sirosis hepatis
DESCRIPTION
sirosis hepatisTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
SIROSIS HEPATIS DENGAN SPONTAN BAKTERIAL PERITONITIS
Disusun Oleh :
Rujitra Tanaya Namaskara (1102010259)
Pembimbing:
Dr. H. Hami Zulkifli Abbas, Sp. PD, M.HKes, FINANSIM
Dr. Sibli, Sp.PD
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAMRSUD ARJAWINANGUN 2014
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny.A
Usia : 52 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pesalahan
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 18-8-2014
ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Keluhan Utama
Nyeri ulu hati yang memberat sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan Nyeri ulu hati yang
memberat sejak 1 minggu yang lalu, nyeri ulu hati dirasakan pasien sepanjang hari
seperti ditusuk tusuk dan secara terus menerus. Keluhan ini tidak membaik ataupun
memburuk dengan asupan makanan..Keluhan nyeri juga disertai dengan mual dan
muntah.Muntah berisi makanan atau minuman yang dimakan sebelumnya, dengan
volume kurang lebih ½ gelas belimbing, tapi tidak ada darah.Keluhan ini membuat
pasien menjadi tidak nafsu makan.
Pasien juga mengeluh lemas sejak 1 minggu SMRS.Keluhan lemas dikatakan terus
menerus dan tidak menghilang walaupun pasien telah beristirahat.Pasien juga merasa
perutnya membesar sejak 6 bulan SMRS.Pasien mengeluh perutnya membesar dan
semakin membesar yang disertai dengan rasa sakit.Rasa sakit juga dirasakan pasien
seperti ditusuk tususk namun keluhan perut membesar ini tidak sampai membuat pasien
sesak dan kesulitan bernafas.
Keluhan perut membesar ini tidak disertai keluhan jantung berdebar, sering
terbangun pada malam hari karena sesak, sering buang air kecil saat malam hari.Tidak
disertai pula bengkak pada kelopak mata yang dirasakan pada pagi hari dan bengkak
seluruh tubuh.Sebelumnya pasien mengaku sering meminum jamu jamuan dan memakai
obat warung seperti penghilang rasa nyeri
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat ikterik (-)
- Riwayat Hipertensi (+)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat Gastritis (-)
- Riwayat asthma (-)
Riwayat Penyakit dalam keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat penyakit yang
serupa dengan dirinya.
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 200/90 mmHg
- Nadi : 88 x / menit
- Pernapasan : 24 x /menit
- Suhu : 37,10 C
- Turgor kulit : Baik
- Tinggi Badan : tidak dilakukan pemeriksaan
- Berat badan : 45 Kg
KEPALA
- Bentuk : Normal, simetris
- Rambut : Hitam
- Mata : Konjungtiva tidak anemis
sklera tidak iktrerik
pupil isokor kanan = kiri,
Refleksi cahaya (+).
- Telinga : Bentuk normal, simetris
- Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi
- Mulut: Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor
LEHER
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat deviasi trakhea dan tidak
ada pembesaran KGB. Tekanan Vena Jugularis tidak meningkat
THORAKS
Paru :
- Inspeksi : Bentuk dada kanan = kiri simetris
pergerakan napas kanan = kiri.
- Palpasi : Tidak teraba nyeri tekan
Fremitus taktil kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada lapang paru
- Auskultasi : Pernapasan vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Jantung :
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak.
- Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V garis midclaviculla kiri
- Perkusi : Pekak pada jantung
Batas atas : sela iga III garis sternalis kanan
Batas kanan : sela iga IV garis parasternalis kanan
Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut membesar, terlihat adanya spider nevi
umbilikus terlihat menonjol
- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+)
Hepar tidak dapat dinilai
Lien tidak dapat dinilai
Undulasi (+)
- Perkusi : Shifting dullnes (+)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
GENITALIA
Tidak dilakukan pemeriksaan
EKSTREMITAS
- Superior : Hangat
Sianosis (-/-)
Edema (-/-)
- Inferior : Hangat
Edema (-/-)
Sianosis (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin Tgl (18-08-2014)
JENIS NILAI Keterangan SATUAN KISARAN NORMAL
WBC 13,9 103/μl 4.0 – 12.0
Limfosit 1,2 103/μl 1- 5
Monosit 0,8 103/μl 0.1 – 1.0
Granulosit 11,9 103/μl 2 – 8
Limfosit 8,7 L % 25 – 50
Monosit 5,7 % 2 – 10
Granulosit 85,6 h % 50 – 80
Eritrosit 2,89 L 106/μl 4 – 6.2
Hemoglobin 7,7 L g/dl 11 – 17
Hematokrit 23,3 L % 33 – 55
MCV 80,6 µm3 80 – 100
MCH 26,6 l Pg 26 – 34
MCHC 33,0 l g/dl 31.0 – 35.5
RDW 18,7 % 10 – 16
Trombosit 333 103/μl 150 – 400
MPV 9,5 µm3 7.0 - 11.0
PCT 0.316 l % 0.200 – 0.500
PDW 12,6 % 10 – 18.0
FUNGSI GINJAL
Pemeriksaan Hasil Normal
Ureum 78,5 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,43 0,6-1,38 mg/dl
FUNGSI HATI
RESUME
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan sesak nafas yang
memberat sejak 1 minggu SMRS..Keluhan nyeri juga disertai dengan mual dan muntah
yang terjadi setelah makan.Muntah berisi makanan atau minuman yang dimakan
sebelumnya, dengan volume kurang lebih ½ gelas belimbing.Pasien juga merasa
Permeriksaan Hasil Metode Nilai normal Satuan
Protein total 5,88 Bioret 7,0 – 9,0 gr/dL
Albumin 2,28 BCG Alb Plus 3,5 – 5,0 gr/dL
Globulin 3,60 1,5 – 3,0 gr/dL
SGOT 13 IFCC2 0 – 36,0 U/I
SGPT 18 IFCC2 0 – 41,0 U/I
perutnya membesar sejak 6 bulan SMRS.Pasien mengeluh perutnya membesar dan
semakin membesar yang disertai dengan rasa sakit.
Pada pemeriksaan darah didapatkan WBC 13,9, Hb 7,7, Ht 23,3, Trombosit
333.Dan pada pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan Ureum 78,5, Kreatinin 1,43, pada
pemeriksaan fungsi hati didapatkan Albumin 2,28, Globulin 3,60.
DIAGNOSIS
Asites e.c. Sirosis Hepatis
DIAGNOSIS BANDING
Asites e.c. Hepatoceluler Carcinoma
PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa:
Bed rest dan pengaturan makanan yang cukup dan seimbang :
- Kebutuhan kalori basal 1755 kkal/hari
- Protein 1 g/kgBB/hari
- Diet rendah garam, konsumsi 40 – 60 meq/hari
Medikamentosa :
- Infus RL 20 gtt/menit
- IVFD Dextrosa 5 %
- Cefotacxim 2 x 1 gram i.v
- Furosemide 2 x 40 mg
- Sprinolakton 2 x 100 mg
- Ranitidine 2 x 1 amp i.v
- Antasida syr 3x1 ct
- Curcuma 3 x 1 tab
- Propranolol 2 x 80 mg tab
RENCANA PEMERIKSAAN
USG Hepar
Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan Feses
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanarionam : Dubia ad malam
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukkan nodulus regenerative.Gambaran ini terjadi
akibat nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai
deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vascular, dan regenerasi nodularis
parenkim hati.
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti
belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang
ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata
merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak
terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan melalui
pemeriksaan biopsy hati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut
Klasifikasi dan etiologi
Sirosis secara konvensional diklasifikasikan sebagai makronodular (besar nodul
lebih dari 3 mm) atau mikronodular (besar nodul kurang dari 3 mm) atau
campuran antara makro dan mikronodular.Selain itu juga diklasifikasikan
berdasarkan etiologi, fungsional namun hal ini kurang memuaskan.
