pengaruh vitamin e t serum darah tikus pu wistar

55
PENGARUH VI SERUM DARAH WISTA untu FAKULTAS MA U ITAMIN E TERHADAP KADAR SGPT D H TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANT AR YANG DIPAPAR TIMBAL PER-ORA skripsi disusun sebagai salah satu syarat uk memperoleh gelar Sarjana Sains Biologi Oleh Arif Hidayat 4450408009 JURUSAN BIOLOGI ATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHU UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 DAN SGOT TAN GALUR AL i UAN ALAM

Upload: votu

Post on 25-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

PENGARUH VITAMIN E TERHADAP KADAR SGPT

SERUM DARAH TIKUS PUTIH (

WISTAR YANG DIPAPAR TIMBAL PER

untuk memperoleh gelar Sarjana

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

i

H VITAMIN E TERHADAP KADAR SGPT DAN

SERUM DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR

WISTAR YANG DIPAPAR TIMBAL PER-ORAL

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Biologi

Oleh

Arif Hidayat

4450408009

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

DAN SGOT

) JANTAN GALUR

ORAL

Biologi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Page 2: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang

berjudul “Pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar SGPT dan SGOT serum

darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dipapar timbal per-

oral” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing.

Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh

gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Februari 2013

Arif Hidayat

4450408009

Page 3: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul :

Pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar SGPT dan SGOT serum

darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dipapar

timbal per-oral

disusun oleh

nama : Arif Hidayat

NIM : 4450408009

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada

tanggal 1 Februari 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Andin Irsadi, S.Pd, M.SiNIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 197403102000031001

Penguji Utama

Dra. Retno Sri Iswari, SUNIP. 195202071979032001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing I Pembimbing II

drh. Wulan Christijanti, M. Si. Dra. Aditya Marianti, M. Si.NIP. 196809111996032001 NIP. 196712171993032001

Page 4: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

iv

ABSTRAK

Hidayat, Arif. 2012. Pengaruh Vitamin E Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Serum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar YangDipapar Timbal Per Oral. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. drh. Wulan Christijanti, M.Si dan Dra. Aditya Marianti, M.Si.

Timbal merupakan senyawa beracun baik dalam bentuk logam maupun dalam bentuk garamnya. Pemaparan timbal bisa melalui makanan, minuman, daninhalasi.Timbal dapat menyebabkan efek negatif pada organ tubuh khususnya organ hati dengan membentuk peroksidasi lipid dan menurunkan sistem antioksidan tubuh. Apabila terjadi kerusakan hati maka SGOT dan SGPT dalam darah akan meningkat. Vitamin E merupakan antioksidan yang berperan sebagai pereduksi radikal bebas dan dapat langsung bereaksi dengan peroksidasi lipid.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efek pemberian vitamin E terhadap kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus putih jantan (Rattus Norvegicus) galur wistar yang dipapar timbal per oral.

Penelitian ini menggunakan post test randomized control group design. Populasi yang digunakan adalah tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar. Sampel yang digunakan yaitu 20 tikus jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok I sebagai kontrol, II dengan perlakuan timbal 175 mg/ tikus, III Vitamin E 1,44 mg/ tikus dan timbal 175 mg/ tikus, IV Vitamin E 2,16 mg/ tikusdan timbal 175 mg/ tikus. Perlakuan diberikan selama 21 hari. Pengambilan serum darah pada hari ke- 22 kemudian dilakukan pengukuran kadar SGOT dan SGPT. Data kadar SGOT dan SGPT dianalisis dengan ANAVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji BNT.

Hasil ANAVA satu arah menunjukan bahwa pemberian antioksidan vitamin E berpengaruh signifikan pada kadar SGOT dan SGPT (p<0,05) tikus putih. Hasil uji BNT menunjukan bahwa kadar SGOT masing-masing perlakuan menunjukan adanya perbedaan yang nyata kecuali pada kelompok II dan III, padakadar SGPT masing-masing perlakuan menunjukan adanya perbedaan yang nyata kecuali pada kelompok III dan IV.

Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa antioksidan vitamin E berpengaruh menurunkan kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus jantan (Rattus Norvegicus) galur wistar yang dipapar timbal per oral.

Kata kunci : antioksidan, vitamin E, kadar SGOT dan SGPT, timbal.

Page 5: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta

hidayah-Nya dan setelah berjuang keras, berusaha sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar SGPT dan SGOT serum darah

tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dipapar timbal per-oral”

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan,

bimbingan, motivasi, dan pengalaman dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan segala fasilitas

dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya..

2. Dekan FMIPA Unnes yang telah memberi kemudahan dan perijinan dalam

pnelitian.

3. Ketua jurusan Biologi FMIPA Unnes yang telah memberikan kemudahan

administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. drh. R. Susanti, M.P, Dosen wali yang telah membimbing dan memotivasi

kami.

5. drh. Wulan Christijanti, M.Si dan Dra. Aditya Marianti, M.Si selaku Dosen

Pembimbing I dan II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan

dengan penuh kesabaran.

6. Dra. Sri Iswari, SU sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan yang sangat berguna unrtuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Civitas akademika jurusan biologi yang telah membantu selama penelitian

dan penyusunan skripsi.

8. Orang tuaku Bapak Achmad Chayat dan Ibu Siti Solekhah, Adik Imam

Muafiq yang selalu memberi doa, bantuan, dukungan serta semangat.

9. Fatikhah Ayu M yang selalu memberi doa, bantuan serta semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

vi

10. Sahabat saya Vicy, Nanang, Yogo beserta teman-teman Biologi Murni ’08

“BIPANNES” dan “Manihot FC” yang selalu memberi dukungan, semangat,

dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Namun demikian penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini

masih ada beberapa kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan masukan dari

semua pihak selalu diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Semarang, Februari 2013

Penulis

Page 7: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Penegasan Istilah ........................................................................... 3

D. Tujuan ........................................................................................... 4

E. Manfaat ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 5

1. Hati .......................................................................................... 5

2. SGOT dan SGPT ..................................................................... 7

3. Timbal ..................................................................................... 9

4. Antioksidan ........................................................................... 12

5. Vitamin E .............................................................................. 13

B. Kerangka Berfikir......................................................................... 16

C. Hipotesis........................................................................................ 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 17

B. Populasi dan Sampel ................................................................... 17

C. Variabel Penelitian ...................................................................... 17

D. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 17

Page 8: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

viii

E. Alat dan Bahan Penelitian............................................................ 18

F. Prosedur Penelitian ...................................................................... 18

G. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 20

H. Metode Analisis Data .................................................................. 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 23

B. Pembahasan ................................................................................. 26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ....................................................................................... 31

B. Saran.............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32

LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 35

Page 9: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Matriks Penelitian .................................................................................... 17

2. Tabel ANAVA ......................................................................................... 22

3. Hasil ANAVA satu arah kadar SGPT...................................................... 24

4. Rerata dan hasil uji lanjut BNT kadar SGPT........................................... 24

5. Hasil ANAVA satu arah kadara SGOT ................................................... 25

6. Rerata dan hasil uji lanjut BNT kadar SGOT .......................................... 26

Page 10: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar skematis struktur hati ................................................................... 5

2. Struktur kimia α- tokoferol ...................................................................... 14

3. Bagan aktivitas Vitamian E menormalkan kadar SGOT dan SGPT serumdarah tikus ................................................................................................ 16

4. Bagan rancangan penelitian ..................................................................... 19

5. Grafik rerata kadar SGPT ........................................................................ 23

6. Grafik rerata kadar SGOT........................................................................ 25

Page 11: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I. Perhitungan ANAVA satu arah kadar SGPT......................................... 35

II. Perhitungan Uji BNT kadar SGPT ........................................................ 37

III. Perhitungan ANAVA satu arah kadar SGOT........................................ 38

IV. Perhitungan Uji BNT kadar SGOT........................................................ 40

V. Surat hasil pengujian kadar SGOT dan SGPT....................................... 41

VI. Surat keterangan telah melakukan penelitian ........................................ 42

VII. Dokumentasi penelitian ......................................................................... 43

VIII.Cara mengukur kadar SGOT dan SGPT................................................ 44

Page 12: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern ini bidang industri pesat sekali perkembanganya. Pesatnya

perkembangan sektor industri ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan

sekitar akibat buangan limbah pabrik. Semakin banyaknya pabrik-pabrik

dibangun tidak diikuti dengan sistem Instalasi Pengolahan Air dan Limbah (IPAL)

yang memadai, akibatnya limbah yang dibuang ke lingkungan semakin banyak.

Padahal kemampuan alam untuk menerima beban limbah terbatas sehingga dapat

dipastikan bahwa self purification saat ini telah terlampaui.

Salah satu unsur yang terkandung dalam limbah pencemar lingkungan

adalah logam berat. Di lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi akan

mengakibatkan kontaminasi dalam makanan, air dan udara yang dapat

menyebabkan keracunan, salah satunya logam berat tersebut adalah timbal.

Pemaparan timbal bisa melalui makanan, minuman, inhalasi (terhirup

partikel-partikel timbal) dan melalui permukaan kulit. Pemaparan melalui

makanan dan minuman dapat berasal dari air minum, timbal dapat berasal dari

kontaminasi pipa, solder dan kran air. Sedangkan dalam makanan, timbal dapat

berasal dari kontaminasi kaleng minuman dan makanan yang bertimbal (Dedy

2008). Makanan dan minuman yang bersifat asam seperti air tomat, air buah apel

dan asinan dapat melarutkan timbal yang terdapat pada lapisan mangkuk dan

panci. Tidak kalah pentingnya timbal dapat terkandung di dalam kerang-kerangan

yang hidup di laut yang tercemar timbal. Akibatnya makanan dan minuman ini

dapat menyebabkan keracunan timbal. Sedangkan pemaparan melalui inhalasi

dapat berasal dari gas buang hasil pembakaran kendaraan bermotor. Timbal

seperti Tetraethyl lead (TEL) yang dipakai sebagai tambahan pada bahan bakar

mesin dan Tetramethyl lead (TML) hampir seluruhnya dapat di absorbsi melalui

kulit dan dan saluran pencernaan karena mempunyai sifat mudah larut dalam

lemak (Palar 1994).

