9 = n a H !;-!!.: O l^Y

; o oi o iD oa p. o.; o o.-ll

E! ff

5aO]i HEa PB-d3 r$E> E aXMOEHii !

tt

!d

o

f..

EN!

6

od

oo-

HdNK-:: d

a.5 lli a e

* E; E d,sh o,:6 c F&-:-U qE H

3E.98;:;q P c E€;sEEsf,t: o trl (, U oa o.i: J( ofa

VJ

6o cei cdo-b0.9d6

o --:

'. boYAri^''ii o;iN

L-.1 ! tr 00

ot06i{Idggu

vN N

.0

I

9sEIf;

lJ)

!aE*i 6 cc-dv 6 d e !FH L U ! -i!!---qE (!eN.= Y! X E H H9Pjl H F6-! <r 9

=*-EEiEESEE;ia.a.o o.grY,EvEE

Y-m $,c EI d!c .-!

E.af;tEH3{ErdH94q.QEH.!EEEil!s*EHE=.--E

p. tr l< !.E p..:g

9 !E Ei c E* s -; bEE,UH-O.EEEgitggHr,E gr

90uch

$ o rlN N6

0dTtc

TgEoA

6

s= c o u6 -C 9 H F d X!; a ; 9 Ma H Q.qxiiStrrg*i

u.uEHas^E?-(€7 P.! s H EE:h^(o:l-dqa-tr-*cod1lHdge!p5JiJd.H^s I - u L.i i=:i

F? X 6 E= e E g

$s -.-:E!d#9 ;!t-tEE9Tsy?Mt: I i 4;d ! -Moi==-q-id

Efgtr€HEiEEa , - - l i X tr dEE*E.qlittrgE.g#t

=,.E E u SE.b StrEESPSSeEq

aN 1d! d= H

=di id q:Hr? EE - in E

*.Fg E H6Ea*-= =ai'E{15 cd d* d! *C

i! i o ltlzE ^"

Y at= x H x dJiy$ihFE-cE N X E.E E E E.q

c

!s6P

#sloEE

T

N

tr

Sd

iri i

*6iddd

di i-r !r-c a E cEE} ! MT H.=c sq u! - md!;-:etrc=r.i Hi v *.-

trdd

!H dcV>, ,-ii

, fr gT-E EflE ilr il.s E $Ess>83.!E.s

a.&EE{d

d#

z.t H

5 =mtd d E :l.q

aJE o..g

()A

(d

.o xaYLb

od,{

IE

{,>

dToA(,

(,E

,!loENN

(,EoI

(,

un

d€(,aoq,ooIA

dEo\oaIEd6.r6.Uk-6tOE

g.g

TTt-E

cd

do

vobfr,

ood

6E

od

Acdd

!(,A(,

,{oE

d

olk6Eoil

tr(!dAda)

I{,b!Hc,t{

la

.o:la:lLb d

trooq,

(,I

d

od

3r6,6l(lEoA(,c

IoEd

rJ)

IdENil

dd&6,(,T(,u0t(c

F,

6I

6tdocoil

ol

ccagl

_.a E_ _H6 b0H ! S-rJ E'; -I g 9= st p Ej::qF !s o g cd4F"=F"ii " F"E:S>Sa€ E ffi9rebF bt; f; i F E eEB P B: T P i E h E E! PEEE FEE.E rSa tr a I! > i: F. o.a ]( !5

i.i,ti

qtr6daJ

a'acgo

S.U5tr6'-! -c:it-! ag B

.dj4 C a

EMO6'=@

.-_E d d!.- o -j:6do

-! o Y

0. o..= cd

oId

o

0o

qHi a -q E!Eqq66bo

$F $* t x . E - $ E I E

BHBi$E$iEBE#EEcEctdsrdE_ic99dddd

dO6!

trdHH.; ! d5 c!:

: @=1J O

cd-!!:@c"o i/i X-oti5(d650- o-e d o

O

-l I

= e* (g o

c - xE 09in=j5=! !v 6.i dd:< d d X

F

cd

EI

N

_a 3d -!s - b0E E[%E HAE.--:O.E b Eg t E* 6'd tr (6 - c i cd;-S*SH€ E sEEr:+!nf,aEEr€i P h^ I E t b h.q >b b U H i B. ii'e E Eo s> E > tr y s d E> .v €qi .o o' Ei

--.idO6!

trdHH.= ! i5 c! !'-H 5 \!c E 14!:: @='d u(di(!:oe.o a 5.oorou50. o.i d o.