Sebagian besar jenis sirosis dapat diklasifikasikan secara etiologis dan
morfologis menjadi
1. Alkoholik
2. Kriptogenik dan post hepatis ( pasca nekrosis)
3. Biliaris
4. Kardiak
5. Metabolic, keturunan, dan terkait obat
Di Negara barat yang tersering adalah alkoholik sedangkan di Indonesia
terutama akibat infeksi hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia
menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%, dan
virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui
dan termasuk kelompok virus bukan B dan C. Alkohol sebagai penyebab
sirosis di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena belum ada
datanya.
Epidemiologi
Lebih dari 40% pasien sirosis asimptomatis.Pada keadaan ini sirosis
ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu
autopsy.Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per
100.000 penduduk.Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati
alkoholik maupun infeksi virus kronis. Hasil penelitian lain menyebutkan
perlemakan hati akan mengakibatkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH,
prevalensi 4%) dan berakhir dengan sirosis hati akibatn steatohepatitis
alkoholik dilaporkan 0,3% juga. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati
belum ada, hanya laporan laporan dari beberapa pusat pendidikan saja.Di RS
Dr. Sadjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien
yang dirawat di bagian penyakit Dalam dalam waktu kurun waktu 1 tahun
(2004)(tidak dipublikasi). Di medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai
pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian
Penyakit Dalam.
Patologi dan Patogenesis
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai oleh
pembentukkan jaringan parut yang difus, kehilangan sel sel hati yang uniform,
dan sedikit nodul generative.Sehingga kadang-kadang disebut sirosis
mikronodular.Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati
lainnya. Tiga lesi hati utama akibat induksi alcohol adalah :
1. Perlemakan hati alkoholik
2. Hepatitis alkoholik
3. Sirosis alkoholik
Perlemakan Hati alkoholik
Steanosis atau perlemakan hati, hepatosit terenggang oleh vakuola lunak
dalam sitoplasma berbentuk makrovesikel yang mendorong inti hepatosit ke
membrane sel.
Hepatitis Alkoholik
Fibrosis perivenular berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat masukan
alcohol dan destruksi hepatosit yang berkepanjangan.Fibrosis yang terjadi
dapat berkontraksi di tempat cedera dan merangsang pembentukkan
kolagen.Di daerah periportal dan perisentral timbul septa jaringan ikat seperti
jarring yang akhirnya menghubungkan triad portal dengan vena sentralis.
Jalinan jaringan ikat halus ini mengelilingi massa kecil sel hati yang masih ada
yang kemudian mengalami regenerasi dan membentuk nodulus. Namun
demikian kerusakan sel yang terjadi melebihi perbaikannya.Penimbunan
kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol benjol (nodular)
menjadi keras, terbentuk sirosis alkoholik.
Mekanisme cedera hati alkoholik masih belum pasti. Diperkirakan
mekanismenya sebagai berikut :
1. Hipoksia sentrilobular, metabolisme asetaldehid etanol meningkatkan
konsumsi oksigen lobular, terjadi hipoksemia relative dan cedera sel di
daerah yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi (missal derah
perisentral)
2. Infiltrasi/aktivasi neutrophil, terjadi penglepasan chemoattractans
neutrophil oleh hepatosit yang memetabolisme etanol. Cedera jaringan
dapat terjadi dari neutrophil dan hepatosit yang melepaskan intermediet
oksigen reaktif, protease, dan sitokin
3. Formasi asetaldehid protein adducts berperan sebagai neoantigen, dan
menghasilkan limfosit yang tersesintisasi serta antibody spesifik yang
menyerang hepatosit pembawa antigen ini.
4. Pembentukkan radikal bebas oleh jalur alternative dari metabolism etanol,
disebut system yang mengoksidasi enzim microsomal.
Patogenesis fibrosis alkoholik meliputi banyak sitokin, antara lain factor
nekrosis tumor, interleukin-1, PDGF, dan TGF-Beta. Asetaldehid
kemungkinan mengaktifasi sel stelata tetapi bukan suatu factor patogenik
utama pada fibrosis alkoholik.