1

Page 13: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

2

Menurut data Badan Pengelolalan lingkungan Hidup tahun 2009 kadar

timbal di udara sekitar 2 g/m3 dengan asumsi 30% mengendap di saluran

pernapasan dan sekitar 14 g/per hari diabsorbsi. Hasil penelitian The National

Foof Processors Association menerangkan bahwa kehadiran timbal dapat berasal

dari kontaminasi di dalam produk makanan/ minuman yang dikalengkan. Kadar

Pb dalam kemasan kaleng 637,64 + 94,25 ppm dan kadar Pb yang bermigrasi ke

dalam makanan/minuman sebesar 0,171 + 0,02 ppm, dengan kecepatan reaksi

pelepasan Pb sebesar 5,56 x 10-5 ppm/jam (Nirmalida 2004)

Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa timbal

menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan, khususnya pada organ hati. Secara

umum beberapa efek merugikan timbal terhadap sistem hepatobiliari meliputi

katalisis peroksida asam lemak jenuh, reduksi pereduksi N-oxide, dan

pembentukan radikal hidroksil. Pemberian senyawa timbal melalui makanan

menyebabkan kerusakan hati yang hebat dengan melibatkan radikal-radikal bebas

(Sipos et al. 2003).

Secara in vivo pada tikus yang diberikan timbal dijumpai penurunan kadar

glutathion tereduksi hepar dan adanya kemungkinan terjadinya apoptosis hepar.

Pada percobaan in vitro, timbal menunjukan efek nekrotik langsung bukan

apoptotik pada hepar. Sedangkan pada inkubasi sel hepar bersama sel kupffer

yang dikultur dengan timbal terjadi apoptosis sel hepar. Hal ini menunjukan

bahwa timbal mempunyai efek nekrosis langsung pada sel hepar, disamping

menunjukan adanya peran sel kupffer dalam menginduksi apoptosis sel hepar

setelah pemberian timbal melalui stres oksidatif (Pagliara et al. 2003).

Adanya kerusakan pada organ hati akibat paparan timbal dapat dideteksi

dengan melakukan pemeriksaan biokimia hati. Salah satu pemeriksaan biokimia

hati yang digunakan adalah menggunakan pemeriksaan enzim golongan

transaminase, yaitu enzim aspartat aminotransferase (AST) yang sering disebut

glutamat oksaloasetat transaminase (GOT) dan enzim alanin aminotransferase

(ALT) atau sering disebut glutamat piruvat transaminase (GPT). Kedua enzim ini

akan keluar dari sel hati apabila sel hati mengalami kerusakan sehingga dengan

Page 14: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

3

sendirinya akan menyebabkan peningkatan kadarnya dalam serum darah (Gajawat

et al. 2006).

Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas, atau

suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang

merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi

berlebihan (Hariyatmi 2004). Sebagai contoh antioksidan yaitu vitamin C dan E.

vitamin E merupakan antioksidan yang berperan dalam mencegah oksidasi dan

peroksidasi asam lemak tidak jenuh dan fosfolifid membran. Vitamin C dan E

berperan sebagai pereduksi radikal bebas dan dapat langsung bereaksi dengan

peroksidasi lipid. Selain itu vitamin C dan E juga dapat meningkatkan kadar

glutathione sehingga dapat mencegah keruskan sel (Gajawat et al. 2006).

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa timbal dapat menyebabkan

kerusakan hati dan vitamin E berpotensi sebagai bahan pelindung hati dari

pengaruh timbal, maka perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan

vitamin E terhadap kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus putih yang terpapar

timbal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : Apakah ada pengaruh pemberian vitamin E

terhadap kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan galur wistar yang di papar timbal per oral.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap judul “Pengaruh pemberian

vitamin E terhadap kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus putih (Rattus

nsorvegicus) jantan galur wistar yang di papar timbal per oral” maka kiranya

perlu ditegaskan istilah-istilah yang terkait dengan judul di atas diantaranya :

1. SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminse) dan SGPT (Serum

Glutamic Pyruvic Transaminase)

Page 15: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

4

SGOT dan SGPT yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekelompok

enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus

amino dari suatu asam alfa amino kepada suatu asam alfa keto. SGOT dan

SGPT ini digunakan sebagai indikator kerusakan hati.

Pengukuran kadar SGOT dan SGPT menggunakan reagen kit menurut

metode photometric system.

2. Antioksidan vitamin E

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari substansi

tokoferol dan tokotrienol.

Dalam penelitian ini digunakan Vitamin E murni dalam bentuk cair.

3. Timbal per-Oral

Timbal merupakan suatu senyawa logam berat berwarna kelabu kebiruan

dengan titik didih 327o C yang di masukan langsung ke lambung melalui

esophagus langsung dari mulut dengan menggunakan kanul bengkok.

Dalam penelitian digunakan timbal asetat yang dilarutkan dalam aquades.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji efek pemberian antioksidan vitamin E terhadap kadar SGOT

dan SGPT serum darah tikus putih jantan (Rattus Norvegicus) galur wistar

yang dipapar timbal per Oral.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang toksisitas timbal terhadap hati.

2. Memberikan informasi tentang hasil kajian efek pemberian vitamin E

terhadap kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus yang dipapar timbal.

3. Memberikan informasi mengenai penggunaan vitamin E sebagai bahan

hepatoprotektor khususnya terhadap pengaruh timbal.

Page 16: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hati

Hati merupakan organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di

dalam tubuh. Dengan bobot sekitar 2 kg, hati mempunyai tugas penting yang

rumit demi kelangsungan seluruh fungsi kesehatan tubuh. Organ hati terletak

dalam rongga abdomen di bawah diafragma. Unsur struktural utama hati adalah

sel-sel hati atau hepatosit. Sel-sel ini berkelompok dalam lempeng-lempeng yang

saling berhubungan sedemikian rupa, membentuk bangunan yang disebut lobules

hati ( Junqueira et al. 1998).

Hati tersusun oleh sel hati hepatosit berbentuk heksagonal dimana sel-sel

parenkimnya tersusun radier terhadap vena sentralis. Parenkim hati dipisahkan

oleh sinusoid. Pada sinusoid terdapat selapis endotel yang tidak kontinyu sehingga

darah bisa langsung berhubungan dengan sel hati dan dapat terjadi pertukaran

metabolit antara darah dengan sel hati. Selain itu hati juga mempunyai sel kupfer

yang berfungsi memfagositosis bakteri dan benda asing dalam darah. Unsur

struktural utama hati dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar.1 Gambar Skematis Struktur Hati ( Junqueira et al. 1998)

5

Page 17: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

6

Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati. Lobulus hati sendiri terdiri

dari banyak lempeng-lempeng sel hati. Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis sel

yaitu sel endotel dan sel kupffer besar yang merupakan sel retikuloendotel yang

mampu memfagositosis bakteri dan benda asing dalam darah. Sel kupffer dapat

memfagosit 99% bakteri dalam darah vena porta. Sel kupffer mempunyai sifat

sitologis yang nyata seperti vakuola yang jenih, lisosom dan reticulum

endoplasma granula yang terbesar di seluruh sitoplasma yang membedakan

mereka dari sel-sel endotel (Junquieira et al. 1998).

Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran pencernaan dan limpa

melalui vena porta dan dari aorta melalui vena hepatika. Vena porta membawa

darah penuh makanan yang diserap dari usus dan organ tertentu, sedangkan arteri

hepatika memberi darah pada sel-sel hati dengan darah bersih yang membawa

oksigen. Cabang-cabang dari kedua pembuluh darah mengikuti jaringan ikat

interlobularis (Guyton dan Hall 1997).

Menurut Lu (1995) hepatosit (sel parenkim hati) merupakan sebagian besar

organ yang bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme.

Selain merupakan organ perenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki

urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam fungsinya. Fungsi dari

hati dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Fungsi vaskuler : untuk menimbun dan melakukan filtrasi darah.

2. Fungsi sekretorik dan eksekretorik : sistem saluran empedu terbentuk mulai

dari kanalikuli yang kecil sekali, dan dibentuk oleh saluran parenkim yang

berdekatan. Kanalikuli bersatu menjadi duktula saluran empedu interlobular

dan saluran empedu yang lebih besar. Saluran hati yang utama membungkus

duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran empedu yang

mengalir kedalam duodenum (Guyton dan Hall 1997).

3. Fungsi metabolik ; untuk metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, dan juga untuk memproduksi tenaga.

4. Fungsi pertahanan tubuh : hati merupakan suatu alat tubuh tempat dilakukan

detoksifikasi dari bahan-bahan beracun yang dilakukan dengan jalan konjugasi,

reduksi, asetilasi, oksidasi dan hidroksilasi.

Page 18: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

7

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh

enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar ataupun

yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Melalui proses detoksifikasi zat berbahaya

akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Hati juga

menghancurkan dan mengeluarkan bahan toksik dalam tubuh. Hati mempunyai

banyak sel pemangsa seperti fagosit yang disebut sel kupffer. Sel kupffer terletak

diantara sistem venus portal dan sistem sistemik, sel ini berfungsi sebagai penapis

yang efektif. Apabila darah mengalir melaui hati, sel pemangsa ini akan

membersihkan darah dengan memusnahkan bahan toksik, bakteri, virus, parasit

dan partikel asing lainya. Hati juga menghasilkan empedu yang juga memiliki

fungsi untuk menetralkan dan menghancurkan substansi beracun dan

mengeluarkanya dari aliran darah.

