hukum bertaqlid dalam satu mazhab (kajian ...repository.uinjambi.ac.id/2320/1/skripsi cyril...

95
HUKUM BERTAQLID DALAM SATU MAZHAB (KAJIAN PERBANDINGAN ANTARA SYAIKH SAID RAMADHAN AL-BUTHI DAN SYAIKH ABDUL AZIZ BIN BAZ) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Perbandingan Mazhab Pada Fakultas Syariah Oleh: CYRIL METHODIUS AIK SPM 103170020 JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019/1440H

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUKUM BERTAQLID DALAM SATU MAZHAB (KAJIAN

    PERBANDINGAN ANTARA SYAIKH SAID RAMADHAN AL-BUTHI

    DAN SYAIKH ABDUL AZIZ BIN BAZ)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    Dalam Perbandingan Mazhab

    Pada Fakultas Syariah

    Oleh:

    CYRIL METHODIUS AIK

    SPM 103170020

    JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    JAMBI

    2019/1440H

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

    dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat

    tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan

    Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

    hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

    akibatnya.”1

    1 An-Nisa (4): 59

  • vii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul Hukum Bertaqlid Dalam Satu Mazhab (Kajian Perbandingan

    Antara Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz Bin Baz). Kajian

    ini ingin mengetahui hukum bertaqlid dalam satu mazhab menurut pandangan

    antara dua tokoh Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

    Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah kepustakaan “library research”

    (kualitatif) dengan menggunakan instrumen analisa perbandingan hukum.

    Pembahasan dan kesimpulan kajian ini adalah seperti berikut. Pertama, pandangan

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz berbeda tentang

    hukum bertaqlid kepada Mazhab. Syaikh Said Ramadhan Al Buthi memberi

    pandangan hukum muqallid yang bertaqlid dalam satu mazhab adalah wajib.

    Manakala Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang menyatakan bahwa hukum bertaqlid

    kepada mazhab, adalah hukumnya tidak wajib melainkan hanya sekadar harus.

    Kedua, Perbedaan pendapat yang terjadi antara Syaikh Said Ramadhan al-Buthi

    dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah disebabkan beberapa faktor. Antara faktor

    tersebut adalah dari sudut dalil Al-Quran, ijma‟ dan qiyas yang digunakan oleh

    mereka. Ketiga, Pandangan yang lebih relevan untuk diimplementasikan dalam

    konteks zaman sekarang tentang hukum bertaqlid kepada mazhab adalah pendapat

    yang dikeluarkan oleh Syaikh Said Ramadhan al-Buthi. Pandangan beliau dilihat

    lebih memahami kondisi masyarakat Islam mutakhir ini yang berhajat kepada

    sandaran terutamanya dalam persoalan fiqh.

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi ini istimewa untuk orang yang amat kucintai:

    Ayahnda Aik@Mohd. Imran bin Abdullah dan Ibnuda Lunek@Siti leyla binti

    Abdullah yang telah mendidik, mengasuh dan membesarkan anakanda dari kecil

    hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan cinta.

    Yang kusayangi, saudara-saudaraku Necholas, Charles, Felisiah, Rayner Alfred,

    Patricilah, Nor Hafizah, Siti Zuraine, Nurul Masyitah, abang dan kakak ipar,

    ponaan, keluarga sebelah ibu dan keluarga sebelah bapa. Terima kasih ke atas

    segala perhatian dan doa yang diberikan, sesungguhnya segala sesuatu yang

    terjadi di antara kita merupakan rahmat, anugerah yang terindah selamanya dan

    moga sampai syurga.

    Terima kasih juga kepada teman-teman saya Aizat Hasbullah, Ahmad Syaqirin,

    Muhammad Adli, Muhammad Mirza, Yusuf dan Afrizal dan semua teman

    seperjuangan yang berada di Jambi dalam Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar

    Malaysia di Indonesia serta tidak lupa juga teman-teman di Malaysia yang banyak

    memberikan semangat, dorongan dan bantuan ketika susah dan senang dalam

    menyelesaikan skripsi ini, semoga persahabatan kita tetap terjaga dengan baik

    selamanya

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan Alhamdulillah, rasa puji dan syukur yang sedalam-

    dalamnya penulis ucapkan ke hadrat Allah SWT, sumber segala inspirasi, yang

    telah menuntun penulis menyelesaikan penelitian ini, rahmat dan inayahnya tidak

    pernah luput dan setiap detik kehidupan kita. Shalawat dan salam buat junjungan

    alam. Nabi Muhammad SAW, perjuangannya bersama keluarga dan para

    sahabatnya telah mengantarkan kita menuju dunia yang penuh berakhlak dan

    kasih sayang. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Skripsi ini

    diberi judul Hukum Bertaqlid Dalam Satu Mazhab (Kajian Perbandingan

    Antara Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz Bin Baz).

    Skripsi ini juga disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap ilmu syariah di

    bahagian hukum serta pedoman untuk masyarakat. Dan ianya juga disusun untuk

    memenuhi tugas dan sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

    Program Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Perbandingan Mazhab pada

    Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,

    Indonesia. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari

    menerima hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun

    penyusunannya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud

    dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

    Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak dan

    yang dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi, Indonesia.

    Bapak Dr. H. Su‟aidi, Ma,.Ph.D selaku Wakil Rektor 1, Dr. H. Hidayat,

    M.Pd Selaku Wakil Rektor 2, dan ibu Dr. Hj. Fadlillah, M.Pd selaku

    Wakil Rektor 3.

    2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

    Jambi, Indonesia.

    3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc M. HI,. Ph.D selau Wakil Dekan Bidang

    Akademik sekaligus Pembimbing 1 Skripsi saya, Ibu Dr. Rahmi Hidayati,

  • x

    S. Ag, M.Hi, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,

    Perancanaan dan Keuangan dan Ibu Dr. Yuliatin, M. HI. Selaku Wakil

    Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di Fakultas Syariah UIN

    STS Jambi, Indonesia.

    4. Al. Husni, Ag. M.HI, selaku Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab

    Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

    5. Bapak dan ibu dosen, asiten dosen dan seluruh karyawan dan kryawati

    Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    6. Seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan Fakultas Syariah dan

    Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang bersangkutan.

    Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada

    kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan,

    analisis data, penyusunan maklumat maupun dalam mengungkapkan

    argumentasi pada bahan skripsi ini. Oleh karenanya diharapkan kepada

    semua pihak dapat memberikan kontribusi pemikiran, tanggapan dan

    masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan skripsi ini.

    Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariah di sisi Allah

    SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.

    Jambi, 21 September 2019,

    Penulis,

    Cyril Methodius Aik

    NIM: SPM 103170020

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL………………………………...............................................i

    PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………............ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………...……iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN......................................................................iv

    SURAT PERNYATAAN……....................…………………………………..….v

    MOTTO………………………………………………………………………….vi

    ABSTRAK………………………………………………………………………vii

    KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ix

    DAFTAR ISI………………………………………………………….....……....xii

    DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xii

    BAB I: PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah......………………………….............. 1

    B. Rumusan Masala..............……………………………………. 5

    C. Tujuan Masalah dan Manfaat Penelitian……………………... 5

    D. Kerangka Teori……………………………………………….. 6

    E. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 17

    F. Metode Penelitian…………………………………………….. 19

    G. Sistemmatika Penulisan…………………………...………….. 20

    BAB II: LATAR BELAKANG TOKOH

    A. Biografi Syaikh Said Ramadhan al-Buthi………...…………… 22

    B. Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz……………………...…… 39

  • xii

    BAB III: HUKUM BERTAQLID DALAM SATU MAZHAB

    A. Hukum Bertaqlid Dalam Satu Mazhab Menurut Syaikh Said

    Ramadhan Al-Buthi……………………………………............. 50

    B. Hukum Bertaqlid Dalam Satu Mazhab Menurut Syaikh Abdul Aziz bin

    Baz................................................................................................. 62

    BAB IV: PANDANGAN HUKUM BERTAQLID DALAM SATU MAZHAB

    YANG LEBIH RELEVAN PADA KONTEKS ZAMAN SEKARANG

    A. Analisa Hujjah dan Dalil................................................................. 69

    B. Analisa Perbandingan Hukum Bertaqlid Dizaman Sekarang Yang

    Lebih Relevan……………………………………………………. 76

    BAB V: PENUTUP

    A. Kesimpulan……………………………………………………… 81

    B. Saran-saran……………………………………………………… 83

    C. Kata Penutup……………………………………………………. 84

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    CURICULUM VITAE

  • xiii

    DAFTAR SINGKATAN

    UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

    SWT : Subhanahuwataa‟la

    SAW : Sallallahua‟laihiwassallam

    r.a : Huj Radiallahua‟n

    cet : Cetakan

    hlm : Halaman

    vol : Voliume

    WIB : Waktu Indonesia Barat

    JAKIM : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia

    Bil : Bilangan

    H : Hijrah

    M : Masehi

  • 1

    BAB I

    LATAR BELAKANG

    A. Latar Belakang Masalah

    Islam diturunkan Allah swt untuk umat manusia yang mempunyai tujuan

    utama mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Ia memuat ketetapan-ketetapan

    Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun suruhan, meliputi

    seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Ketentuan-ketentuan itu selanjutnya

    disebut dengan Syariah yang memuat tiga hal, yaitu al-ahkam al-i’tiqadiyyah2, al-

    ahkam al-wujdaniyyah3, dan al-ahkam al-‘amaliyyah.

    4

    Hasil pemahaman tentang al-ahkam al-‘amaliyyah disusun secara sistematis

    dalam kitab-kitab fiqh. Sebagai hukum yang diterapkan pada kasus tertentu dalam

    kondisi konkrit, hukum fiqh mungkin berubah dari masa ke masa dan mungkin

    juga berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.

    Seiring dengan perkembangan zaman dan penyebaran Islam ke berbagai

    wilayah, maka hal tersebut berpengaruh terhadap pemahaman teks. Pemahaman

    ayat dan hadis berkembang sesuai dengan konteks sosio-kultural masyarakat dan

    perkembangan waktu. Hal ini juga memberi dampak pada metode penemuan

    2 Al-ahkam al-‘itiqadiyyah yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan keyakinan

    separti iman kepada Allah, Rasul, Malaikat, Hari akhir dan lain-lain. Semua ini dibahas dalam

    ilmu kalam atau ilmu Tauhid.

    3 Al-ahkam al-wujdaniyyah, adalah yang berhubungan dengan akhlak, separti zuhud,

    sabar, Ridha, dan lain-lain yang dibahas dalam ilmu tersendiri yang disebut dengan ilmu akhlak

    atau ilmu tasawuf.

    4 Al-ahkam al-‘amaliyyah adalah yang berhubungan dengan perbuatan seseorang, separti

    shalat, puasa, jual beli, zakat dan lain-lain yang menjadi objek bahasan ilmu fiqh.

  • 2

    hukum dari teks yang kemudian dirumuskan dalam bentuk fiqh. Masing-masing

    ulama dari satu daerah mempunyai metode dan karakteristik dalam berijtihad

    dalam menemukan hukum. Metode ijtihad dengan produk fiqhnya inilah yang

    memunculkan istilah mazhab fiqh.5

    Fiqh Imam mazhab berarti satu aturan furu’ yang merupakan hasil ijtihad

    oleh imam mazhab. Mazhab yang paling terkenal dalam khazanah hukum Islam

    adalah empat mazhab, Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi‟i dan Imam

    Hanbali. Masing-masing imam mazhab mempunyai karakteristik dan metode

    yang berbeda dalam melakukan ijtihad, sehingga juga berpengaruh pada

    perbedaan produk ijtihadnya yang bersifat furu’. Oleh itu, fiqih mazhab pada

    tataran furu’ merupakan suatu produk pemikiran, bukan metode.6

    Islam pada dasarnya tidak mengenal ajaran bermazhab.7 Namun demikian,

    setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW, dalam menjalankan syariat Islam,

    khususnya pada tataran fiqh. Umat Islam secara tidak teratur telah mengikut

    pendapat tokoh tertentu. Tradisi ini sudah bermula pada masa sahabat hingga

    zaman tabin dan tabi‟-tabi‟in. Bahkan pada hari ini masih terdapat sebahagian

    masyarakat masih gagal faham dalam memaknai taqlid mazhab itu sendiri.