O

-l I

P fv 6.; r(ie d tr =

d!!.1:tr

IouctiIdo

&

\o

!

!; oll.r!dE

!^^^

FiNo

Id*e5S{.:ot

rO

*+i E - trs .l=;i; 6 ; N

= c r'^N aEe*iYi =d $:5:E

,i -

I I d.= J L - -:!

Hi.X ss i:5 Pt E+-S u: E

S iE H.ii= t;t5tq3 a=

dF.94 ! Efli .r,'a q 9trX E-EsSg-HuEQo-FHMddt-A-r-_'!dIEc=r/X.! i d 9!t i F=-

uEd

ud.d=lFd,!-r)!dipa=17.! i i q! E; c

o!,dti

s o v el

o6J(dc6coa

(a

i6:J S i (i'-d ': f I = r= E dc.- Xa o :lr5'-o-;:6 o : =: md! dI tr; = o:

EE-;iEetgr:;e;r:liIeFIg,EEryEEF:;;EETE;E:tsia?El!s€iEn;ilEaEisg*E[iE [E ilEE tE UEE; pa

h^ili.

E 9mN iE?rg - g

'i d E= o' rIOi-AO!E(o:;Nd!!J.i.E5-n.E+LEE J I;iI HV_u 9: qn I uF"o !d CH Eld I tr

!!a-^a )Hs E 3"> -q.ldrd-=6JU

!d';.n=aa.^

E.e I's ;g E -(tt 6 s E'E Eg't.F=ciUa:.!gE:SE€:EErlEp€Es

6

XEETq!J!aEL'ceHE

N

o-! E trd -.2cE-EE Eigba'iS€q::i: * ! (da +::;:EE=iH1:EE?iEEE-=! X b.i tr= tr tr = ui c f.=B E E ir.5 E.q 8.;; E g jr 6E

'tdcdd

ar a 9d;dY E6X ! H Y!H,o A d o E"ii

-=--O-^!M-r H aaAi!9Cii - ds d; ! 9 6i .c r --d!; j H x: d - ry

EE E! Fs E E pi!

-eT&BOa66#

xr

!q .H E

3: .E mC

H*eH-<i=F)

EAil41-il9Ho2NE3AttuflggE<m(r.zrf;daail

oE

ot

50

!JI

dcoIoil

Ot

Id

El

gd

o-bn

Otu

d

ab!oo.

o

)o

;

!(d

\o

;6

oob0!

F

!ed

E H cd=s:6-d L 5 )VH-6KME6utF.iboIq.=DtrFP{J+ YH OYd Y (u !M

;c!adY6h€ E 6 6oHi E Lu tr,c o.,: O,O O O>^L9V^U

(6

Mbogoo.

C\t--

d

cd

dd

Ebn

d

6

b0u0

oo.Eo.dIof.-nob0!.6

;trOO Cd* cdd-u0.at E

l!-'A.ao

'i O ;i C.l Nm

6

6b0

o

ll

ao

ooH

do

-do\Lr)f-jjOb!!Cd

F

oId

EI

aodIa-bn

OA

(!cE d

E q9 EJ* gi, ssi: 60 -d

:d d d id limi'l (J cd! cd',l! ^

>.-O -O.= cd r^ Y11 trtrUtrco.: U Oi U O O> o, o-x o- o-lr

sb€ s!CCJ

-d0)v:'d'a i6:I ASaa^:x !( Y'n

F

!d

EI

t.

aaho

o0-

icdtcLud

tr x dls E

'l lr .; E.B #i: x.: H ^ -bo --t-ll H: o.PHgEiim;CBcd:cd>.o C ;i E1^ Y

,: o ro o o

oo trCi d.9"S-Ytr-

i!c:n Mx6r*6'E 9S

ot!6FI6o

fr

\o tN

Nco

ad

Bt,EOudte{,I

|4

==d

il- Q ! ! -

d=cd:lEil;tr1>atr'6HJi!tr:i-d*!SAXdoo^i++

uu $,.i d

E^6=trg.Hft!*Lii q tlit co! E.!o tr o I o !E€ B I

M Pd Ai _dtr tr

Hfi, E HEE EEA.lE ? f o c ! $-iZ i:iiX> cd!.1 tr.P,

ot0ctr

+ tN

Nco

o

,laErl

I

AEoa

6

!o

: -!uxaXL'di9:e N o;- d! r=oilr:d](!E2r a a.; EiE H&.i='Fo*6EE!!t a cx a ! i.!

tr- *c d (g.!l tr dxt il' j6E f* !:E E5.s.j:E 5.=_V

'to

alid-voi I

l*iEEE*EpH:*h F g i 3cE_E lexr;ri-*lsca:9FlaawdLd!A!

iEi:B.EBH!;!E.!d-iH.5EiH.E*t

= ! E r PF.ts S;i E tr tr o d d a: o

-Pd!