Hati adalah organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin yang berasal

dari bakteri maupun zat kimia. Untuk melakukan detoksifikasi dari bahan

berbahaya tersebut, hati mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah

dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif (ROS) yaitu glutation

tereduksi (GSH), superoksid dismutase (SOD), glutation perosidase, dan katalase

(Arief dalam Dedy 2008).

Hati merupakan tempat terjadinya biosintesis sebagian protein plasma

darah. Selain sintesis protein plasma, hati juga mensintesis berbagai macam enzim

yang sebagian besar berbentuk protein diantaranya enzim aminotransferase yaitu

Aspartat aminotransferase (AST) yang disebut SGOT dan Alanin

Aminotransferase (ALT) yang juga disebut SGPT.

2. SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) dan SGPT ( Serum

Glutamic Pyruvic Transaminase)

Adanya enzim-enzim pelaku detoksifikasi pada hati menyebabkan enzim-

enzim tersebut dapat digunakan sebagai parameter kerusakan hati. Dua macam

enzim aminotranferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan

sel hati adalah Aspartat Aminotransferase yang disebut SGOT dan Alanin

Aminotransferase yang juga disebut dengan SGPT (Meyes et al. 1991).

Page 19: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

8

Transaminase dan Aminotransaminase adalah sekelompok enzim yang bekerja

sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus amino dari suatu asam alfa

amino kepada suatu asam alfa keto (Sadikin 2002). Transaminase termasuk enzim

plasma non fungsional dengan tidak melakukan fungsi fisiologik di dalam darah.

Kehadiran transaminase dalam plasma darah pada kadar di atas nilai normal

memberi dugaan suatu peningkatan kerusakan jaringan (Meyes et al. 1991).

Peningkatan kadar SGOT dan SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan enzim

secara intra seluler ke dalam darah yang disebabkan nekrosis sel-sel hati atau

adanya kerusakan hati secara akut (Wibowo et al. 2008). Kadar normal SGOT

tikus adalah 45,7 – 80,8 IU/L dan kadar normal SGPT tikus adalah 17,5 -30,2

IU/L (Smith& Mangkoewidjojo 1988).

SGOT mengkatalisis pemindahan gugus amino asam aspartat ke asam

alfa ketoglutarat, membentuk asam glutamate dan oksaloasetat. Sedangkan SGPT

mengkatalisis pemindahan gugus amino alanin ke asam ketoglutarat membentuk

asam piruvat dan asam glutamate (Meyes et.al 1991). Selanjutnya asam piruvat

mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA memasuki

siklus krebs.

Asetil-Koa memberikan gugus asetilnya kepada senyawa 4-karbon

oksaloasetat, untuk membentuk senyawa 6-karbon sitrat. Sitrat lalu diubah

menjadi isositrat yang merupakan juga molekul 6-karbon yang terhidrogenasi

dengan melepaskan CO2, menghasilkan senyawa 5 karbon α ketoglutarat. Molekul

ini kehilangan CO2 dan akhirnya menghasilkan senyawa 4-karbon suksinat dan

molekul CO2 yang kedua. Suksinat lalu diubah secara enzimatik dalam tiga tahap

menjadi oksaloasetat berkarbon-4, yang akan memulai kembali siklus.

Oksaloasetat dihasilkan kembali setelah satu kali siklus dan siap bereaksi dengan

molekul asetil KoA lain untuk memulai siklus yang kedua. Pada setiap siklus, satu

asetil masuk sebagai Asetil KoA dan dua molekul CO2 dilepaskan. Sebagai

produk samping siklus, satu molekul ATP dibentuk dari ADP dan GTP yang

dihasilkan oleh reaksi sintesa suksinil-KoA (Dedy 2008).

Jaringan hati kaya akan SGOT dan SGPT, mengandung lebih banyak

SGPT dari pada SGOT (Meyes et al. 1991). SGPT paling banyak ditemukan

Page 20: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

9

didalam hati, sehingga untuk mendeteksi penyakit SGPT dianggap paling lebih

spesifik dibanding SGOT. Sementara itu kenaikan SGOT saja bisa bermakna

kelainan non hepatic atau kelainan hati yang didominasi kerusakan mitokondria.

Hal ini terjadi karena SGOT berada di dalam sitosol dan mitokondria. Selain dari

hati, SGOT juga terdapat di dalam jantung, otot rangka, otak, dan ginjal.

Peningkatan kedua enzim selular ini terjadi akibat pelepasan kedalam serum

ketika jaringan mengalami kerusakan. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh

keracunan atau infeksi, kenaikan SGOT dan SGPT dapat mencapai 20-100x nilai

batas normal tertinggi. Umumnya pada kerusakan hati yang menonjol ialah

kenaikan SGPT (Sadikin 2002). Peningkatan SGPT lebih lebih tinggi dari pada

SGOT pada kerusakan yang akut hal ini di karenakan SGPT merupakan enzim

yang hanya terdapat pada sitoplasma sel hati, sebaliknya SGOT terdapat baik

dalam sitoplasma maupun mitokondria akan lebih meningkat dari SGPT pada

kerusakan hati yang lebih dalam dari sitoplasma sel (Speicher et al. dalam Dedy

2008)

3. Timbal

Timbal adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan titik

leleh dan didih 3270 C (Anies 2009). Timbal menguap dan bereaksi dengan

oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksida yang paling umum

adalah timbal (II) dan senyawa organometalik yang terpenting adalah timbal

tetraetil, timbal tetrametil dan timbal stereat. Logam ini termasuk ke dalam

kelompok logam-logam golongan IV-A dengan nomor atom 82 dan bobot 207,2

(Palar 1994).

Timbal beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya. Garamnya

yang beracun adalah timbal karbonat (Timbal Putih), timbal tetraoksida (timbal

merah), timbal monoksida, timbal sulfide, timbal asetat merupakan penyebab

keracunan yang paling sering terjadi (Chadha 1995). Bahaya kesehatan yang

ditimbulkan oleh timbal di udara berkaitan dengan ukuran partikelnya. Partikel

yang lebih kecil darai 10 mikrometer dapat tertahan di paru-paru, sedangkan

ukuran yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Timbal yang

diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ lain (Anies 2009). Organ yang

Page 21: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

10

banyak terkena keracunan adalah sistem syaraf, jantung, ginjal, reproduksi,

respirasi dan endokrin yang masing-masing akan memberikan efek yang berbeda

(Palar 1994).

Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan yang

merupakan jalan pemajanan terbesar dan melalui saluran pencernaan, terutama

pada anak-anak dan orang dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang

baik. Absorbsi Timbal udara pada saluran pernafasan 40% dan pada saluran

pencernaan 5-10%, kemudian timbal didistribusikan ke dalam darah 95% terikat

pada sel darah merah, dan sisanya terikat pada plasma. Sebagian besar timbal

disimpan pada jaringan lunak dan tulang. Ekskresi terutama melalui ginjal dan

saluran pencernaan (Darmono 1995).

Absorpsi timbal dalam tubuh melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh

tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar.

Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi

tergantung pada ukuran partikel timbal volume pernafasan dan daya larut. Partikel

yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding

partikel yang lebih kecil. Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran

pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian ditelan. Rata-rata 10-30% timbal

yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan 5-1.0% yang tertelan

diabsorbsi melalui saluran cerna. Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa

partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian

menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal yang di absorbsi

melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal ke

aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan

variasi faal antar individu (Palar 1994).

Distribusi timbal yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh

sebanyak 95% timbal dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal plasma

dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan

pool timbal tubuh lainnya. Timbal plasma dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan

lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang,

kuku, rambut, gigi) (Darmono 1995). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal

Page 22: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

11

yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line

yaitu pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi. Hal itu

merupakan ciri khas keracunan timbal. Pada jaringan lunak sebagian timbal

disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timbal yang ada di jaringan

lunak bersifat toksik.

Timbal diekskresikan malalui kemih (75-80%) dan feses sekitar (15%).

Bahkan setelah absorbsi sedang, timbal dapat dengan cepat muncul di kemih.

Dalam keadaan normal, tubuh biasa menyeimbangkan antara absorbsi dan

ekskresi, dimana jumlah timbal yang diekskresikan dalam kemih, feses, empedu,

keringat, rambut, dan kuku sama dengan timbal yang diabsorbsi. Ekskresi timbal

melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna.

Ekskresi timbal melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif

kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel

epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal melalui ginjal

adalah melalui filtrasi glomerulus. Kadar timbal dalam urine merupakan cerminan

pajanan baru sehingga pemeriksaan timbal urine dipakai untuk pajanan

oskupasional. Pada umumnya ekskresi timbal berjalan sangat lambat. Timbal

waktu paruh di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari

sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Pb

mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non

okupasional (Ardiyanto 2005).

Senyawa timbal yang masuk melalui makanan dan minuman akan

diikutkan ke dalam metabolisme tubuh. Timbal akan masuk terlebih dahulu dalam

sistem pencernaan dan terakumulasi di dalam darah. Selanjutnya melalui

peredaran darah timbal akan masuk ke dalam hati dan lama kelamaan akan

terakumulasi dan mengakibatkan kerusakan hati dengan menginduksi

pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem antioksidan

tubuh sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres oksidatif (Gurer et al. 2000).

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa timbal menyebabkan terjadinya efek

negatif pada kesehatan, khususnya organ hati. Secara umum beberapa efek

merugikan timbal terhadap sistem hepatobiliari meliputi katalisis peroksidasi

Page 23: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

12

lemak jenuh, reduksi pereduksi N-oxide, dan pembentukan radikal hedroksil,

pemberian timbal melalui makanan dapat menyebakabkan kerusakan hati yang

hebat dengan melibatkan radikal-radikal bebas. Pemberian dengan dosis rendah

menimbulkan gangguan dalam proses biokimia normal sistem hepatobilier (Sipos

et al. 2003). Pada inkubasi sel hepar bersama sel kupffer yang dikultur dengan

timbal asetat selama 24 jam terjadi apoptosis sel hepar. Hal ini menunjukan

bahwa timbal asetat mempunyai efek nekrosis langsung pada sel hepar, disamping

menunjukan adanya peran sel kupffer dalam menginduksi apoptosis sel hepar

setelah pemberian timbal asetat melalui sters oksidatif. (Pagliara et al. 2003).