    5 Abdul Mufid, 2012, “Talfiq Antara Mazhab Dalam Kajian Hukum Islam”. Volume 11,

    Nomor 1, STAI Khozinatul Ulum Blora Jawa Tengah. hlm 3. 6 Ibid. hlm. 4. 7https://www.academia.edu/7094198/Sejarah_Timbulnya_Madzhad_madzhab_Dalam_Isl

    am_oleh_ade_nurfaizin? ( Terakhir kali dikunjungi pada 20 Januari 2019).

    https://www.academia.edu/7094198/Sejarah_Timbulnya_Madzhad_madzhab_Dalam_Islam_oleh_ade_nurfaizinhttps://www.academia.edu/7094198/Sejarah_Timbulnya_Madzhad_madzhab_Dalam_Islam_oleh_ade_nurfaizin

  • 3

    Selain itu, tekad dan keyakinan seseorang untuk berpegang pada satu

    mazhab tertentu seringkali tidak dapat dipertahankan secara konsisten karena

    kondisi dan situasi tertentu. Seseorang yang berpegang pada mazhab fiqih Syafi‟i

    suatu saat karena alasan tertentu, atau bahkan dengan tanpa ada alasan

    mencampurnya dengan ajaran mazhab Maliki, Hanafi atau hanbali. Ada pula yang

    tidak berpegang pada mazhab tertentu, akan tetapi menggunakan pendapat fiqih

    dari berbagai mazhab. Tindakan semacam ini dalam ilmu ushul fiqih disebut

    dengan talfiq. Hal ini menjadi trend akhir-akhir ini dimana fanatisme bermazhab

    telah bermunculan seiring dengan perkembangan zaman, bahkan ada sebahagian

    masyarakat yang mengambil pandagan dari tokoh-tokoh salafi yang tidak

    mewajibkan meniru orang lain (taqlid) mazhab, lebih parah lagi ada yang

    mengatakan bermazhab itu tidak wajib kepada seseorang karena golongan ini

    mengatakan dengan alasan ketidak perluan mazhab itu karena ajaran Islam itu

    sedikit sekali dan sangat mudah serta sederhana sekali, sehingga setiap orang

    mampu untuk memahaminya secara langsung dari al-Quran dan al-Sunnah. Justru

    itu, tiada keperluan buat umat Islam untuk bermazhab dengan para mujtahid,

    karena mereka sendiri dibenarkan untuk menggalinya dari al-Quran dan al-

    Sunnah.8

    8 Mohd Azim Mas‟od, Bahaya Anti Mazhab (Cawangan Aqidah Bagian Penyelidikan

    JAKIM, Malaysia), hlm 2.

  • 4

    Selain itu juga terdapat segelintir masyarakat atau pihak-pihak yang tidak

    berasa senang dengan kondisi ini karena bagi mereka budaya bertaqlid dalam satu

    mazhab boleh mengongkong umat Islam malah boleh menyampitkan umat Islam

    dalam suatu permasalahan fiqh serta menimbulkan budaya taqlid buta dalam

    masyarakat Islam.

    Permaslahan dan kesalafahaman yang wujud inilah yang mendorong penulis

    untuk menulis skripsi yang melihat permasalahan taqlid dalam kalangan

    masyarakat. Mesikipun telah banyak kitab-kitab yang membahas mengenai

    permasalahan taqlid ini, namun penulis ingin mengetahui lebih rinci permasalahan

    taqlid ini pada sudut pebandingan pandangan antara dua tokoh ilmuan yaitu

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin baz.

    Sekilas biografi mengenai tokoh dalam kajian skripsi ini. Syaikh Said

    Ramadhan Al-Buthi dengan gelar yang diberi oleh kalangan ulama Islam

    manakala gelar dalam sosial beliau mendapat gelar Dr. Muhammad Said

    Ramadhan Al-Buthi. Nama penuh beliau adalah Mohamed Said bin Ramadhan

    bin Umar bin Murad, dilahirkan pada tahun 1929, di sebuah perkampungan kecil

    di Turki bernama Jilika. Perkampungan tersebut berada di semenanjung Buthan,

    Turki. Mazhab Fikih beliau adalah mazhab Syafi‟i, Mazhab Aqidah Asy‟ariyah.

    Manakala Dakwah, ketokohan dan Pengaruh beliau banyak dipengaruhi oleh

    penulisan Said Nursi, Ibnul Arabi, Imam Asy-Syafi‟i, Imam An-Nawawi dan

    Imam Al-Ghazali. Minat utama beliau dalam bidang Fikih, Sastra, Tasawuf,

    Filsafat, Aqidah. Manakala beliau wafat pada tanggal 21 Maret 2013 ketika

  • 5

    berumur 84 tahun yang dibunuh dengan letupan bom ketika beliau sedang

    menyampaikan kuliah mingguan di masjid Jami‟ al-Iman, Syria.

    Manakala sekilas beografi Syaikh Abdul Aziz Bin Baz. Nama beliau Abdul

    Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah Baz Lahir

    pada tanggal 12 Dzulhijjah 1330H (1912M) di Riyadh ibu kota Saudi Arabia.

    Dakwah, Ketokohan dan Pengaruh beliau banyak dipengaruhi oleh pemikirannya

    Ibnu Taymiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Minat utama beliau

    Pemurniah Syariat Islam sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Beliau menentang

    keras orang yang bertaqlid buta dan orang-orang yang melakukan bida‟ah.

    Mazhab Fikih beliau Hanbali, namun beliau menegaskan beliau bukan bertaqlid

    mana-mana mazhab melainkan hanya meggambil jalan metode ushul fikih

    mazhab imam Ahmad bin hambal, mazhab Aqidah beliau Ahlus Sunnah Wal

    Jamma‟ah, beliau wafat pada hari khamis, 27 Muharram 1420 H (1999 M) pada

    usia beliau 90 tahun (Mekkah)

    Kedua tokoh ini masing-masing adalah ilmuan Islam yang memiliki ilmu

    dan pemahaman yang mendalam dalam persoalan hukum bertaqlid dalam satu

    mazhab. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana status hukum

    bertalid dalam mazhab itu sendiri di zaman moderen ini pada sudut pandang

    kajian Islam? Bagaimana landasan taqlid? Kajian ini akan membahaskan

    perbandingan pendapat Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dengan Syaikh Abdul

    Aziz bin Baz, dalam mengeluarkan hukum seseorang haruskah bertaqlid dalam

    satu mazhab ataupun sebaliknya mengikut metode dan istinbath hukum masing-

    masing

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang permasalahan diatas, maka

    yang menjadi rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

    1. Bagaimana pandangan Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Abdul

    Aziz bin Baz tentang hukum bertaqlid dalam Mazhab?

    2. Mengapa terjadi perbedaan pendapat antara Syaikh Said Ramadhan al-

    Buthi dengan Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengenai hukum bertaqlid

    dalam mazhab?

    3. Pendapat manakah yang lebih relevan dalam konteks zaman sekarang?

    C. Tujuan Masalah Dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berpedoman pada uraian yang terdapat dalam perumusan masalah, maka

    tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pandagan Syaikh Said Ramdhan al-Buthi dan Syaikh

    Abdul Aziz bin Baz tentang hukum bertqlid dalam satu Mazhab.

    2. Untuk mengetahui mengapa terjadi perbedan pendapat antara Syaikh

    Said Ramadhan al-Buthi dengan Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengenai

    hukum bertaqlid dalam satu mazhab.

    3. Untuk mengetahui pendapat manakah yang lebih relevan dalam konteks

    zaman sekarang.

  • 7

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

    1. Dapat meluaskan wawasan pembaca terhadap hukum bertaqlid dalam satu

    mazhab yang pada hari ini masih ramai masyarakat tidak memahaminya.

    2. Bagi akademisi sebagai sumbangsih khasanah keilmuan tentang ilmu

    berkaitan dengan bermazhab.

    3. Dapat memberi pengetahuan lebih jauh dalam pembahasan dan pandagan

    permasalahan hukum bertaqlid dalam satu mazhab, satu kajian

    perbandingan antara dua tokoh yaitu Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dan

    Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

    4. Sebagai Referensi bagi masyarakat dalam memahami problematika yang

    berkaitan dengan taqlid mazhab.

    D. Kerangka Teori

    Perkataan taqlid Secara bahasa berasal dari kata (qallada) (yuqollidu)

    (taqlîdan)Yang mengandung arti mengalungi, menghiasi, meniru, menyerahkan,

    dan mengikuti.9 Adapun taqlid ini secara harfiah juga berarti rantai atau barang

    sejenisnya yang diikatkan pada leher.10

    Mankala pengertian taqlid menurut istilah

    9 https://annurriri.files.wordpress.com/2016/06/ijtihad.pdf ( Terakhir kali dikunjungi,

    pada 12 December 2018).

    10Yusuf Qardhawi, Muhamad Madani, Mu‟inuddin Qadri, Dasar Pemikiran Hukum

    Islam, Terjemahan H. Husein Muhammad (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 15.

    https://annurriri.files.wordpress.com/2016/06/ijtihad.pdf

  • 8

    adalah orang yang beramal dengan pendapat seorang faqih atau seorang imam,

    tanpa mengetahui hujah, dalil atau sumber hukumnya.11

    Ulama ushul fiqh mendefinisikan taqlid “penerimaan perkataan seseorang

    sedangkan engkau tidak mengetahui dari mana asal kata itu”. Menurut

    Muhammad Rasyid Ridha, taqlid ialah mengikuti pandapat orang lain yang

    dianggap terhormat dalam masyarakat serta dipercaya tentang suatu hukum agama

    Islam tanpa memperhatikan benar atau salahnya, baik atau buruknya, manfaat atau

    mudarat hukum itu. Sedangkan menurut istilah taqlid adalah mengikuti perkataan

    (pendapat) yang tidak ada hujjahnya atau tidak mengetahui darimana sumber atau

    dasar perkataan (pendapat) itu. ketika seseorang mengikuti orang lain tanpa dalil

    yang jelas, baik dalam hal ibadah, maupun dalam hal adat istiadat. Baik yang

    diikuti itu masih hidup, atau pun sudah mati. Baik kepada orang tua maupun

    nenek moyang, hal seperti itulah yang disebut dengan taqlid buta. Sifat inilah

    yang disandang oleh orang-orang kafir dan dungu, dari dahulu kala hingga pada

    zaman kita sekarang ini, dimana mereka menjalankan ibadah mereka sehari-hari

    berdasarkan taqlid buta dan mengikuti perbuatan nenek-nenek moyang mereka

    yang tidak mempunyai dalil dan argumen sama sekali.12

    Allah swt berfirman:

    ُ َّللَّ َِّبُعوْإ َمآ َٱنَزَل ٱ ت

    َذإ ِقيَل لَهُُم ٱ

    ِٓۚٓ ٱََولَۡو ََكَن َءإََبُٓؤُُهۡ ََل َوإ َِّبُع َمآ َٱلَۡفۡينَا عَلَۡيِه َءإََبَٓءَن قَالُوْإ بَۡل نَت

    يۡ يَۡعِقلُونَ ا َوََلَۡهۡدَُوونَ ٔ ش َ

    11 Latif Muda dan Rosmawati Ali, Penghantar Usul Fiqh, (Kuala Lumpur, Pustaka Salam

    SDN. BHD. 2012) hlm. 350. 12 https://annurriri.files.wordpress.com/2016/06/ijtihad.pdf ( Terakhir kali dikunjungi,

    pada 12 December 2018).

    https://annurriri.files.wordpress.com/2016/06/ijtihad.pdf

  • 9

    Artinya:“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah

    diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya

    mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang

    kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang

    mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat

    petunjuk?"13

    Pada zaman kini, taqlid merupakan perkara yang harus diambil tahu dalam

    kalangan umat Islam zaman moderen ini, ini karena taqlid menjadi isu yang sering

    diperbahaskan oleh sebahagian kelompok yang kurang senang dengan taqlid

    kepada mazhab ini atau boleh di sebut sebagai kolompok fanatik dalam mazhab,

    mereka melarang orang yang bertaqlid mana-mana mazhab dengan alasan cukup

    kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadits tanpa merujuk kepada pandagan para

    imam mazhab karena mereka juga manusia biasa yang jauh dari sifat maksum.