=d:dl! i!!Oi:!(!tr EloT^:UE N NJ tr

- Fi tr Art et--dd60sl! d o E€-V= x.d d p.= tr (! tr:rH ftdE E.o H.SH i YYa 6'C

^Evodoi:xx.il

E

!5CP#sleHE

ct

tr<d

Eo

tria-

*4,

dt F h.- - - =g.q o - Bd 9

i E #E ='do;

,tr dciF cd

R* d.4i o

E H E 8,3 H Ia

^ b a d I 35

E'&kod9!d

8#

htH

u! ! v

i d F Ys

oa

d!

=aq.\9!O

l

I

l

I

I

lol6

-.t etd,b,lol,{tqldIHIOlrt6liINt,lolEloIElc16l i

lH- Iladbrii IEd Iir i&i IoA Ig'u Ioo IEg l

Es I

'EO t^k IsE I8d iH!rr 9 I

4E I.Es I

Er.E I

d= Ioh! I

$-8 IHtr ]8E I

l

d

AA

-aa

I

II

I

II

Il-ldlrlololdlHtdIEl:loldITlelc l

l3d Itd I

td I

lE I

lE IolrlslotEI,lTIotEIil^t

NlHIdlE, I

NIulcldldllrldlol

UIol!,0 Ikttrl

I

cd

'A MF)=aa l.IE-.t olaldlkto

i.!l'!

tald,{tsItrldldldll!

trl(,ItrloIE

5.!oE

'd!dEtOil

(!d&do(,b!!(nl{

4.!a

!lccoco&

N

datr

01

trCdaE* '6

6ti-d.a trF ,nJVN!

E5H7E6o o.=: iLi 9<jiE-oa o.

dr,

'6FdO

6n-C ItrdH5c(!c -E:dro9dJ tr @

I d 5-i

'=ots5n ^^cJ--5

Eir i, o.

FfrH3d-O o YU)IO

Icd

!t

!o

6cddfl -ll vE=E-- F$= &5t i $s Ffi;fEeEsHIFtEids4fts-qEf E f s t F€ t E r fl,E c E c E fi EE c € td.ci dEj

dO

i! !cd!

d:;ae-

(!x!xoc! iri X-Oo5cd65

H H! LU U

o6r

FC Ie'a 9-

'-! w

iBli.i C nH'- I u !

n- X tr iai!

o

c

!t

N

6 E HcJ( -r U d cSbcdcd?L!dqf9trai"ro*l

$E$;e t $r$:r;*E;_AE€i;{t r fln tr€ 5€ f 5 H ! E> E > E € E fl 8.5 8".8'€:qi"dod

dOG!

H6H5 c! !d:i a u^

: o='d o! \v: u!d l( E: @!E ! dEd d.H H d.

oGT

HC Itr d P== tr? (s o

d":al.adJi; i i+.n I H Ed-O o! an<p5=^- X tr a.:

oLO

ctr!do

E

XO

-o:

cs-HO=EA!doA

t11

-^: ; - 6 4 -

= tr Mi 9!tr =?i s.Y! =.=ltri:.9 sI 9Eoi

EE! a: frt Fi;i; e{.o i- li = 9= | E I qpf tr E.=>.iE n.Ea= n;cl t-8 E=

.ZE ;!-.n E Fqpti .gat9=:ud*:

*l=! i SSi:E.!iEEE"EEEEHE!HE

Hr *.-!.;!!

id

; .- o -^! M;F la ;P-9trX ,'.1

;.( d Sq _ cl H ! d a. fiFJlia.:! t r gpr'x:i trEEEEE.::TITEF

.i v *,_P.i!