Selain itu menurut Khan (2008) pemberian timbal asetat pada mencit secara

signifikan meningkatkan kadar SGOT SGPT serum darah hati.

Telah dipaparkan bahwa timbal membentuk senyawa mercaptida dengan

gugus thiol cystein dan menurunkan kestabilan kompleks ini dengan asam amino

lain. Hal ini menjadi alasan dari perubahan komponen protein sel. Senyawa-

senyawa dengan gugus thiol bebas adalah pelindung sel terhadap kerusakan oleh

radikal bebas, sehingga bila gugus ini di ikat oleh timbal, maka mekanisme

perlindungan tersebut menjadi tidak cukup tersedia didalam sel. Glutation sebagai

suatu tripeptida yang merupakan pelindung dari radikal bebas akan mereduksi

peroksida-peroksida dan mempertahankan gugus thiol protein dalam keadaan

tereduksi sehingga didapati menurun pada darah dan hati. Hal ini menjadi salah

satu penyebab toksisitas timbal di hati (Gajawat et al. 2006).

4. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa dalam kadar rendah mampu menghambat

oksidasi molekul target sehingga dapat melawan atau menetralisir radikal bebas

(Hariyatmi 2004). Dikenal ada tiga kelompok antioksidan, yaitu antioksidan

enzimatik, antioksidan pemutus rantai dan antioksidan logam transisi terikat

protein. Yang termasuk antioksidan enzimatik adalah superoksida dismutase

(SOD), katalase (CAT), gluthathion peroksidase (GPx), gluthathion reduktase

(GR) dan seruloplasmin. Mekanisme kerja antioksidan enzimatik adalah

mengkatalisir pemusnahan radikal bebas dalam sel. Antioksidan pemutus rantai

adalah molekul kecil yang dapat menerima atau memberi elektron dari atau ke

Page 24: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

13

radikal bebas, sehingga membentuk senyawa baru stabil, misal vitamin E dan

vitamin C. Sedangkan antioksidan logam transisi terikat protein bekerja mengikat

ion logam mencegah radikal bebas Antioksidan merupakan zat yang dapat

menetralkan radikal bebas (Hariyatmi 2004). Radikal bebas adalah suatu atom,

gugus atom atau molekul yang memiliki satu arah atau lebih elektron yang tidak

berpasangan pada orbital paling luar. Radikal bebas sangat diperlukan bagi

kelangsungan beberapa proses fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi

electron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh

(Wresdiyawati et al. 2007). Kerusakan sel akibat molekul radikal bebas dapat

terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah di lampaui atau

menurun (Gitawati 1995). Mekanisme penyerangan radikal bebas dengan

menginduksi peroksidasi pada asam lemak yamg memiliki beberapa ikatan

rangkap pada membran sel lipid bilayer yang menyebabkan reaksi peroksidasi

lipid sehingga terjadi kerusakan pada bagian-bagian dari sel termasuk DNA

(Patrick Lyn 2006). Peroksidasi lipid merupakan suatu rantai reaksi yang tidak

putus-putusnya menghasilkan radikal bebas. Sebagai penangkal radikal bebas

adalah antioksidan (Hariyatmi 2004). Menurut Haleagrahara et al. (2011)

mekanisme pembentukan radikal bebas yang diakibatkan induksi timbal yaitu

dengan membentuk peroksidasi lipid dan degradasi phospolipid, kemudian

menyebabkan membran kehilangan integritas dan meyebabkan kerusakan organ.

5. Vitamin E

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak terdiri dari campuran

dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan d). vitamin E

merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan Low Density

Lipoprotein (LDL). Menurut Dutta-Roy (1994), diacu dalam Hariyatmi (2004)

vitamin E yang larut dalam lemak ini merupakan antioksidan yang melindungi

polyunsaturated faty acid’s (PUFAs) dan komponen sel serta membran sel dari

oksidasi oleh radikal bebas

Page 25: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

14

Gambar 2. Struktur kimia α -tokoferol (Junquieira dan Carneiro 1998).

Vitamin E mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan

hydrogen ke dalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh

peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan

(Krishnamurthy 1983 ; Watson dan Loenard 1986, diacu dalam Hariyatmi 2004).

Vitamin E mampu mempertahankan aktivitas enzim glutamat piruvat

transaminase tikus yang diradiasi UV (Suhartono et al. 2007).

Vitamin E (tokoferol) merupakan suatu zat penyapu radikal bebas lipofilik

dan antioksidan paling banyak dialam. Vitamin E berfungsi sebagai pelindung

terhadap peroksidasi lemak di dalam membran. Vitamin E terdiri dari struktur

tokoferol, dengan berbagai gugus metil melekat padanya dan sebuah rantai sisi

fitil. Diantara struktur tersebut α-tokoferol adalah antioksidan yang paling kuat.

Vitamin E adalah penghenti reaksi penyebar radikal bebas yang efisien di

membran lemak, karena bentuk radikal bebas distabilkan oleh resonansi. Oleh

karena itu radikal vitamin E memiliki kecenderungan kecil untuk mengekstraksi

sebuah atom hidrogen dari senyawa lain dan menyebarkan reaksi.

Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami

yang mambuang radikal bebas dan molekul oksigen. Secara partikular, vitamin E

juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh

(Patrick 2006). Vitamin E dan C berhubungan dengan efektifitas antioksidan

masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya

interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi.

Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan

mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi di ginjal.

Vitamin E adalah vitamin yang larut dengan baik dalam lemak dan

melindungi tubuh dari radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah

penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena

Page 26: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

15

vitamin E berperan dalam suplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh

organ tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan

mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun (Mostafa et al. 2010). Vitamin

E membantu mencegah sterilitas dan destrofi otot.

Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan dalam

kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol dari makanan

diserap oleh usus digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati

melalui sistim limfatik dan saluran darah. Di hati, tokoferol disebarkan ke sel-sel

jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma darah, tokoferol bergabung

dengan lipoprotein, terutama VLDL ( Very Low Density Lipoprotein).

Kira-kira 40 – 60% tokoferol dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap

oleh usus. Peningkatan jumlah yang dikonsumsi akan menurunkan persentase

yang diserap. Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan adiposa, otot dan hati.

Pada orang yang sehat, jumlah vitamin C cadangan cukup digunakan dalam

beberapa bulan. Secara normal, kadar vitamin E dalam plasma darah adalah antara

0,5 – 1,2 mg/ml.

Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat

menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini berkaitan

kemungkinan dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah teroksidasi. Oleh

karena itu kebutuhan vitamin E akan bertambah seiring dengan semakin

bertambahnya konsumsi PUFA. Dengan demikian, peningkatan konsumsi PUFA

yang tidak diikuti dengan peningkatan asupan vitamin E akan menimbulkan

penurunan secara gradual α-tokoferol dalam plasma.

Di dalam hati, α-tokoferol diikat oleh α-TPP (α-tokoferol transfer protein).

Setelah menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, tokoferol dapat teroksidasi

menjadi tokoferil (tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal ini dapat direduksi

kembali menjadi tokoferol oleh kerja sinergi dari antioksidan yang lain, misalnya

vitamin C dan glutation.

Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan dalam beberapa organ,

antara lain hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein. Vitamin E diekskresikan

dari tubuh bersama dengan empedu melalui feses, sebagian lagi melalui urin

Page 27: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

setelah diubah lebih dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang

dapat berkonjugasi dengan glukoronat.

menyatakan bahwa vitamin E memiliki kemampuan untuk menghentikan lipid

peroksida dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogennya dari gugus OH

kepada lipid peroksida yang bersifat radikal sehingga

kurang reaktif dan tidak merusak.

vitamin E diperlukan untuk dapat

dijelaskan pada penelitianya Quratul’Ainy (2006), pemberian vitamin E dapat

menurunkan kadar MDA pada mencit yang diberi paparan asap rokok secara

kronik.

B. Kerangka Berfikir

Gambar 3 Bagan aktivitas vitamin E Menormalkan Kadar serum darah tikus

C. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diper

berpengaruh menurunkan kadar

norvegicus) jantan galur wistar yang dipapar timbal

setelah diubah lebih dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang

dengan glukoronat. Christijanti (2010) dalam penelitianya

menyatakan bahwa vitamin E memiliki kemampuan untuk menghentikan lipid

peroksida dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogennya dari gugus OH

kepada lipid peroksida yang bersifat radikal sehingga menjadi vitamin E yang

kurang reaktif dan tidak merusak. Keberadaan antioksidan nonenzimatik seperti

vitamin E diperlukan untuk dapat mengatasi stress oksidatif dalam tubuh

dijelaskan pada penelitianya Quratul’Ainy (2006), pemberian vitamin E dapat

menurunkan kadar MDA pada mencit yang diberi paparan asap rokok secara

Kerangka Berfikir

Gambar 3 Bagan aktivitas vitamin E Menormalkan Kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus

Hipotesis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pemberian

berpengaruh menurunkan kadar SGPT dan SGOT serum darah tikus putih (

alur wistar yang dipapar timbal.

16

setelah diubah lebih dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang

dalam penelitianya

menyatakan bahwa vitamin E memiliki kemampuan untuk menghentikan lipid

peroksida dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogennya dari gugus OH

menjadi vitamin E yang

eberadaan antioksidan nonenzimatik seperti

mengatasi stress oksidatif dalam tubuh seperti

dijelaskan pada penelitianya Quratul’Ainy (2006), pemberian vitamin E dapat

menurunkan kadar MDA pada mencit yang diberi paparan asap rokok secara

SGOT dan SGPT

pemberian Vitamin E

serum darah tikus putih (Rattus

Page 28: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Negeri Semarang Selama 6 bulan.