    Namun, masikah relevan hukum bertaqlid ini dalam kontes zaman moderen

    ini yang dapat kita lihat dalam akhir-akhir ini agama Islam hanyalah menjadi

    suatu lambang atau Identitas gama saja atau bisa disebut agama yang diwarisi dari

    orang tuanya yakni Islam KTP. Mereka hanya mengikut apa yang dilihat dan apa

    yang perbuatan orang lain. Ini yang menmbulkan permasalahan dalam kalangan

    orang yang kurang senang dengan taqlid ini. Maka dalam perbahasan pada bab

    berikutnya penulis akan memperjelas secara rinci mengenai hukum bertaqlid

    dalam satu mazhab dengan melihat kontes kehidupan zaman moderen ini

    13 Surah Al-Baqarah. 2. (170)

  • 10

    E. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-

    penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus atau tema

    yang diteliti. Dalam kajian pustaka ini, penelitian akan memaparkan tentang

    beberapa penelitian mengenai taqlid dalam mazhab seterusnya pembahsan dalam

    mazhab itu sendiri.

    Mohd Aizam Mas‟od, dalam penulisan jurnal yang berjudul Bahaya Anti

    Mazhab14

    yang telah membahagikan beberapa pembahasan mengenai hukum

    bermazhab pada orang yang mampu berijtihad dalam suatu permasalahan hukum

    fiqih dan hukum bermazhab bagi orang awam, penulis tersebut juga turut

    membahaskan mengenai golongan yang menolak mazhab yang muktabar yang

    telah diperakui tentang keilmuan mereka dalam mengeluarkan Ijithad, di

    karenakan sifat fanatisme terhadap mazhab itu sendiri golongan ini telah menolak

    bertaqlid dan ittiba’ dalam bermazhab.

    Imam Mustofa, juga dalam penulisan jurnal yang berjudul Relevansi

    Bermazhab menyimpulkan dalam penulisannya produk ijtihad suatu generasi

    tidak akan selalu relevan dengan kehidupan dan kondisi generasi zaman

    berikutnya. Bahkan biasa jadi tidak relevan dengan generasi suatu zaman yang

    berbeda tempat atau budaya, maka bagi orang yang mempunyai kemampuan

    berijtihad untuk menemukan hukum tidak diperkenankan bermazhab atau

    bertaqlid pada mujtahid tertentu pada tataran produk, pada tataran fiqh atau

    14 Mohd Aizam Mas‟od, Bahaya Anti Mazhab. (Cawangan Aqidah Bahagaian

    Penyelidikan JAKIM, Malaysia) hlm. 1

  • 11

    bertaqlid. Bermazhab pada tataran produk diperbolehkan, bahkan diharuskan

    hanya terbatas untuk orang yang tidak mempunyai kapasitas untuk melaksanakan

    ijtihad15

    .

    Manakala, Fathur Rohman juga dalam penulisan jurnalnya yang berjudul

    Kontribusi Para Fuqaha‟ Periode Taqlid yang mengkaji seberapa jauh para

    fuqaha‟ berkontribusi dalam perkembangan hukum Islam pada masa taqlid dan

    jumud yang diyakini terjadi pada perode Abbasiyah. Pada periode ini, ulama

    cenderung mengalami kelesuan gairah intelektualnya karena disebabkan adanya

    sikap merasa cukup hanya dengan mengikuti pendapat para ulama mujtahid yang

    sudah mapan. Keadaan tersebut berimbas pada munculnya kecenderungan baru di

    kalangan umat Islam, yaitu yang mempertahankan kebenaran mazhab yang

    diyakininya, dengan mengabaikan mazhab lain, sehingga tidak lah berlebihan

    dapat dikatakan bahwa pada periode ini terjadi pergeseran orentasi dari Al-Quran

    dan Al-Hadits ke pendapat para imam mazhab. Sikap taqlid tersebut mengurat

    akar di kalangan umat Islam dan para pakar Fiqih sehingga bisa dikatakan bahwa

    ajaran Islam seolah-olah menjadi tersadar oleh jerat-jerat kerangka mazhab fiqih,

    sehingga berakhir pada kemerdekaan berfikir.16

    Kesimpulannya kesemua tinjauan pustaka yang digunakan penulis,

    membahsakan persoalan taqlid walaupun ada kajian yang tidak secara khusus

    membahas tentang taqlid. Namun bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai

    15 Imam Mustofa, “Relevansi Bermazhab (Reorintasi dari Bermazhab Qauli menuju

    Bermazhab Manhaji)”. Jurnal Fakultas Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Metro

    Lampung, Vol. 12, No, 1, juni 2013, hlm, 31. 16 Fathur Rohman, Kontribusi Para Fuqaha’ Periode Taqlid, jurnal Studi Hukum Islam,

    Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara. Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2017. hlm. 76

  • 12

    rujukan bagi mengumpul semua data supaya analisis penulis terhadap skripsi ini

    dapat dicapai. Adapun buku yang tidak dinyatakan di atas adalah sebagai

    tambahan fakta judul skripsi.

    Maka dengan berdasarkan pada kenyataan, selanjutnya dalam penelitian ini

    penulis mencoba meneliti tentang HUKUM BERTAQLID DALAM SATU

    MAZHAB (KAJIAN PERBANDINGAN ANTARA SYAIKH SAID

    RAMADHAN AL-BUTHI DAN SYAIKH ABDUL AZIZ BIN BAZ) yang

    mana penulis membuat perbandingan pandangan antara dua tokoh Ilmuan ini

    dalam persoalan hukum taqlid dalam mazhab, penulis juga ingin mengkaji

    pemikiran dua tokoh ini dalam tataran menyingkapi permaslahan taqlid pada

    sudut sebab mengapa kedua tokoh ini mengeluarkan pandangan yang berbeda,

    semua ini akan dijadikan paparan dan pembahasan dalam proposal skripsi ini.

    Maka penulisan skripsi ini berbeda dengan kajian-kajian terdahulu karena kajian

    ini penulis membuat komparatif dalil dan hujjah diantara dua tokoh kemudian

    menyimpulkan di akhir bab dengan meneliti hujjah manakah yang relevan di

    gunapakai dalam konteks zaman moderen ini.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ini adalah pendekatan

    secara kuantitatif dengan menggunakan metode komparatif. Analisis komparatif

    ditujukan untuk menganalisa pandagan hukum taqlid dalam mazhab antara Syaikh

  • 13

    Said Ramadhan Al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Dengan menggunakan

    data yang akurat dan menghasilkan analisa hujjah yang berbeda.

    2. Sumber Data

    Untuk memperoleh data informasi sesuaian dengan tujuan penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    a) Data primer merupakan data pokok yang diperlukan dalam penelitian

    penulis yang diperoleh secara langsung dari kitab terjemahan ‘Allaa

    Madzhabiyyatu Akhtharu Bid’atin Tuhaddidu Asy-Syariiata Al-

    Islamiyyah’. yang di ditulis oleh Syaikh Ramadhan al-Buthi dan kitab

    himpunan fatawa-fatawa terkini dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz .

    b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh hasil dari bacaan perpustakaan

    serta via internet yang memiliki hubungan dengan penelitian ini sebagai

    penguat dari data primer dalam bentuk buku, artikel dan jurnal yang

    terkait dengan mazhab dan makalah-makalah ilmiah di bidang hukum

    yang berkaitan dengan masalah taqlid dalam mazhab dari pendekatannya.

    3. Instrument Pengumpulan Data

    a) Dokumentasi

    Dalam pengumpulan data, untuk membahas permasalahan yang ada

    kaitannya dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan metode

    dokumen, yaitu suatu cara untuk pemgumpulan data melalui informasi

    yang sedia ada berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku ilmiah

    tentang pendapat hukum, teori dan lain-lain yang berhubung dengan

  • 14

    masalah penyelidikan. Hal ini akan membantu penulis menganalisis

    hukum bertaqlid dalam satu mazhab menurut dua tokoh Syaikh Said

    Ramadhan Al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

    4. Teknis Analisis Data

    Setelah data terkumpul sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan

    kemudian dipelajari serta dipahami, maka penulis menggunakan metode seperti

    berikut:17

    a) Pengumpulan Data

    Metode ini digunakan dalam memproses pemilihan data, maka untuk

    menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan megorganisaikan data

    sehingga dapat ditarikdan diverifikasikan. Data-data yang akurat dari

    penulisan kitab-kitab rujukan dijadikan data penulisan skripsi dengan

    memilih data-data yang sesuai untuk dianalisis. Data-data ini berhubungan

    dengan apa yang diteliti.

    b) Penyajian data

    Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan terkait dengan

    hubungan antara kategori supaya memudahkan untuk memahami apa yang

    terjadi.

    17 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi. (Jambi: Fakultas Syariah IAIN STS Jambi dan

    Syariah Press, 2012), hlm 52-53.

  • 15

    c) Penarikan Kesimpulan

    Penarikan kesimpulan merupakan salah satu teknis analisis data yang

    penulis lakukan yaitu dengan cara menyatukan hasil analisis yang dapat

    digunakan untuk mengambil tindakan sebuah fakta itu diterima atau ditolak.

    G. Sistematika Penulisan

    Skripsi ini di bagi kepada lima bab. Dan masing-masing babnya memiliki

    pembahasan-pembahasan tersendiri untuk memudahkan mendapat gambaran

    tentang isi kandungan skripsi ini akan dijelaskan sebagai berikut:

    BAB I : Dalam bab satu merupakan bab Pendahuluan yang mengurai

    tantang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

    Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka

    Metode Penelitian dan Sistemmatika Penelitian. Setelah itu penulis

    akan melanjutkan bab dua.

    BAB II : Dalam bab dua ini penulis akan memaparkan gambaran latar

    belakang dua tokoh yaitu Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dengan

    Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Stelah uraian bab dua penulis

    melangkah kepada bab tiga.

    BAB III : Dalam bab tiga penulis menyampaikan uraian pandangan Syaikh

    Said Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkaitan

    dengan hukum bertaqlid dalam satu mazhab, selain itu syarat yang

    membenarkan dan tidak membenarkan seorang untuk bertaqlid

    dalam mazhab yang muktabar pada pandagan Syaikh Said

  • 16

    Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang

    digunakan oleh kedua tokoh ini. Setelah uraian bab tiga penulis

    melangkah kepada bab empat.

    BAB IV : Dalam bab empat ini penulis menyampaikan pembahasan analisa

    perbandingan hukum dan pandagan antara Syaikh Said Ramadhan

    al-Buthi dengan Syaikh Abdullah bin Baz. Manakah pandagan

    yang lebih relevan pada konteks zaman sekarang.

    BAB V : Dalam bab lima ini penulis akan menjadikannya bab penutup berisi

    kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

  • 17

    BAB II

    LATAR BELAKANG TOKOH

    A. Biografi Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

    1. Riwayat Hidup Syaikh Said Ramadhan al-Buthi

    Nama penuh al-Buthi Mohamed Said bin Ramadhan bin Umar bin Murad.

