hand out material teknik2

15
  Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD  II-1 II. DIA GR AM F AS A Standar Kompetensi : Mampu menerapkan teori material teknik dalam memecahkan permasalahan yang  berkaitan dengan material teknik  Kompetensi Dasar : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan konsep dasar diagram fase 2. Mahasiswa dapat menggunakan dan menerapkan diagram fase 3. Mahasiswa dapat menganalisis diagram fase sistem Besi - Karbon 4. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh perlakuan panas terhadap struktur logam

Upload: alfan-cita-nyala

Post on 09-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-1

    II. DIAGRAM FASA

    Standar Kompetensi :

    Mampu menerapkan teori material teknik dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan material teknik Kompetensi Dasar :

    1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan konsep dasar diagram fase 2. Mahasiswa dapat menggunakan dan menerapkan diagram fase 3. Mahasiswa dapat menganalisis diagram fase sistem Besi - Karbon 4. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh perlakuan panas terhadap struktur

    logam

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-2

    II. DIGRAM FASE 2.1. Definisi dan Konsep Dasar Diagram Fase Struktur dan sifat logam murni sangat berubah apabila dipadu dengan unsur

    lain. Kelakuan bahan seperti itu dapat dilihat juga pada bahan cair dan gas, tetapi

    yang sangat menyolok terdapat pada bahan padat. Dalam material fasa

    dinyatakan berdasarkan struktur mikro (struktur dan komposisi) yang

    homogen dari suatu area yang terdapat didalam material tersebut

    Kalau bahan (komponen A) menjadi sistem dua komponen dengan

    menambahkan komponen B, fase baru tidak terbentuk apabila B larut dalam dalam

    keadaan padat dalam A. Tetapi apabila B dipadukan melebihi kelarutan

    maksimumnya maka terjadi campuran larutan padat jenuh dan berlebihan fasa B.

    Kadang-kadang Adan B bereaksi satu sama lain membentuk fasa lain. Sifat bahan

    berubah yang disebabkan oleh perbandingan campuran dan kondisi campuran fasa

    yang ada. Hubungan antara jumlah setiap komponen dan fasa yang terjadi dapat

    dilihat dari diagram fasa yang dapat memberikan informasi mengenai sifat bahan.

    . Diagram fasa merupakan diagram yang digunakan sebagai peta yang

    menunjukkan fasa yang ada pada suhu tertentu atau komposisi paduan pada keadaan

    keseimbangan

    Diagram fasa digunakan untuk membantu dalam memprediksi transformasi

    fasa dan menghasilkan struktur yang seimbang atau tidak, dan merepresentasikan

    hubungan antara komposisi dan temperatur dan kuantitas fasa pada kesetimbangan

    Beberapa informasi penting yang dapat diperoleh dari diagram fasa

    tersebut adalah :

    1. Fasa-fasa yang terdapat dalam material pada perbedaan komposisi dan

    temperatur dibawah kondisi pendinginan lambat.

    2. Indikasi kesetimbangan kelarutan padat dari suatu elemen atau senyawa

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-3

    dalam elemen atau senyawa lain.

    3. Indikasi temperatur, dimana paduan didinginkan dibawah kondisi

    setimbang mulai dari awal (start) hingga padat (solidifikasi) dan

    rentang temperatur dimana proses solidifikasi terjadi.

    4. Indikasi temperatur dimana terjadi perubahan fasa padat pada saat meleleh

    Komposisi dari suatu paduan atau suatu fasa dalam suatu paduan biasanya

    diukur dalam berat (Weigth) %, symbol W.

    Kadang-kadang digunakan untuk mendefinisikan atom (mol, %) :

    Daerah fasa dalam diagram keseimbangan dengan sendirinya tergantung dari sistem

    paduannya.

    Constitution paduan ditunjukkan oleh

    (a) keseluruhan komposisi (the overall composition);

    (b) jumlah fase (the number of phases);

    (c) komposisi setiap fase (the composition of each phase);

    (d) proporsi berat setiap fase (the proportion by weight of each phase).

    2.2. Diagram Fase Kesetimbangan

    Bila system komponen banyak berada dalam keseimbangan fasa maka

    diperlukan adanya aturan fasa. Misalnya, kalau jumlah komponen dalam suatu sistem

    adalah C dan fasa yang ada ialah P, dengan derajat kebebasan F yang merupakan

    jumlah variabel yang dapat berubah bebas tanpa memberikan pengaruh, membuat

    fasa ada dalam keadaan sama, maka

    F = C + 2 P

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-4

    Hubungan ini merupakan aturan fasa (kaidah fasa Gibbs).