B. Populasi dan sampel penelitian

Populasi yang digunakan adalah tikus jantan (Rattus norvegicus) galur

wistar, karena tikus memiliki tingkat kemiripan metabolisme dengan manusia dan

tikus jantan memiliki metabolisme yang lebih stabil dibanding dengan tikus betina

yang mengalami siklus estrus. Sampel yang digunakan yaitu 20 ekor tikus putih

strain wistar jantan berumur 2-2,5 bulan dengan berat badan 150-180 gram yang

diperoleh dari Laboratorium Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas berupa pemberian timbal dan vitamin E secara peroral.

2. Variabel tergantung berupa kadar SGOT dan SGPT serum darah tikus putih.

3. Variabel kendali berupa jenis kelamin, umur tikus, pakan.

D. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan merupakan penelitian eksperimental laboratorium

dengan rancangan : “post test randomized control group design”.

Tabel 1 Matrik penelitian

Kelompok Perlakuan

I Aquades

II Timbal asetat 175 mg/ tikus

III Vit E 1,44 mg/ tikus dan Timbal Asetat 175 mg/ tikus

IV Vit E 2,16 mg/ tikus dan Timbal Asetat 175 mg/ tikus

Keterangan : Timbal asetat dan vitamin E diberikan selama 21 hari, pada

kelompok III dan IV timbal asetat diberikan setelah satu jam

pemberian vitamin E karena diharapkan dapat menjadi proteksi dari

radikal bebas.

17

Page 29: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

18

E. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kandang tikus

b. Timbangan

c. Sonde oral

d. Gelas ukur dan pengaduk kaca

e. Tube 1.5 ml

f. Mikrohematokrit

g. Micropippet

h. Spektrofotometri

2. Bahan yang digunakan dalm penelitian ini adalah :

a. Larutan Timbal Asetat Pb(C2H3O2)2

b. Vitamin E

c. aquades

d. Tikus putih jantan galur wistar umur 2-3 bulan

e. Kit Diasys ALT dan AST

f. Serum darah tikus

g. Olive oil sebagai pelarut vitamin E

h. Pakan dan air minum untuk tikus

F. Prosedur penelitian

1. Persiapan penelitian

a. menyiapkan kandang tikus putih lengkap dengan tempat pakan dan minum.

b. Menyiapkan larutan timbal asetat dan vitamin E.

2. Penentuan Dosis Timbal Asetat dan Vitamin E

a. Dosis timbal Asetat

Menurut Luthfiyah (2006), yang menyatakan bahwa dengan dosis 25 mg/

mencit/hari pada mencit telah menyebabkan perubahan hispatologi. Untuk

konversi dari mencit ke tikus dikalikan 7, sehingga dosisnya untuk tikus menjadi

25 mg/ mencit/ hari x 7 = 175 mg/ tikus/ hari di larutkan kedalam aquades 2ml

selama 21 hari.

b. Dosis Vitmin E

1 mg = 1,49 IU (Linder dalam Sony 2009)

1 IU = 1/1,49 = 0,67 mg

Manusia = 120 IU/ hari = 80 mg/hari (Christijanti et al. 2010)

Tikus = 0,018 x 80 mg = 1,44 mg/hari dilarutkan dalam 2 ml olive oil.

Page 30: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

Vitamin E dibuat larutan stok, untuk dosis 1,44 mg/

mg dilarutkan dalam 42

x 5 x 21 =226,8 mg dilarutkan dalam 420 ml olive oil

untuk tiap ekor tikus.

3. Pelaksanaan penelitian

Gambar 4. Bagan rancangan penelitian

a. Membagi secara acak hewan percobaan

kelompok yang masin

b. Menimbang berat badan awal tikus dan menandai tikus putih dengan asam

pikrat.

c. Melaksanakan penelitian sesuai dengan matrik tabel 1

d. Pemberian Timbal Asetat dilakukan dalam selang waktu satu jam setelah

pemberian vitamin E

dapat dimetabolisme oleh tubuh dan dapat sebagai proteksi dari radikal bebas.

Vitamin E dibuat larutan stok, untuk dosis 1,44 mg/ tikus/ hari x 5 x

mg dilarutkan dalam 420 ml olive oil, sedangkan untuk dosis 2,16 mg/

dilarutkan dalam 420 ml olive oil kemudian di sondekan 2 ml

untuk tiap ekor tikus.

Pelaksanaan penelitian

. Bagan rancangan penelitian

Membagi secara acak hewan percobaan 20 ekor tikus putih menjadi 4

kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor.

Menimbang berat badan awal tikus dan menandai tikus putih dengan asam

Melaksanakan penelitian sesuai dengan matrik tabel 1.

Pemberian Timbal Asetat dilakukan dalam selang waktu satu jam setelah

berian vitamin E secara per oral. Diharapkan setelah satu jam vitamin E

dapat dimetabolisme oleh tubuh dan dapat sebagai proteksi dari radikal bebas.

19

hari x 5 x 21 =151,2

, sedangkan untuk dosis 2,16 mg/ tikus/ hari

kemudian di sondekan 2 ml

ekor tikus putih menjadi 4

Menimbang berat badan awal tikus dan menandai tikus putih dengan asam

Pemberian Timbal Asetat dilakukan dalam selang waktu satu jam setelah

setelah satu jam vitamin E

dapat dimetabolisme oleh tubuh dan dapat sebagai proteksi dari radikal bebas.

Page 31: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

20

e. Perlakuan di berikan sealama 21 hari karena menurut penelitian Luthfiyah

(2006) sudah memberikan efek kerusakan pada hati dan diberikan makan dan

minum setiap harinya.

f. Pada hari ke 22 tikus diambil darahnya melalui pleksus retro orbotalis dengan

menggunakan mikrihematokrit kemudian diukur kadar SGOT dan SGPT.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Pengukuran kadar SGPT dan SGOT

Pengambilan darah tikus dilakukan dengan menggunakan mikrohematokrit

melalui pleksus retro orbitalis. Sampel darah dimasukan ke dalam tabung reaksi

tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serumnya. Tabung reaksi yang berisi

darah tanpa antikoagulan didiamkan selama 60 menit pada suhu kamar. Kemudian

disentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selam 15 menit. Cairan bening di atas sel

darah yang menggumpal selanjutnya diambil dengan pipet mikro dan dimasukan

ke dalam tabung ependorf. Kemudian dilakukan pengukuran kadar SGOT dan

SGPT dengan menggunakan regen kit menurut metode photometric system.

Reagen SGOT terdiri dari reagen I : TRIS, L-aspartat, malat

dehidrogenase, laktat dehidrogenase dan reagen II : 2-oksaloglutarat, NADH.

Regaen SGPT tterdiri dari reagen I: TRISS, L-alanin, Laktat dehidrogenase dan

Reagen II : 2-oksaloglutarat, NADH.

Cara mengukur SGOT :

Dengan menggunakan kit SGOT kuvet I sebagai blanko di beri 100 ml

akuades dan 1000 ml reagen I. setelah dicampur dan di inkubasi 5 menit pada

suhu 370 C. masing-masing kuvet di campur di tambah 250 ml reagen II. Setelah

tercampur dan di inkubasi 1 menit pada suhu yang sama, di tentukan Optical

density (OD) nya dengan spektofotometer pda panjang gelombang 365 nm.

Pembacaan OD di ulang 3 kali dengan interval waktu 1 menit. Delta absorben/

menit selanjutnya dikalikan faktor konversi sebesar 3971 untuk mendapatlkan

kadar SGOT (Dialab 2006).

Page 32: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

21

Cara mengukur SGPT :

Dengan menggunakan kit SGOT kuvet I sebagai blanko di beri 100 ml

akuades dan 1000 ml reagen I. setelah dicampur dan di inkubasi 5 menit pada

suhu 370 C. masing-masing kuvet di campur di tambah 250 ml reagen II. Setelah

tercampur dan di inkubasi 1 menit pada suhu yang sama, di tentukan Optical

density (OD) nya dengan spektofotometer pda panjang gelombang 365 nm.

Pembacaan OD di ulang 3 kali dengan interval waktu 1 menit. Delta absorben/

menit selanjutnya dikalikan faktor konversi sebesar 3971 untuk mendapatkan

kadar SGOT (Dialab 2006).

H. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa kadar SGOT dan SGPT dianalisis statistik

menggunakan ANAVA satu arah pada taraf uji 5 %. Bila terdapat perbedaan akan

dilanjutkan dengan uji BNT ( Beda Nyata Terkecil).