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dilahirkan pada tahun 1929 di sebuah

    perkampungan kecil di Turki bernama Jilika. Perkampungan itu terletak di sebuah

    pulau bernama Semenanjung Butan menurut bahasa Kurdi. Manakala menurut

    bahasa Arab, ia dikenali sebagai Semenanjung Ibnu Umar. Gelaran al-Buthi

    adalah nisbah kepada tempat kelahiran beliau, yaitu Butan. Bapa Syaikh Said

    Ramadhan al-Buthi adalah seorang ulama Kurdi yang lahir pada tahun 1888, lebih

    masyhur dengan nama Syaikh Mulla Ramadhan dalam masyarakat kebanyakan.

    Bapanya berkerja sebagai petani. Menurut Syaikh Said Ramadhan al-Buthi beliau

    hanya mengetahui nama salasilah keluarga di sebelah bapanya sehingga

    moyangnya sahaja, begitu juga dengan salasilah keluarga di sebelah ibunya yang

    bernama Manji, yaitu seorang wanita yang solehah dan bertakwa.18

    Hasil perkawinan kedua-dua orang tuanya itu dikurniakan empat orang anak

    yang diberi nama Zainab, Muhammad Said, Rokiah, dan Naimah. al-Buthi adalah

    anak kedua dan anak lelaki tunggal dalam keluarganya. Pada asalnya, bapanya

    ingin menamakan al-buthi dengan nama Muhammad Fadil, tetapi bapa beliau

    mengubah pikiran dan menamakan al-Buthi dengan nama Muhammad Said

    18 Zulkifli Mohamad al-Bakri, Imam Mohamed Said Ramadhan al-Buthi Dalam

    Kenangan, (PUBLISHING HOUSE Sdn, Bhd, Selangor) hlm. 3.

  • 18

    sempena nama orang ulama di tempatnya, yaitu Said al-Mashur. Pada tahun 1933,

    ketika Syaikh Said Ramadhan al-Buthi berumur empat tahun, mereka sekeluarga

    melarikan diri dari pemerintahan sekular Kamal Ataturk di Turki ke berapa tempat

    sehingga sampai di Damsyik, Syria. Semasa di Syria, ketiga-tiga saudara

    perempuannya itu meninggal dunia ketika mereka masih kecil. Selepas itu, pada

    tahun 1942, ibunya pula meninggal dunia karena sakit. Pada ketika itu, Syaikh

    Said Ramadhan al-Buthi berusia 13 tahun. Bapa beliau berkawin semula dengan

    seorang wanita tempatan untuk kali kedua.19

    Ketika usia beliau 18 tahun, bapa beliau ingin menjodohkan beliau dengan

    saudara perempuan isteri keduanya yang lebih tua dari Syaikh Said Ramadhan al-

    Buthi. Pada awalnya, beliau tidak bersetuju untuk berkawin dalam usia yang

    muda. Namun bapanya menjelaskan kepentingan dan kelebihan berkawin pada

    usia muda sebagaimana keterangan al-Ghazali dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin.

    Bahkan bapanya turut menjelaskan tanggung jawabnya sebagai sebagai seorang

    bapa selepas anaknya baligh, yaitu mencari pasangan hidup yang sesuai untuk

    anaknya.20

    Akhirnya Syaikh Said Ramadhan al-Buthi bersetuju untuk berkawin karena

    beliau tidak ingin dianggap sebagai menderhakai keinginan bapanya itu. Justru,

    hasil dari perkawinan itu, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi memperoleh

    kebahagian dan mendapat banyak kebaikan dari perkawian itu. Beliau dikurniakan

    tujuh orang anak yang terdiri dari enam orang lelaki dan seorang perempuan.

    19 Ibid. hlm 4. 20 Ibid. hlm 4.

  • 19

    Bapanya meninggal dunia di Damsyik pada hari selasa, 20 Syawal 1410

    bersamaan 15 Mei 1990 ketika berusia 102 tahun. Manakala Syaikh Said

    Ramadhan al-Buthi pula terus menjalani kehidupan seharian Bersama keluarganya

    di Damsyik sehingga beliau meninggal dunia pada 21 Mac 2013, yaitu akibat

    dibunuh dengan letupan bom ketika beliau sedang menyampaikan kuliah

    mingguan di masjid Jami‟ al-Iman, Syria.

    Kematian Syaikh Said Ramadhan al-Buthi meninggalkan misteri karena

    tidak ada sesiapa pun yang menggaku melakukan serangan tersebut sama ada

    daripada pihak kerajaan ataupun pemberontak. Solat jenazah beliau diimamkan

    oleh anaknya, Dr. Taufik Ramadhan di Masjid Al-Umawi dan dikebumikan

    bersebelahan makan Salahuddin Al-Ayyubi di perkerangan Masjid Al-Umawi.

    2. Pendidikan Dan Pengajian Syaikh Said Ramadhan al-Buthi

    Seawal usia enam tahun, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi mula mempelajari

    dan menghafal Al-Quran dari seorang guru wanita. Beliau Berjaya menghabiskan

    bacaan al-Quran dalam usia semuda enam tahun. Bapanya mengadakan

    kesyukuran atas kejayaan anaknya itu, selepas itu, Syaikh Said Ramadhan al-

    Buthi dihantar belajar agama, bahasa Arab, matematika dan ilmu-ilmu lain di

    sekolah persenderian Zaqaq al-Qarmani berdekatan Suq Sarujah.

    Selain belajar secara formal di sekolah, bapanya juga menjadi guru utama

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dengan mengajarkan beliau ilmu agama. Beliau

    diajar dengan ilmu akidah Islam kemudian sirah Rasulullah SAW manakala dalam

    pengajian ilmu nawhu serta saraf, beliau dikehendaki menghafal beberapa karya.

  • 20

    Antaranya adalah karya Al-Fiyyah karangan Ibnu Malik. Bapanya akan

    menjelaskan isi kandungan Al-Fiyyah itu kepadanya pada setiap hari kamis atau

    sabtu. Selain itu, bapanya turut mengajar ilmu balaghah, mantik, syair, dan fiqh.

    Beliau juga menghafal beberapa karya ulama silam seperti karya As-Suyuti

    bertajuk ‘Ukud al-Jaaman. Jelasnya, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi mendapat

    semua asas didikan agama sama ada berkaitan dengan ilmu akidah, fiqih, ataupun

    tasawuf dari pengajaran bapanya sendiri.21

    Tidak hanya dalam aspek keilmuan sahaja, beliau juga dididik dengan

    aspek kerohanian dan akhlak, sehinggakan ketika makan pun bapanya turut

    mengajar setiap anaknya supanya beradab bagi menikmati rezeki Allah SWT.

    Selain itu, bapanya sering berpesan kepada seluruh ahli keluarganya supaya

    sentiasa mengingati dan berzikir kepada Allah SWT. Pada setiap waktu. Oleh itu,

    sudah menjadi satu kelaziman pada setiap hari isnin dan kamis untuk beliau serta

    ahli keluarganya berzikir selepas solat subuh secara berjemaah. Syaikh Ramadhan

    al-Buthi turut menerima biah zikir secara talqin dari bapanya.

    Selain itu, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi menuntut ilmu dengan seorang

    ulama besar Damsyik, yaitu al-„Allamah Hasan Habannakah al-Maydani di

    sebuah masjid bernama Jami‟ Manjak di al-Midan. Masjid itu kemudian bertukar

    menjadi Maahad al-Tawjiyyah al-Islami. Kebanyakan penuntut di situ lebih

    dewasa dari beliau. Kadangkala beliau belajar dari mereka yang lebih dewasa bagi

    memantapkan kefahamannya. Beliau belajar di sana sehingga tahun 1953. Al-

    „Allamah Hasan Habannakah al-Maydani dikenali sebagai guru utama beliau

    21 Ibid: hlm 5.

  • 21

    selepas bapanya sendiri mengajar Syaikh Said Ramadhan al-Buthi berbagai ilmu

    keagamaan termasuklah ilmu akidah, fiqih, dan selepas menamatkan pengajian di

    Maahad At-Tawjiyyah Al-Islami, beliau dikehendaki mengikuti latihan

    ketenteraan oleh kerajaan Syria memandangkan beliau adalah pelajar lepas

    sekolah tinggi. Bagi mengelakkan diri dari menjalani latihan ketenteraan ini,

    beliau memohon bagi memasuki Kuliah Syariah di Universitas Damsyik, Syiria.

    Namun pendaftaran kemasukan ke Universitas Damsyik sedikit lewat dan beliau

    perlu menjalani latihan ketenteraan lebih dulu. Akhirnya beliau memilih bagi

    memasuki pengajian kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Keadaan ini

    membolehkan beliau terlepas dari menjalani latihan ketenteraan itu. Pada tahun

    1956, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi mendapat Ijazah pertamanya dalam bidang

    Syariah dari fakultas Syariah dan juga Diploma Pendidikan dari fakultas bahasa

    Arab di Universitas Al-Azhar, Mesir.

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi pulang ke Damsyik dan mempunyai

    kenlayakan untuk mengajar. Kementerian Pendidikan Syria meletakkan syarat

    untuk setiap guru baru yang mahu mengajar agama dikehendaki menjalani

    musabaqah al-Quran terlebih dahulu, pada awalnya beliau tidak menerima

    pekerjaan itu karena bapanya menganggap bekerja dengan kerajaan ataupun

    sebarang urusan agama karena uang adalah suatu dosa. Namun bapanya berubah

    pikiran selepas mendengar beberapa alasan seterusnya membenarkan beliau

    bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah di bandar Hims, pada penghujung

  • 22

    tahun 1960, beliau diterima menjadi dosen di fakultas keagamaan, Universitas

    Damsyik, Syria.22

    Kemudian Syaikh Said Ramadhan al-Buthi dihantar oleh Universitas

    Damsyik bagi meneruskan pelajaranya ke peringkat sarjana dan doctor falsafah

    dalam bidang Syariah di Universitas Al-Azhar sehingga tamat pada tahun 1965.

    Beliau pulang ke Syria bagi meneruskan pekerjaannya sebagai dosen di

    Universitas Damsyik sehingga beliau meninggal dunia.

    3. Pengaruh Terhadap Pemikiran al-Buthi

    Selain bapanya Syaikh Mullah Ramadhan, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi

    turut terpengaruh dengan didikan guru utamanya, yaitu al-„Allamah al-Madyani.

    Gurunya itu dilihat memainkan peranan penting terhadap perkembangan

    pemikiran dalam kehidupan peribadi Syaikh Said Ramadhan al-Buthi. Bahkan

    bapanya juga terpengaruh dengan al-„Allamah al-Maydani sehingga menjadi

    penyokong kuat gurunya itu dalam pemikiran sebagai Mufti Syria. Bapanya yang

    berpegang dengan mazhab Syafi‟i berperanan meyakinkan para ulama lain tentang

    ketokohan al-„Allamah al-Mydani yang seorang alim dalam mazhab Syafi‟i.

    Selain itu, ketika usia Syaikh Said Ramadhan al-Buthi 18 hingga 23 tahun,

    beliau dilihat terpengaruh dengan kebanyakan tulisan dari Mustafa Sadiq Ar-

    Rafa‟i, Ali at-Tantawi, Ahmad Hassan Az-Ziyat, dan Ibrahim Abdul Qadir al-

    Mazani. Menurut Syaikh Said Ramadhan al-Buthi, beliau meminati tulisan-tulisan

    mereka ini karena dapat meningkatkan penguasaan bahasanya disamping

    22 Ibid, hlm. 7.

  • 23

    mempunyai kesan psikologi yang mendalam. Kondisi ini mampu menjadikan

    beliau sebagai seorang yang mahir dalam bahasa Arab dan mempunyai jati diri

    yang kuat. Manakala ketika Syaikh Said Ramadhan al-Buthi menyambung

    pembelajaranya dalam peringkat doctor falsafah di Universitas al-Azhar,

    pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh didikan para ulama besar Al-Azhar,

    terutamanya Al-„Allamah Mustafa Abdul Khalid (penyelia Ph.D Syaikh Al-

    Buthi). Imam Mahmud Shaltut yang terkenal dengan kealimannya dalam berbagai

    bidang keilmuan Islam menjadi Syaikh Al-Azhar pada ketika itu.