Io!acF{

+ NN !..

odJ!E!

o!{,A

l-i, e oef :Y

= o

gk ==styd:=frlEi=;si E "^i * r te d,-et E H si E E e e

iI6'5dsH;E€i:r*aEHtrE[;*;s,f;U5feI5EE;":=gEAEfgef

EEEEEff$;gi

h.Mil==d4k 9mF r>! : i - q- d* di il: d:.:2 r:E.SP q a

trs.s3EEg;'A=:r cd o=EFrsEihEU*X=

E d d.! ! IA

EETEPI!iEe.vEE,e-3d

:s @ -^d )

ia.<E6E.9a),al-tuo,^gf EE Ef E.X._ d.ii o ii ! o:a.t=oau=.=cdEEh!F.F-xp-YHe-=EboYFF!-dq;:lts fi k€ f,s E Fa X.V= L9.1;

6Ixit5#e!(,Hq

I

\

jAr

E;iI E:53i6^$€:str-==.=r=x-=--\!

EiE;+T;rESE*;;;!.i-o a= @! o=

ONt:'A-= @

t!9:o.^Y-gg: li:.!EE EE€ ffEE6;:o=Xd

!sH;Hd'=.9mh9;:c q

t-qE-EEE! * {urE € ir.a i't.F E L- I dl: i= P e E ! C i.X

dUkoa66loa

s-3q = l9ud 9= -^9

s x: v dr 9;.i.! *.;

a_ZH

S{E=M4Fd9HozN lrizYHEEo:zge'<tri(r2?

HEil

dI

!/ni: :i3t N :or'to ) EH-u L\e5r+''ilq-dxSili:rg(ulQ'rk I 5

6st'-i.- a a

eED. !'q8 V- &,.e;t,h(d>'a

PtiPind

p.

otr

o

tr'dAA

atr.dYLh

d

oo

o

.E

v'd

IIccoTou

c{H

c6,

at0

Or

6

oLotu

toE

o

6

o;Edo6(.)

oML.6F

di> dd

= !+: F d:"oly;= E

ftE;EE*}h oE 6 c F1"" "i, o,cd I$EE E flJ'o P c Et:!,.E d 3 tr*; o r)o o oa or iI .Ii o. -ll

Cd

-bou0

otr

+66

cn

CS

h

b0

d

-bn00

oqEo!

.ilo\lolol-tIIu0 IEI

'l

Eo s.YaY9'd b-!tr-6-y

AU i^'o€ CU

Nco

z

6

(gb0

o

ioil

o

op.oLcn

o\

r:,-ou0!

I

ecagt

ao

oq)M

Cg

t z''tr : EiHivd!n

s8; ;l E $ eE 3 E€ S-q.o^>-o.o.= d.a 9

"E f E# E E'Fa o. o.; o. o.-]r

bt v!co

:r E!a Pb.d € Ebd;> ! cd'ivO=Ll=iC

o

Idl

EI

N

aoa

CHHG(9d

sEEf s H

*E;Eq*h o.= E tr q;."" ^i, ocd ISEE s fl#'q i! c E€:sEEs$t; o r)o o oa p. -: td o. -.\l

V:;co-bo

-!tr-6-:

'nboX

o'3 I &l

o!0dFqdoIa

I +N No

E6XgTE,

oA

lo

.-=M- <i tr E rdv 6 d s E

=E tr u iU al!!--^!E GEe\=9H! ELH@N H'1 - A A a .

U E.B !i csE Ffr,

uY >! ! !

E .- E,!! H c ai'ir2aixdE!Bd!-u!q.E!H.i

E 1l sEsE:E ilE

U !d d! dU! -i:Eff,EE6EEflgrt$gtrsE

ua

o!!ait{

+. o ilN N(0

o6{

.Ea

sHqoA

sa= - O mcd -tr e; I d xN

g $E P,Ht!€ egr q trq dhF FJ!€7y!sHEE.ePS &E; E; E EE5 P I * #.si E-'* 6!: U e I5EEs EEE 8.EE

-.ffi.=cEc!_yiajl idUJH=6iaiE?FEH};ETE

ilE$*;nEii sO , ^.4 i: tr c !E* EE H* tr E E.E

gt EE [E H$:E il

=bqo! 6 ! x

,- &.-.: E i:

*.F3 E HAE:ir,-= Eo':{

i! C o lElii ^"Y -Ea X H X d

=.V X H.E E E E.q

c

5Ht5*srtoHE

T

N

o

E

M;o-

a6a

dE F !<; ! cE8-E d ioS c.Ec Q u! - m;H; C:v tr C==

ii o ad a.

tr! - ,r Lci ci-E tr 4-q.9:adEHt: x su tr.=dl'a'ad!!P!

