hipernatremia adalah peningkatan konsentrasi natrium dalam serum di atas kisaran rujukan 135

3
Hipernatremia Hipernatremia adalah peningkatan konsentrasi natrium dalam serum di atas kisaran rujukan 135-145 mmol/L. Sejalan dengan hiponatremia yang disebabkan oleh kehilangan natrium atau retensi air, hipernatemia terjadi karena kehilangan air atau asupan natrium. Kehilangan air Kehilangan air murni dapat terjadi karena asupan cairan yang berkurang atau kehilangan air yang besar. Hipernatremia yang parah sering kali dijumpai pada pasien lansia karena mereka tidak dapat lagi makan dan minum secara sadar atau karena mereka tidak mampu mengambil sesuatu untuk diminum, misalnya pasien yang tidak sadar akibat stroke. Gagal memenuhi kebutuhan cairan yang sesuai dengan jumlah cairan yang hilang terus menerus secara tidak sadar merupakan penyebab hipernatremia. Kondisi ini kadang disebabkan AVP tidak disekresi atau tidak bekerja, sehingga terjadi kehilangan air dan hipernatremia. Kondisi ini disebut diabetes insipidus, diabetes ini dikatakan secara sentral jika disebabkan kegagalan sekresi AVP atau disebut nefrogenik jika tubulus ginjal tidak bereaksi dengan AVP. Kehilangan air dan natrium dapat menyebabkan hipernatremia jika kehilangan air melebihi kehilangan natrium. Ini dapat terjadi pada kondisi diuresis osmotik, seperti yang nampak pada pasien diabetes melitus yang tidak ditangani dengan baik atau akibat berkeringat yang berlebihan atau diare, khususnya pada anak-anak. Akan tetapi hilangnya cairan tubuh karena muntah atau diare, biasanya menyebabkan hiponatremia. Asupan natrium Hipernatremia lebih sering disebabkan oleh kehilangan air daipada kaena asupan natrium (kondisi ini secara umum sering disebut “keracunan garam” meskipun tidak dikatakan membahayakan atau bahaya yang disebabkan diri sendiri). Mudah

Upload: rian-destiyani

Post on 29-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipernatremia

TRANSCRIPT

Page 1: Hipernatremia Adalah Peningkatan Konsentrasi Natrium Dalam Serum Di Atas Kisaran Rujukan 135

Hipernatremia

Hipernatremia adalah peningkatan konsentrasi natrium dalam serum di atas kisaran rujukan 135-145 mmol/L. Sejalan dengan hiponatremia yang disebabkan oleh kehilangan natrium atau retensi air, hipernatemia terjadi karena kehilangan air atau asupan natrium.

Kehilangan air

Kehilangan air murni dapat terjadi karena asupan cairan yang berkurang atau kehilangan air yang besar. Hipernatremia yang parah sering kali dijumpai pada pasien lansia karena mereka tidak dapat lagi makan dan minum secara sadar atau karena mereka tidak mampu mengambil sesuatu untuk diminum, misalnya pasien yang tidak sadar akibat stroke. Gagal memenuhi kebutuhan cairan yang sesuai dengan jumlah cairan yang hilang terus menerus secara tidak sadar merupakan penyebab hipernatremia. Kondisi ini kadang disebabkan AVP tidak disekresi atau tidak bekerja, sehingga terjadi kehilangan air dan hipernatremia. Kondisi ini disebut diabetes insipidus, diabetes ini dikatakan secara sentral jika disebabkan kegagalan sekresi AVP atau disebut nefrogenik jika tubulus ginjal tidak bereaksi dengan AVP.

Kehilangan air dan natrium dapat menyebabkan hipernatremia jika kehilangan air melebihi kehilangan natrium. Ini dapat terjadi pada kondisi diuresis osmotik, seperti yang nampak pada pasien diabetes melitus yang tidak ditangani dengan baik atau akibat berkeringat yang berlebihan atau diare, khususnya pada anak-anak. Akan tetapi hilangnya cairan tubuh karena muntah atau diare, biasanya menyebabkan hiponatremia.