    Kelantangan dan kebencian bapanya terhadap sekularisme di Turki dan

    Syria membolehkan Syaikh Said Ramadhan al-Buthi berhubung rapat dengan

    Ikhwan Al-Muslimin di Syria yang mempunyai kekuatan pengaruh Politik. Pada

    ketika itu, Syaikh Dr. Mustafa As-Siba‟i yang menjadi pemimpin utama Ikhwan

    Al-Muslimin Syria dilantik sebagai professor dan dekan di Fakultas Syariah

    semasa beliau memulakan kerjayanya sebagai dosen di Universitas Damsyik.

    Kedua-dua keluarga ini sering berziarah antara satu sama lain untuk bertukar-

    tukar pikiran. Ini memberi peluang dan ruang kepada beliau untuk lebih

    mendekatkan diri dengan pergerakan Ikhwan al-Muslimin di Syria walaupun

    beliau tidak berminat melibatkan diri secara aktif dalam politik kepartaian.23

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi juga dilihat terpengaruh dengan seorang

    tokoh reformasi dalam era terakhir pemerintahan Turki Uthmaniyyah, yaitu Badi‟

    Az-Zaman Said An-Nursi. Beliau dengan penuh emosi menyatakn

    kegembiraannya dapat menulis tentang biografi Badi‟ Az-Zaman Said An-Nursi.

    23 Ibid, hlm. 9.

  • 24

    Beliau melihat sosok peribadi Badi‟ Az-Zaman Said An-Nursi sebagai seorang

    tokoh ulama dan pendakwah yang hebat dan perlu dicontohi pada masa ini. Ini

    memberi gambaran bahwa beliau terpengaruh dengan sifat yang dapat Badi‟ Az-

    Zaman Said An-Nursi seperti ikhlas, bersungguh-sungguh, dedikasi, dan

    sebagainya terutamanya ketika berdepan dengan suasana tekanan pemerintah dan

    politik yang tidak menentu.

    Selain Badi‟ Az-Zaman Said An-Nursi, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi

    dilihat terpengaruh dengan pemikiran Imam Al-Ghazali sehingga kebanyakan

    ulama dan umat Islam di Syria menggelar beliau sebagai Iman Al-Ghazali

    kontemporer. Namun begitu, Syaikh Said Ramadhan al-Buthi tetap merendah diri

    dengan gelaran itu dan menganggap diri beliau masih banyak kekurangan jika

    dibandingkan dengan Imam Al-Ghazali yang memiliki ilmu pengetahuan yang

    luas dan banyak berkorban bagi menegakkan agama Islam. Sekiranya diperhati

    dari pelbagai sudut, gelar tersebut dilihat sesuai dengan peran dan sumbangan

    beliau terhadap memperkukuh akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah sesuai dengan

    tuntutan zaman kontamporer ini. Pengaruh Imam Al-Ghazali terhadap pemikiran

    beliau berkemungkinan dari didikan bapa beliau yang turut terpengaruh dengan

    pemikiran Imam Al-Ghazali.

    4. Kerjaya Dan Sumbangan Akademik Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi memulakan kerjayanya sebagai guru

    Syariah selepas beliau menamatkan pengajian diploma dan ijazah pertama di

    Universitas Al-Azhar. Kemudian, beliau diterima menjadi dosen di Fakultas

  • 25

    keagamaan, Universitas Damsyik. Selepas selesai menghabiskan pengajiannya di

    peringkat doctor falsafah, beliau kembali bertugas di Universitas Damsyik sebagai

    dosen Fakultas Syariah sebelum dilantik menjadi dekan serta profesor dalam

    bidang Akidah dan Agama sehingga beliau meninggal dunia.24

    Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi terlibat secara aktif dalam banyak

    presentasi seminar ataupun konvensyen di peringkat antarabangsa. Beliau juga

    dijemput menjadi ahli jawatankuasa untuk berapa badan akademik. Antaranya

    adalah Royal Society of The Islamic Civilization Researches di Amman dan High

    Council of Oxford Academy di England. Malah beliau dilantik sebagai Presiden,

    kesatuan ulama Syria sehingga kematiannya. Jawatan itu kemudiannya dipegang

    oleh anaknya Muhammad Tawfiq. Menurut Muhammad Tawfiq lagi. Bapanya

    pernah menerima anugerah Tokoh Dunia Islam dari Yayasan Diraja Muhammad

    bin Rashid di Dubai pada tahun 2004. Anugerah buku terbaik; Fiqh As-Sirah An-

    Nabawiyyah dari kerajaan Jordan dan Syria pada tahun 2007.

    Sehingga hari ini, beliau sudah menghasilkan hampir 70 karya ilmiah dalam

    berbagai bidang disiplin ilmu Islam. Sebahagian besar penulisan beliau dijadikan

    rujukan dan panduan oleh universitas dan sarjana Islam di seluruh dunia

    termasuklah di Malaysia dan Indonesia. Bahkan beberapa penulisannya turut

    diterjemah dalam berbagai bahasa, anataranya dalam bahasa Inggris dan juga

    dalam bahasa Indonesia.

    24 Ibid, hlm. 15.

  • 26

    Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi juga sering dijemput bagi menyampaikan

    ceramahnya melalui media sama ada di radio ataupun televisi. Pada setiap hari

    jumaat, beliau akan menyampaikan khutbah di Masjid Jami‟ Mawlana Ar-Rifa‟I

    dan kuliah dua kali seminggu di Masjid Jami‟ Tinjik. Beliau juga turut menulis

    artikel di akbar-akbar dan majalah-majalah serta aktif menjawab sebarang

    persoalan yang ditujukan kepadanya sama ada melalui blog peribadinya ataupun

    portal yang dibina khusus oleh pengikutnya bagi mengumpulkan pandangan-

    pandangan serta ucapan-ucapan beliau. Mereka juga melantik beliau sebagai panel

    pemberi fatwa di blog tersebut.

    5. Pengaruh Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi Dalam Masyarakat

    Reputasi Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi sebagai seorang tokoh ulama

    dilihat banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat Syria dan dunia Islam pada

    ketika ini. Siri ceramahnya di beberapa buah masjid sekitar Damsyik mengundang

    ribuan pendengar sehingga mereka terpaksa berdiri di luar masjid semata-mata

    mahu megikuti ceramahnya melalui pembesar suara. Setiap kata dan perkataan

    yang keluar dari mulut Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi didengari oleh semua

    orang dengan penuh perasaan sehingga ceramahnya habis. Semakin lama Syaikh

    Said Ramadhan Al-Buthi bercakap. Semakin ramai pendengar yang menangis

    menghayati isi kandungan ceramah beliau.

    Sebagai seorang tenaga pengajar di Universitas Damsyik pula. Syaikh Said

    Ramadhan Al-Buthi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pengajar agama

    yang lain. Segala tingkah lakunya dan pandangan beliau sentiasa mendapat

  • 27

    perhatian umum. Pengaruh ini terbina disebabkan Syaikh Said Ramadhan Al-

    Buthi mempunyai kebolehan dalam menyampaikan ilmu penegtahuan serta

    mampu menyelesaikan masalah terhadap sebarang persoalan yang timbul. Bahkan

    pengaruh Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi tersebar dalam kalangan guru di

    sekolah rendah dan menengah di Syria sehinggakan orang Islam di Syria yang

    tidak berpegang kuat dengan agama juga mengenali beliau sebagai seorang ulama

    yang cerdas. Apa yang lebih menarik, orang bukan Islam juga menghadiri

    ceramahnya sekurangnya sekali bagi melihat sendiri kehebatan beliau berbanding

    ulama lain. Tegasnya, nama Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi sentiasa disebut-

    sebut di bibir seluruh masyarakat Islam di Syria, tidak seperti ulama lain yang

    jarang menjadi sebutan masyarakat di sana.

    Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi mula menjadi terkenal dalam kalangan

    masyarakat Islam selepas beliau terlibat dengan perdebatan ilmiah dengan

    Nasruddin Al-Albani sekitar awal tahun 70-an. Perdebatan golongan Wahabiyyah

    (Salafiyyah). Nasaruddin Al-Albani Bersama para sahabatnya berpendirian bahwa

    orang Islam tidak memerlukan mazhab, manakala Syaikh Said Ramadhan Al-

    Buthi berpandangan sebaliknya. Hasil perbincangan ini, Nasruddin Al-Albani

    tidak dapat mengemukakan hujah balas yang meyakinkan bahwa bermazhab

    adalah dilarang atau diharamkan dalam Islam. Hasil dari perdebatan tersebut,

    beliau menulis sebuah kitab yang berjudul Al-Lamadhhabiyyah akthar Bida’ah

    Tuhaddid As-Syar’iah Al-Islamiyyah bagi menjelaskan kepincangan kelompok

    pemikiran anti mazhab, yaitu selepas Nasruddin Al-Albani menulis sebuah buku

    mengkritik perdebatan itu secara tidak amanah.

  • 28

    Pada sekitar akhir tahun 70-an, nama Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

    sekali lagi menjadi perhatian masyarakat Islam di Syria dan Timur Tengah selepas

    beliau mengadakan perdebatan sengit bagi menghadapi tokoh Barat yang

    berfahaman Marxsisme. Perdebatan yang disiarkan di televisi itu menyaksikan

    Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi mempertahankan pahaman Islam dan mengkritik

    fahaman Marxsisme dengan tegasnya. Sejak itu, beliau semakin mendapat tempat

    di hati masyarakat Islam di Timur Tengah sebagai seorang ulama yang memiliki

    ilmu yang luas. Beliau menjelaskan tentang hasil perdebatan dan pahaman ini

    dalam karyanya Nakd Awham AlMadiyyah Al-Jidaliyyah. Dan Al-Islam wa Al-

    ‘Asr Tahdiyyat wa Aafat.

    Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi turut menjadi tumpuan ramai selepas

    beliau bersetuju dengan permintaan Kementerian Penerangan Syria bagi

    mengutuk pembunuhan terhadap pemimpin partai kerajaan, polisi, serta tentara di

    stasion televisi. Beliau berpandangan, tindakan sebilangan militan Ikhwan Al-

    Muslimin itu tidak bertepatan dengan kehendak syarak. Selain itu, pada bulan

    Ramadhan pada pertengahan tahun 80-an, beliau menerima jemputan dari stasion

    televisi untuk membincangkan tentang tindakan Presiden Syria ketika itu Hafid

    Al-Asad yang mengharamkan penerbitan dan siaran agama serta melarang wanita

    Islam memakai krudung dan cadar. Beliau menyindir keras tindakan sekatan itu.

    Kenyataan seperti ini adalah satu dari bentuk nasihat dan ajaran bapanya kepada

    beliau.

  • 29

    Namun kondisi pada tahun 2011 hingga 2013 memperlihatkan pengaruh

    Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi terhadap masyarakat Syria semakin menurun

    selepas beliau dikatakan menyokong Presiden Syria, Bashar Al-Asad dalam

    penentangan rakyat Syria terhadap pemerintah. Namun kenyataan ini dinafikan

    oleh beliau sendiri dengan menyatakan bahwa beliau tidak sesekali menyokong

    sebarang bentuk keganasan ataupun pembunuhan sama ada ia dilakukan oleh

    pihak polisi dan tentara yang membunuh rakyat Syria yang tidak berdosa tanpa

    balas kasihan. Beliau memfatwakan masyarakat awam yang terbunuh itu sebagai

    mati syahid. Namun pandangan beliau tentang perkara ini tidak dihebohkan

    sepenuhnya melalui media sehingga menimbulkan fitnah terhadap beliau.