Sirosis hati pasca nekrosis
Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk tidak teratur, dan
terdiri dari nodulus hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan
lebar.Gambaran mikroskopik konsistensi dengan gambaran
makroskopik.Ukuran nodulus sangat bervariasi, dengan sejumlah besar
jaringan ikat memisahkan pulau parenkim regenerasi yang susunannya
tidak teraktur.
Patogenesis sirosis hatu menurut penelitian terakhir,
memperlihatkan adanya peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan
normal sel stelata mempunyai peranan dalam keseimbangan
pembentukkan matriks ekstraseluler dan proses degenerasi.
Pembentukkan fibrosis menunjukkan perubahan proses keseimbangan.
Jika terpapar factor tertentu yang berlangsung secara terus menerus
(misal : hepatitis virus, bahan bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan
menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus menerus
maka fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati
yang normal akan diganti oleh jaringan ikat.
Sirosis hati yang disebabkan oleh etiologi lain frekuensinya sangat
kecil sehingga tidak dibicarakan disini.
Manifestasi Klinis
Gejala sirosis
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada
waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena
kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi perasaan
mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung,
mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis
mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila
sudah lanjut (sirosis dekompensata), gejala gejala lebih menonjol terutama
bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tidak begitu tinggi.
Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, pendarahan gusi,
epistaksis, gangguan siklus hati, icterus dengan air kemih berwarna seperti
teh pekat, muntah darah atau melena, serta perubahan mental, meliputi
mudah lupa, sukar konsentrasi, binggung, agitasi, sampai koma.
Jadi manifestasi klinis sirosis hepatis dapat dibagi 2, yaitu :
Hepatoseluler
§ Sklera ikterik
§ Spider nevi (teleangiektasis)
§ Ginecomastia
§ Atropi testis
§ Palmar erithem
Hipertensi portal
§ Varices oesophagus
§ Splenomegali
§ Kolateral dinding perut
§ Ascites
§ Hemoroid
Diagnosis
A. Anamnesis
Pada tahap awal sirosis biasanya tidak menunjukan gejala yang khas.Karena hal
tersebut sebagian besar pasien datang dengan kondisi sirosis yang sudah parah.
Dari anamnesis ini perlu di gali keluhan atau gejala yang biasanya muncul pada
penderita sirosis hepatis seperti perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan
berkurang, perut terasa kembung, mual, berat badan menurun, testis mengecil,
buah dada membesar serta hilangnya dorongan seksual.
Selain itu jika sirosis hepatis sudah dalam kondisi lanjut akan muncul
komplikasi-komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal, meliputi hilangnya
rambut badan, gangguan tidur dan demam tak begitu tinggi. Beberapa pasien
ditemukan adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,
ikterus dengan dengan urin berwarna seperti teh.
B. Temuan Klinis
Spider angio maspiderangiomata, suatu lesi vascular yang dikelilingi
beberapa vena kecil, tanda ini sering dijumpai di bahu, muka dan lengan
atas. Diduga dikaitkan dengan peningkatan rasio estradiol/testoteron
bebas.Tanda ini juga bisa ditemukan selama kehamilan, malnutrisi berat
dan dapat ditemukan pada orang sehat walaupun ukurannya kecil.
Eritema palmaris, wrna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan. Hal ini juga dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen.Tanda
ini juga ditemukan pada kehamilan, rheumatoid arthritis, hipertiroidisme,
dan keganasan hematologi.
Perubahan kuku kuku Murchrche, berupa pita kuku horizontal
dipisahkan dengan warna normal kuku. Diduga akibat hipoalbuminemia,
ditemukan juga pada kondisi hipoalbuminemia seperti sindroma nefrotik.
Kontraktur Dupuytren, akibat fibrosisfasia palmaris menimbulkan
kontraktur fleksi jari-jariberkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara
spesifik berkaitan dengan sirosis. Tanda ini juga ditemukan pada pasien
DM, distrofi reflex simpatetik, dan perokok yang juga mengkonsumsi
alcohol.