Adapun rumus analisis varian satu arah adalah sebagai berikut:

Derajat kebebasan (db)Db total = (t x r)-1Db perlakuan = (t – 1)Db galat = t(r – 1)

Keterangan : t = perlakuan R= ulangan

Faktor koreksi (FK)

FK = (∑∑ )

n = jumlah seluruh pengamatan Jumlah kuadrat (JK)

JK total = ∑∑X² - FK

JK perlakuan = ∑(∑ )² − FK

JK galat = JK total – JK perlakuan Ku adrat tengah (KT)

KT perlakuan =

KT galat =

F hitung

Page 33: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

22

F hitung =

Tabel 2. Tabel anavaSK Db JK KT FH FT 5%

Perlakuan

Galat

Total

(t - 1)

t(r – 1)

(t x r)-1

∑(∑X)²− FKJKtot – JK perl

∑∑X² - FK

Keterangan :

SK = Sumber KeragamanDb = Derajat KebebasanJK = Jumlah Kuadrat

F = Uji FKT = Kuadrat Tengah

Apabila uji F signifikan, maka untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada

masing-masing kelompok, dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Rumus

yang digunakan adalah

BNT 5% = tα √

Page 34: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah pemberian timbal 175 mg/ kgBB, dan kombinasi antara timbal 175

mg/kgBB dengan vitamin E 1,44 mg/kgBB, serta timbal 175 mg/ kgBB dengan

vitamin E 2,16 mg/ kgBB selama 21 hari, pada hari ke 22 dilakukan pengukuran

kadar SGOT dan SGPT dengan menggunakan spektofotometer, data hasil

penelitian di sajikan sebagai berikut :

1. Kadar SGPT

Kadar rerata SGPT disajikan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik rerata kadar SGPT yang diberi vitamin E dan timbal per oral (U/ L)

Berdasarkan Gambar 5. rerata kadar SGPT pada pemberian timbal 175

mg/tikus lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol, sedangkan untuk

kombinasi pemberian timbal dan vitamin E 1,44 mg/tikus dan 2,16 mg/tikus

berturut menurun dibandingkan dari pemberian timbal saja. Untuk mengetahui

peningkatan dan penurunan rerata kadar SGPT tersebut ada perbedaan antar

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV

kad

ar S

GP

T U

/L

kelompok

Grafik rerata kadar SGPT yang diberi vitamin E dan timbal per oral

23

Page 35: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

24

kelompok, maka dilakukan analisis dengan perhitungan ANAVA satu arah pada

taraf uji 5 % yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil ANAVA satu arah kadar SGPT yang diberi vitamin E dan timbal per oral

SK Db JK KT FH FT 5%

Perlakuan 3. 17.967,4 5.989,13

Galat 16 11.510,8 719,43 8,32* 3,49

Total 19 29.478

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Hasil perhitungan ANAVA satu arah menunjukan bahwa Fhit (8,32) lebih

besar daripada Ftab (3,49), hal ini menunjukan minimal ada satu kelompok

perlakuan yang berbeda dengan kelompok lainya. Selanjutnya untuk mengetahui

perbedaan antar kelompok perlakuan dilakukan uji BNT pada taraf uji 5 % yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata dan hasil uji lanjut BNT kadar SGPT yang diberi vitamin E dan timbal per oral

Kelompok Rerata

IIIIIIIV

53,2 ± 5,02a

135 ± 16,73 b

111,2 ± 29,9 c b

91,4 ± 40,96 d c

Keterangan : a,b,c,d : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Tabel 4, menunjukan bahwa hasil uji lanjut BNT kadar SGPT antara

kelompok I dengan kelompok II, III, IV berbeda nyata. Kelompok II dengan

kelompok III tidak berbeda nyata, sedangkan untuk kelompok II dengan

kelompok IV berbeda nyata. Kelompok III dengan kelompok IV tidak berbeda

nyata.

Page 36: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

25

2. Kadar SGOT

Kadar rerata SGOT di sajikan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 6. Grafik rerata kadar SGOT yang diberi vitamin E dan timbal per oral (U/ L)

Berdasarkan Gambar 6 rerata kadar SGOT pada pemberian timbal 175

mg/tikus lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol, sedangkan untuk

kombinasi pemberian timbal dan vitamin E 1,44 mg/tikus dan 2,16 mg/tikus

berturut menurun walaupun di grafik terlihat sebanding dibandingkan dari

pemberian timbal saja. Untuk mengetahui peningkatan dan penurunan rerata kadar

SGOT tersebut ada perbedaan antar kelompok, maka dilakukan analisis dengan

perhitungan ANAVA satu arah pada taraf uji 5 % yang hasilnya dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Hasil ANAVA satu arah kadar SGOT yang diberi vitamin E dan timbal per oral

SK Db JK KT FH FT 5%Perlakuan 3 17.732,5 5.910,8Galat 16 23.050 1.440,6 4,1* 3,49Total 19 40.782,5

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

020406080

100120140160180

I II III IV

kad

ar S

GO

T U

/L

kelompok

Grafik rerata kadar SGOT yang diberi vitamin E dan timbal per oral

Page 37: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

26

Hasil perhitungan ANAVA satu arah menunjukan bahwa Fhit (4,1) lebih

besar daripada Ftab (3,49), hal ini menunjukan minimal ada satu kelompok

perlakuan yang berbeda dengan kelompok lainya. Selanjutnya untuk mengetahui

perbedaan antar kelompok perlakuan dilakukan uji BNT pada taraf uji 5 % dan

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rerata dan hasil uji lanjut BNT kadar SGOT yang diberi vitamin E dan timbal per oral

Kelompok RerataIIIIIIIV

89 ± 14,28 a

159,2 ± 61,24 b

91,4 ± 35,89 a c

91 ± 22,8 a d c

Keterangan : a,b,c,d : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Berdasarkan pada Tabel 6, diketahui bahwa hasil uji lanjut BNT kadar

SGOT antara kelompok I dengan kelompok II berbeda nyata sedangkan antara

kelompok I dengan kelompok III, IV tidak berbeda nyata. Kelompok II dengan

kelompok III, IV berbeda nyata. Kelompok III dengan kelompok IV tidak

berbeda nyata.

B. Pembahasan

Dalam penelitian ini digunakan tikus jantan, berumur 2-2,5 bulan dengan

berat antara 150 – 180 g, dan pemilihan sampel dilakukan secara acak, sehingga

dapat diasumsikan bahwa sampel mempunyai kondisi yang sama pada awal

percobaan. Hasil ANAVA satu arah menunjukan bahwa pemberian antioksidan

vitamin E berpengaruh signifikan pada kadar SGPT dan SGOT tikus putih yang di

papar timbal.

Berdasarkan hasil uji lanjut BNT diketahui bahwa kelompok II ( kelompok

yang dipapar timbal 175 mg/tikus) berbeda nyata dengan kelompok I ( kelompok

kontrol), kadar SGPT dan SGOT kelompok II lebih tinggi di banding kelompok I.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemaparan timbal pada tikus putih

mengakibatkan kerusakan sel hati yang diindikasikan dengan kenaikan kadar

SGPT dan SGOT.

Page 38: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

27

Tingginya kadar timbal dalam darah akan mengakibatkan semakin tinggi

pula tingkat kerusakan sel hati karena timbal yang diedarkan oleh darah akan

berikatan dengan lipid dari membran sel hati membentuk peroksidasi lipid dan

menginduksi pembentukan radikal bebas, hal ini sesaui dengan hasil penelitian

Gajawat et al. (2006). Timbal yang masuk melalui makanan dan minuman akan

diikutkan ke dalam metabolisme tubuh. Timbal akan masuk terlebih dahulu dalam

sistem pencernaan dan terakumulasi di dalam darah selanjutnya akan diedarkan ke

hati dan menginduksi terbentuknya radikal bebas, hal tersebut sesuai hasil

penelitian Gurer et al. (2000). Semakin tinggi kerusakan hati semakin tinggi pula

kadar SGOT dan SGPT dalam darah.

Timbal di yang masuk ke dalam tubuh akan menjadi suatu senyawa kimia

Pb2+ yang memiliki atom bebas pada lapisan luarnya. Timbal berubah menjadi

radikal bebas karena memiliki atom yang bebas dan berusaha untuk melengkapi

lapisan luarnya agar lebih stabil dengan mengikat molekul lain dari organ tubuh.

Dalam mencapai kestabilan tersebut Pb2+ akan mengikat lipid dari membran

hepatosit hati dan membentuk peroksidasi lipid sehingga dalam jangka waktu

lama akan menyebabkan stres oksidatif dan kerusakan pada membran hepatosit

hati (Pala 2007, Casado 2007).

Pemaparan timbal dalam jangka waktu yang cukup lama dapat

mengakibatkan kerusakan hati. Distribusi timbal yang diabsorsi di dalam tubuh

diangkut oleh darah dan diedarkan ke organ-organ tubuh, sebanyak 95% timbal

dalam darah akan diikat oleh eritrosit. Timbal plasma akan di edarkan ke dua

bagian jaringan yaitu ke jaringan lunak terutama hati dan ke jaringan keras sesuai

yang dijelaskan oleh Palar (1994). Menurut Gurer et al. (2000) timbal yang masuk

melalui makanan dan minuman akan ikut ke dalam metabolisme tubuh. Timbal

masuk terlebih dahulu dalam sistem pencernaan dan terakumulasi di dalam darah.

Selanjutnya melalui peredaran darah timbal akan masuk ke dalam hati dan lama

kelamaan akan terakumulasi dan mengakibatkan kerusakan hati dengan

menginduksi pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem

antioksidan tubuh sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres oksidatif.

Page 39: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

28

Stres oksidatif menyebabkan katalisis peroksida asam lemak jenuh,

reduksi pereduksi N-oxide, dan pembentukan radikal hidroksil. Pemberian

senyawa timbal melalui makanan menyebabkan kerusakan hati yang hebat dengan

melibatkan pembentukan radikal-radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah

berlebih di dalam tubuh sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan

sel, asam nukleat, protein dan asam lemak. Perusakan sel oleh radikal bebas

reaktif didahului oleh kerusakan membran sel antara lain mengubah fluiditas,

struktur dan fungsi membran sel sesuai yang di jelaskan oleh Sipos et al. (2003).

Timbal merupakan senyawa lipofilik akibatnya ketika timbal ditransfer ke

hati oleh darah timbal akan mudah berikatan dengan lipid dari membran sel hati

dan membentuk peroksidasi lipid. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan

menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel hati. Nekrosis dan kerusakan sel hati ini

akan mengakibatkan keluarnya enzim aminotransferase yaitu SGOT (Serum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase) di dalam darah. Enzim ini sering dikenal sebagai penanda

kerusakan atau kelainan. Fosfolipid yang menjadi unsur utama dalam membran

plasma seringkali menjadi subjek peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid dapat

berikatan dengan timbal akan meningkatkan permeabilitas membran dan

mengganggu distribusi ion-ion yang mengakibatkan kerusakan sel dan organela.

Analisis data membuktikan bahwa stress oksidatif yang diakibatkan timbal

terlebih dahulu menyerang membran plasma hati ditandai dengan penigkatan

kadar SGPT yang mencapai dua kali lipat dibandingkan pada kelompok II. Seperti

yang telah diketahui bahwa enzim SGPT lebih banyak terkonsentrasi di membran

dan sitoplasma sel hati, hal ini sesaui dengan hasil penelitian Gajawat et al.