    6. Anak Murid Dan Kitab Penulisan Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

    Untuk disenaraikan satu persatu anak murid beliau terlalu ramai dan tidak

    dapat dihitung jumlahnya karena beliau mengajar sejak tahun 1966 sehingga akhir

    hayatnya. Namun penulisan hanya menyatakan anak murid beliau yang sudah

    menjadi tokoh ulama saja berdasarkan laporan anak beliau, yaitu Muhammad

    Tawfiq. Antaranya adalah:

    1. Syaikh Mustafa Al-Bugha (Syria)

    2. Syaikh Muhammad Az-Zuhayli (Syria)

    3. Syaikh Nuziyah Hamad (Syria)

    4. Syaikh Abdul Satar Abu Ghudah (Syria)

    5. Syaikh Badi‟ As-Sayyid Al-Laham ( Syria)

    6. Syaikh Nuruddin „Itir (Syria)

  • 30

    7. Syaikh Muhmud Al-Bakhit (Jordan)

    8. Syaikh Nuh Al-Qudah (Jordan)

    9. Syaikh Faruq Hamadah (Jordan)

    Begitu juga dengan anaknya sendiri, Syaikh Muhammad Tawfiq (Syria) dan

    ramai lagi sehingga tidak dapat dihitung jumlahnya secara tepat.

    Manakala karya penulisan Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi yang pertama

    adalah Mamu Zain yang ditulis ketika beliau berumur 14 tahun. Karya ini pada

    asalnya sebuah puisi penyair terkemuka Kurdi pada ketika itu, yaitu Ahmad Al-

    Khan. Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi mengubah puisi tersebut menjadi sebuah

    cerita berbentuk novel dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Ini jelas

    membuktikan, beliau seorang yang cerdas mindanya sejak kecil sehingga mampu

    menghasilkan karya seawal usia itu. Oleh itu, tidak hairanlah sekiranya beliau

    berkemampuan menulis karya-karya ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu melebihi

    70 buah semuanya. Namun begitu, beliau dengan rasa rendah hati menjelaskan

    tentang kelebihan dan kemampuan menulis yang ada pada beliau berkat dari doa

    seluruh saudara Islam sama ada yang dikenal atau tidak dikenalinya dari seluruh

    masyarakat kepadanya sebagai penyebab beliau terus menulis dan menyebarkan

    ilmu.

  • 31

    Di sini penulis senaraikan karya-karya Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

    mengikut kategori tertentu seperti mana berikut:

    a) Akidah dan Falsafah

    1. Kubra Al-Yaqiniyyat Al-Kaqniyyat: Wujud Al-Khalid Wa Wazifah

    Al-Makhluk

    2. Mabadi‟ Al-Tawhidiyyah wa Al-Falsafat Al-Mu‟asir

    3. Nakd Awham Al-„Asr Tahdiyyah Al-Jidaliyyah

    4. Al-Islam Wa Al-„Asr Tahdiyyah wa Aafat

    5. As-Salafiyyah: Marhalah Zamaniyyah Mubarakah la Madhab Islami

    6. Al-Madhhab Al-Iqtisadi baina As-Syuyu‟iyyah wa Al-Islam

    7. Al-Mar‟ah baina Tughyan An-Nizam Al-Gharbi wa Lata‟if At-Tashri‟

    Ar- Rabbani

    8. At-Ta‟rif „ala Ad-Dhat Huwa At-Tariq Al-Mu‟abbat ila Al-Islam

    9. At-Taghayyir Mafhumah wa Tarai‟qah

    10. Ad-Din wa Al-Falsafah

    11. Dur Al-Adyan fi Al-Islam Al-„Alami

    12. Al-Bidayat Bakurrah A‟mali Al-Fikriyyah

    13. Az-Zilamiyyun An-Nuraniyyun

    14. Al-Insan Musayyar am Mukhayyar

    15. Al-Islam wa Al-Gharib

    b) Fiqih dan Perundangan

    1. Muhadharat fi Al-Fiqh Al-Muqaran

    2. Al-jihad fi Al-Islam: Kaifa Tafhamuh? Wa kaifa Numarisuh?

  • 32

    3. Dawabit Al-Maslahah fi As-Shari‟ah Al-Islamiyyah

    4. Ishkaliyyat Tajdid Usul Fiqh Al-Hiwariyyah

    5. Ma‟a An-Nas Mushawarat wa Fatwa Jilid 1 dan Jilid 2

    6. Al-Lamazhabiyyah: Akthar Bida‟ah Tuhaddid As-Shari‟ah Al-

    Islamiyyah

    7. Al-Hiwar Sabil At-Ta‟ayish ma‟a Al-Ya‟addad wa Al-Ikhtilaf

    8. Mas‟alah Tahdid An-Nasl

    9. Mushawarat Ijtimai‟yyah

    10. Qadaya Fiqhiyyah Mu‟asirah

    C). Tasawuf dan Akhlak

    1. Al-Hikam Al-„Ataiyyah –Sharh wa Tahlil Jilid 1, 2, 3, 4 dan Jilid 5

    2. Min Asrar Al-Manhaj Ar-Rabbani

    3. Sakhsiyyat Istauqafatani

    4. Urubbah min At-Taqniyyah ila Ar-Ruhaniyyah

    D). Lain-lain

    1. Mamu Zain

    2. Hadha Walidi

    3. Fiqh As-Sirah An-Nabawiyyah

    4. La Ya‟tihil Batil

    5. Manhaj Al-Hadharah Al-Insaniyyah fi Al-Quran

    6. Ala Tariq Al-„Audah Ila Al-Islam: Rasm li Manhaj wa Hal li

    Muskilat

  • 33

    7. „Aishah Umm Al-Mu‟minin

    8. Al-Islam Maladh Kullu Al-Mujtama‟at Al-Insaniyyah: Limaza?

    Wa Kaifa?

    9. Allah am Al-Insan: Ayyuhuma Aqdar‟ala Ri‟ayah Huquq Al-

    Insan?

    10. Barnamij Dirasat Qur‟aniyyah Jilid 1, Jilid 2 dan Jilid 3

    11. Difa‟‟an Al-Islami wa Al-Tarikh

    12. Dirasat Qu‟aniyyah Jilid 1, 2 dan Jilid 3

    13. Fi Sabilillah wa Al-Haq

    14. Hadha Huwa Al-Islam Jilid 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan Jilid 7(Silsilah)

    15. Hadha ma Qatlah: Amam Ba‟d Ar-Rawasa‟ wa Al-Maluk

    16. Hadhihi Mushkilatum

    17. Haqai‟q „an Nasha‟ah Al-Qaumiyyah

    18. Hiwar Haul Mushkilat Hadariyyah

    19. Hurriyyah Al-Insan fi Zil „Ubudiyyah Lilah

    20. Ila Kulli Fatat Tu‟min Billah

    21. Kalimat fi Munashibat

    22. Min Rawa‟I‟ Al-Quran

    23. Muhadharat fi Khutb Al-Jum‟ah

    24. Salsalah Abhath fi Al-Qimah

    25. Siyamid Ibn Al-Adngal

    26. Tajribat At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah fi Mizan Al-Bahth

    27. Al-Hubb fi Al-Quran

  • 34

    28. Al-Mar‟ah Baina Tughyan An-Nizam Al-Gharbi wa Lata‟if At-

    Tashri‟ Ar-Rabbani

    Selain karya-karya yang dinyatakan, beliau turut menghasilkan proposal di

    perbagai konvensyen dan seminar akademik di seluruh dunia sama ada dari dalam

    ataupun luar Syria. namun jumlah proposal tersebut tidak dapat dipastikan oleh

    karena terlalu banyak dan tidak pernah dikumpul secara tersusun oleh beliau

    sendiri. Ia juga tidak diterbitkan oleh mana-mana syarikat penerbitan untuk tujuan

    penyebaran kepada umum. Malah proposal yang ditulis oleh Syaikh Said

    Ramadhan Al-Buthi selalunya akan diberi oleh penganjur program ketika sesuatu

    konvensyen ataupun seminar tersebut berlangsung. Ini menyebabkan sukar untuk

    penulis bagi menentukan bilangannya yang sebenar.

    B. Biografi Syaikh Abdul Aziz Bin Baz

    1. Riwayat Hidup Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Lahir di sebuah kota Riyadh pada bulan Dzulhijjah 1330 H. dan wafat pada

    tahun 1999 M/1420 H. Beliau adalah seorang ulama kontemporer yang ahli

    bidang Hadis, Aqidah, dan Fiqih dan pernah menjabat sebagai mufti (penasehat

    agung) kerajaan Arab Saudi. Namun lengkapnya ialah Abdul Aziz bin Abdillah

    bin Muhammad bin Abdillah Ali Baz.25

    Syaikh Abdul Aziz bin Baz telah mampu

    menghafal al-Qur‟an disaat usia beliau sangat kecil, pada saat menghafalnya

    beliau rutin bermurajaah kepada Syaikh Abdullah bin Furaj. Setelah itu, beliau

    pun mempelajari ilmu-ilmu syariat dan bahasa Arab melalui bimbingan ulama-

    25 http://digilib.uinsby.ac.id/695/ pemikiran yusuf Qardawi dan Abdul Aziz bin Baz

    tentang bank konvensional, Studi komparatif. Diakses pada 9 September 2019.

    http://digilib.uinsby.ac.id/695/

  • 35

    ulama disekitar kota Riyadh. Ketika mulai belajar agama (ketika masih kecil)

    beliau boleh melihat dengan baik dan normal, namun pada tahun 1346 H (diusia

    sekitar 16 tahun) mata beliau terkena infeksi yang berangsur membuatnya sakit

    dan rabun, dan lama-kelamaan mata beliau tidak dapat melihat sama sekali .

    kebutaan total ini terjadi pada tahun 1350 H (sekitar usia 20-an tahun).26

    Meskipun tuna netra, namun Syaikh Abdul Aziz bin Baz terkenal memiliki

    tingkat intelegensi yang luar biasa dan juga kemampuan hafalan yang baik,

    mampu menghafal dan memahami suatu artikel hanya dengan sekali dibacakan,

    ini adalah rasiah dibalik majunya ilmu serta wawasan yang dimiliki Syaikh

    Abdul Aziz bin Baz dalam ilmu agama pada kondisi beliau memiliki kekurangan

    semacam itu, dan ini merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh Syaikh

    Abdul Aziz bin Baz.

    2. Guru-guru (Masyayikh) Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Seorang yang mencintai ilmu, tumbuh kembangnya di atas ilmu, dan

    mempelajarinya dengan penuh kesungguhan tentu mempunyai banyak guru.

    Demikianlah dengan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Lebih tepat berdomisili beliau

    adalah kota Riyadh. Ibu kota kerajaan Saudi Arabia yang dipenuhi oleh ulama

    besar. Beliau berhasil menimba berbagai disiplin ilmu agama dan bahasa Arab

    26 „Abdul Aziz bin „Abdullah bin Baz, Fatwa-Fatwa Terkini, Ter. Musthofa Aini (Jakarta:

    Darul Haq, Jilid 1, 2003) hlm. 14.

  • 36

    dari banyak ulama di kota tersebut. Diantara guru-guru beliau yang paling kesohor

    adalah:27

    1. Syaikh Muhammad bin „Abdil Latif bin „Abdirrahman bin Hasan bin As

    Syaikh Muhammad bin „Abdul Wahhab, seorang hakim di kota Riyadh.