Ginekomastia, secara histologis berupa ploriferasi benigna jaringan
glandulamamae laki-laki, kemungkinan akibat peningkatan
androstenedion.Selain itu, ditemukan juga hilangnya rambut dada dan
aksila pada laki-laki, sehingga laki laki cenderung ke arah
feminism.Kebalikannya pada perempuan menstruasi cepat berhenti
sehingga dikira menopause.
Atrofi testis hipogonidisme, menyebabkan impotensi dan infertile. Tanda
ini menonjol pada alkoholik sirosis dan hemokromatosis.
Hepatomegali, ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal, atau
mengecil.Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan nodular.
Splenomegali, sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya
nonalkoholik.Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena
hipertensi porta.
Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi
porta dan hipoalbuminemia.Caput medusa juga sebagai akibat hipertensi
porta.
Fetor hepatikum, bau nafas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik
yang berat.
Ikterus, pada kulit dan membrane mukosa akibat bilirubunemia.Bila
konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tidak terlihat.Warna urin
terlihat gelap seperti air teh.
Asterixis-bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan mengepak ngepak
dari tangan, dorsofleksi tangan.
Tanda tanda lain yang menyertai diantaranya :
- demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar
- Batu pada vesika felea akibat hemolysis
- Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik, hal ini
akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis, dan edema.
Komplikasi
1. Edema dan ascitesTerjadi ketika sirosis hati menjadi parah yang kemudian
mengirim gejala dari komplikasi penyakit ini ke organ ginjal untuk menahan
garam dan air di dalam tubuh. Awalnya, kelebihan garam dan air diakumulasi
dalam jaringan di bawah kulit karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk.
Akumulasi atau penjumlahan kandungan air dan garam inilah yang kemudian
disebut dengan Edema.Ketika sirosis semakin memburuk, keadaan akibat
kelebihan garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin meningkat dalam
rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Peningkatan dan
tertahannya garam dan air disebut dengan Ascites yang menyebabkan
pembengkakan perut, ketidaknyamanan perut dan berat badan yang semakin
meningkat.
2. Spontaneous bacterial periotonitis (SBP)
komplikasi umum yang parah dari ascites yang ditandai dengan infeksi spontan
oleh bakteri pada cairan ascites.
Etiologi:
a. Escherichia coli
b. bakteri usus lain, khususnya bakteri Gram (+):
Streptococcus viridans
Staphylococcus aureus
Enterococcus sp.
Insidensi:
a. Pria : Wanita = 1:1,
b. 70% pada pasien dengan klasifikasi Child-Pugh kelas C,
c. 30% pada pasien dengan sirosis yang cukup berat (penurunan kadar
protein total, defisiensi komplemen, prolonged prothrombin time)
d. 25% mortalitas,
e. 18% pada pasien ascites.
Faktor Predisposisi:
a. Penyakit hepar yang berat:
b. Penurunan kadar protein dan C3 serum pada cairan ascites,
c. perdarahan akut saluran gastrointestinal,
d. faktor iatrogenik,
e. infeksi traktus urinarius,
f. relaps dari SBP sebelumnya.
Mengakibatkan:
- Flora usus dapat melintasi usus menuju kelenjar getah bening mesenterica,
- Terjadi bakteriemia yang tidak tertangani oleh sistem imun (pada sirosis
terjadi penurunan aktivitas sistem retikuloendotelial),
- Penyemaian dalam cairan ascites.
Diagnosis:
- Nyeri tekan difus ringan di seluruh permukaan abdomen
Dengan analisis cairan:
◦ Leukositosis
◦ Neutrofilia > 250/mm³
Penatalaksanaan:
Cefotaxime (1-2gr IV setiap 6-8 jam)
3. Perdarahan dari varises-varises kerongkongan (esophageal varices)
Pada sirosis hati terdapat jaringan parut yang dapat menghalangi jalannya darah
yang akan kembali ke jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam
vena portal (hipertensi portal).Ketika terjadi penekanan dalam vena portal
meningkat, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena
dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung.Akibat dari aliran
darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang diakibatkan vena-vena
pada kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang
dan dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices. Semakin tinggi tekanan
yang terjadi maka varises-varises dan lebih mungkin seorang pasien mengalami
perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau
lambung.Perdarahan dari varices-varices kerongkongan ini menunjukkan gejala
seperti :
c. Muntah darah (muntah yang berupa darah merah yang bercampur
dengan gumpalan-gumpalan atau disebabkan oleh efek dari asam pada darah).
