hukum mengeluarkan zakat untuk janin yang dikandung

10
ISNAD.NET HUKUM MENGELUARKAN ZAKAT UNTUK JANIN YANG DIKANDUNG Telah Diperiksa Oleh:Asy Syaikh Al Fadhil Abu Abdirrohman Abdurroqib bin AliAl Kaukabaniy semoga Alloh menjaganya Darul Hadits – Dammaj, Yaman 26 Ramadhan 1433 H Disusun dan Diterjemahkan Oleh:Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo -'afallohu 'anhu-

Upload: isnadnet

Post on 26-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Penjelasan Hukum Mengeluarkan Zakat Untuk Janin yang di Kandung

TRANSCRIPT

ISNAD.NET

HUKUM MENGELUARKAN

ZAKAT UNTUK JANIN YANG

DIKANDUNG Telah Diperiksa Oleh:Asy Syaikh Al Fadhil Abu

Abdirrohman Abdurroqib bin AliAl Kaukabaniy –

semoga Alloh menjaganya

Darul Hadits – Dammaj, Yaman 26 Ramadhan 1433 H

Disusun dan Diterjemahkan Oleh:Abu Fairuz Abdurrohman bin

Soekojo -'afallohu 'anhu-

1

Judul Asli: “Zakatul Fithr ‘Alal Janin”

Terjemah bebas:

“Bayi Di Perut Ummi Tidak Wajib Zakat Fithri”

Telah Diperiksa Oleh: Asy Syaikh Al Fadhil Abu Abdirrohman Abdurroqib bin Ali

Al Kaukabaniy –semoga Alloh menjaganya-

Disusun dan Diterjemahkan Oleh: Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo

'afallohu 'anhu

2

صذ اهلل عؾقه وآله وسؾم، أما بعد5 احلؿد هلل وأشفد أن ال إله إال اهلل وأن حمؿدا عبده ورسوله

Telah datang pertanyaan dari salah seorang ikhwah di tanah air yang menanyakan: “Istri ana belum melahirkan, apakah janin yang dikandungnya yang sudah berumur 9 bulan termasuk dikeluarkan zakatnya?”

Sebelum ana menjawab, perlu ana sampaikan bahwasanya ada salah seorang ikhwah yang mengirimkan nasihat untuk jangan cepat-cepat berfatwa. Saya bersyukur dan menyampaikan jazakumullohukhoiron atas nasihat yang disampaikan, dan saya insya Alloh tak akan cepat-cepat berfatwa, dan memang saya merasa sangat belum pantas untuk berfatwa.

Adapun jika saya telanjur ditanya tentang perkara yang telah Alloh berikan ilmunya, maka pada asalnya menyembunyikan ilmu yang bermanfaat adalah harom. Maka saya harus menjawabnya sesuai dengan apa yang telah diajarkan, bukan dengan akal semata, tapi dengan dalil dan bimbingan ulama. Alloh ta’ala berfirman:

س ما مقثاق الذين أوتوا الؽتاب لتبقــه لؾـاس ول تؽتؿوكه فـبذوه وراء ظفورهم واشت اهللوإذ أخذ ؾقا فب ؿـا وا ه

ون ]آل عؿران/ [781يشت

“Dan ingatlah ketika Alloh mengambil perjanjian teguh dari orang-orang yang diberi Al Kitab: “Hendaknya kalian benar-benar menerangkannya pada manusia dan kalian tidak menyembunyikannya,” maka mereka melemparkannya ke belakang punggung-punggung mereka dan membeli dengannya harga yang murah. Maka alangkah jeleknya apa yang mereka beli.”

Al Imam Abu Sulaiman Al Khoththobiy رحمه اهلل berkata:

فلوجب عذ من يسلل عن عؾم أن جيقب عـه وأن يبني وال يؽتم

“Maka Alloh mewajibkan bagi orang yang ditanya tentang suatu ilmu untuk menjawabnya dan menjelaskannya dan tidak menyembunyikannya.” (“Ma’alimus Sunan”/3/hal. 263).