    Dalam sistem dua komponen variabel dari keadaan adalah temperatur,

    tekanan dan komponen, jadi diperlukan tiga sumbu untuk menyatakan keadaan pada

    satu titik dalam ruang. Akan tetapi bahan dipakai dalam industri umumnya berfasa

    padat dan tekanan uapnya sangat rendah jadi keadaan gasnya dapat diabaikan

    Contoh diagram fasa kesetimbangan dengan sistem dua komponen (binary)

    pada logam Pb (timbal) dan Sn (timah) seperti pada Gambar 2. 1di bawah

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-5

    Gambar 2.1. Diagram fasa untuk sistem paduan Timbal-Timah

    Pada diagram terlihat komposisi paduan pada skala horisontal ( dalam weight%)

    dan temperatur pada skala vertikal. Bagaimana menggunakan digram fasa tersebut?

    Pertama-tama, dapatkan paduan dari komposisi keseluruhan 50 wt% timbal pada

    170oC. Titik konstitusi ( Gambar 2.1a) terletak dalam bidang dua fasa. Jadi, pada

    keseimbangan paduan harus menjadi campuran 2 fasa , yang harus terdiri dari

    padatan Sn dan Pb. Lebih dari ini, diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2.1b

    bahwa fasa (Sn) dalam campuran berisikan 2% timbal yang dissolve kedalam timah

    98%. Dan fasa (Pb) adalah 85% timbal , 15% timah yang dissolve kedalamnya. Dan

    Gambar 2.1c menunjykkan campuran terdiri 85% berat fasa (Pb).

    Dengan bantuan diagram fasa, dapat diketahui keseimbngan konstitusi paduan :

    (a) komposisi keseluruhan (50 wt% lead + 50 wt% tin),

    (b) Jumlah fasa (dua),

    (c) Komposisi setiap fasa (2 wt% lead, 85 wt% lead),

    (d) proporsi setiap fasa (58 wt% (Pb), 42 wt% (Sn)).

    Namun dalam diagram ini ukuran dan bentuk gumpalan (butiran) (Sn) dan (Pb) tidak

    dapat diketahui. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dengan menggunankan

    mikroskop.

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-6

    Dengan menggunakan Gambar 2.1b dan Gambar 2.1c dapat diketahui keseimbangan fasa :

    (a) 25 wt% lead + 75 wt% tin, (b) dua fasa, (c) 2 wt% lead, 85 wt% lead, (d) 30 wt% (Pb), 70 wt% (Sn). (a) 75 wt% lead + 25 wt% tin, (b) dua fasa, (c) 2 wt% lead, 85 wt% lead, (d) 87 wt% (Pb), 13 wt% (Sn). (a) 85 wt% lead + 15 wt% tin, (b) hanya satu fasa, (c) 85 wt% lead, (d) 100 wt% (Pb). (a) 95 wt% lead + 5 wt% tin, (b) satu fasa, (c) 95 wt% lead, (d) 100 wt% (Pb).

    (a) 2 wt% lead + 98 wt% tin, (b) hanya satu fasa, (c) 2 wt% lead, (d) 100 wt% (Sn).

    2.3. Diagram fas Fe Fe3C

    Ada 5 jenis fasa yang terdapat pada diagram fasa Fe Fe3C, yaitu fasa cair (L),

    besi alfa , besi gamma , besi delta dan senyawa Fe-Fe3C. Besi alfa, besi delta dan

    besi gamma dalam bentuk larutan padat.

    Besi (Fe) merupakan unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bentuk sel

    satuan (politropik), sedangkan karbon (C) merupakan unsur non logam. Paduan dari

    kedua jenis unsur ini akan menghasilkan dua jenis material teknik, yaitu baja (C-

    Steel) dan besi cor (Cast Iron). Setiap transformasi fasa yang terjadi selalu diiringi

    dengan perubahan volume.

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-7

    Gambar 2.2. Diagram fase Fe-Fe3C , Materials Science and Metallurgy,

    4th ed., Pollack, Prentice-Hall, 1988

    Gambar 2.2 menunjukkan diagram keseimbangan untuk kombinasi karbon

    dalam solid solution besi (Fe). Diagram ini memperlihatkan bahwa besi dan karbon

    digabung untuk membentuk Fe-FeC pada 6,67%C akhir diagram. Bila %C > 6,67 %

    maka sudah tidak dapat digunakan untuk material teknik sebab sifat materialnya

    sudah sangat getas. Bagian kiri dari diagram adalah besi murni yang digabung dengan

    karbon yang menghasilkan paduan baja. Ada tiga daerah yang sangat penting dapat

    dibuat relative terhadap porsi baja diagram, yaitu :

    1. Eutektoid (E)

    2. Hipoeutektoid A

    3. Hipereutektoid B

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-8

    Bagian sebelah kanan dari garis besi murni adalah karbon dalam kombinasi

    dengan berbagai bentuk bentuk besi yaitu besi (ferit), besi (austenit), besi .