d. Warna feces/kotoran yang hitam dan bersifat ter disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam darah ketika kotoran atau sisa makanan yang akan
dibuang tercampur bakteri kemudian merubah warna dan tekstur feces menjadi
hitam dan ter yang diolah terlebih dahulu dalam usus yang disebut dengan
melena.
e. Sering pingsan atau kepeningan orthostatic yang disebabkan tekanan
darah yang semakin menurun atau tekanan darah rendah, hal ini akan terjadi
ketika duduk atau dalam suatu posisi berbaring terlalu lama.
Perdarahan yang terjadi bukan hanya di kerongkongan, namun juga dapat
terjadi di usus besar/kolon, sehingga perdarahan juga dapat terjadi dari varces-
varices yang terbentuk di dalam usus.
5. Hepatic encephalopahty
Hepatic encephalopahty yang merupakan suatu kondisi dimana tubuh ketika
unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah, fungsi dari otak
terganggu.Gejala dari hepatic encephalophaty ini cukup unik, seperti :
f. Sering tidur di siang hari dan terjaga di malam hari (kebalikan dari pola
tidur yang normal)
g. Mudah marah
h. Penurunan kemampuan berkonsentrasi atau kefokusan yang semakin
menurun terutama melakukan suatu perhitungan-perhitungan
i. Kehilangan memori atau kemampuan daya ingat
j. Terlihat seperti orang yang kebingungan karena tingkat kesadaran yang
semakin tertekan.
Gejala demikian dapat menyebabkan seseorang yang mengalami komplikasi
pada hepatic encephalopathy ini dapat menyebabkan koma dan mengancam
pada kematian.
6. Hepatorenal syndrome
Hepatorenal syndrome atau sindrom kerusakan pada ginjal. Sindrom ini
mengakibatkan penurunan komplikasi yang serius diimana fungsi dari organ
ginjal semakin berkurang.Hepatorenal syndrome diartikan sebagai kegagalan
yang sangat serius dan fatal pada penurunan fungsi organ ginjal dalam
membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah urine yang
cukup banyak. Ginjal yang diketahui memiliki tugas dan fungsinya sebagai
penahan garam. Jika pada seseorang yang menderita penyakit hati disertai oleh
komplikasi demikian, maka yang harus dibenahi atau diperbaiki adalah fungsi
kerja organ hati dalam keadaan baik , maka ginjal akan bekerja normal
kembali. Komplikasi akibat penyakit sirosis yang merambah pada
terganggunya fungsi kerja organ ginjal ini diakibatkan oleh peningkatan unsur-
unsur beracun dalam darah ketika organ hati tidak lagi berfungsi dengan baik.
7. Kanker hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang merupakan penyebab dari timbulnya berbagai komplikasi penyakit
gangguan hati ini dapat meningkatkan risiko pada timbulnya kanker hati yang
awal mulanya kan terbentuk tumor di dalam hati.Gejala seseorang yang
berisiko terkena kanker hati :
g. Mengalami sakit perut dan pembengkakan di perut
h. Organ hati yang terkadang membesar, perut terlihat seperti melembung
seperti orang hamil
i. Berat badan yang semakin berkurang dan menurun secara cepat
j. Terkadang demam
Kanker hati juga dapat menyebabkan tubuh melepaskan banyak unsur-unsur
penting dalam tubuh, seperti menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah sel
darah merah (erythrocytosis), gula darah yang rendah (hypoglycemia) dan
meningkatkan jumlah kalsium darah (hypercalcemia).