Asupan natrium

Hipernatremia lebih sering disebabkan oleh kehilangan air daipada kaena asupan natrium (kondisi ini secara umum sering disebut “keracunan garam” meskipun tidak dikatakan membahayakan atau bahaya yang disebabkan diri sendiri). Mudah terjadi kekeliruan dalam hal ini karena mungkin tidak diduga. Ini dapat terjadi dalam beberapa konteks klinis, yang masing-masing sangat berbeda. Pertama, natrium bikarbonat terkadang diberikan untuk menangani asidosis yang mengancam jiwa. Akan tetapi, tidak selalu disadari bahwa konsentrasi natrium dalam 8,4 % natrium bikarbonat adalah 1000 mmol/L. Larutan yang lebih encer (1,26 %) tersedia dan lebih disukai. Kedua, hampir tenggelam dilaut dapat menyebabkan tertelan nya air garam dalam jumlah yang signifikan; konsentrasi natrium juga sangat melebihi kondisi fisiologis. Ketiga, bayi rentan terhadap hipernatremia jika diberi makanan bernatrium tinggi, baik secara tidak sengaja atau memang disengaja, sebagai contoh, pemberian satu sendok makan NaCl pada bayi yang baru lahir dapat menyebabkan kenaikan natrium dalam plasma sebesar 70 mmol/L.

Secara patofisiologis pemberian natrium sebanding dengan kondisi hiperaldosteronisme sekunder yang jarang (syndrome conn), yaitu terjadi sekresi aldosteron yang berlebihan dan akibatnya terjadi retensi natrium oleh tubulus ginjal. Kondisi yang mirip kemungkinan ditemukan pada pasien sindrom cushing, yang mengalami produksi kortisol

Page 2: Hipernatremia Adalah Peningkatan Konsentrasi Natrium Dalam Serum Di Atas Kisaran Rujukan 135

yang berlebihan. Kortisol memiliki aktivitas mineral okortikoid lemah. Namun, dalam kedua kondisi ini konsentrasi natrium dalam serum jarang naik hingga diatas 150 mmol/L.

Gambaran klinis

Hipernatremia dapat menunjukan volume ECF yang menurun, normal, atau membesar. Konteks klinis selalu penting. Pada keadaan hipernatremia ringan (natrium <150 mmol/L), jika pasien menunjukan gambaran klinis dehidrasi yang nyata, kemungkinan volume ECF menurun dan pasien mengalami kehilangan air dan garam. Pada kondisi hipernatremia yang lebih berat (natrium 150-170 mmol/L), kemungkinan terjadi kehilangan air murni jika tanda klinis dehidrasi ringan dibandingkan dengan keparahan hipernatremia. Hal ini karena kehilangan air murni terjadi merata di seluruh kompartemen tubuh (ECF dan ICF). (kandungan natrium ECF tidak berubah pada kehilangan air murni) pada kondisi hipernatremia yang parah (natrium>180 mmol/L) kita harus menduga terjadinya keracunan garam jika bukti klinsi dehidrasi kecil atau tidak ada; jumlah air yang hilang untuk menaikkan kadar natrium hingga setinggi ini seharusnya jelas secara klinis, tanpa tergantung apakah juga terjadi kehilangan natrium atau tidak. Asupan natrium dapat disertai dengan bukti klinis overload, seperti meningginya tekanan vena jugularis atau edema paru.

Gangguan osmolalitas lain

Osmolalitas plasma yang tinggi terkadang dapat terjadi karena penyebab lain di luar hipernatremia, antara lain :

Peningkatan kadar urea pada penyakit ginjal Hiperglikemia pada diabetes melitus Adanya alkohol atau zat lain yang teringesti

Selisih yang besar antara hasil pengukuran dan perhitungan osmolalitas disebut gaposmolal dan menunjukan adanya suatu kontributor signifikan pada osmolalitas yang belum dimasukkan dalam perhitungan. Dalam praktiknya, hal ini hampir selalu disebabkan adanya etanol dalam darah. Namun, penyebab lain yang sangat jarang adalah adanya zat lain, seperti metanol atau etilenglikol, yang berasal dari ingesti antibeku. Perhitungan gap osmolal dapat sangat berguna untuk penilaian klinis pasien koma.

Berbagai konsekuensi gangguan osmolalitas disebabkan oleh perubahan volume yang terjadi karena air bergerak masuk atau keluar sel untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Glukosa tidak dapat bergerak masuk ke dalam sel secara bebas, dan peningkatan konsentrasi ECF menyebabkan air bergerak keluar sel dan mengakibatkan dehidrasi intraseluler. Urea