Egsi.l€E8..4

EAkoG!a6fi#

h'f H

-u : s_0:fd cd d

LCd

aod-L(Ud

dL:vHLU

ak=r:Y(U

'iEad ijili qJ4

!PP

dddhh>HHH

ddd

I

ot'l

I

oboai4C)

'(-)H

d-+J

dH

q)qJ4

!d

d

ddLrod

MHoo.d€cd

d+)Cdd

Hnd

o

Gq)

L

hO

oF.Hd

!-C)

oOo

qr

tro.

o

J4o

J4

6ldoHH

o +.ju!

E ,r4

a i.=

'rj

adtrvCd

dCd

J4+JdiaM

dC)

H

!H

d

cd

adEl.€

d

dHddLC)

Hho

o

d!cdE

d+Jcddq

Cd

)roo.

Iqq)O

o/\ lr.aH.iO i/iqO6P.o-rr +i0.ddbH(U

EB&+IE&J4xd:v

ad(9cDtsfiao-+)i

-Ji0)"d ii

AN+

VIva'=

!H!Yl

U-oM\aV rlo+uo J!OHtfH

*tio:ciH ,iLuH!fr() !pd(gc+rdHq tP(u>F

F 6{ua)A!

ld H=.Ylf-a)-rlU-HF!;J.nd

gl 'FM d-',

A EHdA*! oJc)(u-fi*U=5 11'dnp/uo. !aio lo-(gd: MIlui(u a-"6du-AH-Ho !(6Ptu€(g E d-{ .rl,Sfrg 'r qN(j6 0-d.d:i.HtraHoO..(6dO. *5 OE

dH-!-LrE :E€.E E.E C

-o N _o.i

O ($ O'H'; Gi.= -rHiU- Vd EdEHfr! - ! - v') n ,\ H di! q xdlld E *r5 :J(J!!!!(t O. QQw- o o 0)=H 5 665sq - iitsVA^ H

vVUii 7\ 7\ Jd \"/ v\,:=

qi ,*,*.Is o oooE : HH'E; F FFE.H d ddrq 9 P9E14 tr.r tr E $-h -E; -t M-)--^b J( xJll<:€a.)Ht'l^)re t oii f,Hr^Utu ld H!-v (,

ddj;.i Or--/=AaOOl-IUAA))^\J(UfGOC,Udlud;! HdHH-

^H*HHHdL-LLH! iito6d(u!#!€kHHIUH-H-*6::o o5()o-:E E!E13J4

lU 6\ A H A ^

;ii-^vV;iVU::

HJA > H.>=#(UHlr()ltE F-r N(Y)g>

'6'd'A E cd d cd lu"o

E E E :$$€€€ E o o::: trTE6 6 E H a'3EEE = O d_ 4 A a tr6.ottt t N-g - $r*Hoiii q rEE .= E-$$HH E EgI E.=6tsrjrjrj : E5r 3$ilEaEEE -r a3f 8.;i:E.6o.Fo.do A- _iEF A1rrr i B?E *SEfitgg.g i; EEs HlgiHd<gcd c QdE J4sE'dt H >xo uqjEEE?<e. n i! old: Eh€=Efif;* ; 8;ff -E€EtE.d .cd .6 v = il I E'Y:< o'd oEEE Ea€H€ siEi;tEEE :EEEs nE!EHEg P P ko ^rs 5 =s 5I5FFF HE$EEss EE9EHE

;€€ =gstfisuc---g-EEE ! EgHI{; !€ s$$E il,&&& # E#E s E gE; E g.Efi E

HHH E€I $gH EgIE$$$$TE€ 8T U,Hi{ 9! E E E E E EEEE 0oQr V'P! ! E E-i.q-(-q-C

EHE fiBE*fEEEiflflflflfld (sd tr;=Eqqt triEtrcEtreF F F FE h I E E g g t, 8 8.ts 8.8E 0 E ES aEE U U U s c c c H Hggg

^^ QJ4.= & a. O a. n P.6 E 6 ts E

EssEEsEssEss!5EE5S\O l.- @ O\ .-r -r Fr Fr Fi .-i i .-r J f Ot O N