Rosululloh صلى اهلل عليه وسلم bersabda:

من سل عن عؾم فؽتؿه أجلم ؾجام من كار يوم الؼقامة

3

“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu dia menyembunyikannya, maka dirinya akan diberi tali kekang dari neraka pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad (7561)/shohih dari Abu Huroiroh رضي اهلل عنه).

Al Imam Abu Sulaiman Al Khoththobiy رحمه اهلل berkata:

من كار.وادعـى أن ادؾجم لساكه عن قول احلق واالخبار عن العؾم واالظفار له يعاقب يف اآلخرة بؾجام

“Maknanya adalah: bahwasanya orang yang mengekang lidahnya dari mengucapkan kebenaran dan dari mengabarkan dan menampakkan ilmu, dia akan dihukum di akhirat dengan tali kekang dari neraka.” (“Ma’alimus Sunan”/4/hal. 185).

Al Imam Ibnu Abdil Barr اهلل رحمه berkata:

وال يستػتى الذي به يراد إكام5 األحاديث من مثؾه كان وما عؿر حديث يف ادذكور الصغر إن5 العؾم أهل بعض وقال

ا كان وإن كبر والعامل شقخا، كان وإن صغر اجلاهل: والوا كان، سن أي يف العامل هو الؽبر وإن عـده، عؾم .حد

.(دار ابن اجلوزي/500-444 ص/1/ "العؾم بقان جامع")

“Sebagian ulama berkata: sesungguhnya orang kecil yang tersebut dalam atsar Umar dan atsar-atsar yang semisalnya, yang dimaksudkan hanyalah: orang yang dimintai fatwa padahal dia tak punya ilmu, karena sesungguhnya orang yang besar itu adalah orang alim, dalam usia berapapun dia. Mereka berkata: orang bodoh itu kecil, sekalipun sudah tua umurnya. Dan orang alim itu besar sekalipun masih muda usia.” (“Jami’ Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih”/1/hal. 499-500/Dar Ibnil Jauziy).

Al Imam Ibnu Abdil Barr اهلل رحمه juga berkata:

عؿار جمؾاس كاان5 قاال الزهري، عن معؿر، عن وغره، الرزاق عبد ذكره ما5 عـده عؾم ال ما األصاغر أن عذ يدل ومما

عاذ لاقس العؾم فنن برأيه، يشر أن سـه حداثة أحدكم يؿـع ال5 ويؼول استشارهم فربام وكفوال، شبابا الؼراء من مغتصا

.(دار ابن اجلوزي/501 ص/1/ "العؾم بقان جامع") .يشاء حقث يضعه اهلل ولؽن وقدمه، السن حداثة

“Dan termasuk yang menunjukkan bahwasanya ashoghir (orang-orang kecil) itu adalah orang yang tak punya ilmu: apa yang disebutkan oleh Abdurrozzaq dan yang lainnya, dari Ma’mar, dari Az Zuhriy yang berkata: “Dulu majelis Umar penuh dengan para ahli Qur’an, yang muda dan yang tua. Terkadang beliau mengajak mereka bermusyawarah dan berkata: janganlah menghalangi satu orang kalian kemudaan usianya untuk menyampaikan pendapatnya, karena sesungguhnya ilmu itu bukan berdasarkan kemudaan usia atau ketuaannya, akan tetapi Alloh meletakkan ilmu di manapun yang diinginkan-Nya.” (“Jami’ Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih”/1/hal. 501/Dar Ibnil Jauziy). Yang penting: orang yang hendak menjawab pertanyaan tadi benar-benar selalu menghadirkan perasaan diawasi oleh Alloh, dan dia akan dimintai

4

pertanggungjawaban atas ucapannya itu, dan kesalahannya itu bisa menyebabkan tersesatnya sekian banyak orang yang mengikuti kesalahannya tadi, sehingga dia harus benar-benar mencari kejelasan sebelum menjawab. Alloh ta’ala berfirman:

وا عذ ون عذ اهللول تؼولوا دا تصف ألسـتؽم الؽذب هذا حال وهذا حرام لتػت الؽذب ل اهللالؽذب إن الذين يػت

م عذاب ألقم ]الـحل/ *يػؾحون ؾقل ول [771، 771متاع

“Dan janganlah kalian berkata dusta dengan apa yang disifatkan oleh lidah-lidah kalian: ini halal, dan ini harom, untuk membikin kedustaan atas nama Alloh. Sesungguhnya orang-orang yang membikin kedustaan atas nama Alloh itu tidak beruntung. Itu adalah kesenangan sedikit, dan mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih.”