    Perubahan allotrapik terjadi ketika ada perubahan dalam struktur lattice kristal.

    Dari temperature 2802-2552F besi mempunyai struktur kisi body

    centered cubic (BCC) dengan daya larut atom yang rendah (0,1%), tetapi lebih besar

    dari ferrit karena terjadi pada temperature 2552- 2802F (1350 1535 oC).

    Pada temperature 2552F kisi berubah dari BCC menjadi tipe kisi face

    centered cubic (FCC), Austenit (besi ), memiliki jarak antar atomnya lebih besar

    dari Ferrit. Austenit stabil pada temperatur antara 912 1350 0C dengan daya larut

    atom karbon sebesar 2,11%. Pada temperatur stabilnya Austenit bersifat lunak dan

    ulet sehingga mudah dibentuk serta tidak bersifat ferromagnetik

    Pada temperature 1400F, kurva menunjukkan dataran tetapi ini tidak

    siginifikan perubahan alotropik. Kondisi ini dinamakan Curie temperature, dimana

    logam berubah sifat magnetiknya. Pada temperatur ini berada Ferrit (besi ),

    memilki bentuk sel satuan BCC dan dapat melarutkan karbon sampai dengan 0,025%.

    Hal ini dikarenakan struktur BCC dimana ruang antar atom kecil dan padat , sehingga

    daya larut karbon rendah. Sifat ferit adalah lunak, ulet, mampu las tinggi, sifat korosi

    rendah

    Ada dua perubahan fase yang terjadi pada 0,83%C dan pada 4,3% C, yaitu

    Pada 0,83%C, transformasinya dalah eutektid yang dinamakan perlit

    (austenit) + Fe3C (cementit)

    Pada 4,3%C, transformasinya adalah eutektik yang dinamakan ledeburite.

    L (liquid) (austenit) + Fe3C (cementit)

    Sementit (Fe3C) merupakan suatu senyawa antara atom Fe dengan atom C. Sifatnya

    sangat keras, kurang ulet dan kurang kuat (getas)

    .

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-9

    2.4. Perlakuan Panas

    Perlakuan panas adalah mekanisme dimana sifat-sifat bahan dapat

    ditentukan tanpa perubahan bentuk produk. Perlakuan panas merupakan pemanasan

    dan pendinginan bahan yang terkontrol untuk tujuan penentuan sifat-sifatnya

    Logam seperti baja biasanya dilakukan perlakuan panas untuk tujuan:

    1. Pelunakan (Softening)

    Pelunakan (softening) dilakukan untuk mengurangi kekuatan atau kekerasan,

    menghilangkan tegangan sisa (residual stresses), memperbaiki ketangguhan

    (toughness), menaikkan keuletan (ductility), memperhalus ukuran butir atau

    merubah sifat elektromagnetik dari baja.

    Proses pelunakan dapat berupa:

    Proses anil (annealing process) : tujuan dari proses pelunakan adalah untuk

    memperbaiki sifat mekanik dan sifat mampu mesin dari suatu material. Proses

    ini dapat menghasilkan sifat material yang dibutuhkan (sifat keuletan dan besar

    butir yang homogen). Sifat kekerasan material yang dihasilkan dari proses ini

    dapat ditingkatkan dengan membatasi kecepatan pendinginan

    Anil sempurna (Full annealing) : proses peningkatan temperatur secara pelan

    sampai sekitar 500oC di atas temperatur austenit A3 atau Acm pada baja

    hypoeutectic (

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-10

    Gambar 2.3. Mikrostruktur dan proses perlakuan panas

    Stress relief anneal: digunakan untuk menghilangkan tegangan sisa pada proses

    pembentukan (pengecoran), bagian yang dilas, dan bagian yang dibentuk

    pendinginan. Bagian tersebut cenderung mempunyai tegangan oleh karena

    siklus pemanasan atau cold working.

    Caranya : bagian tersebut dipanaskan pada temperatur sekitar 600 6500C

    selama beberapa menit dan kemudian didinginkan dengan perlahan di udara

    Speroidisasi : proses anil yang digunakan untuk baja karbon tinggi (C >0.6%)

    yang akan diproses pemesinan atau cold formed.

    Tujuan proses ini adalah meningkatkan ketangguhan baja rapuh.

    Cara : Bila struktur mula : Perlit bahan dipanaskan 16-24 jam pada suhu

    sekitar eutektoid (~ 7000C). Bila struktur mula : martensit bahan dipanaskan

    1-2 jam pada suhu yang sama.