TATALAKSANA SIROSIS HEPATIS
Terapi ditujukan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-
bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan
komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepatikum diberi diet yang mengandung
protein 1g/kgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari. Pemberian
asetaminofen dan kolkisin bisa menghambat kolagenik.Pada hepatitis autoimun
bisa diberikan steroid atau imunisupresif.Pada hemokromatosis flebotomi
setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan diulang sesuai
kebutuhan. Pada penyakit hati nonalkoholik menurunkan berat badan akan
menegah terjadinya sirosis. Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudine
merupakan terapi utama.Lamivudine sebagai terapi lini pertama diberikan 100
mg secara oral setiap hari selama 1 tahun.Namun pemberian lamivudine setelah
9 – 12 bulan menimbulkan mutasi YMDD sehingga terjadi resistensi obat.
Interferon alfa diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, 3x seminggu selama
4 – 6 bulan, namun ternyata masih banyak yang kambuh. Pada hepatitis C
kronis kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi standar.
Interferon diberikan secara suntikan subkutan dengan dosis 5 MIU 3x
seminggu dan dikombinasi ribavirin 800 – 1000 mg/ hari selama 6 bulan. Pada
pengobatan fibrosis hati pengobatan antifibrotik pada saat ini lebih mengarah
kepada peradangan dan tidak terhadap fibrosis.4
Pengobatan Sirosis Dekompensata
Asites : tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak
5,22 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-
obatan diuretic. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-
200 mg sekali sehari.Respon diuretij bisa dimonitor dengan penurunan berat
bdan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema
kaki.Bilaman pemberian sprinolakton tidak adkeuat bisa dikombinasi dengan
furosemide dengan dosis 20-40 mg/hari.Pemberian furosemud bisa ditambah
dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari.Parasentesis
dilakukan bila asites sangat besar.Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan
dilindungi dengan pemberian albumin.4
Ensefalopati hepatikum : laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan
ammonia. Neomisin bisa digunakan unutk mengurangi bakteri usus penghasilan
ammonia, diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kg berat badan perhati, terutama
diberikan yang kaya asam amino rantai bercabang.
Varises esophagus : sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan
obat propranolol. Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin
atau okretid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligase endoskopi.
Peritonitis bacterial spontan : diberikan antibiotika seperti sefotaksim iv,
amoksisilin, atau amoniglikosida.
Sindroma hepatorenal : mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati,
mengatur keseimbangan air dan garam.
Transplantasi hati : terapi definitive pada pasien sirosis dekompensata.
PROGNOSIS
Klasifikasi sirosis hati menurut kriteria Child – Pugh
Skor / Parameter 1 2 3
Bilirubin ( mg% ) < 2,0 2 - < 3 3
Albumin ( gr% ) >3,5 2,8 - < 3,5 < 2,8
Nutrisi Sempurna Baik Kurang / kurus
Asites Tidak ada Minimal – sedang Banyak
Hepatic Encepalophati Tidak ada Stad I dan II Stad III dan IV
Kombinasi skor : 5 -6 ( child A ), 7 – 9 ( child B ), 10 – 15 ( child C ).
Angka kelangsungan hidup selama 1 tahum untuk pasien dengan child A 100%,
child B 80%, dan child C 45%.
DAFTAR PUSTAKA
Farmakologi dan Terapi.Departemen Farmakologi dan terapeutik FK UI. Edisi V.
Jakarta:Balai penerbit FKUI. 2009.
Kumar Vinay, Crawford M James, Clare J Michael. Hati dan Saluran Empedu, dalam
Buku Ajar Patologi Robbins edisi 7, editor Hartanto Huriawati, Darmaniah Nurwany,
Wulandari N, ECG, 2004, p.671-672, Jakarta.
Nurdjanah, S. Sirosis Hati, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, editor
Sudoyo A.W, Interna Publishing 2009, p.668-673, Jakarta.
Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Edisi 3, editor Aziz, A.R. Interna Publishing. 2009.
Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis Hati, dalam Buku Ajar Penyakit Dalam, editor
Askandar Tjokroprawiro, Fakultas Universitas Airlangga. 2007. Page 129-136
Sherwood, L. Sistem Pencernaan, dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2,
editor Santoso, I. B. EGC, 2001. P.563-570, Jakarta.