Rosululloh صلى اهلل عليه وسلم bersabda:

دسؾم فلشار عؾقه غر رشد فؼد خاكه ومن أفتى فتقا غر من ال عغ ما مل أل فؾقتبوأ مؼعده من الـار ومن استشاره أخوه ا

تثبت فنن إؿفا عذ من أفتاه

“Barangsiapa berkata atas namaku dengan perkara yang tidak aku ucapkan, maka hendaknya dia tinggal menetap di tempat duduknya di dalam neraka. Barangsiapa diajak musyawarah oleh saudaranya yang muslim, lalu dia memberikan saran yang tidak lurus, maka sungguh dia itu telah mengkhianatinya. Dan barangsiapa berfatwa dengan suatu fatwa tanpa mencari kejelasan lebih dulu, maka dosanya akan menimpa orang yang memberikan fatwa.” (HR. Ishaq bin Ruhawaih (334), dari Abu Huroiroh رضي اهلل عنه , dan dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy اهلل رحمه dalam “Al Jami’ush Shohih Mimma Laisa Fish Shohihain” no. (40)). Sekarang kita akan masuk kepada jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan: apakah janin (bayi yang masih dalam perut ibu) itu harus dizakati saat mengeluarkan zakat fithri? Dari Ibnu Umar رضي اهلل عنهما yang berkata:

فرض رسول اهلل صذ اهلل عؾقه وسؾم زكاة الػطر صاعا من متر ، أو صاعا من شعر عذ العبد واحلر والذكر واألكثى

والصغر والؽبر من ادسؾؿػ وأمر هبا أن تمدى بل خروج الـاس إؼ الصاة.

Bahwasanya Rosululloh صلى اهلل عليه وسلم mewajibkan zakat fithri satu sho’ dari korma, atau satu sho’ dari gandum, terhadap budak, orang yang merdeka, lelaki, perempuan, anak kecil, orang besar dari muslimin. Dan beliau memerintahkan agar

5

zakat itu ditunaikan sebelum orang-orang keluar untuk sholat id.” (HR. Al Bukhoriy (1503) dan Muslim (2326) dari Ibnu Umar رضي اهلل عنهما. Ini lafazh Al Bukhoriy). Hadits ini menunjukkan bahwasanya setiap muslim yang masih hidup di dunia itu wajib membayar zakat, baik secara langsung ataupun dibayarkan oleh orang lain. Kecuali orang miskin. Sekarang bagaimana dengan janin?

Al Imam Ibnul Mundzir رحمه اهلل berkata:

بطن أمه، واكػرد ابن حـبل5 فؽان حيبه وال يوجبهوأمجعوا عذ أن ال زكاة عذ اجلـني يف

“Dan mereka bersepakat bahwasanya tidak ada kewajiban zakat atas janin di perut ibunya. Ibnu Hanbal menyendiri, beliau menyukai untuk si janin dizakati, tapi tidak mewajibkan hal itu.” (“Al Ijma”/karya Ibnul Mundzir/1/hal. 47). Memang yang benar adalah: tidak wajib. Akan tetapi hal itu tidak sampai menjadi ijma’, karena ada sebagian kecil ulama yang berpendapat bahwa itu wajib. Ibnu Hazm رحمه اهلل berkata:

فنذا أكؿل ،واجلـني يؼع عؾقه اسم5 صغر .كل صغر أو كبروأما احلؿل فنن رسول اهلل صذ اهلل عؾقه وسؾم أوجبفا عذ

مائة وعرشين يوما يف بطن أمه قبل اكصداع الػجر من لقؾة الػطر وجب أن تمدى عـه صدقة الػطر.

“Adapun bayi yang masih di dalam perut, maka sesungguhnya Rosululloh صلى اهلل عليه

mewajibkan zakat atas setiap orang: kecil, atau besar. Dan janin itu terkena وسلمistilah “kecil”. Maka jika sang janin telah sempurna berumur seratus duapuluh hari di perut ibunya sebelum terbit fajar pada malam idul fithri, wajib untuk dibayarkan atas namanya shodaqoh fithri.” (“Al Muhalla”/6/hal. 132).