    2. Syaikh Sa‟ad bin Hamid bin Atiq, hakim di kota Riyadh

    3. Syaikh Hamid bin Faris, seorang pejabat wakil urusan Baitul mal, kota

    Riyadh.

    4. Syaikh Sa‟ad Qadhi negeri Bukhara, seorang ulama Makkah. Beliau

    menimba ilmu tauhid dari nya pada tahun 1355 H.

    5. Sumahat us Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin „Abdul Lathief Ali

    Syaikh, beliau belajar padanya untuk mempelajari banyak ilmu agama,

    antara lain: „Aqidah, fiqh, hadits, nahwu, faraidh (ilmu waris), tafsir, sirah,

    selama kurang lebih 10 tahun. Mulai 1347 sampai tahun 1357 H.

    Beliaulah guru besar Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam berbagai disiplin

    ilmu agama. Kurang lebih 10 tahun lamanya dari tahun 1347 H sampai 1357 H.

    beliau selalu menghadiri majelis-majelis ilmu sang guru yang mulia ini. Dari pada

    ulam inilah Syaikh Abdul Aziz bin Baz meguasai al-Qur‟an dan Sunnah

    Rasulullah SAW dengan pemahaman generasi terbaik umat ini (salaful ummah).

    Dari mereka pula, beliau mendapat bimbingan untuk selalu meggikuti jejak

    Rasulullah SAW dan meninggalkan semua yang diada-adakan dalam agama ini

    (bid‟ah). Belaiu juga dididik untuk selalu bersikap ilmiah dalam beragama dengan

    27 https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/. Diakses

    pada 9 September 2019.

    https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/

  • 37

    memilih pendapat yang kuat (rajih) dan tegak diatas dalil dari al-Qur‟an ataupun

    sunnah, walaupun bertentangan dengan mazhab yang dianut. Dengan demikian,

    sikap fanatik terhadap mazhab tertentu tidak didapati dalam kehidupan beragama

    beliau. Dengan perkembangan ilmu beliau terus mananjak hingga sampai pada

    level ulama senior Arab Saudi, bahkan beliau diberi keparcayaan oleh kerajaan

    Arab Saudi untuk Menjadi Mufti (penasehat agung) mengepalai Dewan Ilmu dan

    Fatwa kerajaan (al-Lajnah ad-Daimah Lil al-Ilmiah wa al Ifta), dan beliau juga

    mengepalai Hai’ah Kibarul Ulama (Majelis Besar Ulama Senior)

    Dalam hal fiqih, Syaikh Abdul Aziz bin Baz banyak menukil pendapat

    imam Ahmad bin Hambal, namun beliau menegaskan bahwa hal ini bukan karena

    taklid (Syaikh Abdul Aziz bin Baz bukanlah termasuk pengikut mazhab tertentu

    diantara 4 mazhab para Imam). Dalam menghadapi ikhtilaf (perbedaan pendapat)

    fiqih dikalangan para Imam Mazhab dan para ulama, beliau menggunakan metode

    tarjih dan ijma‟, yaitu manakah diantara pendapat Ulama itu memiliki hujjah

    paling kuat menurut sandaran utamanya (yaitu al-Qur‟an dan as-Sunnah) dan

    ketika sudah diketahui manakah yang kuat maka pendapat itulah yang akan

    diambil dan diikuti. Dan ketika menghadapi suatu persoalan yang belum

    disebutkan didalam al-Qur‟an maupun Hadis secara terperinci, maka Syaikh

    Abdul Aziz bin Baz akan mengambil pendapat ijma‟ (mayoritas) para ulama.

    Beliau sangat mengecam keras perselisihan diantara kaum muslimin yang berasal

    dari iktilaf para Imam Mazhab (yang disebutkan fanatisme mazhab maupun

    taklid), beliau juga menasehati ummat untuk selalu berpegang teguh pada al-

  • 38

    Qur‟an dan as-Sunnah serta Bersatu dibawah panji para Salafusshalih agar umat

    Islam bisa kembali besatu sebagaimana Islam di zaman Rasulullah SAW.28

    3. Sumbangan Dalam Masyarakat

    Perkembangan ilmu beliau terus menanjak hingga sampai level ulama senior

    Arab Saudi, bahkan beliau diberi kepercayaan oleh kerajaan Arab Saudi untuk

    menjadi Mufti (penasehat agung) mengepalai Dewan Ilmu dan Fatwa Kerajaan

    (al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts al-Ilmiah wa al Ifta), dan beliau juga

    mengepalai Hai’ah Kibarul Ulama (Majelis Besar Ulama Senior).29

    Perjalanan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah yang panjang dalam

    menuntut ilmu dan penguasaan beliau yang bagus atas berbagai disiplin ilmu

    agama mendapatkan nilai penghormatan dari guru beliau, Samahatusy Syaikh

    Muhammad bin Ibrahim rahimahullah yang saat itu menjabat sebagai Mufti

    Kerajaan Saudi Arabia. Beliau diproyeksikan menjadi qadhi (hakim agama) yang

    menangani berbagai problem sosial kemasyarakatan dan dakwah. Saat itu beliau

    baru berusia 27 tahun. Pada Jumadal Akhir 1357 H, keluarlah surat penunjukan

    beliau sebagai qadhi (hakim agama) untuk kota Kharj dan seluruh wilayah

    cakupannya.

    28 http://digilib.uinsby.ac.id/695/ pemikiran yusuf Qardawi dan Abdul Aziz bin Baz

    tentag bank konvensional, Studi komperatif. Diakses pada 9 September 2019. 29 „Abdul Aziz bin Baz, Ensiklopedia Bida’ah, Ter. Amir Hamzah Faharudin dkk,

    (Jakarta: Darul Haq, 2005), hlm. 4.

    http://digilib.uinsby.ac.id/695/

  • 39

    Tugas baru sebagai qadhi (hakim agama) diterima oleh beliau dengan penuh

    tawadhu‟ (rendah hati). Beliau menyakini bahwa jabatan itu adalah amanat yang

    harus dijalankan dengan sebaik-baiknya dan kelak akan dipertanggungjawabkan

    di sisi Allah. Tidak lama kemudian beliau meninggalkan kota Riyadh dan pindah

    ke kota Kharj, tepatnya di daerah Dalm yang merupakan pusat pemerintahan kota

    Kharj. Satu hal yang menarik bahwa tugas sebagai qadhi (hakim agama) yang

    diemban oleh beliau tidak menghalangi beliau dari kegiatan dakwah dan

    penyebaran ilmu agama. Bahkan, beliau sangat antusias memberikan yang terbaik

    untuk masyarakat kota Kharj dengan mencurahkan segenap kemampuan yang

    dimiliki.

    Setelah tiba di tempat penugasan, gayung pun bersambut. Tugas beliau di

    kota Kharj ternyata tak sebatas sebagai qadhi (hakim agama). Beliau juga diberi

    amanat sebagai imam Masjid Jami‟, khatib jum‟at, nazhir wakaf, penanggung

    jawab anak-anak yatim, da‟i (pegiat dakwah), penanggung jawab di bidang

    pertanian dan pelayanan umum. Karena itu, semangat beliau untuk memberikan

    yang terbaik untuk masyarakat kota Kharj dapat terealisasi melalui berbagai

    media tersebut. Pada saat jam kerja, beliau aktif di Kantor Pengadilan Agama

    (Mahkamah Syar‟iyah) menangani beragam kasus yang terjadi di tengah-tengah

    masyarakat.30

    30 https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/. Diakses

    pada 9 September 2019.

    https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/

  • 40

    Dalam hal ini, beliau dikenal sebagai seorang hakim yang adil dan bijak. Di

    luar jam kerja, sejak usai shalat subuh hingga waktu isya. beliau sibuk membina

    umat dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama di Masjid Jami‟. Bahkan,

    di hari-hari berpasarnya masyarakat, yaitu Senin dan Kamis tepatnya pukul 08.00

    pagi, beliau melakukan ceramah agama di pasar yang dihadiri oleh khalayak

    ramai terkhusus kalangan pedagang. Dengan khidmat mereka mengikuti acara

    pengajian tersebut. Kota Kharj bercahayakan ilmu, sehingga ramai dikunjungi

    oleh para penuntut ilmu (thullabul ilmi) dari berbagai kota. Dalam hal ini pun,

    beliau dikenal sebagai da‟i (pegiat dakwah), guru agama, dan pendidik yang

    sukses dalam membina masyarakatnya. Di bidang pelayanan umum, kinerja

    beliau diakui oleh masyarakat Kharj. Ketika kendaraan roda empat alias mobil

    semakin banyak, sedangkan jalanan umum masih tergolong sempit maka beliau

    mencanangkan proyek pelebaran jalan. Ketika datang musim penghujan dan jalan-

    jalan tergenang oleh air hujan, beliau mencanangkan pembuatan sanitasi air yang

    sekiranya bisa mengatasi problem tersebut. Ketika banjir mengancam daerah

    Dalm yang letak geografisnya di dataran rendah, beliau menggalakkan kerja bakti

    massal untuk pembuatan tanggul, sebagai langkah antisipasi.

    Di bidang pertanian, beliau pun berupaya untuk menyatu dengan para

    petani. Berbagai program beliau canangkan untuk kemajuan pertanian di kota

    Kharj. Termasuk program pemberantasan hama, beliau langsung terjun di

    lapangan bersama para petani. Selain itu, asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah

    seorang yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap masyarakat. Rumah beliau

    selalu terbuka bagi para tamu dan siapa saja yang membutuhkan bantuan. Selama

  • 41

    14 tahun (1357 H-1371 H) berkiprah di kota Kharj, beliau telah memberikan yang

    terbaik untuk masyarakatnya. Tak mengherankan apabila masyarakat kota Kharj

    dari berbagai strata sosial sangat menghormati dan mencintai beliau.31

    Berikut ini beberapa jabatan yang pernah di jawat oleh Syaikh Abdul Aziz

    bin Baz:32

    1. Menjadi hakim tinggi, dan jabatan ini beliau pegang selama 14 tahun

    Dosen Ma‟had Ilmi Riyadh.

    2. Menjadi Wakil Rektor Universitas Islam Madinah dan kemudian naik

    jabatan menjadi Rektor Universitas Islam Madinah

    3. Ketua Dewan Riset Ilmu dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabian al-Lajnah ad-

    Daimah Iil Buhuts al-Ilmiah wal Ifta‟

    4. Ketua Hai‟ah Kibrul Ulama di Makkah

    5. Ketua Pimpinan Majelis Rabithah Alam Islami (Liga Islam Dunia)

    6. Pimpinan Majelis Tinggi Masjid-masjid diseluruh Arab Saudi

    7. Pimpinan Asosiasi Penelti Fiqh Islam di Mekkah di bawah naungan

    Organisai Rabithah Alam Islami

    8. Anggota Lembaga Tinggi untuk dakwah Islami yang berkedudukan di

    Makkah

    32 https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/. Diakses pada 9 September 2019.

    https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/

  • 42

    4. Karya Ilmiah Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Karya ilmiah beliau sangat banyak, baik dalam bentuk tulisan murni

    maupun hasil transkrip dari rekaman suara. Sebagian karya ilmiah beliau itu telah

    disusun dan didokumentasikan dalam beberapa bentuk media cetak ataupun

    elektronik. Di antaranya terdapat dalam program komputer al-Maktabah asy-

    Syamilah. Adapula yang terkoleksi dalam bentuk kumpulan fatwa,

    seperti Majmu’ Fatawa asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz (30 juz), dan Fatawa Nur

    Alad Darb (14 juz). Ada juga yang terkoleksi dalam bentuk transkrip ceramah,

    wawancara, dan yang semisalnya, seperti Durus lisy Syaikh Abdil Aziz bin Baz.