(2006).

Timbal dapat menyebabkan produktivitas dan peningkatan kelompok

oksigen reaktif (ROS) serta secara langsung menekan sistem antioksidan tubuh

dan menimbulkan peroksidasi lipid. Kelompok oksigen reaktif (ROS) dapat

bereaksi dan menyebabkan kerusakan pada banyak molekul di dalam sel, hal ini

sesuai hasil penelitian Patrick (2006) jika kelompok oksigen reaktif (ROS) dalam

Page 40: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

29

tubuh berlebih akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas yang akan

mengakibatkan kerusakan organ.

Berdasarkan hasil pengujian BNT perbandingan kadar SGPT antara

kelompok II dan III tidak berbeda nyata, sedangkan untuk kelompok II dan IV

berbeda nyata. Hal ini menunjukan bahwa bahwa vitamin E pada kelompok III

(1,44 mg/tikus) belum bisa menurunkan secara signifikan kadar SGPT yang

terpapar timbal, sedangkan vitamin E pada kelompok IV (2,16 mg/tikus) dapat

menurunkan secara signifikan kadar SGPT yang terpapar timbal tetapi

penurunanya masih jauh dari kadar SGPT normal.

Hasil pengujian BNT pada kadar SGOT menunjukan bahwa kelompok II

berbeda nyata dengan kelompok III dan IV sedangkan pada kelompok I tidak

berbeda nyata dengan kelompok III dan IV. Hal ini menunjukan bahwa vitamin E

pada kelompok III (1,44 mg/tikus) dan kelompok IV (2,16 mg/tikus) dapat

menurunkan kadar SGOT dan penurunannya dapat mendekati keadaan normal.

Vitamin E mampu berperan sebagai antioksidan pemutus rantai reaksi

dalam melindungi hepatosit dari radikal bebas dan menetralisir efek yang yang

ditimbulkan dari paparan timbal serta sebagai antioksidan preventif. Vitamin E

berperan sebagai antioksidan preventif dengan cara menghambat tahap inisiasi

pembentukan radikal bebas. Vitamin E dapat bereaksi dengan rantai peroksil dan

radikal aloksil, sehingga akan mengahambat pembentukan radikal bebas.

Pemberian vitamin E akan mengakibatkan radikal bebas yang dibentuk akibat

paparan timbal bisa di stabilkan dan tidak reaktif (Patrick 2006).

Menurut Hariyatmi (2004) vitamin E mengendalikan peroksida lemak

dengan menyumbangkan hydrogen ke dalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan

yang dilakukan oleh peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat

membatasi kerusakan. Vitamin E akan menyerahkan atom H dari gugus –OH ke

dalam radikal bebas, sehingga radikal bebas akan stabil dan tidak reaktif. Menurut

Mostafa et al. (2010) Vitamin E merupakan suatu zat penyapu radikal bebas

lipofilik dan antioksidan paling banyak di alam. Vitamin E berfungsi sebagai

pelindung terhadap peroksidasi lemak di dalam membran. Hal ini sama dengan

sifat timbal yang mempungai sifat lipofilik sehingga dalam hal ini vitamin ini E

Page 41: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

30

sesuai untuk dijadikan antioksidan terhadap paparan radikal bebas dari timbal.

Vitamin E dapat mencegah timbal untuk menjadi radikal bebas di dalam membran

sel hati sebelum menjadi peroksidasi lipid sehingga menjadi stabil dan tidak

reaktif.

Berdasarkan hasil uji BNT pebandingan antara kelompok III dan IV yang

diberi perlakuan vitamin E dengan dosis bertingkat pada kadar SGOT dan SGPT

tidak terlihat perbedaan yang nyata. Hal ini dapat dikatakan bahwa peningkatan

dosis vitamin E belum bisa menurunkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan,

karena selisih dosis antara kelompok III (1,44 mg/tikus) dan kelompok IV (2,16

mg/tikus) tidak terlalu besar, sehingga kemungkinan aktivitas antioksidan vitamin

E antara kedua dosis tersebut tidak berbeda jauh, walaupun jika di lihat dari angka

terdapat penurunan kadar SGPT dan SGOT tetapi belum bisa dikatakan

signifikan. Penurunan kadar SGPT dan SGOT serta tersebut diduga disebabkan

oleh mekanisme antioksidan vitamin E. Vitamin E akan mengikat radikal bebas

dari timbal dengan menyerahkan atom H dari gugus –OH ke dalam radikal bebas,

sehingga radikal bebas akan stabil dan tidak reaktif (Mostafa et al. 2010).

Christijanti dkk (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa vitamin E

memiliki kemampuan untuk menghentikan lipid peroksida dengan cara

menyumbangkan satu atom hidrogennya dari gugus OH kepada lipid peroksida

yang bersifat radikal sehingga menjadi radikal bebas yang kurang reaktif dan

tidak merusak. Menurut Hariyatmi (2004) Kandungan alfa tokoferol dapat

berfungsi mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan hidrogen ke

dalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh peroksida,

sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan sel.

Pemberian Vitamin E sebagai antioksidan dapat mencegah kerusakan membran

sel hati akibat paparan timbal sehingga enzim SGPT dan SGOT tidak keluar ke

peredaran darah, akibatnya kadar enzim SGPT dan SGOT di dalam darah akan

menurun dan menuju ke arah normal.

Page 42: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian vitamin E berpengaruh menurunkan kadar SGPT dan SGOT serum

darah tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dipapar timbal.

B. Saran

1. Pada penelitian ini pemberian dosis pada kelompok IV (2,16 mg/tikus) belum

dapat menurunkan SGPT mendekati normal, diharapkan dengan pemberian

dosis yang lebih bervariasi bisa mendapatkan dosis yang optimal untuk

menurunkan SGPT.

2. Sebelum sampel tikus di papar timbal perlu dilakukan uji pendahuluan untuk

mengetahui kadar SGOT, SGPT, dan timbal dalam darah.

31

Page 43: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

32

Daftar Pustaka

Anies. 2009. Cepat Tua Akibat Radiasi ?. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Ardiyanto, D. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) dalam Darah Masyarakat Yang terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2(1) :67-76.

Cadha. 1995. Timbal, Ilmu Forensik dan Toksikologi Edisi 5. Widya Medika : Jakarta.

Casado M.F, Cecchini A.L, Simao A.N.C, Oliveira R.D, & Cecchini R. 2007. Free Radical-mediated Pre-hemolytic Injuri in Human Blood Cells Subjected to Lead Asetat as Evaluated by Chemiluminescence. Food and chemical Toxicology. Vol 45(6) : 945-952

Christijanti W, Nur Rahayu U, & Arya Iswara. 2010. Efek Pemberian Antioksidan Vitamin C dan E terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Terpapar Allethrin. Biosaintifika. Vol. 2; 18-26.

Darmono.1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI press : Jakarta

Dedy S. 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologi Hati Mencit yang di Papar Plumbum (Tesis). Sumatra Utara: Universitas Sumatra8 Utara.

Dialab. 2006. Liquid Reagents of GOT (AST). DIALAB Production von chemish-technishen : Austria

.2006. Liquid Reagents of GPT (ALT). DIALAB Production von chemish-technishen : Austria

Gajawat S, Sancheti G, & Goyal Pk. 2006. Protection Against Lead Induced Hepatic Lesion in Swiss Albino Mice by absorbis Acid. Pharmologionline. 1 :140-149.

Gitawati R. 1995. Radikal Bebas, Sifat, dan Peranan Dalam Menimbulkan Kerusakan atau Kematian Sel. Cermin Dunia Kedokteran. No 102 :59-66

Gurer H, & Ercal N. 2000. Can antioksidan be Benefical in The treatmen of lead Posioning? Free Radic Biol Med. 29(10): 927-945.

Guyton C.A & John E.H . 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : Kedokteran EGC

Page 44: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

33

Haleagrahara N, Srikumar C, Anupama B.K, & Ammu R. 2011. Effects of chronic lead acetate exposure on bone marrow lipid peroxidation and antioxidant enzyme activities in rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 5(7) :923-929.

Hariyatmi. 2004. Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada usia lanjut. Jurnal MIPA UMS. 14 : 52-60.

Junqueira L. Carlos, jose Carneiro, & Robert O kelley. 1998. Histologi Dasar Edisi ke 8. Jakarta : kedokteran EGC.

Khan. M.S.H, M. Mostosa, M.S. Jahan, M. A. Sayed & M. A. Hossain. 2008. Effect Of Garlic and Vitamin B-Complex in Lead Acetate Induced Toxicities in mice. Bangladesh Society for Veterinary Medicine.6(2) : 203-210.

Lehninger Al. 1993. Dasar-dasar Biokima Jilid II. Diterjemahkan Oleh maggy Thene widjaja. Jakarta Erlangga.

Lu CF. 1995. Toksikologi Dasar, ED 2. UI Press.

Luthfyiyah, S. 2006. Pengaruh Pemberian Plumbum (Pb) Asetat Peroral Terhadap Gambaran Histologik Hepar Mencit (Tesis). UNAIR.

Meyes PA, Dk Granner, VW Rodwell & DW Martin. 1991. Biokimia. Alih Bahasa Iyan Darmawan. Jakarta : Buku kedokteran EGC

Mostafa M.H, Hoda S.I, Yousria A.M, & Seham M. 2010. Effect of Alpha Acid and Vitamin E on Heavy Metals Intoxication in Male Albino Rats. Journal of America Science. 6(8) : 56-63.

Nirmalida, S. 2004. Bahaya Pencemaran Timbal Pada Minuman dan Makanan (Skripsi). Jurusan Biologi Universitas Lambung Mangkurat.

Pagliara P, Carla EC, Caforio S, Chionna A, & Abbro L. 2003. Kupffer cells Promote Lead Nitrate Induced Hepatocyte Apoptosis via Oxidatve stress. Comparative Hepatology. 2(8) :1-13.