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-11

    Proses Normalizing : dilakukan dengan pemanasan lambat dan merata di atas

    temperatur transformasi (>600C di atas A3/Acm) dan didinginkan secara

    perlahan-lahan di udara untuk menghilangkan struktur-struktur yang tidak

    merata dari hasil proses sebelumnya, seperti pada proses pengecoran, tempa dan

    sebagainya. Proses normalizing ini dilakukan pada baja untuk menghindari

    terjadinya retak.

    Waktu

    Suhu

    Austenit

    Suhu austenit 100%

    Normalisasi (pendinginan udara)

    Anil (pendinginan dapur)

    Gambar 2.4. Proses autenisasi

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-12

    Proses temper : suatu proses perlakuan panas yang mereduksi kegetasan dari

    bahan. Proses ini dilakukan pada temperatur di bawah kira-kira 723oC untuk

    mengurangi kekerasan bahan dan menambah keuletan bahan.

    Dengan temper mikrostruktur baja akan homogen dan tegangan sisa akibat

    pemanasan yang tinggi selama di-quenching tereliminasi atau dapat

    diminimalisasi. Baja yang dikeraskan seharusnya ditemper sebelum digunakan.

    Sigit Gunawan (2005) menyatakan korelasi antara pengaruh suhu temper

    terhadap ketangguhan impak dan kekuatan tarik baja AISI 420 dimana

    ketangguhan impak cenderung naik seiring dengan naiknya temperature temper,

    sebaliknya kekuatan tarik cenderung menurun dengan kenaikan temperatur

    temper. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasta Kuntara

    (2005) dengan baja X165CrMoV12 untuk bahan cetakan.

    Waktu

    Suhu

    + Karbida Suhu eutektoid

    Menghilangkan tegangan

    Proses Anil

    Gambar 2.5. Proses eutektoid

    speroidisasi

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-13

    Pengaruh waktu tempering terhadap sifat mekanis bahan berupa kekerasan dan

    kekuatan dimana kekerasan turun dengan kenaikan waktu temper, tetapi

    kekuatan tarik tidak terlalu berpengaruh terhadap waktu temper (V.N.Potluri,

    2002). Kekuatan tarik dan ketangguhan baja komersial tidak terlalu berpengaruh

    secara signifikan terhadap variasi waktu (1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam)

    perlakuan panas temper ( 600oC) (Bakri & Chandrabakty, 2006).

    Gambar 2.6. Efek perlakuan panas temper terhadap sifat mekanis material

    (Jurnal SMARTek, 2006)

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    0 1 2 3 4

    Waktu Temper ( Jam)

    Ket

    angg

    uhan

    (J/m

    m2)

    Standar (Tanpa Perlakuan Panas)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    0 1 2 3 4

    Waktu Temper ( Jam)

    Keku

    atan

    Tar

    ik (N

    /mm

    2) Austenit + Quenching

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-14

    Quenching (pencelupan dari suhu tinggi): dilakukan pada bahan agar larutan

    padat yang terbentuk pada solution treatment tetap ada pada temperatur rendah.

    Untuk menghindari terjadinya presipitasi yang cukup besar selama proses

    pendinginan maka perlu dipenuhi persyaratan seabagai berikut :

    Waktu yang diperlukan untuk memindahkan komponen dari tungku (furnace) ke media pendingin harus cukup singkat.

    Volume, kapasitas penyerapan panas dan laju aliran media pendingin dipilih sedemikian hingga tidak terjadi presipitasi selama pendinginan

    2. Pengerasan (Hardening)

    Hardness : fungsi dari kandungan karbon dari baja. Hardening baja mengalami

    perubahan dalam struktur BCC pada temperatur ruang ke FCC dalam Austenitic

    region.

    Baja dipanaskan Autenitic region kemudian di-Quenching tiba-tiba sehingga

    Martensite terbentuk dengan struktur sangat kuat dan brittle. Quenching lambat

    menimbulkan Austenite and Pearlite terbentuk yang sebagian keras dan

    sebagian lunak. Cooling rate lambat membentuk Pearlite yang lunak (soft).

    Gambar 2.7. Mikrostruktur

    Kemampu Kerasan (Hardenability) adalah kemampuan bahan untuk dikeraskan.

    Baja bertransformasi cepat dari austenit membentuk ferit dan karbida dengan

    kemampu kerasan rendah, martensit tidak terbentuk (krn transformasi suhu

  • Modul Material Teknik - S1 Teknik Mesin UNTAD

    II-15

    tinggi). Baja bertransformasi lambat dari austenit membentuk ferit dan karbida

    yang kemampu kerasan besar

    3. Modifikasi Material (Material Modification)

    Perlakuan panas digunakan untuk memodifikasi sifat material menurut

    hardening dan softening. Proses ini memodifikasi sifat baja dalam sifat yang

    mengungtungkan untuk memaksimalkan penggunaan material seperti stress

    relieving, atau sifat kekuatan.