Mayoritas ulama berpendapat bahwasanya hal itu tidak wajib. Al Imam Ibnu Qudamah رحمه اهلل berkata:

وهو قول أكثر أهل العؾم . ادذهب أن الػطرة غر واجبة عذ اجلـني .

“Madzhab kami: bahwasanya zakat fithri itu tidak wajib atas janin. Dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama.” (“Al Mughni”/6/hal. 20). Maka pendapat yang benar adalah: tidak wajib, tapi sekedar shodaqoh mustahabbah. Al Imam Ibnu Qudamah رحمه اهلل berkata:

وعن الرجل زكاة الػطر عن اجلـني يف بطن أمه .قال ابن ادـذر 5 كل من كحػظ عـه من عؾامء األمصار ال يوجبون عذ

أمحد ، رواية أخرى أهنا جتب عؾقه ؛ ألكه آدمي ، تصح الوصقة له ، وبه ويرث فقدخل يف عؿوم األخبار ، ويؼاس عذ

صقة ، برشط ولـا أكه جـني فؾم تتعؾق الزكاة به ، كلجـة البفائم وألكه مل تثبت له أحؽام الدكقا إال يف اإلرث والو ادولود .

أن خيرج حقا .

6

“Ibnul Mundzir berkata: “Seluruh ulama negri-negri yang kami hapal dari mereka, mereka tidak mewajibkan pada seseorang untuk mengeluarkan zakat fitri atas nama janin di perut ibunya.”

Dan dari Ahmad ada riwayat lain bahwasanya zakat tadi wajib atasnya, karena janin tadi adalah manusia, wasiat untuknya itu sah, wasiat dengannya juga sah, dia juga bisa mewarisi, maka jika masuk kepada keumuman hadits. Dia diqiyaskan kepada bayi yang telah dilahirkan.

Adapun pendapat kami (Ibnu Qudamah): dia itu masih janin (masih dalam perut), tidak terkait dengan zakat, seperti janin-janin binatang (tidak wajb dizakati, beda dengan yang sudah dilahirkan dan mencapai batas jumlah minimal). Dan juga dia tidak wajib zakat karena belum tetap untuknya hukum-hukum dunia, kecuali dalam pewarisan dan wasiat, dengan syarat dia itu keluar dalam keadaan hidup.” (“Al Mughni”/6/hal. 20).

Syaikh kami Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه اهلل ketika ditanya:

هل ترشع صدقة الػطر عذ احلؿل؟

“Apakah disyariatkan zakat fitri terhadap janin?” Beliau menjawab:

أما عذ احلؿل فؼد قال هبذا مجاعة من أهل العؾم، لؽن الذي يعضده الدلقل أن صدقة الػطر إكام تؽون عذ ادولود،

الذكر واألكثىا من متر ، أو صاعا من شعر عذ فرض رسول اهلل صذ اهلل عؾقه وسؾم زكاة الػطر صاعحلديث ابن عؿر5

من ادسؾؿػ. العبدالؽبر واحلر ووالصغر و

كـا كخرج الزكاة عذ عفد رسول اهلل صذ اهلل عؾقه وسؾم صاعا من متر، )قال5 "الصحقحني"وحديث أيب سعقد الذي يف

. احلديث.أو صاعا من شعر، أو صاعا من حـطة، أو قال5 صاعا من زبقب أو صاعا من أقط ...(

األحاديث لقس فقه الزكاة عذ احلؿل، وهبذا كؼول5 عذ أكه إكام الزكاة عذ من خرج من شاهدكا 5 أن أصح ما يف الباب من

بطن أكه واستفل، وبه قال مجاعة من أهل العؾم.

“Adapun kewajiban terhadap janin, memang sekelompok ulama telah mengucapkan itu. Akan tetapi pendapat yang didukung oleh dalil adalah: bahwasanya shodaqoh fithri itu hanyalah diwajibkan pada anak yang telah dilahirkan, berdasarkan hadits Ibnu Umar: Bahwasanya Rosululloh صلى اهلل عليه وسلم mewajibkan zakat fithri satu sho’ dari korma, atau satu sho’ dari gandum, terhadap lelaki, perempuan, anak kecil, orang besar budak, orang yang merdeka, dari muslimin.”

