hematenesis melena akibat sirosis

Click here to load reader

Upload: kartika-sari

Post on 20-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HEMATENESIS MELENA AKIBAT SIROSIS

Kelompok 5Kelas AKak Eci - 09110120Rani Permata Sari 1111011005Kartika Sari 1111012007Muhammad Hanif 1111012081

HEMATENESIS MELENA AKIBAT SIROSISPendahuluan Hematemesis adalah muntah darah benwarna hitam seperti bubuk kopi yang berasal dari saluran cerna bagian atas.Melena adalah buang air besar (BAB) berwama hitam yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.Warna merah gelap atau hitam berasl dari onversi Hb menjadi hematin oleh bakteri stelah 14 jam.Hematenesis yang biasanya disertai dengan melena adalah jika paling sedikit pendarahan terjadi sebanyak 50-100 mL.Perdarahan ini dapat disebabkan karena sirosis hepatis (dengan pecahnya varises esofagus) dan gastritis. Varieses esofagus adalah kondisi medis yag ditandai dengan penonjolan dan pelebaran abnormal dari vena vena didasar esofagus, hal ini seriingkali berhubungan dengan penderita penyakit hati yang menyebabkan perlambatan atau obstruksi aliran darah ke dalam hatiSirosis adalah suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk dari proses bertahap

Epidemiologi Di negara barat insidensi perdarahan akut SCBA mencapai 100 per 100.000 penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari wanita. Insidensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.Berbeda dengan di negera barat dimana perdarahan karena tukak peptik menempati urutan terbanyak sedangkan di Indonesia perdarahan karena ruptura varises gastroesofagei merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50-60%, gastritis erosiva hemoragika sekitar 25- 30%, tukak peptik sekitar 10-15% dan karena sebab lainnya < 5%.Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur varises bisa mencapai 60% sedangkan kematian pada perdarahan non varises sekitar 9-12%.

Etiologi Patofisiologi Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena portaTerbentuk saluran koleteral dalam submukosa esophaggus, lambung, rectum, dan dinding abdomen anterior yang yang kecil dan mudah pecah utuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi heparTekanan menigkat pada vena sehingga vena dilatasi disebut variesesSirosis hati dapat menyebabkan pecahnya varises esofagus yang akan menimbulkan hematemesis melena dan kehilangan darah tiba tiba.Varises esofagus ini dapat menyebabkan hipertensi portal yang terjadi karena penekanan sistem sekunder vena porta sehingga meningkatnya aliran karena kerusakan hati.

Terjadi hipertensi ini akan menimbulkan enselofati hepatik, dimana akan terjadinya :Akumulasi nitrogen didalam sel pada GI. Nitrogen ini berperan serta terhadap patogenensis portal sistemik enselofati. Akumulasi nitrogen ini belum diketahui faktor penyebabnya namun dapat diperkirakan terjadinya perubahan metabolisme GABA dan neurotransmiter octopamin.Gangguan kesadaran yang lanjut, ditandai dengan gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma yang dalam (koma hepatikum), berbagai saraf, perubahan psiatrik, tremor telapak tangan dan fetor heptikus.

Hematemesis melena akan meningkatkan pendarahan yang nantinya dapat menyebabkan pasien mengalami hipotensi (hingga drop), oksigen berkurang sehingga kesadaran penderita akan menurun (suporous).Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi bewarna merah bahkan hitam yang disebabkan oleh HCl lambung, pepsin, dan pigmen porfirin Darah yang ada di duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah feses menjadi hitamTerjadilah Hematemesis melenaSirosis hepatikPeningkatan tekanan darah vena portaVarises Pecahnya varises esophagus Kehilangan darahHipertensi portalEnselophati hepatikHipotensi dan oksigen kurangHEMATENESIS MELENA

Manifestasi klinikMuntah darah (hematemesis)Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)Mengeluarkan darah dari rectum (hemtoskezia)Denyut nadi yang cepat dengan tekanan darah rendahNyeri perutNafsu makan menurunJika berlanjut dapat menyebabkan anemiaPirosis (nyeri ulu hati)Konstipasi dan pendarahanDiagnosis Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan LaboratoriumPemeriksaan fisik dapat menunjukan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukan adanya ulkus.Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati.

Pemeriksanan endoskopi Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Adanya H. pylori dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur Pemeriksaan radiologik Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum yang dilakukan pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya varises. Terapi PenatalaksanaanNON FARMAKOLOGI

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.Diet makanan lunak

B. TERAPI FARMAKOLOGIInfus cairan langsung dipasang dan diberi larutan garam fisiologis selama belum tersedia darah.Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.Pemberian pitresin (vasopressin) : Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan diharapkan perdarahan varises dapat berhenti

Pemberian obat tukak lambung - Antagonis reseptor H2 seperti ranitidin - Proton Pump Inhibitor (PPI) seperti lansoprazole dan omeprazole

Pemasangan pipa naso-gastrikTujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam.Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.Pemasangan balon Sengstaken Blakemore TubeDilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

Pemakaian bahan sklerotikBahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.Tindakan operasiBila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi. Tindakan operasi yang bIsa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik.

TERIMA KASIH