    Adapula yang terkoleksi secara terpisah dalam bentuk satuan buku. Karya-karya

    ilmiah beliau mempunyai ciri khas tersendiri. Ilmiah, ringkas, padat, berbobot,

    dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya-karya ilmiah beliau itu selalu

    diminati oleh umat, bahkan menjadi rujukan utama terutama dalam menyibak hal-

    hal kekinian yang bersifat musykil. Hampir-hampir pada setiap sendi kehidupan

    beragama ada karya ilmiah beliau, di samping untaian-untaian fatwa berharga

    tentunya.33

    1. Dalam masalah akidah; al-Aqidah ash-Shahihah wama Yudhadduha,

    Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyyah, Syarh al- Aqidah al-Wasithiyyah,

    Iqamatul Barahin ala Hukmi Man Istaghatsa Bighairillah au Shaddaqal

    Kahanah wal Arrafin, dll.

    2. Dalam masalah rukun iman; Ushulul Iman.

    33 https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/. Diakses

    pada 9 September 2019.

    https://asysyariah.com/biografi-as-y-syaikh-abdul-aziz-bin-baz-rahimahullah/

  • 43

    3. Dalam masalah rukun Islam; Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibah

    Muhimmah Tata‟allaqu bi Arkanil Islam, Nawaqidhul Islam, Kaifiyah

    Shalatin Nabi, Fatawa fiz Zakati wash Shiyam, at-Tahqiq wal Idhah li

    Katsirin min Masailil Hajji wal Umrah waz Ziyarah, Fatawa Tata‟allqu

    bi Ahkamil Hajji wal Umrah waz Ziyarah, dll.

    4. Dalam masalah berpegang teguh dengan Sunnah Nabi n; Wujub

    Luzumis Sunnah wal Hadzar Minal Bid‟ah, at- Tahdzir Minal Bida‟,

    Wujubul Amal bi Sunnatir Rasul wa Kufru Man Ankaraha, dll.

    5. Dalam masalah ilmu waris; al- Fawaid al-Jaliyyah fil Mabahits al-

    Faradhiyyah.

    6. Dalam masalah keagungan al- Quran dan Rasulullah n; Hukmul Islam fi

    Man Tha‟ana fil Quran au fi Rasulillah.

    7. Dalam masalah dakwah dan para da‟inya; ad-Da‟watu Ilallah wa

    Akhlaqud Da‟iyah, dll.

    8. Dalam masalah realitas kekinian; Naqdul Qaumiyyah al-Arabiyyah

    ala Dhau‟il Islam wal Waqi‟, al-Ghazwul Fikri, al-Adillah an-Naqliyyah

    wal Hissiyyah ala Jarayanisy Syamsi wa Sukunil Ardhi wa Imkanish

    Shu‟ud ilal Kawakib, dll.

    9. Dalam masalah bimbingan kemasyarakatan; ad-Durus al-Muhimmah li

    Ammatil Ummah, „Awamil Ishlahil Mujtama‟, dll.

    10. Dalam masalah jihad; al-Jihad fi Sabilillah dan beberapa risalah yang

    mengimbau umat Islam untuk berpartisispasi dalam jihad

    Afghnistan melawan Uni Soviet, dll.

  • 44

    11. Dalam bidang hadits; Hasyiyah Mufidah ala Fathil Bari sampai Kitabul

    Hajji.

    12. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; Wujubut Tahkim ala

    Syar‟illah, Fi Zhilli asy-Syari‟ah Yatahaqqaqul Amnu wal Hayah lil

    Muslimin, berbagai risalah dan nasihat tentang sikap yang syar‟i terhadap

    pemerintah, dll.

  • 45

    BAB III

    PANDANGAN SYAIKH SAID RAMADHAN AL-BUTHI DAN SYAIKH

    ABDUL AZIZ BIN BAZ TENTANG HUKUM BERTAQLID SATU

    MAZHAB

    A. Hukum Bertaqlid Dalam Satu Mazhab Menurut Syaikh Said Ramadhan Al-Buthi

    Setiap orang apabila menemui suatu masalah fiqhiyyah, pilihannya hanya

    dua, yaitu antara berfikir dan berijtihad sendiri sambil terus mencari dalil yang

    dapat menjawab atau bertaqlid mengikuti pendapat mujtahid terdahulu. Pilihan

    berijtihad tidak diperuntukan kesemua orang karena tidak mungkin semua orang

    harus menggunakan waktunya untuk mencari, berfikir, mempelajari peringkat-

    peringkat ijtihad yang akan memakan waktu lama. Ijtihad tidak bisa hanya

    sekedar membaca satu dua buku, dan bahkan tanpa guru yang memiliki sanad

    keilmuan. Bila itu terjadi maka rusaklah syariat agama.34

    Bahkan dalam buku-buku Ushul Fiqih (Dasar-dasar fiqih) sudah diuraikan

    berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah ijtihad. Antara lain, adanya

    persyaratan ilmiah yang harus dimiliki oleh mujtahid. Ia harus memiliki

    pengetahuan luas dan mendalam menegnai bahasa Arab, kandungan al-Qur‟an

    dan hadits-hadits Nabi SAW, hukum-hukum yang menjadi kesepakatan ulama,

    dasar-dasar fiqih, cara-cara pemikiran analogi (qiyas) dan penganalisaan masalah.

    Ia juga harus berwawasan luas tentang tujuan dan dasar-dasar umum syariat

    Islam. Bidang pengetahuan yang terakhir ini menjadi sasaran paling penting

    34

    http://www.nupringsewu.or.id/2017/06/01/jawaban-dr-ramadahan-al-buthi-ini-bugkam-

    al-albani-soal-pentingnya-taqlid-pada-ulama. Diakses pada 15 september 2019.

    http://www.nupringsewu.or.id/2017/06/01/jawaban-dr-ramadahan-al-buthi-ini-bugkam-al-albani-soal-pentingnya-taqlid-pada-ulamahttp://www.nupringsewu.or.id/2017/06/01/jawaban-dr-ramadahan-al-buthi-ini-bugkam-al-albani-soal-pentingnya-taqlid-pada-ulama

  • 46

    dalam berbagai tulisan Imam asy-Syatibi. Ia bahkan menganggapnya sebagai

    syarat paling pokok dalam berijtihad.35

    Jika disoroti dalam kemampuan berijtihad ini tidak memungkinkan setiap

    orang Islam itu mampu berijtihad dengan pandangannya sendiri yang dalilnya

    tidak ada dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits dan tanpa harus bertaqlid dari mana-

    mana mazhab yang mu‟tabar. Oleh karena ketidak mampuan setiap orang Islam

    mengeluarkan ijtihadnya maka pilihannya adalah bertaqlid salah satu mazhab.

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi telah memberikan pandangannya dalam

    permasalahan taqlid ini yang mana Syaikh Said Ramadhan al-Buthi membahaskan

    hukum taqlid antaranya:

    A) Hukum Bertaqlid Salah Satu Mazhab

    Syaikh Said Ramadhan al-Buthi memberikan pandangan hukum bertaqlid

    dalam salah satu mazhab itu adalah wajib. Karena Sesungguhnya taqlid adalah

    masalah yang tidak dapat dihindarkan dari kaum muslimin dan ia tetap berjalan

    dan dipakai. Bagi orang yang taqlid (muqallid), bila ia boleh menetapi salah satu

    mazhab tertentu dan tidak pindah ke mazhab lain. Dengan perbuatnya itu, ia tidak

    dianggap melakukan perbuatan terlarang atau mengerjakan sesuatu yang haram.36

    35 Yusuf Qardhawi, Muhamad Madani, Mu‟inuddin Qadri, Dasar Pemikiran Hukum

    Islam, Terjemahan H. Husein Muhammad (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994) hlm. 77. 36 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, bahaya bebas mazha, Terj. Abdullah Zakiy Al-

    Kaaf, (Jawa Barat: CV Pustaka Setia, 2001). hlm. 82.

  • 47

    Kemudian, apakah dalil-dalil yang menunjukkan bahwa taqlid itu wajib

    dilaksanakan bila tidak mampu berijtihad.

    i. Pertama:

    Allah SWT berfirman:

    Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika

    kamu tidak mengetahui,”37

    Para ulama telah sepakat bahwa ayat di atas merupakan perintah kepada

    orang yang tidak mengerti hukum dalil agar mengikuti orang yang memahaminya.

    Seluruh ulama ushul telah menetapkan ayat ini sebagai dasar pertama untuk

    mewajibkan orang awam agar taqlid pada mujtahid. Semakna dengan ayat di atas

    ialah firman Allah SWT:

    Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

    perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

    beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

    agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka

    telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”38

    37 An-Nahal (16): 43

    38 At-Taubah (9): 122

  • 48

    Dalam ayat ini, Allah SWT melarang semua orang pergi berperang dan

    melakukan jihad, tetapi memerintahkan agar segolongan dari mereka tetap tinggal

    di tempatnya untuk mempelajari ilmu agama sehingga bila yang pergi berperang

    telah kembali, maka akan mendapatkan orang-orang yang dapat memberikan

    fatwa tentang urusan halal dan haram serta menjelaskan hukum-hukum Allah

    SWT lainnya.

    Adanya ijam’ yang menunjukkan bahwa para sahabat Nabi Muhammad

    SAW, tidak sama tingkatan ilmu dan tidak kesemuanya ahli fatwa sebagai mana

    dinyatakan ilmu oleh Ibnu Khaldun, dan masalah agama pun tidak diambil dari

    mereka semua. Di antara mereka ada yang menjadi mufti dan mujtahid, tetapi

    jumlahnya sangat sedikit dan pula yang meminta fatwa dan menjadi muqallid

    yang jumlahnya sangat banyak.39

    Para sahabat yang menjadi mufti (mujtahid) dalam menerangkan hukum

    agama, tidak selalu menerangkan dalil-dalil kepada yang meminta fatwa.

    Rasulullah SAW telah mengutus para sahabatnya yang ahli hukum ke daerah-

    daerah yang penduduknya tidak mengenal Islam, selain hanya mengetahui akidah

    dan rukun-rukunya saja. Kemudian para penduduk daerah tersebut mengikuti

    fatwa utusan Rasulullah SAW dengan mengamalkan ibadah dan muamalah, serta

    segala macam urusan yang ada sangkut pautnya dengan halal dan haram.40

    39Ibid.hlm.85 40Ibid. hlm. 85.

  • 49

    Apabila para utusan Rasulullah SAW menjumpai masalah yang tidak

    ditemukan dalilnya dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah, ia melakukan ijtihad dan

    memberi fatwa menurut petunjuk dari hasil ijtihadnya. Selanjutnya, penduduk

    setempat mengikuti fatwa tersebut. Imam Al-Ghazali Rahimahumullah dalam

    kitabnya Al-Mustashfa pada bab taqlid dan istisfa’, “Dalil orang awam harus

    taqlid ialah ijma’ sahabat. Mereka memberikan fatwa kepada orang awam, tanpa

    mempertahankannya untuk mencapai darjat ijtihad’ . Hal ini dapat diketahui

    dengan pasti dan dengan cara mutawatir, baik dari kalangan ulama maupun para

    awam.”

    ii. Ketiga:

    Adanya dalil akal yang nyata. Setelah para ulama melihat dail-dalil yang

    cukup sempurna dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits, serta dalil akal yang menegaskan

    bahwa bagi orang awam dan orang alim yang belum sampai tingkatan mampu

    melakukan istinbath dan ijtihad harus taqlid pada mujtahid. Para ulama pun

    menyatakan bahwa kedudukan fatwa mujtahid terhadap orang awam adalah

    seperti dalil Al-Qur‟an dan Al-Hadits bagi seorang mujtahid. Hal ini karena Al-

    Qur‟an selain mewajibkan orang yang alim agar berpegang pada dalil-dalil dan

    keterangan didalamnya, juga mewajibkan kepada orang awam berpegang pada

    fatwanya orang alim dan hasil ijtihad