7

Dan hadits Abu Sa’id yang di “Shohihain” yang berkata: “Dulu kami mengeluarkan zakat pada zaman Rosululloh صلى اهلل عليه وسلم satu sho’ dari korma, atau satu sho’ dari gandum atau berkata: satu sho’ dari zabib, atau satu sho’ dari aqith …” al hadits. Sisi pendalilannya adalah: bahwasanya hadits yang paling shohih dalam bab ini tidak ada di situ kewajiban zakat terhadap janin dalam kandungan. Dan dengan ini kami berpendapat: bahwasanya zakat itu hanyalah diwajibkan terhadap anak yang telah keluar dari perut ibunya dan menangis. Dengan dengan inilah sekelompok ulama berpendapat.” (“Al Kanzuts Tsamin”/3/hal. 260). Memang dikabarkan bahwasanya ada sebagian shohabat yang membayarkan zakat atas nama janin, tapi tidak menunjukkan hukum wajib. Al Imam Bakr bin Abdillah Al Muzaniy رحمه اهلل berkata:

أن عثامن كان يعطي صدقة الػطر ، عن احلبل.

“Bahwasanya Utsman dulu memberikan shodaqoh fithri atas nama janin.” (“Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah”/no. (10840)/sanad ke Bakr shohih, tapi Bakr tidak mendengar hadits dari Utsman).

Al Imam Abu Qilabah رحمه اهلل berkata:

صدقة الػطر عن الصغر ، والؽبر ، واحلر ، وادؿؾوك ، والذكر ، واألكثى ، قال 5 إن كاكوا يعطون حتى يعطون عن احلبل.

“Shodaqoh fithri itu ditunaikan atas nama anak kecil, orang besar, orang merdeka, budak, lelaki, dan perempuan. Mereka juga dulu membayarkannya atas nama janin yang masih dalam kandungan.” (“Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah”/no. (10463)/shohih).

Al Imam Ibnu Qudamah رحمه اهلل berkata:

دقة عؿن ال جتب عؾقه ، فؽاكت مستحبة إذا ثبت هذا فنكه يستحب إخراجفا عـه ؛ ألن عثامن كان خيرجفا عـه ، وألهنا ص

(.20ص/6/"ادغـي") .كسائر صدقات التطوع

“Jika (argumentasi) ini telah tetap, maka hukumnya adalah mustahab (tidak sampai wajib), karena Utsman dulu juga mengeluarkan zakat atas nama janin, dan karena hal itu merupakan shodaqoh atas nama orang yang tidak wajib baginya untuk mengeluarkan zakat, maka hukumnya adalah mustahab sebagaimana seluruh shodaqoh-shodaqoh tathowwu (sunnah, tidak wajib).” (“Al Mughni”/6/hal. 20).

Al Lajnah Ad Daimah ditanya:

طن أمه؟هل جتوز الزكاة عذ اجلـني يف ب

“Apakah boleh zakat terhadap janin yang masih di dalam perut ibunya?” Dijawab:

8

يستحب أن خيرج عن اجلـني لػعل عثامن ريض اهلل عـه وال جتب عؾقه؛ ألهنا لو تعؾؼت به قبل ظفوره لتعؾؼت الزكاة بلجـة

(.(3332الػتوى رقم )) وسؾم. وباهلل التوفقق وصذ اهلل عذ كبقـا حمؿد وآله وصحبه السوائم.

“Disukai mengeluarkan zakat atas nama janin, berdasarkan perbuatan Utsman رضي

dan itu tidak wajib, karena seandainya zakat tadi terkait dengan janin tadi , اهلل عنهsebelum kemunculannya (di alam dunia), tentulah zakat juga akan terkait dengan janin-janin binatang-binatang gembalaan. Semoga Alloh memberikan taufiq-Nya. Dan semoga sholawat dan salam Alloh tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya.” (“Fatawal Lajnah Ad Daimah” no. (3382)). Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه اهلل ditanya:

هل تدفع زكاة الػطر عن اجلـني؟

“Apakah zakat fithri boleh diserahkan atas nama janin” Maka beliau menjawab:

زكاة الػطر ال تدفع عن احلؿل يف البطن عذ سبقل الوجوب، وإكام تدفع عذ سبقل االستحباب.