Pala, FS & Kiymet, T. 2007. Free radical : Our Enemies or friends ?. Advances in Molecular Biology. (1) : 63-69

Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta. Hal: 23-56

Page 45: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

34

Patrick, L. 2006. Lead Toxicity Part II: The Role of Free Radical Damage and theUse of Antioxidants in the Pathology and Treatment of Lead Toxicity. Alternative Medicine Review. 11(2) : 114-127.

Quratul’ainy, S. 2006. Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit Jantan Strain Balb/C yang Diberi Paparan Asap Rokok (Skripsi). Fakultas Kedokteran UNDIP

Sadikin M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika

Sipos P, Szentmihaly K, Feher E, & Abaza M. 2003. Some Effect of Lead Contamination on Liver and Gallblader Bile. Acta Biologica Szegebdiensis. 47(1-4) : 139-142.

Smith JB, & Mangkoewidjoyo S.1988. Pemeliharaan,Pembiakan dan Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis. Jakarta : Universitas Indonesia.

Suhartono E., Fachir, & Setiawan B. 2007. Stres Oksidatif Dasar dan Penyakit. Banjarmasin : Pustaka Banua.

Sony, B. 2009. Aktivitas Antioksidan Vitamin C dan E Pada Kadar SGOT dan SGPT Serum Darah Tikus Putih yang Terpapar Allethrin (Skripsi). Semarang : UNNES

Wibowo AW, L Maslachah & R. Bijanti.2008. Pengaruh pemberian Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) Diet tinggi Lemak. Jurnal Veterineria Medika Universitas Airlangga Vol. 1: 1-5

Wresdiyati T, Astuti S, Muchtadi D, Astawan M, & Purwantara B. 2008. Kadar peroksida lipid dan aktivitas superoksida dismutase (SOD) testis tikus yang diberi tepung kedelai kaya isoflavon, seng (Zn), dan vitamin E. Media Kedokteran Bandung. 11(2) :59-66.

.

Page 46: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

35

Lampiran I

Perhitungan ANAVA satu arah kadar SGPT

Ulanganperlakuan

I II III IV1 50 139 60 992 52 159 119 1393 50 119 139 1194 62 119 119 605 52 139 119 40ƩX 266 675 556 457X 53,2±5,02 135±16,73 111,2±29,9 91,4±40,96

ƩƩX 1954

Derajat kebebasan (db)Db total = (perlakuan x ulangan) -1

= (t x r)-1= (4 x 5) – 1= 19

Db perlakuan = t – 1= 4 – 1= 3

Db galat = t(r – 1)= 4 (5 – 1)= 16

Faktor koreksi (FK)

FK = (∑∑ ) = ( ) = . . = 190.905,8

Jumlah kuadrat (JK)JK total = ∑∑X² - FK

= (502 + 522+ . . . .+ 402) – 190.905,8= 220.389 – 190.905,8= 29.478,2

Page 47: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

36

JK perlakuan =∑(∑ )²

- FK

= ( ² ² …. ²)

– 190.905,8

= 208.873,2 – 190.905,8 = 17.967,4

JK galat = JK total – JK perlakuan= 29.478,2 – 17.967,4= 11.510,8

Kuadrat tengah (KT)

KT perlakuan =

= . ,

= 5.989,13

KT galat =

= . ,

= 719,43

F hitung

F hitung =

= . ,

,= 8,32

SK Db JK KT FH FT 5%

Perlakuan

Galat

Total

3

16

19

17.967,4

11.510,8

29.478

5.989,13

719,43 8,32* 3,49

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Page 48: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

37

Lampiran II

Perhitungan uji BNT kadar SGPT

BNT 5%= t α√

= 2,179 ( ,

= 2,179 x 16,96

= 36,96

Hasil uji BNT kadar SGPT

1. Kelompok kontrol dengan kelompok yang lainyaI – II : 53,2 – 135 = 81,8 > 36,96 , berbeda nyataI – III : 53,2 – 111,2 = 58 > 36,96 , berbeda nyataI – IV : 53,2 – 91,4 =38,2 > 36,96 , berbeda nyata

2. Kelompok yang diberi timbal 175 mg dengan kelompok yang lainyaII – III : 135 – 111,2 = 23,8 < 36,96 , tidak berbeda nyataII _ IV : 135 – 91,4 = 43,6 > 36,96 , berbeda nyata

3. Kelompok yang di beri vitamin E 1,44 mg dengan kelompok yang lainyaIII – IV : 111,2 – 91,4 = 19,8 < 36,96 , tidak berbeda nyata

Kelompok Rerata I II III IV

I

II

III

IV

53,2 ± 5,02

135 ± 16,73

111,2 ± 29,9

91,4 ± 40,96

81,8A

58A

38,2A

23,8B

43,6A 19,8B

Keterangan : A : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 % B : tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Page 49: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

38

LAMPIRAN III

Perhitungan ANAVA satu arah kadar SGOT

UlanganPerlakuan

I II III IV1 91 199 119 592 83 60 79 993 79 199 60 1194 113 139 139 795 79 199 60 99ƩX 445 796 457 455X 89 ± 14,28 159,2 ± 61,24 91,4 ± 35,89 91 ± 22,8

ƩƩX 2.153

Derajat kebebasan (db)Db total = (perlakuan x ulangan) -1

= (t x r)-1= (4 x 5) – 1= 19

Db perlakuan = t – 1= 4 – 1= 3

Db galat = t(r – 1)= 4 (5 – 1)= 16

Faktor koreksi (FK)

FK = (∑∑ ) = ( . ) = . . = 231.770,5

Jumlah kuadrat (JK)JK total = ∑∑X² - FK

= (912 + 832+ . . . .+ 992) – 231.770,5= 272.553 – 231.770,5= 40.782,5

Page 50: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

39

JK perlakuan = ∑(∑ )²

- FK

= ( ² ² …. ²)

– 231.770,5

= 249.503 – 231.770,5= 17.732,5

JK galat = JK total – JK perlakuan= 40.782,5– 17.732,5= 23.050

Kuadrat tengah (KT)

KT perlakuan =

= . ,

= 5.910,8

KT galat =

= . ,

= 1.440,6

F hitung

F hitung =

= . ,. ,

= 4,1

SK Db JK KT FH FT 5%

Perlakuan

Galat

Total

3

16

19

17. 732,5

23.050

40.782,5

5.910,8

1.440,6 4,1* 3,49

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Page 51: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

40

Lampiran IV

Perhitungan uji BNT kadar SGOT

BNT 5%= t α√

= 2,179 ( , )

= 2,179 x 24

= 52,3

Hasil uji BNT kadar SGOT

4. Kelompok kontrol dengan kelompok yang lainyaI – II : 89 – 159,2 = 70,2 > 52,3 , berbeda nyataI – III : 89 – 91,4 = 2,4 > 52,3 , tidak berbeda nyataI – IV : 89 – 91 = 2 > 52,3 ,tidak berbeda nyata

5. Kelompok yang diberi timbal 175 mg dengan kelompok yang lainyaII – III : 159,2 – 91,4= 67,8 < 52,3 , berbeda nyataII _ IV : 159,2 – 91 = 68,2 > 52,3 , berbeda nyata

6. Kelompok yang di beri vitamin E 1,44 mg dengan kelompok yang lainyaIII – IV : 91,4 – 91 = 0,4 < 52,3 , tidak berbeda nyata

Kelompok Rerata I II III IV

I

II

III

IV

89 ± 14,28

159,2 ± 61,24

91,4 ± 35,89

91 ± 22,8

70,2A

2,4B

2B

67,8A

68,2A 0,4B

Keterangan : A : berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 % B: tidak berbeda nyata pada taraf kesalahan 5 %

Page 52: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

41

Lampiran V

Page 53: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

42

Lampiran VI

Page 54: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

43

Lampiran VII

Dokumentasi penelitian

Penimbangan sampel Pengelompokan sampel

Proses penyondean

Darah yang sudah di masukan ependorf Serum darah

Page 55: PENGARUH VITAMIN E T SERUM DARAH TIKUS PU WISTAR

44

Lampiran VIII

Cara mengukur kadar SGOT dan SGPT

Reagen SGOT terdiri dari reagen I : TRIS, L-aspartat, malat

dehidrogenase, laktat dehidrogenase dan reagen II : 2-oksaloglutarat, NADH.

Regaen SGPT tterdiri dari reagen I: TRISS, L-alanin, Laktat dehidrogenase dan

Reagen II : 2-oksaloglutarat, NADH.

Cara mengukur SGOT :

Dengan menggunakan kit SGOT kuvet I sebagai blanko di beri 100 ml

akuades dan 1000 ml reagen I. setelah dicampur dan di inkubasi 5 menit pada

suhu 370 C. masing-masing kuvet di campur di tambah 250 ml reagen II. Setelah

tercampur dan di inkubasi 1 menit pada suhu yang sama, di tentukan Optical

density (OD) nya dengan spektofotometer pda panjang gelombang 365 nm.

Pembacaan OD di ulang 3 kali dengan interval waktu 1 menit. Delta absorben/

menit selanjutnya dikalikan faktor konversi sebesar 3971 untuk mendapatlkan

kadar SGOT.

Cara mengukur SGPT :

Dengan menggunakan kit SGOT kuvet I sebagai blanko di beri 100 ml

akuades dan 1000 ml reagen I. setelah dicampur dan di inkubasi 5 menit pada

suhu 370 C. masing-masing kuvet di campur di tambah 250 ml reagen II. Setelah

tercampur dan di inkubasi 1 menit pada suhu yang sama, di tentukan Optical

density (OD) nya dengan spektofotometer pda panjang gelombang 365 nm.

Pembacaan OD di ulang 3 kali dengan interval waktu 1 menit. Delta absorben/

menit selanjutnya dikalikan faktor konversi sebesar 3971 untuk mendapatlkan

kadar SGOT.