“Zakat fithri tidak diserahkan atas nama janin dalam perut dalam bentuk kewajiban. Hanya saja zakat tadi diserahkan dalam bentuk istihbab (disukai).” (“Majmu’ Fatawa Wa Rosail Al ‘Utsaimin”/18/hal. 263). Syaikh kami Abu Abdillah Zayid bin Hasan Al Wushobiy حفظه اهلل : “Yang benar adalah pendapat yang pertama, dan tidak wajib mengeluarkan zakat fithri terhadap janin. Jika orang tersebut mengeluarkannya maka bukan karena wajib akan tetapi karena mustahab, maka tidak apa-apa. Wallohua’lam. Akan tetapi sang janin dizakati apabila telah ditiupkan padanya ruh. Dan ruh itu ditiupkan pada janin setelah saang janin berusia seratus dua puluh hari, berdasarkan hadits Abdulloh bin Mas’ud –dan beliau menyebutkan hadits- maka hadits ini diambil oleh para ulama bahwasanya bayi yang gugur sebelum berusia seratus dua puluh hari itu tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak disholati. Tapi jika meninggalnya setelah berumur seratus dua puluh hari, maka bayinya dimandikan, dikafani dan disholati serta dimakamkan di kuburan Muslimin. Demikian pula di sini, zakat fithri jika dikeluarkan atas nama janin, bukan karena wajib tapi karena mustahab, maka tidak apa-apa, Wallohua’lam. Adapun wajib seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hazm, maka tidak benar, karena janinnya itu belum pasti (belum pasti hidup selamat). Dan juga janin itu tidak dikatakan sebagai anak kecil secara bahasa ataupun secara kebiasaan.” (“Ahkam Zakatil Fithri”/karya Syaikh Zayid Al Wushobiy/hal. 26/cet. Kunuz Dammaj).

9

Kesimpulannya adalah: bahwasanya zakat fithri atas nama janin itu tidak wajib. Adapun yang berpendapat bahwasanya hal itu mustahab (untuk bayi yang telah berusia 120 hari) karena mengamalkan apa yang dilakukan oleh sebagian salaf, maka hal itu tidak diingkari.

Inilah yang bisa saya sampaikan semoga Alloh memberkahi. Dan semoga Alloh mempermudah kelahiran bayi-bayi muslimin dengan selamat dan penuh rohmat dan berkah, dan dipelihara Alloh sepanjang hidup mereka, sehingga menjadi kebaikan bagi orang tua mereka.

Rosululloh عليه وسلم صلى اهلل bersabda:

)أخرجه .«إذا مات اإلكسان اكؼطع عـه عؿؾه إل من اة إل من صدة جارية أو عؾم يـتػع ه أو ولد صالح يدعو له »

(.(4310مسؾم )

“Jika manusia mati, amalannya terputus kecuali tiga. Kecuali shodaqoh jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak sholih yang mendoakannya.” (HR. Muslim (4310) dari Abu Huroiroh رضي اهلل عنه). Dari Abu Huroiroh رضي اهلل عنه yang berkata: Rosululloh صلى اهلل عليه وسلم bersabda:

.«استغػار ولدك لك :فقؼول ؟يا رب أكى يل هذه :ن اهلل عز وجل لرفع الدرجة لؾعبد الصالح يف اجلـة فقؼولإ»

“Sesungguhnya Alloh عز وجل mengangkat derajat untuk hamba yang sholih di Jannah, maka dia bertanya: Wahai Robbku, dari mana saya mendapatkan derajat ini? Maka Alloh menjawab: Dengan permohonan ampunan anakmu untukmu.” (HR. Al Imam Ahmad (10710) dan yang lainnya, dihasankan oleh Al Imam Al Wadi’iy .(dalam “Ash Shohihul Musnad” no. (1389) رحمه اهللWallohu ta’ala a’lam.

واحلؿد هلل رب العادني

Dammaj, 26 Romadhon 1433 H